VII. DAMPAK PEMBANGUNAN IRIGASI DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP KETAHANAN PANGAN
7.1. HasH Validasi Model
Simulasi model dilakukan untuk menganalisis perubahan berbagai
kebijakan ekonomi terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani padi. Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif analisis lebih difokuskan pada
kinerja aspek peningkatan produksi padi, pendapatan rumahtangga, nilai padi
yang tidak dijual dan pengeluaran pangan. Simulasi dilakukan dengan cara
merubah nilai-nilai peubah input (harga pupuk dan upah), harga output, serta luas
areal garapan, pengeluaran pangan dan cadangan pangan). Analisis simulasi juga
dilakukan dengan membandingkan antar daerah irigasi dengan daerah tanpa
irigasi. Kondisi ini akan memberikan informasi bagaimana perubahan seluruh
peubah endogen dalam model perilaku rumahtangga petani padi di dua daerah
yang berbeda
Sebelum melakukan berbagai anaIisis alternatif simulasi terlebih dahulu
perlu dilakukan validasi model untuk melihat keeratan dan keragaman nilai
dugaan dengan aktual peubah endogen (Pyndick dan Rubenfield, 1991). Kean
dalan suatu model untuk simulasi ditentukan oleh hasil validasi terhadap parama
ter dugaan dari peubah-peubah endogen dalam model.
Pada penelitian ini validasi model perilaku rumahtangga petani padi
menggunakan kriteria Root Mean Square Percentage Error (RMSPE). RMSPE
digunakan untuk mengukur seberapa dekat nilai masing-masing peubah endogen
hasil pendugaan mengikuti nilai aktualnya atau seberapa jauh penyimpangan nilai
hasil penduga atas nilai aktualnya dalam ukuran persen. Selain itu juga digunakan
statistik proporsi bias (UM), proporsi regresi (UR), proporsi distribusi (UD) dan
Statistik U-Theil, yang bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan model bagi
analisis simulasi.
HasH pendugaan model dianggap layak sebagai basis simulasi apabila nilai
RMSPE dan U- Theil semakin kecil. Nilai RMSPE yang mendekati nol menun
jukkan hasil pendugaan model semakin valid untuk simulasi. Demikian pula nilai
U-Theil yang mendekati nol menunjukkan pendugaan model sempurna. Sebalik-
nya, bila nilai U-Theil mendekati satu maka pendugaan model adalah naif. Hasil
pengujian validasi model kedua daerah seperti "ada Tabel 33 dan 34.
Tabel 33. Hasil Validasi Model Hasil Analisis Nilai Simulasi Dasar dan Validasi
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Irigasi
Peubah RMSPE Kesalahan U - Theil Bias Reg Dist
(UM) (oR) (UD) Luas areal garapan 112.4269 0.009 0.017 0.975 0.2027 Produktivitas padi 45.9908 0.003 0.005 0.992 0.2005 Jumlah penj1;gunaan pupuk Urea 0.001 0.004 0.995 0.3696 Jumlah penggunaan pupuk TSP 0.000 0.000 1.000 0.3835 Jumlah penggunaan bibit 76.7800 0.046 0.023 0.932 0.2841 Jumlah air yanj1; dipakai 101.9816 0.001 0.017 0.982 0.2464 Jumlah tenaga rumahtangga 129.0943 0.049 0.032 0.919 0.3664 Jumlah tenaJ1;a luar rumahtangga 0.000 0.019 0.981 0.2429 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.008 0.000 0.992 0.2985 Total pendapatan berburuh 0.027 0.000 0.973 0.3510 Pengeluaran pangan rumahtangga 22.7016 0.000 0.004 0.996 0.0993 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 0.000 0.000 1.000 0.2687 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 0.000 0.005 0.995 0.3139 Nilai padi yang tidak di iual 0.002 0.000 0.998 0.2189 Kecukupan energi 29.2194 0.000 0.000 1.000 0.1278 Jumlah pupuk 0.001 0.017 0.983 0.3111 Biaya tenaJ1;a keria 0 0.0000 Biaya sarana pertanian 0.0358 0.011 0.033 0.956 0.0003 Investasi usahatani 0.007903 0.011 0.058 0.931 0.0001 Pen usahatani padi 0.001161 0.011 0.271 0.718 0.0000 Pen total rumahtangga 523.2464 0.027 0.058 0.915 0.1593 Pen I yang siap dibelaniakan 516.6777 0.027 0.058 0.915 0.1595 Total pengeluaran rumahtangga 21.7885 0.000 0.000 1.000 0.1014 Totak penggunaan tenaJ1;a keria 221.4468 0.003 0.030 0.967 0.2420
Tabel 33 dan 34 menunjukkan, beberapa peubah mempunyai nilai RMSPE
yang besar dan sembilan lainnya tidak teridentifikasi (missing). Hasil seperti ini
diduga terkait dengan masalah vari<lSi dan konsistensi data penelitian. Tanda titik
(.) muneul karena pada satu atau lebih observasi terdapat nilai aktual yang terlalu
keeil atau bahkan mendekati nol. Di daerah irigasi, nilai U-Theil relatifbesar pada
persamaan jumlah penggunaan pupuk urea, jumlah penggunaan pupuk TSP dan
pengeluaran kesehatan rumahtangga. Keeuali pada tiga persarnaan tersebut nilai
U-Theil berkisar antara 0,000 sampai 0,3510. Di daerah tanpa irigasi kecuali pada
113
pengeluaran kesehatan rumahtangga, jumlah penggunaan pupuk TSP dan jumlah
penggunaan pupuk urea nilai U-Theil berkisar antara 0,000 sampai 0,3201.
Apabila diperhatikan nilai U-Theil pada Tabel 33 dan 34 untuk masing
masing peubah endogen pada model ekonomi rumahtangga petani padi di daerah
irigasi maupun tanpa irigasi eukup keeil yaitu di bawah 45 persen. Hal ini juga
didukung oleh indikator UM yang bernilai cukup keeil yaitu antara 0,000 sampai
0,10 I, oleh karena itu model ekonomi rumahtangga petani padi di kedua daerah
yang berbeda dianggap masih eukup layak (justified) sebagai dasar untuk analisis
simulasi.
Tabel 34. Hasil Validasi Model Hasil Analisis Nilai Simulasi Dasar dan Validasi
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa Irigasi
Peubah RMSPE Kesalahan U - Theil Bias Reg Oist (UMt (UR) _(UO)
Luas areal garapan 95.2133 0.032 0.016 0.952 0.2161 Produktivitas padi 41.0393 om I 0.005 0.984 0.2075 Jumlah penggunaan pupuk Urea 0.004 0.004 0.992 0.3591 Jumlah IpupukTSP 0.000 0.000 1.000 0.3836 Jumlah pen bibit 129.8842 0.162 0.020 0.818 0.2579 Jumlah air yang dipakai 94.2469 0.004 0.017 0.980 0.2520 Jumlah tena,ga rumahtangga 225.6106 0.173 0.028 0.799 0.3201 Jumlah tenaga luar rumahtangga 0.000 0.019 0.981 0.2425 TK ke~a berburuh non-pertanian 0.031 0.000 0.969 0.2826 Total pendapatan berburuh 0.101 0.000 0.899 0.3132 Pengeluaran pangan rumahtangga 23.1401 0.001 0.004 0.995 0.0988 Pengeluaran pendidikan rumahtangl(ll 0.000 0.000 1.000 0.2686 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 0.001 0.005 0.995 0.4074 Nilaijlll(li yang tidak di iual 0.006 0.000 0.994 0.2248 Kecukupan energi 29.2746 0.000 0.000 1.000 0.1277 Jumlah pupuk 0.003 0.017 0.981 0.3048 Biaya tena,ga keria 0 0.0000 Biaya sarana pertanian 0.0358 0.01l 0.033 0.956 0.0003 Investasi usahatani 0.007903 0.011 0.058 0.931 0.0001 Pendapatan usahatani padi 0.001161 0.011 0.271 0.718 0.0000 Pen total rumahtangga 725.3582 0.101 0.054 0.846 0.1554 Pendapatan yang siap dibelaniakan 717.4256 0.101 0.054 0.846 0.1556 Total pengeluaran rumahtangga 22.0928 0.001 0.000 0.999 O.IOll Totak naan tena,ga keria 247.0551 0.013 0.029 0.957 0.2343
Dampak yang timbul dari pemhangunan irigasi dan berbagai kebijakan
pemerintah, fluktuasi harga maupun kondisi internal rumahtangga terhadap
114
peubah endogen model baik bersifat positif, negatif atau netta!. Sifat dampak
tersebut mengikuti hubungan antar peubah hasir pendugaan model sesuai
fenomena empiris. Perbedaan lingkungan fisik dan ekonomi antar kedua daerah
memungkinkan munculnya perbedaan dampak yang berbeda.
7.2. Simulasi Pengaruh Pembangunan lrigasi
7.2.1. Peningkatan Luas Areal Garapan
Keterbatasan lahan garapan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
pengembangan usahatani dan kesejahteraan rumahtangga petani padi baik di
daerah irigasi maupun tanpa irigasi. Pada kedua daerah tersebut rata-rata rumah
tangga petani padi memiliki lahan sawah yang relatif sempit sehingga menjadi
kendala dalam pencapaiaan skala ekonomi (economic of scale) usahatani. Pada
usahatani padi, keterbatasan lahan garapan tidak hanya terkait dengan faktor
ekskalasi tekanan populasi, alih fungsi lahan ke non-pertanian tetapi juga terkait
dengan investasi pembangunan irigasi yang mempengaruhi intensitas tanam.
Dengan pembangunaan irigasi akan dapat meningkatkan luas areal
garapan petani yaitu peningkatan intensitas tanaman, peningkatan kualitas lahan
seperti lahan semak belukar, padang ilalang menjadi lahan produktif maupun
pencetakan sawah-sawah barn. Peningkatan luas areal garapan berdampak
langsung pada perubahan penggunaan pupuk, bibit, air dan tenaga kerja baik dari
dalam rumahtangga maupun dari luar rumahtangga. Selain itu, peningkatan luas
areal garapan juga diikuti oleh peningkatan pendapatan total, peningkatan
pendapatan yang siap dibelanjakan dan kecukupan energi rumah tangga petani
padi. Simulasi peningkatan luas areal garapan dilakukan dengan mengubah status
peubah tersebut sebagai eksogen dalam model.
Pada Tabel 35 dan 36 jumlah penggunaan pupuk urea dan TSP meningkat
masing-masing 17,20 persen dan 12,55 persen di daerah irigasi. Di daerah tanpa
irigasi peningkatan jumlah penggunaan pupuk urea lebih tinggi dibandingkan
jumlah penggunaan pupuk TSP, masing-masing dengan persentase kenaikan
23,57 persen dan 18,76 persen. Peningkatan penggunaan pupuk urea dan TSP di
daerah tanpa irigasi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah irigasi. Sebagai
usahatani berbasis laban, peningkatan jumlah penggunaan pupuk pada usahatani
padi cenderung mengikuti perubahan luas areal garapan secara linear.
115
Tabel 35. Dampak Peningkatan Luas Areal Garapan (30%) terhadap Perilaku Rumah Tangga Petani Padi di Daerah Irigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0,7761 1,00893 0,233 30,00 Produktivitas padi 593,6922 674,8332 81,141 13,67 Jumlah penggunaan pupuk Urea 69,4465 81,3890 11,943 17,20 J umlah penggunaan pupuk TSP 42,8587 48,2392 5,381 12,55 Jumlah penggunaan bibit 30,4379 34,8434 4,406 14,47 Jumlah air yang dipakai 0,8722 0,9607 0,089 10,15 Jumlah tenaga rumahtangga 5,6388 7,1024 1,464 25,96 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34,5225 43,6066 9,084 26,31 TK keluarga berburuh non-pertanian 0,7360 0,7088 -0,027 -3,70 Total pendapatan berburuh 638189 630134 -8055,000 -1,26 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 533352 2309,000 0,43 Penge1uaran pendidikan rumahtangga 241850 241905 55,000 0,02 Penge1uaran kesehatan rumahtangga 40756 42184 1428,000 3,50 Nilai padi yang tidak diiual 235629 234286 -1343,000 -0,57 Kecukupan energi 94,5643 94,7671 0,203 0,21 Jum1ah pupuk 112,3052 129,6283 17,323 15,43 Biaya tenaga keria 238785 238785 0,000 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0,000 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0,000 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 721603 239202,000 49,59 Pendapatan total rumahtangga 1377495 1608642 231147,000 16,78 Pen . yang siap dibe1aniakan 1375611 1606757 231146,000 16,80 Total pengeluaran rumahtangga 1003177 1006969 3792,000 0,38 Total naan tenaga keria 40,1613 50,7091 10,548 26,26
.Peningkatan luas areal garapan juga mendorong peningkatan kebutuhan
tenaga kerja. Peningkatan total tenaga kerja untuk berusahatani padi di daerah
tanpa irigasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dari peningkatan luas areal
garapan. Total penggunaan tenaga kerja untuk usahatani meningkat sebesar 26,26
persen di daerah irigasi dan 35,79 persen di daerah tanpa irigasi. Apabila dibeda
kan menurut asa1 tenaga kerja, peningkatan jum1ah tenaga kerja 1uar rumahtangga
lebih tinggi dari tenaga kerja dalam keluarga.
