1
2
3
4
ABSTRAK
Randi Fadli (NIM : 11010092), Komposisi Zooplankton pada Kolong
Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan
IV Nagari Kabupaten Sijunjung, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016.
Zooplankton merupakan komponen penting dalam ekosistem perairan.
Zooplankton ini hidup mengapung atau melayang di dalam air yang bersifat
heterotrof sehingga kelangsungan hidupnya tergantung dari bahan organik dari
fitoplankton yang menjadi makanannya. Keberadaan zooplankton sangat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu air, pH air, keadaan fisika-
kimia air dan biologi suatu perairan sangat menentukan jenis dan kepadatan
populasi zooplankton disuatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
komposisi zoopalankton dibekas kolong pertambangan emas di kampung Loden
Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016 di
kolong pertambangan emas di kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sijunjung. Jenis penelitian survey deskriptif yaitu pengambilan
sampel dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dengan menetapkan 3
stasiun penelitian. Stasiun I kolong yang berusia ± 8 bulan, stasiun II kolong
berusia ± 12 bulan dan stasiun III kolong yang berusia ± 24 bulan.
Hasil penelitian menunjukan komposisi zooplankton terdiri dari 5 Class, 6
ordo, 6 famili dan 14 genus. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu
genus Peridinium sebanyak 40,92ind/L, sedangkan kepadatan terendah terdapat
pada stasiun III yaitu genus Ceriodaphnia sebanyak 0,08ind/L. Frekuensi tertinggi
terdapat pada genus Filina yaitu 1,00 sedangkan frekuensi terendah terdapat pada
genus Trichocerca yaitu 0,33. Kelimpahan zooplankton berkisar antara 1,3980 -
1,6370ind/L, indeks similaritas zooplankton berkisar antara 70% - 80%, kondisi
fisika kimia perairan dalam kisaran normal yaitu suhu 30 – 31oC, pH 6 – 7,
Oksigen Terlarut (DO) 6,62 – 7,73mg/L.
iii
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan judul “Komposisi Zooplankton pada Kolong
Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sijunjung” .
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada.
1. Bapak Abizar, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Novi, M.Si sebagai
pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Tim Dosen penguji Ibu Rina Widiana, M.Si, Ibu Dra. Nursyahra, M.Si dan
Ibu Annika Maizeli, M.Pd yang telah memberikan kritikan dan saran untuk
penyempurnaan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Siska Nerita, S.Pd., M.Pd sebagai Penasehat Akademik.
4. Ibu Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat
5. Ibu Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
iv
6
7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
8. Bapak dan Ibu teknisi laboratorium Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
9. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendoakan dan mencurahkan kasih
sayangnya, dan memberikan dukungan semangat baik moril maupun materil,
serta kakak dan adikku yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
10. Rekan-rekan seperjuangan dan seluruh pihak yang ikut membantu dalam
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Semoga bimbingan, bantuan, dukungan serta saran Bapak, Ibu, dan rekan-
rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT, Amin.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan menjadi sumber yang bermanfaat dalam bidang Ekologi Hewan.
Padang, Februari 2016
Penulis
v
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ........................................ i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ........................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan Masalah.................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolong ................................................................................................. 7
B. Plankton ............................................................................................... 8
C. Klasifikasi Zooplankton ..................................................................... 10
D. Plankton Sebagai Bioindikator ............................................................. 15
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Zooplankton............ 16
F. Contoh Pengambilan dan Pengawetan Plankton .................................. 17
vi
8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 18
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18
C. Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................. 18
D. Metode Penelitian................................................................................. 19
E. Cara Kerja ............................................................................................ 20
F. Parameter.............................................................................................. 22
G. Analisis Data ........................................................................................ 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 25
B. Pembahasan .......................................................................................... 29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 34
B. Saran ..................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
vii
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Klasifikasi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian ............. 25
2. Jumlah rata-rata individu zooplankton yang ditemukan di kolong
pertambangan emas di kampung Loden Kabupaten Sijunjung ................ 26
3. Komposisi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian ............. 27
4. Faktor fisika-kimia air di kolong pertambangan emas di kampung
Loden Kabupaten Sijunjung ................................................................... 28
5. Indeks Similaritas komposisi zooplankton yang ditemukan
di lokasi penelitian ................................................................................... 28
viii
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta lokasi penelitian ............................................................................... 38
2. Layout pengambilan sampel .................................................................... 39
3. Foto lokasi penelitian ............................................................................... 40
4. Dokumentasi penelitian ........................................................................... 41
5. Genus zooplankton yang ditemukan ........................................................ 45
6. Jumlah zooplankton pertitik pengamatan pada lokasi penelitian ........... 48
7. Jumlah rata-rata zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian ......... 49
8. Analisis data K, KR, F, FR, IS dan Indeks Diversitas ............................. 50
9. Analisis Indeks Similiritas ...................................................................... 51
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perairan tergenang (lentik) merupakan suatu bentuk ekosistem perairan
yang di dalamnnya aliran atau arus air tidak memegang peranan penting. Hal ini
karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi organisme yang
hidup didalamnya. Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir),
rawa (wetland) dan perairan mengenang lainnya. Kelompok organisme yang ada
di perairan tergenang, berdasarkan cara hidupnya dibagi atas lima kelompok
yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu kelompok ini
yang memegang peranan penting dalam ekosistem perairan adalah hewan
plankton (Effendi, 2008).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di
air yang pergerakannya relatif pasif.Plankton secara umumdibagi menjadi dua
golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan
tumbuhan renik sedangkan zooplankton terdiri dari hewan renik. Zooplankton
tidak mencakup hewan renik saja. Larva jenis insekta, udang, siput, dan ikan
yang tertangkap oleh jala plankton juga digolongkan kedalam jenis zooplankton
(Djuhanda, 1980).
Zooplankton merupakan komponen penting dalam ekosistem perairan.
Zooplankton ini hidup mengapung atau melayang didalam air yang bersifat
heterotrof sehingga kelangsungan hidupnya tergantung dari bahan organik dari
fitoplankton yang menjadi makanannya. Zooplankton juga merupakan
konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan
1
2
fitoplankton.Selain itu, zooplankton juga memegang peranan penting dalam
kelangsungan kehidupan organisme yang menempati badan air tersebut.
Zooplankton berperan dalam proses pendaur ulang material organik, serta dapat
digunakan sebagai indikator perubahan stabilitas ekosistem perairan (Odum,
1998).
Keberadaan zooplankton sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
sepertisuhu air, pH air, kecerahan air, keadaan fisika-kimia air dan biologi suatu
perairan sangat menentukan jenis dan kepadatan populasi zooplankton disuatu
perairan. Perairan yang kaya akan berbagai jenis zooplankton dengan jumlah
ind yang banyak merupakan perairan yang subur untuk perikanan (Djuhanda,
1980).
Perubahan lingkungan yang terjadi pada suatu perairan akan
mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung maupun tidak langsung.
Struktur komunitas zooplankton disuatu perairan ditentukan oleh kondisi
lingkungan dan ketersediaan makanan dalam hal ini fitoplankton. Apabila
kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton tidak sesuai dengan kebutuhan
zooplankton maka zooplankton akan mencari kondisi lingkungan dan makanan
yang lebih sesuai dengan cara berimigrasi ke tempat lain (Handayani dan Patria,
2005).
