30
Presented by Kelompok IV : 1. Anisah (1101101010030) 2. Rauzatul Jannah (1101101010034) 3. Cut Endang Kurniasih (1101101010036) 4. Muhammad Taqdirul Alim (1101101010031) 1 Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Powerpoint ini merupakan tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan II dimana menjelaskan tentang krisis hutang yang biasa melanda negara dunia ketiga (negara berkembang) dan upaya yang dilakukan untuk melepaskan diri dari hutang.

Citation preview

Page 1: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

1

Presented byKelompok IV :

1. Anisah (1101101010030)2. Rauzatul Jannah (1101101010034)3. Cut Endang Kurniasih (1101101010036)4. Muhammad Taqdirul Alim

(1101101010031)

Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

Page 2: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

2

Pembahasan :1. Krisis hutang pada dekade 1980-an

Latar belakang dan analisis. Asal muasal krisis hutang.

2. Upaya Penanggulangan Instabilitas makroekonomi. Program stabilisasi IMF. Strategi untuk melepaskan diri dari

hutang.

Page 3: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

3

Latar Belakang dan AnalisisPada dasarnya, dalam proses

pelaksanaan pembangunan ekonomi negara-negara Dunia Ketiga, akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala dimana tabungan dalam negeri rendah, defisit neraca pembayaran sangat tinggi, dan impor modal sangat dibutuhkan sekali untuk menambah sumber daya domestik.

Krisis Utang pada Dekade 1980-an

Page 4: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

4

• Sebelumnya awal dekade 1970-an, total utang negara-negara berkembang relatif kecil, dan pada umumnya utang–utang tersebut merupakan utang resmi. Sebagian besar pinjaman merupakan kredit bersyarat lunak (suku bunga yang rendah) dan digunakan untuk menopang pelaksanaan berbagai proyek pembangunan.

• Namun mulai akhir dekade 1970-an, sampai awal dekade 1980-an, bank-bank komersial internasional mulai berperan lebih besar dalam pinjaman internasional, dengan memutar surplus dana OPEC berupa “petrodolar” serta menyalurkan berbagai pinjaman untuk menunjang penyelesaian defisi neraca pembayaran dan pemngembangan sektor ekspor.

Page 5: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

5

Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak negara-negara berkembang, biaya pinjaman telah jauh melebihi keuntungan atau manfaatnya. Biaya terbesar dari semakin menumpuknya utang-utang luar negeri itu adalah meningkatnya beban pembayaran angsuran utang (debt service).

Apabila utang-utang terus membesar dan tingkat suku bunganya meningkat maka pembayaran angsuran utang juga akan meningkat.

Kewajiban negara untuk membayar angsuran itu bisa dipenuhi dengan hasil pendapatan ekspornya (devisa).

Namun apabila komposisi impor berubah dimana penerimaan ekspor berkurang maka negara-negara berkembang yang bersangkutan akan mengalami kesulitan untuk membayar angsuran utangnya. Dan kasus inilah yang dirasakan sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga yang banyak memiliki utang luar negeri.

Ket. Angsuran utang (debt service) terdiri atas amortisasi (pembayaran utang pokok) dan pembayaran bunga yang jika tidak segera dilunasi akan menumpuk.

Page 6: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

6

Sebelum membahas latar belakang dan masalah-masalah keuangan yang terjadi di Negara-negara berkembang pada dekade 1980-an, terdapat sebuah konsep dasar yang disebut Transfer Dasar (basic transfer).

Transfer dasar suatu negara adalah arus masuk (atau arus keluar) neto valuta asing yang berkaitan dengan pinjaman internasionalnya. Transfer dasar merupakan selisih kuantitatif antara arus masuk modal neto (net capital inflow) dan pembayaran bunga atas akumulasi utang yang tersisa.

Konsep ini sangat penting untuk diketahui karena posisi transfer dasar negara-negara berkembang berubah drastis menjadi sangat negatif selama dekade 1980-an sehingga mengakibatkan hilangnya valuta asing dan mengalami net capital outflow.

Ket. Arus masuk modal neto (net capital infow) merupakan selisih antara arus masuk bruto (gross inflow) dan amortisasi (pelunasan secara bertahap) terhadap utang sebelumnya.

Page 7: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

7

Berikut persamaan transfer dasar dalam matematika.

