Bed Side Teaching
KEHAMILAN PRETERM
Oleh :
Erni Yessyca
Rizky Rahmaniyah
Pembimbing :
Dr. Hj.Putri Sri Lasmini, Sp.OG-K
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RS DR. M. DJAMIL PADANG
2012
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kehamilan Preterm
1. 1 Masa kehamilan/gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
terakhir (menstrual age of pregnancy).
a) Kehamilan cukup bulan (term / aterm) : masa gestasi 37-42 minggu (259 - 294 hari) lengkap
b) Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari)
c) Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari)
1. 2 Tahap-tahap perkembangan janin
1.3 Asuhan Antenatal Care
1. 3. 1 Jadwal ANC menurut WHO
Menurut WHO untuk wanita hamil minimal dapat melakukan ANC sebanyak 4 kali yaitu 1
kali saat TM I, 1 kali saat TM II, dan 2 kali saat TM III.
Kunjungan Pertama; sebaiknya sebelum kehamilan 12 minggu
Informasi umum pasien
Informasi tentang riwayat kesehatan pasien
Riwayat obstetric pasien sebelumnya
Pemeriksaan fisik mencakup tanda-tanda anemia, tekanan darah, berat badan dan tinggi
badan, dan pemeriksaan vagina dengan speculum termasuk Pap smear
Pemeriksaan darah (sebaiknya pemeriksaan Hb hanya dilakukan pada usia kehamilan 32
minggu atau kunjungan ke-3, kecuali ada tanda-tanda anemia), urin, dan golongan darah
Pemberian suplemen besi Memberikan edukasi dan informasi kesehatan selama kehamilan
Pemberian suntikan TT
Kunjungan ke-2; dilakukan pada kehamilan mendekati 26 minggu.
Mengulang pertanyaan tentang riwayat kesehatan dan penyakit pasien
Catat kondisi pasien yang tidak ditemukan sewaktu kunjungan pertama (kecelakaan, penyakit,
perdarahan/keputihan dari vagina, dll)
Catat setiap perubahan pada tubuh pasien
Tanya gerakan bayi
Periksa BJA
Tanya tentang kebiasaan ibu : merokok, alcohol, dll
Periksa tekanan darah
Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan vagina bilapada kunjungan pertama tidak dilakukan.bila terjadi perdarahan
pemeriksaan vagina dilarang.
Pemeriksaan Hb ulang jika pada pemeriksaan Hb pertama < 7 gr%
Pemberian suplemen besi
Pemberian nasehat dan edukasi tentang kehamilan
Member tahu jadwal kunjungan berikutnya yaitu pada kehamilan mendekati usia 32 minggu
Kunjungan ke-3; dilakukan pada usia kehamilan mendekati 32 minggu.
Jika pasien tidak dating pada kunjungan ke-2, pemeriksaan dilengkapkan pada kunjungan ke-3
Tanya keluhan pasien: nyeri punggung, berdarahan, keputihan, dll
Pengukuran TD, pemeriksaan Leopold, urinalisis, timbang BB dan pemeriksaan hemoglobin
Tanya gerakan anak dan periksa BJA
Kunjungan ke-4; sebaiknya pada usia kehamilan antara 36-38 minggu.
Pemeriksaan presentasi bayi dan penurunan bagian terbawah bayi
Menilai panggul sempit atau tidak
Memberikan semua informasi tentang tanda-tanda persalinan, dan jika ada segera pergi ke RS
atau klinik bersalin.
Jika tidak ada tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan 41 minggu segera pergi ke RS.
Pemeriksaan fisik dan laboratorium seperti kunjungan sebelumnya
2. Persalinan preterm
Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan kurang dari 37 minggu.
Kelahiran preterm akhir adalah persalinan saat usia kehamilan antara 34 sampai 36 minggu.1
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak meningkatnya
kematian perinatal. Angka morbiditas dan mortalitas pada bayi yang prematur mencapai 80% dari
angka kematian perinatal.2
2. 1 Epidemiologi
Kelahiran preterm terjadi sekitar 6-8% kehamilan, 30-40% dengan membran yang intak.
