1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah mendasar dalam dunia pendidikan saat ini di samping masalah
peningkatan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan akan pemerataan dalam
memperoleh pendidikan, juga masalah peningkatan kualitas pendidikan guna
mencapai relevansi serta mutu yang tinggi. Dalam peningkatan kualitas
pendidikan, masih banyak kekurangan-kekurangan baik dari segi tenaga pendidik,
maupun segi fasilitas pendidikan yang dapat menunjang peningkatan mutu
pendidikan itu sendiri.
Untuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut membutuhkan keseriusan
dari berbagai pihak yang terkait. Khususnya pendidikan dan pengajaran bahasa
Indonesia sebagai bagian dari bahan ajar di berbagai jenjang pendidikan, yang
selama ini menjadi momok bagi setiap peserta didik padahal pengajaran bahasa
Indonesia memegang peranan yang cukup penting dalam mengantar pemikiran
manusia kepada suatu kehidupan sosial yang indisipliner dan sekarang telah
menjadi suatu pendidikan yang ampuh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK).
Salah satu indikator yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran sangat ditentukan oleh guru, siswa, fasilitas, media pembelajaran
dan model pembelajaran. Oleh karena itu, disamping proses belajar mengajar
2
merupakan kegiatan terpenting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, model
dan metode pembelajaran juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pokok di dalam
keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada kreativitas guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya dalam menyampaikan materi.
Jika dihubungkan dengan kreativitas guru maka salah satunya adalah bagaimana
guru menggunakan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Model pembelajaran ini sangat penting dalam penyampaian atau penyajian
materi pelajaran. Suatu metode cocok dengan materi pembelajaran maka secara
otomatis kegiatan pembelajaran akan berhasil dengan maksimal. Untuk mencapai
kriteria ini, adalah tugas dan peran guru dalam memilih dan menggunakan model
yang kreatif dalam membangkitkan semangat dan motivasi belajar siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran geografi.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA
Tridharma Kota Gorontalo menunjukkan bahwa kemampuan siswa tersebut masih
tergolong rendah, hal tersebut nampak pada : 1). Masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung,
2). Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan
guru, 3). Rendahnya kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal evaluasi, 4).
Guru mata pelajaran geografi belum pernah menerapkan model pembelajaran
3
Cooperative Script khususnya materi sumber daya alam . Rendahnya hasil belajar
siswa terlihat dengan hasil capaian pada kegiatan evaluasi yakni dari 14 orang
siswa hanya 8 orang siswa atau 57% yang memperoleh nilai di atas rata-rata
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 - 100, sedangkan sisanya
yang memperoleh nilai di bawah rata-rata (74 ke bawah) berjumlah 6 orang siswa
atau 43%. Tentu hasil ini belum sesuai dengan harapan.
Melihat permasalahan diatas, maka perlu sebuah solusi atau penyelesaian
masalah sehingga hal ini bisa berdampak terhadap hasil belajar siswa. Tentu perlu
penerapan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang
bisa diterapkan pada mata pelajaran geografi khususnya materi sumber daya alam
adalah model pembelajaran Cooperative Script.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk atau
model metode pembelajaran kooperatif dalam perkembangannya mengalami
perkembangan sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit
berbeda satu dengan yang lainnya. Pada pembelajaran Cooperative Script
khusunya pokok bahasan sumber daya alam terjadi kesepakatan antara siswa
tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama
akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi
kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling
mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan
bersama. Interaksi aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-
benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
4
keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis
yang dikembangkan saat ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dan memformulasikannya dalam sebuah judul ”Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Melalui Model Pembelajaran
Cooperative Script Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam (Suatu Penelitian
Pada Siswa Kelas XI SMA Tridharma Kota Gorontalo)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka peneliti
mengidentifikasikan beberapa permasalahan yakni:
1) Masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses belajar mengajar berlangsung.
2) Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan
guru.
3) Rendahnya kemampuan siswa dalam menjawab soal-soaal evaluasi.
