BAB 13
DOMBA LAIN YANG AKAN DIBAWA KE DALAM KANDANG ALLAH
Yesus pernah berkata “ Ada lagi pada-Ku domba – domba lain, yang bukan dari kandang
ini; domba – domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku.” Setelah
mendengarkan perkataan Yesus ini banyak sebagian orang menafsirkan bahwa arti kata domba –
domba lain adalah orang yang berada diluar gereja atau orang yang tidak percaya akan Yesus
sedangan yang dimaksud dengan “ harus Kutuntun juga “ menggambarkan bahwa Yesus juga akan
memberikan keselamatan bagi dia. Jadi karya keselamatan ini ditujukan bagi semua umat manusia
baik yang percaya maupun yang tidak percaya kepada Yesus.
Sebagai orang kristiani kita akan merasa bahwa pernyataan ini merupakan sesuatu
penafsiran yang salah, karena berdasarkan alkitab inti dari seorang umat manusia jika ingin
mendapat karya keselamatan Kristus maka ia harus percaya kepada Tuhan. Sebagai contoh, dalam
alkitab kata – kata percaya (pisteuo) muncul sebanyak Sembilan puluh delapan kali dalam injil
Yohanes. Penafsiran dari perkataan Yesus yang sebenarnya terdapat dalam kalimat “mereka akan
mendengarkan-Ku,” dimana perkataan ini ingin mengatakan bahwa orang yang tidak percaya akan
Yesus atau orang yang berada di luar gereja nantinya juga akan mendengarkan dan menanggapi
inijil dan mereka akan berubah menjadi orang yang percaya akan Yesus, karena melalui kematian-
Nya Yesus akan membawa “domba lain“ yang berarti orang non-Yahudi atau orang yang tidak
percaya masuk kedalam kandang yang berarti kawanan orang Yahudi. Penafsiran ini tersirat dalam
injil Yohanes yang mengatakan bahwa Yesus adalah sang Juruselamat seluruh dunia sehingga Ia
akan menyelamatkan siapapun dan hasilnya ialah umat manusia baru “di dalam Kristus.” Paulus
membandingkan antara umat manusia baru dan lama dalam injil Roma 5:10-20 dan 1Korintus
15:20-22 yang mengatakan bahwa mereka yang ada di dalam Adam mengalami akibat dosa karena
Adam, sedangkan mereka yang berada dalam Kristus mengalami akibat tindakan penyelamatan
Yesus.
Terdapat sebuah doktrin yang mengatakan bahwa seluruh umat manusia berada dalam
Kristus sehingga barang siapapun umat manusia yang menolak dan tidak percaya akan injil ia akan
tetap mendapatkan keselamatan. Ada seorang theology pada abad dua puluh bernama Barth dimana
ia memiliki pendapat yang sangat berpengaruh terhadap dunia theologis. Dia sangat menekankan
keberdosaan yang dimiliki manusia serta ketidak mampuanya untuk menyelamatkan diri sendiri dan
juga Barth mengungkapkan bahwa karya Kristus cukup untuk menyelamatkan kita dari ketidak
mampuan kita untuk menyelamatkan diri sendiri. Karena selama ini pandangan liberalisme yang
menekankan usaha dan kemampuan manusia telah mendominasi maka, dengan pendapat Barth yang
bersifat objektif dan sepenuhnya berbeda dengan pandangan liberalisme menyebabkan adanya
sedikit nafas baru dalam dunia theologis.
Barth menekankan pendapatnya bahwa Kristus telah memenuhi segala sesuatunya dalam
mencapai pembenaran kita sehingga response dan jawaban manusia untuk menerima pembenaran
itu ditekankan oleh Bart sangatlah tidak berguna. Pada kajian atas Roma 5 dikatakan bahwa dengan
darahnya Kristus telah membawa manusia pada kebenaran dan dengan kematian-Nya pula Dia telah
mendamaikan kita dengan Allah tanpa ada keterkaitan dengan jawaban dari manusia. Selain itu
Barth juga menekankan bahwa melalu kematian-Nya Kristus telah menanggung hukuman atas dosa
kita sehingga Ia tidak dapat mengetahui kemurkaan Allah. Hasil dari perbuatan Kristus itu
menyingkirkan segala kemurkaan Allah sehingga menyebabkan orang yang tidak percaya akan
terus mencari ketidakmungkinan yang objektif serta ketidak percayaan tersebut tidak dapat
mengembalikan perlakuan jahat serta kemurkaan Allah yang telah disingkarkan Kristus melalui
kematianNya.
Malalui pemikiran ini dapat disimpulkan sebuah pemikiran yang bersifat universalisme
dimana semua manusia baik yang percaya maupun tidak, pasti akan mendapat keselamatan namun,
bagi orang yang tidak percaya ia tidak dapat merasakan keselamatan yang selalu hadir dalam
kehidupannya sehari–hari dan oleh karena itu melalui penginjilan kita dapat menyampaikan kepada
mereka yang tidak percaya bahwa mereka telah diselamatkan dan telah mendapat karunia
keselamatan dalam segala aktivitasnya. Ada juga pandangan lain mengenai bahwa pandangan
universalisme menyatakan bahwa nantinya orang yang tidak percaya akan bertobat di neraka,
sehingga semua umat manusia akan mendapat keselamatan.
Beberapa teologi lain seperti Karl Rahner, Hans Kung, Raimundo Panikkar yang memiliki
pemikiran seperti Barth ternyata telah menyatakan pendapatnya lebih jauh dengan menganggap
bahwa sakramen – sakramen dari agama lain dapat digunakan sebagai jalan keselamatan seperti
praktik sedekah dalam agama Budha namun Rahner berpendapat bahwa jika seseorang
diselamatkan dari sakramen – sakramen agama lain maka dia disebut sebagai Kristen anonym.
Selain Rahner, Kung juga menyatakan bahwa keselamatan yang berasal dari agama lain disebut
sebagai jalan keselamatan “biasa“ sedangkan keselamatan yang berasal dari kekristenan merupakan
jalan “khusus“ menuju keselamatan. Dalam hal inilah orang Kristen menyatakan bahwa untuk
mendapatkan keselamatan maka orang harus percaya terhadap Kristus karena Kristuslah satu–
satunya jalan keselamatan (Kis 4:12) serta berserulah kepada Tuhan maka ia akan diselamatkan
(Kis 2:21; Rm 10:13).
Mengapa Iman Begitu Penting bagi Keselamatan
Di dalam alkitab dikatakan bahwa “berseru kepada naman Tuhan” sama dengan beriman
dengan Kristus. Kita ketahui bahwa Kristus adalah sang juru selamat dan Paulus pun menyatakan
bahwa “Sebab karena kasi karunia kamu diselamatkan oleh Iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah” (Ef 2:8) tapi apakah tidak terdengar aneh bahwa hanya dengan menyebut nama
Allah maka umat manusia akan diselamatkan dari kebinasaan. Paulus berkata bahwa “tetapi
pemberian Allah” jadi keselamat itu adalah anugerah yang diberikan Kristus bagi kita yang telah
menjalankan Iman. Iman bukan sekedar menyebut nama Yesus melainkan Iman adalah syarat
utama dari jawaban Allah bagi keadaan manusia yang sedang jatuh dalam dosa.