Persalinan preterm menyebabkan kira-kira 70% morbiditas dan mortalitas pada neonatus.2,3
2. 2 Etiologi
Dari seluruh persalinan preterm, 30 sampai 35 persen dilakukan atas indikasi, 40 hingga 45
persen disebabkan karena persalinan preterm spontan, dan 30 sampai 35 persen karena ketuban
pecah dini preterm (Goldenberg dkk, 2008). 1
2. 2. 1 Indikasi Medis dan Obstetrik
Ananth dan Vintzileos (2006) menggunakan data kelahiran Missouri dari tahun 1989 hingga
tahun 1997 untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan persalinan atas indikasi sebelum
usia kehamilan 35 minggu. Preeklamsia, gawat janin, kecil untuk masa kehamilan, dan abrupsio
plasenta (solusio plasenta) adalah indikasi-indikasi yang paling umum untuk dilakukannya
intervensi medis yang mengakibatkan kelahiran preterm. Penyebab-penyebab lainnya yang kurang
umum adalah hipertensi kronis, plasenta previa, perdarahan yang tidak dapat dijelaskan, diabetes,
penyakit ginjal, isoimunisasi Rh, dan malformasi kongenital.1
2. 2. 2 Ketuban Pecah Dini Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban sebelum masuk persalinan dan
sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Ketuban pecah dini preterm dapat berasal dari
beragam mekanisme patologis, termasuk infeksi intra-amnion. Faktor-faktor lain yang terlibat
termasuk status sosial ekonomi rendah, indeks massa tubuh rendah (kurang dari 19,8), defisiensi zat
gizi, dan merokok. Wanita dengan ketuban pecah dini preterm sebelumnya mengalami peningkatan
risiko untuk terjadi lagi selama kehamilan berikutnya (Bloom dkk, 2001). Namun, kebanyakan
kasus ketuban pecah dini preterm terjadi tanpa faktor risiko.1
2. 2. 3 Persalinan Preterm Spontan
Persalinan preterm paling sering (45% kasus) terjadi karena persalinan spontan.
Goldenberg dkk (2008b) mengulas tentang patogenesis persalinan preterm dan beberapa
mekanisme yang terlibat dalam patogenesis persalinan preterm tersebut, yaitu:
a. Penurunan produksi progesterone (progesterone withdrawal)
b. Inisiasi oksitosin
c. Aktivasi desidua
d. Penyimpangan dari pertumbuhan janin yang normal
2. 3 Faktor-faktor yang Berkontribusi dan Mendahului Persalinan Preterm
2. 3. 1 Abortus Imminens
Perdarahan per vaginam pada awal kehamilan dikaitkan dengan peningkatan keluaran
yang buruk nantinya. Weiss dkk (2004) melaporkan keluaran-keluaran pada kasus-kasus
perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 6 sampai 13 minggu pada hampir 14.000
wanita. Baik perdarahan ringan dan berat dikaitkan dengan persalinan preterm yang
mengikutinya, solusio plasenta, dan kehilangan kehamilan (keguguran) sebelum usia
kehamilan 24 minggu yang mengikutinya.1
2. 3. 2 Faktor Gaya Hidup
Merokok, penambahan berat badan ibu yang tidak adekuat, dan penggunaan obat
terlarang memiliki peran penting baik dalam insidensi dan keluaran dari neonatus dengan
berat lahir rendah. Selain itu, Ehrenberg dkk (2009) mendapati bahwa wanita dengan berat
badan berlebih (overweight) yang berisiko mengalami persalinan preterm, memiliki angka
persalinan sebelum usia kehamilan 35 minggu yang lebih rendah dibandingkan wanita yang
berisiko mengalami persalinan preterm dengan berat badan normal.