Ketersediaan tenaga kerja rumahtangga relatif terbatas, keputusan pening
katan jumlah tenaga kerja rumahtangga untuk usahatani padi akan diikuti dengan
keputusan mengurangi jumlah tenaga kerja rumahtangga untuk berburuh non
pertanian. Peningkatan luas areal garapan sebesar 30 persen telah menurunkan
jumlah tenaga kerja rumahtangga untuk berburuh non-pertanian sebesar 3,70
persen pada daerah irigasi dan 4,50 persen pada daerah tanpa irigasi. Secara
116
implisit kondisi demikian menunjukkan bahwa kenaikan luas areal garapan
berpotensi menggeser titik kesimbangan pasar tenaga keIja pertanian di kedua
daerah, khususnya di daerah tanpa irigasi dimana tingkat penggunaan tenaga kerja
lebih intensif.
Tabel 36. Dampak Peningkatan Luas Areal Garapan (30%) terhadap Perilaku Rumah Tangga Petani Padi Daerah Tanpa Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0,6816 0,88608 0,2045 30,00 Produktivitas padi 553,6035 674,8332 121,2297 21,90 Jum1ah penggunaan pupuk Urea 75,7104 93,5532 17,8428 23,57 Jum1ah penggunaan pupuk TSP 42,8483 50,8872 8,0389 18,76 Jum1ah penggunaan bibit 43,8177 50,3998 6,5821 15,02 Jum1ah air yang dipakai 0,8286 09607 0,1321 15,94 Jum1ah tenaga rumahtangga 9,3526 11,5387 2,1861 23,37 Jum1ah tenaga 1uar rumahtangga 346776 48,2498 13,5722 39,14 TK ke1uarga berburuh non-pertanian 0,8928 0,8526 -0,0402 -4,50 Total berburuh 924762 912839 -11923 -1,29 Penge1uaran pangan rumahtangga 536776 539046 2270 0,42 Penge1uaran pendidikan rumahtangga 241918 241973 55 0,02 Penge1uaran kesehatan rumahtangga 42565 43970 1405 330 Nilai padi yang tidak dijual 222203 220883 -1320 -0,59 Kecukuoan energi 946637 948631 01994 021 Jum1ah pupuk 118,5587 144,4404 25,8817 21,83 Biaya tenaga ketja 238785 238785 0 0,00 Biava sarana pertanian 76153 76153 0 000 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendaoatan usahatani oadi 482401 721603 239202 49,59 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1891347 227279 13,66 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1889463 227279 1367 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1014517 3729 0,37 Total naan tenaga ketja 44,0303 59,7886 15,7583 35,79
Peningkatan penggtmaan jumlah pupuk urea, TSP dan jumlah tenaga keIja
untuk berusahatani padl akan menyebabkan peningkatan biaya usahatani. Namun
demikian, tambahan penerimaan yang disebabkan oleh kenaikan luas areal gara
pan masih lebih besar dibandingkan peningkatan biaya usahatani. Secara keselu
ruhan kenaikan luas aral garapan akan mendorong peningkatan pendapatan usaha
tani padi sebesar 49,59 persen baik pada daerah irigasi maupun tanpa irigasi.
Kenaikan pendapatan usahatani padi secara langsung akan meningkatkan pen-
117
dapatan total rumahtangga sebesar 16,78 persen untuk daerah irigasi dan 13, 66
persen untuk daerah tanpa irigasi.
Seiring dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja rumahtangga untuk
usahatani padi, sehingga jumlah tenaga kerja rumahtangga uotuk bekerja sebagai
buruh di sektor non-pertanian berkurang sebesar 3,70 persen pada daerah irigasi
dan sebesar 4,50 persen. Pada daerah tanpa irigasi penurunan jumlah anggota
rumahtangga dalam kegiatan berburuh di sektor non-pertanian telah menyebabkan
penurunan pendapatan berburuh sebesar 1,26 persen pada daerah irigasi dan 1,29
persen pada daerah tanpa irigasi. Akan tetapi penurunan pendapatan berburuh
tersebut masih dapat terkompensasi dari pendapatan dari usahatani padi.
Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi meningkat sebesar 49,59 persen pada
daerah irigasi dan tanpa irigasi. Peningkatan pendapatan ini didorong oleh pening
katan produktivitas padi pada daerah irigasi dan tanpa irigasi.
Peningkatan pendapatan akan memberi kesempatan kepada rumahtangga
uotuk menambah berbagai jenis pengeluaran seperti pangan, pendidikan dan
kesehatan. Pengeluaran yang cukup besar persentase perubahannya adalah
kesehatan, dimana di daerah irigasi pengeluaran kesehatan meningkat sebesar 3,50
persen dan daerah tanpa irigasi sebesar 3,30 persen. Sementara kecukupan energi
juga mengalami peningkatan baik di daerah irigasi maupun tanpa irigasi dengan
persentase sebesar 0,21 persen. Hal ini dapat dipengaruhi oleh peningkatan
pengeluaran pangan sebesar 0,43 persen pada daerah irigasi dan 0,42 persen pada
daerah tanpa irigasi.
7.2.2. Peningkatan Penggunaan Air
Kegiatan budidaya padi sawah selain membutubkan input produksi seperti
- pupuk, tenaga kerja dan bibit juga sangat dipengaruhi oleh tingkat penggunaan air.
Walaupun dianrara faktor produksi tersebut penggunaan air merupakan prasyarat
agar faktor produksi lain (curent input) dapat dilakukan. Dengan demikian bila
penggunaan faktor produksi lain itu masih dianggap memberikan intensif ekono
mi yang tetap, maka dapat dianggap juga peningkatan produktivitas terjadi
sebagai pengaruh dari faktor tingkat penggunaan air. Pada penelitian ini, untuk
mengetahui dampak peningkatan penggunaan air irigasi maka peubah jumlah air
irigasi yang digunakan dalam simulasi diperlakukan sebagai faktor eksogen.
118
Tabe137. Dampak Peningkatan Penggunaan Air lrigasi (10%) Terhadap Ekonomi
Rumah-tangga Petani Padi Daerah lrigasi
Peubah Nitai Hasit Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.7761 0,8045 0,0284 3,66 Produktivitas padi 593.6922 605,7255 120333 2,03 Jumlah penggunaan~pupuk Urea 69.4465 71,2176 1,7711 2,55 Jumlah pengj!;unaan pupuk TSP 42.8587 436566 07979 1,86 Jumlah penggunaan bibit 30.4379 31,0913 0,6534 2,15 Jumlah air yanl1; dipakai 0.8722 0,95942 0,0872 10,00 Jumlah tenaga rumahtangj!;a 5.6388 58557 0,2169 3,85 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 35,8697 1,3472 3,90 TK keluarl1;a berburuh non-pertanian 0.7360 07321 -0,0039 -0,53 Total pendapatan berburuh 638189 637028 -1161 -0,18 Penl1;eluaran panl1;an rumahtangj!;a 531043 531031 -12 0,00 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241849 -I 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangj!;a 40756 40749 -7 -0,02 Nitai padi yang tidak diiuai 235629 235636 7 000 Kecukupan energi 94.5643 94,5633 -0,0010 0,00 Jumlah pupuk 112.3052 1148742 2,5690 2,29 Biaya tenaga keJja 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana PCrtanian 76153 76153 0 0,00 lnvestasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 482401 0 0,00 Pendapatan total rumahtangj!;a 1377495 1376334 -1161 -008 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1375611 1374450 -1161 -0,08 Total penl1;eluaran rumahtangga 1003177 1003158 -19 0,00 Total penggunaan tenaga keJja 40.1613 41,7254 1,5641 3,89
Peningkatan penggunaan air irigasi akan berdampak terhadap perubahan
luas areal garapan yang diusahakan rumahtangga petani padi, dimana persentase
perubahan luas areal garapan lebih besar pada daerah tanpa irigasi yang meneapai
6,72 persen sedangkan daerah irigasi hanya meningkat sebesar 3,66 persen.
Peningkatan luas areal garapan yang diusahakan rumahtangga petani padi akan
mendorong secara langsung terhadap penggunaan sarana produksi seperti urea,
TSP, bibit dan tenaga ketja. Perubahan penggunaan sarana produksi tersebut dapat
dilihat pada Tabel 37 dan 38, dimana perubahan penggunaan lebih besar terjadi di
daerah tanpa irigasi. Penggunaan pupuk urea di daerah tanpa irigasi mengalami
perubahan sebesar 3,78 persen, pupuk TSP sebesar 3,01, bibit sebesar 2,41 persen
dan tenaga kerja yang digunakan sebesar 5,74 persen. Sedangkan perubahan
penggunaan sarana produksi di daerah irigasi relatif lebih keeil yaitu berkisar 1,89
119
persen sampai dengan 3,89 persen. Kondisi ini mengindikasikan penggunaan
sarana produksi pertanian di daerah irigasi relatif lebih efisien dibandingkan
daerah tanpa irigasi.
Tabel38. Dampak Peningkatan Penggunaan Air lrigasi (10%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Daerah Tanpa Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 07274 0,0458 6,72 Produktivitas padi 553.6035 573,0429 19,4394 3,51 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7104 78,5715 2,8611 3,78 Jumlah penggunaan pupuk TSP _ 42.8483 44,\374 1,2891 3,01 Jumlah bibit 43.8177 44,8732 10555 2,41 Jumlah air yang dipakai 0.8286 0,91146 0,0829 10,00 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 9,7029 0,3503 3,75 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.6776 36,8540 2,1764 628 TK keluat'lZa berburuh non-pertanian 0.8928 0,8865 -0,0063 -0,71 Totalpendapatanb~buruh 924762 922886 -1876 -0,20 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 536757 -19 0,00 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241918 0 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 42554 -11 -0,03 Nilai padi yang tidak diiual 222203 222214 11 0,00 Kecukupan energi 94.6637 946620 -0,0017 0,00 Jumlah pupuk 118.5587 122,7088 4,1501 3,50 Biaya tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 482401 0 0,00 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1662193 -1875 -0,11 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1660309 -1875 -0,11 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1010757 . ·31 0,00 Total aan tenaga keria 44.0303 46,5569 2,5266 5,74
Sejalan dengan peningkatan penggunaan sarana produksi pertanian seperti
pupuk urea, pupuk TSP, bibit dan tenaga kerja, peningkatan penggunaan air
irigasi akan mendorong perubahan tingkat produktivitas lahan baik di daerah
irigasi maupun tanpa irigasi. Peningkatan produktivitas di daerah tanpa irigasi
lebih besar yaitu sebesar 3,51 persen sedangkan daerah irigasi hanya meningkat
sebesar 2,03 persen. Kondisi ini akan mendorong terjadinya kenaikan produksi
padi rumahtangga petani.
