MPKT-A
Ilham Rahman
Baiti Rahma Maudina
Stevi Dianasari
M. Reza
Laras Shintya
Bab II. Dasar-Dasar Filsafat
Mengapa ilmuwan perlu filsafat?
Berkaitan dengan asumsi, fondasi, metode, dan implikasi dari ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu berurusan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Dasar Kajian Filsafat Etika;
Sejarah menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia.
Epistemologi;Memberi dasar bagi perolehan pengetahuan. Timbul berbagai
macam pertanyaan seperti “bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui? Sejauh mana ilmu pengetahuan dapatbekerja tanpa mengkaji pengetahuan? Apa itu pengetahuan?”
LogikaMenjawab berbagai pertanyaan seperti “bagaimana kita
memastikan pikiran yang digunakan dalam usaha perolehan pengetahuan adalah pikiran yang tepat?
Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkah-langkah perolehan pengetahuan secara benar.
Hubungan Filsafat dengan Karakter
Aktivitas dalam filsafat mencakup kegiatan berpikir, mencari kemungkinan lain dari situasi, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko, dan sebagainya merupakan aktivitas yang dapat menguatkan karakter.
Pengertian
Philos berarti kebijaksanaan; Sophos berarti pecinta
Cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan
Filsafat adalah usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis.
Kritis Berfilsafat berarti memilah-milah obyek dan
memberi penilaian. Radikal
Mendalam, sampai ke akar-akarnya. Sistematis
Upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut dan bertahap.
Cabang dan Aliran Filsafat
Ontologi Mengkaji tentang ‘ada’ (being) atau tentang apa
yang nyata Epistemologi
Mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan Axiologi
Mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia
Ontologi
Ontologi, dapat ditangkap oleh indra Metafisika, tidak dapat dijangkau secara
inderawi.
Epistemologi
Mengkaji teori-teori tentang sumber-sumber, hakikat, dan batas-batas pengetahuan.
Memiliki 4 pokok : Epistemologi dalam arti sempit Filsafat ilmu Keabsahan pengetahuan Batas-batas pengetahuan
Axiologi
Bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “Apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia?”
Aliran Filsafat
Rasionalisme : berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal.
Empirisme : menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan
Kritisisme : kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu ekstrem dalam mengkaji pengetahuan manusia.
Idealisme : berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mentarl ataupun proses-proses psikologi yang sifatnya subyektif
Vitalisme : memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secaa mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati.
Fenomenologi : mengkaji penampakan atau gejala-gejala dan memandang gejala serta kesadaran selalu saling terkait.
Alternatif Langkah belajar Filsafat
Menurut Kattsoff, langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis adalah:
Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaannya.
Menguji prinsip-prinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya.
Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang terkait dengan kebenaran.
Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji penyelesaian-penyelesaiannya.
Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan.
Menguji konsekuensi-konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan.
Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.
Bab III. Dasar-dasar Logika
Apakah logika itu?
Cabang matematikaMerupakan cabang matematika yang mengkaji
seluk-beluk perumusan pernyataan atau pernyataan yang benar, khususnya pernyataan yang menggunakan bahasa formal.
Cabang filsafatCabang dari filsafat yang mengkaji prinsip, hukum
dan metode berpikir yang benar, tepat dan lurus.
Kategori
Reaksi Waktu Lokasi Posisi Memiliki atau mengenakan
Substansi Kualitas Kuantitas Relasi Aksi
Menurut AristotelesDasar kategori adalah pengetahuan tentang ‘ada’, yaitu ontologi dan metafisika.
Menurut Immanuel Kant : Manusia sudah memiliki pengetahuan bawaan dalam bentuk kategori-kategori yang dibawanya sejak lahir.
