MAKALAH
“Standar Pelayanan Minimal Pada Stasiun Poris Plawad”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Rel Kereta Api
DISUSUN OLEH :
Albert Variantino 3336131475
Fikri Arrasyta 3336131269
Iin Muttaqin 3336131791
Ismail Bangun 3336131219
Ivani Purnama Dewi 3336131733
Mita Nivalia 3336131500
Moch. Mufti Ghiffari 3336131449
Naufal Fakhri 3336130939
Rochmat Fauza 3336131725
Wina Indah Riani 3336131800
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014/2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Standar Pelayanan
Minimal pada Stasiun Poris Plawad” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu,
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Cilegon, September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-
negara yang telah maju dan juga oleh negara-negara yang sedang berkembang.
Seperti di negara Indonesia untuk bidang transportasi perkotaan maupun
transportasi antar kota dapat tercipta suatu sistem transportasi yang menjamin
pergerakan manusia/barang secara lancar, aman, dan nyaman yang merupakan
tujuan dari sektor perhubungan (transportasi). Karena sistem transportasi yang
efisien merupakan salah satu prasyarat untuk kelangsungan pelaksanaan
pembangunan.
Prasarana sistem jaringan transportasi adalah jaringan prasarana dasar yang
dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Sistem jaringan dan sistem pergerakan
inilah yang dapat dijadikan dasar peramalan kebutuhan. Tentu hal tersebut tidak
terlepas dari pengaruh antara sarana dan prasarana saling berkaitan satu sama lain
sehingga dapat menunjang kegiatan pergerakan antara orang satu dengan yang lain,
apalagi jika sarana sudah mendukung namun prasarananya tidak, maka tetap saja
akan menimbulkan masalah, begitu pun sebaliknya. Dalam hal ini jelas bahwa
transportasi mempunyai peranan penting dalam berbagai hal diantaranya
mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan Wawasan
Nusantara termasuk salah satu moda transportasi tersebut adalah perkeretaapian,
yang dalam sistem transportasi nasional mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda
transportasi lain. Disini jelas bahwa perkeretapian ini perlu dikembangkan potensinya
dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun
internasional, untuk menunjang, mendorong, serta menggerakkan pembangunan
nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tentang standar pelayanan minimal pada stasiun poris plawad?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
mengetahui tentang standar pelayanan minimal pada stasiun poris plawad.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui memenuhi atau tidaknya tentang standar pelayanan minimal pada
stasiun poris plawad
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Indikator Penentu Baik-Buruknya Kualitas Pelayanan Publik Kereta Api
Indonesia
a. Tingkat Kepuasan Penumpang
Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan, dan
kebutuhan pelanggan telah dipenuhi dengan baik. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen penting dalam
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila
pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Hal ini
terutama sangat penting bagi pelayanan publik. Tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan
suatu sistim penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan
pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan dampak
pelayanan terhadap populasi sasaran.
Saat ini dapat dikatakan bahwa pelayanan publik kereta api indonesia
dinilai kurang memberikan kepuasan dan juga jaminan keamanan bagi
penumpang di stasiun. Dapat dilihat pada banyaknya penumpang kereta api
(kelas ekonomi) yang terlantar di stasiun menunggu kedatangan kereta yang
terlambat, Selain itu, fasilitas didalam stasiun dan didalam kereta yang
mengecewakan, serta keamanan yang kurang menjamin baik keamanan di
dalam stasiun maupun dalam perjalanan.. Hal ini sangat penting untuk
dikoreksi dan diperbaiki untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan
publiknya.
Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan oleh pelanggan dalam menilai
suatu pelayanan, yaitu: ketepatan waktu, dapat dipercaya, kemampuan teknis,
diharapkan, berkualitas dan harga yang sepadan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut,
pelanggan sendiri yang menilai tingkat kepuasan yang mereka terima dari barang atau
jasa spesifik yang diberikan, serta tingkat kepercayaan mereka terhadap kemampuan
pemberi pelayanan.