Komposisi dan kelimpahan zooplankton menandakan kesuburan dan
kestabilan di suatu perairan. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan pada
suatu perairan, akan mempengaruhi jumlah dan jenis zooplankton. Perubahan
kondisi suatu lingkungan dapat terjadi secara alami maupun disebabkan oleh
3
kegiatan manusia. Perubahan kondisi lingkungan secara alami misalnya bencana
alam contohnya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, badai, bahkan tsunami. Perubahan kondisi lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penebangan dan pembakaran hutan
secara liar, eksploitasi sumber daya laut, pertambangan dan penggunaan bahan-
bahan kimia dan pestisida secara berlebihan. Kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhi keberadaan populasi zooplankton salah satunya adalah
pertambangan (Anata, Lasina dan Erawaty, 2013)
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu tempat pertambangan emas
di Sumatera Barat. Kegiatan pertambangan emas ini dilakukan di kampung
Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan IV Nagari. Berdasarkan hasil survei
penelitidi lapangan pada tanggal 28 Februari 2015, bahwa di Kenagarian Koto
Baru ini terdapat kegiatan pertambangan emas yang lokasinya dekat dari
pemukiman penduduk kira – kira ± 1 hektar lahan yang digunakan untuk proses
pertambangan emas. Proses pertambangan ini dilakukan dengan cara menggali
pasir dengan menggunakan alat berat kemudian melakukan proses pendulangan
secara mekanis dengan menggunakan mesin pompa ataupun mesin sedot. Pada
lokasi pertambangan emas ini terdapat genangan-genangan bekas galian
pertambangan sehingga pada lokasi ini menjadi tempat hidup organisme
perairan yang salah satunya komunitas plankton.Plankton secara umum dibagi
menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Penelitian tentang zooplankton yang telah dilakukan oleh Winda (2014)
yaitu tentang komposisi zooplankton di bekas tambang batu bara di Danau
4
Tandikek Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto. Hasil penelitian ditemukan 12
genus yang termasuk kedalam 6 Class yaitu Class Flagellata 2 genus, Class
Phytomastigophorea 1 genus, Class Sarcodina 1 genus, Class Digonanta 1genus,
Class Monogonanta 4 genus, dan Class Crustacea 3 genus.Penelitian Isna (2008)
tentang komposis zooplankton di perairan Batang Kandih Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang, ditemukan 4 kelas, 5 ordo, 9 famili, dan 12 genus.
Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian tentang
Komposisi Zooplankton Pada Kolong Pertambangan Emas di Kampung Loden
Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut ini.
1. Identifikasi zooplankton sampai tingkat genus.
2. Komposisi zooplankton yang meliputi kepadatan, kepadatan relatif,
frekuensi dan frekuensi relatif, indeks similiritasdan indeks diversitas.
3. Faktor fisika-kimia air genangan yang diukur adalah suhu, pH, oksigen
terlarut (DO).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan batasan
masalah sebagai berikut ini.
5
1. Apa saja genus zooplankton yang ditemukan pada kolong pertambangan
emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari
Kabupaten Sijunjung?
2. Apa sajakomposisi zooplankton yang terdapat pada kolong pertambangan
emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari
Kabupaten Sijunjung?
3. Apa saja pengaruh faktor fisika-kimia air (suhu air, pH air, oksigen
terlarut (DO)). terhadap komposisi zooplankton yang hidup padakolong
pertambangan emasdi Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sijunjung?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Mengatahui genus zooplankton pada kolong pertambangan emas
diKampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten
Sijunjung.
2. Mengetahui komposisi zooplankton pada kolong pertambangan emas di
Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten
Sijunjung.
3. Mengetahui pengaruh faktor fisika-kimiaair terhadap komposisi
zooplankton yang hidup padakolong pertambangan emas di Kampung
Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
6
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dalam bidang Planktonologi.
2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi dalam kajian mata kuliah Ekologi
Hewan, Zoologi Invertebrata dan Limnologi.
3. Bagi penelitian, sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolong
Kolam atau danau bekas pertambangan dikenal dengan sebutan Kolong
yaitu perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan
bahan galian. Lahan bekas penambangan di daratan berbentuk lubang cekungan-
cekungan di permukaan tanah yang kemudian diisi limpasan air permukaan (air
hujan, sungai, laut) sehingga menyerupai kolam atau danau besar. Sedangkan
lahan bekas penambangan di dasar laut akan meninggalkan lubang berupa
palung yang dalam di dalam dasar laut (Wardoyo dan Ismail, dalam Puspita,
2005)
Air di dalam kolong pada awalnya belum dapat digunakan karena masih
mengandung bahan pencemar yang tinggi. Seiring usia kolong yang semakin
tua, kondisi biolimnologisnya semakin menyerupai habitat alami seperti danau
sehingga airnya dapat digunakan, baik oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-
hari maupun sebagai media hidup organisme akuatik.
Keanekaragaman hayati kolong sangat tergantung pada umur kolong dan
ekosistem sekitar yang berhubungan dengannya. Kolong berusia tua memiliki
keanekaragam hayati yang lebih tinggi dibandingkan kolong berusia muda.
Jenis organisme yang ditemukan di kolong juga sangat dipengaruhi oleh
ekosistem sekitarnya, kolong yang terletak di pantai akan dihuni oleh jenis-jenis
flora dan fauna payau sedangkan kolong yang terletak lebih ke darat (berair
tawar) akan dihuni jenis-jenis flora dan fauna perairan tawar (Puspita, L., E.
Ratnawati, I. N., N Suryadiputra, A., A. Meutia, 2005).
7
8
B. Plankton
Istilah plankton pertama kali ditemukan oleh Hansen tahun 1987 yaitu
suatu kelompok yang terdiri dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan kecil yang
berada di permukaan melayang dan berenang lemah di perairan (Saclan, 1974).
Menurut Effendi (2008) plankton terbagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Fitoplankton adalah tumbuhan air yang bebas melayang dan hanyut dalam air
serta mampu berfotosintesis.
2. Zooplankton adalah hewan-hewan perairan yang planktonik.
Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan
jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda, maka
penggolongan plankton dapat pula dibedakan berdasarkan ukuran plankton yaitu:
1. Megaplankton adalah organisme planktonik yang besarnya lebih dai 2,0 mm.
2. Makroplankton adalah organisme planktonik yang berukuran 0,2-2,0 mm.
3. Mikroplankton adalah organisme planktonik yang berukuran 20-0,2 mm.
4. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil berukuran
dengan 20 mm.
5. Ultraplankton adalah organisme planktonik yang berukuran kurang dari
2 mm.
Kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran
organisme yang hidup di badan air tersebut. Penyebaran plankton, baik
fitoplankton maupun zooplankton paling di tentukan oleh aliran air. selain itu,
aliran air ikut berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam dalam air sehingga
9
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme air (Suin,
2002).
Zooplankton ditemukan pada semua keadaan air, karena mereka memiliki
kekuatan untuk bergerak, yang mungkin lemah tapi bisa membantu untuk naik
keatas dan kedalam air. Zooplankton akan naik kepermukaan menjelang malam
hari, serta tenggelam kedalam normal pada pagi hari (Michael, 1994). Kemudian
(Nontji, 1993) mengatakan zooplankton menghindari sinar surya yang terlampau
kuat di permukaan pada siang hari oleh sebab itu mereka menyusup kelapisan
yang lebih dalam.
Zooplankton merupakan mikroorganisme air yang memegang peranan
penting dalam perairan yaitu sebagai konsumen primer dan perantara dalam aliran
materi dan energi di perairan. Selain itu zooplankton memegang peranan penting
dalam kelangsungan kehidupan organisme yang menepati badan air tersebut.
Zooplankton berperan dalam proses pendaur ulang material organik, serta dapat
digunakan sebagai indikator perubahan stabilitas ekosistem perairan (Odum,
1998).