Ket. BT = basic transfer

dD = FN = Arus masuk modal neto dimana d adalah presentase tingkat kenaikan total utang dan D adala total akumulasi utang.

rD = Total pembayaran bunga utang per tahun dimana r adalah tingkat bunga yang harus dibayarkan.

• BT bernilai positif jika d > r artinya negara berkembang (pengutang) akan memperoleh valuta asing atau net capital inflow.

• BT bernilai negatif jika d < r artinya negara berkembang (pengutang) akan kehilangan valuta asing atau net capital outflow.

BT = dD - rD = (d-r) D

Page 8: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

8

Sebenarnya selama akumulasi utang itu dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang produktif dan mampu memberi tingkat pengembalian (rate of return) yang lebih besar dari r maka meningkatnya utang luar negeri tidak akan menimbulkan masalah yang serius.

Masalah yang serius muncul ketika :1. Akumulasi utang itu menjadi begitu besar sehingga tingkat

kenaikannya, atau d, mulai turun.2. Sifat dan syarat pinjaman itu berubah yakni dari pinjaman

resmi berbunga rendah menjadi pinjaman komersial berbunga tinggi.

3. Pendapatan ekspor merosot akibat anjloknya harga-harga komoditi primer dan melemahnya nilai tukar perdagangan.

4. Terjadi resesi global.5. Kepercayaan kreditor terhadap kemampuan membayar

kembali negara-negara berkembang berkurang.6. Sebagian penduduk domestik di negara-negara Dunia Ketiga

melarikan dananya ke luar negeri (capital flight).

Page 9: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

9

Asal Muasal Krisis UtangSebagian besar utang yang dimiliki empat

negara Amerika Latin yakni Brasil, Meksiko, Argentina dan Venezuela. Sesungguhnya bibit-bibit dari krisis utang pada dekade 1980-an itu telah mulai ditanam pada periode tahun 1974-1979 saat terjadi ledakan pinjaman internasional yang hebat, yang dipercepat dengan kenaikan harga-harga minyak oleh OPEC.

Pada saat itu negara-negara industri baru dikawasan Amerika Latin memiliki tingkat pertumbuhan jauh diatas rata-rata negara berkembang lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya, beberapa negara itu mulai mengimpor dalam jumlah besar. Kemudian strategi pembangunan mereka pun lebih mengarah ke luar (outward looking).

Page 10: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

10

Akibat tingginya harga minyak dan resesi dunia, maka tingkat pertumbuhan negara-negara industri turun dari 5,2% menjadi 2,7%, membuat negara berkembang itu berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan cara meningkatkan pinjamannya. Negara-negara berkembang itu mulai meminjam pada bank-bank komesial dan kredit swasta lainnya.

Bank-bank komersal internasional pun mendapat dana sebagian besar bersumber dari kelebihan pendapatan negara-negara OPEC.

Page 11: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

11

Negara-negara OPEC terutama dikawasan Timur Tengah mendepositokan lonjakan petrodollarnya di bank-bank terkemuka di Amerika Serikat yang selanjutnya di salurkan sebagai pinjaman ke pihak swasta dan pemerintahan negara berkembang yang memerlukan dana. Antara tahun 1976 sampai 1982, jumlah petrodollar yang berhasil diputar lebih dari US$ 350 miliar.

Ket. Negara-negara pendiri OPEC : Venezuela, Arab Saudi, Iran, Irak, dan Kuwait. Anggota tetap : Aljazair, Angola, Libya, Nigeria, Qatar, dan Ekuador. Anggota yang telah keluar : Gabon dan Indonesia.

Page 12: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

12

Ekspor minyak dari negara-negara anggota OPEC

Eropa, Jepang dan Amerika Serikat mengirim dolar ke pengekspor minyak sebagai pembayarannya.

Negara-negara OPEC menyimpan petrodolar nya dalam bentuk deposito di bank-bank AS dan Eropa.Bank-bank Eropa dan AS lalu menyalurkan deposito itu ke negara-negara Dunia Ketiga, sehingga melonjaknya volume utang negara Dunia Ketiga.

Pasar Eurodollar

Negara-negara pengutang membayar kembali pokok pinjamannya disertai bunga

Mekanisme Perputaran Petrodollar

Page 13: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

13

Sebagai dampak dari mekanisme perputaran petrodollar tesebut, total utang luar negeri negara-negara berkembang melonjak lebih dari dua kali lipat dari US$ 180 miliar ditahun 1975 menjadi US$ 406 ditahun 1979.