4) Guru mata pelajaran geografi belum pernah menerapkan model pembelajaran
Cooperative Script khususnya p sumber daya alam.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti merumuskan
permasalahan penelitian ini yakni : Apakah dengan menerapkan model
pembelajaran Cooperative Script pada pokok bahasan sumber daya alam hasil
belajar siswa SMA Tridharma Kota Gorontalo akan meningkat?
5
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA
Tridharma Kota Gorontalo pada mata pelajaran geografi melalui penggunaan
model pembelajaran Cooperative Script pada pokok bahasan sumber daya alam.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
kepada para guru. Dan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh para guru.
Penelitian ini juga diharapkan memberikan ilmu kepada para siswa,
sehingga para siswa mendapatkan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi diri
mereka. Hasil dari penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang membutuhkannya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru, dari hasil penelitian ini guru dapat lebih tepat dalam
menggunakan strategi untuk meningkatkan prestasi geografi siswa
sehingga prestasi belajar yang ingin dicapai dapat diwujudkan.
b) Bagi siswa, siswa akan dapat menggunakan hasil dari penelitian ini
untuk meningkatkan prestasi geografinya.
c) Bagi sekolah, memberi masukan untuk mengetahui pengelolaan
pembelajaran dalam rangka perbaikan pembelajaran geografi pada
khususnya.
6
d) Bagi peneliti, untuk mengetahui efektifitas dan mendapatkan gambaran
tentang hasil belajar geografi dengan pendekatan cooperative script
pada pokok bahasan sumber daya alam.
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hakekat Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Hasil belajar adalah
hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti serangkaian kegiatan instruksional
tertentu. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa erat kaitannya dengan rumusan
instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hasil dan bukti belajar
ialah adanya perubahan tingkah laku orang yang belajar yang terjadi karena proses
kematangan dan hasil belajar bersifat relatif menetap, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
H.C Wethrington (dalam Uzer 2001:5) mengemukakan belajar adalah
sesuatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola
baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu
pengertian. Sedangkan belajar menurut Surya (2003:11) adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungannya.
Segala kemampuan atau potensi yang ada pada diri manusia tidak akan
berfungsi. Untuk mengembangkan potensi pada diri manusia dimulai dari hal-hal
yang sifatnya kecil atau kurang berarti, kemudian sedikit demi sedikit dilatih atau
8
dibiasakan yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan. Untuk mencapai hal
tersebut diatas tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Hamalik (2004:21) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru, secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, daya
reaksi dan daya penerimaannya pada aspek-aspek individu.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (dalam Sudrajat 2008)
mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya
pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat,
dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya.
9
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang psikologi
pendidikan menganggap bahwa dalam dalam proses belajar mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku
dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi
Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip-prinsip
perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia
kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap
dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya,
seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam
10
panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk
kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia
ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang psikologi pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya.
Hakekat hasil pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan belajar yang
berarti menyatakan bahwa salah satu kategori hasil belajar yakni pengalaman atau
penampilan yang dapat diamati secara langsung.
Mudjiono (2006:26) mengatakan hasil belajar merupakan capaian siswa
dalam evaluasi yang diadakan setelah kegiatan belajar mengajar yang ditandai
dengan nilai. Ini mengisyaratkan bahwa hasil belajar dapat diartikan perolehan
siswa setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan sebagai
prestasi yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan
nilai.
Hasil belajar dapat diuraikan secara luas berdasarkan konsepsi yang
digunakan. Secara luas belajar di kembangkan berdasarkan taksonomi yang di
ajukan Bloom. Berdasarkan taksonomi Bloom, maka hasil belajar dapat diuraikan
atas tiga komponen ranah atau kawasan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
11
Bloom membedakan tujuan untuk jangkauan kognitif termasuk dalam jajaran
kategori utama pengetahuan, pemahaman, penerapan yang merupakan tipe hasil
belajar yang akan ditinjau pada penelitian ini diantaranya:
a) Pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali informasi-informasi yang
dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali mencakup menyebutkan,
memberikan definisi, dan mengemukakan arti, sedangkan informasi-informasi
meliputi konsep, hukum, fakta, metode dan rumus.
b) Pemahaman adalah kemampuan mentranslasi informasi-informasi yang
dipelajari sebelumnya. Mentranslasi mencakup memberi penjelasan,
menguraikan, memahami, dan menyimpulkan. Sedangkan informasi-informasi
meliputi konsep, hukum, fakta, metode, dan rumus.