b. Fasilitas dan Keamanan di dalam Stasiun maupun di dalam Perjalanan
Indikator yang menentukan baik-buruknya kualitas pelayanan public juga
dilihat dari segi fasilitas dan keamanan, dimana fasilitas yang diberikan sebagai
suatu bentuk pelayanan kepada penumpang, meliputi fasilitas di dalam stasiun
dan fasilitas di dalam perjalanan dengan kereta itu sendiri. Untuk fasilitas di
dalam stasiun, seperti diantaranya fasilitas informasi, kamar mandi umum,
kemudahan naik-turun penumpang, dan yang terpenting adalah ketersediaan
tempat duduk yang lebih banyak agar para penumpang tidak harus berdiri
ataupun duduk di lantai pada saat menunggu kedatangan kereta. Selain itu
fasilitas yang diberikan juga meliputi fasilitas hiburan dimana dalam
menghilangkan kejenuhan pada waktu tunggu diperlukan fasilitas seperti
televisi yang dapat dinikmati penumpang secara umum saat menunggu di
stasiun. Fasilitas lain yang juga menciptakan pencerminan baik buruknya
kualitas pelayanan dapat dilihat dari fasilitas di dalam kereta, meskipun kereta
memiliki kelasnya masing-masing (ekonomi, bisnis, eksekutif), untuk kelas
ekonomi setidaknya kipas angin pun ada dan menyala karena bagaimanapun
juga kepuasan dan kenyamanan penumpanglah yang dengan sendirinya
memberikan pandangan baik buruknya kualitas pelayanan. Selain kipas angin,
fasilitas penerangan di dalam kereta juga harus memadai dan juga fasilitas
pemberitahuan informasi stasiun yang dilewati. Namun sayangnya secara
keseluruhan, fasilitas yang diberikan di tiap-tiap stasiun dan fasilitas di dalam
perjalanan didalam kereta, tidaklah sama. Di stasiun daerah perkotaan dengan
stasiun di daerah pedesaan berbeda fasilitas yang diberikannya.
Selain pada segi fasilitas, segi keamanan juga perlu dilihat, yaitu yang
pertama adalah keamanan di dalam stasiun meliputi keamanan terhadap
kriminalitas yang mengancam harta benda. Hal ini mengingat bahwa di dalam
keramaian penumpang di dalam stasiun terdapat para pencuri ulung yang
mengancam harta benda penumpang. Takhanya didalam stasiun, di dalam
kereta pun pencurian marak terjadi. Para pencuri biasanya adalah orang yang
menjadi penumpang (dengan membeli karcis/tiket) namun niatnya hanya untuk
mencuri, adapun pencuri itu masuk tanpa karcis/tiket (penumpang gelap/liar)
tetap dalam niat mencuri. Keseluruhan hal tersebut tidak akan terjadi apabila
P.T K.A.I dengan tegas dan tuntas mengatasi penumpang gelap. Dengan
tersaringnya penumpang gelap, selain ketertiban (secara prosedural
administratif) terjaga dengan baik, praktek pencurian oleh penumpang gelap
pun akan berkurang.
c. Penerapan Standar Pelayanan Minimum yang Konsisten
Salah satu indikator penentu juga dapat dilihat pada konsistensi penerapan
standar pelayanan minimum. dimana apabila penerapan SPM di stasiun dan di
dalam kereta menurun, maka dengan sendirinya penumpang kereta akan
menyatakan buruk atas pelayanan yang diberikan. Seperti misalnya untuk
kereta api kelas ekonomi yang fasilitas kipas anginya tidak menyala dan sedikit
penerangan di dalam gerbong membuat tingkat kenyamanan menurun, dan
taksedikit penumpang yang mengeluhkan hal ini.
Baik SPM dalam stasiun, maupun SPM dalam kereta haruslah konsisten
diterapkan di seluruh stasiun di Indonesia, terutama untuk penerapan SPM
didalam kereta (kelas ekonomi) yang seharusnya memaksimalkan fasilitas di
dalam kereta yaitu ,kipas angin, penerangan, dan lain-lain. Keseluruhannya
merupakan bagian dari SPM yang wajib ada dan dapat digunakan.
d. Prosedur yang Sederhana dan Aman
Kata “Sederhana” yaitu dalam artian tidak berbelit-belit dan “aman” dalam
artian terhindar dari adanya praktek percaloan,di saat khususnya menjelang hari
raya. Saat menjelang hari raya, penumpang yang akan pulang ke kampung
halamannya terkadang harus menghadapi calo karena sudah habisnya tiket.