Inti Dosa Adalah Ketidakpercayaan
Setelah Adam dan Hawa diciptakan mereka merasa puas, puas dalam hubungannya dengan
alam sekitarnya, degan Allah maupun dengan sesamanya (Kej 2:7-25). Sebelum Adam dan Hawa
bertemu dengan ular mereka merasa sangat memuliakan Allah sebagai pencipta dan mereka akan
memenuhi tujuan penciptaan mereka sebagai balasan akan kebaikan Allah namun, setelah
mendengar perkataan yang diberikan oleh ular maka Adam dan Hawa merasa bahwa mereka
hanyalaha alat yang digunakan oleh Allah untuk memenuhi kepentinganNya sendiri dan Ia tidak
peduli terhadap kepentingan dan kesejahteraan Adam dan Hawa. Setelah mereka jatuh dalam
perkataan yang disampaikan oleh ular tersebut maka mereka mulai mempertanyakan kebaikan
Allah dan setelah mendengar bujukan dari ular bahwa jika mereka memakan buah yang diberitahu
oleh ular tersebut maka mereka akan menjadi sama seperti Allah. Karena bujukan serta rasa benci
terhadap Allah maka ketika melihat buah tersebut Hawa merasa buah itu tampaklah sedap dan lezat
serta memberikan pengertian untuk bisa menjadi seperti Allah maka dimakanlah buah tersebut oleh
Adam dan Hawa (Kej 3:6).
Salah satu daya tarik dari buah tersebut adalah memberikan pengeatahuan untuk dapat
membedakan yang baik dan yang jahat hingga mereka dapat menjadi sama seperti Allah. Karena
pengetahuan yang diberikan dari buah tersebut maka pohon tersebut disebut sebagai pohon
pengetahuan yang baik dan jahat. Ekspresi dari “mengetahui yang baik dan yang jahat” menurut
Daniel Fuller adalah menjadi semakin dewasa, tidak tergantung dengan siapapun serta dapat berdiri
sendiri tanpa bantuan siapapun. Hal ini memang sesuatu yang baik namun bagi hubungan manusia
dengan Allah karena jika kita ingin tidak bergantung dengan Allah karena kita percaya kita dapat
memenuhi segala keperluan kita tanpa Allah maka kita akan jatuh dalam dosa. Oleh karena itu inti
dari manusia jatuh dalam dosa yaitu karena manusia tidak memberikan kepercayaan penuh kepada
Allah karena mereka (Adam dan Hawa) ingin hidup tanpa berhasil tanpa pertolongan Allah.
Keinginan hidup tanpa pertolongan Allah sebenarnya merupakan suatu gambaran yang salah
karena gambaran tersebut merupakan ketidak percayaan kita akan Kristus serta Yesus
mendefinisikan dosa sebagai ketidakpercayaan. Dalam Ibrani 3:12 dikatakan bahwa “berhati –
hatilah supaya diantara kamu tidak terdapat orang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya akan
Allah karena ia murtad dari Allah yang hidup” dan ketika ia murtad dari Allah yang hidup maka ia
secara tidak langsung akan berpaling dari Allah untuk jatuh ke dalam dosa. Paulus dalam pasal
pertama Surat Roma menjadikan “kefasikan” sebagai alasan mengapa manusia berada murka Allah.
Dalam pasal 18 dikatakan bahwa “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan” dan
pada pasal 21 “kefasikan adalah kegagalan untuk memuliakan dan bersyukur kepada Allah”. Hal ini
sam dengan ketidakpercayaan Adam dan Hawa sehingga Paulus menyatakan bahwa bentuk dari
ketidakpercayaan adalah perbuatan yang tidak baik seperti menyembah berhala dan karena rasa
tidak percaya tersebut maka Allah menyerahkan mereka pada pikiran – pikiran yang terkutuk.
Lawan Dari Dosa Adalah Percaya
Karena inti dari dosa adalah ketidak percayaan manusia terhadap Allah maka salah satu
lawan dari dosa adalah percaya. Dengan percaya kepada Allah atas segala hidup kita dan
mempercayakan keselamatan dan pemeliharaan diri kita kepada Allah maka secara tidak langsung
kita tidak hanya memperoleh anugerah tetapi kita juga telah membalikkan proses yang
menyebabkan manusia perlu diselamatkan. Iman bukan hanya dengan menyerukan nama Allah
namun juga iman adalah suatu sikap sadar diri akan segala kobodohan kita untuk menyelamatkan
diri sendiri dan mulai menyerahkan segala hidup kita, keselamatan kita serta arah tujuan hidup kita
kepada Dia. Paulus berkata “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka tidak hidup
untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan dibangkitkan untuk mereka” (2Kor
5:15).
Tantangan Misi Terhadap Komitmen
Yohanes 10:16 mengatakan bahwa dengan kematian Kristus maka dapat dimungkinkan
adanya domba baru yang masuk kedalam kawanan domba lama, dengan gereja sebagai pengantara
mereka masuk. Seorang teolog bernama William Barclay megomentari bahwa “impian Kristus
bergantung kepada kita, karena kita yang menytukan dunia menjadi satu kawanan dan Kristus
menjadi gembalanya”.
Pada Yohanes 20:21 dikatakan bahwa “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga
sekarang Aku mengutus kamu”. Berdasarkan ayat tersebut dikatakan bahwa jika Yesus
membutuhkan kita sebagai penggenap atas misiNya, maka kita harus menggenapinya dengan cara
Yesus dimana cara tersebut sangat dituntut komitmen yang tinggi hingga komitmen tersebut
mengarah kepada kematian. Kolose 1:24-25 mengatakan bahwa sekarang aku boleh bersukacita
karena aku boleh menderita atas kamu dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada
penderitaan Kristus, untuk tubuhNya yaitu jemaat. Dan aku telah menjadi jemaat sesuai dengan
tugas yang telah Tuhan percayakan padaku.
Umat gereja kristiani di barat sering kali tidak dapat menjalankan misi yang diberikan
Tuhan karena komitmen yang harus mereka tanggung. Seringkali penolakan akan komitmen
tersebut berakibat terhadap perpecahan dan perlawanan terhadap lingkungan sekitarnya. Jika hal ini
tidak segera diubah maka ditakutkan gereja di barat tidak lagi dapat mengirimkan misionaris –
misionaris yang baru. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan tetap bertekun
dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi panggilannya meskipun hal tersebut akan terasa
sangat berat. Jika kita tidak dapat bertahan di tempat kita sendiri maka kita juga tidak dapat
bertahan di tempat lain, karena di tempat lain akan memiliki tantangan yang semakin berat.
Masalah komitmen ini diperburuk juga dengan sifat prgmatisme pada zaman sekarang
dimana semua orang dalam melakukan sesuatu membutuhkan hasil yang efisien serta membutuhkan
segala sesuatu yang dapat dengan cepat membawakan hasil. Hal inilah yang menyebabkan
banyaknya penginjilan zaman sekarang berpola pada sebuah seminar dan pelatihan – pelatihan yang
hasilnya dapat dengan segera diukur. Jika hal tersebut berhasil, maka penginjilan dapat terus
berlanjuta namun jika menghadapi kegagalan, maka pelayanan tersebut akan ditinggalkan dan
merasa dirinya telah gagal. Sebagian besar pahlawan gereja dalam menginjilkan firman Tuhan
diterpa masalah – masalah yang besar secara bertubi – tubi namun apa yang telah mereka lakukan
bukan menunjukkan suatu kekecewaan, menderita, merasa gagal ataupun frustasi. Hasil yang
mereka dapatkan pun tidak semata – mata dapat langsung diukur secara cepat namun membutuhkan
waktu bertahun – tahun untuk dapat mengetahui hasil dari penginjilan yang mereka lakukan.
Salib Adalah Penyetara Yang Agung
Diawal kita telah membahas tentang domba lain yang masuk kedalam kandang domba
Kristus dimana nantinya kita akan menjadi satu namun tetap Kristus sebagai gembala yang
memimpin kita sebagai penggembalanya. Zaman dahulu bangsa Yahudi menganggap dirinya
sebagai bangsa yang superior karena bangsa mereka merupakan bangsa pilihan Tuhan dan untuk
masuk kedalam kelompok agama Yahudi, maka mereka harus menjadi warga yahudi sepenuhnya.