Empat (4) kelompok besar : Kuantitas : universal dan partikular Kualitas : afirmatif, negatif atau infinit Relasi : kategorikal, hipotetikal atau disjunktif Modalitas : problematik, asertorik atau apodeiktik
Menurut George Willhelm Friedrich Hegel, kategori adalah ide-ide yang menjelaskan realitas.
Ditemukan sekitar 272 kategori
Menurut Charles Sanders Pierce, kategori adalah istilah-istilah paling umum yang dapat digunakan untuk membagi-bagi atau menggolong-golongkan pengalaman
Tiga kategori utama : firstness, secondness, dan thirdness.
Menurut Gilbert Ryle, kategori berjumlah tak terhingga dan tak teratur.
Totalitas kategori tidak dapat ditentukan polanya.
Term
Setiap hal yang dipersepsi adalah ide, yang menghasilkan suatu konsep. Setiap konsep ditandakan dalam bentuk term. Rangkaian term yang bermakna disebut pernyataan.
Dapat berupa formal dan instrumental Contoh formal : gambar, potret dan film Instrumental dapat berupa alamiah (tangis
menandakan kesedihan, dll) dan konvensional (morse, rambut lalu lintas, dll)
3 jenis makna term : Denotatik : makna sesungguhnya Sense : makna lain Emotif : berdasarkan perasaan atau emosi
Definisi
Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal.
Kendala yang sering muncul dalam pembuatan definisi adalah keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan term. Sehingga sering menghasilkan definisi yang terlalu luas dan penggunaan term yang sama untuk mewakili hal yang berbeda.
Penggolongan Definisi Definisi Nominal (Sinonim); Menerangkan makna kata seperti yang
dimuat dalam kamus. Misal : introspeksi ‘menilai diri sendiri’, kursi ‘tempat duduk’.
Definisi Real; menerangkan arti hal itu sendiri. Misal : sikap adalah ‘kecenderung memberikan tanggapan
secara positif atau negatif terhadap objek tertentu’ Definisi Esensial; menerangkan inti dari suatu hal dengan
menyebutkan genus dan diferentia-nya. Contoh : “Manusia adalah makhluk rasional
Definisi Deskriptif; mengemukakan segi-segi yang positif tetapi belum tentu esensial mengenai suatu hal. Distingtif, properti - Kausal, penyebab Genetik, asal mula atau proses - Aksidental, tidak esensial
Definisi yang menggunakan contoh.
Contohnya : “Minuman sehat itu diantaranya adalah air dan susu”
Kurang memadai karena tidak mencakup keseluruhan ide yang terkandung dalam hal yang didefinisikan
Aturan Membuat Definisi
1. Definisi harus lebih jelas dari apa yang di definisikan
2. Definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan
3. Definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas
4. Definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif
Divisi
Divisi adalah uraian suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu. Divisi Real
Fisik Bagian esensial; harus lengkap, jika ada yang hilang maka hilang
pula esensinya. Contoh: “manusia terdiri dari badan dan jiwa”. Bagian integral; jika ada bagiannya hilang,tidak menghilangkan
esensi. Contoh: “Pasir terdiri dari butiran-butiran” Metafisik; bagiannya tidak dapat dipisahkan karena
kenyataannya bagian-bagian itu merupakan ketunggalan
Divisi Logis; dalam divisi logis mental manusialah yang membagi keseluruhan hal menjadi bagian-bagian. Manusia menambahkan unsur-unsur tertentu kepada suatu hal untuk menjadikannya kelas.Misal : “Hal” “Hal yang hidup”, “hal hidup yang
berindera”
Aturan Pembuatan Divisi
1. Tidak boleh ada bagian yang terlewati.
2. Bagian tidak boleh melebihi keseluruhan.
3. Tidak boleh ada bagian yang meliputi bagian yang lain.
4. Divisi harus jelas dan teratur.
5. Jumlah bagian harus terbatas; kalau kebanyakan akan kacau. Jika diperlukan, dibuat sub-bagian.
Penalaran
Penalaran adalah penarikan kesimpulan berdasarkan alasan-asalan yang relevan. Alasan-alasan itu dapat berupa bukti, data, informasi akurat, atau penjelasan tentang hubungan antara beberapa hal
Penyimpulan Langsung
Kebenaran pertama-tama dapat dicapai melalui penyimpulan langsung (immediate inference), yaitu penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Prinsip-prinsip logika terdiri atas prinsip identitas, prinsip kontradiksi, dan prinsip tanpa nilai tengah (excluded middle)
Contoh : Apakah matahari itu jauh atau dekat?