Organisme plankton sangat berbeda dalam ukuran, umumnya plankton
hewan (zooplankton) lebih besar sedangkan plankton tumbuhan (fitoplankton)
lebih kecil (Michael, 1994). Zooplankton dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan sifat hidupnya yaitu holoplankton dan mereplankton. Holoplankton
merupakan hewan renik yang selama hidupnya bertindak sebagai plankton atau
plankton sejati, sedangkan meroplankton terdiri dari telur, larva dari segala
10
macam invertebrata. Jika sudah besar tidak lagi hidup sebagai plankton contohnya
udang. (Sachlan, 1974)
C. Klasifikasi Zooplankton
Menurut Djuhanda (1980) bahwa jenis zooplankton yang terdapat dalam
suatu perairan dapat diklasifikasi menurut class dan ordonya. Klasifikasi
zooplankton tersebut adalah:
1. Class Sarcodina
Sarcodina adalah salah satu class Protozoa yang tubuhnya berubah-rubah.
Berapa spesies ada yang mempunyai rangka sederhana yang memberikan
bentuk yang tetap pada tubuh hewan tersebut. Gerakan hewan ini dilakukan
dengan kaki palsu yang merupakan penonjolan protoplasma. Class Sarcodina
terdiri atas dua ordo yaitu:
a. Ordo Rhizopoda
Tubuhnya kadang-kadang mempunyai cangkang atau bungkus dengan
butir pasir yang halus sekali. Kaki palsunya berubah-rubah contohnya:
Amoeba proteus.
b. Ordo Heliozoa
Tubuh bentuknya tetap, mempunyai rangka dari bahan silica. Kaki
palsunya panjangnya halus, terpencar dari tubuhnya seperti sinar cahaya
yang memancar dari bola matahari contohnya: Acanthocystis turfacea.
2. Class Ciliata
Hewan anggota class ini mempunyai ciliata (rambut getar) untuk
bergerak atau mencari makanan hidupnya mandiri atau komensal dalam
11
saluran pencernaan manusia dan sebagainya. Ciliata dalam kolam alam,
contohnya hewan class ini antara lain: Paramecium sp., Didinium sp.,
Vorticella sp.
3. Class Flagellata
Protozoa yang tergolong class Flagellata mempunyai alat gerak satu atau
lebih tonjolan protoplasma yang panjang seperti cambuk yang dinamakan
flagellum. Bentuk tubuhnya tetap karena terbungkus dengan selaput sel yang
kuat. Flagellum selalu bergetar dan mengarahkan hewan itu kedalam air.
sebagaian besar spesiesnya mempunyai butir hijau daun didalam
protoplasmanya. Dengan demikian hewan tersebut dapat mengadakan
fotosintesis seperti tumbuh-tumbuhan. class flagellata dikelompokkan kedalam
sepuluh ordo yaitu:
a. Ordo Phytoflagellata
Mempunyai butir hijau daun dalam protoplasmanya. Ada yang
mempunyai 1 flagellum tetapi ada juga mempunyai 2 atau 4 falgellum.
Ada jenis yang hidup bebas sendirian seperti banyak juga yang hidup
berkoloni contohnya: Cryptomonas sp.
b. Ordo Euglenida
Bertubuh lebih besar dari ordo lainnya, mempunyai dua flagellum
didalam protoplasmanya terdapat butir zat warna (kromatofor)
contohnya: Eutreptia viridis.
12
c. Ordo Monadida
Mempunyai 1 atau 2 flagellum kadang-kadang dapat membuat kaki
palsu seperti pada amoeba contohnya: Cercobodo longcauda.
d. Ordo Choanoflagellata
Mempunyai kerah disekeliling pangkal flagellumnya yang tunggal.
Hidupnya ada yang bebas sendirian, ada juga yang berkelompok. Ada
yang hidup melekat dengan satu tangkai pada benda lain tetapi ada juga
yang hidup bebas berenang di dalam air contohnya: Diplosiga sp.
e. Ordo Heteromastigida
Mempunyai 1 atau 2 flagellum, hidupnya sendirian didalam air yang
mempunyai dua flagel, pada waktu bergerak flagel yang satu mengarah
kedepan dan flagel yang lain mengarah kebelakanng contohnya:
Tetramitus pyriformis.
f. Ordo Polymastigida
Mempunyai 3 flagel atau lebih dan selalu mempunyai banyak mulut
sel contohnya Hexamitus inlatus.
g. Ordo Diniferida
Mempunyai 1 flagellum saja, pada tubuhnya terdapat dua lekukan
yang satu melintang dan yang lain memanjang contohnya: Amphidinium
lacustre.
4. Class Rotifera
Hewan renik yang tergolong kedalam rotifera hanya dapat dilihat jelas
dengan pertolongan mikroskop saja. Tubuhnya terbungkus dengan cangkang
13
kuat yang disebut lorika. Nama rotifera diberikan karena hewan ini semacam
roda yang selalu berputar, tepat rangkainya rambut getar melekat. Oleh putaran
roda dan gerakan rambut getarnya herwan tersebut dapat bergerak laju didalam
air dan gerakannya yang akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang
membawa bahan makanan dan oksigen dalam mulutnya.
Class Rotifera terbagi atas tiga macam ordo yaitu :
a. Ordo Ploima
Bergerak secara berenang atau berjalan dengan kakinya didasar
kolam. Ada jenis yang tidak mempunyai lorika, tubuhnya terbungkus
oleh kutikula yang kenyal. Ada juga yang mempunyai lorika contohnya:
Lecaneluna.
b. Ordo Rhizota
Hidup melekat pada benda yang ditemui, dengan melindungi diri yang
dibuat seperti lubang. Sebagaian besar spesiesnya membentuk koloni.
Hanya sedikit yang hidup berenang bebas sendirian ( soliter) contohnya:
Colurella bicuspidate.
c. Ordo Bdelloida
Bentuk tubuhnya bulat panjang, kakinya mempunyai 3 jari. Tidak
yang hidup didalam tabung, dapat bergerak sepertin lintah contohnya:
Rotaria citrine.
5. Class Crustacea
Pada umumnya hidup didalam air dan bernafas dengan ingsang. Tubuh
dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : kepala, dada dan perut. Tubuh beruas-
14
ruas dan tiap ruas mempunyai sepasang kaki yang bercabang 2. Ruas dada
umumnya bersatu dengan kepala merupakan satu kesatuan yang dinamakan
kepala-dada. Bagian kepala-dada ini ditutup oleh suatu perisai yang
dinamakan kerapaks. Bagian tubuh lainnya juga tertutup oleh kulit yang keras
dan hanya pada bagian sambungan ruas anggota tubuh saja terdapat kulit yang
lunak. Class Crustacea terdiri dari 6 ordo yaitu:
a. Ordo Phyllopoda
Tubuhnya ada yang panjang seperti cacing, dibangun oleh banyak ruas
ada juga tubuhnya yang pendek tidak beruas. Sebagian besar spesiesnya
mempunyai karapaks, tetapi ada juga tidak contohnya: Leptodora
kimilrii.
b. Ordo Ostracoda
Tubuhnya tidak beruas, bentuknya pipih dan seluruh tubuhnya
tertutup dengan karapaks, baik sebelah atas maupun sebelah bawah tubuh
contohnya: Notodromas sp.
c. Ordo Copepoda
Tubuhnya memanjang, dada dan perutnya beruas. Seluruh tubuhnya
terdiri dari 15 ruas yang didepan bersatu membentuk kepala, 5 ruas yang
ditengah membentuk bagian perut. Kepala dan dada beberapa jenis
Copepoda bersatu membentuk satu kesatuan yang disebut kepala-dada.
