22
MAKALAH “ANALISIS PUISI di JAWAPOS EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ” Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori sastra Oleh: 1 . Novita Widianingsih (130210402078) Kelas A SEMESTER 1 ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS JEMBER

“ANALISIS PUISI di JAWAPOS EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH “ANALISIS PUISI di JAWAPOS EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Citation preview

Page 1: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

MAKALAH

“ANALISIS PUISI di JAWAPOS

EDISI 20 NOPEMBER 2011

KARYA DISA T. ”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Teori sastra

Oleh:

1. Novita Widianingsih (130210402078)

Kelas A

SEMESTER 1 ANGKATAN 2013

UNIVERSITAS JEMBER

Jl. Kalimantan 37 Kampus Bumi Tegal Boto

Telp./Fax (0331) 339029

JEMBER

Page 2: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Kata Pengantar

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Puisi di Jawapos Edisi ”.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Sastra di Universitas Jember.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak manapun demi

kesempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga kami dapat menyelesaikannya

tanpa kendala yang berarti.

Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Jember, 4 Nopember 2013

Penulis

2

Page 3: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Daftar Isi

Judul ....................................................................................................................................1

Kata Pengantar ....................................................................................................................2

Daftar Isi .............................................................................................................................3

1. BAB I Pendahuluan......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

2. BAB II Pembahasan.....................................................................................................6

2.1 Puisi Sebelum Kita Saling Mengenal..............................................................6

2.1.1 Pendekatan Heuristik..........................................................................6

2.1.2 Pendekatan Hermeneutik....................................................................7

2.2 Puisi Sajak Dari Dalam Gerobak....................................................................9

2.2.1 Pendekatan Heuristik..........................................................................9

2.2.2 Pendekatan Hermeneutik..................................................................10

2.3 Puisi SI Kancil Sudah Tak Nakal..................................................................12

2.3.1 Pendekatan Heuristik........................................................................12

2.3.2 Pendekatan Hermeneutik..................................................................13

3. BAB III Penutup ........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...................................................................................................15

Daftar Pustaka....................................................................................................................16

3

Page 4: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai sedemikian

rupa dalam bentuk tulisan dan mengandung makna. Pembuat puisi atau penyair tidak

sembarangan dalam menciptakan puisi. Puisi yang mereka buat, bukan hanya indah

namun sarat dengan makna. Walaupun terkadang sulit dipahami tapi ada ada makna yang

tersimpan didalamnya.

Dalam pemaknaan puisi terdapat berbagai macam teori yang dapat digunakan. Salah

satunya teori Riffaterre. Dalam teorinya terdapat dua pendekatan, yakni pendekatan

heuristik dan pendekatan hermeneutik. Menurut Riffaterre (dalam Wellek dan Warren,

1989: 148) analisis secara heuristik adalah analisis pemberian makna berdasarkan struktur

bahasa secara konvensional, artinya bahasa dianalisis dalam pengertian yang

sesungguhnya dari maksud bahasa. Sedangkan analisis secara hermeneutik adalah analisa

dengan membaca berulang-ulang sampai pembaca dapat mengungkapkan makna dalam

sistem tanda.

Berdasarkan uraian diatas, penulis memutuskan menggunakan teori Riffaterre guna

mencari makna tersurat maupun tersirat dalam puisi Sebelum Kita Saling Mengenal, Sajak

dari Dalam Gerobak dan Si Kancil Sudah Tak Nakal karya Dissa T. yang diterbitkan di

harian Jawapos pada tanggal 20 Nopember 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah yang akan dibahas

dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa makna puisi Sebelum Kita Saling Mengenal, Sajak dari Dalam Gerobak dan Si

Kancil Sudah Tak Nakal berdasarkan Pendekatan heuristik?

2. Apa makna puisi Sebelum Kita Saling Mengenal, Sajak dari Dalam Gerobak dan Si

Kancil Sudah Tak Nakal berdasarkan Pendekatan hermeneutik?

4

Page 5: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami cara pemaknaan puisi berdasar teori Riffaterre.