Habisnya tiket pun dipengaruhi adanya peran calo. Disamping itu kata “aman”
pun diartikan (dalam ranah prosedur administratif) sebagai bentuk aman dari
adanya penumpang gelap (tanpa karcis/tiket masuk). Dengan asumsi bahwa
penumpang gelap selain merugikan P.T K.A.I juga akan menyusahkan
penumpang resmi lainnya. Misalnya apabila penumpang gelap itu adalah orang
yang dengan niat mencuri akan sangat membahayakan harta benda penumpang,
ataupun pada kereta kelas ekonomi, penumpang gelap akan memenuhi gerbong.
2.2 Perbaikan Kinerja PT KAI Atas Adanya Keterlambatan Waktu Berangkat
dan Waktu Tiba Kereta Api Khususnya Saat Hari Raya
Sebagai bentuk perbaikan kinerja, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
adanya keterlambatan waktu berangkat dan tiba khususnya pada saat hari raya
yaitu:
Menyediakan dan mengoprasikan kereta tambahan untuk mengangkut
penumpang yang terlantar menunggu. Menunggu adalah kegiatan yang
tidak disukai oleh mayoritas penumpang kereta api. Menunggu disini
disebabkan karena keterlambatan kereta api untuk sampai di stasiun. Di
saat hari raya, dengan keadaan lonjakan penumpang, banyak terlihat para
penumpang yang terlantar menunggu kedatangan kereta yang terlambat.
Untuk mengatasinya upaya yang dapat dilakukan yaitu mengoprasikan
kereta tambahan dengan tambahan jumlah gerbong untuk mengangkut
lebih banyak penumpang yang terlantar dan tentunya penyediaan serta
pengoprasian kereta tambahan ini disesuaikan dengan tempat yang akan
dituju mayoritas penumpang.
Mengkoordinasikan antara stasiun-stasiun yang dilalui untuk tepat waktu
dalam keberangkatan (efisiensi waktu). Salah satu bentuk upaya dalam
mengatasi keterlambatan jadwal keberangkatan dan tiba kereta,yaitu
mengefisiensikan waktu tunggu, dimana di beberapa stasiun yang dilalui,
kereta pun berhenti dan terkadang terlampau lama menunggu penumpang
di stasiun itu, sehingga stasiun berikutnya harus menunggu lebih lama.
Dikaitkan pada kondisi lonjakan penumpang di saat menjelang hari raya,
efisiensi waktu wajib di perhatikan.
Stasiun poris berada di daerah Tangerang,
Standar Pelayanan Minimal pada Stasiun Poris
No Jenis Pelayanan Uraian Indikator Tolak Ukur Stasiun
Sedang
Keteranga
n
1 Keselamatan
a. Informasi dan fasilitas keselamatan
Informasi
ketersediaan dan
peralatan
penyelamatan
darurat dalam
bahaya (kebakaran,
kecelakaan, atau
bencana alam)
Kondisi Informasi dan fasilitas
keselamatan mudah
terlihat dan terjangkau,
antara lain :
Alat pemadam kebakaran
Petunjuk jalur evakuasi
Titik kumpul evakuasi
Nomor – nomor telepon darurat
Hanya ada
alat
pemadam
kebakaran
dan tidak
ditemuka
n
petunjuk
jalur, titik
kumpul
evakuasi
atau
nomor
telepon
darurat
b. Informasi dan fasilitas kesehatan
Informasi
ketersediaan dan
fasilitas kesehatan
untuk penanganan
keadaan darurat
Kondisi Informasi dan fasilitas
kesehatan mudah
terlihat dan terjangkau,
antara lain :
Perlengkapan P3K
Kursi roda
Tandu
Tidak ada
ruangan
penangan
an
kesehatan
. tersedia
perlengka
pan P3K
2 Keamanan
a. Fasilitas keamanan
Peralatan pencegah
tindak kriminal
Ketersediaan Tersedia CCTV Tersedia
b. Petugas keamanan
Orang yang bertugas
menjaga ketertiban
dan kelancaran
sirkulasi pengguna
jasa di stasiun
Ketersediaan Tersedia petugas
berseragam dan
mudah terlihat
Tersedia
c. Informasi gangguan keamanan
Informasi yang
disampaikan kepada
pengguna jasa
apabila mendapat
gangguan keamanan
berupa stiker berisi
nomor telepon
dan/atau SMS
pengaduan ditempel
pada tempat yang
strategis dan mudah
dilihat
Ketersediaan Tersedia stiker yang
mudah terlihat dan