Jenis Copepoda banyak yang hidup sebagai parasit, menempel pada
permukaan tubuh atau ingsang ikan contohnya: Diaptomus sp.
15
d. Ordo Decapoda
Karapaknya menutupi seluruh bagian dadanya seperti udang dan
katam. Lembaran ingsangnya melekat pada pangkal ruas kaki dibagian
dada, terletak dirongga ingsang kiri – kanan pinggiran dada contohnya:
Astacus fluviatilis
e. Ordo Isopoda
Bentuk tubuh pipih dan ingsang terdapat pasangan kaki perut. Bentuk
kakinya berupa dan digunakan untuk bergerak contohnya: Assellus
aquaticus.
f. Ordo Ampiphoda
Bentuk tubuh pipih panjang, rahangnya kuat digunakan untuk
memenggam makanan. Tiga pasang kaki yang ada dibelakang tubuhnya
digunakan untuk meloncat contohnya: Gammarus pulex.
D. Plankton Sebagai Bioindikator
Plankton dapat dijadikan sebagai biologis pencemaran air. hal ini dapat
diamati dari keanekaragaman jenis atau diversitas dan laju pertumbuhan struktur.
Jika keanekaragaman plankton di ekosistem tinggi menandakan kualitas air
tersebut baik, tetapi sebaliknya jika keanekaragamannya rendah menandakan
airnya tercemar (Fachrul, 2007).
Menurut Soeparno dalam Satrawijaya (1991) bahwa dampak pencemaran
dapat mempengaruhi perubahan struktur dan fungsi ekosistem sungai baik hewan
maupun tumbuhan. Banyaknya bahan pencemaran dalam perairan akan
mengurangi spesies yang ada apada umumnya akan meningkat populasi jenis
16
yang tahan terhadap kondisi peraiaran tersebut. Indikator biologis digunakan
untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan khusus ekologi ekosistem
akibat pengaruh limbah (Hawkesdalam Sastrawijaya, 1991).
Keadaan plankton sangat dipengaruih oleh keadaan lingkungan, kecerahan
air, keadaan sifat fisika-kimia biologis suatu perairan dapat dilihat dari jenis dan
populasi plankton yang ada di perairan.
E. Faktor Fisika-Kimia yang Mempengaruhi Keberadaan Zooplankton
Keadaan zooplankton sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, suhu
air, keadaan pH, kecapatan arus, kecerahan air, dan biologis suatu perairan sangat
menetukan jenis dan kepadatan populasi zooplankton di suatu perairan.
1. Suhu
Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam lingkungan air. suhu
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan distribusi organisme akuatik seperti
yang dikemukakan (Michale,1994), bahwa suhu merupakan faktor pembatas
terhadap pertumbuhan dan penyebaran organisme. Menurut Mathew dalam
Ramadhani (2006) menyatakan bahwa rentangan suhu untuk pertumbuhan
zooplankton yaitu 26-27 ºC.
2. Derajat Keasaman (pH)
Pedoman derajat keasaman ditentukan oleh kosentrasi ion-ion H⁺ yang
digambarkan dengan angka 1-14, angka kurang dari 7 menunjukan air
bersuasana asam, sedangkan lebih dari tujuh menunjukan suasana basa. Angka
pH yang ideal berkisar 4-9 (Kordi, 1996). Rentangan pH untuk kehidupan
zooplankton antara 5,5-8,5 (Wele dalam Ramdhani (2006)).
17
3. Disolved Oksigen (DO)
Oksigen terlarut merupakan faktor yang paling penting bagi mahkluk
hidup air. Tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen
terlarut untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan
hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen berasal dari fotosintesis tergantung
pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air serta intensitas cahaya yang sampai
kebadan air tersebut (Suin dan Syafinah, 2006).
Goldman dan Horne (1983) menyatakan bahwa kandungan oksigen
terlarut zooplankton di perairan tidak boleh kurang dari 2 mg/l karena dapat
menyebabkan kematian.
F. Pengambilan Contoh Plankton dan Pengawetan
Menurut Suin (2002) pengambilan contoh plankton dapat dibagi atas dua
kategori yaitu:
1. Pengambilan contoh air yang diikuti dengan mengentalkan kepekatan
plankton yang ada di dalamnya dengan cara ditimba.
2. Pengambilan dengan alat yang diseret yang dilengkapi dengan jala sebagai
penyaring plankton yang terdapat di badan air.
Untuk mengetahui kepadatan populasi plankton dikolam dan disungai
biasanya contoh plankton sering diambil dengan jaring plankton. Ukuran
mata jaring bervariasi, pengambilan contoh plankton di kolam dan di sungai
yang dangkal biasanya tidak digunakan jaring plankton. Tetapi dengan
menyaring contoh air yang diambil yang disaringnya dengan jaring plankton
(Suin, 2002).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016
pada kolong pertambangan emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru
Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Identifikasi zooplankton dilakukan
di Laboratorium Botani Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu jaring plankton atau plankton-net No 25, botol
sampel, termometer alkohol, pH meter, mikroskop listrik Binokuler, ember plastik
(10 L), talia rapia, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, kertas label, stopwatch,
selotip, kertas saring, kamera digital dan alat-alat tulis.
Bahan yang digunakan formalin 40 %, MnSO4, KOH-KI, H2SO4 Pekat,
Amillum 1% dan Na2S2O3.
C. Deskripsi Daerah Penelitian
Kabupaten Sijunjung adalah salah satu kabupaten di sebelah Timur
Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Sijunjung memiliki luas wilayah 3.130,80
km2 atau sekitar 313.080 hektar meliputi 8 kecamatan, 61 nagari dan 1 desa
dengan 263 jorong. Kabupaten sijunjung terbentang pada posisi geografis
0018’43’’LS - 1
041’46’’ LS &101
030’ 52’’ BT - 100
0 37’ 40’’ BT. Di sebelah
utara Kabupaten Sijunjung berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kota
Sawahlunto, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya, di
18
19
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau dan
di sebalah barat berbatasan dengan Kabupaten Solok. Kabupaten Sijunjung
berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai 1.335 meter dari permukaan laut.
Kondisi dan topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi antara bukit, bergelombang
dan daratan. Kabupaten Sijunjung memiliki sekitar 8 sungai besar dan kecil.
Kabupaten Sijunjung memiliki berbagai potensi pertambangan. Potensi
pertambangan terbagi atas bahan tambang golongan A yaitu Batubara yang
tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung Gadang. Bahan
tambang golongan B yaitu emas tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan
Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dan bahan tambang golongan
C seperti marmer, dolomite, oker, granit, andesit, kaolin dan sirtukil tersebar di
seluruh kecamatan.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif. Pengambilan
sampel dilakukan secara langsung pada genangan bekas pertambangan emas di
Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling
dengan menetapkan tiga stasiun penelitian, stasiun I pada genangan yang di
tinggal ± 8 bulan, stasiun II pada genangan yang di tinggal ± 12 bulan, dan
stasiun III pada genangan yang di tinggal ± 24 bulan. Pada masing-masing stasiun
diambil tiga titik pengambilan sampel sebagai ulangan.
20
E. Cara Kerja
1. Di lapangan
a. Pengambilan Sampel Zooplankton
Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari pukul 18.00 – selesai .
Kemudian sampel diambil sebanyak 100 L pada masing-masing stasiun yang
telah ditetapkan dengan cara menimba air dengan menggunakan ember
bervolume 10 liter sebanyak 10 kali, kemudian disaring dengan net-plankton.