2. 3. 3 Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis seperti depresi, kecemasan, dan stres kronis telah dilaporkan
berhubungan dengan kelahiran preterm (Copper, 1996; Li, 2008; Littleton, 2007; Mercer,
2002, dan semua rekan-rekan mereka). Neggers dkk (2004) mendapatkan sebuah hubungan
yang signifikan antara berat lahir rendah dan kelahiran preterm pada wanita yang terluka
karena penyiksaan fisik.1
2. 3. 4 Perbedaan Ras dan Etnis
Di Amerika Serikat dan di Inggris, wanita yang diklasifikasikan sebagai kulit hitam,
Afrika-Amerika, dan Afro-Karibia secara konsisten dilaporkan berada pada risiko yang
lebih tinggi untuk mengalami persalinan preterm (Goldenberg dkk, 2008b). Keterkaitan
lainnya meliputi status sosial ekonomi dan status pendidikan yang rendah. Perempuan kulit
hitam mengalami peningkatan risiko persalinan preterm yang berulang. Para peneliti
menyiratkan bukti adanya peningkatan risiko intrinsik persalinan prematur pada populasi
ini.1
2. 3. 5 Bekerja Selama Kehamilan
Penelitian-penelitian mengenai pekerjaan dan aktivitas fisik terkait dengan persalinan
preterm telah memberikan hasil yang bertentangan (Goldenberg dkk, 2008). Namun, ada
beberapa bukti bahwa jam kerja yang panjang dan kerja fisik yang berat mungkin
berhubungan dengan peningkatan risiko persalinan preterm.1
2. 3. 6 Faktor-Faktor Genetik
Kelahiran preterm yang mempunyai karakteristik rasial, familial, dan berulang telah
menyebabkan asumsi bahwa genetika mungkin memainkan peran kausal.Terdapat
sekumpulan literatur yang terus bertambah mengenai varian-varian genetik yang
mendukung konsep ini. Beberapa penelitian tersebut juga mengimplikasikan keterlibatan
gen-gen imunoregulatoris dalam menyebabkan korioamnionitis pada kasus-kasus persalinan
preterm akibat infeksi.1
2. 3. 7 Penyakit Periodontal
Inflamasi gusi adalah sebuah inflamasi anaerobik kronis yang menimpa sebanyak 50
persen wanita hamil di Amerika Serikat. Vergnes dan Sixou (2007) melakukan meta-
analisis terhadap 17 penelitian dan menyimpulkan bahwa penyakit periodontal secara
bermakna terkait dengan kelahiran preterm-odds ratio 2,83 (CI 1,95-4,10). Dalam editorial
yang menyertai, Stamilio dkk (2007) menyimpulkan bahwa data yang digunakan tidak
cukup kuat untuk merekomendasikan skrining dan pengobatan penyakit periodontal
terhadap wanita hamil.1
2. 3. 8 Cacat Lahir
Dalam sebuah analisis data sekunder dari uji coba (Trial) First- and Second Trimester
Evaluation of Risk (FASTER), Dolan dkk (2007) mendapati, setelah mengendalikan
berbagai faktor perancu, bahwa cacat lahir terkait dengan kelahiran preterm dan berat lahir
rendah.1
2. 3. 9 Interval antar Kehamilan dan Kelahiran Preterm
Interval antar kehamilan yang pendek telah diketahui untuk beberapa waktu dikaitkan
dengan keluaran perinatal yang jelek. Dalam sebuah meta-analisis baru-baru ini, Conde-
Agudelo dkk (2006) melaporkan bahwa interval yang lebih pendek dari 18 bulan dan lebih
lama dari 59 bulan dikaitkan dengan meningkatnya risiko untuk kelahiran preterm dan bayi
yang kecil-untuk-masa kehamilan.1
2. 3. 10 Persalinan Preterm Sebelumnya
Sebuah faktor resiko utama untuk persalinan preterm adalah persalinan preterm
sebelumnya (Spong, 2007). Tabel 1 menunjukkan insidensi kelahiran preterm berulang
pada hampir 16.000 wanita yang melahirkan di Parkland Hospital (Bloom dkk,
2001). Risiko persalinan preterm berulang pada wanita-wanita yang persalinan pertamanya
preterm meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita-wanita yang neonatus
pertamanya lahir aterm. Lebih dari sepertiga perempuan yang dua bayi pertamanya lahir
preterm kemudian hari melahirkan bayi ketiga yang preterm juga. Kebanyakan -70 persen-
dari persalinan berulang dalam penelitian ini terjadi dalam kurun waktu 2 minggu dari usia
kehamilan dari persalinan preterm sebelumnya. Penting diketahui bahwa penyebab
persalinan preterm sebelumnya juga berulang. Koitus selama awal kehamilan tidak
berhubungan dengan peningkatan risiko kelahiran preterm berulang.
