Upload
homeworkping2
View
339
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
LAPORAN KASUS
OTITIS MEDIA AKUT DAN OTITIS EKSTERNA
DISUSUN OLEH :
FAIRUZ BINTI MAHAMAD RODZI
030.08.271
PEMBIMBING :
DR. TIENNEKE SABOE, Sp. THT
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Rumah sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor
Periode 17 Disember 2012 – 19 Januari 2013
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas UniversitasTtrisakti
Bogor, 9 januari 2013
STATUS PASIEN THT
Tanggal : 2 Januari 2013
No. Registrasi : 25-18-95
I. IDENTIFIKASI
Nama : NIA MULYATI. NY.
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumahtangga
Pendidikan : SLA
Alamat : CIOMAS RAHAYU RT02/09
Kasus ke : 1
Pemeriksa : Fairuz Binti Mahamad Rodzi
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal pada tanggal 2 Januari 2013 jam
10.00 pagi di ruang poliklinik THT RSMM.
A. Keluhan utama: Telinga kanan keluar cairan berwarna kuning, lengket dan berbau
amis sejak 3 hari yang lalu
Keluhan tambahan: Demam dan telinga kanan berdengung dan nyeri. Nyeri telinga
luar sejak 1 minggu lalu.
B. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poliklinik THT RSMM mengeluhkan telinga kanannya keluar
cairan berwarna kuning sejak 3 hari yang lalu. Cairan keluar berbau amis dan
telinga merasa gatal. Pasien juga mengatakan bahawa ada terdengar bunyi
berdengung lebih dari 5 menit dan merasa demam. Pasien merasa nyeri pada
telinga luar sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menyangkal adanya gangguan
pendengaran, gangguan keseimbangan.
C. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien menyatakan bahawa tidak pernah mengalami hal seperti ini. Tidak pernah
mengkonsumsi obat – obatan rutin, tidak ada riwayat alergi dan tidak pernah
mengalami trauma ataupun operasi disekitar kepala.
D. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal seperti ini.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum: tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Kepala : normocephali, bulat, simetris, tidak ada deformitas
Mata : konjungtivas tidak anemi, sklera tidak ikterik
Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
Toraks : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstrimitas : tidak dilakukan pemeriksaan
B. STATUS THT
I. PEMERIKSAAN TELINGA
KANAN KIRI
Normotia
Nyeri tarik (+)
Nyeri tekan tragus
(+)
Daun telinga Normotia
Nyeri tarik (-)
Nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-)
Fistula (-)
Oedema (+)
Nyeri tekan (+)
Sikatriks (-)
Preaurikuler Hiperemis (-)
Fistula (-)
Oedema (-)
Nyeri tekan (-)
Sikatriks (-)
Hiperemis (-) Retroaurikuler Hiperemis (-)
Fistula (-)
Oedema (-)
Nyeri tekan mastoid
(-)
Fistula (-)
Oedema (-)
Nyeri tekan mastoid
(-)
Lapang
Hiperemis (+)
(+)
(-)
(-)
Liang telinga
a. Lapang/sempit
b. Warna epidermis
c. Sekret
d. Serumen
e. Kelainan lain
Lapang
Hiperemis (-)
(-)
(-)
(-)
MT tidak dapat
diperiksa karena ada
sekret
Membrane timpani MT intak
Pemeriksaan fungsi pendengaran
Tes penala 512Hz kanan kiri
Rinne positif positif
Weber Lateralisasi kedua belah
telinga sama
Lateralisasi kedua belah
telinga sama
Schwabach Sama dengan pemeriksa memendek
Kesan: tuli sensorineural di telinga kiri
2. PEMERIKSAAN HIDUNG
Kanan Kiri (-) Deformitas (-)
Dahi (-)
Pipi (-)
Depan telinga (-)
Nyeri tekan Dahi (-)
Pipi (-)
Depan telinga (-)
(-) krepitasi (-)
RINOSKOPI ANTERIOR
Kanan Kiri
Secret (-)
Krusta (-)
Vestibulum Secret (-)
Krusta (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Konka inferior Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Tidak terlihat Konka media Tidak terlihat
Tidak terlihat Konka superior Tidak terlihat
Pus (-)
Polip (-)
Meatus nasi Pus (-)
Polip (-)
Sempit Kavum nasi
Hiperemis (-) Mukosa Hiperemis (-)
Serosa (-) Sekret Serosa (-)
Deviasi (-) Septum Deviasi (-)
Normal Dasar hidung Normal
RINOSKOPI POSTERIOR
Koana Tidak dilakukan pemeriksaan
Mukosa konka
Sekret
Muara tuba eustachii
Adenoid
Fossa rosenmuler
Atap nasofaring
3. PEMERIKSAAN FARING