2. Untuk mengetahui makna puisi Sebelum Kita Saling Mengenal, Sajak dari Dalam

Gerobak dan Si Kancil Sudah Tak Nakal yang dikaji menggunakan teori Riffaterre.

5

Page 6: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Puisi Sebelum Kita Saling Mengenal

Sebelum Kita Saling Mengenal

Ada sebatang pohon apel besar dalam tubuhku

Tumbuh dari sebelah kiri dada sampai ke kepala

Dunia sudah jelang petang

Sejak kau menatapku baru saja

Entah dimana kau taburi remah roti

Sebab burung-burung muncul hinggap di dahan-dahan,

Hingga bergoyang-goyang

Daun-daun jingga melayang-layang gugur

Menyentuh rumput perlahan

Kau angkat sudut-sudut bibirmu

Satu, dua- disini senja menggelitik semakin mesra

Pada senyummu yang ke- 3,

Sebuah apel di kepalaku

Terjatuh tepat di dada.

( 23 Agustus 2011 )

2.1.1 Pendekatan Heuristik

Apabila pencarian makna puisi Sebelum Kita Saling Mengenal kita tempuh

melalui pembacaan heuristik, maka penjelasan ilustrasinya sebagai berikut:

Ada sebatang pohon apel (yang tumbuh) besar (di) dalam tubuhku

Tumbuh dari (sisi) sebelah kiri dada (-ku dan menjulang) sampai ke kepala (-ku)

6

Page 7: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Dunia sudah (men-) jelang petang

Sejak kau (mulai) menatapku baru saja

Entah dimana kau taburi remah roti

Sebab burung-burung muncul (dan) hinggap di dahan-dahan (-nya),

Hingga bergoyang-goyang (dan)

Daun-daun jingga melayang-layang gugur

Menyentuh (re-) rumput (-an dengan) perlahan (-lahan)

Kau (meng-) angkat sudut-sudut bibirmu

(pada senyummu yang ke-) Satu, (dan ke-) dua- disini (suasana) senja menggelitik

semakin mesra

Pada senyummu yang ke- 3,

Sebuah apel (yang ada) di kepalaku

Terjatuh tepat di dada (ku).

2.1.2 Pendekatan Hermeneutik

Pada saat membaca puisi Sebelum Kita Saling Mengenal muncul sebuah

pertanyaan apa yang digambarkan dalam puisi tersebut?. Jika dilihat dari waktu

kejadian yaitu pada sore hari. hal ini tergambarkan dalam puisi tersebut dengan

kata-kata:

Dunia sudah jelang petang, pada baris ke-3 dan

Senja menggelitik semakin mesra, pada baris ke-11.

Pada baris ke-3 “Dunia sudah jelang petang” mengandung arti suasana hari itu

yang mulai petang, yakni matahari sudah mulai terbenam. Dan hal ini dipertegas

dengan adanya kata “senja” pada baris ke-11.

7

Page 8: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Sedangkan kejadian yang terlihat jelas adalah seseorang (penyair) yang sedang

jatuh cinta pada pandangan pertama. Dimana rasa cint yang tiba-tiba itu tak dapat

dilogikaan dan hanya dapat dirasa oleh perasaan.

Ada sebatang pohon apel besar di dalam tubuhku, mengandung arti

bahwasannya penyair memiliki keteguhan hati yang tak mudah tergoyahkan.

Tumbuh dari sebelah kiri dada sampai ke kepala, mengandung arti keteguhan

itu berakar dari hati dan perasaannya dan berpuncak pada akal pikiran atau

logika.

Dunia sudah jelang petang, mengandung arti bahwa waktu kejadian perkara

dalam puisi tersebut adalah pada saat sore hari.

Sejak kau menatapku baru saja, mengandung arti bahwasannya perasaan

penyair tumbuh disaat tatapan pertamanya.

Entah dimana kau taburi remah roti, mengandung arti dimana seseorang yang

terdapat dalam puisi ini memberikan kesan mendalam.

Sebab burung-burung muncul hinggap di dahan-dahan, mengandung arti

dimana burung dipercaya sebagai pembawa kabar atau pertanda.