Penerapan adalah kemampuan menggunakan informasi-informasi yang
dipelajari sebelumnya kedalam situasi baru dan konkret. Penggunaan informasi
tersebut mencakup pemecahan masalah, menghitung dan memberikan contoh,
sedangkan informasi-informasi meliputi konsep, hukum, fakta dan metode.
Sudjana (1989:56) mengatakan bahwa, siswa dengan hasil belajar optimal
yang dicapai melalui proses belajar mengajar cenderung menunjukan respon
positif seperti berikut ini:
a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi.
b) Belajar intrinsik pada diri siswa menumbuhkan keyakinan dan kemampuan
bagi dirinya, artinya dia tahu kemampuan dirinya dan percaya ia punya
potensi yang tidak kalah dengan orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
seharusnya.
12
c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti orang lain dalam
ingatannya, membentuk perilaku, bermanfaat untuk memperoleh aspek lain,
misalnya informasi dan pengetahuan lainnya.
d) Hasil belajar dapat diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif) yakni
mencakup ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.
e) Kemampuan siswa untuk mengontrol menilai dan mengandalikan dirinya
terutama hasil belajar yang dicapainya menilai proses usaha belajarnya.
Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai komponen siswa
dalam belajar sehingga memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap
ilmu pengetahuan serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagaimana
hasil usaha belajarnya.
Menurut Gagne (dalam Sudrajat 2008), perubahan perilaku yang
merupakan hasil belajar dapat berbentuk:
a) Informasi verbal yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, definisi, dan sebagainya.
b) Kecakapan intelektual yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya:
penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual
adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep
konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
13
c) Strategi kognitif kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
d) Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap adalah
keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak
dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur
pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
e) Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (dalam Sudrajat 2008) mengemukakan bahwa
hasil belajar akan tampak dalam:
a) Kebiasaan seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya
ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
b) Keterampilan seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya
motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadaran yang tinggi.
14
c) Pengamatan : yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
d) Berfikir asosiatif yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya dengan menggunakan daya ingat.
e) Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
f) Sikap : yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan
pengetahuan dan keyakinan.
g) Inhibisi, menghindari hal yang mubazir.
h) Apresiasi, menghargai karya-karya bermutu.
i) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut,
marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Makmun (dalam Mulyasa, 2005:190-191) mengemukakan komponen-
komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap hasil
belajar, yakni : 1) Masukan mentah (raw-input), menunjuk pada karakteristik
individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses
pembelajaran. 2) Masukan instrumental, diperlukan seperti guru, metode, bahan
atau sumber dan program. 3) Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi,
kedaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.
15
Syah (1999:144-155) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar yakni :
1. Faktor Internal Siswa
a) Aspek fisiologi, kondisi umum jasmani dan tonus (tangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendi lainya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
belajar.
b) Aspek Psikologi aspek ini meliputi : Intelegensi siswa, intelegensi pada
umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik yang mereaksi
ransangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat, Sikap siswa, sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi
efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response
tendency) dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun secara negatif, bakat siswa, secara
umum, bakat (aptitude) dalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang,
minat siswa, secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu,
motivasi siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisasi baik menusia ataupun hewan yang mendorong untuk membuat
sesuatu.
16
2. Faktor Eksternal Siswa
a) Lingkungan sosial, lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa.
b) Lingkungan nonsosial, faktor yang teramasuk lingkungan nonsosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan secara panjang lebar pada
sub-bab sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau starategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisien proses mempelajari
materi tertentu. Startegi dalam hal ini berarti seperangkat langkah opersional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu.