Penyimpulan Tak Langsung
Untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang hal-hal yang tidak dapat dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu membandingkan ide-ide. Penyimpulan melalui perbandingan ide-ide adalah penyimpulan tak langsung
Jenis Penalaran
Ada dua jenis penaralan, yaitu deduksi atau penalaran deduktif dan induksi atau penalaran induktif
Contoh Deduksi : Semua tanaman tak berindera.
Puteri malu adalah tanaman.
Jadi: Puteri malu tak berindera Contoh Induksi : Air, di mana pun, di muka bumi atau di laut, pada
tingkat permukaan laut akan membeku pada nol derajat Celcius. Tetapi air dimanapun air
belaka.
Jadi: Semua air pada tingkat permukaan laut membeku pada nol derajat Celcius
Kesalahan Penyimpulan
Kesalahan penyimpulan digolongkan atas dua, yakni kesalahan material dan kesalahan formal. Kesalahan material adalah kesalahan putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang seharusnya memberikan fakta atau kebenaran. Kesalahan formal ialah kesalahan yang berasal dari urutan penyimpulan yang tidak konsisten
Argumentasi
Ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak langsung adalah argumentasi . Ada dua macam argumentasi yang umum digunakan dalam logika, yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. Silogisme kategoris adalah argumentasi yang menggunakan proposisi kategoris yang oleh Aristoteles disebut analitika. Silogisme hipotetis adalah argumentasi yang menggunakan proposisi hipotetis (silogisme hipotetis) yang oleh Aristoteles disebut dialektika
Silogisme Kategoris
Bentuk dasar silogisme kategoris ialah: Jika A adalah bagian dari C maka B adalah bagian dari C (Adan B adalah anggota dari C). Silogisme kategoris ini mengikuti hukum “Semua atau Tidak Sama Sekali” (All or None atau Dictum de Omni et Nullo); artinya, berlaku untuk seluruh anggota kelas, atau tidak sama sekali
Contoh : Tiada hewan (M) berkaki tiga (P).
Semua beruang (S) adalah hewan (M).
Jadi: Tiada beruang (S) berkaki tiga (P).
Silogisme Hipotesis
Premis mayor silogisme hipotetis adalah proposisi hipotetis sedangkan premis minor dan kesimpulannya adalah proposisi kategoris. Dalam silogisme hipotetis, tidak term mayor, term minor atau term tengah. Premis mayor terdiri atas anteseden dan konsekuen.
Contoh “Jika hari hujan, maka tanah basah”, hari hujan adalah anteseden dan tanah basah adalah konsekuen
Hukum Silogisme
1. Silogisme hanya mengandung 3 term
2. Term mayor atau term minor tidak boleh menjadi universal dalam kesimpulan jika dalam premis hanya bersifat pertikular
3. Term tengah tidak boleh muncul dalam kesimpulan
4. Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premis-premis, setidak-tidaknya satu kali
5. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan juga afirmatif
6. Tidak boleh kedua premis negatif, setidaknya salah satu harus afirmatif
7. Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Kalau salah satu premis partikular, kesimpulan harus partikular
8. Tidak boleh kedua premis partikular, setidaknya salah satu harus universal.
Sesat Pikir
Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika.