120
Peningkatan jumlah tenaga kerja untuk usahatani padi baik yang berasal
dari luar maupun dari dalam rumahtangga, telah mendorong penurunan jumlah
tenaga kerja rumahtangga yang berburuh non-pertanian sebesar 6,81 persen pada
daerah tanpa irigasi dan 0,53 persen pada daerah irigasi. Hal ini mempengaruhi
pendapatan rumahtangga dari berburuh yang turun sebesar 0,53 persen pada
daerah irigasi dan 0,20 persen pada daerah tanpa irigasi. Karena kontribusi
pendapatan berburuh yang relatifkecil terhadap pendapatan rumhtangga, sehingga
penurunan ini tidak mempengaruhi total pendapatan rumahtangga baik di daerah
irigasi maupun tanpa irigasi.
7.3. Simulasi Pengaruh Kebijakan Pemerintah
7.3.1. Kenaikan Barga Padi
Dalam proses produksi, peubah harga merupakan faktor intensif yang
menjadi sinyal positif (push Jaktor) untuk meningkatkan skala usaha. Pada
usahatani padi, indikator harga merupakan faktor insentif kepada rumahtangga
petani padi untuk tetap mau menanam padi. Mengingat usahatani padi dalam
dimensi nasional memiliki peranan yang sangat strategis baik ekonomi, sosial dan
politik, sehingga pemerintah berusaha melakukan berbagai intervensi seperti
kebijakan penentuan harga dasar gabah. Kebijakan harga dasar gabah ini
merupakan acuan dalam tataniaga padi, terutama menyangkut pembelian gabah
dari petani.
Kenyataan selama ini menunjukkan implementasi kebijakan harga dasar
sering tidak efektif dalam mempertahankan stabilitas harga, sehingga sangat
merugikan rumahtangga petani padi terutama pada musim panen raya. Selain itu,
kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan perkembangan laju inflasi turut
menekan penerimaan rumahtangga petani padi kegiatan usahatani padi.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga
petani padi dari. kegiatan usahatani padi melalui penetapan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) yang dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 2 tahun
2005. Berdasarkan harga HPP, maka harga gabah kering giling ditetapkan sebesar
Rp 1.740,- atau mengalami kenaikan sebesar 14,55 persen dari harga dasar gabah
pada Inpres Nomor 9 tahun 2000.
121
Dampak kenaikan harga padi terhadap terhadap ketahanan pangan
rumahtangga petani padi di daerah penelitian maka dalam simulasi ini harga padi
diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 30 persen. Kenaikan ini dengan pertim
bangan bahwa pada tahun 2005 harga BBM mengalami kenaikan sebesar 25-30
persen sehingga turut mendorong kenaikan berbagai input pertanian seperti pupuk
dan pestisida. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 39 dan 40.
Tabel 39. Dampak Peningkatan Harga Padi (30 %) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah lrigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal 0.7761 0,9233 0,1472 18,97 Produktivitas padi 593.6922 656,0897 62,3975 10,51 Jumlahpen ,pupuk Urea 69.4465 78,6303 9,1838 13,22 Jum1ah aan pupuk TSP 42.8587 46,9963 4,1376 9,65 Jumlah penggunaan bibit 30.4379 33,8257 3,3878 11,13 Jum1ah air yang dioakai 0.8722 0,9402 0,0680 7,80 Jumlah tenaga rumahtangga 5.6388 6,7825 1,1437 20,28 Jumlah tenaga 1uar rumahtangga 34.5225 41,5082 6,9857 20,24 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.7360 0,7052 -0,0308 -4,18 Total atan berburuh 638189 629049 -9140 -1,43 Penge1uaran pangan rumahtangga 531043 584483 53440 10,06 Penge1uaran pendidikan rumahtangga 241850 241905 55 002 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 41033 277 0,68 Nilai padi yang tidak dijual 235629 24744 -210885 -89,50 Kecukupan energi 94.5643 99,2577 4,6934 4,96 Jum1ah pupuk 112.3052 125,6267 13,3215 11,86 Biaya tenaga keIja 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani oadi 482401 721603 239202 49,59 Pendapatan total rumahtangga 1377495 1607557 230062 16,70 Pendaoatan yang siap dibe1anjakan 1375611 1605673 230062 1672 Total penge1uaran rumahtangga 1003177 1056950 53773 5,36 Totak aan tenaga keJja 40.1613 48,2908 8,1295 20,24
Peningkatan harga padi akan mendorong rumahtangga petani melakukan
ekspansi usahatani padi dengan cara menambah luas areal garapan. Perubahan
luas areal garapan relatif lebih besar terjadi pada daerah tanpa irigasi yang
mencapai 21,58 persen sedangkan pada daerah irigasi hanya mencapai 18,87
persen. Peningkatan luas areal garapan ini akan diikuti dengan penggunaan sarana
produksi pupuk dan tenaga kerja yang lebih besar sehingga jumlah penggunaan
122
pupuk urea dan TSP meningkat. Seiring itu, jumlah tenaga kerja dalam
rumahtangga maupun luar rumahtangga akan meningkat.
Tabel 40. Dampak Peningkatan Harga Padi (30%) Terhadap Ekonomi Rumah
tangga Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas area1 0.6816 0,8287 0,1471 21,58 Produktivitas padi 553.6035 616,0011 62,3976 11,27 Jumlah I pupuk Urea 75.7104 84,8942 9,1838 12,13 Jum1ah I puoukTSP 42.8483 469860 4,1377 9,66 Jum1ah penggunaan bibit 43.8177 47,2055 3,3878 7,73 Jum1ah air van!! dioakai 0.8286 0,8966 0,0680 8,21 Jum1ah tenaga ke1uarea 9.3526 10,4964 1,1438 12,23 Jumlah tenaea 1uar keluarea 34.6776 416633 6,9857 20,14 TK ke1uarea berburuh non-oertanian 0.8928 0,8620 -0,0308 -3,45 Total berburuh 924762 915622 -9140 -0,99 Pen!!eluaran oan!!an rumahtan!!!!a 536776 590216 53440 996 Pen!!eluaran pendidikan rumahtanl!l!a 241918 241974 56 0,02 Pen!!e1uaran kesehatan rumahtan!!!!a 42565 42843 278 065 Nilai cadi yan!! tidak diiual 222203 11319 -210884 -94,91 Kecukupan energi 94.6637 99,3570 4,6933 4,96 Jum1ah ououk 118.5587 131,8801 13,3214 11,24 Biaya tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biava sarana oertanian 76153 76153 0 000 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani oadi 482401 721603 239202 49,59 Pendaoatan total rumahtanl!l!a 1664068 1894130 230062 13,83 Pendaoatan yang siap dibe1anjakan 1662184 1892246 230062 13,84 Total oenl!e1uaran rumahtanl!l!a 1010788 1064561 53773 532 Totak aan teruw:a keria 44.0303 52,1597 8,1294 18,46
Kecenderuogan petani untuk lebih intensif bekelja di lahan usahatani akan
mengurangi kegiatan berburuh non-pertanian anggota rumahtangga, hal ini terlihat
dengan penurunan jumlah tenaga kelja rumahtangga berburuh non-pertanian
sebesar 4,18 persen pada daerah irigasi dan sebesar 3,45 persen pada daerah tanpa
irigasi. Penurunan kegiatan berburuh non-pertanian anggota rumahtangga akan
berdampak secara langsung terhadap penurunan total pendapatan berburuh'
Penuruoan pendapatan rumahtangga dari kegiatan berburuh relatif besar terjadi di
daerah irigasi yang mencapai 1,43 persen, sedangkan di daerah tanpa irigasi hanya
mengalami penuruoan sebesar 0,99 persen.
123
Peningkatan luas areal garapan yang mendorong peningkatan penggunaan
sarana produksi telah mendorong rumahtangga petani untuk menjual cadangan
pangan mereka untuk menutupi kenaikan dari biaya usahatani. Hal ini
menyebabkan ketersediaan pangan rumahtangga menjadi berkurang sebesar 89,50
persen pada daerah irigasi dan sebesar 94,91 persen pada daerah tanpa irigasi.
Salah satu faktor pendorong rumahtangga petani padi terpaksa melepas cadangan
pangan karena kurangnya modal untuk membiayai kegiatan usahtani mereka.
Tetapi pertambahan luas areal garapan dan penggunaan sarana produksi
akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas padi, dimana terjadi
perubahan sebesar 10,51 persen pada daerah irigasi dan 11,27 persen pada daerah
tanpa irigasi. Peningkatan produktivitas akan berdampak secara langsung terhadap
peningkatan produksi padi dan pendapatan rumahtangga petani padi. Peningkatan
pendapatan usahatani padi di kedua daerah masing-masing sebesar 49,59 persen.
Secara keseluruhan peningkatan pendapatan usahatani padi akan mendorong
kenaikan pendapatan total rumahtangga petani padi di masing-masing daerah
sebesar 16,70 persen di daerah irigasi dan 13,83 persen pada pada daerah tanpa
irigasi.
Peningkatan pendapatan total rumahtangga akan mendorong tingkat
pengeluaran pangan rumahtangga lebih besar, dimana pengeluaran pangan di
daerah irigasi mengalami peningkatan sebesar 10,06 persen dan sebesar 9,96
persen di daerah tanpa irigasi. Kenaikan pengeluaran pangan ini akan berdampak
positif terhadap derajat kecukupan energi rumahtangga. Peningkatan kecukupan
energi antara daerah irigasi dan tanpa irigasi tidak berbeda nyata, karena pening
katan kecukupan energi kedua daerah tersebut sarna yaitu sebesar 4,96 persen.
7.3.2. Kenaikan Harga Pupuk Urea
Pemerintah melakukan kebijakan penghapusan subsidi pupuk urea secara
bertahap sejak beberapa tahun silam, hal ini didorong oleh semakin besamya
beban anggaran yang harus ditanggung oleh negara. Selama sepuluh tahun sejak
tahun 1987/1988 porsi su~sidi pupuk terus dikurangi dari 7,89 persen menjadi
0,40 persen pada tahun 1996/1997. Pada tahun 1998 subsidi pupuk telah
dihapuskan sama sekali. Penghapusan ini telah mendorong kenaikan harga pupuk
urea yang harns dibayar petani, dimana kenaikan harga pupuk urea diperkirakan
124
mencapai 147 persen. Sementara harga pupuk urea di daerah penelitian diketahui
rata-rata berkisar antara Rp 1.370 ,- sampai Rp 1.465,- per kilogram. Harga jual
pupuk urea di daerah penelitian ini masih diatas harga eceran tertinggi yang
ditetapkan pemerintah.
Untuk mengetahui pengaruh kenaikan harga pupuk urea terhadap terhadap
ketahanan pangan rumahtangga petani padi di daerah penelitian maka dalam
simulasi ini harga pupuk urea diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 25
persen, dimana hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 41 dan 42.
Tabel 41. Dampak Peningkatan Harga Pupuk Urea (25%)Terbadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal 0.7761 0,7061 -00700 -9,02 Produktivitas padi 593.6922 564,0082 -29,6840 -5,00 Jumlah I pupuk Urea 69.4465 5,1787 -64,2678 -92,54 Jumlah oenggunaan pupuk TSP 42.8587 40,8903 -1,9684 4,59 Jumlah bibit 30.4379 28,8263 -1,6116 -5,29 Jumlah air yang dipakai 0.8722 0,8399 -0,0323 -3,70 Jumlah tenaga rumahtangga 5.6388 5,1039 -0,5349 -9,49 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 31,1993 -33232 -963 TK keluarga berburuh non-oertanian 0.7360 0,7457 0,0097 1,32 Total pendapatan berburuh 638189 641043 2854 0,45 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 531272 229 004 pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241849 -I 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 40731 -25 -0,06 Nilai oadi yang tidak diiuaJ 235629 234580 -1049 -0,45 Kecukupan energi 94.5643 94,5845 0,0202 0,02 Jumlah pupuk 112.3052 46,0690 -66,2362 -58,98 Biaya tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 82118 5965 7,83 lnvestasi usahatani 314937 320903 5966 1,89 Pendapatan usahatani padi 482401 476436 -5965 -124 Pen total rumahtangga 1377495 1374384 -3111 -0,23 Pen t yang siap dibe1anjakan 1375611 1372500 -3111 -0,23 Total penge1uaran rumahtangga 1003117 1003380 203 0,02 Totak penggunaan tenaga kerja 40.1613 36,3032 -3,8581 -9,61
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan 25 persen harga pupuk urea
akan mengakibatkan kenaikan biaya sarana pertanian dan investasi usahatani
rumahtangga petani padi. Kenaikan biaya tersebut tidak berbeda nyata antara
daerah irigasi dan tanpa irigasi, dimana kenaikan biaya sarana pertanian sebesar
125
7,83 persen dan investasi usahatani berubah sebesar 1,89 persen. Kenaikan harga
pupuk urea akan mendorong rumahtangga petani padi untuk mengurangi jumlah
pupuk urea yang digunakan, dimana di daerah irigasi penurunan penggunaan urea
relatif lebih besar dibandingkan dengan daerah tanpa irigasi. Pengurangan
penggunaan jumlah pupuk urea akan mempengaruhi tingkat produktivitas lahan
sawah sehingga akan menurunkan tingkat produksi padi yang dihasilkan.