Arkus faring Simetris kanan dan kiri
Hiperemis (-)
Mukosa faring Hiperemis (-)
Dinding faring Hiperemis (-)
Permukaan tidak rata (-)
Post nasal drip (-)
Uvula Simetris di tengah
Hiperemis (-)
Tonsil palatine Besar : T1 – T1
Warna : hiperemis -/-
Kripta : melebar -/-
Detritus : -/-
Perlekatan : tidak ada
Gigi geligi10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
oral hygiene baik
4. HIPOFARING
Tidak dilakukan pemeriksaan
5. PEMERIKSAAN LARING
Tidak dilakukan pemeriksaan
6. LEHER
Tidak dilakukan pemeriksaan
7. MAKSILOFASIAL
Simetris, paralisis nervus kranialis (-), nyeri tekan dahi (-), pipi (-), hidung (-), depan telinga (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGTidak dilakukan pemeriksaan penunjang
V. RESUME
Seorang wanita, 27 tahun, datang dengan keluhan telinga kanan keluar cairan
berwarna kuning berbau amis sejak 3 hari yang lalu. Telinga berasa gatal. Pasien
tidak pernah mengalami sakit seperti ini. Pasien mengeluhkan ada demam dan
telinga berdengung serta nyeri telinga luar sejak 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan. Pada pemeriksaan telinga didapatkan
ada sekret pada telinga kanan, tetapi tidak dapat ditentukan kondisi membrane
timpani karena suction tidak dapat dilakukan akibat nyeri tekan tragus dan tarik
aurikula. Pada pemeriksaan hidung didapatkan hidung dalam batas normal. Pada
pemeriksaan tenggorokan, didapatkan pemeriksaan tenggorokan dalan batas
normal.
VI. DIAGNOSA KERJA :
Otitis media akut
Otitis eksterna
Otitis media akut et causa otitis eksterna
VII. DIAGNOSA BANDING :
Otitis media akut stadium supurasi
VIII. RENCANA PENGOBATAN :
1. Medikamentosa
- Cefradoxil 500mg selama 5 hari 2 kali sehari 1 tablet
- Fludrokortison asetat 1 mg,
- Polimiksin B Sulfat 10000 iu,
- Neomisin Sulfat 5 mg,
- Lidokain HCl 40 mg
- Asam mefenamat 500mg
- Metilprednisolon 4mg
2. Non-medikamentosa
- Istirahat yang cukup
- Menjaga kedua telinga pasien agar tidak kemasukan air dan jangan korek
telinga
IX. RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan.
Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan
pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak
menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30
menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
Syarat tes ini :
Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat
anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun
X. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanasionam: dubia ad malam
DOKTER MUDA: Fairuz Binti Mahamad Rodzi
DOKTER PENGAWAS: Dr. Tienneke Saboe
TANDATANGAN:
PENILAIAN:
PEMBAHASAN
Diagnosis Otitis Media Akut dan otitis eksterna didapatkan melalui hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik telinga yang dilakukan. Pada anamnesis,
tergambar jelas mengenai etiologi dan perjalanan penyakit pasien.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien nmengeluh nyeri yang terus-menerus pada
telinga kiri selama 1 minggu. Sebelumnya telinga tersebut dibersihkan dengan cotton buds
karena terasa gatal yang kemungkinan telah terjadi trauma ringan yang menyebabkan
perubahan kulit liang telinga. Telinga kanan terasa tidak enak. Hal ini sesuai dengan gejala
otitis eksterna, yaitu nyeri pada liang telinga, rasa tidak enak pada liang telinga.
Pada pemeriksaan telinga kanan pasien didapatkan adanya tanda-tanda perandangan
meatus akustikus eksternus kanan, yaitu adanya edema dan hiperemi liang telinga. Ditemuka
n adanya sekret pada liang telinga.Pada otitis eksterna, pengobatannya amat sederhana tetapi
membutuhkankepatuhan penderita terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pember
sihan liang telingadengan mengorek-ngorek telinga dengan benda asing seperti cotton
bud tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau iritasi. Penatalaksanaannya
dapat diberikan obat tetestelinga yang mengandung neomisin, polimiksin B dan korikosteroid
juga dapat menjadi pilihan. Kadang- kadang diperlukan obat antibiotik sistematik. Rasa
nyeri padatelinga akibat proses inflamasi.