C. Hakekat Model Pembelajaran Pembelajaran Cooperative Script
Pembelajaran Cooperative Script merupakan salah satu bentuk atau model
metode pembelajaran kooperatif, dalam perkembangannya mengalami
perkembangan sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit
berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa pengertian pembelajaran
Cooperative Script adalah skenario pembelajaran kooperatif Danserau (dalam
Satrio 2009:12-13). Pembelajaran Cooperative Script adalah pembelajaran yang
mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan
17
lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas. Pembelajaran Cooperative Script adalah kontrak
belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai
cara berkolaborasi.
Pada pembelajaran Cooperative Script terjadi kesepakatan antara siswa
tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan bersama
akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi
kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling
mengingatkan dari kesalahan konsep yang disimpulkan, membuat kesimpulan
bersama. Interaksi aktivitas siswa selama pembelajaran Cooperative Script benar-
benar memberdayakan potensi siswa untuk mengaktualisasikan pengetahuan dan
keterampilannya, jadi benar-benar sangat sesuai dengan pendekatan konstruktivis
yang dikembangkan saat ini.
D. Langkah-Langkah Proses Pembelajaran Cooperative Script
Danserau (dalam Satrio 2009:14) menjelaskan bahwa langkah-langkah
dalam pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut:
a) Guru membagi siswa untuk berpasangan.
b) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat
ringkasannya.
c) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
18
d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan
materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya.
f) Guru membantu siswa menyusun kesimpulan.
E. Manfaat Model Pembelajaran Cooperative Script
Manfaat pembelajaran Cooperative Script Danserau (dalam Satrio
2009:13) menyatakan bahwa pembelajaran Cooperative Script dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa dapat mempelajari materi yang lebih
banyak dari siswa yang belajar sendiri. Pendapat sejenis menyatakan bahwa
Cooperative Script memotivasi siswa memperoleh sesuatu yang lebih dari
aktivitas kooperatif lain yang diberikan penjelasan secara rinci, Cooperative
Script dapat mendorong siswa untuk mendapatkan kesempatan mempelajari
bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya.
Selanjutnya secara lebih rinci berdasarkan tahapan-tahapan dalam
pembelajaran Cooperative Script, Jacobs, et. al. (dalam Satrio 2009:13)
mengungkapkan manfaat metode pembelajaran Cooperative Script yaitu:
a) Bekerja sama dengan orang lain bisa membantu siswa mengerjakan tugas-
tugas yang dirasakan sulit.
b) Dapat membantu ingatan yang terlupakan pada teks.
19
c) Dengan mengidentifikasi ide-ide pokok yang ada pada materi dapat membantu
ingatan dan pemahaman.
d) Memberikan kesempatan siswa membenarkan kesalahpahaman.
e) Membantu siswa menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan
nyata.
f) Membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan.
g) Memberikan kesempatan untuk mengulangi untuk membantu mengingat
kembali.
F. Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script
1. Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Script
Kelebihan model pembelajaran Cooperative Script diantanya adalah
sebagai berikut, Miftahul A’la (2011: 98):
a) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
b) Setiap siswa mendapatkan peran.
c) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Istarani (2011) mengatakan model pembelajaran Cooperative Script baik
digunakan dalam pembelajaran untuk menumbuhkan ide-ide atau gagasan baru
(dalam pemecahan suatu permasalahan), daya berfikir kritis serta
mengembangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang
diyakininya benar. Model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk percaya
kepada guru dan lebih percaya lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir,
mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain. Siswa dilatih untuk
20
mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya,
sehingga dapat membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siwa
yang kurang pintar dan menerima perbedaan yang ada.
Model pembelajaran Cooperative Script merupakan suatu strategi yang
efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial termasuk
meningkatkan prestasi, percaya diri dan hubungan interpersonal positif antara satu
siswa dengan siswa yang lain. Model pembelajaran Cooperative Script banyak
menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan jawabannya dan
menilai ketepatan jawaban, sehingga dapat mendorong siswa yang kurang pintar
untuk tetap berbuat (meningkatkan kemampuan berpikir kreatifsiswa). Model
pembelajaran ini memudahkan siswa melakukan interaksi sosial, sehingga
mengembangkan keterampilan berdiskusi, dan siswa bisa lebih menghargai orang
lain.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Script
Kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah
sebagai berikut, Miftahul A’la (2011: 98):
a) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
b) Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi
hannya sebatas pada dua orang tersebut).