Kristus menghilangkan kebiasaan itu dengan kematiannya. Sama seperti zaman Yunani – romawi,
dimana status social merupakan taraf untuk mengukur suatu derajat seseorang dalam memberikan
sebuah perlakuan dan penilaian. Namun hal ini tidak berlaku dalam kehidupan gereja mula – mula,
karena pada gereja mula – mula tembok pemisah tersebut telah dihancurkan oleh Kristus sehingga
status social, jenis kelamin wanita dan laki – laki, status ekonomi bukanlah sebuah penghalang
seseorang untuk bersama – sama berdoa kepada Tuhan.
Pada zaman sekarang banyak sekali muncul kelompok – kelompok gereja dikarenakan
pemahaman serta perbedaan bahasa dan budaya yang berbeda- beda. Hal tersebut bolehlah terjadi
namun jangan sampai perbedaan tersebut menciptakan pandangan dalam membedakan status social
dan pendidikan setiap umat. Zaman dahulu seorang wanita harus berdoa dengan segala kerendahan
hatinya karena telah diciptakan sebagai wanita namun, Paulus berkata bahwa tidak ada laki – laki
maupun perempuan karena mereka semua adalah sama.
Kesatuan gereja ini sangat jelas memberikan pengaruh terhadap masyarakat disekitarnya
namun juga menimbulkan banyak perlawanan – perlawanan terjadap gereja. Yesus pernah berkata
“supaya mereka menjadi satu, sama seperti Aku dalam Bapa dan Bapa dalam Aku, aku di dalam
engkau agar mereka juga di dalam Kita, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu,
bahwa engkaulah yang mengutus Aku dan bahwa Engkau yang mengasihi mereka, sama engkau
mengasihi Aku”. Kemampuan Kristus dalam menghancurkan tembok pemisah ini yang Ia gunakan
sebagai salah satu aspek penting dari supremasiNya.
Bagaimana Kristus Menghancurkan Tembok Pemisah Manusia
Ada beberapa cara yang digunakan salib untuk dapat menghancurkan tembok pemisah
diantara manusia.
1. Tidak ada satupun umat manusia yang diselamatkan Rm 3:10 “Tidak ada yang
benar, seorangpun tidak”. Dimata Tuhan semua manusia berdosa tidak
mempedulikan jabatan maupun status social orang tersebut. Ada sebuah ilustrasi
yang diambil dari sebuah novel berjudul “ In His Steps” dimana pada novel ini ingin
menceritakan sesorang yang sangat kaya dan sombong bernama Rollin Page.
Meskipun ia adalah seorang yang kaya namun atas kehendak Roh Kudus pada
sebuah persekutuan ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dan berlutut bersama
seorang pemabuk miskin hingga menjadikannya setara dengan pemabuk tersebut.
Salib telah menghancurkan kesombongan semu kita dan menjadi dasar bagi identitas
baru kita yang mulia.
2. Cara salib menghancurkan tembok pemisah yang lain adalah berkumpul bersama,
duduk bersama menjadikan semuanya setara dalam persekutuan kudus melalui darah
Kristus.
Catatan Mengerikan Tentang Gereja Masa Kini
Setelah kita mendengar cara salib menghancurkan tembok pemisah di antara manusia kita
merasah bahwa hal tersebut merupakan suatu perubahan besar dalam gereja. Namun hal tersebut
hanyalah bentuk gereja Kristen pada masa lalu dimana akhir – akhir ini pewartaan injil tidak
segencar dan sehebat gereja zaman dulu dimana baru – baru ini banyak kaum injil yang bersalah
karena tidak mengajarkan hal seperti itu kembali. Selain pengajaran yang sudah mulai berkurang
permasalahan lain yang muncul dalam kehidupan gereja sekarang adalah status social serta
prasangka – prasangka dari lingkungan luar yang menganggap suatu agama memiliki status yang
lebih tinggi. Prasangka – prasangka tersebut biasa timbul dari suatu rasa tau etnis dimana
sebenarnya prasangka tersebut sangatlah tidak penting di mata Allah. Banyak hal – hal yang
menyebabkan kehidupan gereja Kristen menjadi identic dengan adanya tembok penghalang antar
manusia, terutama dalam hal ekonomi. Pada zaman sekarang untuk mendorong orang yang miskin
ataupun tidak memiliki jabatan tinggi menjadi peserta aktif dalam sebuah kegiatan gereja sangatlah
susah, oleh karena itu persekutuan sebuah gereja terasa memiliki pembatas dalam setiap umatnya.
Berbeda pada zaman dahulu dimana pada gereja mula – mula serta gereja pada abad kedelapan
belas latar belakang dari setiap pengkotbahnya berasal dari status yang berbeda – beda mulai dari
seorang yang terpandang hingga seorang yang miskin.
Banyak yang harus kita lakukan dalam menghadapi permasalahan – permasalahan
dalam gereja menyangkut status setiap umat. Dalam arti sebenarnya jika kita memahami status
dihadapan Kristus bukan status secara duniawi maka kita akan secara tidak langsung akan
menganggap semua orang adalah sama namun jika kita kehilangan identitas kita di depan Kristus
maka kita akan melakukan apapun untuk mendapatkan status yang lebih penting daripada orang
lain.
Sikap Kita Terhadap Orang – orang Non-Kristen
Seringkali ketika kita merasakan kebaikan, rahmat dan anugerah Kristus kita akan merasa
bahwa orang lain perlu diselamatkan. Hal tersebut merupakan hal yang salah dimana kita hanyalah
manusia biasa yang diselamatkan oleh Allah dan bagi Allah semua manusia baik non Kristen
maupun Kristen merupakan suatu yang sama sehingga kita juga manusia berdosa sama seperti
orang lain. Paulus pernah berkata “tidak ada orang Yunani tidak ada orang Yahudi, tidak ada hamba
tau orang merdeka, tidak ada laki – laki ataupun perempuan, kita semua sama di mata Kristus. Oleh
karena itu mari kita berdia agar kita membuka diri terhadap karya Roh dalam hidup kita sehingga
Dia bisa meyainkan identitas didepan Kristus.
REFLEKSI :
Sering kita menganggap diri kita paling benar, diri kita paling baik, diri kita melebihi orang
lain dan apapun yang dapat membuat diri kita seakan tidak setara dengan orang lain. Saya
merupakan orang yang sangat memperhatikan sebuah status, dimana saya selalu mengharapkan
pertemanan dan lingkungan yang lebih baik antara bergumul dengan orang kaya maupun orang
pintar. Pemilihan lingkungan yang sangat spesifik ini menjadikan saya seorang yang terkesan
sombong dan susah berkomunikasi dengan lingkungan baru. Terkesan awalnya menyenangkan
karena dapat memiliki lingkungan yang terjamin namun ternyata kelebihan itulah yang menyelimuti
kerapuhan dari lingkungan tersebut. Bertindak egois, tidak mau kalah dan saling menjatuhkan
merupakan sebuah pelajaran bagi saya namun, dibalik pelajaran itu saya terus bertanya, apa
kehendak Tuhan atas diri saya ?. Setelah membaca
BAB 14
SALIB DAN MASALAH PENDERITAAN
Ketika sang penulis sedang bercakap – cakap dengan orang non-kristen maka peratanyaan
yang sering muncul adalah bagaiman kita bisa mendamaikan seluruh penderitaan yang ada di dunia
dengan keberadaan Allah yang dikatakan baik dan mahakuasa. Hal ini merupakan pergumulan –
pergumulan tersering dalam Alkitab.
Jawaban Dari Agama Lain
Beberapa agama menyatakan tentang pendapatnya masing – masing dalam menanggapi
pernyataan ini.