Penurunan produktivitas akibat pengurangan penggunaan jumlah pupuk urea
relatif lebih besar di daerah tanpa irigasi yang mencapai 5,36 persen, sementara di
daerah irigasi mengalami penurunan sebesar 5,00 persen.
Tabel 42. Dampak Peningkatan Harga Pupuk Urea (25%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 0,6115 -0,0701 -10,28 Produktivitas padi 553.6035 523,9196 -29,6839 -5,36 Jumlah pen I pupuk Urea 75.7104 11,4425 -64,2679 -8489 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42.8483 40,8799 -1,9684 -4,59 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 422061 -1,6116 -3,68 Jumlah air yang dipakai 0.8286 0,7962 -0,0324 -3,91 Jumlah tenaga keluarga 9.3526 8,8178 -0,5348 -5,72 Jumlah tenaga luar ke1uarga 34.6776 31,3544 -3,3232 -9,58 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.8928 0,9024 0,0096 1,08 Total pendapatan berburuh 924762 927616 2854 0,31 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 537005 229 0,04 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241918 ° 000 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 42540 -25 -0,06 Nilai padi yang tidak dijuaI 222203 221154 -1049 -0,47 Kecukupan energi 94.6637 94,6838 0,0201 002 Jumlah pupuk 118.5587 52,3225 -66,2362 -55,87 Biaya tenaga kerja 238785 238785 ° 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 82118 5965 7,83 Investasi usahatani 314937 320903 5966 1 89 Pendapatan usahatani padi 482401 476436 -5965 -1,24 Pendapatan total rumahtangj!;a 1664068 1660957 -3111 -0,19 Pendapatan yang si~ dibelanjakan 1662184 1659073 -3111 -0,19 Total pengeluaran rumahtanJ!.J!.a 1010788 1010991 203 0,02 T otak penggunaan ten_aga kerja 44.0303 40,1721 -3,8582 -8,76
Disarnping itu, kenaikan harga pupuk urea juga menyebabkan penurunan
luas areal garapan yang diusahakan oleh rumahtangga petani padi, yang akhirnya
berdampak pada penurunan pendapatan usahatani padi dan pendapatan total
rumahtangga.
126
Dari hasil simulasi terlihat, adanya kecenderungan pengurangan luas areal
garapan di daerah tanpa irigasi lebih tinggi dibandingkan daerah irigasi.
Pengurangan luas areal garapan tersebut memungkinkan rumahtangga petani
mengurangi jumlah tenaga kerja dari dalam maupun luar rumahtangga petani padi.
Kelebihan jumlah tenaga kerja dalam rumahtangga dapat direalokasi untuk
kegiatan lain, dimana hasil simulasi menunjukkan pengurangan jumlah tenaga
kerja usahatani padi ini sebagian dimanfaatkan untuk berburub non-pertanian.
Penambahan jumlah tenaga kerja rumahtangga yang berburuh non-pertanian lebih
besar di daerah irigasi yang mencapai 1,32 persen sedangkan di daerah tanpa
irigasi hanya sebesar 1,08 persen. Penambahan terse but dilakukan karena bagi
rumahtangga petani padi kegiatan berburuh non-pertanian dipandang sebagai
salah satu strategi untuk menambah pendapatan. Tetapi kenaikan harga pupuk
urea tidak menyebabkan perubahan terhadap biaya tenaga kerja karena jumlah
tenaga kerja bersifat 'rigit' dalam usahatani padi.
Karena kegiatan berburuh non-pertanian masih bersifat sambilan, maka
tambahan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan tersebut juga relatif kecil.
Tambahan pendapatan dari berburuh non-pertanian didaerah irigasi dan non
irigasi hanya sebesar 0,45 persen dan 0,31 persen, sedangakan penurunan
pendapatan dari kegiatan usahatani padi di daerah irigasi maupun non-irigasi
sebesar 1,24 persen. Dengan demikian, kenaikan harga pupuk sebesar 25 persen
akan mengurangi pendapatan total rumahtangga sebesar 0,23 persen dan 0, 19
persen masing-masing untuk daerah irigasi dan tanpa irigasi.
Penurunan pendapatan di kedua daerah tidak diikuti dengan penurunan
pengeluaran pangan, sehingga tingkat kecukupan energi rumahtangga di daerah
irigasi maupun non-irigasi tidak mengalami penurunan. Peningkatan tingkat
kecukupan energi di daerah irigasi dan non-irigasi tidak berbeda nyata yaitu
sebesar 0,02 persen. Guna memenuhi kebutuhan pengeluaran pangan dan tingkat
kecukupan energi rumahtangga salah satu cara yang dilakukan petani adaIah
menjual lebih banyak hasil panen mereka. Dengan semakin besar basil panen
yang dijual akan menurunkan ketersediaan pangan dalam rumahtangga.
Pengurangan ketersediaan pangan di daerah tanpa irigasi relatif lebih besar
dibandingkan dengan daerah irigasi, dimana besamya penurunan ketersediaan
tersebut sebesar 0,47 persen dan 0,45 persen untuk masing-masing daerah tanpa
irigasi dan irigasi.
127
7.3.3. Kenaikan Harga Pupuk TSP
Kebijakan penghapusan subsidi pupuk tidak hanya terhadap pupuk urea
tetapijuga terhadap pupuk TSP. Pengurangan subsidi ini untuk mengurangi beban
belanja pemerintah yang terus mengalami peningkatan. Penghapusan ini telah
mendorong kenaikan harga pupuk TSP yang harus dibayar petani, dimana
kenaikan harga pupuk urea diperkirakan mencapai 137 persen (Hardono, 2003).
Sementara harga pupuk urea di daerah penelitian diketahui rata-rata berkisar
antara Rp 2.185 ,- sampai Rp 2.425,- per kilogram. Harga jual pupuk TSP di
daerah penelitian ini sudah diatas harga eceran tertinggi yang ditetapkan peme
rintah. Dampak penghapusan subsidi pupuk TSP terhadap rumahtangga petani
padi maka dalam simulasi ini harga pupuk TSP diasumsikan mengalami kenaikan
sebesar 30 persen, dimana hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 43 dan 44.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan 30 persen harga pupuk TSP
akan mengakibatkan kenaikan biaya sarana pertanian dan investasi usahatani padi.
Kenaikan biaya terse but tidak berbeda nyata antara daerah irigasi dan tanpa
irigasi, dimana kenaikan biaya sarana pertanian sebesar 8,98 persen dan investasi
usahatani padi berubah sebesar 2,17 persen. Kenaikan harga pupuk TSP akan
mendorong rurnahtangga petani padi untuk mengurangi jumlah pupuk TSP yang
digunakan, selain itu juga mendorong petani mengurangi sarana produksi lain
seperti pupuk urea, bibit, air dan tenaga kerja. Pengurangan penggunaan pupuk
TSP relatif tidak berbeda nyata antara daerah irigasi dengan tanpa irigasi, dimana
tingkat penurunan penggunaan pupuk TSP sebesar 49,55 persen.
Pengurangan penggunaan sarana produksi untuk usahatani padi akan
mempengaruhi tingkat produktivitas laban sawah sehingga akan menurunkan
tingkat produksi padi yang dihasilkan. Penurunan produktivitas akibat
pengurangan penggunaan jumlah pupuk TSP dan sarana produksi lain relatif lebih
tinggi di daerah tanpa irigasi yang mencapai 2,58 persen, sementara di daerah
irigasi mengalami penurunan sebesar 2,40 persen.
Pada sisi lain, kenaikan harga pupuk TSP juga mendorong penurunan luas
areal garapan yang diusahakan oleh rumahtangga petani padi, dimana dari hasil
simulasi terlihat adanya kecenderungan penurunan yang lebih tinggi di daerah
tanpa irigasi sebesar 4,94 persen. Penurunan ini akan berpengaruh kepada tingkat
128
pendapatan usahatani padi dan pendapatan total ru~ahtangga, dimana pada daerah
irigasi dan tanpa irigasi pendapatan rumahtangga dari usahatani padi berkurang
sebesar 1,42 persen.
Tabel 43. Dampak Peningkatan Harga Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi di Daerah Irigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.7761 0,7425 -0,0336 -4,33 Produktivitas padi 593.6922 579,4214 -14,2708 -2,40 Jumlah penggunaan pupuk Urea 69.4465 67,3461 -21004 -3,02 Jumlah naan pupuk TSP 42.8587 21,6224 -21,2363 -49,55 Jumlah pen bibit 30.4379 29,6631 -0,7748 -255 Jumlah air yang dipakai 0.8722 0,8567 -0,0155 -1,78 Jumlah ten3ll;a rumahtangga 5.6388 53817 -02571 -4,56 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 32,9248 -1,5977 -4,63 TK ke1uarga berburuh non-oertanian 0.7360 0,7406 0,0046 0,63 Total pendapatan berburuh 638189 639555 1366 0,21 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 531287 244 0,05 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241848 -2 000 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 40715 -41 -0,10 Nilai padi yang tidak diiual 235629 234437 -1192 -0,51 Kecukupan energi 94.5643 94,5858 0,0215 0,02 Jumlah pupuk 112.3052 88,9685 -23,3367 -20,78 Biaya ten3ll;a kerja 238785 238785 0 0.00 Biaya sarana pertanian 76153 82990 6837 8,98 Investasi usahatani 314937 321775 6838 2,17 Pendapatan usahatani padi 482401 475564 -6837 -1,42 Pen total rumahtangga 1377495 1372024 -5471 -0,40 Pendanatan yang siap dibelaniakan 1375611 1370140 -5471 -0,40 Total pengeluaran rumahtangga 1003177 1003379 202 0,02 Totak penggunaan teD3ll:a keria 40.1613 38,3065 -1,8548 -4,62
Pengurangan luas areal garapan tersebut memungkinkan rumahtangga
petani padi mengurangi jumlah tenaga kerja. Kelebihan jumlah tenaga kerja dalam
rumahtangga dapat direalokasi untuk kegiatan lain, dimana hasil simulasi
menunjukkan pengurangan jumlah tenaga kerja usahatani padi ini sebagian
dimanfaatkan untuk berburuh non-pertanian. Realokasi jumlah tenaga kerja dalam
rumahtangga untuk berburuh non-pertanian lebih besar di daerah irigasi yang
mencapai 0,63 persen sementara di daerah tanpa irigasi hanya sebesar 0,52 persen.
Realokasi kerja tersebut dilakukan karena bagi rumahtangga petani padi kegiatan
berburuh non-pertanian dipandang sebagai salah satu upaya untuk memper-
129
tahankan dan menambah pendapatan .. Tetapi kenaikan harga pupuk TSP tidak
menyebabkan perubahan terhadap biaya tenaga kerja karena jumlah tenaga kerja
bersifat 'rigi!' dalam usahatani padi.