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu juga dengan model pembelajaran Cooperative Script ini. Tidak semua
siswa mampu menerapkan model pembelajaran Cooperative Script, sehingga
banyak tersita waktu untuk menjelaskan mengenai model pembelajaran ini.
21
Beberapa siswa mungkin pada awalnya takut untuk mengeluarkan ide, takut
dinilai teman dalam kelompoknya. Penggunaan model pembelajaran Cooperative
Script harus sangat rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas
siswa, dan banyak menghabiskan waktu untuk menghitung hasil prestasi
kelompok. Model pembelajaran ini sulit membentuk kelompok yang solid yang
dapat bekerja sama dengan baik. Penilaian terhadap murid atau siswapun secara
individual menjadi sulit karena tersembunyi didalam kelompok.
G. Faktor-Faktor Pendukung Pembelajaran Geografi
Untuk mendapatkan pembelajaran belajar geografi yang baik maka perlu
diperhatikan faktor-faktor yang mendukung. Dan seperti halnya mata pelajaran
lainnya pendukung pembelajaran geografi dapat diuraikan:
1. Karaktistik siswa
Pada dasarnya setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda, oleh
sebab itu guru harus menguasai karakter setiap siswa, karena di samping
bermanfaat terhadap lancarnya proses belajar mengajar juga berakibat lebih besar
terhadap hasil belajar siswa.
2. Kemampuan awal
Menurut Uzer (2001:11) Kemampuan awal (prior knowledge)
didefinisikan sebagai kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang
diperoleh sepanjang hidup mereka dan apa yang ia bawa kepada suatu
pengalaman baru.
22
H. Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di
dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sesuatu yang belum diketahui
manfaatnya tidak dapat dikatakan sebagai sumber daya karena tidak mempunyai
nilai. Sebaliknya, sesuatu yang meskipun ada gunanya tetapi tersedia dalam
jumlah yang relatif besar dibanding dengan permintaan, juga bukan merupakan
sumber daya. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam
sekitar yang merupakan hasil bentukan alam yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
I. Penggolongan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua berdasarkan kelestarian
pemanfaatannya sebagai berikut:
1. Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang
jika digunakan secara terus-menerus maka dalam jangka waktu tertentu akan
kembali seperti sediakala dan dapat digunakan lagi untuk diambil manfaatnya.
Contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah air, tanah, tumbuh-
tumbuhan, dan hewan.
2. Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi adalah sumber daya alam
jika digunakan secara terus-menerus, maka lama-kelamaan akan habis dan tidak
dapat dihasilkan sendiri oleh manusia. Contoh sumber daya alam yang tidak dapat
23
diperbarui adalah berbagai barang tambang, mineral logam, mineral bukan logam
dan mineral penghasil energi.
Menurut proses terbentuknya sumber daya alam dapat digolongkan
menjadi tiga, sebagai berikut:
1. Sumber Daya Biotik
Sumber daya biotik adalah sumber daya yang terbentuk karena adanya
proses kehidupan seperti tumbuh dan berkembang biak, misalnya tumbuh-
tumbuhan dan hewan.
2. Sumber Daya Fisik
Sumber daya fisik adalah sumber daya yang terbentuk karena adanya
proses fisik dan kekuatan alam, misalnya tanah, air, udara dan barang-barang
tambang.
3. Sumber Daya Alam Lingkungan
Sumber daya lingkungan adalah perpaduan antara sumber daya fisik dan
sumber daya biotik yang dapat membentuk suatu lingkungan tertentu, misalnya
lingkungan pegunungan, lembah, pantai, gunung api, dan panorama alam yang
lain.
