Cushing syndrome pada penderita diabetes melitus
Margie Soflyta102012388
C9
Skenario 1
• Seorang laki-laki 44 th datang ke poliklinik dengan keluhan sering lemas sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada malam hari terbangun 3-4x untuk buang air kecil.
Rumusan Masalah
• Seorang laki-laki 44 th dengan keluhan sering lemas sejak 1,5 bulan yang lalu.
Hipotesis• Laki-laki tersebut menderita cushing
syndrome
ANALISIS MASALAH (MIND MAP)
RM
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Differential Diagnosis
Working Diagnosis
Etiologi
EpidemiologiPatofisiologi
Gejala Klinis
Tata Laksana
Prencegahan
Komplikasi
Prognosis
Anamnesis
• Keluhan Utama: sering lemas sejak 1,5 bulan yang lalu.
• Keluhan Penyerta : nokturia• Riw Peny Dahulu : Asma Sejak Kecil• Riw Peny Keluarga : DM Tipe 2• Riw Obat : Prednisone 500mg 1x1 u/ terapi
lanjutan
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum: Baik, terlihat endomorf gemuk pendek
• TD: 140/75 mmHg• Wajah tampak
moonface, obes sentral
• Antro : Ling Per 110cm, Ling Pinggang 85cm, TB 150cm, BB 80kg, kaki KPR ++
Pemeriksaan Penunjang
• Gula Darah Puasa 130 mg/dL
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap: Hb = 14 g/dL, Ht = 47%, leukosit = 4000/uL, dan trombosit = 200.000/uL.
• Uji Widal: titer S. typhi O = 1/320, S. typhi H = 1/320, S. paratyphi AO = 1/80, dan S. paratyphi AH = negatif (tidak ada).
• Uji TUBEX - ELISA• Uji Typhidot - Kultur Empedu• Uji Dipstik• Kultur Darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG• Menentukan adanya Aglutinin O, H, Vi pada serum
pasien.• Titer aglutinin O 1/160 = positif (8 bulan terakhir
tidak mendapat vaksinasi atau sembuh dari demam typhoid). 1/80 = tidak pernah kena.
Uji Widal
• Mendeteksi antibodi anti S. typhi O9 pada serum pasien.
• Positif: infeksi Salmonella Serogruop D.• Negatif: infeksi S. paratyphi.
Uji TUBEX
• Mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar S. typhi.
• Positif: 2-3 hari setelah infeksi.Uji
Typhidot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi pada spesimen serum.
Uji IgM Dipstik
• Positif• Negatif: terapi antibiotik, volume darah yang
kurang, pernah divaksin, pengambilan darah dilakukan setelah minggu I.
Kultur Darah
• IgM positif: infeksi akut.• IgG positif: pernah kontak/pernah
terinfeksi/reinfeksi/daerah endemik.ELISA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Gold standard untuk demam typhoid/paratyphoid.
• Positif.Kultur
Empedu• Negatif. -> hasil biakan negatif palsu.• Penyebab: jumlah darah < 2 mL,
darah tidak segera dimasukan ke dalam media Gall.
• Saat pengambilan darah masih dalam minggu I sakit, mendapatkan terapi antibiotika dan vaksinasi.
DiFFERENTIAL Diagnosis
• Demam Berdarah Dengue: nyeri kepala, demam. Demam naik turun tidak teratur.
• Leptospirosis: demam, nyeri tiba-tiba di kepala bagian frontal. Nyeri otot hebat. Ditemukan fotofobia.
• Hepatitis A: masa inkubasi selama 2-6 minggu, setelah itu baru menimbulkan gejala dan tanda terserang hepatitis A.
Working Diagnosis
• Menguji sampel tinja atau darah untuk memastikan keberadaan bakteri Salmonella sp. Membiakkan darah pada hari 14 yang pertama dari penyakit.
• Tes Widal (O dan H aglutinin) mulai positif pada hari ke-10, titer meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes Widal selang 2 hari -> peningkatan progresif dari titer aglutinin -> diatas 1:200 -> diagnosis positif infeksi aktif demam tifoid.
Working Diagnosis
• Biakan urin: minggu ke-2 & 3.• Biakan urin: minggu ke-3 & 4.• Gambaran Darah: Lekopeni polimorfonuklear
dengan limfositosis yang relatif pada hari ke-10 dari demam -> demam tifoid menjadi jelas
• Terjadi lekositosis polimorfonuklear -> infeksi sekunder bakteri di dalam lesi usus.
Etiologi
• Penyebab: Salmonella typhi (kuman batang gram -). Dapat menyebar dari kotoran penderita demam typhoid saat sakit/masa penyembuhan.
• Antigen O -> Somatik (tubuh)• Antigen H -> Flagel• Antigen Vi -> Kapsul
epidemiologi
• Di Indonesia demam typhoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak.
patofisiologi
Gejala Klinis
• Demam > 7 hari. Menjelang malam meninggi.• Mual berat sampai muntah.• Diare atau konstipasi.• Lemas, pusing, sakit perut.• Pingsan.• Flek merah muda (rose spots) di dada dan
perut. Minggu ke-2 dan selama 2-5 hari.
Tata LAKSANA
FARMAKOLOGIS• Kloramfenikol • Tiamfenikol• Ko-trimoksazol (trimetoprim &
sulfametoksazol)• Ampisilin dan Amoksilin• Sefalosporin gen. 3• Fluorokinolon• Azitromisin
TATA LAKSANA
NON FARMAKOLOGIS• Istirahat (tirah baring)• Perawatan• Diet• Terapi penunjang
Pencegahan
• Lingkungan dan manusia.• Pemberian Vaksin: Chotipa (cholera-
tifoid-paratifoid) atau Tipa (tifoid-paratifoid).
• Ada 3 macam :• Vaksin sel bakteri Salmonella typhi
utuh• Ty21a vaksin bakteri hidup yang
dilemahkan (oral)• ViCPS, dari kapsul bakteri tersebut ->
diawetkan dalam phenol -> melalui injeksi
Komplikasi
• Komplikasi Intestinal• Perdarahan Usus• Perforasi Usus• Ileus Paralitik
• Komplikasi Ekstra–Intestinal• Komplikasi Kardiovaskuler: kegagalan
sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
• Komplikasi Hematologi: anemia hemolitik, trombositopenia.
• Komplikasi Paru: pneumonia, empiema,dan pleuritis.
Komplikasi
• Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
• Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
• Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
Prognosis
Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang sangat berat, seperti
• Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinyu.
• Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, komas atau delirium
• Terdapat komplikasi yang berat (dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonia dll).
• Keadaan gizi penderita yang buruk (malnutrisi energi protein).
Tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepat pengobatannya.
Kesimpulan