Selanjutnya sampel air yang tersaring tadi dimasukan kedalam botol sampel
ukuran 25 ml dan tambahkan formalin 40 % sebanyak 4-5 tetes, kemudian tutup
dengan isolasi dan diberi label. Pengukuran suhu air, pH air, disolved oksigen
(DO) dilakukan sebelum pengambilan sampel zooplankton. Kemudian sampel
dibawa ke Laboratorium Botani pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera
Barat Padang untuk diidentifikasi.
b. Pengambilan sampel air untuk pengukuran oksigen telarut (DO)
Sampel air diambil dari titik tempat pengkoleksian sampel dengan
menggunakan botol sampel ukuran 150 ml, dimana pada waktu pengisian
searah dengan arus air dan jangan sampai terbentuk gelembung udara dalam
botol, setelah botol berisi penuh dengan air, tutup botol secepatnya lalu angkat
kepermukaan. Selanjutnya ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml larutan
KOH/KI, lalu kocok sampai homogen dan tampak lapisan atasnya bening,
setelah itu botol sampeldimasukan kedalam termos es dan dibawa ke UPTD
Laboratorium Balai Kesehatan Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat.
21
c. Pengukuran Suhu
a. Suhu diukur dengan termometer alkohol
b. Kemudian termometer dicelupkan ke dalam air pada masing-masing titik
pengambilan sampel dan dibiarkan selama 5 menit.
c. Setelah 5 menit catat angka yang ditunjukan pada termometer alkohol
sebagai suhu air.
d. Pengukuran pH
a. Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter
b. pH meter dicelupkan ke dalam air sampai angkanya konstan.
2. Di Laboratorium
a. Identifikasi sampel
Untuk mengidentifkasi zooplankton ini dilakukan di laboratorium Botani
pendidikan biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Metode yang
digunakan adalah direct count atau menghitung langsung jumlah indvidu dari
masing-masing stasiun. Identifikasi dilakukan sampai tingkat genus dengan
menggunakan buku acuan yaitu Hutabarat, S (1986), Djuhanda, T (1980),
Sachlan (1974).
Adapun langkah-langkah identifikasi (Suin, 2002) yaitu:
1. Sampel air dikocok hingga homogen dan di ambil sebanyak 1 tetes
kemudian diteteskan pada kaca objek lalu ditutup dengan kaca penutup.
2. Kemudian amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10×10 sampai
10×40.
22
3. Pengamatan dilakukan dengan cara zigzag semua sampel yang diamati.
4. Untuk tetesan ke-2 sampai ke-10 dilakukan dengan cara yang sama
seperti tetes pertama.
5. Zooplankton yang ditemukan dikelompokkan sampai tingkat genus
dengan membandingkan deskripsi atau ciri-ciri sampel dengan gambar
yang ada dalam buku acuan kemudian hitung zooplankton tersebut.
b. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)
Sampel air yang sudah diambil dilapangan selanjutnya dibawa ke
laboratorium UPTD Balai Kesehatan Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat
untuk dihitung kadar oksigen terlarutnya. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan
dengan metode Rideal Sterwart.
1. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan endapan yang terbentuk sebelumnya
akan hilang, warna larutan menjadi kecoklatan.
2. Lalu masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml.
3. Tambahkan 2-3 tetes amilum 1 % dan warna menjadi biru.
4. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.
5. Kadar oksigen terlarut dapat dihitung dengan rumus:
(Suin, 2002)
F. Parameter
Parameter yang diukur penelitian ini adalah:
1. Pengukuran suhu, pH air, Dissolved Oxygen (DO).
23
2. Menghitung kepadatan, kepatan relatif, frekuensi, dan frekuensi
relatif, indeks similiritas, indeks diversitas.
G. Analisi Data
Untuk menganalisis jumlah ind digunakan rumus:
1. Kepadatan
( )
Keterangan:
n= jumlah ind suatu genus per liter air
a= jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel
c= jumlah sub sampel yang diambil (liter)
I= volume sampel air (liter).
(Michael, 1994)
2. Kepadatan Relatif (KR)
(Suin, 2002)
3. Frekuensi
(Suin, 2002)
4. Frekuensi Relatif (FR)
(Suin, 2002)
24
5. Indeks Kesamaan (Similiritas)
( )
(Suin, 2001)
Keterangan:
I = Jumlah Similiritas
j = jumlah genus yang sama pada dua lokasi
a = jumlah genus pada lokasi a
b = jumlah genus pada lokasi b
6. Indeks Diversitas Shannon – Wiener
∑
Keterangan :
H’ = Indeks diversitas Shannon – Wiener
Pi = ni/N
ni = jumlah ind setiap genus
N = jumlah ind seluruh genus
(Suin, 2002)
Tabel. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener mempunyai kriteria
sebagai berikut :
Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Kriteria
H1< 1,0 Keanekaragaman rendah
1,0 < H1< 3,322 Keanekaragaman sedang
H1> 3,322 Keanekaragaman tinggi
(Fitriana dalam Mardiyanti, 2006)
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan tentang komposisi zooplankton pada
kolong pertambangan emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sijunjung didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1 . Klasifikasi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian
Class Ordo Familia Genus
Sarcodina Amoeba 1. Thecamobha 1. Astramoeba
2. Arcella
Phytomastigophorae Dinoflagellida 2. Peridinidae 3. Peridinium
4. Ceratium
Monogonanta Ploima 3. Branchionidae 5. Branchionus
6. Keratella
7. Lycane
8. Euchlanis
9. Trichocerca
10. Filina
Crustaceae Eucopepoda
4. Cyclopidae
11. Cyclops
12. Nauplius
Copepoda 5. Daphanidae 13. Ceriodaphnia
Insecta Diptera 6. Culicidae 14. Culex
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dari ketiga stasiun ditemukan 5 Class
zooplankton yang terbagi dalam 6 Ordo, 6 Familia dan 14 Genus. Dari tabel juga
dapat dilihat bahwa genus zooplankton yang banyak ditemukan pada penelitian ini
adalah dari familia Brancionidaea Class dari Monogonanta yaitu sebanyak 6
genus (Branchionus, Keratella, Lycane, Euchlanis, Trichocerca, Filina),
sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada Class Insecta yangditemukan 1
genus yaitu Culex.
Tabel 2. Jumlah rata-rata ind zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian
25
26
No Class dan Genus Stasiun
I II III
Sarcodina
1. Astramoeba 0,00 0,67 1,00
2. Arcella 0,67 0,67 0,00
Phytomastigophora
3. Peridinium 163,67 2,00 8,67
4. Ceratium 0,00 0,33 0,00
Monogonanta
5. Branchionus 7,00 0,00 1,33
6. Keratella 7,33 0,00 54,67
7 Lycane 2,33 0,00 0,00
8. Euchlanis 15,00 0,33 7,67
9. Trichocerca 0,33 0,00 0,00
10. Filina 9,67 3,00 43,00
Crustacea
11. Nauplius 25,00 17,00 30,33
12. Cyclops 53,00 4,33 12,33
13. Ceriodaphnia 2,33 1,67 0,33
Insecta
14. Culex 0,00 0,67 0,00
Jumlah Total Ind 286,33 30,67 159,33
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari ketiga stasiun penelitian didapat
jumlah total ind zooplankton yang beragam. Dari ketiga stasiun tersebut jumlah
total ind tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 286,33ind/liter, sedangkan jumlah
total ind terendah terdapat pada stasiun II ditemukan 30,67ind/liter. Pada stasiun I
jumlah ind tertinggi terdapat pada genus Peridinium yaitu 163,67ind/L, sedangkan
jumlah ind terendahnya terdapat pada genus Trichocerca sebanyak 0,33ind/L.