Lalu dengan melonjaknya harga minyak menyebabkan negara-negara berkembang harus mengalami kenaikan harga minyak yang sangat tinggi yang sangat memberatkan rekening impor negara-negara berkembang yang tidak memiliki minyak. Harga minyak tinggi → suku bunga dipasar-pasar uang dunia meningkat → pendapatan ekspor menurun → neraca transaksi berjalan lambat → memperparah tingkat tuntutan dan pelunasan utang Negara-negara berkembang.

Page 14: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

14

Dimensi-dimensi Beban Utang Negara-negara Berkembang tahun 1979 – 2002

1970

1975 1980

1985 1990 1995 2000

• Total utang eksternal

68,4 180,0 635,8

949,0 1.182,0

1.808,9

2.140,6

Khusus untuk Afrika - 14,9 55,6 64,7 283,3 304,1 285,1

• Pembayaran angsuran utang luar negeri

11,0 25,8 102,4

128,0 140,5 237,5 315,2

Khusus untuk Afrika - 1,3 4,1 27,6 31,1 33,1 26,9

• Rasio utang eksternal terhadap pendapatan ekspor barang dan jasa

99,4 76,4 81,9 154,5 178,6 136,9 162,0

Khusus untuk Afrika - - 92,5 189,0 203,7 228,5 214,2

• Rasio pembayaran angsuran utang

13,5 9,5 13,2 20,9 9,4 27,5 25,6

Khusus untuk Afrika 5,7 - 14,4 27,6 11,3 32,8 21,0

• Rasio utang terhadap GDP

13,3 15,4 24,4 36,4 37,8 40,5 39,5

Khusus untuk Afrika 20,9 - 28,3 46,6 61,4 74,2 64,8

Page 15: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

15

Program Stabilisasi IMF Suatu instabilitas makroekonomi

(macroeconomic instability) ditandai oleh : Lonjakan inflasi domestik. Anggaran pemerintah yang buruk. Defisit neraca pembayaran. Beban hutang lainnya.

Dalam rangka menanggulangi instabilitas makroekonomi yang sering terjadi di suatu negara, maka cara yang ditempuh adalah pelaksanaan renegosiasi dengan bank-bank swasta internasional.

Upaya Penanggulangan : Instabilitas Makroekonomi, Kebijakan-Kebijakan Stabilisasi IMF serta Berbagai

Kelemahannya

Page 16: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

16

Lanjutan…Sebelum itu melakukan itu, negara

pengutang terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari IMF. Selanjutnya, IMF bersedia memberikan rekomendasi dan bantuan-bantuan finansialnya kepada negara berkembang, yakni dimana negara berkembang bersedia melaksanakan kebijakan-kebijakan stabilisasi (stabilization policies). Kesediaan negara berkembang untuk melakukan kebijakan stabilisasi dari IMF untuk menurunkan defisit neraca pembayaran dan berusaha mengumpulkan devisa untuk melunasi hutang tepat pada waktunya.

Page 17: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

17

Pada dasarnya terdapat empat komponen dasar yang terkandung dalam program stabilisasi IMF yakni :

1. Penghapusan atau liberalisasi atas kontrol pihak pemerintah terhadap lalu lintas devisa dan impor.

2. Devaluasi nilai tukar resmi mata uang domestik negara-negara berkembang yang terlalu tinggi.

3. Pemberlakuan program antiinflasi seperti : kontrol terhadap arus kredit perbankan dengan meningkatkan suku bunga dan memperketat syarat cadangan minimum, kontrol terhadap defisit anggaran pemerintah melalui pembatasan belanja negara, kontrol terhadap kenaikan tingkat upah agregat, serta menghilangkan berbagai bentuk kontrol harga dan mendorong terjadinya mekanisme pasar bebas.

4. Peningkatan untuk menarik dana investasi asing.

Ket. Devaluasi artinya penurunan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain.

Page 18: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

18

Negara-negara yang Pro terhadap Kebijakan stabilisasi IMF

Negara-negara yang Kontra terhadap Kebijakan stabilisasi IMF

Negara Dunia Ketiga seperti Meksiko, Argentina, Venezuela, Bangladesh dan Ghana, dimana mereka mengajukan permohonan kepada IMF untuk mendapatkan tambahan bantuan devisa. Mereka berpendapat bahwa kebijakan stabilisasi IMF berpotensi besar untuk menurunkan lonjakan inflasi dan memperbaiki kondisi neraca pembayaran negara-negara berkembang, sehingga bisa menurunka defisit neraca pembayaran.