Tabel 44. Dampak Peningkatan Harga Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumah·tangga Petani Padi di Daerah Tanpa lrigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 0,6479 -0,0337 4,94 Produktivitas padi 553.6035 539,3328 ·14,2707 ·2,58 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7104 73,6099 ·2,1005 ·2,77 J umlah penggunaan pupuk TSP 42.8483 21,6120 ·21,2363 49,56 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 43,0429 -07748 ·1,77 Jumlah air yang dipakai 0.8286 0,8130 -0,0156 ·1,88 Jumlah tenaga keluarga 9.3526 90955 -0,2571 ·2,75 Jumlah tenaga luar keluarga 34.6776 33,0800 ·1,5976 4,61 TK keluarga berburuh non·pertanian 0.8928 0,8974 0,0046 0,52 Total oendapatan berburuh 924762 926128 1366 0,15 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 537019 243 0,05 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241917 ·1 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 42525 40 ·0,09 Nilai padi yang tidak dijual 222203 221012 ·1191 ·0,54 Kecukupan energi 94.6637 94,6851 0,0214 0,02 Jumlah pupuk 118.5587 95,2220 ·23,3367 ·19,68 Biaya tenaga keJja 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 82990 6837 8,98 Investasi usahatani 314937 321775 6838 2,17 Pen usahatani padi 482401 475564 -6837 ·1,42 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1658597 ·5471 ·0,33 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1656713 ·5471 ·0,33 Total oengeluaran rumahtangga 1010788 1010990 202 0,02 Totai penggunaan tenaga kerja 44.0303 42,1755 ·1,8548 421
Karena kegiatan berburub non·pertanian merupakan usaha tarnbahan bagi
rumahtangga petani, maka tambahan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
tersebut juga relatif keci\. Tambahan pendapatan dari berburuh non·pertanian
didaerah irigasi dan tanpa irigasi hanya sebesar 0,21 persen dan 0,15 persen,
sedangkan penurunan pendapatan rumahtangga dari kegiatan usahatani padi di
daerah irigasi maupun tanpa irigasi sebesar 1,42 persen. Dengan demikian,
kenaikan harga pupuk TSP sebesar 30 persen akan mengurangi total pendapatan
rumahtangga sebesar 0,40 persen dan 0,33 persen masing·masing untuk daerah
irigasi dan tanpa irigasi.
130
Walaupun terjadi penurunan total pendapatan rumahtangga di kedua
daerah tetapi tidak diikuti dengan penurunan pengeluaran pangan. Kondisi ini
mendorong tingkat kecukupan energi rumahtangga tidak mengalami penurunan,
bahkan mengalami peningkatan kecukupan energi sebesar 0,02 persen di daerah
irigasi dan tanpa irigasi. Pencapaian kecukupan energi ini telah mendorong
rumahtangga petani menjual lebih banyak hasil panen mereka. Dengan semakin
besar hasil panen yang dij ual akan menurunkan ketersediaan pangan dalam
rumahtangga. Pengurangan ketersediaan pangan di daerah tanpa irigasi relatif
lebih besar dibandingkan dengan daerah irigasi, dimana besarnya penurunan
ketersediaan tersebut sebesar 0,54persen dan 0,51 persen untuk masing-masing
daerah tanpa irigasi dan irigasi.
Dengan demikian kebijakan penghapusan subsidi pupuk baik urea maupun
TSP telah menyebabkan penurunan produksi, pendapatan total rumahtangga dan
cadangan pangan rumahtangga. Pengaruh ini dalam jangka pendek tidak
mempengaruhi tingkat pengeluaran pangan dan kecukupan energi rumahtangga
tetapi dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan kecukupan energi
rumahtangga. Oleh karena itu, penerapan kebijakan pengapusan subsidi pupuk
perlu ditinjau kembali dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan baik di tingkat
mikro maupun makro.
7.3.4. Kombinasi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga Padi
Simulasi kombinasi dimaksudkan untuk mengetahui dampak perubahan
kebijakan pemerintah tentang harga padi dan harga pupuk terhadap keragaan
ketahanan pangan rumahtangga. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa secara riel
rumahtangga petani padi seringkali dihadapkan pada tekanan berbagai kebijakan
secara simultan.
Pertimbangan dalam penetapan kenaikkan harga pembelian gabah adalah
untuk menyesuaikan keuntungan usahatani padi dengan kenaikan Bahan Bakar
Minyak, laju inflasi dan indeks harga umum yang terkait dengan proses produksi.
Dari simulasi yang dilakukan terlihat bahwa kenaikan harga pupuk dengan
kenaikan harga padi temyata masih dapat mendorong peningkatan pendapatan dan
kecukupan energi rumahtangga petani padi. Kombinasi simulasi ini berdampak
pada peningkatan produktivitas padi 3, II persen, pendapatan rumahtangga 16,08
\31
persen dan kecukupan energi 5,01 persen di daerah irigasi. Adapun di daerah
tanpa irigasi kenaikan harga pupuk dan padi juga berdampak pada peningkatan
produktiYitas padi 3,33 persen, pendapatan rumahtangga 13,31 persen dan
kecukupan energi 5,00 persen, seperti terlihat pada Tabel45 dan 46.
Tabel 45. Dampak Peningkatan Harga Padi (30%), Pupuk Urea (25%) dan Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah lrigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas area1 garaoan 0.7761 0,8196 0,0435 5,60 ProduktiYitas oadi 593.6922 612,1349 18,4427 3, II Jumlah pen I pupuk Urea 69.4465 12,2621 -57,1844 -82,34 Jumlah oenggunaan ououk TSP 42.8587 23,7917 -19,0670 -44,49 Jumlah penggunaan bibit 30.4379 31,4393 1,0014 3,29 Jumlah air yang dioakai 0.8722 0,8923 0,0201 230 Jumlah tenaga rumahtangga 5.6388 5,9906 0,3518 6,24 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 36,5873 2,0648 5,98 TK keluarga berburuh non-oertanian 0.7360 0,7194 -0,0166 -2,26 Total oendaoatan berburuh 638189 633270 -4919 -0,77 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 584956 53913 10,15 Pengeluaran oendidikan rumahtangga 241850 241903 53 0,02 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 40968 212 0,52 Nilai oadi yang tidak diiual 235629 22503 -213126 -90,45 Kecukupan energi 94.5643 99,2992 4,7349 501 Jumlah ououk 112.3052 36,0538 -76,2514 -67,90 Biaya tenaga kerja 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana oertanian 76153 88956 12803 16,81 Investasi usahatani 314937 327740 12803 4,07 Pendapatan usahatani cadi 482401 708800 226399 46,93 Pendapatan total rumahtangga 1377495 1598975 221480 16,08 Pendapatan yang siap dibelaniakan 1375611 1597091 221480 16,10 Total oengeluaran rumahtangga 1003177 1057356 54179 5,40 Totak penggunaan tenaga kerja 40.1613 42,5778 2,4165 6,02
Hasil simulasi pada penelitian ini !Jerbeda dengan hasil simulasi yang
dilakukan oleh Hardono (2002) pada penelitian dampak perubahan faktor-faktor
ekonomi terhadap ketahanan pangan rumahtangga pertanian. Hasil simulasi yang
diperoleh menyebutkan bahwa kenaikan harga pupuk dan harga gabah akan
mendorong peningkatan nilai padi yang tidak dijual (cadangan pangan) baik di
daerah agroekosistem sawah maupun non-sawah. Tetapi pada penelitian ini hasil
simulasi memperlihatkan kenaikan harga pupuk dan harga gabah justru akan
132
mendorong rumahtangga petani untuk menjual hasil panen mereka lebih banyak,
artinya tingkat cadangan pangan rumahtangga akan menurun. Kondisi ini
mungkin dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan modal yang rendah untuk kegiatan
usahatani padi.
Apabila dilakukan perbandingan dampak hasil simulasi tunggal kenaikan
harga pupuk urea dan TSP yang telah diuraikan diatas, maka angka-angka hasil
simulasi kombinasi kenaikan harga pupuk dengan kenaikan harga padi seperti
pada Tabel 45 dan 46 menunjukkan bahwa dampak negatif dari penghapusan
subsidi pupuk terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani padi dapat
direduksi oleh kenaikan harga padi (gabah).
Tabe146. Dampak Peningkatan Harga Padi (30%), Pupuk Urea (25%) dan Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Non-Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal 0.6816 0,7251 0,0435 6,38 Produktivitas padi 553.6035 572,0463 18,4428 3,33 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7104 18,5260 -57,1844 -75,53 Jumlah aan pupuk TSP 42.8483 23,7813 -190670 -44,50 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 44,8191 1,0014 2,29 Jumlah air yang dipakai 0.8286 08487 00201 2,43 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 9,7044 0,3518 3,76 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.6776 36,7424 2,0648 5,95 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.8928 08762 -00166 -1,86 Total atan berburuh 924762 919843 -4919 -0,53 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 590689 53913 1004 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241971 53 0,02 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 42777 212 050 Nilai padi yang tidak dijual 222203 9078 -213125 -95,91 Kecukupan energi 94.6637 99,3986 4,7349 5,00 Jumlah pupuk 118.5587 423072 -76,2515 -6432 Biava tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 88956 12803 1681 Investasi usahatani 314937 327740 12803 4,07 Pendapatan usahatani padi 482401 708800 226399 46,93 Pendaoatan total rumahtangga 1664068 1885548 221480 13,31 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1883664 221480 13,32 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1064967 54179 5,36 Totak naan tenaga kerja 44.0303 46,4468 2,4165 5,49
133
Hasil simulasi memperlihatkan bahwa peubah penting yang mencerminkan
ketahanan pangan rumahtangga petani padi yaitu: produksi padi, pendapatan
rumahtangga, pengeluaran pangan dan kecukupan energi menunjukkan
peningkatan dari terjadinya kenaikan harga padi sebagai suatu bentuk kompensasi
kepada petani akibat dihapuskannya subsidi pupuk baik urea maupun TSP. Tetapi
kompensasi kenaikan harga padi (gabah) ini tidak mendorong adanya peningkatan
cadangan pangan rumahtangga sebagai salah satu peubah lain yang mencerminkan
ketahanan pangan rumahtangga. Kurang berpengaruhnya kenaikan harga padi
terhadap cadangan pangan rumahtangga mungkin antara lain di sebabkan
kurangnya modal usahatani padi yang dimiliki oleh rumahtangga petani
Pada sisi produksi, kerugian terbesar akan ditanggung oleh rumahtangga
petani padi di daerah tanpa irigasi bila kenaikan harga pupuk urea dan TSP tidak
diikuti oleh kenaikan harga gabah. Sementara, pada sisi konsumsi kerugian relatif
akan lebih dirasakan oleh rumahtangga di daerah tanpa irigasi karena daya
dukungan Iingkungan fisik lebih rendah seperti ketersediaan air, sehingga
penurunan jumlah produksi padi di daerah tersebut menjadi tinggi. Kondisi ini,
akan mendorong penurunan ketersediaan dan pengeluaran pangan serta
kecukupan energi di daerah tanpa irigasi menjadi lebih tinggi.
7.3.5. Kenaikan Tingkat Upah Berburuh tani
Dalam usahatani padi kebutuhan tenaga kerja cenderung bersifat "rigid".
Hal ini karena intensitas kegiatan pada usahatani padi sangat tergantung kondisi
iklim. Intensitas kegiatan biasanya terfokus pada masa persiapan tanam dan
panen. Pada kedua periode ini kebutuhan tenaga kerja sangat besar sehingga tidak
jarang harus melibatkan tenaga buruh tani dari luar nunahtangga. Secara empiris,
petani sering tidak memperhitungka nilai tenaga kerja dalam rumahtangga.
Namun demikian dalam perhitungan usahatani, kontribusi tenaga kelja dalam
rumahtangga seharusnya dihitung sebagai biaya usahatani.
Dampak kenaikan upah berburuh tani terhadap peubah·peubah endogen
disajikan pada Tabel 47 dan 48. Sesuai dengan hasil pendugaan parameter pada
BAB sebelumnya, peningkatan upah berburuhtani akan berdampak pada turunnya
permintaan tenaga kerja untuk berusahatani padi baik tenaga kerja dari dalam atau
luar rumahtangga. Penurunan tenaga kerja untuk usahatani padi lebih besar
134
terjadi di daerah irigasi yang mencapai 14,95 persen dibandingkan dengan daerah
tanpa irigasi yang hanya mencapai 9,25 persen. Akan tetapi, karena proporsi
penurunan permintaan total tenaga kerja lebih rendah dari proporsi peningkatan
upah maka investasi usahatani padi cenderung meningkat, dimana peningkatan
antara daerah irigasi dan tanpa irigasi relatif sarna yaitu sebesar 11,50 persen.