2. 3. 11 Infeksi
Goldenberg dkk (2008b) telah meninjau peran infeksi pada kelahiran
preterm. Dihipotesiskan bahwa infeksi intrauterin memicu persalinan preterm melalui
aktivasi sistem imun bawaan (innate immne system). Dalam hipotesis ini, mikroorganisme
menimbulkan pelepasan sitokin-sitokin inflamasi seperti interleukin dan tumor necrosis
factor (TNF), yang pada gilirannya merangsang produksi prostaglandin dan/atau enzim
pendegradasi matriks. Prostaglandin merangsang kontraksi uterus, sedangkan degradasi
matriks ekstraseluler pada selaput ketuban janin menyebabkan ketuban pecah
dini. Diperkirakan bahwa 25 sampai 40 persen dari kelahiran preterm diakibatkan oleh
infeksi intrauterin.
2. 4 Diagnosis1,4,5
Karena kontraksi uterus saja dapat menyebabkan kekeliruan dalam menegakkan diagnosis
persalinan preterm maka Herron (1982) memerlukan kriteria berikut ini untuk mencatat
persalinan preterm yaitu kontraksi yang teratur setelah kehamilan 20 minggu atau sebelum 37
minggu, yang interval antar kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai dengan satu
atau tanda dibawah ini :
1. Perubahan progresif pada serviks.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80% atau lebih.
Keluhan atau gejala lain dari yang dapat membantu yang dapat menegakkan ,diagnosa dini dari
wanita hamil dengan resiko untuk persalinan preterm adalah :
1. Keluarnya mukus dari serviks, sering sedikit berdarah.
2. Nyeri punggung bawah.
3. Tekanan panggul yang sering disebabkan oleh desensus janin.
4. Kram mirip menstruasi.
5. Kram intestinal degan atau tanpa diare.
Diagnosis Persalinan Preterm
Persalinan preterm perlu ditetapkan secara cermat agar tidak terjadi kesalahan dengan akibat
terapi yang berlebihan atau terlambat. Anamesis dan pemeriksaan fisik faktor risiko persalinan
penting sekali sehingga dapat menggolongkan kasus kepada risiko tinggi atau rendah.
Faktor yang amat bermakna ialah :
1. Riwayat preterm
2. Ketebalan serviks dan pembukaan
3. His yang progresif
4. Penyakit ibu
Serviks yang tebalnya kurang dari 1 cm, lunak dan sudah ada pembukaan pada kehamilan
preterm amat besar kemungkinannya untuk partus demikian pula dengan kotraksi reguler yang
lebih dari 3 kali dalam sejam.
2. 5 Penatalaksanaan Persalinan Preterm1,4,5
Pasien harus diobservasi selama 30 sampai 60 menit untuk menentukan penanganan yang tepat.
Walaupun sejumlah obat-obatan dan intervensi lain telah digunakan untuk mencegah terjadinya
persalinan prema/tur, tidak ada yang menunjukkan hasil yang benar-benar efektif. Karena
ketidaktentuan ini, American College of Obstetricians dan Gynecologists merekomendasikan
bahwa pemberian tokolitik dipertimbangkan ketika terdapatnya kontraksi rahim yang teratur
disertai perubahan cervix atau adanya dilatasi dan pendataran cervix yang cukup besar.
2. 5. 1 Tirah Baring
Keberhasilan tirah baring baik di rumah sakit maupun di rumah untuk mencegah terjadinya
persalinan prematur diteliti oleh Goldenberg dan kawan-kawan, yang menemukan tidak ada
bukti yang dapat dipercaya bahwa hal tersebut membantu. Kovacevich dan kawan-kawan
melaporkan bahwa tirah baring selama 3 hari atau lebih meningkatkan terjadinya komplikasi
tromboemboli 16 dari 1000 wanita dibandingkan dengan hanya 1 dari 1000 wanita dengan
kegiatan yang normal.
2. 5. 2 Hidrasi dan Sedasi
Helfgott dan kawan-kawan membandingkan hidrasi dan sedasi dengan tirah baring pada
percobaan acak 119 wanita yang sedang dalam perawatan kelahiran prematur, Wanita dipilih
secara acak untuk menerima 500 ml kristaloid lebih dari 30 menit dan 8 hingga 12 mg morfin
sulfat intramuskular memiliki hasil akhir yang sama dibandingkan dengan mereka yang dengan
tirah baring. Walaupun wanita dengan kontraksi prematur diterapi dengan 0.25 mg terbutaline
subkutan mungkin dapat terjadi kontraksi yang berhenti lebih cepat secara signifikan
dibandingkan dengan wanita yang tidak mendapatkan terapi, hasil akhirnya ternyata serupa.