Seperti negara Venezuela, Nigeria, Indonesia dan Korea Selatan yang memperlihatkan sikap anti-IMF pada dekade 1990-an. Mereka menilai kebijakan tersebut dapat memperlambat usaha-usaha pembangunan yang sifatnya fundamental.

Pihak yang paling dirugikan adalah kalangan kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

Page 19: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

19

Lanjutan…Pihak yang kontra terhadap kebijakan IMF juga menilai : Persyaratan yang diharuskan IMF kepada negara

berkembang dipandang sebagai suatu bentuk standar ganda, atau bisa dibilang tidak adil. Dimana Negara berkembang harus menjalankan kebijakan-kebijakan penyesuaian, sementara negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang juga memiliki defisit perdagangan dan defisit anggaran sama sekali tidak diwajibkan untuk melakukan penyesuaian apapun.

Kebijakan pengetatan dari IMF tidak lebih dari sekedar perpanjangan tangan dari negara-negara kapitalis.

Cheryl Payer menyatakan bahwa sesungguhnya dalam suatu sistem perdagangan global yang didominasi oleh negara-negara Dunia Pertama, fungsi IMF hanyalah sebagai instrumen terpilih untuk menerapkan disiplin finansial imperialis terhadap negara-negara miskin, yang pada akhirnya menjurus pada “peonase internasional” atau perbudakan hutang. Sehingga kondisi neraca pembayaran negara miskin bukan semakin membaik malah semakin memburuk akibat terus menambah utang dari lembaga-lembaga keuangan internasional.

Page 20: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

20

Lanjutan…• Ada beberapa para pengamat yang tidak

seradikal Payer pun ternyata juga menganggap IMF bukan merupakan suatu agen pembangunan, meskipun mereka tidak secara terang-terangan menyebut lembaga itu bersifat anti pembangunan.

• Banyak negara-negara berkembang di Amerika Latin telah melaksanakan upaya “penyesuaian” dan program stabilisasi IMF, tetapi kenyataannya pertumbuhan ekonomi tidak segera berkembang seperti yang diharapkan.

• Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan finansial IMF yang serba ketat itu cenderung memperparah kesulitan yang sudah ada dan menciptakan beban ekonomi tambahan bagi negara berkembang.

Page 21: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

21

Strategi untuk Melepaskan Diri dari UtangBanyak pihak yang khawatir bahwa jika satu atau

dua negara pengutang terbesar seperti Brasil, Meksiko atau Argentina benar-benar bangkrut atau apabila mereka memutuskan untuk secara bersama-sama menghapuskan utang mereka secara sepihak dengan membentuk sebuah kartel pengutang (debtor’s cartel).

Bagi negara-negara pengutang terbesar yang membentuk kartel pengutang membuat perekonomian dunia menjadi tidak baik karena secara umum dimaknai sebagai monopoli oleh sekelompok orang untuk mengatur produksi atau pengadaan barang, sekaligus menetapkan harganya. Dalam hal ini berarti kartel bisa saja menentukan besaran utang secara sepihak dan menghapuskan utang juga secara sepihak.

Page 22: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

22

Lanjutan…Sebenarnya banyak usulan telah diajukan untuk meringankan atau merenegosiasi beban utang negara-negara pengutang terbesar. Usulan itu sangat bervariasi yakni mulai dari alokasi baru sejumlah SDR sampai dengan program restrukturisasi (restructuring) dalam dasar-dasar utang yang memihak negara-negara berkembang.

Berbagai usulan itu antara lain :1. Dasar-dasar Toronto2. Rencana Brady (Brady Plan)3. Pertukaran utang untuk modal (debt for equity

swap)4. Pertukaran utang untuk lingkungan (debt for

nature swap)

Ket. SDR merupakan aset cadangan internasional, yang diciptakan oleh IMF pada tahun 1969 untuk melengkapi cadangan resmi yang ada pada negara-negara anggota. Sering pula dijuluki emas kertas (paper gold) karena bisa menggantikan semua  fungsi emas sebagai standar moneter internasional.

Page 23: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

23

1. Dasar-dasar TorontoUsulan ini dikemukakan oleh Paris Club dan merupakan

yang paling menonjol karena yang menawarkan suatu bantuan yang bersifat konsensional agar untuk negara-negara pengutang mengumpulkan tabungan bisa melunasi pinjamannya.Pemerintah negara-negara pemberi pinjaman untuk memilih salah satu dari tiga alternatif bantuan konsensional : Pembatalan sebagian pinjaman nonkonsensional, maksimal

hingga sepertiga dari total utang. Penurunan suku bunga atas keseluruhan volume pinjaman. Perpanjangan periode pembayaran hingga 25 tahun.

2. Rencana Brady (Brady Plan) Usulan ini juga terkenal dikemukakan oleh Menteri

Keuangan Amerika Serikat, Nicholas Brady pada tahun 1989. Rencana itu bermaksud menghapuskan sebagian utang tetapi sisa pinjaman yang tidak terhapuskan akan dijamin pelunasannya oleh IMF atau Bank Dunia, asalkan negara-negara berkembang bersedia melaksanakan program-program penyesuaian seperti yang disarankan oleh IMF.

Page 24: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

24

3. Pertukaran utang untuk modal (debt for equity swap)Mekanisme ini meliputi penjualan surat-surat

promes dari pemerintahan negara-negara berkembang kepada investor swasta dengan potongan harga lebih dari 50% dalam pasar-pasar pedagangan sekunder.

Bagi negara berkembang, mekanisme tersebut akan memacu investasi swasta dalam aset-aset yang ternilai dalam mata uang lokal, baik dari para investor domestik maupun investor asing , sekaligus mengurangi beban pelunasan utang-utang luar negerinya.

4. Pertukaran utang untuk lingkungan (debt for nature swap)

Pihak kreditor dihimbau untuk memberi keringanan utang bagi negara-negara berkembang asalkan pemerintahan pemerintahan negara-negara Dunia Ketiga mau melakukan langkah-langkah preservasi atau pelestarian lingkungan hidup secara lebih serius.

Page 25: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

25

Dari berbagai macam usulan untuk meringankan utang tersebut ternyata menimbulkan masalah yang pelik yaitu : sebagian besar usulan peringanan utang luar negeri negara-negara Dunia Ketiga terlalu mensyaratkan bak-bank swasta internasional untuk mengambil inisiatif pertama dalam melaksanakan kebijakan. Dalam prakteknya, hampir semua bank komersial swasta internasional tidak bersedia mengambil langkah pertama karena merugikan neraca keuangan mereka.

Page 26: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

26

Apakah Masalah Utang Ini Telah Teratasi? Mereka Yang Menang Dan Yang Kalah.

Pihak yang menang adalah bagi bank-bank komersial di negara-negara maju, hal ini dikarenakan total kredit macet yang mereka tanggung sudah menurun dari US$67 milyar pada tahun 1987 menjadi US$19 milyar pada tahun 1992 ketika krisis dianggap telah usai

Sedangkan pihak yang kalah adalah bagi penduduk yang berpenghasilan menengah ke bawah di berbagai negara - negara berkembang yang kesejahteraan ekonomi mereka telah dikorbankan guna memungkinkan pemerintahnya untuk membayar utang-utang luar negeri.

Page 27: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

27

Pada tahun 1996, dilakukan inisiatif pertama untuk menangani masalah negara pengutang besar (highly indebted poor countries,HIPC) diluncurkan oleh satu kelompok yang terdiri dari tujuh negara industri besar (kelompok tujuh atau G7).Mereka melakukan proses penyaringan penyelesaian utang yang semakin besar melalui lembaga keuangan internasional.

Page 28: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

28

KesimpulanBeban krisis utang global seharusnya

dibagi secara merata ke semua pihak bukannya oleh negara Dunia Ketiga saja. Kenyataannya, yang paling banyak menanggung beban utang adalah negara-negara berkembang yang justru paling lemah.

Selain stabilitas politik, elemen penting bagi kemampuan negara-negara berkembang untuk mengatasi utang luar negerinya adalah penyesuaian suku bunga global dan domestik.

Page 29: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

29

Kemudian lembaga keuangan atau organisasi keuangan internasional khususnya IMF dan bank dunia harus berusaha lebih keras utuk menyediakan likuiditas serta fleksibilitas kebijakan finansial yang memadai agar negara berkembang dapat melakukan langkah penyesuaian tanpa harus terlalu banyak mengorbankan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan penduduknya.

Page 30: Utang Negara-Negara Dunia Ketiga dan Kontroversi Stabilitas Makroekonomi

30

THANKS YOU

ASSALAMUALAIKUM WR WB