jelas terbaca
Tidak
tersedia
d. Lampu penerangan
Berfungsi sebgai
sumber cahaya di
stasiun untuk
memberikan rasa
aman
Intensitas cahaya 200 – 250 lux Tersedia
3 Kehandalan/Keteraturan
Layanan
penjualan tiket
Penjualan dan
penukaran tiket
kereta api (jumlah
loket yang beroperasi
disesuaikan
dengancalon
penumpang dan
waktu rata – rata per
orang)
Waktu
Ketersediaan
Maksimum 180 detik per nama penumpang
Tersedia informasi ada/tidak adanya tempat duduk untuk seluruh kelas KA
Tersedia
4 Kenyamanan
a. Ruang tunggu
Ruangan/tempat
yang disediakan
untuk penumpang
dan calon
penumpang sebelum
melakukan check in
(ruangan tertutup
dan/atau ruangan
terbuka)
Luas
Kondisi
Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m2
Area bersih 100% terawatt dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun
Tersedia
b. Ruang boarding
Ruangan/tempat
yang disediakan
untuk orang
melakukan verifikasi
sesuai dengan
identitas diri
Luas
Kondisi
Untuk 1 (satu) orang minimum 0,6 m2
Area bersih 100% terawatt dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun
Tersedia
c. Toilet Tersedia toilet Jumlah
Kondisi
Pria (2 urinoir, 2 wc, 1 wastafel)
Wanita (4 wc, 1 wastafel)
Tersedia 1 (satu) toilet untuk penumpang difable
Area bersih, terawat dan sirkulasi udara berfungsi baik
Tersedia 2
toilet
wanita
dan 2
toilet
pria(1
urinoir)
d. Mushola Fasilitas untuk
melakukan ibadah
yang terpadu dengan
tempat wudhu
Jumlah
Kondisi
Pria 7 orang
Wanita 5 orang
Area bersih 100% terawat dan tidak berbau yang berasal dari dalam area stasiun
Tersedia
e. Lampu penerangan
Berfungsi sebgai
sumber cahaya di
stasiun untuk
memberikan rasa
aman
Intensitas cahaya 200 – 250 lux Tersedia
sesuai
standard
f. Fasilitas pengatur sirkulasi udara di ruang tunggu tertutup
Fasilitas untuk
sirkulasi udara dapat
menggunakan AC,
kipas angina
dari/atau ventilasi
udara
Suhu Suhu dalam ruangan
maksimal 27o
Stasiun
Poris
Polawad
adalah
stasiun
terbuka
5 Kemudahan
a. Informasi pelayanan
Informasi yang
disampaikan di
stasiun kepada
pengguna jasa yang
terbaca dan
terdengar sekurang –
kurangnya meliputi :
Denah/layout stasiun
Nomor KA, nama KA dan kelas pelayanannya
Nama stasiun keberangkatan, stasiun KA pemberhentian dan stasiun KA tujuan beserta jadwal waktunya
Tarif KA
Peta jaringan KA
Ketersediaan informasi tempat duduk KA antar kota untuk stasiun yang melayani penjualan tiket
Tempat
Kondisi
Informasi dalam bentuk visual di letakan ditempat strategis antara lain di dekat loket pintu masuk, dan di ruang tunggu yang mudah terlihatdan jelas terbaca
Informasi dalam bentuk audio harus jelas terdengan dengan intensitas suara 20 dB lebih besar dari kebisingan yang ada
Informasi terbaca tersedia
Tidak ada denah/layout stasiun
Nomor KA dan nama KA serta pelayannya teredia informasi yang terdengar
b. Informasi gangguan perjalanan kereta api
Pemberian informasi
jika terjadi gangguan
perjalanan kereta api
Waktu Informasi diumumkan
maksimal 30 menit
setelah terjadi
gangguan
Informasi
disampaik
an
c. Informasi angkutan lanjutan
Informasi yang
disampaikan didalam
stasiun kepada
pengguna jasa yang
terbaca, sekurang-
kurangnya memuat:
Lokasi dan petunjuk arah angkutan lanjutan
Jenis angkutan
Jurusan/rute
Tempat
Kondisi
Penempatan yang
mudah terlihat dan
terbaca
Informasi
hanya
disediaka
n rute
perjalanan
kereta api
d. Fasilitas layanan penumpang
Fasilitas yang
disediakan untuk
memberikan
informasi perjalanan
kereta api dan
layanan menerima
pengaduan
Jumlah Mempunyai tempat
dan 1 meja kerja
Tersedia
e. Fasilitas kemudahan naik/turun penumpang
Memberikan