Hasil anamnesis menunjukkan proses perjalanan penyakit yang sesuai dengan
perjalanan penyakit pada OMA mulai dari infeksi Otitis eksterna yang lalunya menyebar ke
telinga tengah yaitu, stadium
oklusituba, stadium hiperemis, stadium supurasi dan stadium perforasi saat pasien datang ber
obat ke Poliklinik.Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya proses inflamasi akibat
infeksi pada telinga tengah. Tampak sekret mukopurulen pada liang telinga kanan. Masih
banyak terdapat sekret di dalam telinga tengah dan perforasi sangat kecil sehingga sekret
hanya dapat keluar sedikit demi sedikit, pada titik perforasi juga tampak mukosa yang edema
menonjol keluar dan menutupi perforasi. Dengan
keadaan ini, penekanan membran timpani oleh sekret yang menyebabkan tampakan bulging
masih terjadi. Harus dibedakan antara OMA dan OMSK. Riwayat keluhan telinga yang baru
terjadi selama 7 hari dengan sekret keluar mulai 3 hari lalu, menunjukkan adanya proses akut
pada telinga. Pasien juga mengaku sebelumnya tidak pernah keluar cairan
dari telinga kanan. Pada pemeriksaan fisik sukar melihat membrane timpani karena penuhnya
secret yang tidak bisa di suction karena nyeri tarik aurikula .Penanganan ditujukan pada
eradikasi infeksi dan simtomatis untuk mengurangi gejala yang
dirasakan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA harus adekuat sehingga infeksi tidak menetap
dan berubah menjadi OMSK. Terapi lini pertama diberikan pada pasien ini
berupa antibiotik selama 7 hari. Pasien diminta kembali lagi untuk control setelah 7 hari
untuk melihat perkembangan terutama penutupan pada perforasi membrane
timpani. .Kontrol diperlukan untuk menilai terapi telah adekuat atau belum, agar dapat
mencegah perkembangan penyakit menjadi OMSK. Antibiotik oral diberikan pada pasien ini
untuk menjamin adekuasi terapi. Antibiotic topikal dapat diberikan pada pasien setelah
dilakukan cuci telinga menggunakan H202 3% agar hasil dari penggunaan antibiotika topical
dapat maksimal. Kortikosteroid oral dan local diberikan buat mengurangi radang. Asam
mefenamat juga diberikan buat penahan sakit.
.
TINJAUAN PUSTAKA
OTITIS EKSTERNA
1. Definisi
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liangtelinga yang disebabkan oleh kuman ma
upun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak
diliang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga dankecenderungan untuk kambuhan.
Pengobatan amat sederhanatetapi membutuhkan kepatuhan penderita terutama dalammenjaga
kebersihan liang telinga.
2. Etiologi
Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang,kebanyakan
pada usia remaja dan dewasa muda.Terdiri dari inflamasi, iritasi atau infeksi pada telinga
bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau
benda asing dalam liang telinga. Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu
cara terjadinya otitis eksterna (swimmer’s ear).
Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil (Furunkulosis) salah satu dari satu
kelenjar sebasea 1/3 liang telinga luar. Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis
membatasi kulit sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga
penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan.
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling
sering adalah
antibiotik,contohnya: neomycin, framycetyn,gentamicin, polimixin, anti bakteri (clioquinol,
Holmes dkk, 1982) dan anti histamin.Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan khususnya
nikel yang sering muncul pada kertas
dan klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan
penyakit yang paling umum dari liang telinga luar seperti otitis eksterna difusa akut pada
lingkungan yang lembab.
3. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan
cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah
dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
4. Klasifikasi otitis eksterna
4.1. Penyebab tidak diketahui :
•Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
•Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
•Otitis eksterna membranosa.
•Meningitis kronik idiopatik
•Lupus erimatosus, psoriasis
4.2. Penyebab infeksi
•Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
•Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksternagranulosa,
perikondritis.
•Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
•Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, varioladan
varicella.
•Protozoa
•Parasit
4.3. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata,
ekskoriasi,neurogenik
4.4. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi
karena obat,dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.
•Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10%ichthamol dalam
glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukaninsisi pada abses dan tampon
larutan rivanol 0,1%.
•Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat.Diberikan
pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis
40-50 mg per kg BB.
•Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).Pada kasus-
kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaituadanya penyakit diabetes
melitus.
Otitis Eksterna Difus
adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri.Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu
Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemisdan
udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama
dengangejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan
sekretyang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret
yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
Pengobatan
otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yangmeradang.
Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di
daerahtersebut.Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga kandid
aalbikans atau jamur lain.Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang
telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asamasetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya
dapat menyembuhkan.Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang d
iberikan secaratopikal.
5. Gejala Klinis
Rasa sakit
di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan
penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yanghebat, serta berdenyut.
Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhanini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknyatidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan p
erikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakityang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan
kulitdan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga
akandihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit
yanghebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga
merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitiseksterna difusa dan sering
mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal
merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasasakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gataldis
ertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitiseksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran
mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.Edema kulit liang telinga,
sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-
obatanyang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman
hantaran suara.
6. Tanda-tanda Klinis
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit
2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat
positif
3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema
positif.Menurut Senturia HB (1980) :Eritema kulit, sekret yang kehijau-hijauan dan
edema kulit liang telinga merupakan tanda-tanda klasik dari otitis diffusa akuta. Bau
busuk dari sekret tidak terjadi. Otitis eksternadiffusa dapat dibagi atas 3 stadium
yaitu:
1. “Pre Inflammatory“
2. Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)
3. Radang kronik
7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
- Otitis eksterna nekrotik
- Otitis eksterna bullosa
- Otitis eksterna granulose
- Perikondritis yang berulang
- Kondritis
- Furunkulosis dan karbunkulosis
-dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis seboroika.
Karsinoma liang telinga luar yang mungkin tampak seperti infeksi stadium dini
diragukan dengan proses infeksi, sering diobati kurang sempurna. Tumor ganas yang
palingsering adalah squamous sel karsinoma, walaupun tumor primer seperti seruminoma,
kistaadenoid, metastase karsinoma mamma, karsinoma prostat, small (oat) cell“ dan
karsinoma selrenal.
Adanya rasa sakit pada daerah mastoid terutama dari tumor ganas dan dapatdisingkirkan
dengan melakukan pemeriksaan biopsi.
OTITIS MEDIA AKUT
1. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.
2. Epidemiologi
Faktor-faktor yang mempenfaruhi angka kejadian otitis media yaitu usia, jeniskelamin,
ras, latar belakang genetik, status sosioekonomi, jenis susu saat bayi, derajat paparan terhadap
rokok, ada tidaknya alergi pada sistem respirasi, musim, dan statusvaksinasi pneumokokus
3. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran
tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar
saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di
belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat
terganggu karena gendang telinga dan tulang-
tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak
dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran
hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.
Dan yang paling berat, cairan yangterlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang
telinga karena
tekanannya.OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala
berangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene,
terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang
baik.a.Factor pencetus terjadinya otitis media akut. Terganggunya factor pertahanan tubuh,
yaitu terganggunya silia pada mukosa tuba Eustachius Sumbatan tuba Eustachius
Infeksi saluran napas atas, semakin sering terkena ISPA maka makin besar kemungkinan
anak mengalami OMA.
Pada anak anatomi tuba Eustachius juga terlibat mempermudah terjadinya OMA.
Bakteri piogenik merupakan penyebab utama OMA (otitis media akut),seperti
Streptococcus haemolyticus, stafilococcus aureus,pneumakokus. Kadang-kadang
Haemophylus influenza ditemukan juga.
Membagi OMA dalam beberapa 5 stadium :
1. StadiumOklusi TubaEustachius
– Retraksi membran timpani karena adanya tekanan negatif ditelinga tengah akibat absorpsi
udara.
–kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat –efusi tidak dapat
dideteksi
–stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa karenavirus atau alergi
2. stadiumhiperemis (pre-supurasi)
– Pelebaran pembuluh darahdi membran timpani tampak hiperemis dan edem
– Terbentuk sekret yang mungkin bersifat eksudat serosa sukar terlihat
3. Stadium supurasi
– Edema hebat pada mukosa telinga tengah, sel epitel superfisialis
hancur, terbentuk eksudat purulen di kavum timpanimembran timpani menonjol ke arah
telinga luar
–Pasien terlihat sangat sakit, peningkatan nadi dan suhu, pertambahan nyeri telinga
– Jika tekanan di kavum tidak berkurang karena tekanan nanah iskemik, tromboflebitis pada
vena-vena kecil, nekrosis mukosadan submukosadaerah ini tampak kekuningan dan lebih
lembek akan terjadi rupture
4. stadium perforasi
– Ruptur membran timpani sekret mengalir ke liang telinga luar.Anak menjadi tenang dan
dapat tidur nyenyak stadium resolusi
– Bila membran timpani tetap utuh akan kembali normalsecara perlahan-lahan –Dapat terjadi
tanpa pengobatan bila daya tahan tubuh baik atauvirulensi kuman rendah
– Bila peeforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atauhilang timbulOMSK
– Bila skret menetap dalam kavum timpani dan tidak terjadi perforasi OM serosa
4.Gejala Klinik OMA
➢Tergantung pada stadium penyakit dan usia pasien
➢Pada bayi: suhu tinggi mencapai 39,5˚C (pada stadium supurasi),gelisah, sukar tidur
➢Pada anak yang sudah dapat berbicara: nyeri di dalam telinga dandemam, biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya
➢Pada anak yang lebih besar atau dewasa: nyeri di dalam telinga, rasa penuh di telinga, rasa
kurang dengar
➢Tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dankadang memegang telinga
yang sakit
5. Diagnosis OMA
harus memenuhi 3 hal berikut ini :
1.Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)
2.Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) ditelinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan memperhatikan tanda berikut:
a.Mengembangnya gendang telinga
b.Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c.Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d.Cairan yang keluar dari telinga
3.Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan adanyasalah satu
diantara tanda berikut :
a. Kemerahan pada gendang telinga
b.Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normalAnak dengan OMA dapat
mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan
dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah serta rewel. Namungejala
-gejala ini tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada
riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop untuk melihat dengan jelas
keadaangendang telinga/membrane timpani yang menggembung, eritema bahkan kuning
dansuram serta adanya cairan berwarna kekuningan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatic (alatuntuk
melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilairespon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telingayang kurang
dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan
tambahan untuk memperkuat diagnosis OMA. Namun
umunyaOMA sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskop biasa.(subcomitee of OM
A,2004)
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukanterhadap
gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak dilakukan pada sembaranganak. Indikasi
perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan
riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguankekebalan tubuh, anak yang
tidak member respon pada beberapa pemberian antibioticatau dengan gejala sangat berat dan
komplikasi.
6. Terapi
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium
awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media
adalah untuk menghindari komplikasi intrakranial dan ekstrakranial
yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius
,menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak
<12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang berumur >12 thn atau
dewasa, antihistamin bila ada tanda-tanda alergi, serta antipiretik. Selain itu, sumber infeksi
juga harus diobati dengan memberikan antibiotik selama 7 hari:
•Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
•Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
•Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin, selama10-14 hari:
•Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
Amoksisilin: Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
•Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100
mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau
eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari. Kemudian diberikan obat tetes hidung nasal dekongestan
maksimal 5 hari, antihistamin bila ada tanda-tanda alergi, antipiretik, analgetik dan
pengobatan simtomatis lainnya.
Pada stadium supurasi terjadi edema yang hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di
kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga
luar.pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemi, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-
vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan nanah keluar ke liang telinga.
Dengan dilakukan miringotomi luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi
ruptur, maka lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah menutup kembali. Miringotomi
dilakukan jika membrane timpani masih utuh. Selain miringotomi, diberikan juga
antibiotik pada stadium ini, yaitu:
•Amoxyciline : Dewasa 3x 500mg/hari, Bayi/anak 50mg/kgBB/hari
•Erythromycine : Dewasa/ anak sama dengan dosis amoxyciline
•Cotrimoxazole : (kombinasi trimethroprim 80mg dan sulfamethoxazole 400mg-
tablet) untuk dewasa 2x2 tablet, Anak ( trimethroprim 40mg dansulfamethoxazole 200mg)
suspense 2x1 cth.
•Jika kuman sudah resisten (infeksi berulang): kombinasi amoxyciline dan asamclavulanic,
dewasa 3x625 mg/hari. Bayi /anak, disesuaikan dengan BB dan usia.Antibiotik diberikan 7-
10 hari, pemberian yang tidak adekuat dapatmenyebabkan kekambuhan. Penderita yang alerg
i penicillin dapat diberikangolongan makrolid (Azithromicine, Roxythromicine).
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar,kadang secara berdenyut
atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet )H2O2 3% (4-5 tetes sehari)
selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat, berupa ciprofloxacin 200 mg
(2x1) selama 3-14 hari. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari.