Hingga bergoyang-goyang, mengandung arti dimana kabar atau pertanda yang

dibawa mampu menggoyahkan keteguhan penyair.

Daun-daun jingga melayang-layang gugur, mengandung arti bahwasannya

daun jingga atau daun kering dapat dimaknai kesendirian atau kesepian.

Menyentuh rumput perlahan, mengandung arti bahwasannya kesendirian dan

kesepiannya telah terobati, secara perlahan namun pasti.

Kau angkat sudut-sudut bibirmu, mengandung arti senyuman yang diberikan

seseorang dalam puisi kepada penyair.

Satu, dua- disini senja menggelitik semakin mesra, mengandung arti

bahwasannya semakin lama senyumannya, semakin suasana sore yang hangat,

mendukung situasi penyair yang sedang dilanda cinta.

Pada senyummu yang ke- 3, Sebuah apel di kepalaku, Terjatuh tepat di dada,

mengandung makna dimana logika penyair tak mampu mengartikan cinta.

Disini buah apel merupakan tanda kasih sayang, atau cinta pada khususnya

tidak bisa silogikakan lagi, namun hanya dapat dirasa oleh hati (yang ada di

dalam dada).

8

Page 9: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

2.2 Puisi Sajak dari Dalam Gerobak

Sajak dari Dalam Gerobak

Klutuk klutuk werr...

Segerobak nasib ditarik bapak

Ditepi jalan pondok bambu

Sesekali berhenti sebentar saja

Ia butuk menarik napas

Tapi tak pernah lama-lama

Peluhnya tak sabar diseka emak

Klutuk klutuk werr...

Gelas-gelas aqua bernyanyi:

Kalau tidak bobok, digigit nyamuk

Disela klakson 2 detik sekali

Dua perempuan kecil lelap

Ditarik bapak kuat-kuat

Dibawah langit pucat pasi

Klutuk klutuk werr...

Sudah pukul 7 malam

Di masjid isya berkumandang

Bapak, kapan kita sampai?

Aku sudah lapar sekali

Sebentar nak satu jam lagi,

Kita makan kerupuk dan nasi.

( 20 Agustus 2011 )

2.2.1 Pendekatan Heuristik

Apabila pencarian makna puisi Sajak dari Dalam Gerobak kita tempuh melalui

pembacaan heuristik, maka penjelasan ilustrasinya sebagai berikut:

(berbunyi) Klutuk klutuk werr...

Segerobak nasib (yang) ditarik bapak

Ditepi jalan pondok bambu

Sesekali (bapak) berhenti (untuk) sebentar saja

(karena) Ia butuh menarik napas9

Page 10: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Tapi tak pernah lama-lama

Peluhnya tak sabar (ingin) diseka (oleh) emak

(bunyi gerobak bapak) Klutuk klutuk werr...

Gelas-gelas aqua (berbenruran satu sama lain, dan bunyinya seakan) bernyanyi:

Kalau tidak bobok, digigit nyamuk

Disela (bunyi) klakson (tiap) 2 detik sekali

Dua perempuan kecil lelap

Ditarik bapak kuat-kuat

Dibawah langit (yang berwarna) pucat pasi

Klutuk klutuk werr...

Sudah pukul 7 malam

Di masjid (adzan) isya (telah) berkumandang

Bapak, kapan kita sampai?

Aku sudah lapar sekali

Sebentar nak satu jam lagi,

(nanti) Kita (akan) makan kerupuk dan nasi.

2.2.2 Pendekatan Hermeneutik

Sejak membacanya dari baris kedua sudah jelas bahwa puisi “Sajak dari Dalam

Gerobak” menceritakan tentang perjuangan seseorang mencari nafkah. Dengan

susah payahnya tokoh “Bapak” mencari nafkah, tanpa pernah lelah meski yang

didapat hanyalah sedikit.

Suara gerobak “klutuk klutuk werr...” menegaskan bahwasannya jalannya

gerobak tidaklah selalu mulus (“werr...”) namun juga ada rintangan (“klutuk

klutuk). Penyair ingin menyampaikan bahwa setiap apa yang kita hadapi, kerjakan,

perjuangkan selalu ada rintangan.

“segerobak nasib” diartikan satu gerobak yang memuat dagangan yang

digunakan untuk mencukupi ekonomi keluarga dimana menentukan nasib

untung/rugi.

“ia butuh menarik napas, tapi tak pernah lama-lama”, “menarik napas” dapat

diartikan istirahat, sedang pada baris selanjutnya ditegaskan bahwa “tak pernah

lama-lama”, mengandung makna meskipun lelah yang dirasa belum hilang, sang

ayah terus berkerja lagi serta berpacu dengan waktu.

10

Page 11: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

“peluhnya tak sabar diseka oleh emak”, dapat dimaknai bahwasannya yang

mampu mengobati rasa lelahnya adalah rumah tempat keluarganya berada.

“gelas-gelas aqua bernyanyi: kalau tidak bobok digigit nyamuk...”, dapat

diuraikan bahwa suara benturan gelas-gelas di dalam gerobak, seakan menjadi lagu

tidur bagi sanga anak (posisi penyair).

“dua perempuan kecil lelap, ditarik bapak kuat-kuat, dibawah langit pucat

pasi”, “langit pucat pasi” menggambarkan suasana hari yang sudah sore. Meski

demikian kata “ditarik bapak kuat-kuat” menegaskan bahwa sang bapak disini tidak

mengenal waktu, terus bekerja dengan keras.

“sudah pukul tujuh malam, di masjid isya berkumandang”, baris ini

menggambarkan waktu, dimana meski hari sudah malam, sang bapak masih belum

selesai dengan pekerjaanny dan masih terus bekerja.

“bapak, kapan kita sampai? Aku sudah lapar sekali”, pertanyaan seorang anak

yang sedang menanti hasil jerih payah sang bapak.

“sebentar nak, satu jam lagi, kita makan kerupuk dan nasi”, dalam kata “kita

makan kerupuk dan nasi” menggambarkan bahwa semua kerja keras sang bapak

dalam sehari akan terbayar dengan kerupuk dan nasi. Dalam artian meski hasilnya

tak seberapa namun mampu untuk menghidupi keluarganya.

11

Page 12: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

2.3 Puisi Si Kancil Sudah Tak Nakal

Si Kancil Sudah Tak Nakal

Si kancil sudah tak nakal,

Ia datang dengan sekeranjang timun halal.

Diceritakannya aku tentang hari-harinya

Ke sekolah, ke pantai, ke luar negeri

Hanya saja ia kini berteman dengan pak tani

Si kancil masih mengingatmu,

Ia bertanya: apa kabar pendongeng itu?

Sudah lama aku tak dengar ia bercerita!

Kubilang kau baik-baik saja,

Selain uban dan gigi yang tinggal berapa

Dikatakan sikancil padaku,

Sampaikan pada ayahmu

Aku rindu dongeng-dongeng malamnya dulu

Ah, kancil,

Begitu juga aku.

( 26 Februari 2011 )

2.3.1 Pendekatan Heuristik

Apabila pencarian makna puisi Si Kancil Sudah Tak Nakal kita tempuh melalui

pembacaan heuristik, maka penjelasan ilustrasinya sebagai berikut:

Si kancil sudah tak nakal (lagi),

Ia datang dengan (membawa) sekeranjang timun halal.

Diceritakannya (kepada) aku tentang hari-harinya

(yang pergi) Ke sekolah, ke pantai, (bahkan) ke luar negeri

Hanya saja ia kini (telah) berteman (baik) dengan pak tani

Si kancil masih mengingatmu,

Ia bertanya: apa kabar pendongeng itu?

Sudah lama aku tak dengar ia bercerita!

Kubilang kau baik-baik saja,

Selain (rambutmu yang telah ber-) uban dan gigi yang tinggal berapa

12

Page 13: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Dikatakan sikancil (ke-) padaku,

Sampaikan pada ayahmu

(bahwa) Aku rindu (akan) dongeng-dongeng malamnya (yang) dulu

(diceritakannya)

Ah, kancil,

Begitu juga aku.

2.3.2 Pendekatan Hermeneutik

Pada puisi ini penyair ingin menggambarkan kerinduan seorang anak yang

telah beranjak dewasa kepada seorang ayah yang mulai menua. Penyair

menggunakan tokoh dongeng yakni kancil yang terkenal dengan kisah mencuri

timunnya.

Dalam puisi ini peran kancil sebagai simbol dari penyair. Dongeng merupakan

petuah yang disampaikan dalam bentuk cerita. Dongeng kancil mempunyai makna

tidak boleh mencuri karena itu perilaku yang tidak terpuji. Jadi, secara garis besar

penyair rindu akan petuah dan bimbingan yang diberikan oleh sang ayah tercinta.

Si kancil sudah tak nakal, mengandung arti kancil yang suka mencuri timun

sudah tidak mencuri lagi. Hal ini menandakan bahwasannya si kancil sudah

dewasa dan mengerti mana yang baik dan mana yang buruk.

Ia datang dengan sekeranjang timun halal, mengandung arti bahwa si kancil

sudah mempunyai perilaku yang baik.

Diceritakannya aku tentang hari-harinya, Ke sekolah, ke pantai, ke luar negeri,

mengandung arti si kancil mampu melewati hari-harinya dengan sangat baik.

Hanya saja ia kini berteman dengan pak tani, mengandung arti bahwa si kancil

sudah memiliki hubungan yang baik dengan siapapun, termasuk pak tani yang

merupakan musuh besarnya.

Si kancil masih mengingatmu, mengandung arti si kancil atau petuah-petuah

dalam kebaikan tak pernah terlupakan.

Ia bertanya: apa kabar pendongeng itu? Sudah lama aku tak dengar ia bercerita!,

mengandung arti bahwasannya penyair sudah lama tidak mendapatkan atau

mendengar petuah-petuah.

13

Page 14: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Kubilang kau baik-baik saja, Selain uban dan gigi yang tinggal berapa,

mengandung arti bahwasannya kata uban dan gigi yang tinggal berapa

menegaskan bahwa seseorang telah lanjut usia atau tua.

Dikatakan sikancil padaku, Sampaikan pada ayahmu, Aku rindu dongeng-

dongeng malamnya dulu, mengandung arti bahwa petuah atau nasehat sang

ayah kepada seorang anak tak pernah lekang oleh waktu dan membosankan

untuk disampaikan.

Begitu juga aku, mengandung arti petuah dan nasehat selalu dirindukan dan

dinantikan oleh sang anak dari ayahnya.

14

Page 15: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Teori Riffaterre terdapat dua pendekatan, yakni pendekatan heuristik dan

pendekatan hermeneutik. Menurut Riffaterre (dalam Wellek dan Warren, 1989: 148)

analisis secara heuristik adalah analisis pemberian makna berdasarkan struktur bahasa

secara konvensional, artinya bahasa dianalisis dalam pengertian yang sesungguhnya dari

maksud bahasa. Sedangkan analisis secara hermeneutik adalah analisa dengan membaca

berulang-ulang sampai pembaca dapat mengungkapkan makna dalam sistem tanda.

Pada puisi “Sebelum Kita Saling Mengenal” penyair ingin mengungkapkan

perasaannya yang sedang berbahagia ketika jatuh cinta pada pandangan pertama. Pada

puisi “ Sajak dari Dalam Gerobak”, sang penyair memposisikan dirinya sebagai seorang

anak yang memiliki seorang ayah pekerja keras. Dimana ayahnya tidak kenal lelah karena

nasib keluarganya ada di tangannya. Puisi “Si Kancil Sudah Tak Nakal”, menegaskan

bahwa semua petuah dan nasehat yang diberikan ayahnya telah membawanya dalam

kebaikan, dia juga masih merindukan petuah ayahnya tersebut.

15

Page 16: “ANALISIS PUISI di JAWAPOS  EDISI 20 NOPEMBER 2011 KARYA DISA T. ”

Daftar Pustaka

http://disatannos.wordpress.com/2011/11/27/sajak-sajak-jawa-pos-20-november-2011/

http://bahasakarakterbangsa.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-en-us-x-none.html?

m=1

16