REFERAT
RUBELA
Disusun Oleh :
Diskta Winza Ronica
H2A010013
Pembimbing :
dr. Djoko Sugiarto Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
1
SEMARANG
DAFTAR ISI
Daftar isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi 4
2.2 Sejarah
4
2.3 Epidemiologi 5
2.4 Etiologi 5
2.5 Patofisiologi 6
2.6 Manifestasi Klinis 7
2.7 Diagnosa Banding 9
2.8 Diagnosa 9
2.9 Pengobatan 11
2.10 Komplikasi 13
2.11 Pencegahan 14
BAB III KESIMPULAN 18
Daftar pustaka 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan
herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan
virus. Penyebab utama penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti
ayam, kucing, anjing, burung, tikus, kambing, sapi dan lainnya. Cara penularannya
kepada manusia melalui dua cara, yaitu aktif (didapat) dan pasif (bawaan).Virus
Rubella adalah salah satu agen TORCH dikenal yang paling teratogenik.
Jika infeksi rubella primer terjadi selama kehamilan, virus dapat melewati
plasenta dan menyebabkan infeksi janin, tergantung pada masa kehamilan.1
Khususnya pada umur kehamilan dibawah 12 minggu (semester pertama kehamilan),
dimana pada periode ini sedang terjadi proses pembentukan jaringan organ janin yang
dikandung. Bila infeksi terjadi pada kehamilan di bawah 8 minggu (kehamilan <2
bulan) akan terjadi keguguran pada kehamilan. Dan bila kandungan masih bisa
dipertahankan, bayi yang lahir akan menderita berbagai kelainan yang siebut
Sindroma Rubella kongenital (SRK) atau mungkin malah bayari meninggal waktu
dilahirkan.2
Wanita berisiko tinggi untuk tertular rubella pada kehamilan mereka yang
nonimmune terhadap rubella dan terkena infeksi. Lebih dari setengah perempuan
terinfeksi rubella tidak menunjukkan tanda-tanda klasik dan gejala demam dan 3 hari
ruam. Oleh karena itu, tes serologi digunakan untuk mendiagnosis akut infeksi pada
wanita hamil.1
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Rubella adalah “self limited viral infection” yang ditandai dengan
ruam yang khas. Infeksi pada awal kehamilan selama trimester pertama
kehamilan bisa menyebabkan kematian janin karena bisa menyebabkan
kerusakan organ janin yakni jantung, saraf, pengelihaan dan pendengaran. Hal
yang menjadi perhaian dari infeksi rubella adalah hampir satu sampai 3
infeksi adalah asimptomatic. Di masa lalu, rubela adalah infeksi wabah
endemik yang sudah menyebab di populasi kita. Sejak pengenalan dari vaksin
rubela tahun 1969, ada reduksi yang signifikan dari infeksi rubella dan bayi
baru lahir dengan congenital rubella syndrome. Meskipun sau dari sembilan
wanita adalah nonimmune pada rubella.3
2.2 SEJARAH
Rubella dikeahui dengan nama German yakni “Roteln” telah di
diskripsikan dengan original oleh dua peneliti. Dari beberapa tahun yang lalu
campak German telah membingungkan dengan berbagai infeksi yang timbul
ruam pada kulit, campak/cacar air yang khusus, scarlet fever dan sekarang
4
diagnosis klinis sudah tidak akurat lagi. Campak German dalam beberapa
bagian, sudah diakui dengan jelas dari beberapa bagian Kongres International
di Medicine di London 1881 sehingga penyakit infeksi yang dinamakan
rubella telah disetujui pada saat itu.5
Virus rubella telah diisolasi untuk pertama kali pada tahun 1962 oleh
dua drup pekerja independen di pegawai USA dengan teknik kultur sel yang
berbeda. Penemuan pasti ini sudah dikembangkan oleh test serology.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemi terjadi dengan
interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan
terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan
secara oral droplet dan melalui plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada
vaksinasi, angka kejadian tertinggi terdapat pada anak usia 5 – 14 tahun.
Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaha dan dewasa muda.
Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubella pada ibu
hamil selama minggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi
(50 – 60%) terjadi pada bulan pertama dan menurun menjadi 4 – 5 % pada
bulan keempat kehamilan ibu. Survey di inggris menunjukan insdens infeksi
fetus sebesar 53% dengan rubella klinis dan hanya 19% yang subklinis. Sektar
85% bayi yang terinfeksi rubella kongenital mengalami defek.4
2.4 ETIOLOGI
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili
Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara
fisiko-kimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut,
tetapi virus rubela secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis
5
virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan
manusia merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata. Cara
Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.
Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan penderita. Pada
lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan
dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret
nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar, sehingga menjadi sumber
infeksi. Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski
virus penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai
beberapa persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang
menyebabkan kemerahan pada kulit pada penderitanya.
Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu menular
dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari
penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin
dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat
terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si
penderita, sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang.
Namun bila seseorang tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak.
Gejala baru timbul kira-kira 14 – 21 hari kemudian. Selain itu, campak lebih
lama proses penyembuhannya sementara rubella hanya 3 hari, karena itu pula
rubella sering disebut campak 3 hari.
2.5 PATOFISIOLOGI
Periode inkubasi rata-rata 18 hari (12-23 hari). Virus sesudah masuk
melalui saluran pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa
saluran pernafasan untuk kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran
pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Rubella baik yang
bersifat klinis maupun sub klinis akan bersifat sangat menular terhadap
6
sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella
akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut sampai
satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenal saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal
ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk
mencegah terjadinya penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk
kekebalan baik berupa antibody maupun kekebalan seluler yang akan
mencegah terjadinya infeksi ulangan.
Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan Infeksi rubella berbahaya bila
terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka resiko
terjadinya kelaianan adalah 50%, sedanggkan jika infeksi terjadi trimester
pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College Obstrician
and gynecologis, 1981). Rubella dapat menimbulkan abortfus, anomaly
congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis,
kutis, ikterus dan konvuisi)
Pengaruh rubella pada janin Rubella dapat meningkatkan angka
kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat bawaan pada janin. sering
dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I (30 – 50%).
Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella :
a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)
b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum
terbuka)
c. Alat pendengaran (tuli)
d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)
Dapat pula terjadihambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan
hematologgik (termasuk trombositopenia dan anemia),
hepotosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interfisialis kronika difusa
dan kelainan kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama
7
beberapa bulan merupakan sumber infeksi bagi anak-anak dan orang
dewasa lain
2.6 MANIFESTASI KLINIS
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain
waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.
b. Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang
disertai gejala dan tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa
muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan,
sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan
limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala
dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada
beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama
dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari
pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau
petekiia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari
sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular
dan servikal dan disertai nyeri tekan.
c. Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka
dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-
mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat
meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua
eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di
anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubela terjadi tanpa eksantema.
Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubela.
8
Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8
hari.
Pada penyakit rubela yang tidak mengalami penyulit sebagian besar
penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil
penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama
7-10 hari
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang
menyerupai rubela adalah :
a.Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis
infeksiosa dan Pityriasis rosea
b.Penyakit bakteri : scarlet fever (Skarlatina).
c.Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH,
fenotiazin dan diuretik tiazid.
Bercak erupsi rubela yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili,
kecuali bila ditemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi
rubela cepat menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.
Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap
diatasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada
rubela daerah perioral terkena.
Erupsi pada infeksi mononukleosis dapat menyerupai rubela derajat
berat, namun penyakit itu dimulai dengan difteroid atau Plaut-Vincent-like
tonsilitis, demam lebih tinggi, pembesaran kelenjar getah bening umum serta
pembesaran hepar dan limpa. Pada sifilis stadium dua ditemukan juga
eksantema yang menyerupai rubela, disertai pembesaran kelenjar getah bening
umum, kadang-kadang perlu pemeriksaan serologik untuk sifilis.
9
Erupsi obat menyerupai rubela yang dapat disertai pembesaran
kelenjar getah bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada
kasus yang meragukan dapat dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologik
2.8 DIAGNOSIS
Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya
hampir sama dengan penyakit lain. Kadang tidak jelas atau tidak ada sama
sekali. Virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus.
virus pada rubella sering mencapai dan merujuk embrio dan fetus. Diagnosis
pasti dapat dibuat dengan isolasi virus atau ditemukannya kenaikan tetes anti
rubella dalam serum. Lebih dari 50% kasus infeksi rubella pada ibu hamil
bersifat subklinis/tanpa gejala sehingga sering tidak disadari. Karena dapat
berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya
Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh
karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomik untuk rubela. Seperti
dengan penyakit eksantema lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis
yang cermat. Rubela merupakan penyakit yang epidemik sehingga bila
diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di
dalam lingkungan penderita.sifat demam dapat membantu dalam menegakkan
diagnosis, oleh karena demam pada rubela jarang sekali di atas 38,5ºC.
Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus
pada muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan
petunjuk diagnosis rubela.
Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan diagnosis.
Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang
terdapat leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti
10
limfositosis relatif. Sering terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya
peningkatan titer anibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR)
atau ditemukannya antibodi Ig M yang spesifik untuk rubela. Titer antibodi
mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai
puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi Ig M
spesifik rubela dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya
antibodi Ig M spesifik rubela harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu
penelitian telah menunjukkan bahwa telah tejadi reaktivitas spesifik terhadapp
rubela dari sera yang dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.
Membedakan rubella dengan campak (q.v.), demam scarlet (lihat infeksi
Streptokokus) dan penyakit ruam lainnya (misalnya infeksi eritema dan
eksantema subitum) perlu dilakukan karena gejalanya sangat mirip. Ruam
makuler dan makulopapuler juga terjadi pada sekitar 1-5% penderita dengan
infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan ampisilin), juga pada infeksi
dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat tertentu.
Diangosa klinis rubella kadang tidak akurat. Konfirmasi laboratorium
hanya bisa dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat dipastikan
dengan adanya peningkatan signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens
dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau tes LA, atau dengan adanya IgM
spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella sedang terjadi.
Sera sebaiknya dikumpulkan secepat mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari)
sesudah onset penyakit dan pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari
(lebih baik 2-3 minggu) kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu
sebelum dan hingga 2 minggu sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan
dari contoh darah, urin dan tinja. Namun isolasi virus adalah prosedur panjang
yang membutuhkan waktu sekitar 10-14 hari. Diagnosa dari CRS pada bayi
baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanya antibodi IgM spesifik pada
spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap rubella diluar waktu
11
yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui isolasi
virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling tidak
selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga bayi
berumur 3 tahun
2.9 PENGOBATAN
Untuk tahap penyembuhan sebenarnya tidak ada obat yang spesifik
untuk mengobati infeksi virus Rubella. Namun obat yang diberikan biasanya
bersifat untuk meringankan gejala yang timbul akibat infeksi ini. Hanya saja
pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat
ringan.
Berikut ini beberapa perawatan yang bisa dilakukan jika terinfeksi virus
Rubella:
1. Secara farmakologikal
o dengan Acetaminophen atau ibuprofen
o ini dapat mengurangkan demam dan ketidakselesaan pesakit
2. Pengobatan rawat jalan ( di rumah )
o Dikarenakan penyakit rubela merupakan penyakit yang ringan ( jika
menyerang anak – anak dan orang dewasa ), seseorang yang
menghidapi rubela boleh dijaga di rumah. Namun dengan menjaga
suhu tubuh pesakit. Jika suhu tubuh mulai tinggi maka sebaiknya
konsultasi ke dokter. Selain itu obat yang paling efektif untuk infeksi
ini adalah dengan beristirahat.
3. Pengobatan untuk wanita yang hamil
Pada wanita hamil jika terserang virus ini maka yang sebaiknya dilakukan
adalah periksa ke dokter. Maka kemungkinannya doktor tersebut mungkin
akanmemberikan suntikan immuneglobulin(IG). IG tidak dapat
12
“menghilangkan virus rubella” tetapi IG dapat membantu dalam
meringankan gejala-gejala yang diberikan oleh virus ini. Dan dapat
mengurangi risiko – risiko pada janin. Dengan kata lain, IG dapat
mengurangi gejala rubela tetapi tidak dapat menghilangkan risiko infeksi
yang diberikan virus Rubella terhadap bayi tersebut.
Walaupun tidak ada obat yang spesifik untuk virus ini, namun dapat
diberikan pencegahan yaitu dengan vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi
yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan
gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella)
yang disuntikkan sebanyak 2 kali. Suntikan vaksin pertama diberi semasa
umur 12-15 bulan dan suntikan kedua biasanya diberi semasa umur 4-6
tahun. usia anak masuk sekolah atau dewasa muda.
Vaksin MMR pada anak – anak
Pemberian imunisasi MMR pada wanita usia reproduktif yang belum
mempunyai antibody terhadap virus rubela amatlah penting untuk
mencegah terjadinya infeksi rubella kongenital pada janin. Setelah
pemberian imunisasi MMR, penundaan kehamilan harus dilakukan selama
3 bulan.
Vaksin MMR tidak sembarang boleh diberikan kepada semua orang.
Diantaranya:
• Mereka yang alergi terhadap antibiotik neomicyn.
• Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu satu
bulan setelah imunisasi.
• Mereka yang menderita penyakit apa saja atau menerima
pengobatan yang menekan sistem kekebalan, seperti cortisone atau
prednisolone.
• Siapa saja yang menderita infeksi yang akut.
13
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-
kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah.
Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang
terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus. Kebanyakan anak-anak mengalami
penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang mengalami nyeri
pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami
nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa menyebabkan
keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi
infeksi telinga (otitis media).
2.11 PENCEGAHAN
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit
dapat diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun
serum (GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25 – 0,50 mL/kg atau 0,12-
0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak
dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi produk yang
digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi
klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam
darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasI, kecuali pada wanita hamil
nonimun.
Sejak tahun 1979 vaksin virus hidup RA 27/3 (fibroblas paru
embrional manusia deretan WI-38) telah digunakan hanya pada imunisasi
aktif terhadap rubella di Amerika Serikat. Vaksin RA 27/3 mempunyai
banyak manfaat melebihi vaksin rubela lain yang dahulu digunakan karena ia
menghasilkan antibodi nasofaring dan berbagai variasi antibodi serum,
memberikan proteksi yang lebih baik terhadap reinfeksi, dan sangat lebih
menyerupai proteksi yang diberikan oleh infeksi alamiah. Vaksin sensitif
14
terhadap panas dan cahaya; karenanya vaksin harus disimpan dalam lemari es
pada suhu 4º dan digunakan sesegera vaksin ini dilarutkan kembali. Vaksin
diberikan sebagai satu injeksi subkutan.
Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi.
Walaupun mungkin virus menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan
terjadi dari 18-25 hari sesudah vaksinasi, penularan nampaknya tidak
merupakan masalah. Lama persistensi antibodi rubela pasca vaksinasi dengan
RA 27/3 tidak tentu tetapi mungkin seumur hidup. Cara-cara pencegahan
adalah paling penting untuk perlindungan janin. Vaksinasi ini terutama
penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap rubela sebelum
mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah atau dengan
imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis yang tepat.
Program vaksinasi rubela di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi
semua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita
pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi
mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-
parotitis-rubela (measles-mumps-rubela /MMR). Imunisasi rubela harus
diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada setiap
kunjungan perawatan kesehatan.
Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka mungkin hamil
imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan, tetapi
harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3
bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil
memecahkan siklus epidemi rubela yang basa di Amerika Serikat dan
menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkanpada hanya
20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan
penurunan persentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella. Semua
orang rentan terhadap infeksi virus rubella setelah kekebalan pasif yang
didapat melalui plasenta dari ibu hilang. Imunitas aktif didapat melalui infeksi
15
alami atau setelah mendapat imunisasi; kekebalan yang didapat biasanya
permanent sesudah infeksi alami dan sesudah imunisasi diperkirakan
kekebalan juga akan berlangsung lama, bisa seumur hidup, namun hal ini
tergantung juga pada tingkat endemisitas. Di AS, sekitar 10% dari penduduk
tetap rentan. Bayi yang lahir dari ibu yang imun biasanya terlindungi selama
6-9 bulan,tergantung dari kadar antibodi ibu yang didapat secara pasif melalui
plasenta.
a. Untuk perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia
vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan
untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai
vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). vaksin rubella dapat
diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah
berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut
belum diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun.
sedangkan vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan
vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18
tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada umumnya merupakan
penyakit ringan.
b. vaksin rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada
awal kehamilan, dapat mendatangkan petaka bagi janin yang
dikandungnya. Dapat terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal
pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella kongenital. oleh
karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki
kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti
– rubella IgG dan anti – rubella Ig M.
1) Jika hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk
melakukan vaksinasi, namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan
setelah vaksinasi.
2) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan
16
anti rubella- IgG positif, dokter akan menyarankan anda untuk
menunda kehamilan.
3) Jika anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah
terinfeksi dan anti bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat
melindungi dari serangan virus rubella. Bila Anda hamil , bayi anda
pun akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital. bila anda
sedanghamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah
terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan
pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah
memiliki kekebalan( Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun
terlindungi dari ancaman virus rubella.
Jika belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti –
Rubella IgG positif),, maka :
- Sebaiknya anda rutin kontrol ke dokter
- Tetap menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
- Menghindari orang yang dicurigai terinfeksi rubellamaka deteksi
infeksi rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan
terhadap infeksi rubella sngat penting. ada beberapa pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang lazim dilakukan
adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada contoh
darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin
terinfeksi / tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan
teknik PCR (Polymerose Chain reaction).
- Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah
janin. Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus
dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat
dilakukan setelah usia kehamilan diatas 22 minggu.
- Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka
abortus buatan perlu dipertimbangkan. setelah trimester I,
17
kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu 6,8% dalam
trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
BAB III
KESIMPULAN
1. Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum
pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal
yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan
postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2-3 hari.
2. Di negara tropis, infeksi rubella lebih sering terjadi pada akhir musim
hujan dan pada musim panas dengan kecendrungan timbulnya epidemik
setiap 5 tahun.
3. Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili
Togaviridae.
4. Cara penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang
terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau kontak langsung dengan
penderita.
5. Tatalaksana rubella adalah simtomatis.
6. Pencegahan rubella dengan melakukan vaksinasi MMR pertama diberi
semasa umur 12-15 bulan dan suntikan kedua biasanya diberi semasa
umur 4-6 tahun.
18