Kemudian pada stasiun II jumlah ind tertinggi terdapat pada genus Nauplius yaitu
17,00ind/L, sedangkan jumlah ind terendah terdapat pada genus Ceratium dan
Euchlanis yaitu 0,33ind/L. Selanjutnya pada stasiun III jumlah ind tertinggi
terdapat pada genus Keratella sebanyak 54,67ind/L, sedangkan jumlah ind
terendahnya terdapat pada genus Ceriodaphnia yaitu 0,33 ind/L.
27
Tabel 3. Komposisi zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian
No
Classis dan Genus
STASIUN I
STASIUN II
STASIUN III
K KR F FR Pi lnPi K KR F FR Pi lnPi
K KR F
FR Pi lnPi
Sarcodina
1. Astramoeba 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,42 1,05 0,67 8,74 -0,0478
2. Arcella 0,17 0,24 0,67 7,17 -0,0145 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000
Phytomastigophora
3. Peridnium 40,92 57,17 1,00 10,71 -0,3196 0,50 6,52 0,33 4,95 -0,1780 2,17 5,45 1,00 13,04 -0,1586
4. Ceratium 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,08 1,04 0,33 4,95 -0,0475 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000
Monogonanta
5. Branchionus 1,75 2,44 1,00 10,71 -0,0906 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,33 0,35 0,67 8,74 -0,0398
6. Keratella 1,83 2,56 1,00 10,71 -0,0938 0,00 0,00 0,00 0,00 -0.0000 13,67 34,18 1,00 13,04 -0,3669
7. Lycane 0,58 0,81 0,67 7,17 -0,0390 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000
8. Euchlanis 3,75 5,24 1,00 10,71 -0,1545 0,08 1,04 0,33 4,95 -0,0475 1,92 4,80 1,00 13,04 -0,1458
9. Trichocerca 0,08 0,11 0,33 3,53 -0,0074 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000
10. Filina 2,42 3,38 1,00 10,71 -0,1145 0,75 9,78 1,00 14,99 -0,2274 10,75 26,88 1,00 13,04 -0,3531
Crustacea
11. Nauplius 6,25 8,73 1,00 10,71 -0,2129 4,24 55,41 1,00 14,99 -0,3271 7,58 18,95 1,00 13,04 -0,3152
12. Cyclops 13,25 18,51 1,00 10,71 -0,3122 1,08 14,08 1,00 14,99 -0,2760 3,08 7,71 1,00 13,04 -0,1974
13. Ceriodaphnia 0,58 0,81 0,67 7,17 -0,0390 0,42 5,48 0,67 10,04 -0,1591 0,08 0,20 0,33 4,30 -0,0124
Insecta
14. Culex 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000
Jumlah 71,58 100 9,34 100,01 -1,3980 7,67 100,01 6,67 99,98 -1,5161 40 100,05 7,67 100,02 -1,6370
Indeks Diversitas (H’) 1,3980 1,5161 1,6370
Keterangan: K = Kepadatan (Individu/liter) KR = Kepadatan relatif (%) F = Frekuensi FR = Frekuensi relatif (%) Pi LnPi = Indeks Diversitas
38
Dari Tabel 3.dapat dilihat hasil yang diperoleh yaitu jumlah kepadatan
ind yang paling banyak ditemukan diantara ketiga stasiun tersebut adalah
kepadatanPeridinium yang terdapat pada stasiun I yaitu 40,92ind/liter.
Tabel 4. Faktor fisika - kimia air dilokasi penelitian
No Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III
1. Suhu (oC) 30 31 30
2. pH (mg/L) 6 6,6 7
3. DO (mg/L) 6,62 6,99 7,73
Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil pengukuran faktor fisika kimia
lingkungan pada lokasi penelitian masih dalam toleransi dan mendukung
kehidupan suatu organisme yang ada didalamnya seperti Zooplankton. Hasil
pengukuran faktor fisika-kimia air di lokasi penelitian pada stasiun I diperoleh
suhu 300C, pH 6 dan oksigen terlarut 6,62mg/L. Pada stasiun II diperoleh suhu 31
0C, pH 6,6 dan oksigen terlarut 6,99mg/L. Kemudian pada stasiun III diperoleh
suhu 300C, pH 7 dan oksigen terlarut 7,73mg/L.
Tabel 5. Indeks Similaritas komposisi zooplankton yang ditemukan di lokasi
penelitian
Indeks similaritas Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Stasiun I - - -
Stasiun II 66,67 % - -
Stasiun III 80 % 73,68% -
Pada Tabel 5.dapat dilihat bahwa hasil dari indeks similaritas yang didapat
pada lokasi penelitian adalah antara stasiun I – II yaitu 66,67%, antara stasiun I –
III yaitu 80% dan antara stasiun II – III yaitu 73,68%.
39
B. Pembahasan
Dari Tabel 1.dapat dilihat bahwa jumlah genus yang ditemukanpada
penelitian ini beragam. Genus yang paling banyak ditemukan terdapat pada Class
Monogonanta yaitu 6 genus. Pennak, (1978) menyatakan bahwa salah satu jenis
zooplankton yang umum ditemukan di perairan adalah Class Monogonanta, karna
Class Monogonanta ini merupakan kelompok zooplankton yang mampu bertahan
hidup dalam kisaran suhu yang luas disuatu perairan. Suhu optimum untuk
kehidupan pertumbuhan dan perkembangan zooplankton berkisar antara 26-270C
(Mathew dalam Ramadhani, 2006). Sedangkan hasil di lapangan
terhadappengukuran suhu diperoleh berkisar antara 30-310C yang tergolong pada
kisaran suhu yang cukup tinggi untuk kehidupan zooplankton. Sedangkan genus
yang sedikit ditemukan adalah Class Insecta hanya 1 genus saja. Sedikitnya genus
yang ditemukan pada Class ini, karena Class ini hanya bersifat insedental atau
sementara pada fase larva yang merupakan siklus hidup dari serangga dan
tergolong paling kecil dari plankton.
Pada Tabel 2. jumlah kepadatan rata-rata dari ketiga stasiun yang paling
tertinggi ditemukan adalah stasiun I yaitu 286,33ind/liter. Stasiun I ini merupakan
kolong yang ditinggal ± 8 bulan, banyaknya jumlah rata-rata kepadatan pada
stasiun ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan zooplankton pada stasiun ini lebih baik dan berada pada
kisaran yang layak. Faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan zooplankton di
perairan seperti ketersedian makanan, lingkungan hidup yang mendukung.
Makanan utama bagi zooplankton adalah fitoplankton. Berdasarkan hasil
40
penelitian yang telah dilakukan oleh Fani (2016) tentang komposisi fitoplankton
pada lokasi yang sama diperoleh 206,00 ind/liter fitoplankton,tingginya jumlah
rata-rata ind fitoplankton yang ditemukan sehingga menjadi faktor pendukung
banyaknya ind zooplankton yang ditemukan pada lokasi ini. Selain itu, parameter
fisika – kimia perairan seperti suhu, pH, dan oksigen terlarut juga sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan zooplankton. Berdasarkan
pengukuran faktor fisika-kimia, salah satunya oksigen terlarut diperoleh 6,62-
7,73mg/L yang masih dalam toleransi dan mendukung untuk kehidupan
zooplankton. Menurut Goldman dan Horne, (1983) bahwa kandungan oksigen
terlarut zooplankton di perairan tidak boleh kurang dari 2mg/L karena dapat
menyebabkan kematian. Kemudian ada beberapa genus pada stasiun I yang tidak
ditemukan pada stasiun II dan III seperti genus Lycane dan Trichocerca. Hal ini
diduga bahwa dari kedua genus tersebut tidak mampu untuk bertahan hidup dan
lemahnya dalam hal persaingan antara spesies untuk memperoleh makanan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Odum, (1998) bahwa
kompetisi atau persaingan umunya terjadi antara makhluk hidup atau biota yang
berada dalam sistem interaksi, bagi organisme yang lemah akan punah dan
sebaliknya yang menang akan berkembang dan mampu untuk bertahan hidup
lebih lama.
Pada Tabel 3. dapat dilihat jumlah kepadatan antara setiap stasiun
mempunyai nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 7,67-71,58ind/liter.
Jumlah kepadatan ind tertinggi terdapat pada stasiun I sebanyak 40,92ind/liter
yaitu pada genus Peridinium. Djuhanda (1980) mengatakan bahwa Peridinium
41
merupakan organisme peralihan yang artinya genus ini juga tergolong ke dalam
kelompok tumbuhan yang memiliki alat gerak yang dinamakan flagellum
sehingga mampu untuk bergerak menuju sumber cahaya dan mempunyai butir
hijau daun di dalam protoplasmanya sehingga hewan tersebut dapat mengadakan
fotosintesis seperti tumbuh-tumbuhan.Sedangkan kepadatan terendah terdapat
pada genus Ceriodaphnia sebanyak 0,08ind/liter. Kepadatan relatif yang paling
banyak ditemukan adalah pada stasiun I yang terdapat pada genus Peridinium
yaitu 57,17%. Sedangkan kepadatan relatif terendah terdapat pada genus
Trichocerca sebanyak 0,11%. Tingginya dominasi ind Peridinium pada stasiun ini
disebabkan oleh faktor lingkunganyang mendukung untuk kehidupannya,hal ini
diperkuat oleh hasil pengukuran faktor lingkungan yang memiliki kisaran yang
sesuai untuk kehidupan zooplankton, sehingga memungkinkan banyaknya genus
yang ditemukan.
Frekuensi yang tertinggi terdapat pada genus Filina, Nauplius, Keratella,
Cyclops, Euchlanis, dan Peridiniumsebanyak 1,00. Artinya genus tersebut tersebar
merata disetiap stasiun pengamatan dan memiliki penyebaran yang luas..
Tingginya jumlah frekuensi pada genus ini disebabkan oleh adanya kemampuan
adaptasi pada perairan yang ditempatinya. Menurut Pennak (1978), organisme
yang mempunyai kemapuan adaptasi yang tinggi akan teresebar luas dan merata
pada kondisi lingkungan yang ekstrim sedangkan organisme yang mempunyai
adaptasi yang rendah hanya dijumpai pada lokasi lingkungan tertentu yang sesuai
dengan dengan faktor pembatas ekologi kehidupannya. Sedangkan jumlah
frekuensi terendah terdapat pada genus Trichocerca dan Ceriodaphnia.
42
Frekuensi relatif yang tertinggi ditemukan pada genus Filina, Nauplius dan
Cyclops yaitu terdapat pada stasiun II sebanyak 14,99%. Tingginya frekuensi
relatif pada genus tersebut, dapat dilihat dari keberadannya yang menepati setiap
stasiun pengamatan dan juga didukung dari hasil pengukuran faktor fisika-kimia
yang memiliki kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan zooplankton.Sedangkan
frekuensi relatif terendah ditemukan pada pada genus Euchlanis, Peridinium dan
Ceratium sebanyak 4, 95%.
Dari komposisi zooplankton dapat dilihat bahwa indeks diversitas (H’)
yang didapat dari ketiga stasiun berbeda jumlahnya dengan kisaran 1,3980-
1,6370. Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 1,6370 yang
berusia ± 24 bulan, sedangkan jumlah indeks diversitas terendah terdapat pada
stasiun I yaitu 1,3980 yang berusia ± 8 bulan. Hal ini sesuai yang
dikatakanPuspita, dkk (2005) mengatakan bahwa keanakaragaman fauna di
kolong yang berusia tua lebih tinggi dibandingkan kolong usia muda,disebabkan
kehidupan biologis di kolong tua lebih stabil dibandingkan kolong usia
muda.Menurut Fitriana, dalam Mardiyanti (2013) bahwa kategori indeks
diversitas jika H’ <1,0 menandakan keanekaragaman rendah, 1,0< H1< 3,322
menandakan keanekaragaman sedang dan H1> 3,322 menandakan keanekaragam
tinggi. Dari hasil indeks diversitas yang didapat pada kolong pertambangan emas
di kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
tergolong kedalam keanekaragam sedang karena H1< 3,322.
Pada Tabel 5. dapat dilihat hasil Indeks Similaritas zooplankton yang
ditemukan pada kolong pertambangan emas di kampung Loden Nagari Koto Baru
43
Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, berkisar antara 60% – 80%. Indek
Similaritas tertinggi terdapat antara stasiun I dengan III yaitu 80%, dengan
rentangan usia kolong 16 bulan artinya antara kedua stasiun ini memiliki tingkat
kesamaan spesies yang sama, sedangkan indeks similaritas terendah terdapat
antara stasiun I dengan II sebanyak 66,67%, dengan rentangan usia kolong 4
bulan yang berarti tingkat kesamaan spesiesnya lebih rendah dibanding stasiun I
dengan III. Tetapi hasil dari penelitian berbeda, seharusnya indeks similaritas
tertinggi terdapat antara stasiun I dengan II atau stasiun II dengan III karna
dilihatdari jarak usia kolong yang dekat dan struktur kondisi biologisnya yang
tidak jauh berbeda sehingga memiliki tingkat kesamaan spesies yang sama atau
mirip. Hal ini juga didukung dari hasil pengukuran faktor lingkungannya yang
memiliki rentangan yang cukup dekat antara stasiun I dan II atau stasiun II dan
III.
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi
Zooplankton pada Kolong Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian
Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ditemukan 14 genus zooplankton yang terdapat di kolong pertambangan
emas di kampung loden adalah Peridinium, Ceratium, Astramoeba, Arcella,
Branchionus, Keratella, Euchlanis, Trichocerca, Filina,Lycane, Cyclops,
Nauplius, Ceriodaphnia, Culex.
2. Komposisi zooplankton yang ditemukan terdiri dari 5 Class, 6 ordo, 6
familia, dan 14 genus. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu
286,33ind/liter, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada stasiun II yaitu
30,67ind/liter. Jumlah frekuensi tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 9,34
ind/liter, sedangkan jumlah frekunsi terendah terdapat pada stasiun II yaitu
6,67ind/liter.Jumlah Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun II dan
III. Stasiun II yaitu 1,5161 dan stasiun III yaitu 1,6370. Indeks diversitas
terendah terdapat pada stasiun I yaitu 1,3980.
3. Kualitas fisika-kimia air di kolong pertambangan emas di kampung Loden
Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yaitu suhu
berkisar 30-31ºC, pH 6-7, disolved oxygen (DO) 6,62-7,73mg/L.
34
45
B. Saran
Setelah melakukan penelitian di kolong pertambangan emas di Kampung
Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, peneliti
menyarankan penelitian lanjut pada kolong pertambangan emas sampai suksesi
atau ekosistem klimaks sehingga kolong tersebut dapat digunakan untuk
budidaya perikanan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Bandung : Gajah Mada University
Press.
Anata, Y., C. Lasina dan Erawaty R. 2013. Dampak Kerusakan Lingkungan
Akibat Aktifitas Pembangunan Perumahan. Jurnal Beraja Niti. Vol 2, No
11, hlm : 6.
Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit pada
Manusia. ITB : Bandung.
Efendi, Y. 2008. Biologi Laut. Bung Hatta University Press : Padang.
Fachrul, M., F. 2007. Metode Sampling Biologi. Bumi Aksara : Jakarta.
Goldman, C., R. dan A.J., Horne. 1983.Limnology International Student Edition.
McGraw-Hill Book Company : Auckland.
Handayani, S.& Mufti, P. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk
Krenceng Cilegon Banten. Makara Sain. Vol 9. No 2. November 2005.
hlm: 75.
Hutabarat, S. & Stewart, M., E. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Universitas
Indonesia : Jakarta.
Isna, Y., N. 2008. Komposisi Zooplankton yang Terdapat di Perairan Batang
Kandih Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi. PMIPA STKIP
PGRI Padang : Padang (Tidak Dipublikasikan)
Iswandi, U. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press.
Kordi, M., G., H. 1996. Parameter Kualitas Air. Karya Anda : Surabaya.
Mardiyanti, D., E, Karuniawan, P., W & Medha, B. 2013. Dinamika
Keanekaragam Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi.Jurnal Produksi
Tanaman. Vol 1. No 1. Maret 2013. Hlm : 26
Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan Dan
Laboratorium (Diterjemahkan Oleh Koestor, Y.R). UI Press : Jakarta.
Nofrita, E., K. 2015. Komposisi Fitoplankton di Muara Kambang Pasar Baru
Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. PMIPA
STKIP PGRI Padang : Padang (Tidak Dipublikasikan).
47
Odum, E., P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Oleh Samingan, Tjahjono.
Gadjah Mada Universitas Press : Yogyakarta.
Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N Suryadiputra, A., A. Meutia. 2005. Lahan Basah
Buatan di Indonesia. Wetlands Internasional – Indonesia Programme :
Bogor.
Pennak, R., W. 1978. Fresh-Water Invertebrates of The United States. John Wiley
And Sons, Inc New York.
Ramadhani, S. 2006. Komposisi Zooplankton di Batang Agam Kota Payakumbuh.
Skripsi.PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang. (Tidak Dipublikasikan).
Sachlan, M. 1974. Planktonologi. Corespondensi Cours Center : Jakarta.
Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta : Jakarta.
Syoffiarni, W. 2014. Komposisi Zooplankton di Danau Tandikek Taman Satwa
Kandi Kota Sawahlunto. Skripsi. PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang.
(Tidak Dipublikasikan).
Suin, N., M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas Padang : Padang.
Tulastuti, D. 2007. Komposisi Zooplankton di Sungai Batang Hari Desa Sungai
Panuah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. Skripsi.
PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang. (Tidak Dipublikasikan).
Yuliana. 2014. Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton
dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Maspari
Journal. Vol 6. No 1. Januari 2014. hlm : 25-31.
38
39
Lampiran 2 : Layout Lokasi Penelitian
Rumah Penduduk
JALAN RAYA KAMPUNG LODEN
Yang di tinggal ± 8 bulan
Yang di tinggal ± 24 bulan
Yang di tinggal ± 12 bulan
STASIUN
STASIUN III
STASIUN II
ALIRAN SUNGAI
Kandang ternak
40
Lampiran 3. Foto Lokasi Penelitian
Stasiun I : Kolong yang Ditinggal ± 8 Bulan
Stasiun II : Kolong yang Ditinggal ± 12 Bulan
Stasiun III : Kolong yang Ditinggal ± 24 Bulan
41
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian
Pengukuran pH Air Kolong
Pengukuran Suhu Air Kolong
42
Pengambilan Sampel Air Kolong untuk Menghitung Oksigen Terlarut (DO)
Pengambilan Sampel Zooplankton
43
Pemberian Formalin 40% pada Sampel Zooplankton
Pemberian Larutan MnSO4 dan KOH-KI untuk Pengikat Oksigen Terlarut
(DO)
44
Identifikasi sampel di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat
45
Lampiran 5 : Genus zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian
Classsis Sarcodina :
Astramoeba (10 x 40) Arcella (10 x 40)
Class Phytomastigophora :
Peridinium (10 x 40) Ceratium (10 x 40)
Class Monogonanta :
Branchionus(10 x 40) Keratella (10 x 40)
46
Lycane (10 x 40) Euchlanis (10 x 40)
Trichocerca (10 x 40) Filina (10 x 40)
Class Crustacea :
Nauplius (10 x 40) Cyclops (10 x 40)
47
Ceriodaphnia (10 x 40)
Class Insecta :
Culex (10 x 40)
48
Lampiran 6. Jumlah Zooplankton Pertitik Pengamatan pada Lokasi
Penelitian.
Class dan Genus
STASIUN
I II III
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
Sarcodina
Astramoeba 2 1 0 1 1 0 0 0 0
Arcella 0 0 0 1 0 1 0 1 1
Phytomastigophora
Peridinium 6 6 14 0 6 0 211 104 176
Ceratium 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Monogonanta
Branchionus 2 0 2 0 0 0 8 6 7
Keratella 101 34 29 0 0 0 3 15 4
Lycane 0 0 0 0 0 0 0 5 2
Euchlanis 10 8 5 1 0 0 11 27 7
Trichocerca 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Filina 66 36 27 6 1 2 9 19 1
Crustacea
Nauplius 38 9 44 23 22 6 20 15 40
Cyclops 10 15 12 6 4 3 37 54 68
Ceriodaphnia 1 0 0 2 0 3 0 5 2
Insecta
Culex 0 0 0 1 0 1 0 0 0
JUMLAH 236 109 133 41 34 17 299 251 309
49
Lampiran 7. Jumlah Rata-rata Individu Zooplankton yang Ditemukan pada
Lokasi Penelitian.
Class dan Genus STASIUN
I II III
Sarcodina
Astramoeba 0,00 0,67 1,00
Arcella 0,67 0,67 0,00
Phytomastigophora
Peridinium 163,67 2,00 8,67
Ceratium 0,00 0,33 0,00
Monogonanta
Branchionus 7,00 0,00 1,33
Keratella 7,33 0,00 54,67
Lycane 2,33 0,00 0,00
Euchlanis 15,00 0,33 7,67
Trichocerca 0,33 0,00 0,00
Filina 9,67 3,00 43,00
Crustacea
Nauplius 25,00 17,00 30,33
Cyclops 53,00 4,33 12,33
Ceriodaphnia 2,33 1,67 0,33
Insecta
Culex 0,00 0,67 0,00
JUMLAH 286,33 30,67 159,33
50
Lampiran 8: Analisis Data K, KR, F, FR dan Indeks Diversitas (H’)
1. Kepadatan Ind (K)
N ( )
Kepadatan Filina ( )
= 10,75
2. Kepadatan Relatif (KR)
KR Filina
KR Filina
%
3. Frekuensi (F)
F Filina
= 1
4. Frekuensi Relatif (FR)
FR Filina
%
= 13,04 %
5. Indeks Diversitas (H’)
∑
Pi
lnPi =
Pi lnPi = 0,2688 x (-1,3138)
=
51
Lampiran 9 : Analisis Indeks Similiritas (Kesamaan) Komposisi
Zooplankton
1. Antara Stasiun I dan II
J = 7
a = 11
b =10
I
= 66,67 %
2. Antara Stasiun I dan III
J = 8
a = 11
b = 9
I
= 80 %
3. Antara Stasiun II dan III
J = 7
a = 10
b = 9
I
= 73,68 %
52
53
54
55