1. Agama Buddha atau Buddhisme
Dasar dari Buddhisme adalah Empat Kebenaran Mulia:
Agama Buddha mendefinisikan penderitaan sebagai kesia-siaan, frustasi yang
tertera dalam Alkitab dan menganggap bahwa penderitaan atau dukka pasti
akan dimiliki oleh seluruh keberadaan. (Kebenaran Mulia Pertama)
Penderitaan disebabkan oleh tanha. (Kebenaran Mulia Kedua)
Penderitaa merupakan suatu karma atas perbuatan yang jelek di masa lalu
dan hal tersebut dapat hilang ketika keinginan sirna di Nirwana. (Kebenaran
Mulia Ketiga).
Terdapat delapan cara atau manga untuk menghilangkan keinginan.
(Kebenaran Mulia Keempat).
2. Agama Hindu atau Hinduisme
Agama Hindu memiliki kepercayaan yang sama dengan Buddha dimana
penderitaan merupakan kumpulan dari karma yang dilakukan pada masa lalu. Dalam
agama Hindu dipercaya bahwa segala hal yang baik dan jahat merupakan suatu
kesatuan peristiwa secara keseluruhan dikarenakan mereka memiliki kepercayaan
animistis dalam praktek keagamaanya. Karena kepercayaan inilah yang membuat
mereka tidak perlu mendamaikan kejahatan dan kebaikan karena hal tersebut telah
ditentukan oleh dewa – dewa yang mereka sembah. Terdapat dua dewa dalam agama
Hindu dan Buddha dimana dewa yang satu berperan dalam segala tindakan baik dan
dewa yang satu berperan dalam tindakan jahat sehingga semua itu sudah menjadi
satu kesatuan yang mutlak.
3. Zoroastrianisme (agama Persia kuno)
Menurut Zoroastrianisme yang memiliki kepercayaan dualisme menyatakan
bahwa terdapat dua dewa yang berperan yaitu Ahura Mazda atau Dewa bijak dan
Roh Perusak yang sifatnya kejam. Menurut agama ini kebaikan dan kejahatan yang
terjadi tergantung dari dewa mana yang sedang berkuasa.
4. Agama Islam
Agama Islam memiliki kepercayaan seperti agama Kristen dimana segala pencobaan
merupakan rencana Allah untuk menguatkan iman kita dan segala penderitaan
merupakan hukuman atas kebersalahan kita. Agama Islam pun mempercayai akan
adanya setan. Setan pun berperan dalam hal ini karena mereka menganggap setan lah
alat yang digunakan oleh Allah dalam menguji ketekunan kita. Namun, Islam tidak
menganggap bahwa Allah harus menjawab apa yang sedang terjadi karena Islam
mempercayai predestinasi dimana jika Allah sudah merencanakannya maka
terjadilah. Nama Islam itu sendiri memiliki arti “berserah pada Allah”. Orang
muslim memiliki militansi yang tinggi dalam pembelaan agamanya namun, ketika
mereka jatuh dalam penderitaan mereka akan berserah pada Allah mereka dimana
kata Insha’llah “jika Allah berkehendak”.
Alkitab Dan Masalah Penderitaan
Penyebab Kejahatan dan Penderitaan
Seringkali kita ingin agar Alkitab menjawab secara filosofis mengenai
penyebab kejahatan dan penderitaan yang terjadi namun Alkitab lebih menjawab hal
tersebut secara praktis. Meskipun Alkitab tidak menjawab secara filosofis, namun
Alkitab memandang kejahatan dan penderitaan sebagai dua hal yang berbeda.
Alkitab memandang kejahatan sebagai suatu akibat atau hasil dari murka
Allah terhadap kesalahan – kesalahan yang diperbuat oleh Adam dan Hawa pada
masa lampau. Awal mulanya Allah menciptakan semuanya baik, namun ketika
perbuatan merusak Adam dan Hawa muncul, maka disaat itulah Allah mengutuk
semua ciptaanya yang ada di bumi dengan mendatangkan penyakit serta kematian ke
bumi. Paulus dalam Rm 8:20 menyatakan tentang keadaan ciptaan setelaj jatuh
dalam kesia-siaan. Kesia-siaan ini memiliki arti yang sama dengan dukka dalam
ajaran Buddha.
Setelah membahas tentang arti kejahatan berdasarkan alkitab maka sekarang
Alkitab akan menyampaikan arti dari kata pebderitaan. Penderitaan di dunia ini bisa
dapat berasal dari dosa yang telah manusia buat. Jika kita melihat kembali arti kata
penderitaan menurut agama Buddha yaitu adalah sebuah karma dimana penderitaan
merupakan kumpulan hal – hal negative pada zaman dulu. Yesus sangat menentang
akan adanya karma. Terdapat sebuah cerita menegenai seorang buta yang ditemui
oleh Yesus. Yesus sangat menentang terhadap pemikiran bahwa orang yang ia temui
mengalami buta dikarenakan akibat dari orang lain ataupun orang tuanya. Yesus
berkata orang ini buta supaya pekerjaan – pekerjaan Allah dinyatakan dalam dia
(Yoh 9:3).
Pukulan Telak Kristus Terhadap Penyebab Kejahatan dan Penderitaan
Tindakan Allah dan Orang Kristen Melawan Kejahatan
Walaupun kita ketahui bahwa sebuah kejahatan yang kita alami merupakan
kutukan ataupun hukuman dari Allah, namun Allah tetap dengan penuh belas kasih
membantu kita untuk melawan kejahatan tersebut. Dengan kita melihat Allah
berjuang melawan kejahatan, apakah kita bisa diam tanpa melakukan hal yang
serupa dengan Allah. Menurut Alkitab, pengajaran umat Kristiani sangat ditekankan
terhadap solidaritas umat manusia dikarenakan kita semua adalah umat ciptaan
Tuhan dan oleh karenai itu setiap satu dari kita mengalami penderitaan, maka kita
semua juga harus menanggungnya berbeda halnya dengan pengajaran agama Buddha
dan Hindu yang menganut kepercayaan karma.
Pernah terjadi sebuah peristiwa di Sri Lanka dimana kaum Sinhala
menyerang kaum Tamil atas rasa balas dendam. Penyerangan dilakukan hingga
menghasilkan banyak korban terbunuh, ketakutan serta tuna wisma. Uskup Sinhala,
Lakshman Wickremasinghe pada waktu peperangan sedang menjalani operasi
jantung di Inggris namun, ketika ia kembali khotbah pertamanya ia mengatakan
bahwa “kita telah membunuh……”, dia menggunakan kita meskipun ia tidak berada
di Sri Lanka waktu pertempuran terjadi.
Rasa solidaritas tersebut yang memunculkan rasa sukarela umat kristiani
untuk saling menolong dan membantu. Penderitaan tersebut bukanlah suatu yang
muncul karena hasil karma, melainkan penderitaan itu ada karena kita yang memilih
dan karena kita sudah memilihnya maka kita harus menjalaninya bersama.
Pengajaran tentang solidaritas tertera pada injil Mat 16:23-24 dikatakan bahwa
“barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya”. Orang
Kristen telah menonjolkan diri dalam pengorbanan dalam kuasa melayani manusia.
Bukti kebenaran sebuah system pemikiran adalah cara system pemikiran tersebut
mempengaruhi hidup pengikutnya.
Kekalahan Akhir dari Kejahatan
Salib sebagai Simbol Kedaulatan Allah atas Kejahatan
Perspektif Alkitab
Para rasul melihat kematian kristus sebagai suatu kedaulatan Allah atas
penderitaan. Disaat pertama kali mereka mengabarkan injil terjadi banyak sekali
pertentangan namun, mereka mengatasi semuanya itu dengan berdoa. Doa yang
mereka lakukan semata – mata menyatakan kedaulatan Allah atas kuasa kejahatan.
Banyak orang menganggap bahwa kematian Kristus merupakan suatu kekalahan.
Allah tidak ingin menyatakan kematian tersebut sebagai suatu kekalahan melainkan
Allah ingin mengubahnya menjadi suatu kemenangan yang mulia.
Kematian Yesus ini bukanlah semata – mata kematian yang mengakhiri
segalanya melainkan kematian ini adalah titik awal dari segalanya. Yesus
menyajikan kematiannya sebagai perinsip bahwa penderitaan datang sebelum
kemuliaan dan kematian akan datang mendahului kehidupan. Umat kristiani pada
zaman sekarang melihat kematian Krsitus sebagai suatu kebangkitan dan kenaikan.
Paulus pernah menyatakan bahwa Ketika Dia turun sebagai manusia Ia telah
merendahkan dirinya dan taat hingga mati di kayu salib, oleh karen itu Allah sangat
meninggikanNya dan mengaruniakanNya nama di atas segala nama (Flp 2:8-9).
Setelah membaca pernytaan ini maka kita akan menyadari ternyata Allah turut
bekerja membawakan kebahagiaan bagi mereka yang percaya dan merasa terpanggil.
Pembentukan Karakter
Setelah mengetahui apa itu kebaikan dan kejahatan, mengetahui segala hal
yang berkaitan dengan itu semua, hingga mengetahui maksud dan tujuan Allah akan
itu semua kita dapat menarik kesimpulan tentang pembentukan karakter. Seorang
tokoh bernama Martin Luther menyatakan bahwa “cobaan yang saya alami telah
menjadi guru bagi sayan untuk memahami Allah” oleh karena itu cobaan serta ujian
– ujian yang diberikan oleh Allah bukan hanya semata – mata kutukan melainkan
sebuah didikan bagi manusia.
Kedaulatan dan Penyebab Ultimat Kejahatan
Kebanyakan orang secara berlebihan dalam spekulasi penyebab kejahatan.
Kebanyakan orang berpikir bahwa Allah menggunakan kejahatan sebagai alat untuk
menonjolkan kebaikan. Seorang Bapa Gereja bernama Irenaeus menggambarkan
hidup sebagai wdah pembentukan jiwa. Kejahatan – kejahatan yang ada merupakan
alat untuk merubah manusia menjadi dewasa karena kita bukan dilahirkan sempurna
melainkan kita dilahirkan untuk menjadi lebih sempurna.
Terdapat dua tokoh yang memberikan sebuah pernyataan yaitu Agustinus dan
Oliver Barclay. Agustinus menyatakan bahwa Allah memilih memunculkan
kebaikan yang berasal dari kejahatan dibandingkan tidak ada kejahatan satupun.
Namun muncullah pertanyaan yang menyatakan bahwa Allah bisa menciptakan
semuanya baik tanpa perlu timbul adanya kejahatan ?. Oliver Barclay menyatakan
bahwa kita sebagai umat Kristiani hanya perlu memiliki iman untuk percaya akan
setiap keputusan – keputusan yang dibuat oleh Allah karena kita percaya Allah pasti
akan memberikan yang terbaik.
Beberapa orang berpendapat bahwa tidak mungkin jika Allah menciptakan
ciptaan yang memiliki kebebasan, mereka semua akan memilih hal yang bermoral
baik. Gordon Lewis mengatakan bahwa “bahkan kemahakuasaan itu sendiri tidak
bisa menciptakan keberadaan bermoral tanpa kemungkinan ketidaktaatan
sebagaimana halnya ketaatan. Kemahakuasaan dapat melakukan apapun namun tidak
dapat melakukan ketiadaan yang kontradiktif”. Tidak ada jawaban pasti akan
maksud munculnya kejahatan namun kita sebagai umat Kristiani harus percaya
bahwa kedaulatan Allah dalam kejahatan akan dinyatakan dalam kekekalan. Suatu
hari eksistensi kejahatan akan dirubah menjadi suatu yang baik.
Orang Kristen Merspon dengan Kesabaran
Kita mengetahui Allah berdaulat atas kejahatan dan Allah akan
mendatangkan kebaikan dari segala penderitaan yang telah kita alami oleh karena
itu, orang Kristen harus bersikap sabar dalam menghadapi penderitaan. Kesabaran
yang dimaksud dalam Alkitab bukanlah kesabaran yang keras kepala (tidak mau
menyerah meski keadaan apapun) dan bukan juga kesabaran yang dilakukan oleh
orang Muslim yaitu kesabaran yang bersifat pasrah kepada Allah dan bersikap
rendah hati terhadap penderitaan.
Kesabaran yang dimaksud Alkitab adalah kesabaran yang aktif dan tidak
pasif terhadap keadaan. Kesabaran orang Kristen mengandung makna positif dengan
inti tidak mudah menyerah. Leon Morris mengatakan bahwa kesabaran orang
Kristiani harus menyerupai seorang prajurit yang berada di medan perang, tidak
mudah putus asa dan tetap berjuang apapun kesulitannya.
Ada sebuah kisa dari seorang pengkhotbah yang bernama W.E. Sangster
dimana suatu saat ia terkena penyakit kelemahan otot. Pertama kali penyakit itu
menyerang suaranya hingga ia tidak dapat lagi berkhotbah namun, di tengah
penderitaanya itu ia berjanji tidak akan berhenti menyemarakkan injil serta tidak
akan putus asa. Sebelum kematiannya dia menulis buku terakhirnya dengan
menggunakan 2 jari yang tersisa hingga 2 hari setelah bukunya dikirim ke penerbit ia
pun meninggal. Kesabaran yang penuh semangat inilah yang harus dimiliki orang
Kristen tidak mudah menyerah dan dengan aktif bersabar menunggku sukacita yang
datang ditengah – tengah penderitaan. Sebagai umat Kristiani kita harus percaya
bahwa sukacita yang akan datang tidak akan dapat digusur oleh apapun itu.
E Stanley Jones menggambarkan kesabaran sebagai :
Penderitaan Allah
Allah yang Menderita
Ada seorang tokoh bernama John Stott dimana ia memiliki sebuah
pernyataan “sengat yang sebenarnya bukanlah terletak dari sengat itu sendiri dan
bukan juga dari rasa sakit dari sengat itu melainkan, sengat yang sebenarnya adalah
perasaan diabaikan Allah”. Kita dapat menahan rasa sakit namun, apa yang bisa kita
tanggung jika Allah mengabaikan kita. Sering kita rasakan bahwa jika kita mendapat
permasalahan yang secara terus-menerus datang maka kita akan merasakan telah
diabaikan oleh Allah. Pandangan zaman sekarang mengatakan bahwa jika seseorang
mendapat pencobaan yang hampir membuat dia merasa putus asa maka disanalah
kita menganggap bahwa Allah mengabaikan kita. Allah bukanlah pengamat yang
dengan perasaan puas dan senang jika melihat umatnya menderita. Jika kita melihat
salib, maka kita akan mengetahui bahwa sebenarnya Allah menderita. Penderitaan
itu rela ia tanggung demi membebaskan dunia. Allah menderita sejak ia menciptakan
dunia. Pada Kej 6:5-6, Hak 10:16, Yer 31:20, Hos 11:8 disanalah kita dapat
mengetahui betapa menderitanya Allah karena ketidaktaatan ciptaanya.
Yesus mengalami banyak penderitaan ketika Ia turun di bumi sebagai contoh
Yesus merasa sedih ketika bangsa Yerusalem menolak ajakannya untuk ikut serta
menjadi panganut Kristus dengan melempari nabi – nabi yang dikirim Yesus ke
Yerusalem. Dapat kita rasakan juga kepedihan Yesus ketika murid – muridNya terus
mengecewakanNya. Di taman Getsemani hingga di atas kayu salib pun Yesus
mengalami penderitaan yang luar biasa atas cintanya kepada manusia. Umat
Kristiani mempercayai hubungan kasih Yesus dengan manusia sehingga meskipun
pengorbanan Kristus telah selesai, namun penderitaan Yesus tidak akan berakhir
selama manusia berdosa.
Pemikiran ini sangatlah berbeda dengan pemikiran agama Hindu dan Islam,
dimana bagi seorang Allah terlalu tinggi baginya untuk menderita dan bagi mereka
menggambarkan seorang nabi digantung diatas salib merupakan sebuah penghujatan.
Seorang theology yang berasal dari Tokyo bernama Kazoh Kitamori menggmbarkan
penderitaan Allah sebagai “gabungan murka dan kasihNya”.
Kepedian Allah dan Penderitaan Manusia
John Stott pernah berkata “aku hanya mempercayai Allah yang disalib” dan
menurut dia salib Kristus adalah satu – satunya pembenaran diri Allah dalam sebuah
dunia. Ada sebuah cerita mengenai seorang gadis cilik yang benama Joni Eareckson
(Tada). Dia mengalami kecelakaan setelah jatuh dari rakit dan membentur tulang
punggungnya. Karena benturan itu ia mengalami lumpuh dari leher ke bawah.
Setelah mengetahui keadaanya ini Tada memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya
dengan menyuruh temannya menyuntikkan obat ataupun memotong nadinya namun
temannya menolak. Betapa bertambah pedinya ketika ia mengetahui bahwa untuk
menakhiri hidupnya pun ia tidak bisa. Tada menjadi mengerti akan Allah setelah
bertahun-tahun mencoba memahaminya dan setelah ia mendengar tentang siksaan
yang dialami Yesus, maka ia menjadi mengerti akan seberapa pedihnya Allah
dibandingkan penderitaan yang ia alami.
Berbagian dalam Penderitaan-Nya
Sebelumnya kita membahas tentang ajaran solidaritas yang diajarkan dalam
umat Kristiani. Paulus pernah mengatakan “yang kukehendaki ialah mengenal
Dia……dan persekutuan dalam penderitaan-Nya”. Mengambil bagian dalam
penderitaan Kristus akan memberikan sebuah sukacita yang tidak dapat kita dapat
darimanapun. Bagi orang Kristen, hal terpenting dan sumber sukacita dalam hidup
adalah hubungannya dengan Allah. Seorang penginjil Toyohiko Kagawa pernah
mengira bahwa dirinya akan buta. Dia menggambarkan perasaanya dengan
kegelapan namun, dalam kegelapannya itu ia dapat menghadap Allah muka dengan
muka.
BAB 15
Kebangkitan Adalah Bukti
Banyak orang tidak percaya akan suatu kebangkitan yang terjadi pada Yesus.
Ketidak percayaan itu tampak dari pencarian akan bukti – bukti yang otentik, yang
dapat menyatakan bahwa Yesus telah bangkit. Ada seorang tokoh bernama Dr.
Daniel P. Fuller mengatakan bahwa barang siapa yang menunjukkan tulang Yesus,
maka dia telah menolak kekristenan. Penulis mengatakan bahwa pada zaman
sekarang banyak orang yang mengalami kehidupan yang indah melalui
kekristenannya dan apakah itu bukan merupakan bukti yang cukup bahwa Yesus
telah bengkit. Berdasarkan Perjanjian Baru dikatakan bahwa bukti terakhir dari
Yesus Kristus adalah kebangkitannya. Kekristenan membuat sebuah klaim yang
menunjukkan keunikan dan kekhususan dari pendirinya namun, hal tersebut
sangatlah sulit untuk kita ketahui kebenarannya. Kebenaran akan jawaban tersebut
adalah kebangkitan dimana Paulus pernah berkata bahwa “Ia memberikan bukti
kepada semua orang dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati”. Jadi, apa
yang dibuktikan oleh Kebangkitan ?
Bukti tentang Pribadi-Nya
Kebangkitan membuktikan pengajaran Alkitab tentang pribadi
Kristus. Dalam kebangkitannya Yesus telah menyatakan tentang
pribadinya.Ketika semua orang mengetahui tentang kebangkitan-Nya
maka mereka semua telah mendapatkan bukti bahwa Yesus adalah
Anak Allah dan sejak itu pula murid Yesus bertambah menjadi lima
ribu orang dalam waktu yang singkat. Melalui kebangkitan-Nya pula
dinyatakan bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah karena Allah
telah melepaskan Dia dari sengsara maut. Mesias Anak Allah tidak
dapat selamanya terjebak dalam kematian dan tetap berada dalam
kuasa maut.
Bukti tentang Rencana Keselamatan-Nya
Kebangkitan yang Yesus lakukan merupakan puncak dari rencana
keselamatan yang ia tebus bagi dosa umat manusia dan kebangkitan
merupakan bukti bahwa pengorbanan Yesus telah diterima. Petrus
dengan lantang berani menyebarkan pengajaran tentang Allah yang
telah membebaskan Yesus dari kematian yang diciptakan dari tangan
– tangan durhaka. Kebangkitan juga memberi kita kepastian tentang
keselamatan. Agama lain tidak memiliki kepastian akan keselamatan
yang dijanjikan lain halnya dengan Agama Kristen dimana Paulus
pernah berkata “Demikianlah tidak aka nada penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh yang memberi hidup,
telah memerdekakan engkau dalam Kristus dari hokum dosa dan
hokum maut.
Bukti tentang Ketuhanan-Nya
Kebangkitan tidak hanya memberikan bukti bagi kemesiasan Kristus
– tetapi juga menegaskan ketuhanan-Nya. Gelar Tuhan sangat sedikit
digunakan sebelum kebangkitan, tetapi banyak digunakan setelah
peristiwa tersebut. Hal ini memiliki arti bukan semata – mata berarti
Kristus berubah menjadi Tuhan setelah kebangkitan, melainkan
sebelum kebangkitan Ia hanya dimengerti secara samar – samar dan
ketika kebangkitan, arti kata Tuhan ialah kebenaran tentang pribadi-
Nya secara esensi.
Orang Kristen juga percaya bahwa Kebangkitan hanyalah permulaan
dari sebuah proses Yesus mengklam ketuhanan-Nya.
Bukti tentang Hidup Baru Kita
Kebangkitan juga membantu kita dalam jalan pemuridan karena kita
sendiri ikut serta di dalamnya melalui persatuan kita dengan Kristus.
Dalam perkataan Paulus “Dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama – sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya,
sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh
kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru”. Oleh karena itu dengan kebangkitan Tuhan maka secara tidak
sengaja dosa kita telah dihapuskan bersamaan dengan kematiannya
dan sejak itu pulah kebangkitanya membawa kita kepada kehidupan
yang baru.
Bukti tentang Kemenangan-Nya atas Kematian
Kemenangan yang paling jelas dari Kebangkitan adalah kemenangan
Kristus atas kematian. Dalam 1 Korintus 15, Paulus mengatakan
bahwa kita satu dengan Kristus, dan oleh karena itu kita juga turut
berbahagia dalam kemenangan-Nya. Apa yang terjadi pada Kepala
akan terjadi pula pada Badan. Atas kematian Yesus maka dianggap
bahwa penguburan orang Kristen selalu bisa menjadi sarana
penginjilan.s
BAB 16
Bukti Kebangkitan
Pada bab 6 kita menjabarkan bahwa Kitab–kitab Injil adalah dokumen
historis, pada bab 4 kita menjabarkan logisnya mukjizat-mukjizat yang dibuat oleh
Allah. Bab-bab tersebut menguatkan akan penjelasan tentang kebangkitan dimana
kebangkitan merupakan suatu mukjizat yang dicatat paling teliti dan ekstensif dalam
Alkitab. Jika Alkitab akurat secara historis maka, pembahasan mengenai
kebangkitan yang dicatat paling rinci dan teliti akan dicatat secara akurat dalam
Alkitab.