Sumber daya alam menurut nilai kegunaannya atau sumber daya ekonomis
dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut:
1. Sumber daya alam ekonomis tinggi adalah sumber daya alam yang cara
mendapatkannya diperlukan biaya yang besar. Contohnya adalah mineral-
mineral logam mulia seperti emas, perak, dan intan.
24
2. Sumber daya alam ekonomis rendah adalah sumber daya alam yang cara
mendapatkannya dengan biaya yang cukup murah dan tersedia dalam jumlah
yang cukup banyak. Contohnya adalah bahan-bahan bangunan seperti pasir,
batu, dan gamping.
3. Sumber daya alam nonekonomis adalah sumber daya alam yang cara
mendapatkannya tidak perlu mengeluarkan biaya sama sekali atau dengan kata
lain tanpa pengorbanan serta tersedia dalam jumlah tidak terbatas. Contohnya
adalah udara, suhu, sinar matahari, dan angin.
J. Kajian Yang Relevan
Berikut ini akan disajikan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Script.
Penelitian yang dilakukan oleh Laili Subekti, Arif Maftukhin, R. Wakhid
Akhdinirwanto. 2010/2011 mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas
Belajar IPA Melalui Model Cooperative Script pada Siswa SMP Negeri 1 Puring
Kebumen. Hasil penelitian ini adalah 1) melalui model Cooperative Script dapat
meningkatkan aktivitas belajar IPA pada siswa SMP Negeri 1 Puring, 2)
persentase aktivitas belajar siswa sebelum diterapkan model Cooperative Script
adalah 58% meningkat menjadi 64% setelah diterapkan model Cooperative Script
untuk siklus I. Pada siklus II aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 71%.
Penelitian yang relevan dilakukan oleh Sri Hayati Talipi. 2012. Seorang
mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Gorontalo yang berjudul
”Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Untuk Meningkatkan Hasil
25
Belajar Konsep Stokiometri Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Gorontalo. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
Cooperative Script hasil belajar siswa kelas X-1 meningkat dari 48,28% pada
siklus I menjadi 86,21% setelah siklus II.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas maka persamaan dengan
penelitian ini terletak pada model pembelajaran Cooperative Script yang
digunakan kemudian yang menjadi perbedaannya pada peningkatan aktivitas
belajar siswa, partisipasi belajar siswa, kreativitas belajar siswa serta hasil belajar
siswa pada materi yang berbeda dan lokasi penelitian yang berbeda pula.
K. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan penelitian ini yaitu jika guru menggunakan
model pembelajaran Cooperative Script pada pokok bahasan sumber daya alam
maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi akan meningkat.
L. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila persentase siswa yang
memiliki tingkat hasil belajar yang optimal dapat ditingkatkan dari 8 orang
siswa atau (57%) menjadi 12 orang siswa atau (85%). Dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) 75 maka hasil penelitian dinyatakan berhasil.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Dan Karakteristik Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Adapun tempat pelaksanaan penelitian adalah SMA Tridharma Kota
Gorontalo.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas XI dengan jumlah siswa laki-laki 11 orang
dan siswa perempuan 3 orang dengan jumlah keseluruhan 14 orang.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian titik saran untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Input
Menyangkut karakteristik siswa, guru pelaksana tindakan bahwa pelajaran
yang diajarkan sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan
pembelajaran dan alat pendukung lainnya.
2. Variabel Proses
Menyangkut proses pelaksanaan tindakan kelas yang direncanakan, dalam
hal ini hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi melalui penggunaan model
pembelajaran Cooperative Script pada pokok bahasan sumber daya alam.
27
3. Variable Output
Berupa hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kuhusnya materi
sumber daya alam yang diukur dari peningkatan setiap siklus II.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yakni:
1) Observasi, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2) Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur hasil siswa pada saat
dilakukan evaluasi setiap akhir materi dan pelaksanaan penilaian setiap
siklus. Hasil evaluasi yang diambil melalui:
a) Hasil lembar kerja siswa diperoleh dari penelitian lembar kerja siswa
yang dikerjakan oleh siswa.
b) Hasil belajar diperoleh dari nilai siklus I dan II.
c) Situasi KBM pada saat dilaksanakan tindakan diperoleh dari
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.