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali,sekret tidak ada
lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang
telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis.
Sekitar 80% kasus OMA sembuh dalam 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Observasi
dapat dilakukan. Antibiotik dianjurkan jika gejala tidak membaik dalam dua sampai tiga hari,
atau ada perburukan gejala. Ternyata pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat
terhindar dari tejadinya komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang muncul adalah risiko
terbentuknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik meningkat. Menurut American
Academy of Pediatrics (2004), mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang
harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut.
Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan
Kurang dari 6 bulan Antibiotik Antibiotik
6 bulan sampai 2 tahun Antibiotik Antibiotik jika gejala berat
2 tahun ke atas Antibiotic jika gejala berat Observasi
Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut,terdapat
efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga
tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari
39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-
berat atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan
pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat pemeriksaan,
atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun.
Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan ibuprofen tetap
diberikan pada masa observasi. Menurut American Academic of Pediatrik (2004),
amoksisilin merupakan first-line terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi
antibiotik awalselama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae
.Jika pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti
cefdinir .Second-line terapi seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap Haemophilus
influenza Dan Moraxella catarrhalis, termasuk Streptococcus penumoniae. Pneumococcal
7- valent conjugate vaccine dapatdianjurkan untuk menurunkan prevalensi otitis media
Pembedahan Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA
rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.
1. MiringotomiMiringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani, supaya
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus
dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat
dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior.Bila terapi yang
diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perludilakukan, kecuali jika terdapat pus di
telinga tengah. Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam,
komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis,labirinitis, dan infeksi sistem
saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan
terhadap dua kaliterapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi
atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yangrespon kurang memuaskan terhadap
terapi second-line, untuk menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2. Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani,dengan analgesia lokal
supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi
antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien
yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipatimpanostomi dapat menurun
morbiditas OMA seperti otalgia, efusitelinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan
dibandingdengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah
dijalankan.
3. AdenoidektomiAdenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi
otitismedia dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan
miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada
anak kecil dengan OMA rekuren yangtidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak
dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren
DAFTAR PUSTAKA
1. Charismawati, Anisa, Otitis Media Akut, Kepaniteraan Klinik lab/SMF IlmuFarmasi
Fakultas Kedokteran UNS / RSUD DR. MOERWADI. Surakarta.2011
2. Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah.Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala &Leher Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2007. h. 65-68.
3. Hafifa. Tatalaksana Otitis Media Akut (OMA) Pada Stadium Perforasi.
2011(Online) (http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=TATALAKSANA+
OTITIS+MEDIA+AKUT+(OMA)+PADA+STADIUM+PERFORASI, diakses
tanggal 29 Agustus 2011)
4. Fikri S., Ahmad. Penanganan Otitis Media Akut (OMA) Stadium
PerforasiPada Wanita Usia 25 Tahun. 2011 (Online)(http://www.fkumyecase.net/
wiki/index.php? page=PENANGANAN+OTITIS+MEDIA+AKUT+%28OMA
%29+STADIUM+PERFORASI+PADA+WANITA+USIA+25+TAHUN,diakses
tanggal 1 September 2011).
5. Harmdji S, Soepriyadi, Wisnubroto, Otitis Media Supuratif Akut. Dalam: TimRevisi
PDT RSUD dr. Soetomo. Surabaya. 2005. h. 10-3
6. Oghalai, J.S. 2003.Otitis Eksterna Available from : http://www. bcm.tme.edu/oto/
grand/101295.htm. Accessed : 2008, March 28.
7. Abdullah, F. 2003.Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut Available from
:www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2008, March 28.
8. Kotton, C. 2004.Otitis Eksterna.Available from : http:savondrugs.com/shop/
templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed : 2008, March28.
9. Carr, MM. 2000.Otitis Eksterna.Available from : http://www.icarus.med.utoronto.ea/
carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed : 2008, March 28.
10. Fatih, M. 2007.Otitis Eksterna.Available from :http://hennykartika.wordpress.com/
2007/12/29/otitis-eksterna/. Accessed : 2008, March27.
11. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalamBuku Ajar Ilmu
KesehatanTelinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Ed. ke-5. Fakultas
Kedokteran UniversitasIndonesia. Jakarta.
12. Anonim. 2006.Otitis Eksterna.Available from :http://www.kalbe.co.id. Accessed :
2008,March 27.
13. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK
Unud.Denpasar