2. 5. 3 Medikamentosa
Reseptor Beta-Adrenergik
Ritodrine
Terbutaline
Magnesium Sulfat
Inhibitor Prostaglandin
Calsium Channel Blocker
Donor Nitrir Oksida
Kortikosteroid
Glukokortikoid digunakan untuk meningkatkan produksi pada surfaktan paru-paru janin
untuk mengurangi kejadian respiratori distres pada janin. Preparat yang biasa digunakan adalah
betamethasone 12 mg intramuskular yang dapat diulangi tiap 12 atau 24 jam.
2. 6 Manajemen rekomendasi untuk Persalinan Preterm
Pertimbangan di bawah ini harus diberikan pada wanita dengan persalinan preterm :
1. Konfirmasi persalinan preterm secara lengkap.
2. Untuk kehamilan kurang dari 34 minggu pada wanita tanpa indikasi maternal dan janin
dilakukannya persalinan, observasi ketat dengan meninjau kontraksi rahim dan denyut
jatung janin sudah tepat dan pemeriksaan serial dilakukan untuk menilai perubahan cervix.
3. Untuk kehamilan kurang dari 34 minggu, glukokortikoid diberikan untuk merangsang
pematangan paru janin.
4. Untuk kehamilan kurang dari 34 minggu pada wanita yang tidak menunjukkan kemajuan
persalinan, beberapa dokter mempercayai kemungkinan untuk mencoba mencegah
kontraksi untuk menunda kelahiran ketika wanita diberikan glukokortikoid dan profilaksis
B streptococcus. Walaupun terapi tokolitik tidak digunakan di Rumah Sakit Parkland, tetapi
diberikan di University of Alabama di Rumah Sakit Birmingham.
5. Untuk kehamilan 34 minggu atau lebih, wanita dengan persalinan preterm dipantau untuk
kemajuan persalinan dan keadaan janin.
6. Untuk persalinan aktif, anti mikroba diberikan untuk mencegah infeksi streptococcus grup
B pada neonatus.
2. 7 Komplikasi Persalinan Preterm Pada Bayi4,5
Adapun komplikasi yang sring terjadi pada persalinan preterm pada bayi antara lain :
a. Komplikasi jangka pendek
Komplikasi jangka pendek pada bayi yang lahir preterm selalu dikaitkan dengan
pematangan paru janin yang belum sempurna, antara lain Respiratory distress syndrome.
Komplikasi jangka pendek lain yang sering terjadi adalah intra venticular haemorrhagae
dan Necrotizing enterolities.
b. Komplikasi jangka panjang
Allen dkk (1993) mengemukakan bahwa bayi-bayi yang lahir pada usia kehamilan 23-24
minggu yang berhasil diselamatkan menunjukkan komplikasi kelainan otak yang cukup
berarti.
Hack dkk (1994) melakukan pengamatan terhadap 60 anak yang lahir dengan berat 750
gram sampai dengan usia sekolah ternyata mempunyai masalah dalam hal ketrampilan, 45
% dari bayi-bayi preterm yang hidup memerlukan saran pendidikan khusus, dimana 21 %
memiliki IQ , 70 dan banyak yang mengalami hambatan pertumbuhan dan daya
penglihatan yang dibawah normal.
2. 8 Prognosis 5
Jika terdapat fasilitas perawatan neonatus intensif yang bagus maka prognosis neonatus
prematur menjadi lebih baik. Neonatus dengan berat 2000-2500 gram mempunyai angka
survival rates lebih dari 97%, diantara 1500-2000 gram angka survival rates lebih dari 90%,
dan diantara 1000-1500 gram angka survival rates 65-80%. Angka mortalitas dan morbiditas
lebih tinggi pada janin yang lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd ed.
McGraw- Hill.
2. Decherney Alan H and Martin L. Pernoll. Current Obstetric & Ginecologic Diagnostic &
Treatment Edition 8. America: Appleton & Lange.
3. Winkjosastro G.H. Ilmu Kebidanan. Edisi 4 cetakan ke 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2008.
4. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle for
Practise. McGraw-Hill.
5. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th ed.
Saunders.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. S Nama suami : Tn. S
Umur : 31 tahun Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : S2 Pendidikan : SMA
Suku : Minang
Agama : Islam
Alamat : Cimpago Permai Blok I1
No. MR : 773769
Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 31 tahun datang ke Poliklinik Kebidanan RS Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 13 Februari 2012 pukul 11.30 WIB dengan :
Keluhan Utama:
Kontrol kehamilan
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Kontrol kehamilan, ini merupkan kontrol kehamilan pertama ke RSUP Dr. M. Djamil Padang,
sebelumnya pasien kontrol ke bidan satu kali sebulan.
- Pasien tidak haid sejak 8 bulan yang lalu.
- HPHT 25-6-2011 TP :1-4-2012.
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada.
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada.
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada.
- Keluar darah yang banyak dari kemaluan selama kehamilan tidak ada.
- Gerakan anak dirasakan sejak usia kehamilan 5 bulan.
- Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (+), perdarahan (-)
- ANC : ke bidan, teratur tiap bulan.
- Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
- Riwayat menstruasi : haid pertama usia 11 tahun, siklus haid teratur,maju 2 hari setiap bulannya
(siklus 1x28 hari), lama haid 4-5 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk/hari, nyeri haid (-)
- Riwayat demam (-), trauma (-), keputihan (-).
- BAK dan BAB biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hepar, diabetes melitus dan
hipertensi.
- Riwayat alergi obat ada (amoksicilin dan asam mefenamat)
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Ayah dan ibu pasien menderita diabetes melitus
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1 x pada tahun 2011
Riwayat Kehamilan/ Abortus/ Persalinan : 1/0/0
1.Sekarang
Riwayat Kontrasepsi : tidak ada
Riwayat imunisasi : tidak ada
Riwayat Kebiasaan :
- Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, narkoba dan jamu.
- Suami pasien tidak merokok.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentif cooperatif
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 90 x / menit
Frekuensi nafas : 20 x / menit
Suhu : 37 ºC
TB : 160 cm
BB saat hamil : 76 kg
BB sebelum hamil : 60 kg
BMI sebelum hamil : 25,97 Kesan : gizi baik (normal)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjer tiroid tidak membesar, KGB tidak membesar
Toraks : Jantung :
Inspeksi: Iktus tidak terlihat
Palpasi: Iktus teraba 1 jari medial linea midklavikula sinistra RIC V
Perkusi: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: irama jantung teratur, bising (-)
Paru :
Inspeksi: pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi: fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen: status obstetrikus
Genitalia : status obstetrikus
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, edema -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-,
Status Obstetrikus :
- Muka : kloasma gravidarum (-)
- Mammae : membesar, areola dan papila hiperpigmentasi, kolostrum (+)
- Abdomen :
Inspeksi : perut tampak membuncit sesuai kehamilan preterm
linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)
Palpasi : L1 : FUT teraba diantara pusat dan procesus xifoideus
teraba massa besar,lunak dan noduler
L2 : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri
teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kanan
L3 : teraba masa bulat,keras, floating
L4 : tidak dilakukan
TFU : 29 cm TBA : 2480 gram His : (-) Brakston His : (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal, DJJ :146x/menit
- Genitalia:
Inspeksi : V/U tenang, perdarahan per vaginam (-), tumor (-)
Diagnosis :
G1P0A0H0 gravid preterm 33-34 minggu
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala
Sikap :
- Pemeriksaan laboratorium darah dan urin rutin
- Pemeriksaan gula darah dengan TTGO
- Jelaskan kepada pasien tentang tanda-tanda inpartu dan apa yang harus dilakukan pasien
apabila tanda-tanda tersebut muncul
- Anjurkan kepada pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral yang cukup.
- Minum air putih minimal 9 gelas per hari.
- Jelaskan mengenai rencana persalinan.
- Pemberian tablet Fe,asam folat dan Kalk.
- Anjurkan untuk menyusui secara dini dan mengkonsumsi ASI eksklusif setelah anak lahir.
- Anjurkan menggunakam KB setelah persalinan.
Rencana :
- Kontrol ulang 2 minggu lagi bila tidak ada tanda-tanda persalinan.
- Pemeriksaan USG
DISKUSI