kemudahan
penumpang untuk
naik ke kereta atau
turun ke kereta
Aksesbilitas Selisih tinggi peron
dengan lantai kereta
tidak lebih dari 20 cm
Sesuai
dengan
standard,
sehingga
dapat
memberik
an
kemudaha
n bagi
penumpa
ng
f. Tempat parkir
Tempat untuk
parkirkendaraan baik
roda 4 dan roda 2
Luas
sirkulasi
luas tempat parkir disesuaikan dengan tempat yang tersedia
sirkulasi kendaraan masuk, keluar parkir lancar
Tempat
parkir
hanya
disediaka
n untuk
pengguna
kendaraan
roda 2
6. Kesetaraan
a. fasilitas bagi penumpang difable
Fasilitas yang
disediakan untuk
penyandang
disabilitas
aksesbilitas
ketersediaan
Terdapat ramp dengan
kemiringan maksimal
10o dan akses jalan
penyambung antar
peron
Tidak Ada
b. ruang ibu menyusui
Ruangan/tempat
yang disediakan
khusus bagi ibu dan
bayi
Ketersediaan Tersedia ruang khusus
beserta fasilitas
lengkap untuk ibu
menyusui dan bayi
Tidak Ada
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di Indonesia, isu kesetaraan gender akhir-akhir ini menjadi isu yang tidak ada
habisnya dan masih berusaha terus diperjuangkan baik di tingkat eksekutif maupun
legislatif. Permasalahan tentang kesetaraan gender ini mencakup substantif
pemahaman tentang kebijakan perspektif gender itu sendiri. Oleh karenanya,
gerakan gender kemudian menjadi arus utama di negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia. Dalam proses demokratisasi, persoalan partisipasi politik
perempuan yang lebih besar, reperesentasi dan persoalan akuntabilitas menjadi
persyaratan mutlak bagi terwujudnya demokrasi yang lebih bermakna di Indonesia.
Demokrasi yang bermakna adalah demokrasi yang memperhatikan dan
memperjuangkan kepentingan mayoritas penduduk Indonesia yang terdiri dari
perempuan. Ide bahwa politik bukan wilayah bagi perempuan adalah ide yang
selalu didengungkan selama berabad-abad, dan ternyata memang sangat efektif
untuk membatasi perempuan untuk tidak memasuki wilayah ini. Terminologi
publik dan privat yang erat kaitannya dengan konsep gender, peran gender, dan
stereotype, telah menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan di antara
perempuan dan laki-laki. Akibat yang paling jelas dari situasi politik seperti itu
adalah marjinalisasi dan pengucilan perempuan dari kehidupan politik formal.
Untuk itu, diperlukan berbagai upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender
dalam kehidupan politik, yang nantinya diharapkan akan memberikan perubahan
pandangan tentang budaya patriakhi bagi masyarakat, sehingga kemungkinan
terpilihnya peminpin politik perempuan akan sama dengan kemungkinan
terpilihnya peminpin politik laki-laki. Sehingga kesetaraan gender dalam dunia
perpolitikan akan semakin maju dan efek sampingnya untuk kemajuan usaha
pemberantasan korupsi bisa segera dirasakan.
3.2 Saran
Dalam upaya kesetaraan gender di Indonesia, khususnya dalam dunia politik,
perlu adanya upaya yang sinergis dan berkesinambungan, dengan melibatkan
semua pihak yang menjadi pelaku politik khususnya partai politik, organisasi
kemasyarakatan dan pemerintah melalui instansi terkait dalam penyelenggaraan
pendidikan politik bagi perempuan.
3.3 Dokumentasi Standar Pelayanan
Standar Pelayanan Minimal pada Stasiun Poris
1. Keselamatan
Informasi dan fasilitas kesehatan
2. Keamanan
Fasilitas keamanan
Petugas keamanan
3. Kehandalan/Keteraturan
Layanan penjualan tiket
4. Kenyamanan
Ruang boarding
Toilet
Mushola
Lampu penerangan
5. Kemudahan
Informasi pelayanan
Informasi gangguan perjalanan kereta api
Informasi angkutan lanjutan
Fasilitas kemudahan naik/turun penumpang