Tabel47. Darnpak Peningkatan Upah Berburuh Tani (20%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal 0.7761 0,7920 00159 2,05 Produktivitas padi 593.6922 600,4126 6,7204 1,13 lumlah LpupukUrea 69.4465 70,4356 0,9891 1,42 lumlah naan pupuk TSP 42.8587 43,3043 0,4456 1,04 lumlah penggunaan bibit 30.4379 308028 03649 1,20 Jumlah air yang dipakai 0.8722 0,8796 0,0074 0,85 lumlah tenaga rumahtangga 5.6388 4,8838 -0,7550 -13,39 lumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 33,9835 -0,5390 -1,56 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.7360 0,7495 0,0135 1,83 Total pendapatan berburuh 638189 642177 3988 0,62 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 532302 1259 0,24 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241842 -8 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 40522 -234 -0,57 Nilai oadi vang tidak dijual 235629 229338 -6291 -2,67 Kecukupan energi 94.5643 94,6749 0,1106 0,12 Jumlah pupuk 112.3052 113,7400 1,4348 1,28 Biaya tenaga kerja 238785 274990 36205 15 16 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 351143 36206 11,50 Pen usahatani padi 482401 446196 -36205 -7,51 Pendaoatan total rumahtangga 1377495 1345278 -32217 -2,34 Pendaoatan yang siap dibelaniakan 1375611 1343394 -32217 -2,34 Total pengeluaran rumahtangga 1003177 1004194 1017 0,10 Totak aan tenaga keria 40.1613 38,8673 -1,2940 -322
Pada tingkat harga jual padi yang relatif sarna dan terjadi peningkatan
biaya usahatani akan menyebabkan penurunan pendapatan usahatani padi.
Penurunan pendapatan ini sebesar 7,51 persen baik di daerah irigasi maupun
daerah tanpa irigasi. Kondisi ini secara langsung akan menyebabkan terjadinya
penurunan total pendapatan rumahtangga petani. Dari basil simulasi terlihat
adanya peningkatan dari pendapatan berburuh non-pertanian, tetapi proporsi
penurunan pendapatan usahatani padi lebih besar dari peningkatan pendapatan
135
berburuh sehingga interaksi kedua perubahan berdampak negatif terhadap
pendapatan rumahtangga. Proporsi penurunan pendapatan rumahtangga di daerah
irigasi lebih besar dibandingkan dengan daerah tanpa irigasi
Penurunan total pendapatan telah mendorong rumahtangga untuk mengu
rangi ketersediaan cadangan pangan. Penurunan cadangan pangan rumahtangga
lebih besar terjadi di daerah tanpa irigasi yang mencapai 2,83 persen, sedangkan
di daerah irigasi penurunan hanya sebesar 2,67 persen. Pengurangan cadangan
pangan ini kemungkinan dialokasikan untuk mempertahankan persentase penge
luaran pangan rumahtangga sehingga tidak terjadi penurunan kecukupan energi.
Hal ini terlihat dari hasil simulasi yang menunjukkan bahwa pengeluaran pangan
dan kecukupan energi di kedua daerah tidak mengalami penurunan. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa kenaikan upah buruhtani akan berdampak secara negatif
terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani padi.
Tabel48. Oampak Peningkatan Upah Buruhtani (20%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Oaerah Tanpa Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal j/;arapan 0.6816 0,6974 0,0158 2,32 Produktivitas padi 553.6035 560,3240 6,7205 1,21 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7\04 76,6995 0,9891 1,31 Jumlah penj/;j/;unaan pupuk TSP 42.8483 43,2940 0,4457 1,04 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 44,1826 0,3649 0,83 Jumlah air yanj/; dipakai 0.8286 0,8359 0,0073 0,88 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 8,5976 -0,7550 -8,07 Jumlah tenaga luar rumahtanj/;j/;a 34.6776 34,1386 -0,5390 -1,55 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.8928 0,9063 00\35 1,51 Total pendapatan berburuh 924762 928750 3988 0,43 Penj/;eluaran pangan rumahtangga 536776 538035 1259 0,23 Pengeluaran pendidikan rumahtanl!lI;a 241918 241911 -7 0,00 Penj/;eluaran kesehatan rumahtangga 42565 42331 -234 -0,55 Nilai padi ~ang tidak dijual 722203 215912 -6291 -2,83 Kecukupan energi 94.6637 94,7743 0,1106 0,12 Jumlah pupuk 118.5587 119,9934 14347 1,21 Biaya tenaga ketia 238785 274990 36205 15,16 Biaya sarana oertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 351143 36206 11,50 Pendapatan usahatani padi 482401 446196 -36205 -7,51 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1631851 -32217 -1,94 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1629967 -32217 -1,94 Total pengeluaran rumahtan~ \0\0788 1011805 1017 0,10 Totak penj/;j/;unaan tenaga keria 44.0303 42,7363 -1,2940 -2.94
136
7.4. Simulasi Pengaruh Indikator Ketahanan Pangan
7.4.l.Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual
Pada saat panen rumahtangga petani padi biasanya tidak menjual seluruh
hasi panen tetapi menyisakan sekitar seperempat hasil panen. Hasil panen yang
disisakan merupakan cadangan pangan rumahtangga. Tindakan ini merupakan
salah satu coping strategy rumahtangga petani padi didalam mempertahankan
kondisi ketahanan pangan. Dengan memiliki cadangan pangan ini sangat
bermanfaat bagi rumahtangga terutama pada saat paceklik. Cadangan pangan
dapat berfungsi untuk konsumsi langsung pada saat rumahtangga kekurangan
pangan, tetapi dapat juga dijual untuk mendapatkan cash income. Dampak
peningkatan padi yang tidak dijual terhadap keragaan ketahanan pangan
rumahtangga disajikan pada Tabel 49 dan 50.
Tabel49. Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Daerah Irigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas area1 0.7761 0,7761 00000 000 Produktivitas oadi 593.6922 593,6922 0,0000 0,00 Jumlah oen",,"naan nuouk Urea 69.4465 694465 0,0000 0,00 Jumlah oeii2-.runaan DUDuk TSP 42.8587 42,8587 0,0000 0,00 Jumlah aan bibit 30.4379 30,4379 0,0000 0,00 Jumlah airvan--; diDaklii 0.8722 0,8722 0,0000 0,00 Jumlah ten81!a rumahtanl!l!a 5.6388 5,6362 -0,0026 -0,05 Jumlah tem"'a loar rumahtan""a 34.5225 345225 00000 0,00 TK keluar.,a berburuh non-oertanian 0.7360 0,7374 0,0014 0,19 Total oendanAtan berburuh 638189 638606 417 007 PeMeluaran nan"an rumahtanl!l!a 531043 523676 -7367 -1,39 Penl!eluaran oendidikan rumahtanl!l!3 241850 241850 0 0,00 Penl!eluaran kesehatan rumahtan""a 40756 40923 167 0,41 Nilai D3dfVan--; tidak di iual 235629 270973,35 35344 15,00 Kecukurnm eneroi 94.5643 93,9174 -06469 -068 Jumlah ououk 112.3052 112,3052 0,0000 0,00 Biava tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biava sarana oertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pen usahatani oadi 482401 482401 0 0,00 peiidlIDatan total rumahtanl!l!a 1377495 1377912 417 0,Q3 Pendaoatan vanl!siao dibelaniakan 1375611 1376028 417 0,Q3 Total oenl!eluaran rumahtaiilWl 1003177 995978 -7199 -0,72 Totakr1en--;.runaarl~a keria 40.1613 40,1587 -0,0026 -0,01
137
Hasil simulasi menunjukkan peningkatan nilai padi yang tidak dijual
sebesar 15 persen mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja berburuh non
pertanian dan pengeluaran kesehatan. Di daerah irigasi jumlah tenaga kerja
berburuh non-pertanian dan pengeluaran kesehatan bertambah masing-masing
sebesar 0,19 persen dan 0,41 persen. Sementara di daerah tanpa irigasi
peningkatan ke dua peubah tersebut masing-masing sebesar 0,22 persen, dan 0,03
persen.
Tabel 50. Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 0,6816 0,0000 0,00 Produktivitas padi 553.6035 553,6035 0,0000 0,00 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7104 75,7104 0,0000 0,00 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42.8483 42,8483 0,0000 0,00 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 43,8177 0,0000 0,00 Jumlah air yang dipakai 0.8286 0,8286 0,0000 0,00 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 9,3489 -0,0037 -0,04 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.6776 34,6776 0,0000 0,00 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.8928 0,8948 0,0020 0,22 Total pendapatan berburuh 924762 925364 602 0,Q7 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 526134 -10642 -1,98 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241918 0 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 42807 242 0,57 Nilai padi yang tidak dijual 222203 255533,45 33330 15,00 Kecukupan energi 94.6637 93,7291 -0,9346 -0,99 Jumlah pupuk 118.5587 118,5587 0,0000 0,00 Biaya tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biayasarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pen<iapatan usahatani padi 482401 482401 0 0,00 Pen<iapatan total rumahtangga 1664068 1664671 603 0,04 Pen<iapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1662786 602 0,04 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1000388 -10400 -1,03 Totak naan tenaga kerja 44.0303 44,0265 -0,0038 -0,01
Selain itu, peningkatan padi yang tidak dijual juga memiliki pengaruh
negatif terhadap pengeluaran konsumsi pangan dan total pengeluaran rumah
tangga. Penurunan pengeluaran konsumsi pangan yang terjadi akan menyebabkan
tingkat kecukupan energi rumahtangga mengalami penurunan. Kondisi ini
disebabkan antara lain oleh pendapatan sebagian besar responden di lokasi
138
penelitian bersumber dari kegiatan usabatani padi, sehingga pengurangan hasil
panen padi yang dijual akan langsung berpengaruh kepada pengeluaran total
rumabtangga.
Pada Tabel 49 dan 50 terlihat bahwa peningkatan pendapatan total rumab
tangga hanya sebesar 0,03 persen di daerah irigasi dan sebesar 0,04 persen di
daerah tanpa irigasi. Peningkatan pendapatan ini berasal dari peningkatan
pendapatan dari kegiatan berburuh, dimana di daerah irigasi dan tanpa irigasi
terjadi peningkatan yang sarna yaitu sebesar 0,07 persen. Sedangkan usabatani
padi tidak berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan rumabtangga.
Peningkatan pendapatan berburuh ini didorong oleh peningkatan jumlah
tenaga kerja rumabtangga yang berburuh non-pertanian. Peningkatan terbesar
terjadi di daerab tanpa irigasi dibandingkan daerab irigsi. Konsekuensi pening
katan jumlab tenaga kerja yang berburuh akan menekan jumlab tenaga kerja
rumabtangga untuk terlihat dalarn kegiatan usabatani padi. Oi daerab irigasi
terjadi penurunan tenaga kerja rumabtangga untuk berusabatani padi sebesar 0,05
persen dan di daerab tanpa irigasi sebesar 0,04 persen.
Pada sisi lain, peningkatan pendapatan rumabtangga tidak seimbang
dengan laju kenaikan harga kebutuhan sehari-hari dan harga sarana produksi
pertanian, sehingga telab mendorong rumabtangga pertanian padi mengurangi
pengeluaran pangan. Pengurangan untuk konsumsi pangan akan berdarnpak
kepada penurunan kecukupan energi rumabtangga. Oi daerab tanpa irigasi penu
runan kedua peubab tersebut lebih besar dari pada daerah irigas~ dimana masing
masing sebesar 1,98 persen dan 0,99 persen. Secara umum peningkatan nilai padi
yang tidak dijual akan berdarnpak secara negatif terhadap derajat ketahanan
pangan rumabtangga petani padi. Untuk itu perlu kombinasi kebijakan yang dapat
meningkatkan derajat ketabanan pangan rumabtangga.
7.4.2. PeningkataG Pengeluaran Pangan
Tingkat konsumsi pangan anggota rumabtangga sangat menentukan ting
kat kecukupan energi suatu rumahtangga. Konsumsi pangan yang kurang akan
berdarnpak kepada kerawanan pangan dan gizi, sehingga akan berpengaruh
terhadap kualitas sumberdaya manusia dan tingkat produktivitas anggota rumab
tangga. Upaya peningkatan konsumsi pangan masyarakat telab diupayakan
139
pemerintah melalui beberapa gerakan seperti gerakan percepatan diversifikasi
pangan, gerakan sadar pangan beragam, bergizi dan berimbang serta yang terakhir
ini gerakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan.