Teori-teori Alternatif
Beragam teori-teori tentang penyaliban yang tidak seharunya dipercayai
Dia Sebenarnya Tidak Mati
Menurut tokoh rasionalis Jerman abad kedelapan belas dan Sembilan
belas seperti C .H .G. Venturini dan H. E. G .Paulus menyatakan sebenarnya
Tuhan tidak mati melainkan pingsan dikarenakan kehabisan darah serta sakita
yang Ia rasakan. Setelah diturunkan dan diletakkan di kuburan yang sejuk,
maka Ia pulih, bangun dan menampakan diri seolah Ia telah bangkit.
Seorang sarjana Alkitab J. Duncan M. Derret menyatakan pendapatnya
bahwa sesungguhnya Tuhan telah mati secara klinis karena nafas dan denyut-
Nya kelihatan berhenti, tapi Ia bangkit sesaat sebelum mengalami mati otak
dan dikremasi di bukit Kredon. Abu hasil kremasi bercampur dengan abu dari
hewan Paskah sehingga sulit untuk dibedakan. Darret menyatakan kata
anastasis, diterjemahkan sebagai kebangkitan, kebangkitan fisik, bangun atau
bangkit.
Profesor Barbara Thiering dari Sydney University, menyatakan
pemikirannya yang imajinatif. Sebenarnya Tuhan tidak mati melainkan hanya
pingsan karena anggur beracun yang diberikan olehnya. Ketika Ia dikubur
maka Ia diberi ramuan penawar racun dan dibantu kabur oleh teman –
temannya hingga ia menyatakan diri di Roma pada tahun 64.
Pandangan yang mirip dikemukakan oleh sekte islam bernama
Ahadiyah. Mereka percaya bahwa Yesus tinggal cukup lama dengan murid –
muridnya, kemudian pergi ke utara dan bertemu Paulus dalam perjalanan ke
Damsyik. Dia diberitakan pergi ke India utara untuk memberitakkan pesan-
Nya. Dia kemudian mati dan dikubur di Srinagar, Kashmir.
Banyak pendapat yang dapat diutarakan untuk membantah pandangan
bahwa Yesus tidak mati di salib.
Pertama, Perjanjian baru menyatakan dengan jelas bahwa Yesus telah
mati dan mayat-Nya diempatkan dalam sebuah kubur. Sir Norman Anderson
menyatakan bahwa keempat Alkitab menyatakan Yesus telah mati dan
penegasannya adalah luka tikam di lambung-Nya. Pilatus pun memastikan
kematian Yesus melalui pasukannya.
Kedua, terdapat sebuah bukti diluar perjanjian baru yang menyatakan
bahwa Yesus telah mati. Yaitu tulisan dari sejarawan Yahudi Josephus dan
sejarawan Roma Tacitus yang menulis penyaliban Yesus atas perintah
Pilatus.
Ketiga, Tidak ada satu orangpun yang dapat lolos dari siksaan orang
Romawi, disalibkan dan menjalani malam yg dingin di Yerusalem. Jika ada
maka Ia akan memiliki kondisi lemah dan tidak dapat meloloskan diri dari
balutan kain kabung yang panjang dan tebal, menggulingkan batu yang tidak
bisa digulingkan oleh tiga orang wanita dan tidak dapat berjalan jauh dengan
kaki yang lemah.
Keempat, pada Perjanjian Baru sebanyak tiga puluh kali frase “dari
antara orang mati” dilanjutkan “Yesus telah bangkit”, hal ini menunjukkan
bahwa mereka meyakini Yesus telah mati. Jika tidak mengapa Yesus Sang
Kebenaran tidak membenarkan jika hal tersebut salah ketiak Ia bertemu
dengan mereka.
Kelima, D. F. Strauss menyatakan bahwa kehidupan Yesus dalam injil
adalah sebuah mitos, dimana seorang yang hamper mati dapat memberikan
kesan kepada para muridNya bahwa Dia adalah seorang Penakluk kematian
dan kubur, Raja kehidupan dan Dia juga dapat mengubah penderitaan
menjadi sukacita, membangkitkan semangat mereka menjadi pujian.
Teori Penglihatan
Pada zaman sekarang banyak gagasan dan kepercayaan mengenai
penampakan Yesus oleh murid – muridnya setelah Ia mati merupakan suatu
penglihatan atau suatu halusinasi. Seorang tokoh bernama A. N. Wilson menyatakan
bahwa tampaknya Yesus yang dianggap suatu kebangkitan oleh muridnya
merupakan hasil imajinasi. Berikut adalah poin-poin atas jawaban terhadap
pandangan di atas:
Pertama, pada injil Lukas dikatakan bahwa ketika mereka bertemu Yesus,
Yesus berkata untuk merabah dan melihat luka yang ada di kedua lengannya dan
juga Dia meminta sesuatu untuk dimakan. Pandangan kita jika melihat orang yang
telah mati kita akan menganggap itu adalah hantu namun, jika dapat kita raba apakah
mungkin Ia adalah hantu dan Ia adalah halusinasi belaka.
Kedua, jika mereka berhalusinasi maka Yesus tidak akan memakan makanan
yang mereka berikan.
Ketiga, menurut Colin Chapman “halusinasi merupakan sesuatu yang ingin
mereka lihat” namun tidak ada bukti yang menggambarkan bahwa murid Yesus
ingin melihatnya. Thomas yang awalnya tidak percaya, ketika ia memegang Kristus
maka ia menjadi percaya.
Keempat, ada banyak orang melihat Yesus. Sebanyak lima ratus orang
melihatNya secara bersama-sama. Mungkinkan sebanyak liam ratus orang
mengalami halusinasi bersamaan.
Kelima, halusinasi tidak terjadi secara lama namun Yesus menampakan diri
beberapa kali dalam waktu yang lama. Sebagai contoh yang terjadi dalam perjalanan
ke Emaus.
Keenam, laporan mengenai Yesus menunjukkan diri tidak terlupakan.
Kita Tidak Tahu dan Itu Tidak Penting
Ada seorang tokoh bernama Rudolph Bultmann yang menyatakan bahwa
tidak penting kita mempercayai kepastian akan kebangkitan Yesus melalui fakta –
fakta historis yang ditulis dalam Alkitab. Bultmann berkata bahwa “peristiwa
kebangkitan bukan merupakan peristiwa historis”. Dia berkata bahwa Fakta sejarah
tidak penting bagi kepercayaan Kristen melainkan hal yang terpenting adalah iman
Paskah karena iman inilah yang menggambarkan pernyataan diri Allah yang telah
bangkit. Yesus memang bangkit dan marilah kita mengalami Yesus yang hidup di
masa kini.
Berikut akan kita bahas penolakan terhadap pendekatan yang demikikan
kepada historistis cerita Yesus yang ditulis dalam Perjanjian Baru.
Tanda – tanda Keautentikan dalam Tulisan Alkitab
Bebebrapa tanda keautentikan ditemukan dalam Alkitab mengenai peristiwa
Kebangkitan.
Keragaman dalam Tulisan Perjanjian Baru
Cara Perjanjian Baru menjabarkan kebangkitan sangatlah penting. Banyaknya saksi
bukanlah suatu acuan kebenaran bahwa yesus telah bangkit dan dan sebuah kesalah
jika diulang sebanyak apapun juga tidak akan memberikan kebenaran. Tapi kita
harus memperhatikan kesamaan diantara keempat injil Perjanjian Baru yaitu Maitus,
Markus, Lukas Yohanes dimana dalam menurut Murray Harris dalam injil tersebut
tertulis mengenai kubur yang kosong dan keempat kesaksian tersebut telah menjadi
argument yang kuat.
Tidak hanya dari kesamaan keempat injil tersebut, penampakan-penampakan
yang terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda – beda serta banyak orang telah
melakukan interaksi denganNya seperti memecah roti bersamaNya, memegang
tangan dan kakiNya dan mungkin juga meneliti luka tombak di lambungNya
merupakan suatu bukti utama yang dapat dihadirkan dalam persidangan. Dalam hal
ini Yesus ingin sekali membuat muridnya yakin akan kebangkitannya dan
menjadikan mereka saksi dari realitas historis.
Upaya – upaya Khusus untuk Menunjukkan bahwa Kebangkitan Memang Terjadi
Para penulis Perjanjian Baru berupaya menunjukkan bahwa kebangkitan
memang terjadi. Kisah Para Rasul 1:3 “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-
Nya setelah penderitaanya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan,
bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang
menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan-Allah”.
Upaya tersebut juga digambarkan oleh Lukas pada injil Lukas pasal 24:36-43
dimana Lukas menggambarkan murid Yesus yang sangat susah untuk percaya
akan kehadiran Yesus ditengah mereka. Dan sementara mereka bercakap-
cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan
berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!"
Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa
sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan
lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat
ada pada-Ku."
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada
mereka.
Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?"
Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng.
Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Laporan yang
ditulis oleh Lukas ini meyakini bahwa Yesus memang bangkit dari kematian
dan ingin pembacanya mengetahui fakta ini.
Selain itu kita juga menambahkan bukti bahwa orang Kristen sangat setia
pada kebenaran sehingga apa yang mereka tulis bukanlah sesuatu yang
mereka buat – buat. Menurut seorang tokoh bernama A. N. Wilson dia
mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan besar untuk berimajinasi
dan tidak mungkin para murid memiliki imajinasi yang sama dalam penulisan
injil mengenai kebangkitan Allah. Tulisan dalam Alkitab bukan berbicara
tentang imajinasi, melainkan berbicara mengenai keraguan dan keengganan
untuk percaya bahwa Yesus telah bangkit.
Saksi Pertama Adalah Wanita
Menurut aturan hokum orang Yahudi kesaksian wanita tidak dapat menjadi bukti
pada masa itu. Tapi yang dikatakan alkitab adalah orang yang pertama kali melihat
kubur itu kosong adalah seorang wanita dan wanita tersebut sangat terkenal di zaman
gereja mula – mula dan nama mereka secara khusus disebutkan. Jika sudah seperti
itu sangatlah beresiko untuk mengarang sebuah cerita. Seorang tokoh bernama T
France manyatakan bahwa murid-murid yang lain pun awalnya tidak mempercayai
mereka. Dan satu – satunya alasan bahwa wanita dipercaya sebagai saksi karena hal
itu benar – benar terjadi. A. N.Wilson mengatakan ketidak percayaannya akan hal
tersebut sehingga ia berkata bahwa Maria Magdalena waktu itu melihat Yakobus
yang sangat mirip dengan Yesus.
Kubur Kosong
Bukti terkuat yang membuktikan adanya kebangkitan yaitu adalah kubur
kosong.
Pertama, Ketika para murid mempertahankan kebangkitan Yesus, yang
mereka lakukan adalah menunjukkan kuburan Yesus. Tetapi mereka tidak dapat
melakukannya karena tubuh-Nya tidak ada. Maka, orang Kristen membentuk sebuah
komunitas untuk membahas fakta ini. Gereja Yerusalem menjadi suatu komunitas
merupakan bukti kuat bahwa kubur itu memang sudah kosong.
Kedua, cerita kubur kosong memiliki tanda keautentikan dimana pada semua
alkitab dikatakan peristiwa ini dilaporkan pertama kali oleh seorang wanita.
Sebagian besar sarjana percaya bahwa Markus adalah kitab injil yang ditulis
pertama, sehingga tulisan kubur kosong pada injil Markus adalah yang pertama.
Menurut Murary Harris pada injil Markus penyampaian tentang kubur kosong ini
sangatlah singkat dan kurang menarik sehingga jika itu merupakan suatu legenda
maka kita megharapkan yang lebih dari itu namun, menurut Harris dengan
ketenangan, Injil Markus memiliki gema kebenaran.
Ketiga, pada zaman itu, orang Yahudi memiliki kebiasaan untuk memuja
kubur nabi-nabi namun pada saat itu tidak ada satu orangpun yang menjadikan
kuburan Yesus sebagai tempat memuja. Karena alasan itu orang Kristen percaya
bahwa kuburan itu kosong.
Keempat, Banyak para penulis modern yang tidak mengakui akan
kebangkitan dan mereka percaya bahwa sebenarnya kuburan itu telah kosong.
Namun karena bukti kubur kosong begitu kuat, maka W. L. Craig mencatat
banyaknya sarjana yang percaya bukti kubur kososng tersebut.
Kekristenan Tetap Bertahan
Sebagian agama berpatok pada ajaran – ajaran yang mereka percaya lain
halnya dengan Kristen yang mendasarkan kekristenannya pada kematian dan
kebangkitan. Banyak orang menhina, mengejek dan menertawai pemikiran tentang
kebangkitan. Seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak pihak – pihak lain
yang tidak setuju namun Kekristenan tetap bertahan akan ujian tersebut karena
keberhasialan kita tergantung pada kebenaran sebuah peristiwa dan bukti unik dari
kebenaran tersebut adalah kebangkitan.
Pemberitaan injil pertama kali dilakukan di Yerusalem tempat dimana Yesus
memiliki banyak musuh dan tidak dilakukan di Galilea tempat dimana Yesus
memiliki banyak teman. Banyak hujatan dan hinaan yang datang ketika murid Yesus
mengajarkan injil sehingga membuat Yerusalem bukan tempat yang tepat untuk
gereja memulai penginjilan namun, inti penting dari Yerusalem adalah tempat Yesus
bangkit dari kematian. Keberhasilan penginjilan awal menegaskan ini.
Transformasi pada Diri para Murid
Banyak perubahan atau transformasi diri pada murid – murid Yesus ketika
mereka mengetahui bahwa Yesus telah bangkit. Awalnya mereka takut akan
kehadiran Yesus hingga Petrus pun menyangkal Yesus namun setelah mereka
percaya, Petrus pun mulai mewartakan injil di kota yang sama. Sebagian murid
Yesus mati sebagai martir dan mereka tidak menarik penegasan mereka untuk
menyelamatkan diri. Orang lain akan melakukannya jika mereka tidak percaya akan
kebangkitan.
Orang yang tidak percaya akan kebangkitan harus berhadapan dengan
sejumlah fenomena besar dari perubahan hidup para murid. A. N. Wilson
mengatakan bahwa kita tidak dapat mengatakan itu karena kita tidak mengetahui
bagaimana sikap murid Yesus sebelum hal itu terjadi. Dia melakukan penolakan
karena dia tidak percaya dengan historisitas alkitab. Kita tidak bisa menolak ini
dengan mudah namun, ketika daya tahan gereja dan keberanian para murid kita
satukan, maka akan tersaji suatu pembelaan yang kuat bagi peristiwa kebangkitan.
Keseluruhan Bukti
Pembahasan diatas telah menunjukkan bukti yang berlapis – lapis tentang
peristiwa kebangkitan. Pembelaan ini tidak hanya memberikan kesimpulan bhwa
kebangkitan Yesus bisa dibuktikan “melampaui keraguan pikiran”.
Kesimpulan ini tidak dapat dibuktikan melalui sesuatu yang bersifat logika,
sesuatu yang dapat dibuktikan secara pasti, dapat diuji dan dapat dihitung secara
sistematis namun, kesimpulan ini erdasarkan peristiwa historis. Peristiwa historis ini
merupakan peristiwa yang tidak dapat diulang dan kebenaran dari peristiwa ini
bersifat empiris dan berasal dari kebenaran sejarah.
Kebenaran sejarah ini dapat kita peroleh dengan mengumpulkan data-data
serta informasi yang menceritakan tentang peristiwa tersebut. Sesudah itu kita mulai
berusaha mendapatkan gambaran menyeluruh dari data yang kita kumpulkan.
Setelah melihat seluruh bukti sekarang kita membuktikan apa hal-hal tersebut benar-
benar terjadi.