Menurut Copi, penggolongan sesat pikir dibagi menjadi dua, yaitu : formal dan informal
Sesat Pikir Formal
a. Empat termRumah mempunyai halaman. Buku mempunyai halaman. Jadi: Buku adalah rumah.
b. Term tengah yang tak terdistribusikanKucing makan daging. Anto makan daging. Jadi: Anto adalah kucing.
c. Proses ilisitBanyak orang Indonesia pemalas.Pemalas tidak bisa maju. Jadi: Orang Indonesia tidak bisa maju.
d. Premis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif Semua orang Indonesia adalah manusia. Sebagian orang Indonesia bernafas. Jadi: Sebagian orang Indonesia tidak bernafas.
e. Premis negatif dan kesimpulan afirmatif Tiada hewan yang berkaki tiga. Semua hewan peka terhadap rangsang.Jadi: Semua yang peka terhadap rangsang berkaki tiga.
f. Dua premis negatif Tiada buku Jono yang mudah dibaca.Tiada buku yang mudah dibaca bermutu. Jadi: Semua buku Jono bermutu.
g. Mengafirmasi konsekuensi Kalau lampu menyala, perabot-perabot di rumah saya nampak. Perabot-perabot di rumah saya nampak. Jadi: Lampu menyala.
h. Menolak anteseden Jika guru pandai maka murid pandai. Murid tidak pandai. Jadi: Guru tidak pandai.
i. Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer (atau)
Hari hujan atau panas. Hari hujan. Jadi: Hari tidak panas.
j. Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer (dan) Nativisme dan empirisme tidak benar. Nativisme benar. Jadi : Empirisme tidak benar.
Sesat Pikir Nonformal1. Perbincangan dengan ancaman 2. Salah guna (Abusive)3. Argumentasi berdasarkan
kepentingan (circumstantial) 4. Argumentasi berdasarkan
ketidaktahuan 5. Argumentasi berdasarkan belas
kasihan 6. Argumentasi yang disangkutkan
dengan orang banyak 7. Argumentasi dengan
kewibawaan ahli walaupun keahliannya tidak relevan
8. Accident atau argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial
9. Perumusan yang tergesa-gesa (converse accident)
1. Sebab yang salah 2. Penalaran sirkular 3. Sesat pikir karena terlalu banyak
pertanyaan yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai dengan pertanyaan
4. Kesimpulan tak relevan. 5. Makna ganda (equivocation) 6. Makna ganda ketata-bahasaan
(amphiboly) 7. Sesat pikir karena perbedaan
logat atau dialek bahasa 8. Kesalahan komposisi 9. Kesalahan divisi 10. Generalisasi tak memadai
BAB IV. DASAR-DASAR ETIKA
Dasar-dasar Etika Perbedaan Etika dan Moralitas
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal seperti: ‘Apa artinya baik? ‘, ‘Apa itu keputusan moral?’, ‘Apakah moral itu subjektif atau objektif?’, ‘Bagaimana menjalani kehidupan yang baik?’
Moralitas mengacu pada nilai baik atau tidak baik yang disepakati dan diadopsi dalam suatu lingkungan tertentu dan lebih dipahami sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik, sehingga sistem moralitas seringkali sangat bergantung dengan komutitasnya, misalnya agama atau budaya tertentu.
Moralitas sangat berhubungan dengan etika karena hal itu adalah objek kajiannya. Etika adalah suatu abstraksi dalam memahami atau mendefinisikan moral dengan melakukan refleksi atasnya. Etika membahas persoalan moral pada situasi tertentu dengan pendekatan tertentu pula.
Klasifikasi etika Etika normatif, berfokus pada prinsip-prinsip yang seharusnya
dari tindakan yang baik. Etika terapan, penerapan teori-teori etika secara lebih spesifik
baik pada domain privat atau publik. Etika deskriptif, hanya melakukan observasi terhadap apa yang
dianggap baik oleh individu atau masyarakat. Metaetika, berfokus apa arti dari pernyataan-pernyataan etika.
THANK YOU