Pencapaian tingkat konsumsi pangan yang diharapkan sangat ditentukan
oleh persentase pengeluaran rumahtangga terhadap konsumsi pangan. Untuk
melihat dampak peningkatan pengeluaran konsumsi pangan terhadap derajat
ketahanan pangan rumahtangga, maka pada simulasi ini peningkatan pengeluaran
konsumsi pangan rumahtangga dilakukan dengan mengubah status peubah
tersebut sebagai eksogen dalam model.
Tabel 51. Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumah Tangga (15%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Irigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal garaPan 0.7761 0,7761 0,0000 0,00 Produktivitas padi 593.6922 593,6922 0,0000 0,00 Jumlah penl(l!unaan pupuk Urea 69.4465 69,4465 0,0000 000 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42.8587 42,8587 0,0000 0,00 Jumlah oenggunaan bibit 30.4379 30,4379 0,0000 0,00 Jumlah air yang dipakai 0.8722 0,8722 0,0000 0,00 Jumlah tenaga rumahtangga 5.6388 5,6674 0,0286 0,51 Jum1ah tenaga luar rumahtangga 34.5225 34,5225 0,0000 0,00 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.7360 0,7204 -0,0156 -2,12 Total oendaoatan berburuh 638189 633556 -4633 -0,73 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 610699,45 79656 15,00 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241848 -2 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 38895 -1861 -4,57 Nilai padi yang tidak dijual 235629 235656 27 0,oI Kecukuoan energi 94.5643 101,7530 7,1887 7,60 Jumlah pupuk 112.3052 112,3052 0,0000 0,00 Biava tenaga keria 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 lnvestasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 482401 0 0,00 Pendaoatan total rumahtanl(l!a 1377495 1372862 -4633 -0,34 Pendapatan yang siap dibe1anjakan 1375611 1370978 -4633 -034 Total oenge1uaran rumahtangga 1003177 1083169 79992 7,97 Total penggunaan tenaga kerja 40.1613 40,1900 0,0287 0,07
Dampak kenaikan pengeluaran konsumsi pangan sebesar 15 persen
terhadap peubah-peubah endogen disajikan pada Tabel 51 dan 52. Peningkatan
pengeluaran konsumsi pangan akan berdampak kepada peningkatan total
140
pengeluaran rumahtangga dan tingkat kecukupan energi. Peningkatan pengeluaran
konsumsi pangan telah mendorong total pengeluaran rumahtangga baik di daerah
irigasi maupun tanpa irigasi dengan masing-masing peningkatan sebesar 7,97
persen dan 7,39 persen. Perubahan pengeluaran total rumahtangga terutama untuk
konsumsi pangan akan berdampak kepada tingkat kecukupan energi anggota
rumahtangga.
Tabel 52. Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumah Tangga (15%) Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Tanpa Daerah Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 0,6816 0,0000 0,00 Produktivitas padi 553.6035 553,6035 00000 0,00 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75.7104 75,7104 0,0000 0,00 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42.8483 42,8483 0,0000 0,00 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 43,8177 0,0000 0,00 Jumlah air yang dipakai 0.8286 0,8286 0,0000 000 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 9,3793 0,0267 0,29 Jumlah tenaga luar rumahtane:1!8. 34.6776 34,6776 0,0000 0,00 TK keluarga berburuh non-oertanian 0.8928 0,8783 -0,0145 -162 Total pendapatan berburuh 924762 920453 -4309 -0,47 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 617292,4 80516 15,00 Pengeluaran oendidikan rumahtangga 241918 241917 -I 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 40835 -1730 -406 Nilai padi yang tidak diiual 222203 222228 25 0,oI Kecukupan energi 94.6637 1013489 66852 7,06 Jumlah pupuk 118.5587 118,5587 0,0000 0,00 Biaya tenaga ketja 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana oertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani oadi 482401 482401 0 000 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1659760 -4308 -0,26 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1657876 -4308 -0,26 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1085177 74389 736 Totak aan tenaga keria 44.0303 44,0569 0,0266 0,06
Peningkatan kecukupan energi lebih besar perubahannya di daerah irigasi
dibandingkan dengan daerah tanpa irigasi, dimana perubahan di masing-masing
daerah sebesar 7,60 persen dan 7,06 persen. Perbaikan kecukupan energi anggota
rumahtangga telah menciptakan keluarga yang sehat, sehingga tingkat kesehatan
anggota rumahtangga juga meningkat. Peningkatan ini terlihat dengan menurun
nya tingkat pengeluaran kesehatan rumahtangga baik di daerah irigasi maupun
141
tanpa irigasi. Pada tabel simulasi terlihat pengeluaran kesehatan di daerah irigasi
menurun sebesar 4,57 persen sedangkan di daerah tanpa irigasi turun sebesar 4,06
persen.
7.4.3. Kombinasi Nilai Padi yang Tidak Dijual dan Luas Areal Garapan
Simulasi kombinasi perubahan nilai padi yang tidak dijual dan luas areal
garapan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana akumulasi dampak interven
si perubahan kedua faktor tersebut terhadap ketahanan pangan rumahtangga. Hal
ini dilandasi pemikiran bahwa penerapan kebijakan peningkatan nilai padi yang
tidak dijual saja relatif kurang berperan dalam peningkatan ketahanan pangan
rumah tangga petani padi. Kondisi ini akibat tingkat produktivitas padi yang
diusahakan dan tingkat pendapatan dari usahatani padi tersebut masih rendah
sehingga kebijakan tersebut akan berpengaruh negatif dalam peningkatan
ketahanan pangan. Sehingga perlu dilakukan kombinasi kebijakan tersebut secara
simultan dengan kebijakan peningkatan luas aral garapan.
Salah satu pertimbangan untuk meningkatkan produksi padi dan pendapat
an rumahtangga adalah peningkatan luas areal garapan. Hasil simulasi menunjuk
kan kombinasi simulasi kenaikan nilai padi yang tidak dijual dengan kenaikan
luas areal garapan ternyata dapat mendorong peningkatan ketahanan pangan
rumahtangga petani padi. Kombinasi simulasi tersebut berdampak kepada
peningkatan produktivitas padi sebesar 13,67 persen, pendapatan total rumah
tangga sebesar 16,83 persen, nilai padi yang tidak dijual sebesar 15,00 persen dan
kecukupan energi rumahtangga sebesar 3,73 persen di daerah irigasi. Sementara
kombinasi simulasi ini pada daerah tanpa irigasi berdampak pada peningkatan
produktivitas padi sebesar 21,90 persen, pendapatan total rumahtangga sebesar
13,70 persen, nilai padi yang tidak dijual sebesar 15,00 persen dan kecukupan
energi rumahtangga sebesar 2,36 persen. Secara lengkap basil kombinasi simulasi
ini dapat dilihat pada Tabel 53 dan 54.
142
Tabel53. Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15 %) dan Luas Areal Garapan (30%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Daerah Irigasi
Peubah Nilai Hasil Perubahan Dasar Simulasi
Unit % Luas areal l!;arapan 0.7761 1,00893 0,2328 30,00 Produkti vitas padi 593.6922 674,8332 81,1410 13,67 Jumlah penggunaan pupuk Urea 69.4465 81,3890 11,9425 17,20 Jumlah penj!;j!;unaan pupuk TSP 42.8587 48,2392 5,3805 12,55 Jumlah penggunaan bibit 30.4379 34,8434 4,4055 14,47 Jumlah air yanl!; dipakai 0.8722 0,9607 0,0885 10,15 Jumlah tenaga rumahtanj!;j!;a 5.6388 7,0998 1,4610 25,91 Jumlah tenaga luar rumahtangga 34.5225 43,6066 9,0841 26,31 TK keluarl!;a berburuh non-pertanian 0.7360 07103 -0,0257 -3,49 Total pendapatan berburuh 638189 630569 -7620 -1,19 Penl!;eluaran panl!;an rumahtanl!;ga 531043 545658 14615 2,75 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 241905 55 0,02 Penl!;eluaran kesehatan rumahtangga 40756 42359 1603 3,93 Nilai padi yang tidak diiual 235629 270973,35 35344 15,00 Kecukupan energi 94.5643 98,0914 3,5271 3,73 Jumlah pupuk 112.3052 129,6283 17,3231 15,43 Biaya tenaga ketia 238785 238785 0 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 721603 239202 49,59 Pendanatan total rumahtanl!;l!;a 1377495 1609077 231582 16,81 Pendanatan yang siap dibelaniakan 1375611 1607193 231582 16,83 Total pengeluaran rumahtangga 1003177 999450 -3727 -0,37 Totak penj!;j!;unaan tenal!;a keria 40.1613 50,7064 10,5451 26,26
Pada sisi cadangan pangan, j ika kebijakan peningkatan nilai padi yang
tidak dijual tanpa diikuti oleh peningkatan luas areal garapan cenderung akan
lebih berat dirasakan oleh rumahtangga di daerah tanpa irigasi. Karena produk
tivitas padi dan tingkat pendapatan dari usahatani padi relatif lebih rendah pada
daerah tanpa irigasi. Sementara pada sisi kecukupan energi juga akan dirasakan
lebih berat pada rumahtangga di daerah tanpa irigasi karena pengeluaran pangan
yang rendah.
Dari hasil simulasi terlihat bahwa peubah penting yang mencerminkan
ketahanan pangan rumahtangga petani padi yaitu produksi pad~ pendapatan total
rumahtangga, nilai padi yang tidak dijual (ketersediaan pangan), pengeluaran
pangan dan kecukupan energi menunjukkan hasil yang positif dari terjadinya
143
kenaikan nilai padi yang tidak dijual (ketersediaan pangan) dan peningkatan luas
garapan (produksi dan pendapatan).
Tabel 54. Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%) dan Luas Areal Garapan (30%) Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Daerah Tanpa Irigasi
Peubah Nilai Dasar Hasil Perubahan Simulasi
Unit % Luas areal garapan 0.6816 0,88608 0,2045 30,00 Produktivitas padi 553.6035 674,8332 121,2297 21,90 Jumlah naan pupuk Urea 75.7104 93,5532 17,8428 23,57 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42.8483 50,8872 8,0389 1876 Jumlah penggunaan bibit 43.8177 50,3998 6,5821 15,02 Jumlah air yang dioakai 0.8286 09607 0,1321 15,94 Jumlah tenaga rumahtangga 9.3526 11,5349 2,1823 23,33 Jumlah tenaga luar rumahtan21!1l 34.6776 48,2498 13,5722 39,14 TK keluarga berburuh non-pertanian 0.8928 0,8547 -0,0381 -4,27 Total pendapatan berburuh 924762 913460 -11302 -1,22 Pengeluaran pangan rumahtangga 536776 548082 11306 2,11 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 241973 55 0,02 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 44219 1654 3,89 Nilai padi yang tidak dijual 222203 255533,45 33330 15,00 Kecukupan enerei 94.6637 969002 2,2365 2,36 Jum1ah pupuk 118.5587 144,4404 25,8817 21,83 Biaya tenaga kerja 238785 238785 0 0,00 Biava sarana pertanian 76153 76153 0 0,00 Investasi usahatani 314937 314937 0 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 721603 239202 49,59 Pendapatan total rumahtangga 1664068 1891968 227900 13,70 Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 1890083 227899 13,71 Total pengeluaran rumahtangga 1010788 1003803 -6985 -069 Totak penggunaan tenaga keria 44.0303 59,7847 15,7544 35,78
7.5. Evaluasi Basil Simulasi
Untuk membandingkan intensitas masing-masing dampak perubahan faktor
yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani padi pacta Tabel 55
dan 56 disajikan rekapitulasi seluruh hasil simu1asi, masing-masing untuk daerah
irigasi dan daerah tanpa irigasi.
144
Tabel 55. Rekapitulasi Pengaruh Pembangunan Irigasi Terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah Irigasi
Peubah Nilai Dasar I II III
Luas areal garapan 0,7761 30,00 3,66 18,97 Produktivitas padi 593,6922 13,67 2,03 10,51 Jumlah penggunaan pupuk Urea 69,4465 17,20 2,55 13,22 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42,8587 12,55 1,86 9,65 Jumlah penggunaan bibit 30,4379 14,47 2,15 11,13 Jumlah air yang dipakai 0,8722 10,15 10,00 7,80 Jumlab tenaga keluarga 5,6388 25,96 3,85 20,28 Jumlab tenaga luar keluarga 34,5225 26,31 3,90 20,24 TK keluarga berburuh non-pertanian 0,7360 -3,70 -0,53 -4,18 Total pendapatan berburuh 638189 -1,26 -0,18 -1,43 Pengeluaran pangan rumahtangga 531043 0,43 0,00 10,06 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241850 0,02 0,00 0,02 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 40756 3,50 -0,02 0,68 Nilai padi yang tidak dijual 235629 -0,57 0,00 -89,50 Kecukupan enel11:i 94,5643 0,21 0,00 4,96 Jumlab pupuk 1123052 15,43 2,29 11,86 Biaya tenaga kerja 238785 0,00 0,00 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 0,00 0,00 0,00 Investasi usahatani 314937 0,00 0,00 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 49,59 0,00 49,59 Pendapatan total rumahtangga 1377495 16,78 -0,08 16,70 Pendapatan yang siap dibelaniakan 1375611 16,80 -0,08 16,72 Total pengeluaran rumahtangga 1003177 0,38 0,00 5,36 Totak penggunaan tenaga kena 40,1613 26,26 3,89 20,24
Keterangan:
I = Luas Areal Garapan naik 30% II = Penggunaan Air Irigasi naik 10% III = Harga Padi naik 30% IV = Harga Pupuk Urea naik 25% V = Harga Pupuk TSP naik 30% VI = Kombinasi kenaikan harga pupuk dan harga padi
Perubahan Simulasi Ke : %) IV -9,02 -5,00
-92,54 -4,59 -5,29 -3,70 -9,49 -9,63 1,32 0,45 0,04 0,00
-0,06 -0,45 0,02
-58,98 0,00 7,83 1,89
-1,24 -0,23 -0,23 0,02
-9,61
VII VIII IX X
V VI VII VIII IX X -4,33 5,60 2,05 0,00 0,00 30,00 -2,40 3,11 1,13 0,00 0,00 13,67 -3,02 -82,34 1,42 0,00 0,00 17,20
-49,55 -44,49 1,04 0,00 0,00 12,55 -2,55 3,29 1,20 0,00 0,00 14,47 -1,78 2,30 0,85 0,00 0,00 10,15 -4,56 6,24 -13,39 -0,05 0,51 25,91 -4,63 5,98 -1,56 0,00 0,00 26,31 0,63 -2,26 1,83 0,19 -2,12 -3,49 0,21 -0,77 0,62 0,07 -0,73 -1,19 0,05 10,15 0,24 -1,39 15,00 2,75 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,02
-0,10 0,52 -0,57 0,41 -4,57 3,93 -0,51 -90,45 -2,67 15,00 O,QI 15,00 0,02 5,01 0,12 -0,68 7,60 3,73
-20,78 -67,90 1,28 0,00 0,00 15,43 0,00 0,00 15,16 0,00 0,00 0,00 8,98 16,81 0,00 0,00 0,00 0,00 2,17 4,07 11,50 0,00 0,00 0,00
-1,42 46,93 -7,51 0,00 0,00 49,59 -0,40 16,08 -2,34 0,03 -0,34 16,81 -0,40 16 10 -2,34 0,03 -0,34 16,83 0,02 5,40 0,10 -0,72 7,97 -0,37
-4,62 6,02 -3,22 -0,01 0,07 26,26
= Upah Buruhtani naik 20% = =
Nilai Padi yang Tidak Dijual naik 15% Pengeluaran Konsumsi Pangan naik 15%
= Kombinasi Nilai padi tidak dijual dan Luas areal garapan
145
Tabel 56. Rekapitulasi Pengaruh Pembangunan Irigasi Terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah Non-Irigasi
Peubah Nilai Dasar I II
Luas areal garapan 0,6816 30,00 6,72 Produktivitas padi 553,6035 21,90 3,51 Jumlah penggunaan pupuk Urea 75,7104 23,57 3,78 Jumlah penggunaan pupuk TSP 42,8483 18,76 3,01 Jumlah penggunaan bibit 43,8177 15,02 2,41 Jumlah air yang dipakai 0,8286 15,94 10,00 Jumlah tenaga keluarga 9,3526 23,37 3,75 Jumlah tenaga luar keluarga 34,6776 39,14 6,28 TK keluarga berburuh non-pertanian 0,8928 -4,50 -0,71 Total pendapatan berburuh 924762 -1,29 -0,20 Pengel uaran pangan rumahtangga 536776 0,42 0,00 Pengeluaran pendidikan rumahtangga 241918 0,02 0,00 Pengeluaran kesehatan rumahtangga 42565 3,30 -0,03 Nilai padi yang tidak dijual 222203 -0,59 0,00 Kecukupan energi 94,6637 0,21 0,00 Jumlah pupuk 118,5587 ' 21,83 3,50 Biaya tenaga keria 238785 0,00 0,00 Biaya sarana pertanian 76153 0,00 0,00 Investasi usahatani 314937 0,00 0,00 Pendapatan usahatani padi 482401 49,59 0,00 Pendapatan total rumahtangga 1664068 13,66 -0,1\ Pendapatan yang siap dibelanjakan 1662184 13,67 -0,1\ Total pengeluaran rumahtangga 1010788 0,37 0,00 Totak penggunaan tenaga kerja 44,0303 35,79 5,74
Keterangan:
I = Luas Areal Garapan naik 30% II = Penggunaan Air Irigasi naik 10% III = Harga Padi naik 30% IV Harga Pupuk Urea naik 25% V = Harga Pupuk TSP naik 30% VI = Kombinasi kenaikan harga pupuk dan harga padi
III 21,58 1\,27 12,13 9,66 7,73 8,21
12,23 20,14 -3,45 -0,99 9,96 0,02 0,65
-94,91 4,96
11,24 0,00 0,00 0,00
49,59 13,83 13,84 5,32
18,46
Perubahan Simulasi Ke : (% IV
-10,28 -5,36
-84,89 -4,59 -3,68 -3,91 -5,72 -9,58 1,08 0,31 0,04 0,00
-0,06 -0,47 0,02
-55,87 0,00 7,83 1,89
-1,24 -0,19 -0,19 0,02
-8,76
VII = VIII = IX = X =
V VI VII VIII IX X -4,94 6,38 2,32 0,00 0,00 30,00 -2,58 3,33 1,21 0,00 0,00 21,90 -2,77 -75,53 1,31 0,00 0,00 23,57
-49,56 -44,50 1,04 0,00 0,00 18,76 -1,77 2,29 0,83 0,00 0,00 15,02 -1,88 2,43 0,88 0,00 0,00 15,94 -2,75 3,76 -8,07 -0,04 0,29 23,33 -4,61 5,95 -1,55 0,00 0,00 39,14 0,52 -1,86 1,51 0,22 -1,62 -4,27 0,15 -0,53 0,43 0,07 -0,47 -1,22 0,05 10,04 0,23 -1,98 15,00 2,11 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,02
-0,09 0,50 -0,55 0,57 -4,06 3,89 -0,54 -95,91 -2,83 15,00 0,01 15,00 0,02 5,00 0,12 -0,99 7,06 2,36
-19,68 -64,32 1,21 0,00 0,00 21,83 0,00 0,00 15,16 0,00 0,00 0,00 8,98 16,81 0,00 0,00 0,00 0,00 2,17 4,07 1\,50 0,00 0,00 0,00
-1,42 46,93 -7,51 0,00 0,00 49,59 -0,33 13,31 -1,94 0,04 -0,26 13,70 -0,33 13,32 -1,94 0,04 -0,26 13,71 0,02 5,36 0,10 -1,03 7,36 -0,69
-4,21 5,49 -2,94 -0,01 0,06 35,78
Upah Buruhtani naik 20% Nilai Padi yang Tidak Dijual naik 15% Pengeluaran Konsumsi Pangan naik 15% Kombinasi Nilai padi tidak dijual dan Luas areal garapan
146
Pada kedua tabel dapat disimak, kebijakan pemerintah untuk membangun
irigasi yang mengakibatkan terjadinya kenaikan luas areal garapan dan program
peningkatan cadangan pangan rumahtangga berdampak positif terhadap ketahanan
pangan rumahtangga petani padi. Sebaliknya kebijakan pemerintah untuk
menghapus subsidi pupuk baik urea dan TSP berdampak negatif terhadap
ketahanan pangan rumahtangga petani padi.
Pada simulasi peningkatan luas areal garapan sebagai dampak pem
bangunan irigasi memberikan kinerja ketahanan pangan yang lebih baik bila
dibandingkan dengan peningkatan penggunaan air irigasi oleh petani. Hal ini
terlihat dari persentase peningkatan produktivitas, pengeluaran pangan dan
pendapatan total rumahtangga yang lebih besar. Peningkatan pendapatan akan
memberi peluang rumahtangga untuk melakukan pilihan terhadap pangan yang
beragam, bermutu dan bergizi sehingga tingkat kecukupan energi rumahtangga
petani padi dapat lebih ditingkatkan.
Pada simulasi kenaikan harga input seperti harga pupuk dan upah buruh
tani terkesan kinerja ketahanan pangan rumahtangga lebih buruk apabila terjadi
kenaikan harga pupuk dibandingkan dengan kenaikan upah berburuhtani. Kondisi
ini tergambar pada tingkat kecukupan energi dan pengeluaran pangan yang
meningkat lebih besar pada kenaikan upah buruhtani dibandingkan dengan
kenaikan harga pupuk walau tingkat ketersediaan (nilai padi yang tidak dijual)
lebih besar penurunannya pada kenaikan upah.
Perubahan faktor harga padi dan pengeluaran konsumsi pangan secara
tunggal lebih menguntungkan rumahtangga petani padi dalam perspektif pening
katan ketahanan pangan dibandingkan perubahan kenaikan cadangan pangan
(nilai padi yang tidak dijual). Hasil anaIisis menunjukkan. peningkatan penda
patan rumahtangga, pen&:luaran pangan dan kecukupan energi lebih besar bila
terjadi kenaikan harga padi dan pengeluaran konsumsi pangan.
Pada simulasi ganda (kombinasi) perubahan harga input dan output yang
terjadi secara simultan masih dapat meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga
petani padi. Kondisi ini disebabkan dampak positif kenaikan harga padi terhadap
ketahanan pangan rumahtangga pertanian padi masih lebih besar dibandingkan
dampak negatif dari kenaikan harga pupuk dan upah berburuhtani. Selain itu,
147
kombinasi lain antara peningkatan ketersediaan pangan dan luas areal garapan.
Simulasi ini menunjukkan hasil yang lebih baik di dalam meningkatkan ketahanan
pangan rumahtangga petani padi dibandingkan simulasi kenaikan harga pupuk dan
upah berburuhtani. Kondisi ini tercermin dengan adanya peningkatan yang jauh
lebih besar pada tingkat produktivitas, pengeluaran pangan, pendapatan total
rumahtangga dan kecukupan energi. Tetapi simulasi kenaikan harga padi, harga
pupuk, upah tenaga kerja dan kombinasi menunjukkan tidak adanya perubahan
terhadap biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani padi. Kondisi ini akibat
penggunaan tenaga kerja dalam usahatani padi bersifat 'rigit'.
Sementara dari analisis model perilaku rumahtangga petani padi diketahui
bahwa perubahan harga padi tidak menimbulkan respon keputusan rumahtangga
dalam berusahatani, khususnya dalam peningkatan luas areal garapan sebagai
basis peningkatan produksi dan ketersediaan pangan. 8anyak faktor yang
mempengarnhi kemampuan peningkatan luas areal garapan selain perubahan
kenaikan harga padi karena perubahan harga tersebut tidak langsung direspon oleh
rumahtangga petani padi untuk menambah luas areal garapan mereka. Tetapi juga
diperlukan kebijakan pemerintah untuk membangun jaringan irigasi sehingga
dapat dilakukan pencetakan sawah barn dan sekaligus dapat meningkatkan
intensitas tanam rumahtangga petani padi.
148