D. Skenario Pembelajaran (Tergambar Di RPP)
1. Siklus I
a) Tahap Perencanaan Tindakan
1) Peneliti bersama guru bidang studi mendiskusikan masalah-masalah
berdasarkan hasil observasi yang dijumpai pada proses belajar mengajar.
2) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.
28
3) Menyusun RPP.
4) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa selama
berlangsungnya proses belajar mengajar.
5) Membuat tes siklus I sebagai alat evaluasi untuk melihat apakah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi
yang diajarkan pada siklus I.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Mempersiapkan semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan
dalam kelas.
2) Menyampaikan materi secara singkat dengan metode ceramah.
3) Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk dipikirkan (berpikir dapat
ditandai dengan siswa mampu bertanya, menjawab dan berpendapat).
4) Membagi siswa ke dalam kelompok dan tiap satu kelompok terdiri dari 2
orang untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan sebelumnnya dari
pertanyaan guru selama 10 menit.
5) Setelah selesai diskusi, guru meminta kepada pasangan berbagi untuk
seluruh kelompok tentang apa yang telah dipikirkan sebelumnya dengan
cara setiap kelompok bergiliran untuk mempersentasekan.
6) Membuat kesimpulan dari semua pertanyaan yang sudah didiskusikan.
c) Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini ada dua perlakuan yaitu obesrvasi dan evaluasi.
Pelaksanaan tahap observasi terhadap aktivitas siswa selama berlangsung proses
belajar mengajar yang menggunakan lembar observasi dengan tujuan untuk
29
melihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dengan cara mengamati dan
mencatat aktivitas siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pelaksanaan evaluasi memberikan tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir
tindakan siklus I dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
d) Analisis dan Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpul
kemudian dilakukan analisis dan refleksi. Refleksi dimaksudkan untuk melihat
apakah rencana telah terlaksana secara optimal atau perlu dilakukan perbaikan.
Aspek-aspek yang dianggap bagus tetap dipertahankan, sedangkan kekurangannya
menjadi pertimbangan dan revisi pada siklus berikutnya yang masih merupakan
masalah dalam siklus I seperti:
1) Masih ada siswa yang sulit berinteraksi dan kurang aktif dalam pembelajaran
sehingga akan diupayakan memberi perhatian khusus dalam kegiatan belajar
mengajar.
2) Hasil belajar siswa masih tergolong rendah, sehingga pada siklus II akan
diupayakan agar perhatian siswa lebih fokus dalam kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan.
3) Apabila pada siklus I tidak berhasil maka dapat dilanjutkan pada siklus II.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data untuk pengajuan hipotesis penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan secara kualitatif dengan memperlihatkan peningkatan hasil belajar
siswa melalui penggunaan model pembelajaran Cooperative Script pada pokok
bahasan sumber daya alam yang dilaksanakan secara bertahap dan hasil
30
berkesinambungan pada setiap kegiatan akhir siklus dengan menggunakan rumus
persentase (%) yaitu:
1) Ketuntasan Individu = Skor capaian siswa
Skor total × 100%
2) Ketuntasan Klasikal = Jumlah SiswaYang Memperoleh Nilai>75
Jumlah Siswa Keseluruhan ×
100%
31
DAFTAR PUSTAKA
Mudjiono, Dimyati. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara
Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung. Remaja Rosdakarya
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Di Univesitas. Bandung. Tarsito
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Jakarta. CV. Mahaputra Adidaya
Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Logos Wacana Ilmu
Sudrajat, Ahmad. 2008. Hakekat Dan Pengertian Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/ diakses tanggal 25 Agustus 2014
Satrio, Fajri 2009. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Keaktifan Siswa (Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Surakarta) Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Uzer, Moh Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.http://007indien.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-cooperative script.html / diakses tanggal 05 September 2014
A’la, Miftahul. 2011. Quantum Teaching. Yogyakarta. Diva press
Endarto, Danang. 2009. Geografi Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional