RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN TUGAS,
HAKEKAT PENGETAHUAN
A. Arti Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa
ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Ilmu merupakan
pengetahuan yang kita gumuli / pergauli sejak bangku SD sampai perguruan
tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari spistemologi (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu
merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Menurut Koento Wibisono (tahun 1994) ilmu pengetahuan sebagai satu
kesatuan menampakkan diri secara dimensional yaitu ilmu sebagai masyarakat,
sebagai proses dan sebagai produk.
Pada dasarnya terdapat 2 cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar :
1. Mendasarkan diri kepada rasio
2. Mendasarkan diri kepada pengalaman
Kaum rasionalisme mengembangkan paham yang disebut rasionalisme
kaum yang mendasarkan diri kepada pengalaman, mengembangkan paham yang
disebut empirisme.Sehingga pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang
diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah
berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi
dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan
ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 1
secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang
menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan
menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris
tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi
manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk
memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang
manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil
1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris,
melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang
tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang
tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk
mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya.
Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan
tahapan-tahapannya.
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu
mencerdaskan manusia.
2. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat
luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of
which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 2
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki
arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu.Sedangkan informasi sendiri mencakup data,
teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan
definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan
(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang
diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan
melalui komunikasi.
B. Terjadinya Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam
epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang
akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawabannya yang paling
sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a
posteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya
atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun pengalaman batin.
Sedangkan pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John
Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
mengemukakan ada 6 hal yaitu sebagai berikut :
1. Pengalaman Indra (Sense Experience)
Orang sering merasa pengindraan merupakan alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Realisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa
semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan. Jadi pengetahuan berawal
mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini adalah
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 3
Aristoteles yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di
bawah pengaruh objek.
2. Nalar (Reason)
Nalar adalah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran
atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Principium Identitas
adalah sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri. Asas ini biasa juga disebut
asas kesamaan. Principium Contradictionis, maksudnya bila terdapat dua pendapat
yang bertentangan, tidak mungkin keduanya benar dalam waktu yang bersamaan.
Asas ini biasa disebut asas pertentangan. Principium Tertii Exclusi, yaitu pada dua
pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin
keduanya salah. Asas ini disebut asas tidak adanya kemungkinan ketiga.
3. Otoritas (Authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui
oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena
kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai
kewibawaan dalam pengetahuannya. Jadi sebagai kesimpulan bahwa pengetahuan
yang terjadi karena adanya otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui
wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses
kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat
pernyataan yang berupa pengetahuan. Dengan demikian sesungguhnya peran
intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu kemampuan
yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan pernyataan yang berupa
pengetahuan.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 4
5. Wahyu (Revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada
kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai
pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan baik.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
6. Keyakinan (Faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang
berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas karena
keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah kepercayaan.
Adapun keyakinan melalui kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan
pematangan dari kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamis mampu
menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi.
C. Jenis-jenis Pengetahuan
Adapun jenis-jenis pengetahuan menurut pendapat Plato berdasarkan
pembagian pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan
karakteristik objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah
pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini
isinya adalah hal-hal yang berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta
kenikmatan manusia yang berpengalaman.
2. Pengetahuan Pistis (Substansial)
Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan
substansial. Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak
dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 5
3. Pengetahuan Dianoya (Matematika)
Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada
di dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak,
tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya. Dengan demikian dapat
dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah pengetahuan
yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas,
isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang
diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir
4. Pengetahuan Noesis (Filsafat)
Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan
yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik
dan metafisik. Prinsip utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang
pengetahuan ini adalah hampir sama dengan pengetahuan pikir.
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang
berupa kebaikan, kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk
mencapai tingkat tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan
metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh
sempurna yang biasa disebut Episteme.
D. Asal Usul Pengetahuan
1. Aliran dalam Pengetahuan
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi
dan yang dapat dipercayai adalah rasio (akal). Akal dapat
menurunkan kebenaran daripada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas
pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif.
Filsufnya antara lain : Rene Descartes, B. Spinoza dan Leibniz.
b. Empirisme
Aliran ini berpendapat bahwa empiris yang menjadi sumber
pengetahuan, baik pengalaman yang batiniah maupun lahiriah. Akal
bukan jadi sumber pengetahuan, tetai akal mendapat tugas untuk
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 6
mengolah bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang
diterapkan adalah induksi. Filsuf empirisme antara lain : John Locke,
David Hume, William James.
c. Kritisme
Dalam Kritik atas Rasio Murni, I. Kant membedakan tiga macam
pengetahuan sebagai berikut :
(1) Pengetahuan analitis
(2) Pengetahuan sintetis aposteriori
(3) Pengetahuan sintetis apriori
d. Positivisme
Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual
dan yang positif. Segala uraian dan persoalan yang diluar apa yang
ada sebagai fakta atau kenyataan dikesampingkan. Tokoh
positivisme adalah August Comte, perkembangan pemikiran
manusia berlangsung dalam 3 tahap 3 zaman, yaitu zaman teologis,
metafisis dan ilmiah atau zaman positif.
2. Metode Ilmiah
Metodologi merupakan hal yang mengkaji urutan langkah yang ditempuh
supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metode
ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu.
a. Metode Ilmiah yang Bersifat Umum
Metode analisis ialah cara penanganan terhadap barang sesuatu atau
sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Metode
sintesis ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
cara menggabungkan sesuatu pengetahuan yang baru. A posteriori
menunjuk kepada hal yang adanya berdasarkan pengalaman. Metode
deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan mengenai hal yang bersifat khusus
berdasarkan atas ketentuan hal yang bersifat umum.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 7
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek
tertentu dengan jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau
yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman atau
pengamatan terhadap jumlah hal yang bersifat khusus.
b. Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode siklus-empiris ialah suatu penanganan terhadap sesuatu
objek ilmiah tertentu yang biasanya bersifat empiris-kealaman dan
yang penerapannya terjadi di tempat yang tertutup.
3. Sarana Berpikir Ilmiah
a. Bahasa Ilmiah
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat
komunikasi manusia.
b. Logika dan Matematika
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual.
Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan.
c. Logika dan Statistika
Statistik merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Logika dan statistik
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari
konsep yang berlaku umum.
E. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pada dasarnya terdapat dua cara
yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama
adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan
rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman
mengembangkan paham yang disebut dengan empiris.
Kaum rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 8
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Pengalaman tidaklah
membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip
yang di dapat lewat penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian
yang berlaku dalam alam sekitar kita.
Oleh sebab itu maka lewat penalaran rasional akan didapatkan bermacam-
macam pengetahuan mengenai satu obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus
yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional
cenderung untuk bersifat solipsistik dan subyektif.
Lebih jauh Einstein mengingatkan bahwa tak terdapat metode induktif yang
memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empiris
menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang
tertangkap oleh pancaindera.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja dia
sudah sampai disitu.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan
kebenaran. Bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman pengalaman puncak
(peak experience) sedangkan bagi Neitzsche merupakan inteligensi yang paling
tinggi.
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Manusia Dan Pengetahuan
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
dibandingkan mahluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan), karena manusia
memiliki akal. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia.
Manusia memerlukan pengetahuan karena manusia mempunyai rasa ingin tahu
tentang sesuatu, dan rasa ingin tahu itu selalu berkembang dari waktu ke waktu
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu berubah dan meningkat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 9
dari waktu ke waktu. Penyebab pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal utama yaitu :
1. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan
mantap karena adanya kemampuan untuk berpikir menurut suatu alur
kerangka pikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran.
Cara Memperoleh Pengetahuan/Sumber Pengetahuan :
1. Wahyu : pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.
Kebenaran wahyu bersifat mutlak, tidak bisa dibantah.
2. Pengalaman
3. Otoritas/kewenangan/pakar/ahli : otoritas dari sumber pengetahuan tidak
semuanya benar.
4. Berpikir deduktif : berpikir dari umum ke khusus, berdasarkan empiris
(pengetahuan).
5. Berpikir induktif : berpikir dari khusus ke umum, gejala-gejala yang sama
dari apa yang dilihat baru ditarik kesimpulan (rasionalitas).
6. Metode ilmiah : gabungan dari dua cara berpikir ilmiah (deduktif-
induktif). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diperoleh dari
metode ilmiah.
Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat perkembangan
pengetahuan ke dalam tahap yaitu :
1. Religius yang dijadikan postulat ilmiah, sehingga ilmu merupakan
penjabaran dari ajaran religi.
2. Metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi obyek penelaahan yang
terbebas dari dogma religi, dan mengembangkan sistem pengetahuan
berdasarkan postulat metafisik tersebut.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 10
3. Pengetahuan ilmiah yaitu asas-asas yang dipergunakan diuji secara positif
dalam proses verifikasi yang obyektif.
Perbedaan Manusia dengan Hewan :
1. Makhluk berpikir (homo sapiens)
2. Mampu membuat alat/menggunakannya (homo fiber)
3. Dapat berbicara/berbahasa (homo longuens)
4. Hidup bermasyarakat (homo socius)
5. Hidup berekonomi (homo aeconomicus)
6. Menyadari adanya Tuhan yang Maha Esa (homo relijius)
B. Filsafat
Filsafat merupakan pemikiran/penelaahan tentang sesuatu secara mendalam,
menyeluruh dan berkesinambungan. Penelaahan tentang hakikat dari sesuatu.
Pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa/ apa sebab, kapan, dimana, bagaimana,
dan untuk apa mengenai sesuatu.
Karakteristik Berpikir Filsafat :
1. Menyeluruh (keluasan)
2. Mendasar (kedalaman)
3. Spekulatif (perkiraan)
Bidang Kajian Filsafat Ilmu :
Bagian dari filsafat pengetahuan yang membicarakan tentang :
Apa? = ontologis (berbicara tentang apa itu ilmu)
Bagaimana caranya? = epistemologis (cara-cara memperoleh ilmu/metode
ilmiah)
Untuk apa ilmu? = aksiologis
Cabang-Cabang Filsafat :
1. Logika (filsafat tentang benar-salah)
2. Etika (filsafat tentang baik-buruk)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 11
3. Estetika (filsafat tentang indah-jelek), estetika dalam filsafat imu bersifat
subjektif.
Etika/budaya di Indonesia :
- Tidak boleh memegang kepala
- Cara makan duduk
C. Hakekat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasaan bagi proses
penemuan kebenaran, dan tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenarannya masing-masing.
Ciri-ciri penalaran yaitu :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika.
Dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaran
mempunyai logikanya tersendiri atau kegiatan penalaran merupakan suatu
proses berpikir logis. Berpikir logis di sini harus diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu, atau dengan kata lain,
menurut logika tertentu.
2. Sifat analitik dari proses berpikirnya.
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri
kepada suatu analisis, dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk
analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya
penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan
logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan
logikanya sendiri pula. Sifat analitik ini, kalau kita kaji lebih jauh,
merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa
adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab
analisis pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan
langkah-langkah tertentu.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 12
Tidak semua kegiatan berpikir mandasarkan diri kepada penalaran, tidak
semua kegiatan bepikir bersifat logis dan analitis. Dengan demikian maka kita
dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan
berpikir yang bukan berdasarkan penalaran yaitu :
1. “Merasa” merupakan suatu cara penarikan kesimpulan yang tidak
berdasarkan penalaran.
2. Intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak
mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Pemikiran intuitif ini
memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikir non-
analitik, yang kemudian sering bergaul dengan perasaan.
Jadi secara luas dapat kita katakan bahwa cara berpikir masyarakat dapat
dikategorikan pada berpikir analitik yang berupa penalaran dan cara berpikir yang
non-analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
D. Logika
Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap sahih
(valid) jika proses penarikan kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu.
Dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni :
1. Logika induktif
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari
kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
2. Logika deduktif
Logika deduktif bertolak dari pernyataan yang bersifat umum menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu :
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 13
1. Rasio
Kaum rasionalis mengembangkan paham yang kita kenal dengan
rasionalisme
2. Pengalaman.
Mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham
yang disebut empirisme.
E. Ontologis Ilmu
Ilmu (sains) itu apa ?
Bidang kajian ilmu :
1. Ilmu pengetahuan alam (IPA/Science) : yang dipelajari semua benda2
alam, semua ditinjau dari 3 aspek (fisik, kimiawi, biologis)
Contoh : - kimia (kimia tidak hanya manusia, tetapi hewan & tumbuhan
juga ada)
2. Ilmu pengetahuan social (social science) : objek material/yang dikaji
khusus manusia saja, ditinjau dari semua aspek kecuali fisik, kimiawi,
biologis
Syarat ilmu :
1. Sesuai dengan logika, pengetahuan
2. Empiris/bisa dibuktikan secara fakta
Karakteristik IPA & IPS :
IPA IPS
Eksak - Non eksak
Keakuratannya tinggi - Keakuratannya rendah
Apa adanya - Tidak apa adanya
Perkembangannya pesat - Jalan ditempat
Menghasilkan teknologi - Pemanfaatan teknologi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 14
Kebenaran ada 2 :
1. Bersifat mutlak/absolut, kebenaran yg berasal dari wahyu
2. Kebenaran ilmiah bermula dari keraguan. Benar menurut logika, teori &
kenyataan.
Kebenaran ilmiah (kajian ilmu) :
1. Sesuai dengan akal fikiran manusia
2. Sesuai dengan hasil penginderaan manusia (dilihat, didengar, dicium,
dirasakan, dan diraba)
Ciri-ciri ilmu (kebenaran ilmiah) :
1. Obyektif : sesuai objeknya
2. Sistematis : ada suatu keteraturan
3. Metodologis : ada caranya
4. Relatif : tidak mutlak
5. Tentatif : tetap dipertahankan sebelum ada yang membantahnya atau
ditemukannya ilmu yang baru
6. Skeptis : ragu (ilmu bermula dari suatu keraguan)
F. Epistemologis Ilmu
Metode Ilmiah (Scientific Method)
• Timbul permasalahan
• Kajian teoritis
• Hipotesis
• Pengumpulan data
• Pengolahan/analisis data
• Pengujian hipoteis
• Kesimpulan/ generalisasi
Keterbatasan ilmu :
- Terbatas pada daya fikir manusia (hal-hal yang tidak masuk akal, bukan
bidang kajian ilmu)
- Terbatas pada kemampuan penginderaan manusia
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 15
- Hal-hal yang tidak bisa diamati bukan bidang kajian ilmu
Perbedaan Antara Agama dan Ilmu :
Agama Ilmu
Mutlak - Relatif, tentatif
Sepanjang masa - Tidak sepanjang masa
Bermula dari keyakinan - Bermula dari keraguan
Diperdalam melalui ilmu - Memperkuatkeyakinan
agama
Tidak bisa dibantah - Bisa diperdebatkan
G. Aksiologis Ilmu
Ilmu itu untuk apa dan untuk siapa?
Fungsi Ilmu :
Menjelaskan
Memprediksi
Mengendalikan
Sikap Ilmiah :
Rasa ingin tahu
Jujur
Obyektif
Skeptis
Kritis
Peduli lingkungan
Menghargai pendapat orang lain
H. Kriteria Kebenaran
Kebenaran adalah suatu pernyataan tanpa ragu. Untuk menentukan
kepercayaan dari sesuatu yang dianggap benar, Menurut (Mawardi, Imam. 2008)
para filosof bersandar kepada 3 cara untuk menguji kebenaran, yaitu :
1. Teori Korespondensi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 16
Teori Korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan
yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek
yang dituju oleh pernyataan tersebut (Suriasumantri, 1990:57).
Menurut teori koresponden, ada atau tidaknya keyakinan tidak mempunyai
hubungan langsung terhadap kebenaran atau kekeliruan, oleh karena atau
kekeliruan itu tergantung kepada kondisi yag sudah ditetapkan atau diingkari. Jika
sesuatu pertimbangan sesuai dengan fakta, maka pertimbangan ini benar, jika
tidak, maka pertimbangan itu salah (Jujun, 1990:237).
2. Teori Koherensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan adalah benar jika
pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logika.
Kelompok idealis, seperti Plato juga filosof-filosof modern seperti Hegel,
Bradley dan Royce memperluas prinsip koherensi sehingga meliputi dunia;
dengan begitu maka tiap-tiap pertimbangan yang benar dan tiap-tiap sistem
kebenaran yang parsial bersifat terus menerus dengan keseluruhan realitas dan
memperolah arti dari keseluruhan tersebut (Titus, 1987:239). Meskipun demikian
perlu lebih dinyatakan dengan referensi kepada konsistensi faktual, yakni
persetujuan antara suatu perkembangan dan suatu situasi lingkungan tertentu.
3. Teori Pragmatisme
Teori Pragmatisme dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam
sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yangberjudul “How to Make Ideals
Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang
kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering
dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filasafat ini di antaranya adalah
William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Hobart Mead
(1863-1931) dan C.I. Lewis (Jujun, 1990:57).
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 17
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah
apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-
akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatis adalah logika
pengamatan dimana kebenaran itu membawa manfaat bagi hidup praktis dalam
kehidupan manusia.
4. Teori Positivisme
Teori Positivisme dirintis oleh August Comte (1798-1857), yang dianggap
sebagai Bapak ilmu Sosiologi Barat. Positivisme adalah cara pandang dalam
memahami dunia dengan berdasarkan Sains. Positivisme sebagai perkembangan
Empirisme yang ekstrem, adalah pandangan yang menggangap bahwa yang dapat
diselidiki atau dipelajari hanyalah “data-data yang nyata/empirik”, atau yang
mereka namakan positif. Penganut paham Positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu social dan ilmu alam, karena masyarakat
dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
5. Teori Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan
progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, serta terbuka untuk perubahan, toleran
dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme berpendapat
bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta
isinya dengan tiada cela pula.
6. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 18
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
7. Teori Religiusisme
Teori Religiusisme memaparkan bahwa manusia bukanlah semata-mata
makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Oleh karena itu, muncullah
teori religious ini yang kebenarannya secara ontologis dan aksiologis bersumber
dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Secara pasti, kita tidak akan
mendapatkan kebenaran mutlak, dan untuk mengukur kebenaran dalam filsafat
sesungguhnya tergantung kepada kita oleh metode-metode untuk memperoleh
pengetahuan itu.
ONTOLOGI PENGETAHUAN
A. Definisi Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan
sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakikat yang ada. Hakikat dalam kajian
ontologi adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu, bukan keadaan sementara yang
selalu berubah-ubah.
B. Objek Ontologi
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.
1. Objek Formal
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 19
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan
menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme,
idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi,
yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi
fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek, sedangkan abstraksi
bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang
sejenis. Abstraksi metaphisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh
Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan
pembuktian a posteriori.
C. Metafisika
Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central part of
metaphisics” (bagian sentral dari metafisika) sedangkan metafisika diartikan
sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (studi
umum mengenai alam).
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Apa sebenarnya realitas benda itu?
Apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak?
Apakah kedudukan ilmu dalam ruang yang ada ini?
Benarkah ilmu itu ada?
Metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan lain,
ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika
dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan
tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafai, termasuk pemikiran ilmiah.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 20
Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini. Terdapat
Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini (Jujun, 2005).
a. Supernaturalisme
Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan ujud ini bersifat
lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
b. Naturalisme
Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham
naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh
hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam
itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui.
D. Asumsi
Ilmu mengemukakan bebearapa asumsi mengenai objek empiris.
Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang
penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan
semuanya jalin-menjalin secara teratur. Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai
objek empiris, yaitu :
1. Asumsi pertama menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan
satu sama lain, umpamanya dalamhal bentuk, struktur, sifat dan
sebagainya.
2. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Asumsi ketiga yaitu Determinasi, asumsi yang menganggap tiap gejala
bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
E. Peluang
Salah satu referensi dalam mencari kebenaran, manusia berpaling kepada
ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri ilmu tersebut yang dalam proses
pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja
terkadang kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-
olah apa yang telah dinyatakan oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 21
kesalahan. Satu hal yang perlu disadari bahwa “… ilmu tidak pernah ingin dan
tidak pernah berpotensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak”
(Jujun : 79).
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu
jawaban yang berupa peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkinan
bernilai benar juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai
kebenarannya pun tergantung dari persentase kebenaran yang dikandung ilmu
tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita
akan kita tumpukkan pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.
F. Aliran-Aliran Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai
berikut :
1. Monoisme
Monisme adalah aliran yang memberikan gagasan metafisis bahwa kosmos
terbuat dari satu jenis Zat. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal,
baik yang asal berupa materi ataupun berupa rohani. Paham ini kemudian terbagi
ke dalam dua aliran :
a. Materialisme
Menurut aliran ini, yang sesungguhnya ada adalah keberadaan yang
bersifat material atau bergantung terhadap materi.
b. Idealisme
Sebagai lawan materialisme adalah aliran idealisme. Aliran ini
beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak
berbentuk dan menempati ruang.
2. Dualisme
Dualisme merupakan aliran filsafat yang mencoba memadukan antara dua
faham yang saling bertentangan yaitu materialisme dan idealisme. Dualisme
mengatakan bahwa materi dan ruh sama-sama hakikat. Tokoh paham ini adalah
Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. la
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 22
menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia
ruang (kebendaan).
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap
macam bentuk itu semuanya nyata.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Doktrin tentang nihilisme,
yaitu pada pandangan Gorgias (483-360 SM) yang memberikan tiga proposisi
tentang realitas yaitu tidak ada sesuatu pun yang eksis, bila sesuatu itu ada maka
isinya tidak dapat diketahui, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui maka isinya
tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
5. Agnostisisme
Agnostisisme adalah aliran yang mengatakan bahwa manusia tidak mungkin
mengetahui hakikat sesuatu di balik kenyataan ini. Baik hakikat materi maupun
hakikat ruhani. Aliran ini dengan tegas selalu menyangkal adanya suatu kenyataan
mutlak yang bersifat trancendent.
G. Karakteristik (Ontologi) Ilmu Pengetahuan
Karakteristik (ontologi) ilmu pengetahuan, yaitu :
1. Ilmu berasal dari riset (penelitian)
2. Tidak ada konsep wahyu
3. Adanya konsep pengetahuan empiris
4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
5. Pengetahuan objektif
6. Pengetahuan sistematik
7. Pengetahuan metodologis
8. Pengetahuan observatif
9. Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
10. Menghargai asas eksplanatif (penjelasan)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 23
11. Menghargai asas keterbukaan dan dapat diulang kembali
12. Menghargai asas skeptikisme yang radikal
13. Melakukan pembuktian bentuk kausalitas
14. Mengakui pengetahuan dan konsep yang relatif (bukan absolut)
15. Mengakui adanya logika-logika ilmiah
16. Memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori ilmiah
17. Memiliki konsep tentang hokum-hukum alam yang telah dibuktikan
18. Pengetahuan bersifat netral atau tidak memihak
19. Menghargai berbagai metode eksperimen
20. Melakukan terapan ilmu menjadi teknologi
H. Perbandingan Ontologi Sains Dan Ontologi Filsafat
Perbedaan ontologi berdasarkan sains dan filsafat, yaitu :
1. Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional – empiris yakni teori yang
dibuat sesuai logika dan kenyataan, sedangkan filsafat adalah ilmu yang
hanya logis tapi tidak empiris, karena hanya berdasar pada pemikiran semata.
2. Karena sains adalah ilmu yang rasional empiris, maka struktur sains dibagi
berdasarkan obyeknya, menjadi sains kealaman dan sains sosial. Sedangkan
filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam hanya
dengan menggunakan fikiran. Struktur filsafat dibagi menjadi : ontologi
(membicarakan hakikat), epistemologi (cara memperoleh pengetahuan), dan
aksiologi (membicarakan guna pengetahuan itu).
EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN
A. Pengertian Epistemologi
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F.
Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri”
pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 24
ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang
berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang
berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi
persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian
suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan.
Lazimnya, pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan
pengertian (definisi) secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang
terkandung dalam konsep tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan
memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang tidak akan
mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum
bisa memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar
tersebut, dia baru bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar,
prinsip-prinsip belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengetasi hambatan
belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep
merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahasan selanjutnya yang
sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi
(pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian
pemahaman terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-
beluk yang terkait dengan epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi
yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa
sebenarnya epistemologi itu.
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara
etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan
sahnya (validitasnya) pengetahuan.
Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya
ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah
manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 25
diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra
pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman)
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan
mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber
pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?
Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun
S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang
membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada
suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan
kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian-
pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai
penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal
yang cukup membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung
persoalan kodrat pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tentang hakikat
pengetahuan. Kodrat pengetahuan berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat
berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan, sedang hakikat pengetahuan
berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan pengertian yang
sebenarnya. Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua aliran
yang saling berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua
pengertian tersebut, diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia menyatakan,
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 26
metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang
keasliam, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Kendati
ada sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini
sedikit perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah
menyajikan pemaparan yang relatif lebih mudah dipahami.
B. Ruang Lingkup Epistemologi
Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut, kiranya kita perlu
merinci aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya.
Sebenarnya masing-masing definisi diatas telah memberi pemahaman tentang
ruang lingkup epistemologi sekaligus, karena definisi-definisi itu tampaknya
didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam lingkup epistemologi
daripada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi, ada
baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan
ruang lingkup epistemologi, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu
pemahaman secara makin komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang
lingkup pemabahasan epistemologi.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Sedangkan, A.M Saefuddin
menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab,
apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita
mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah
batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok;
masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat, tetapi
cakupannya luas sekali. Jika kita memadukan rincian aspek-aspek epistemologi,
sebagaimana diuraikan tersebut, maka teori pengetahuan itu bisa meliputi,
hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validias, unsur, macam, tumpuan,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 27
batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban dan skope
pengetahuan.
Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai
Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya
dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring
dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu. Filsafat
merupakan refleksi, dan refleksi selalu bersifat kritis, maka tidak mungkin
seserorang memiliki suatu metafisika yang tidak sekaligus merupakan
epistemologi dari metafisika, atau psikologi yang tidak sekaligus epistemologi
dari psikologi, atau bahkan suatu sains yang bukan epistemologi dari sains.
Epistemologi senantiasa “mengawali” dimensi-dimensi lainnya, terutama ketika
dimensi-dimensi itu dicoba untuk digali. Kenyataan ini kembali mempertegas,
bahwa antara epistemologi selalu berkaitan dengan ontologi dan aksiologi,
melainkan bisa juga sebaliknya, ontologi dan aksiologi serta dimensi lainnya,
seperti psikologi selalu diiringi oleh epistemologi.
Kenyataannya, saat ini literatur-literatur filsafat masih terjadi pemusatan
perhatian pada aspek-aspek tertentu saja. Aspek-aspek itu berkisar pada sumber
pengetahuan, dan pembentukan pengetahuan. M. Amin Abdullah menilai, bahwa
seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-
usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul
Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang
membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru
diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang
mendapat perhatian yang layak.
Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan
pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode
pengetahuan, bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode
pengetahuan. Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara
sistemik, seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman, sehingga
memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran, ontologi sebagai objek
pemikiran, sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran, sehingga senantiasa
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 28
berkaitan dengan nilai, baik yang bercorak positif maupun negatif. Padahal
sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah
epistemologi. Bagian-bagian lainnya jauh lebih banyak, sebagaimana diuraikan di
atas. Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan
pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika
filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan
menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi
makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat
menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait
langsung dengan “bangunan” pengetahuan.
C. Objek Dan Tujuan Epistemologi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek
disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur.
Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek
sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun
berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan,
sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan. Dengan kata lain, tujuan
baru dapat diperoleh, jika telah melalui objek lebih dulu.
Aktivitas berfikir dalam kecenderungan pertama (satu tujuan dengan objek
yang berbeda-beda) lebih mendorong pencarian cara sebanyak-banyaknya, sedang
berpikir dalam kecenderungan kedua (satu objek untuk tujuan yang berbeda-beda)
lebih mendorong pencarian hasil yang sebanyak-banyaknya. Hal ini merupakan
implikasi dari tekanan masing-masing pola berpikir tersebut. Secara global, baik
berpikir dalam kecenderungan pertama maupun kecenderungan kedua, tetap saja
membutuhkan banyak cara untuk mewujudkan keinginan pemikirnya.
Dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal. Objek material
adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan, hakikat
alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek formal ialah usaha mencari
keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek
material filsafat (sarwa-yang-ada). Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 29
teori pengetahuan yang pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek
tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses
untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan
dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu
merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan.
Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan,
maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut. Jacques
Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-
syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa
epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak
bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi
adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh
pengetahuan.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam
dinamika pengetahuan. Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang
bahwa jangan sampai dia puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa
disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan
memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara
memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis. Keadaan pertama hanya
berorientasi pada hasil, sedangkan keadaan kedua lebih berorientasi pada proses.
Seseorang yang mengetahui prosesnya, tentu akan dapat mengetahui hasilnya,
tetapi seseorang yang mengetahui hasilnya, acapkali tidak mengetahui prosesnya.
Guru dapat mengajarkan kepada siswanya bahwa dua kali tiga sama dengan enam
(2 x 3 = 6) dan siswa mengetahui, bahkan hafal. Namun, siswa yang cerdas tidak
pernah puas dengan pengetahuan dan hafalan itu. Dia tentu akan mengejar
bagaimana prosesnya, dua kali tiga didapatkan hasil enam. Maka guru yang
profesional akan menerangkan proses tersebut secara rinci dan mendetail,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 30
sehingga siswa benar-benar mampu memahaminya dan mampu mengembangkan
perkalian angka-angka lainnya.
Proses menjadi tahu atau “proses pengetahuan” inilah yang menjadi
pembuka terhadap pengetahuan, pemahaman dan pengembangan-
pengembangannya. Proses ini bisa diibaratkan seperti kunci gudang, meskipun
seseorang diberi tahu bahwa di dalam gudang terdapat bermacam-macam barnag,
tetapi dia tetap hanya apriori semata, karena tidak pernah membuktikan. Dengan
membawa kuncinya, maka gudang itu akan segera dibuka, kemudian diperiksa
satu persatu barang-barang yang ada didalamnya. Dengan demikian, seseorang
tidak sekedar mengetahui sesuatu atas informasi orang lain, tetapi benar-benar
tahu berdasarkan pembuktian melalui proses itu.
D. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi memiliki arti yang sangat penting bagi bangunan
pengetahuan, sebab ia merupakan tempat berpijak. Bangunan pengetahuan
menjadi mapan, jika memiliki landasan yang kokoh. Bangunan pengetahuan
bagaikan bangunan rumah, sedangkan landasan bagaikan fundamennya. Kekuatan
bangunan rumah bisa diandalkan berdasarkan kekuatan fundamennya. Demikian
juga dengan epistemologi, akan dipengaruhi atau tergantung landasannya.
Di dalam filsafat pengetahuan, semuanya tergantung pada titik tolaknya.
Sedangkan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan
yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum
dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak
tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat
penting dalam bangunan ilmu pengetahuan.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 31
Begitu pentingnya fungsi metode ilmiah dalam sains, sehingga banyak
pakar yang sangat kuat berpegang teguh pada metode dan cenderung kaku dalam
menerapkannya, seakan-akan mereka menganut motto: tak ada sains tanpa
metode; akhirnya berkembang menjadi: sains adalah metode. Sikap ini
mencerminkan bahwa mereka berlebihan dalam menilai begitu tinggi terhadap
metode ilmiah, tanpa menyadari semuanya yang hanya sekedar salah satu sarana
dari sains untuk mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu.
Sesungguhnya sikap berlebihan itu memang riil, tetapi terlepas dari sikap tersebut
yang seharusnya tidak perlu terjadi, yang jelas dalam kenyataanya metode ilmiah
telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan
pengetahuan ilmu. Disini perlu dibedakan antara pengetahuan dengan ilmu
pengetahuan (ilmu). Pengetahuan adalah pengalaman atau pengetahuan sehari-
hari yang masih berserakan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
yang telah diatur berdasarkan metode ilmiah, sehingga timbul sifat-sifat atau ciri-
cirinya; sistematis, objektif, logis dan empiris.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar
untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu
fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu
pengetahuan, melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode
ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara
integratif
E. Hubungan Epistemologi, Metode Dan Metodologi
Selanjutnya perlu ditelusuri dimana posisi metode dan metodologi dalam
konteks epistemologi untuk mengetahui kaitan-kaitannya, antara metode,
metodologi dan epistemologi. Hal ini perlu penegasan, mengingat dalam
kehidupan sehari-hari sering dikacaukan antara metode dengan metodologi dan
bahkan dengan epistemologi. Untuk mengetahui peta masing-masing dari ketiga
istilah ini, tampaknya perlu memahami terlebih dahulu makna metode dan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 32
metodologi. “Dalam dunia keilmuan ada upaya ilmiah yang disebut metode, yaitu
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang
dikaji”. Lebih jauh lagi Peter R.Senn mengemukakan, “metode merupakan suatu
prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang
sistematis”.
Sedangkan metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan dalam metode tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa
metodologi adalah ilmu tentang metode atau ilmu yang mempelajari prosedur atau
cara-cara mengetahui sesuatu. Jika metode merupakan prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, maka metodologilah yang mengkerangkai secara konseptual
terhadap prosedur tersebut.
Implikasinya, dalam metodologi dapat ditemukan upaya membahas
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan metode. Metodologi
membahas konsep teoritik dari berbagai metode, kelemahan dan kelebihannya
dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan,
sedangkan metode penelitian mengemukakan secara teknis metode-metode yang
digunakan dalam penelitian. Penggunaan metode penelitian tanpa memahami
metode logisnya mengakibatkan seseorang buta terhadap filsafat ilmu yang
dianutnya. Banyak peneliti pemula yang tidak bisa membedakan paradigma
penelitian ketika dia mengadakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Padahal
mestinya dia harus benar-benar memahami, bahwa penelitian kuantitatif
menggunakan paradigma positivisme, sehingga ditentukan oleh sebab akibat
(mengikuti paham determinsime, sesuatu yang ditentukan oleh yang lain),
sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma naturalisme
(fenomenologis). Dengan demikian, metodologi juga menyentuh bahasan tantang
aspek filosofis yang menjadi pijakan penerapan suatu metode. Aspek filosofis
yang menjadi pijakan metode tersebut terdapat dalam wilayah epistemologi.
Oleh karena itu, dapat dijelaskan urutan-urutan secara struktural-teoritis
antara epistemologi, metodologi dan metode sebagai berikut: Dari epistemologi,
dilanjutkan dengan merinci pada metodologi, yang biasanya terfokus pada metode
atau tehnik. Epistemologi itu sendiri adalah sub sistem dari filsafat, maka metode
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 33
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari filsafat. Filsafat mencakup bahasan
epistemologi, epistemologi mencakup bahasan metodologis, dan dari metodologi
itulah akhirnya diperoleh metode. Jadi, metode merupakan perwujudan dari
metodologi, sedangkan metodologi merupakan salah satu aspek yang tercakup
dalam epistemologi. Adapun epistemologi merupakan bagian dari filsafat.
Dalam filsafat, istilah metodologi berkaitan dengan praktek epistemologi.
Secara lebih khusus, problem penyelidikan ilmiah yang secara filosofis menjadi
kajian utama cabang epistemologi yang berkaitan dengan problem metodologi
juga berkaitan dengan rancangan tata pikir, apa yang benar dan dapat
dipergunakan sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan. Kemudian berbicara
tentang metodologi yang berarti berbicara tentang cara-cara atau metode-metode
yang digunakan oleh manusia untuk mencapai pengetahuan tentang realita atau
kebenaran, baik dalam aspek parsial atau total. Lebih jelas lagi, bahwa seseorang
yang sedang mempertimbangkan penggunaan dan penerapan metode untuk
memperoleh pengetahuan, maka dia harus mengacu pada metodologi, mengingat
pembahasan tentang seluk-beluk metode itu ada pada metodologi. Metodologi
inilah yang memberikan penjelasan-penjelasan konseptual dan teoritis terhadap
metode.
F. Hakikat Epistemologi
Pembahasan tentang hakikat, lagi-lagi terasa sulit, karena ita tidak bisa
menangkapnya, kecuali ciri-cirinya. Apalagi hakikat epistemologi, tentu lebih
sulit lagi. Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan,
membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-
sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan
bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi
masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan
yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah
lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi
itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 34
Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam
epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia.
Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan
spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat mengedepankan
upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat adalah
landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses
aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat
diterima akal sehat. Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi,
padahal realitasnya banyak sekali.
Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun
objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi
ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistemologi terdapat
upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya.
Aktivitas-aktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis
dan analitis. Perbedaaan pandangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya
bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas
C.Hunt yang menilai, epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi.
Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik
yang paling sulit, sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan
yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri, sehingga tidak ada sesuatu
pun yang boleh disingkirkan darinya.
Di samping itu, epistemologi tersebut sebenarnya tidak bisa berdiri sendiri,
tidak bisa lepas dari ontologi dan aksiologi. Menurut, Jujun S. Suriasumatri,
bahwa persoalan utama yang dihadapi oleh tiap epistemologi pengetahuan pada
dasarnya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang benar dengan
memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi masing-masing. Dalam
pemahaman yang sederhana epistemologi memiliki interrelasi (saling
berhubungan dengan komponen lain, ontologi dan aksiologi).
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 35
Selanjutnya, epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah
inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa
memetakan, apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-
bidangnya; apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin
diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak
mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai
penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti
dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya
kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak perlu diketahui, meskipun
memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang benar-benar merupakan
misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui.
Epistemologi ini juga bisa menentukan cara dan arah berpikir manusia.
Seseorang yang senantiasa condong menjelaskan sesuatu dengan bertolak dari
teori yang bersifat umum menuju detail-detailnya, berarti dia menggunakan
pendekatan deduktif. Sebaliknya, ada yang cenderung bertolak dari gejala-gejala
yang sama, baruk ditarik kesimpulan secara umum, berarti dia menggunakan
pendekatan induktif. Adakalanya seseorang selalu mengarahkan pemikirannya ke
masa depan yang masih jauh, ada yang hanya berpikir berdasarkan pertimbangan
jangka pendek sekarang dan ada pula seseorang yang berpikir dengan
kencenderungan melihat ke belakang, yaitu masa lampau yang telah dilalui. Pola-
pola berpikir ini akan berimplikasi terhadap corak sikap seseorang. Kita terkadang
menemukan seseorang beraktivitas dengan serba strategis, sebab jangkauan
berpikirnya adalah masa depan. Tetapi terkadang kita jumpai seseorang dalam
melakukan sesuatu sesungguhnya sia-sia, karena jangkauan berpikirnya yang amat
pendek, jika dilihat dari kepentingan jangka panjang, maka tindakannya itu justru
merugikan.
Pada bagian lain dikatakan, bahwa epistemologi keilmuan pada hakikatnya
merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris.
Kedua cara berpikir tersebut digabungan dalam mempelajari gejala alam untuk
menemukan kebenaran, sebab secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua
kemampuan manusia dalam mempelajari alam, yakni pikiran dan indera. Oleh
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 36
sebab itu, epistemologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan
bahwa kita mengetahuan kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan
adalah aplikasi berpikir rasional, sedangkan usaha untuk membuktikan adalah
aplikasi berpikir empiris. Hal ini juga bisa dikatakan, bahwa usaha menafsirkan
berkaitan dengan deduksi, sedangkan usah membuktikan berkaitan dengan
induksi. Gabungan kedua macam cara berpikir tersebut disebut metode ilmiah.
Jika metode ilmiah sebagai hakikat epistemologi, maka menimbulkan
pemahaman, bahwa di satu sisi terjadi kerancuan antara hakikat dan landasan dari
epistemologi yang sama-sama berupa metode ilmiah (gabungan rasionalisme
dengan empirisme, atau deduktif dengan induktif), dan di sisi lain berarti hakikat
epistemologi itu bertumpu pada landasannya, karena lebih mencerminkan esensi
dari epistemologi. Dua macam pemahaman ini merupakan sinyalemen bahwa
epistemologi itu memang rumit sekali, sehingga selalu membutuhkan kajian-
kajian yang dilakukan secara berkesinambungan dan serius.
SARANA BERPIKIR ILMIAH
A. Pengetian Berpikir
“Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan”
Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir
ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan
kita melakukan penelaahan secara baik. Sarana berpikir ilmiah berupa :
bahasa sebagai alat komunikasi verbal
logika sebagai alat berpikir
matematika berperan dalam pola berpikir deduktif
statistika berperan dalam pola berpikir induktif
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 37
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga
diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita
tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
B. Sarana Berfikir Ilmiah
1. Bahasa
Keunikan manusia adalah kemampuan berbahasa. Menurut Ernst Cassirer,
manusia sebagai animal symbolicum artinya mahluk yang mempergunakan
simbol. (Animal symbolicum lebih luas cakupannya dari pada homo sapiens).
Menurut Charlton Laird, tata bahasa merupakan alat dalam mempergunakan
aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan
mempergunakan aturan-aturan tertentu.
Kekurangan bahasa :
bahasa bersifat multifungsi
memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa
bahasa bersifat berputar-putar (sirkular) dalam memberikan kata-kata
terutama dalam memberikan definisi
konotasi yang bersifat emosional
Bahasa memegang peranan tenting dan suatu hal yang lazim dalam hidup
dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang
memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai suatu hal yang bisa, seperti
bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar
biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya.
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya
tentang pegertian bahasa. Sudah barang tentu berbeda-beda cara
menyampikannya. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of
arbitrary vocal symbols by means of which asocial group cooperates (bahasa
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 38
adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk komunikasi).
2.Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat
“Artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka
obyek “kecepatan jalan kaki seorang anak” dapat diberi lambang dengan x. dalam
hal ini x hanya mempunyai satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila
dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya “jarak yang ditempuh seoang
anak” (y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di
mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak.
Dari pernyataan z = y/x kiranya jelas : tidak mempunyai konotasi emosional
dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z, artinya
matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak
menimbulkan konotasi yang bersifat emosional.
1. sifat kuantitatif dari matematika
Dengan bahasa verbal bila kita membandingkan dua obyek yang berlainan
umpamanya Gajah dan semut, maka hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari
semut, kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah dibandingkan
dengan semut, maka kita mengalami kesukaran dalam mengemukakan hubungan
itu, biia ingin mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan
dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat mengatakan apa-apa.
Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran dapat
mengetahui dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya mampu
mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif, kita mengetahui bahwa
sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, tetapi tidak bisa mengatakan
berapa besar pertambahan panjang logamnya.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 39
Untuk itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat
pengukuran, maka dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam
dan berapa pertambahannya bila dipanaskan. dengan mengetahui hal ini maka
pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bisa
dipanaskan akan memanjang: dapat diganti dengan pernyataan matematika yang
lebih eksak umpamanya :
P1 = P0 (1 +ñ)
P1 pajang logam pada temperature t. P0 merupalam panjang logam pada
temperature nol dan n merupakan koefesiansi pemuai logam tersebut.
matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan
2. Matematika Sebagai Sarana Berfikir Deduktif
Menalar secara induksi dan analogi membutuhkan pengamatan dan bahkan
percobaan, untuk memperoleh fakta yang dapat dipakai sebagar dasar
argumentasi. Tetapi pancaindera kita adalah terbatas dan tidak teliti. Tambahan
lagi, meskipun fakta yang dikumpulkan untuk tujuan induksi dan analogi itu
masuk akal namun metode ini tidak memberikan suatu kesimpulan yang tidak
dapat dibantah lagi. Umpamanya, meskipun sapi makan rumput dan babi serupa
dengan sapi namun adalah tidak benar bahwa babi makan rumput.
Untuk menghindari kesalahan seperti di atas, ahli matematika
mempergunakan kerangka berfikir yang lain. Umpamanya dia mempunyai fakta
bahwa x – 3 = 7 dan bermaksud untuk mencari nilai x tersebut. Dia melihat bahwa
jika angka 3 ditambahkan kepada kedua ruas persamaan tersebut maka dia akan
memperoleh bahwa x = 10. Pertanyaannya adalah bolehkah dia melakukan
langkah ini ? untuk menjawab hal tersebut maka pertama-tama dia harus
mengetahui bahwa sebuah persamaan tidak berubah jika kepada kedua ruas
persamaan tersebut ditambahkan nilai yang sama. Hal ini berarti bahwa dengan
menambahkan angka 3 kepada kedua belah persamaan tersebut, dia takkan
mengubah harga persamaan tadi. Berdasarkan hal ini maka dia berkesimpulan
bahwa langkah yang dilakukannya ternyata dapat dipertanggungjawabkan. Cara
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 40
berfikir yang dilakukan disini adalah deduksi. Seperti pada contoh di atas, dalam
semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan yang ditarik merupakan konsekuensi
logis dari fakta-fakta yang sebelumnya telah diketahui. Disini, seperti juga pada
fakta-fakta yang mendasarinya, maka kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan
lagi.
3. Statistik
Statistik berasal dari bahwa latin, yaitu status yang berarti Negara yang
memiliki persamaan arti dengan state dalam bahasa Inggris yang berarti negara
atau untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Pada
awalnya statistik hanya berkaitan dengan sekumpulan angka mengenai penduduk
suatu daerah atau negara dan pendapatan masyarakat. Pada mulanya kata statistik
diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data ) baik yang berwujud angka
maupun yang bukan angka, yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang
besar bagi negara. Sehingga statistika berkembang lebih cepat dari pada
matematika.
Bagi masyarakat awam kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga
perketaan statistik biasanya mengandung konotasi berhadapan dengan deretan
angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakan, dan bahkan merasa bingung
untuk membedakan antara matematika dan statistik. Berkenaan dengan pernyataan
di atas, memang statistik merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari
aspek kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta dalam
bentuk ”hitungan” atau ”pengukuran”.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistika juga
merupakan bidang keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang
disamping merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan
teorema. Bidang keilmuan statistik merupakan sekumpulan metode untuk
memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan
berdasarkan data tersebut. Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan
bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala
dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengkuran . Maka,
Hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa, ”statistika [statistica] ilmu yang
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 41
berhubungan dengan cara pengumpulan fakta, pengolahan dan menganalisaan,
penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan.
Prof. Dr. Sudjana, M.A., M.Sc. mengatakan ststistik adalah pengetahuan
yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan
penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan
peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian
ststistik dalam dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah data ringkasan
yang berbentuk angka (kuantitatif). Kedua statistik dalam arti luas adalah ilmu
yang mempelajari cara pengumpulan, penyajian dan analisis data, serta cara
pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang
menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisan,
penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-angka.
Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu
bidang keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan
dapat diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui
pengujian statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara
faktual. Dengan melakukan pengjian melalui prosedur pengumpulan fakta yang
relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis, maka
hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya.
1. Sejarah Perkembangan Statistika
Sekitar tahun 1645, Chevalier de Mere, seorang ahli matematika amatir,
mengajukan beberapa permasalahan mengenai judi kepada seorang ahli
matematika Prancis Blaise Pascal (1623-1662 ).Tertarikdengan permaslahan yang
berlatar belakang teori ini dan kemudian mengadakan korespondensi dengan ahli
matematika Prancis lainnya Piere de Fermat (1601 – 1665 ), dan keduanya
mengembangkan cikal bakal teori peluang.
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep
baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani kuno, Romawi bahkan Eropa
dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 42
dalam aljabar yang di kembangkan sarjana muslim namun bukan dalam lingkup
teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan maka dengan cepat
bidang telaahan ini berkembang.
Statistika berakar dari teori peluang, Descartes, ketika mempelajari hukum
di Universitas Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan
teman-teman yang suka berjudi. Sedangkan, pendeta Thomas Bayes pada tahun
1763 mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang
akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus
dalam statestika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat subyektif. Peluang
yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep yang tidak dikenal
dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa pada abad pertengahan.
Sedangkan teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang
dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang .
2. Statistika dan Berpikir Induktif
Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan
dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan
maupun pengukuran. Dengan statistika kita dapat melakukakn pengujian dalam
bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan pernyataan keilmuan dapat
diselesaikan secara faktual.
Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena
pengujian statistika adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan
rumusan hipotesis. Artinya, jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis,
maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran. Sebaliknya, jika bertentangan
hipotesis itu ditolak”. Maka, pengujian merupakan suatu proses yang diarahkan
untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah
berdasarkan logika induktif.
Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan
dari kesimpulan yang ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang
sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil makin tinggi pula
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 43
tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang
diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini
memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang
dibutuhkan sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. ...Selain itu,
statistika juga memberikan kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah
suatu hubungan kesulitan antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau
memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat emperis.
Selain itu, Jujun S. Suriasumantri juga mengatakan bahwa pengujian
statistik mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui
berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah tempat, maka nilai tinggi
rata-rata yang dimaksud merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam
kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif.
Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-
prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut dengan
logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran yang bergantung
kesesuaiannya dengan kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah
kebolehjadian, dalaam arti selama kesimpulan itu tidak ada bukti yang
menyangkalnya maka kesimpulan itu benar.
Logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat
peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan
kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan
November dalam beberapa tahun yang lalu hujan selalu turun, maka tidak dapat
dipastikan bahwa selama bulan November tahun ini juga akan turun hujan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat peluang
untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun hujan”. Maka kesimpulan yang
ditarik secara induktif dapat saja salah, meskipun premis yang dipakainya adalah
benar dan penalaran induktifnya adalah sah, namun dapat saja kesimpulannya
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 44
salah. Sebab logika induktif tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat
peluang.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah
permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada
suatu kesimpulan yang bersifat umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi
rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia, umpamanya, bagaimana caranya kita
mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis
adalah melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak 10 tahun di
Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan
memberikan kesimpulan mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita,
tetapi kegiatan ini menghadapkan kita kepada persoalan tenaga, biaya, dan waktu
yang cukup banyak. Maka statistika dengan teori dasarnya teori peluang
memberikan sebuah jalan keluar, memberikan cara untuk dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi. Jadi untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia
kita tidak melakukan pengukuran untuk seluruh anak yang berumur tersebut,
tetapi hanya mengambil sebagian anak saja.
Dari berbagai uraian yang dikemukakan di atas, penulis mencoba
memberikan beberapa ringkasan sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan atau kemampuan berpkir ilmiah yang baik harus
menggunakan atau didukung oleh sarana berpkir ilmiah yang baik pula, karena
tanpa menggunakan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melakukakan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik.
2. Cara berpikir ilmiah dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan logika
induktif dan logika deduktif.
3. Penggunaan statistika dalam proses berpikir ilmiah, sebagai suatu metode
untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang berdasarkan logika
induktif. Karena statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.
4. Berpikir induktif, bertitik tolak dari sejumlah hal-hal yang bersifat khusus
untuk sampai pada suatu rumusan yang bersifat umum sebagai hukum ilmiah.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 45
3. Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan
aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.
logika yunani diterjemahkan oleh kaum muslimin kedalam bahasa Arab. Kegiatan
ini mendapatkan respon yang berbeda – beda dari tokoh – tokoh besar islam.
Diantaranya Ibnu Salih dan Imam NAwawi berpendapat bahwa mengharamkan
untuk mempelajari ilmu logika secara mendalam. Sedangkan imam Ghazali
beranggapan baik dan menganjurkannya. Selain itu, Jumhur Ulama
memperbolehkan bagi orang – orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya.
Masih banyak lagi tokoh besar muslim yangt mempelajari ilmu ini secara khusus
dan mendalam yang sampai mengadakan penyelidikan kaidah – kaidah dalam
kehidupan sehari – hari untuk diuji salah benarnya.
Lambat laun logika menjadi semakin dangkal dan sederhana. Akan tetapi,
pada masa ini masih mengembangkan pemikiran logika Aristoteles Pada abad ke
XIII sampai abad XV dikenal sebagai logika modern yang dirintis oleh Petrus
Hispanus, Roger Barcon, raymundus Lullus, Wilhelm Ocham, George Boole,
Bertrand Russell, G. Frege. Pemikiran logika modern sangat berbeda dengan
pemikiran Aristoteles ( logika tradisional ). Pada masa ini, Raymundus Lullus
mengemukakan metode Ars Magna, yaitu semacam aljabar pengertian dengan
maksud membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi.
AKSIOLOGI PENGETAHUAN
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 46
Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai
satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.
B. Teori tentang Nilai
1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah
polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita
sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis
pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal
sebagai value baound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas
pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan
ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam
melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan
maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan penganut faham
nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena
dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas
nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya
menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian
penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah
carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah
yang melahirkan Goethe”.
2. Jenis-jenis Nilai
Berikut adalah jenis-jenis nilai yang di kategorikan pada perubahannya:
Baik dan Buruk
Sarana dan Tujuan
Penampakan dan Real
Subjektif dan Objektif
Murni dan Campuran
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 47
Aktual dan Potensial
3. Hakikat Nilai
Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan atau
pendapatnya:
Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.
Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme
Nilai berasal dari kepentingan.
Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).
Nilai berasal dari kehendak rasio murni.
4. Kriteria Nilai
Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.
Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan
yang dijabarkan oleh individu atau masyarakat.
Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.
Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur
5. Status Metafisik Nilai
Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman
manusia.
Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau
subsistensi, bebas dari keberadaannya yang dikenal.
Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal
bersifat integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik.
(mis: theisme).
6. Karakteristik Nilai
Bersifat abstrak; merupakan kualitas
Inheren pada objek
Bipolaritas yaiatu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 48
Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai
kekudusan.
Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
ILMU DAN BUDAYA
A. Definisi Ilmu
Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Ilmu merupakan produk dari proses berfikir menurut
langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berfikir ilmiah.
Berfikir ilmiah merupakan kegiatan berfikir yang memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu, yaitu :
1. Logis, yaitu pikiran kita harus konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang
telah ada.
2. Harus didukung fakta empiris, yaitu telah teruji kebenarannya yang kemudian
memperkaya khasanah pengetahuan ilmiah yang disusun secara sistematik
dan kumulatif.
Kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak, tetapi terbuka bagi koreksi dan
penyempurnaan, mungkin saja pernyataan sekarang logis kemudian bertentangan
dengan pengetahuan ilmiah baru.
Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran.
Beberapa alat untuk memperoleh atau mengukur ilmu pengetahuan adalah :
Rationalisme : penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari
kebenaran.
Empirisme : alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan
pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 49
Logical positivisme : mengunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan
yang positif benar
Pragmatisme : nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati
adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka
menunjuk sekurang-kurangnya tiga hal, yakni : pengetahuan, aktivitas dan
metode. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode bila ditinjau
lebih dalam sesungguhnya tidak saling bertentangan, tetapi merupakan kesatuan
logis yang mesti ada secara berurutan.
Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya aktivitas metode itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Kesatuan dan interaksi diantara
aktivitas, metode dan pengetahuan yang boleh dikatakan menyusun diri menjadi
ilmu dapat digambarkan dalam suatu bagan segitiga sebagai berikut :
Aktivitas
ilmu
Metode Pengetahuan
Dengan demikian, pengertian ilmu selengkapnya berarti aktivitas penelitian,
metode ilmiah dan pengetahuan sistematis.
B. Karakteristik Ilmu
1. Obyektif, ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional subyektif.
2. Koheren, pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan.
3. Reliable, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 50
4. Valid, produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal.
5. memiliki generalisasi, suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum.
6. Akurat, penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi.
7. Dapat melakukan prediksi, ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
C. Syarat-syarat Ilmu
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus
diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran,
yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut
kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek
penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk
menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos”
yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 51
ilmu-ilmu sosial menyadari kadar keumuman (universal) yang dikandungnya
berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
D. Jenis-jenis Ilmu
Menurut aristoteles ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan
tujuan ilmu, yaitu :
1. Ilmu-ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan
tentang kenyataan.
2. Ilmu-ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan
menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan
E. Definisi Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
F. Komponen Dan Unsur-Unsur Kebudayaan
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 52
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
organisasi ekonomi
alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
organisasi kekuatan (politik)
3. Kuntjaraningrat (1974) membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang
terdiri dari :
1. sistem religi dan upacara keagamaan
2. sistem dan organisasi kemasyarakatan (kekerabatan)
3. sistem pengetahuan, bahasa dan kesenian
4. sistem mata pencaharian
5. sistem teknologi dan peralatan
G. Hubungan antara Ilmu dan Budaya
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana ilmu dan
teknologi termasuk di dalamnya. Dengan demikian ilmu itu sendiri merupakan
bagian dari budaya. Ilmu dan budaya mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi dan saling tergantung. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam
satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat tesebut, dan juga
perkembangan ilmu akan mempengaruhi berkembangnya budaya masyarakat.
Sumbangan ilmu terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam ilmu,
yakni tentang etika, estetika dan logika. Contohnya adalah dalam masyarakat
pedalaman, budaya yang berkembang adalah budaya agraris. Adapun ilmu yang
berkembang adalah ilmu pertanian. Ilmu pertanian ini memberikan pandangan-
pandangan baru terhadap budaya, misalnya ritual-ritual khusus menjelang panen,
mata pencaharian sebagai petani, alat-alat pertanian dan lain-lain. Pola Hubungan
Ilmu dan budaya dan Teknologi antara ilmu dan budaya keduanya memiliki
keterkaitan karena kedua-duanya saling mempengaruhi. Keduanya juga memiliki
kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah yang membentuk budaya,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 53
merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta mengembangkan kedua-
duanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa.
ILMU DAN MATEMATIKA
A. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya‘lamu, ‘ilman yang berarti
mengerti, memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan
bahasa latin scientia(pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Ilmu
diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan itu. Ada orang yang menamakannya
ilmu, ada yang menamakannya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang
menyebutnya saint. Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk
melahirkan padanan (meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa
Inggris. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang dibaca dalam
pustaka menunjukkan pada sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan, aktivitas
dan metode.
Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, Ilmu senantiasa berarti
pengetahuan. Diantara fara filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum
bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistimatis dari pengetahuan yang
dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah. Pengetahuan sesungguhnya
hanyalah hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Dengan demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu
sebagai aktivitas (atau suatu proses yakni serangkaian aktivitas yang dilakukan
oleh manusia).
Menurut Prof Harold H Titus, banyak orang telah mempergunakan istilah
ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objective
dan dapat diperiksa kebenarannya. Pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas
atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 54
bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang
mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia,
aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan aktivitas itu
menghasilkan pengetahuan yang sistimatis.
B. Pengertian Matematika
Matematika diambil dari bahasa Yunani, (μαθηματικά – mathēmatiká)
Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
(knowledge,science), secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari
struktur, perubahan, dan ruang: tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan
adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika
adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan
logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi
matematika.
Beberapa aliran dalam filsafat matematika:
1. Aliran Logistik
Pelopornya : Immanuel Kant (1724 – 1804)
Berpendapat bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah
atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
Matematika murni merupakan cabang dari logika, konsep matematika dapat
di reduksikan menjadi konsep logika.
2. Aliran Intuisionis
Pelopornya : Jan Brouwer (1881 – 1966)
Berpendapat bahwa matematika itu bersifat intusionis
Intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika
bilangan. Hakekat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan
intuitif dalam berhitung dan menghitung.
3. Aliran Formalis
Pelopornya : David Hilbert (1862 – 1943)
Berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur
formal dari lambang . Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 55
matematika sebagai bahasa lambang dan mengusahakan konsistensi dalam
penggunaan matematika sebagai bahasa lambang.
Kaum Formalis membantah aliran logistik dan menyatakan bahwa masalah-
masalah dalam logika sama sekali tidak ada hubungan dengan matematika
Matematika adalah cara/ metode berpikir dan bernalar. Matematika adalah
cara berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis persoalan.
Matematika bila ditinjau dari segi epistemology ilmu bukanlah ilmu. Ia lebih
merupakan artificial yang bersifat eksak, cermat dan terbebas dari rona emosi.
Matematika adalah logika yang telah berkembang, yang memberikan sifat
kuantitatif kepada pengetahuan keilmuan.Matematika merupakan sarana berfikir
deduktif yang amat berguna untuk membangun teori keilmuan dan menurunkan
prediksi-prediksi daripadanya, dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil kegiatan
keilmuan dengan benar dan jelas dan secara singkat dan jelas. Matematika adalah
bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika mempunyai “artificial” yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
C. Hakekat Matematika
1. Matematika sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika dikenal dengan ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan( induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif.
Meskipun demikian untuk membantu pemikiran pada tahap-tahap permulaan
seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh khusus atau ilustrasi
geometris. Perlu pula diketahui bahwa baik isi maupun metode mencarikebenaran
dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu
pengetahuan umum. Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika
adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode
induktif atau eksperimen.
Namun dalam matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara
induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 56
bisa dibuktikan secara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori
atau dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara
deduktif. Sebagai contoh, dalam ilmu biologi berdasarkan pada pengamatan, dari
beberapa binatang menyusui ternyata selalu melahirkan. Sehingga kita bisa
membuat generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah
melahirkan.
Generalisasi yang dibenarkan dalam matematika adalah generalisasi yang
telah dapat dibuktikan secara deduktif. Contoh: untuk pembuktian jumlah dua
bilangan ganjil adalah bilangan genap. Pembuktian secara deduktif sebagai
berikut: andaikan m dan n sembarang dua bilangan bulat maka 2m+ 1 dan 2n+1
tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika kita jumlahkan (2m+1)
+ (2n+1) = 2(m+n+1). Karena m dan n bilangan bulat maka (m+n+1) bilangan
bulat, sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil
selalu genap.
2. Matematika bersifat terstruktur
Menurut Ruseffendi (Tim MKPBM,2001;25) matematika mempelajari
tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Hal ini dimulai
dari unsure-unsur yang tidak terdefinisikan kemudian pada unsur yang
didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur,logis, dan sistematis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Dalam
matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami
topik atau konsep selanjutnya. Ibarat membangun rumah, maka fondasi harus
kokoh. Contohnya konsep bilangan genap. Bilangan genap adalah bilangan bulat
yang habis dibagi dua. Sebelum membahas blangan genap, siswa harus
memahami dulu konsep bilangan bulat dan pengertian habis dibagi dua sebagai
konsep prasyarat.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi itu selanjutnya dapat dibentuk
unsure-unsur matematika yang terdefinisi. Misalnya segitiga adalah lengkungan
tertutup sederhana yang merupakan gabungan dari tiga buah segmen garis. Dari
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 57
unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsur-unsur yang terdefinisi dapat dibuat
asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat. Misalnya: melalui
sebuah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu titik yang lain.
Tahap selanjutnya dari unsure-unsur yang tidak terdefiisi , unsur-unsur yang
terdefinsi, dan aksioma atau postulat dapat disusun teorema-teorema yang
kebenarannya harus dibuktikan secara deduktif dan berlaku umum. Misalnya:
jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 derajat.
3. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika
adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain dan pada perkembangannya tidak
tergantung pada ilmu lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu yang penemuan
dan pengembangannya bergantung dari matematika.
Sebagai contoh: banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia
yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus. Teori mendel pada
Biologi melalui konsep pada probabilitas. Teori ekonomi melalui konsep fungsi
dan sebagainya. Dari kedudukan matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan
matemaika selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri juga untuk
melayani kebutuhan ilmu pengetahuan lainnya dalam pengembangan dan
operasinya. Cabang matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang
disebutkan terakhir itu dinamakan dengan matematika Terapan (Applied
Mathematic).
4. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu maka
matematika hanyalah merupakan kumpulan unsur-unsur yang mati. Bahasa verbal
mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu karena terkadang
mempunyai lebih dari satu arti. Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada
bahasa maka kita berpaling pada matematika.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 58
Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang
berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional dari bahasa
verbal. Lambang-lambang dari matematika dibuat secara ”artifisial” yakni baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan. Dan bersifat individual yaitu
berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji.
5. Matematika bersifat kuantitatif
Dengan bahasa verbal kita bisa membandingkan dua objek yang berlainan
umpamanya gajah dan semut, maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar
daripada semut, kalau ingin menelusuri lebih lanjut berapa besar gajah
dibandingkan dengan semut, maka kita mengalami kesulitan dalam
mengemukakan hubungan itu, bila ingin mengetahui secara eksak berapa besar
gajah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal tidak dapat
mengatakan apa-apa. Matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat
pengukuran dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang. Bahasa verbal hanya
mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
Kita mengetahui bahwa sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang,
tetapi tidak bisa mengatakan berapa besar pertambahan panjang logamnya. Untuk
itu matematika mengembangkan konsep pengukuran, lewat pengukuran , maka
kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan berapa
pertambahannya bila dipanaskan, Dengan mengetahui hal ini maka pernyataan
ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif seperti sebatang logam bila dipanaskan
akan memanjang, dpat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak
umpamanya: P1 = Po (1 + n), dimana P1 adalah panjang logam pada temperatur t,
Po merupakan panjang logam pada temperatur nol dan n merupakan koefisien
pemuai logam tersebut.
D. Karakteristik Matematika
1. Memiliki obyek yang abstrak
Obyek dasar matematika adalah abstrak dan disebut obyek mental, obyek
pikiran yaitu :
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 59
a. Fakta berupa konvensi-konvensi yang di ungkap dengan simbol tertentu.
Contoh :
”2” dipahami sebagai bilangan ”doa”
”5-2” dipahami sebagai ”lima kurang dua”
”//” bermakna ”sejajar” dan lain-lain
b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan
sejumlah obyek. Apakah obyek tertentu merupakan konsep atau bukan.
c. Operasi
Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan
matematika yang lain.
Operasi adalah suatu relasi khusus karena operasi adalah aturan untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang
diketahui.
Operasi unair, operasi biner dll.
d. Prinsip
Prinsip adalah obyek matemática yang komplek. Prinsip dapat terdiri
dari beberapa fakta, beberapa konsep, yang dikaitkan oleh suatu
relasi / operasi.
Prinsip adalah hubungan antara berbagai obyek dasar matemática.
Prinsip dapat berupa axioma , teorema, sifat dll.
Skill adalah Prosegur atau suatu kumpulan aturan-aturan yang
digunakan untuk menyelesaikan soal matemática.
2. Bertumpu pada kesepakatan
Kesepakatan yang amat mendasar adalah axioma dan konsep primitif .
Aksioma disebut juga postulat adalah pernyataan pangkal yang tidak perlu di
buktikan . Konsep primitif disebut juga undefined term adalah pengertian pangkal
yang tidak perlu di definisikan.
3. Berpola pikir deduktif
Kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan Antar konsep atau pernyataan dalam
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 60
matemática bersifat consisten. Proses pembuktian secara deduktif akan melibatkan
teori atau rumus matemática lainnya yang sebelumnya sudad di buktikan
kebenarannya secara deduktif juga.
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Contoh : Model persamaan ”x+y=z” belum tentu bermakna bilangan, makna
huruf atau tanda itu tergantung dari permasalahan yang mengakibatkan
terbentuknya model itu.
5. Memperhatikan semesta pembicaraan
Bila semesta pembicaraannya adalah bilangan maka simbol-simbol diarikan
bilangan. Contohnya: jika kita bicara di ruang lingkup vektor a+vektor b =vektor
c maka huruf-huruf yang digunakan bukan berarti bilangan tetapi harus di artikan
sebagai vektor.
6. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Satu dengan yang lain bisa
saling berkaitan tetapi juga bisa saling lepas. Sistem-sistem aljabar : sistem
aksioma dari grup , sistem aksioma dari ring , sistem aksioma dari field, dsb.
Sistem-sistem geometri : sistem geometri netral, sistem geometri Euclides , sistem
geometri non Euclides . Di dalam masing-masing sistem dan struktur itu terdapat
konsistensi.
E. Hubungan Ilmu dan Matematika
Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang
dimainkannya dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan
mengumpulkan hasil-hasil pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan
dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi matematis. Cabang matematika
yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus dan statistika,
meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai penerapannya,
bahkan bidang “murni” seperti teori bilangan dan topologi. Tanpa matematika
maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan
untuk meningkatkan penalaran lebih jauh.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 61
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa ilmu tanpa matematika tidak
berkembang. Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai
ilmuwan, dengan anggapan bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara
dengan percobaan. Sebagian yang lainnya tidak menganggap matematika sebagai
ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental pada teori dan hipotesisnya.
ILMU DAN AGAMA
A. Definisi Ilmu
Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur,
terbuka dan kumulatif.
B. Sifat-Sifat Ilmu
Sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang
tertentu yang dapat :
a. Berdiri secara satu kesatuan,
b. Tersusun secara sistematis,
c. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung
jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),
d. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.
e. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti dan dipahami maknanya.
f. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di
mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.
g. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan
dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan
pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 62
Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan
dikategorikan ilmu.
C. Definisi Agama
Agama dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada dua bagian yaitu
agama menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti
kata“agama’’ dalam berbagai bahasa yaitu Ad din (Bahasa Arab dan Semit),
Religion (Inggris), La religion (Perancis) , De religie (Belanda), Die religion
(Jerman).
Secara bahasa, perkataan ‘’agama’’ berasal dari bahasa Sangsekerta yang
erat hubungannya dengan agama Hindu dan Budha yang berarti ‘’tidak pergi’’
tetap di tempat, diwarisi turun temurun’’. Adapun kata din mengandung arti
menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan atau kebiasaan. Din juga membawa
peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk
perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus
ditinggalkan.
D. Unsur-Unsur Dalam Sebuah Agama
1. Adanya keyakinan pada yang gaib
2. Adanya kitab suci sebagai pedoman
3. Adanya Rasul pembawanya
4. Adanya ajaran yang bisa dipatuhi
5. Adanya upacara ibadah yang standar
E. Klasifikasi Agama
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama
bukan wahyu.
1. Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia
dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 63
2. Agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural religion atau natural religion)
bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap
memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara
mendalam.
Perbedaan kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living
Religious of the World sebagai berikut :
Agama Wahyu Agama bukan Wahyu
Berpokok pada konsep keesaan TuhanTidak berpokok pada konsep keesaan
Tuhan
Beriman kepada Nabi Tidak beriman kepada Nabi
Sumber utama tuntunan baik dan buruk
adalah kitab suci yang diwahyukanKitab suci tidak penting
Lahir di Timur Tengah Lahir di luar itu
Ajaran agama jelas dan tegas Ajaran agama kabur dan elastis
Memberikan arah yang jelas dan
lengkap baik aspek spritual maupun
material
Lebih menitik beratkan kepada aspek
spritual saja, seperti pada taoisme,
atau pada aspek material saja seperti
pada confusianisme.
Disebut juga agama samawi (agama
langit) yaitu agama Islam
Disebut agama budaya (ardhi/ bumi).
Adapun ciri-ciri agama wahyu (langit), ialah :
1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari
masyarakat,melainkan diturunkan kepada masyarakat.
2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu
bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.
3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
4. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan
kecerdasan dan kepekaan manusia.
5. Konsep ketuhanannya adalah : monotheisme mutlak ( tauhid)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 64
6. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia , masa dan
keadaan.
Adapun ciri-ciri agama budaya (ardhi), ialah :
1. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.
2. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul).
3. Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami
perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
4. Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal
pikiranmasyarakatnya ( penganutnya).
5. Konsep ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi
adalah monotheisme nisbi.
6. Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia,
masa, dan keadaan.
F. Manfaat Agama bagi Manusia
Adapun manfaat agama bagi manusia adalah :
1. Dapat mendidik jiwa manusia menjadi tenteram, sabar, tawakkal dan
sebagainya. Lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan kesulitan.
2. Dapat memberi modal kepada manusia untuk menjadi manusia yang berjiwa
besar, kuat dan tidak mudah ditundukkan oleh siapapun.
3. Dapat mendidik manusia berani menegakkan kebenaran dan takut untuk
melakukan kesalahan.
4. Dapat memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwa mereka tumbuh
sifat-sifat utama seperti rendah hati, sopan santun, hormat-menghormati dan
sebagainya. Agama melarang orang untuk tidak bersifat sombong, dengki,
riya dan sebagainya.
G. Cara Beragama
Dalam Wikipedia, 2010 berdasarkan cara beragama dibagi menjadi 4 yaitu :
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 65
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan
sebelumnya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di
lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara
beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya.
Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan
hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami
dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran
(dakwah).
H. Perbedaan Ilmu dan Agama
Perbedaan antara ilmu dan agama :
ILMU AGAMA
1. bersifat relatif dan tentatif
2. tidak sepanjang masa
3. bermula dari keraguan
4. memperkuat keyakinan agama
5. bisa diperdebatkan
1. bersifat mutlak
2. sepanjang masa
3. bermuda dari kenyakinan
4. diperdalam melalui ilmu
5. tidak dapat dibantah
I. Hubungan Ilmu dan Agama
Setiap ilmu mempunyai keterbatasan dikarenakan ilmu merupakan produk
dari daya pikir manusia. Hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal bukan
bidang kajian ilmu. Kemudian pengamatan terhadap objek yang dikaji ilmu
tergantung pada kemampuan alat indera manusia. Hal-hal yang tidak bisa diamati
bukan bidang kajian ilmu.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 66
Walau demikian, selain agama, ilmu juga bertujuan untuk mendapatkan
kebenaran. Kebenaran yang disajikan ilmu bersifat tidak mutlak, karena
keterbatasan-keterbatasan tadi. Kebenaran tersebut akan terus digali sampai pada
titik kulminasi pencapaian manusia dalam mengkaji dan mengembangkan ilmu.
Dalam fungsinya menggali kebenaran, ilmu dan agama akan saling
membutuhkan. Di satu sisi kebenaran dalam ilmu akan memperkuat kebenaran
dalam agama, di sisi lain kebenaran dalam agama akan menjadi acuan untuk
penyelidikan dan pengembangan suatu ilmu, sehingga diperoleh ‘bangunan ilmu’
yang berdiri kokoh.
Dalam pandangan agama Islam yang benar, tidak ada dikotomi antara
agama dan kehidupan, karena agamalah kehidupan itu ada, atau dengan kata lain
karena Tuhanlah kehidupan itu ada. Dan agama merupakan pengejawantahan
pengenalan Tuhan.
J. Integritas Ilmu dan Agama
Integrasi ilmu dan agama sungguh amat terasa urgensinya sekarang ini, ia
tidak hanya sekedar mempertegas bahwa pandangan dikotomis antara ilmu dan
agama (Islam) tidak lagi produktif. Namun juga untuk menegaskan bahwasanya
Islam sesungguhnya bisa difahami melalui berbagai perspektif, karena Islam
bukan ajaran yang tertutup dan menutup diri. Ia bisa didatangi dan dipahami oleh
siapapun melalui berbagai jalan variatif sekalipun. Karena itu perkembangan pesat
ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern ini sangatlah bermanfaat sebagai
salah satu alat untuk memahami keluasan dan kemahabesaran Tuhan dan
ajaranNya (Islam).
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 67
ILMU DAN BAHASA
A. Hakikat Ilmu
Ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) adalah dua bidang yang
berbeda. Pengetahuan (knowledge) merupakan kumpulan upaya dan pemahaman,
pikiran, perasaan, dan pengalaman yang diperoleh manusia ketika berinteraksi
dengan orang lain dan alam sekitarnya, yang kemudian diabstraksi dalam bentuk
pernyataan, ungkapan artistik, teori, dalil, rumus atau hukum. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan bagian pengetahuan yang dihasilkan melalui
penelitian atas satu bidang permasalahan dengan menggunakan metode penelitian
yang terpercaya untuk memperoleh kebenaran baru yang berhubungan dengan
bidang tersebut yang kemudian disusun secara sistematis dan koheren.
Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa ilmu memiliki empat
ciri: diperoleh dari penelitian yang dilakukan dengan metode tertentu dan
langkah-langkah yang sistematis, mencakup satu bidang tertentu dari kenyataan,
dan disusun secara koheren.
B. Hakikat Bahasa
Bahasa adalah media (sarana) yang digunakan untuk berbicara, menulis, dan
berpikir. Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam hidup manusia.
Bahasa membuat manusia mampu mendominasi (bahkan menjadi penguasa)
mahluk lain dimuka bumi, baik yang berada di darat, laut, maupun udara. Karena
yang membuat manusia berbeda dari hewan adalah peradaban, dan peradaban
terbentuk hanya karena manusia memiliki bahasa, maka tanpa bahasa sebenarnya
manusia hanyalah sekedar salah satu dari mamalia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefinisikan bahasa sebagai
“sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”.
Sistem (tata bahasa) setiap bahasa biasanya dibangun secara hierarkis oleh empat
unsur yaitu: fonem, morfem, sintaksis, dan semantik.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 68
C. Peran Bahasa Dalam Ilmu
Peran bahasa dalam ilmu erat hubungannya dengan aspek fungsional
bahasa sebagai media berpikir dan media komunikasi. Sehubungan dengan itu,
pembahasan tentang permasalahan ini akan disoroti dalam dua bagian, yaitu :
1. Hubungan Bahasa dan Pikiran
Peran penting bahasa dalam inovasi ilmu terungkap jelas dari fungsi
bahasa sebagai media berpikir. Melalui kegiatan berpikir, manusia memperoleh
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara menghimpun dan
memanipulasi ilmu dan pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis,
memahami, menilai, menalar, dan membayangkan. Selama melakukan aktivitas
berpikir, bahasa berperan sebagai simbol-simbol (representasi mental) yang
dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan tidak diperoleh melalui
penginderaan.
2. Bahasa Sebagai Media Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu jantung pengembangan ilmu. Setiap
ilmu dapat berkembang jika temuan-temuan dalam ilmu itu desebarluaskan
(dipublikasikan) melalui tindakan berkomunikasi. Temuan-temuan itu kemudian
didiskusikan, diteliti ulang, dikembangkan, disintetiskan, diterapkan atau
diperbaharui oleh ilmuwan lainnya. Hasil-hasil diskusi, sintetis, penelitianulang,
penerapan, dan pengembangan itu kemudian dipublikasikan lagi untuk
ditindaklanjuti oleh ilmuwan lainnya. Selama dalam proses penelitian, perumusan,
dan publikasi temuan-temuan tersebut, bahasa memainkan peran sentral, karena
segala aktivitas tersebut menggunakan bahasa sebagai media.
D. Karakteristik Bahasa Yang Mendukung Pengembangan Ilmu
Peran bahasa sebagai media berpikir komunikasi sangat dibutuhkan dalam
setiap aktivitas pengembangan ilmu. Akan tetapi tidak semua bahasa dapat
digunakan untuk tujuan ini, bahasa yang dikembangkan oleh masyarakat yang
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 69
tidak menjalani budaya ilmiah justru akan menghambat pengembangan ilmu.
Unsur bahasa yang mungkin berperan paling sentral dalam fungsinya sebagai
media berpikir dan media komunikasi adalah kata-kata. Dengan memahami
makna kata-kata yang membentuk sebuah kalimat, meskipun dia tidak memahami
struktur kalimat tersebut, biasanya orang bisa ‘menebak’ pesan yang disampaikan
dengan tingkat akurasi yang baik.
Sehubungan itu, kriteria utama bahasa yang mendukung pengembangan
ilmu adalah bahasa yang kaya dengan kosa kata ilmiah, yang maknanya sudah
disepakati paling tidak oleh para ilmuwan. Peran penting kosa kata dalam berpikir
dapat ditelusuri melalui kenyataan bahwa keterbatasan kosa kata akan membuat
seseorang cenderung tidak berpikir logis, termasuk dalam menarik kesimpulan.
PERTUMBUHAN, PERGANTIAN DAN PENYERAPAN TEORI
A. Pengertian Teori
Menurut Kneller (dalam Sadullah, 2003:4) bahwa teori memiliki dua
pengertian. Pertama, bahwa teori itu empiris, dalam arti sebagai suatu hasil
pengujian terhadap hipotesis dengan melalui observasi dan eksperimen. Kedua
teori dapat diperoleh melalui berfikir sistematis spekulatif dengan metode
deduktif. Suatu teori dalam Scientific Knowledge adalah suatu proposisi yang
saling berkaitan secara logis untuk memberikan penjelasan tentang sejumlah
fenomena misalnya teori Darwin tentang evolusi organisme hidup yang
menerangkan bahwa bentuk-bentuk organisme yang lebih rumit berasal dari
sejumlah kecil bentuk-bentuk sederhana dan primitif dalam perkembangannya
secara evolusioner sepanjang masa.
Menurut Kerlinger (dalam Gie, 2004:145) tujuan akhir dari ilmu adalah
mencapai teori yang tidak lain adalah penjelasan terhadap fenomena alamiah. Dari
beberapa pandangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori adalah hasil dari
hipotesis yang telah teruji untuk menerangkan suatu fenomena melalui observasi
dan eksperimen. Adapun peranan teori menurut Lachman (dalam Gie, 2004:146)
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 70
sebagai berikut : Membantu mensistematiskan dan menyusun data maupun
pemikiran tentang data sehingga tercapai pertalian yang logis diantara aneka data
itu yang semula kacau balau. Jadi teori berfungsi sebagai kerangka pedoman
bagan sistematisasi atau sistem acuan. Memberikan suatu skema atau rencana
sementara mengenai medan yang semula belum dipetakan sehingga terdapat suatu
orientasi. Menunjukkan atau menyarankan arah untuk penyelidikan lebih lanjut.
B. Pertumbuhan Teori
Zaman dahulu orang Babilonia mempercayai bahwa bumi itu datar. Hal ini
didasari atas pengamatan terhadap ruang gerak yang sempit, misalnya sebuah desa
atau Negara kecil yang datar. Di Mesir juga berkembang suatu pengetahuan yang
disebut geometri yang secara harfiah berarti ilmu ukur bumi. Ilmu ukur ini
menggunakan bidang datar sebagai landasan pembahasan dan berdasarkan
anggapan itu kemudian berkembanglah berbagai hubungan antara titik, garis
lurus, sudut antara dua garis yang berpotongan, serta berbagai bangun geometri
pada bidang datar. Anggapan bahwa bumi ini bentuknya datar adalah suatu contoh
tentang teori. Kemudian muncul dari hasil pengamatan para ahli bintang, melihat
pada waktu terjadi gerhana tampak bahwa bayangan bumi dibulan berbentuk
seperti lingkaran.
Selain itu, ditambah lagi pengamatan dari para pelaut yang melihat jika ada
sebuah kapal muncul, maka yang pertama kali terlihat adalah tiang layar utama
secara perlahan-lahan dari bawah ufuk dan kemudian disusul oleh kapal itu
sendiri. Demikian pula pelaut yang berlayar dari belahan bumi utara arah selatan
akan dapat melihat bintang-bintang yang ditempat tinggalnya semula tidak tampak
karena ada di bawah ufuk.
Dengan demikian, orang tidak lagi beranggapan bahwa bumi itu datar
melainkan bulat. Salah satu teori adalah kebenarannya harus dapat diuji. Dari hasil
pengamatan tambahan oleh para ahli bintang dan para pelaut yang akhirnya
menggoyahkan teori bahwa bumi itu datar. Kemudian disusunlah suatu teori baru
yang mengatakan bahwa bumi itu bulat. Hal ini ditunjukkan oleh keberhasilan
Colombus yang menemukan jalur pelayaran baru ke barat yaitu jalur yang
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 71
berlawanan arah dengan arah yang ditempuh oleh orang lain, guna mencari jalan
baru ke sasaran yang ada di timur yaitu kepulauan rempah-rempah ( Indonesia ).
C. Pergantian Teori
Dengan berkembangnya mekanika yang dipelopori oleh Newton dan
Huygens, bentuk bumi yang bulat itu mendapatkan tantangan perubahan. Dalam
karya ilmiahnya Principia Newton membuat penalaran bahwa sumbu bumi yang
melalui khatulistiwa lebih panjang 1/230 kali dibandingkan dengan sumbu yang
melewati kedua kutubnya. Namun kenyataannya kelebihan itu bukan 1/230 kali
melainkan 1/300 kali. Penalaran Newton ini diperkuat oleh hasil percobaan yang
dilakukan oleh suatu ekspedisi ilmiah Perancis ke Guyana. Suatu lonceng bandul
yang berjalan tepat di Paris berjalan lebih lambat dua setengah menit setiap
harinya di Kayene yang letaknya dekat katulistiwa. Hal ini juga diperkuat bahwa
bentuk bumi yang sebenarnya baru dapat dilihat dengan mata setelah orang dapat
membuat pesawat ruang angkasa yang dapat ditumpangi dan diperoleh foto-foto
bumi yang mereka buat dari pesawat ruang angkasa tersebut, tampak bahwa
bentuk bumi sebenarnya tidak bulat melainkan elipsoid. Sekitar tahun 270 SM
Aristoteles dari Samos berangapan bahwa bumi bergerak mengitari.
Teori astronomi Ptolomaios juga berada pada anggapan geosentris ini.
Namun diabad XV, Nicholas dari Kusa menyanggah hal ini, dan mengemukakan
bumilah yang bergerak. Hal ini di dukung juga oleh Copernicus yang
mengemukakan bahwa matahari menjadi pusat peredaran benda langit. Teori
heliosentrid inilah yang menyebabkan Galileo diadili oleh para pemuka gereja.
Setiap orang yang benar-benar yakin akan kebenaran mutlat agamanya tidak perlu
takut bahwa sains yang mencari kebenaran itu dapat menemukan fakta yang
menunjukkan bahwa agama yang dipeluknya itu benar. Seandainya muncul
ketidaksesuaian, maka itu terjadi bukan karena wahyu Allah yang tidak benar,
melainkan karena manusianya yang menafsirkan wahyu itu telah salah
menangkap makna yang benar sebab kebenaran wahyu Allah adalah mutlak.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 72
Oleh karena itu, dengan tidak adanya kendala terhadap pengembangan suatu
teori dan bidang ilmu tertentu seringkali membantu orang menyadari akan adanya
mukjizat yang terangkum didalam ayat-ayat yang diwahyukan oleh Allah swt.
D. Penyerapan Teori
Dalam perkembangannya ilmu pengetahuan selalu mengalami tantangan
yang besar. Bila suatu teori muncul maka perubahan pandangan tentang teori
tersebut akan terjadi dan membutuhkan waktu. Perubahan pandangan tersebut ada
yang berlangsung cepat dan ada yang berlangsung perlahan-lahan. Di sinilah
terjadi proses berfikir sebagai akibat munculnya suatu teori, sebagian orang
menganggap bahwa suatu teori yang muncul adalah suatu kebenaran yang bisa
langsung diterima dan dipercaya, tetapi untuk sebagian orang teori tersebut masih
harus dibuktikan kebenarannya sampai terbukti apakah teori itu bisa diterima atau
tidak. Tetapi tidak sampai disitu saja, terkadang dalam proses pembuktian itu
justru ditemukan suatu teori baru yang bisa memperkuat teori yang sudah ada atau
sebaliknya bertolak belakang dengan teori yang ada.
Perkembangan sains melalui perubahan yang mendesak disebut Kuhn
(1970) (dalam Nasoetion, 1999: 92) sains revolusioner, sedangkan perubahan
yang perlahan-lahan itu disebutnya sains normal. Contohnya Dalam bidang fisika,
saat teori gravitasi Newton muncul ada proses dari awal munculnya teori sampai
pada akhirnya orang bisa menerima teori tersebut karena teori itu dapat
menjelaskan berbagai kejadian alam, berbagai penyelidikan yang menggunakan
teori itu sebagai dasar mengembangkan teori itu menjadi suatu kumpulan
pengetahuan yang kokoh. Tetapi dalam proses perkembangan selanjutnya ternyata
terjadi penolakan terhadap teori Newton dan muncul teori Einstein yang justru
lebih mudah diterima dan lebih masuk akal. Itulah momentumnya dimana terjadi
perubahan besar dalam bidang fisika.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 73
BEBERAPA PERKEMBANGAN TEORI ATOM
A. Atom
Berasal dari bahasa Yunani, “a-tomos” yang berarti “tidak bisa dipotong”.
Atom menurut Democritus dari Abdera (460 – 370 SM), adalah bagaikan blok-
blok kecil yang sangat kecil sehingga tidak terlihat lagi, tidak bisa dibagi lagi dan
bersifat abadi. Maka atomisme adalah teori filosofis dan ilmiah bahwa kenyataan
dibentuk oleh bagian-bagian elementer yang tak dapat dibagi yang disebut atom.
Atom Dan Kekosongan
Atom Tidak Dapat Dibagi
B. Perkembangan Teori Atom
1. Teori Atom Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnya
tentang atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum
kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts).
Lavosier menyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama
dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan
bahwa “Perbandingan massa unsur – unsur dalam suatu senyawa selalu
tetap”.
Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang
atom sebagai berikut:
a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi
lagi
b. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki
atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
c. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan
bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom
oksigen
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 74
d. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan
kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan.
Gambar model atom seperti bola pejal
Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Dalton
Kelebihan: Mulai membangkitkan minat terhadap penelitian mengenai
model atom.
Kelemahan: Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan
dapat menghantarkan arus listrik. Bagaimana mungkin bola pejal dapat
menghantarkan arus listrik? padahal listrik adalah elektron yang bergerak.
Berarti ada partikel lain yang dapat menghantarkan arus listrik.
2. Model Atom Dmitri Ivanovich Mendeleev ( 1834 – 1907)
Pada tahun 1859 seorang ilmuan Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleev
menemukan sistem periodik. Berdasarkan pemikiran dari John Dalton (1805)
yang menyatakan bahwa setiap atom mempunyai massa, maka Mendeleev
membagi elemen-elemen yang dituliskan dalam kartu-kartu berdasarkan pada
ukuran berat atom dalam suatu susunan baris dan kolom, dan dalam satu kolom
dituliskan tujuh elemen. Sampai tahun 1971 telah ditemukan 63 unsur dari 92
elemen yang kita ketahui. Termasuk Helium yang belum ditemukan.
Perkembangan berikutnya terjadi dua puluh tahun kemudian, dimana Mendeleev
menemukan eka-silikon di Jerman, yang telah diprediksinya sebelumnya. Karena
temuan-temuannya itu Mendeleev terkenal dimana-mana. Hal yang dapat kita
ambil dibalik temuan atom tersebut adalah kaitannya dengan angka-angka.
Sebagai contoh ukuran berat atom yang merupakan suatu ukuran kompleksitas.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 75
3. Model Atom Thomson
Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William
Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat
dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-
baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini,
Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun
atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron
bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk
menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut,
Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan
teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan
bahwa:”Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya
tersebar muatan negatif elektron” Model atom ni dapat digambarkan sebagai
jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron
yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom
Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal.
Gambar Model Atom Thomson seperti roti kismis
Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Thomson
Kelebihan: Membuktikan adanya partikel lain yang bermuatan negatif
dalam atom. Berarti atom bukan merupakan bagian terkecil dari suatu
unsur.
Kelemahan: Model Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan
positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 76
4. Model Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners
Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ)
terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa,
yaitu partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar
sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya
bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul
merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa
apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka
sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°),
tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000
partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Model Atom Rutherford Seperti Tata surya
Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesimpulan beberapa
berikut:
a. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa
diteruskan.
b. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas,
maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan
positif.
c. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom,
berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila
perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 77
ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom
keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut,
Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom
Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil
dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang
berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.
Kelebihan dan Kelemahan Model Atom Rutherford
Kelebihan
Membuat hipotesa bahwa atom tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilingi inti
Kelemahan
Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai
pemancaran energi sehingga lama – kelamaan energi elektron akan
berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke
dalam inti Ambilah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda ikatkan
sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang. Putarkan tali
tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama kelamaan
putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena putarannya
lemah dan Anda pegal memegang tali tersebut. Karena Rutherford adalah
telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang nanti disebut dengan
kulit.
5. Model Atom Niels Bohr
Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Niels Bohr memperbaiki
kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom
hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron
dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 78
hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori
kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:
a. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner
(menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
b. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap
sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun
diserap.
c. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya
sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
d. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat
tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum
sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan
bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada
lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat
energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin
keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.
\
Model atom Bohr
Kelebihan dan Kelemahan:
Kelebihan atom Bohr adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit untuk
tempat berpindahnya elektron.
Kelemahan : model atom ini adalah tidak dapat menjelaskan efek Zeeman
dan efek Strack
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 79
6. Model Atom Henry Moseley (1887 – 1915)
Henry Moseley dalam laboratorium Rutherford melakukan eksperimen
konfirmasi terhadap model Bohr pada fenomena baru berupa garis-garis pada
spektrum sinar energi tinggi X yang tidak terlihat oleh mata tetapi yang terbentuk
dengan cara yang sama yaitu loncatan elektron dari orbit yang lebih luar ke orbit
yang lebih dalam.
7. Quark sebagai Zarah yang Lebih Kecil lagi
Kalau pada awal abad ke-20 ini teori Dalton diguncang karena ditemukan
bahwa atom masih dapat dipecah menjadi proton, neutron, dan electron, maka
pada tahun 1964 terjadi lagi guncangan baru. Ahli fisika Amerika Serikat Murray
Gell-Mann mengemukakan bahwa proton dan neutron terdiri atas zarah-zarah
yang lebih kecil lagi yang dinamakan Quark. Ahli fisika Amerika lainnya Georg
Zweig juga mengemukakan suatu teori yang sama, akan tetapi butir-butir itu
dinamakan as. Suatu proton terdiri atas dua buah atas dan sebuah bawah, dan
karena quark atas bermuatan ± ⅔, dan quark bawah bermuatan -⅓. Proton
bermuatan +1, Neutron terdiri atas satu quark atas dan dua quark bawah sehingga
muatannya 0. Suatu zarah yang terjadi dari beberapa quark dinamakan suatu
hadron sehingga proto dan netron adalah suatu hadron. Suatu hadron yang terdiri
atas tiga quark dinamakan suatu Baryon. Suatu zarah yang terdiri atas dua quark
disebut suatu meson. Kedua quark itu sebenarnya berlawanan sehingga yang satu
lagi memiliki rasa tandingan dan karena itu dapat disebut anti quark.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
TENTANG PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA
A. Bumi Dan Planet-Planet Lainnya
Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar
manusia. Kecerdasan spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan
di alam semesta ini; perjalanan antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 80
akhir yang diketahui pasti, yang gratis dan tak berujung, hingga waktu
kehancurannya tiba. Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari,
sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari 1.250.000 kali ukuran Bumi dan
bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak berdaya, tertambat oleh
gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun
untuk sekali edar penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam
pengembaraan panjang ini? Sangat sayang bila kita tidak sempat melihat kosmos
hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah kepada Tuhan
Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam
wahana dalam tata surya itu berupa sosok bola gas, bola beku, karang tandus yang
sangat panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu, mengapa wahana
yang tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau
layak dihuni oleh kehidupan?) Putaran demi putaran waktu berlalu, kehancuran
wahana bermiliar manusia akan menghampiri perlahan tapi pasti.
Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta masih
belum atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah dikerahkan
dan pengetahuan bertambah, namun misteri alam semesta itu terus menjadi
warisan bagi generasi berikutnya. Penjelajahan akal manusia mendapatkan fakta-
fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom, planet, tata surya, hingga
galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi muda. Dengan itu,
pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10-13 hingga 1026
meter, yang merupakan batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains.
Pada abad ke-21 manusia masih berambisi untuk menyelami dunia 10-35 meter
(skala panjang Planck) atau 10-20 kali lebih kecil dari penemuan skala atom pada
dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu, energi,
massa, rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar. Tentang rentang
waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi
di antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10-50 hingga
105 tahun, Zaman Bintang, (106 - 1014 tahun), Zaman Materi Terdegenerasi,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 81
(1015 - 1039 tahun), Zaman Black Hole, (1040 - 10100 tahun), Zaman Gelap
ketika alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam
Semesta, ketika materi meluruh.
Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin Allah),
akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai
keadaan, misalnya sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah
partikel (di Matahari 1060 atau di Bumi 1050), energi ikat (antara Bumi dan
Matahari sebesar 1033 Joule), energi radiasi matahari sebesar 1026 watt, energi
Matahari yang diterima Bumi sebesar 1022 Joule, energi yang diperlukan manusia
per tahun sebesar 1020 Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium
sebesar 1013 Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah
anugerah yang besar bagi manusia, walaupun melalui proses yang panjang.
B. Deskripsi dan Model Alam Semesta
Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi
dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak
penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlahnya. Struktur dan luas
alam semesta sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan
rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad. Deskripsi
pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai
ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi
(12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan
(384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150
juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke
pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar
dan Big Bang (1965).
Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi. Benda langit yang
terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang
surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode
orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 82
sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia
sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan
kesiangan; sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan
barat. Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit
yang berwarna warni. Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di
Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari
5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan
lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi kehidupan.
Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah
dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas,
mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black
Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova,
ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat
dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap
kerusakan. Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh
menekuninya.
C. Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta
Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh
pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains
(seperti ketidakpastian Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang
dan waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah
kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena (teori
relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan
satu penjelasan.
Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk
menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya
untuk dapat dikatakan sebuah hukum. Dunia fisika membahas konsep energi,
hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep medan. Pembahasan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 83
Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum
Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan
persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan
mekanika untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya.
Mekanika Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar
dari 10-27 kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga
mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan
kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan
fenomena benda mikroskopik. Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu
teknik statistik untuk interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan
fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.
Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan
Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori
tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi
partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi
elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya
gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.
Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan
realitas alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak
lagi yang belum ditemukan). Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh
keberadaan objek berdaya besar, seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai
penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain itu juga dibatasi oleh
kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya ruang
alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya.
Namun, banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi
keberadaannya, protoplanet misalnya.
Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena secara
dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi. Berbicara
tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya
10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 1026 watt dan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 84
berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota
dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang
lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada
jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter, dan
apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup. Maka, kemampuan
mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya juga
akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati.
Untuk pengamatan objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor
atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan
dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek
langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa
dideteksi manusia. Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa
diamati melalui teleskop? Berapa banyak yang mungkin diamati dan dihadirkan
sebagai pengetahuan? Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga
merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil
informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya
menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang
sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya.
PERKEMBANGAN PANDANGAN
TENTANG TERCIPTANYA BUMI
A. Bumi
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya yang
berusia mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah
149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan
udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung
permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar
angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700
kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer,
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 85
Termosfer, dan Eksosfer. Menurut bangsa Babilonia, bumi dianggap sebagai suatu
yang berongga, yang ditopang oleh samudra angkasa melengkung di atas bumi,
berdiri tegak antara perairan bawah dan perairan atas samudra, yang kadang-
kadang turun ke bumi berupa hujan.
Sebagian besar bangsa yunani kuno percaya bahwa bumi adalah pusat alam
raya, pada sekitar tahun 140 M muncul teori Ptolemaios tentang system tata surya
dialam semesta yang didasari oleh konsep geosentrisme, yang beranggapan banha
bumi tetap pada tempatnya, sedangkan planet-planet lain mengitarinya.
B. Bentuk Bumi
Menurut Prahasta, E., 2001 (dalam Dr. Darsiharjo, M.S.) Bentuk bumi yang
diyakini atau dianut oleh manusia sebagai hasil dari pemikirannya telah berevolusi
dari abad ke abad. Berikut ini beberapa pandangan mengenai bentuk bumi :
Tiram/Oyster atau cakram yang terapung di permukaan laut (konsepsi bumi
dan alam semesta menurut bangsa Babilonia + 2.500 tahun Sebelum
Masehi).
Piringan lingkaran atau cakram (pandangan bangsa Romawi).
Lempeng datar (pandangan Hecateus, yaitu bangsa Yunani Kuno pada +
500 tahun Sebelum Masehi).
Kotak persegi panjang (anggapan para Geograf Yunani Kuno pada + 500
tahun Sebelum Masehi hingga awal + 400 tahun Sebelum Masehi).
Bola (bangsa Yunani Kuno seperti : Pythagoras + 495 tahun Sebelum
Masehi; Aristoteles membuktikan bentuk bola bumi + 340 tahun Sebelum
Masehi; Archimedes + 250 tahun Sebelum Masehi; dan Erastosthenes + 250
tahun Sebelum Masehi).
Buah Jeruk Asam/Melon (J. Cassini pada tahu 1683 – 1718).
Buah Jeruk Manis/Orange (Ahli Fisika : Huygens pada tahun 1629 – 1695;
dan Isac Newton pada tahun 1643 – 1727).
Ellips Putar/Ellipsoid (French Academy of Sciences yang didirikan pada
tahun 1666).
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 86
C. Bumi Menurut Kitab Kejadian
Menurut kitab kejadian (Ganesis 1) terciptanya bumi berlangsung selama
enam hari. Pada mulanya sewaktu tuhan menciptakan alam raya, bumi tanpa
bentuk kosong dan gelap gulita.
Hari pertama diciptakan siang dan malam.
Hari kedua diciptakan kubah yang dinamakan angkasa, yang memisahkan
air di bawahnya dari air di atasnya.
Hari ketiga diciptakan daratan dan lautan. Daratan kemudian diperintahkan
menghasilkan berbagai jenis tumbuhan yang mengasilkan bebijian dan
buah-buahan.
Hari keempat diciptakan lentera-lentera untuk menerangi bumi. Lentera-
lentera itu ialah matahari, bulan, dan bintang-bintang.
Hari kelima diciptakan hewan penghuni air seperti ikan dan hewan
penghuni udara seperti burung-burung.
Hari keenam Tuhan menciptakan hewan daratan dan manusia. Kepada
manusia tuhan menguasakan pengelolaan ikan, burung, dan satwa piaraan
maupun liar. Semua ciptaanNya berpasangan agar dapat berkembang biak.
Karena kepada manusia diperintahkan agar mempunyai anak banyak agar
mereka menyebar ke seluruh penjuru bumi dan mengelolanya termasuk
semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tuhan juga mengatur pembagian
makanan yang diperlukan manusia dan hewan.
Lengkaplah alam raya itu tercipta pada hari ke7 dan Tuhanpun berhenti
bekerja. Diberkatinya hari ke7 itu dan kekhususkannya sebagai beristirahat
bagi manusia.
D. Terciptanya Bumi Menurut Al-Quran
Terciptanya bumi menurut Al-Quran yaitu sebagai berikut :
Surat Al-A`raf: 54
“Sesungguhnya Yuhanmu, ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam satuan waktu, lalu Dia menguasai singgasana. Ditutupi-Nya
siang dan malam yang mengejarnya dengan tergesa-gesa. Dan matahari dan
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 87
bulan, dan bintang-bintang. Semua tunduk di bawah pengaturannya.
Sesungguhnya kepunyaan-Nya lah swmua ciptaan dan zat. Maha Tinggi Allah
Tuhan Semesta Alam”
Surat Yunus: 3
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam satuan waktu. Kemudian Dia bersemayam di atas singgasana,
mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang dapat memberikan
pembelaan pada hari kiamat, kecuali setelah ada izin-Nya. Yang mempunyai
sifat-sifat demikian, itulah Allah, Tuhanmu! Karena itu sembahlah Dia!
Mengapa kamu tidak mengingat?”
Surat Hud: 7
“Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam satuan
waktu. Singgasana-Nya sebelum itu ada di atas air. Hal itu untuk menguji
kamu, siapa di antaramu yang terbaik pekerjaannya. Demi Allah, jika engkau
katakan: `sungguh! Kamu pasti akan dibangkitkan kelak sesudah mati` niscaya
orang-orang kafir itu akan menjawab: `Ini adalah nyata-nyata ilmu sihir`
Surat Al-Furqan: 59
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dalam enam satuan waktu. Kemudian ia bertakhta di singgasana-
Nya. Dia Maha Pengasih! Tanyakan hal itu kepada orang yang mengetahui
tentang Dia”
Dari surat-surat tersebut terlihat bahwa, secara umum proses terciptanya
jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam
proses tersebut saling berkaitan. Dan melalui proses pemisahan massa tadinya
bersatu padu dan disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi.
E. Teori Tentang Usia Bumi
Berdasarkan uraian di atas tentang terciptanya bumi maka beberapa ilmuan
dapat memperkirakan usia bumi melalui teori-teori berikut ini:
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 88
1. Teori Sedimen
Pengukuran usia bumi didasarkan atas perhitungan tebal lapisan sedimen
yang membentuk batuan. Dengan mengetahui ketebalan lapisan sediment
yang terbentuk tiap tahunnya memperbandingkan tebal batuan sediment yang
terdapat dibumi sekarang ini, maka dapat dihitung umur lapisan kerak bumi.
Berdasarkan perhitungan seperti ini diperkirakan bumi terbentuk 500 juta
tahun yang lalu.
2. Teori kadar garam
Pengukuran usia bumi berdasarkan atas perhitungan kadar garam di laut,
diduga bahwa mula-mula laut itu berair tawar. Dengan adanya sirkulasi air
dalam ala mini, maka air yang mengalir dari darat melalui sungai ke laut,
membawa garam-garam. Keadaan semacam ini berlangsung terus menerus
sepanjang abad. Dengan mengetahui kenaikan kadar garam tiap tahun, yang
dibandingkan dengan kadar garam pada saat ini yaitu kurang lebih 320, maka
dihasilkan perhitungan bahwa bumi terbentuk 1000 juta tahun yang lalu.
3. Teori Termal
Pengukuran bumi berdasarkan atas perhitungan suhu bumi. Diduga bahwa
bumi mula-mula merupakan batauan yang sangat panas yang lama kelamaan
mendingin. Dengan mengetahui massa dan suhu bumi saat ini, maka ahli
fisika bangsa inggris yang bernama Elfin memperkirakan bahwa perubahan
bumi menjadi batuan yang dingin seperti saat ini dari batuan yang sangat
panas pada permulaan memerlukan waktu 20000 juta tahun.
4. Teori Radioaktivitas
Pengukuran usia bumi yang dianggap paling benar, ialah berdasarkan waktu
peluruan unsur-unsur radioaktif. Dalam perhitungan ini diperlukan
pengetahuan tentang waktu paroh unsure-unsur radioaktif. Wakto paroh
adalah waktu yang dibutuhkan unsure radioaktif untuk seluruh atau mengurai
sehingga massanya tinggal separoh. Berdasarkan perhitungan seperti tersebut
dapat disimpulkan bahwa usia bumi berkisar 5 sampai 7 ribu juta tahun.
Kita juga boleh mencatat persamaan banyaknya hari yang disebutkan
dalam Alquran maupun kitab kejadian yang digunakan Tuhan semesta alam untuk
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 89
menciptakan alam raya, yaitu enam hari. Berdasarkan Alquran surat Ke-22 ayat
47 tercatat bahwa satu hari itu setara dengan 1000 tahun ukuran sekarang. Artinya
terjadinya bumi dalam kurun waktu 6 hari kali 1000 tahun.
PERTARUNGAN PENDAPAT
TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
DAN KEANEKARAGAMAN JENIS
A. Pendapat Mengenai Asal-Usul Kehidupan
1. Teori Evolusi Kimia
a. Teori Harlod Urey (1953)
Teori Urey didasari atas pemikiran bahwa bahan organik merupakan bahan
dasar organism yang pada mulanya dibentuk sebagai reaksi gas yang ada di alam
denqan bantuan energi.
Menurut Teori Urey, konsep tersebut dapat di jabarkan atas 4 fase:
Fase 1. Tersedianya molekul metan, ammonia, hidrogen . dan uap air yag sangat
banyak didalam atmosfer.
Fase 2. Energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar – sinar
kosmis merupakan energy pengikat dalam reaksi – reaksi molekul –
molekul metan, ammonia, hydrogen dan uap air.
Fase 3. Terbentuknya zat hidup yang paling sederhana
Fase 4. Zat hidup yang terbentuk berkembang dengan waktu berjuta - juta tahun
menjadi sejenis organism yang lebih kompleks.
b. Eksperimen Stanley miller
Miller berhasil membuktikan teori Urey dalam laboratorium. Alat ini
disimpan pada suatu kondisi yang diperkirakan sama dengan kondisi pada waktu
sebelum ada kehidupan. Ke dalam alat tersebut dimasukkan bermacam-macarn
gas seperti uap air yang dihasilkan dari air yang dipanaskan, hidrogen, metan, dan
amonia. Selanjutnya pada alat tersebut diberikan aliran listrik 75.000 volt (sebagai
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 90
pengganti kilatan halilintar yang selalu terjadi di alam pada waktu tersebut).
Setelah seminggu ternyata Miller mendapatkan zat organik yang berupa asam
amino. Asam amino merupakan komponen kehidupan. Selain asam amino
diperoleh tiga asam hidroksi. HCN, dan urea.
c. Melvin Calvin
Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana terbentuknva protein dari asam
amino ini. Melvin Calvin dari Universitas California menunjukkan bahwa radiasi
sinar dapat mengubah metana, amonia, hidrogen dan air menjadi molekul-
rnolekul gula, dan asam amino. Dan juga pernbentukan purin dan pirimidin, yang
merupakan zat dasar pembentukan DNA, RNA, ATP dan ADP. Kehidupan yang
bersama -sama dengan partikel debu alam disebarkan dari satu tempat ke tempat
lain, di bawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini tidak memperhitungkan
adanya temperatur yang begitu dingin dan juga sangat panas dan sinar - sinar yang
mematikan yang terdapat di angkasa luar, seperti sinar kosmis, sinar ultra violet
dan sinar infra merah.
2. Evolusi Biologi
Alexander Oparin mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan
timbul reaksi-reaksi yang menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi
dari radiasi sinar ultra violet. Senyawa organik tersebut merupakan “soppurba”
tempat kehidupan dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk
timbunan gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan
bahan-bahan organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang
perbatasan koaservat dengan media luar yang dianggap sebagai “selaput sel
primitif” yang memberi stabilitas pada koaservat. Meskipun begitu Oparin tetap
berpendapat amatlah sulit koaservat yang sudah terbungkus dengan selaput sel
primitif tadi akan dapat menghasilkan “organisme heterotrofik”
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 91
3. Teori Kosmozoa
Arrhenius (1911) menyatakan bahwa kehidupan pertama dimulai dari spora-
spora kehidupan yang bersama-sama dengan partikel debu alam disebarkan dari
satu tempat ke tempat lain, di bawah pengaruh sinar matahari. Tetapi teori ini
tidak memperhitungkan adanya temperatur yang begitu dingin dan juga sangat
panas dan sinar - sinar yang mematikan yang terdapat di angkasa luar, seperti
sinar kosmis, sinar ultra violet dan sinar infra merah.
4. Teori Abiogenesis (Teori Generatio Spontanea)
a. Aristoteles (384-322 SM)
Teori Abiogenesis pertama kali diajukan oleh Aristoteles (394-322 SM)
yang menyatakan bahwa : “Makhluk hidup berasal dari benda mati yang secara
spontan dapat muncul akibat adanya gaya hidup”.
Hipotesis ini didukung oleh Paracelsus dan Jean Baptise Van Helmot yang
mencoba membuat resep bagaimana caranya membuat cacing, belatung, bernga
berasal keju, hewan busuk dan kayu, beberapa jasad renik berasal dari keju, jerami
yang terendam air dan tikus berasal dari kemeja kotor yang dibubuhi butir-butir
gandum.
b. Antonie van Leeuweunhoek (1632 – 1723)
Antonie van Leeweunhoek adalah seorang biologis Belanda yang
mendukung teori ini. Dengan menggunakan mikroskop, ia menemukan adanya
jentik-jentik pada air hujan dan rendaman air jerami. Berdasarkan hal tersebut van
Leeweunhoek mengatakan jentik-jentik (makhluk hidup) berasal dari air (benda
mati).
c. John Needham (1713-1781)
Pada tahun 1745 John Needham memasak sepotong daging untuk
menghilangkan organisma yang ada. Biologis asal Inggris ini mendapatkan bahwa
pada air kaldu yang telah dipanaskan (bebas dari mikroorganisme) setelah
beberapa lama kemudian akan muncul lagi mikroorganisme yang baru.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 92
5. Teori Biogenesis
Teori ini menyangkal abiogenesis. Teori Biogenesis menyatakan bahwa:
“makhluk hidup berasal dari makhluk hidup” (Omne vivum ex ovo, omne ovum
ex vivo). Pendapat yang mendukung adalah sebagai berikut :
a. Percobaan Francesco Redi
Fancesco Redi (1668), seorang fisikawan Italia merupakan orang pertama
yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio spontanea. Dia
melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar. Redi
memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu terdapat tidak jauh
dari sisa-sisa daging. pada penelitiannya Redi menggunakan 2 kerat daging segar
yang diletakkan dalam 2 wadah. Wadah yang satu ditutupi kain yang tembus
udara dan yang satu tidak ditutupi. Setelah beberapa hari, pada daging yang tidak
tertutup mulailah keluar belatung-belatung, sementara itu pada daging yang
tertutup tidak tumbuh belatung. Tujuan penelitian Redi adalah untuk menjelaskan
bahwa setiap makhluk hidup perlu asal-usul dari mana dia berasal.
b. Percobaan Spatlanzani
Pada tahun 7765, seorang biologiwan Italia yang bernama Lazzaro
Spallaizani, melakukan percobaan yang berlawanan dengan teori Nedham.
Spallanzani menyatakan bahwa Nedham tidak merebus tabung cukup lama sampai
semua organism terbunuh dan Nedham juga tidak menutup leher tabung dengan
rapat sekali sehingga masih ada organisme yang masuk dan tumbuh.
c. Percobaan Louis pasteur
Akhirnya seorang biologiwan bernama Louis Pasteur pada tahun 1864
melakukan percobaan menggunakan tabung berleher angsa. Pasteur sendiri
meyakini bahwa sebuah sel pasti berasal dari sel lainnya. Dalam percobaannya
menggunakan tabung berleher angsa, pasteur merebus kaldu hingga mendidih
kemudian mendiamkannya. Pada prinsipnya udara mampu masuk ke dalam
tabung, namun partikel debu akan menempel pada lengkungan leher tabung.
Setelah sekian lama, ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh. Namun
setelahPasteur mematahkan tabung leher angsa tersebut air kaldu di dalam tabung
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 93
itu kemudian ditumbuhi oleh mikroba. Hal ini membuktikan bahwa
kehidupan.juga berasal dari kehidupan.
B. Pertarungan Pendapat Tentang Keragaman Jenis
1. Teori Evolusi
Evolusi dalam biologi berarti proses kompleks pewarisan sifat organisme
yang berubah dari generasi ke generasi dalam kurun waktu jutaan tahun. Evolusi
mempelajari bagaimana spesies baru dapat muncul dari berbagai spesies
tumbuhan dan hewan dalam jangka waktu tertentu serta bagaimana spesies-
spesies yang berada dapat memiliki kekerabatan. Para ahli biologi menyatakan
bahwa makhluk hidup senantiasa mengalami perubahan secara berangsur-angsur
dalam waktu yang sangat lama. Perubahan-perubahan itu mengakibatkan
munculnya sifat-sifat baru. Hal ini yang kemudian menjadi dasar dari teori
evolusi.
a. Lamarck
Jean Baptiste de Lamarck ialah seorang ahli biologi Prancis yang
menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan pada suatu
individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan, disebut teori
Lamarckisme. Contoh klasik yang digunakan untuk menggambarkan teori evolusi
ini adalah jerapah memiliki leher yang panjang karena kebiasaannya memakan
daun-daun dari pohon. Jerapah diduga memanjangkan lehernya untuk dapat
mencapai pohon yang semakin tinggi.
b. Charles Darwin
Charles Robert Darwin adalah seorang peminat ilmu alam dari Inggris.
Darwin dalam bukunya bertajuk “The Origin of Species” (Asal-Usul Jenis-Jenis
Hewan). Beliau mengutarakan satu saranan bahawa semua makhluk yang hidup
telah wujud hasil daripada proses evolusi daripada satu atau beberapa nenek
moyang. Teori beliau menumpukan perhatian kepada bagaimana bentuk hewan
yang simpel berevolusi untuk menjadi bentuk yang kompleks. Beliau
merumuskan pengalaman-pengalamannya bahawa semua jenis binatang berasal
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 94
dari amoeba (satu sel). Darwin percaya bahawa pada mulanya Pencipta mencipta
satu atau beberapa bentuk organisme yang simpel.
Dengan proses pertarungan, organisme yang kompleks telah dihasilkan.
Darwin percaya bahwa organisma-organisma atau spesis-spesis yang kompleks
berhasil dari nenek moyang yang sama yaitu spesis yang simpel.Pada tahun 1930,
teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel,
membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen)
dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Darwin adalah ilmuwan pertama yang
mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi
pengujian ilmiah.
Persamaan teori Lamack dengan teori Darwin adalah evolusi sama-sama
terjadi karena pengaruh faktor lingkungan. Sedangkan perbedaannya adalah pada
perubahan makhluk hidup, di mana Lamarck disebabkan oleh kuantitas
penggunaan organ tubuh, sedangkan Darwin pada seleksi alam.
c. August Weismann
August Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman mencoba
untuk menerapkan teori Darwin dalam peristiwa genetika. Weismann berpendapat
bahwa sel-sel tubuh tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Ia membuktikan
pendapatnya dengan mengawinkan dua tikus yang dipotong ekornya. Hingga
generasi ke-21, smua anak tikus yang dilahirkan dari keturunan kedua tikus tadi
berekor panjang. Weismann pun menyimpulkan bahwa: Perubahan sel tubuh
karena pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan ke generasi berikutnya. Hal ini
membuktikan bahwa teori evolusi Lamarck tidak benar. Evolusi adalah masalah
pewarisan gen-gen melalui sel kelamin, atau evolusi adalah gejala seleksi alam
terhadap faktor-faktor genetika.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Evolusi
Godfrey Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg, mempublikasikan
analisanya mengenai keseimbangan gen dalam populasi yang dikenal sebagai
Hukum Hardy-Weinberg.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 95
TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP
MASA DEPAN UMAT MANUSIA
A. Definisi dari Ilmuwan
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern ini
tampak nyata bahwa ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan
melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang atau lebih tepat suatu rangkaian
aktivitas yang membentuk suatu proses. Seorang yang melakukan rangkaian
aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan ilmuwan (scientist ).
Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk menggali
permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam
bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia dan juga untuk
berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam, karena mereka
merasa bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya
Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi
atau pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam mencari atau
menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua itu ialah
penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu
harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama.
B. Peran dan Fungsi Ilmuwan
Adapun peran dan fungsi ilmuwan antara lain :
1. Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankan
dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan
yang intensif dan sensitif.
2. Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan
keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang
keahliannya.
3. Sebagai teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument
yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 96
memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran pertama
mengharuskannya untuk turut menjaga martabat.
C. Pedoman Kerja Bagi Ilmuwan
Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan
pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah
ada, walaupun ada tekanan-tekanan ekonomi atau sosial yang memintanya untuk
tidak melakukan hal itu, karena tanggung jawabnya ialah memerang
ketidaktahuan, prasangka dan mitos di kalangan manusia mengenai alam semesta
ini. Adapun pedoman kerja yang disepakati dan harus diikuti para ilmuwan ialah :
1. Bekerjalah dengan jujur.
2. Jangan sekali-sekali memanipulasi data.
3. Selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat.
4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang muncul terlebih
dahulu.
5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran ilmuwan lain.
6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dengan tuntas.
Kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari pemikiran dan pengamatan seorang
ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat manusia. Hal
itu berarti perlunya kode etik ilmuwan. Mau tidak mau kode etik itu harus
dikaitkan dengan sistem ‘dosa’. Setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan
penelitian, ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini.
Artinya ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya hanya sebagian
kecil saja dari Al’ilmi-nya Allah SWT dan bahwa ia hanyalah pesuruh-Nya di
muka bumi ini sesuai dengan Al Qur’an surat Al Baqarah : 30-34.
D. Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Kehidupan Manusia
Ilmuwan sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung dan
menggunakan pikirannya untuk bernalar. Kemampuan berpikir dan bernalar itu
pula yang membuat kita sebagai manusia menemukan berbagai pengetahuan baru.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 97
Pengetahuan baru itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang tersedia di sekitar kita. Oleh karena
itu tanggung jawab ilmuwan terhadap masa depan kehidupan manusia diantaranya
adalah :
1. Tanggung Jawab Profesional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan dan
masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-
pernyataan ilmiah yang
2. dibuatnya secara formal. Agar semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu
benar dan memberikan tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ada
pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang tidak benar.
3. Tanggung Jawab Sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat
yang menyangkut asas moral dan etika. Pengalaman dua perang dunia I
(terkenal dengan perang kuman) dan II (terkenal dengan bom atom) telah
membuktikan bahwa ilmu digunakan untuk tujuan-tujuan yang destruktif.
4. Sikap Politis Formal Ilmuwan
Jika ilmuwan mempunyai rasa tanggung jawab moral dan sosial yang
formal, maka konsekuensinya ilmuwan harus mempunyai sikap politik formal.
Sebab sikap politik formal merupakan konsisten dengan asas moral keilmuan serta
merupakan pengejawantahan/implementasi dari tanggung jawab sosial dalam
mengambil keputusan politis, dimana keputusan ini bersifat mengikat
(authorative).
Demi pertanggungan jawaban ilmuwan terhadap masa depan umat manusia,
semua dampak negatif sains dan teknologi terus ditangani secara bersama-sama,
bukan saja oleh masyarakat ilmuwan dunia, melainkan juga oleh pemerintah
semua negara, berlandaskan suatu pandangan bahwa manusia di bumi ini
mempunyai tugas untuk mengelolanya dengan sebaik-baiknya.
Ada lima unsur permaslahan yang saling berkaitan dan menentukan daya
keterhunian bumi ini untuk manusia di masa depan, yaitu:
1. Masalah perimbangan energi di bumi secara menyeluruh
Setiap tahun energi surya yang sampai ke tepi luar atmosfer, yaitu homosfer
ada sebanyak 263.000 langley (1 langley = 1 gram kal/cm kuadrat, sedang 1
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 98
gram kal ialah banyaknya panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu gram
air dari 14,5 derajat celsius menjadi 15,5 derajat celsius). Dari energi ini
123.000 langley atau 47 % dipantulkan kembali ke atmosfer oleh molekul-
melekul, uap air dan debu, sedangkan sisanya sampai ke permukaan bumi. Akibat
keberagaman tingkat awan, banyaknya debu dalam atmosfer, garis lintang,
ketingigian dan bentuk permukaan bumi, musim dan waktu terjadinya penyinaran
dalam hari tertentu, banyak energi yang diterima di daerah dua kutup yang hanya
1/10 hingga 1/8 banyaknya energi yang diterima di daerah tropik semua itu
menyebabkan tingkat radiasi sinar matahari yang sampai ke bumi pun beragam.
Radiasi itu pun hanya sebagian kecil saja yang dimanfaatkan untuk proses
asimilasi, ialah proses pembuatan zat organik dari zat an organik yang terdiri dari
proses fotosintesis dan kemosintesis.
2. Perubahan daur hidrologi di bumi secara menyeluruh
Pola hidrologi lingkungan termasuk pola sebaran curah hujan sangat
menentukan produktivitas lahan pertanian. Bertambahnya populasi manusia
mengkibatkan perubahan fungsi hutan dan lahan-lahan pertanian menjadi
pemukiman juga mengubah pola hidrologi serta menjadikan air semakin langka.
Kelangkaan air ini akhirnya mendorong manusia membuat sumur-sumur dalam
yang berakibat terjadi longsoran tanah, intrusi air laut jauh masuk ke daratan di
belakang garis pantai. Gejala ini kemudian akan membuat lahan menjadi tandus,
sehingga menggangu sistem daur air di bumi.
3. Perubahan daur biogeokimia
Ada 40 unsur yang diperlukan bagi kehidupan, dii antaranya yang terpenting
adalah karbon (C), nitrogen (N),fospor (P), belerang (S), oksigen (O), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na), silikon (Si), besi (Fe) dan
aluminium (Al). Selain itu sebagian unsur-unsur ini tersimpan dalam bentuk
bahan organik dalam tubuh makhluk hidup yang masih hidup atau yang sudah
mati.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 99
4. Perubahan bentuk dan sifat permukaan bumi
Terjadi berbagai gempa, baik gempa vulkanik maupun gempa tektonik di
berbagai sudut permukaan bumi mempengaruhi perubahan bentuk dan sifat kerak
bumi. Pergeseran dan peretakan lapisan kulit bumi sebagai gempa tektonik telah
mengubah struktur dan tekstur tanah dan batu-batuan yang ada.
5. Produktivitas biologis pada lahan di bumi
Daya produktivitas lahan di bumi adalah suatu faktor yang sangat
menentukan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia. Besarnya
dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor, di antaranya faktor iklim/suhu, cahaya
yang diterima pada permukaan bumi, ketersediaan unsur-unsur kimia utama
seperti C, S, P, N, K, Ca dan sebagainya serta sifat-sifat khas kehidupan yang
dikembangkan. Bila daya dukung bagi kehidupan manusia melebihi daya
produksinya, maka manusia melakukan usaha-usaha menaikan daya produksinya
dengan teknologi.
REVIEW MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Page 100