Upload
haristian-sahroni-putra
View
482
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia memang tidak bisa terlepas dari berbagai keperluan
dan kebutuhan hidupnya. Doktrin dan norma yang berjalan di realita
komunitas manusia hari ini adalah dipandang unggul apabila seseorang
memiliki kelebihan dalam harta, tahta dan wanita. Hal ini membuat mayoritas
manusia hari ini begitu semangat dalam mengejar ambisi untuk hidup
bergelimang harta, mewah dan cenderung serakah dalam hal tersebut.
Dewasa ini, harta dan hajat manusia seakan mustahil untuk
dipisahkan.Ideologi materialis yang telah merebak dan merasuk dalam hati-
hati setiap manusia hari ini, nyata membuat mereka bergaya hidup hedonis
dan menjadikan materi sebagai tolak ukur dalam menilai segala sesuatu.
Masyarakat kita memandang bahwa harta adalah standarisasi kebahagiaan
hidup seseorang, harta yang melimpah menunjukkan bahwa ia adalah orang
yang berbahagia.
Di sisi lain, Islam sejak masa awal diturunkannya telah mendeklarasikan
sebagai sebuah ajaran agama dan peraturan hidup yang sempurna. Islam
sebagai rahmatan lil’alamin memiliki spesifikasi yang berbeda dengan agama
yang lainnya.Diantara karakteristik Islam adalah insaniyah, syumuliyah dan
waqi’iyah.
Sebagai agama yang insaniyah, mengindikasikan bahwa ajaran Islam
yang sesuai dengan fitrah manusia.Syumuliyah Islam menunjukkan bahwa
ajaran agama Islam ini telah lengkap dan sempurna, mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia. Sedangkan waqi’iyah yaitu bahwa ajaran Islam selalu
selaras dengan perkembangan zaman dan masa, baik dahulu, kini maupun
yang akan datang. Dan ia sangat cocok untuk segala kondisi dan keadaan.1
Islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik di bidang
ekonomi, politik, kebudayaan, sosial, dan lain-lain.Ini terbukti dengan adanya
berbagai macam bidang studi dalam agama Islam ini. Satu diantaranya adalah
1Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani.Mizanul Muslim. (Solo : Cordova Mediatama, 2009) hlm. 214
1
studi khusus dalam Islam mengenai permasalahan interaksi manusia dengan
Robb-Nya, sesama manusia, masyarakat tempat ia tinggal bahkan interaksi
antar bangsa dan Negara. Studi khusus tersebut adalah Fikih Islam.
Dalam studi Fikih Islam inilah, para ahli fikih bersepakat bahwa fikih
pertama-tama dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu ibadah dan
muamalah.Dua pembagian ini dikarenakan ada perbedaan yang sangat jelas
diantara keduanya. Perbedaan ini merujuk kepada tujuan utama dalam ibadah,
yaitu ungkapan rasa syukur kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, mendekatkan
diri kepada-Nya serta meraih pahala di akhirat. Sedangkan tujuan pertama
dalam muamalah adalah menunaikan kemaslahatan manusia yang beragam
yang hanya bisa diraih dengannya.2
Tidak hanya itu, bahkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sumber
utama hukum dan rujukan Islam, telah menjelaskan secara detil tentang hal itu
baik secara global maupun terperinci. Tidak terkecuali termasuk permasalahan
harta di atas, diantaranya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman :
(٤٦المال والبنون زينة الحياة الدنيا … )“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia..” (QS. Al-Kahfi :
46)
$$ة وتف$$اخر بينكم $$اة ال$$دنيا لعب وله$$و وزين م$$ا الحي اعلم$$وا أن(٢٠وتكاثر في األموال واألوالد … )
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al-
Hadid : 20)
Dari 2 ayat diatas saja telah cukup membuktikan bahwa Islam telah
mengetahui fenomena yang kini terjadi, jauh di masa lampau, dan tentunya
Islam yang telah lama mengetahuinya pastilah telah mengetahui solusi untuk
permasalahan tersebut. Juga memiliki aturan dan konsep tersendiri mengenai
pengaturan harta manusia.Wallohu A’lam.
2 Muhammad Yusuf Musa. Pengantar Studi Fikih Islam.(Jakarta : Al-Kautsar, 2014) hlm. 116
2
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari penjelasan di atas, pemakalah menarik beberapa
permasalahan mengenai konsep harta dalam Islam. Adapun permasalahan
tersebut secara terperinci sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harta dalam perspektif Islam ?
2. Apa kedudukan dan fungsi harta dalam perspektif Islam ?
3. Bagaimana konsep kepemilikan harta dalam Islam ?
4. Bagaimana dampak harta yang halal dan yang haram dalam kajian Islam ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian mengenai konsep harta dalam Islam ini adalah
untuk:
1. Mengetahui definisi harta menurut perspektif Islam.
2. Mengetahui kedudukan dan fungsi harta dalam Islam.
3. Memahami sistem kepemilikan harta yang berlaku dalam Islam.
4. Memahami dampak yang ditimbulkan oleh harta yang halal dan yang
haram.
D. Metodologi Penelitian
Makalah “Konsep Harta dalam Islam” ini disusun dengan metode
penelitian bahan pustaka (Library Research).
3
BAB II
KONSEP HARTA DALAM ISLAM
A. Definisi Harta dalam Perspektif Islam
Harta dalam Bahasa Indonesia memiliki keserupaan arti dengan
kekayaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), harta adalah
barang-barang, uang, dan lain sebagainya yang menjadi kekayaan.3
Sedangkan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), harta adalah:
1. Barang (uang dan lain sebagainya) yang menjadi kekayaan; barang milik
seseorang.
2. Kekayaan berwujud dan tidak berwujud yang bernilai dan menurut hukum
dimiliki perusahaan.Harta benda berarti barang kekayaan.4
Harta juga diartikan sebagai uang atau yang semisalnya yang ditabung
karena kelebihan dari keperluan pembiayaan hidup pada level kebutuhan
pokok.5
Dalam Encyclopedia Islam International, Iwan Gayo Glaxo menuliskan,
“Al-Qur’an melukiskan, bahwa harta adalah suatu keindahan, baik itu berupa
emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak maupun sawah serta ladang.”6
Adapun dalam etimologis Bahasa Arab, harta disebut al-mālyang
merupakan akar kata (mashdar) dari lafadz yang موال – يمول – مال
berarti harta.
Dalam Lisānul ‘Arab, harta dijelaskan sebagai :
المال : ما ملكته من جميع األشياء.“Harta adalah segala sesuatu yang engkau miliki.”
3W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia.(Jakarta:Balai Pustaka, 2007). hlm.407
4Depdiknas.Kamus Besar Bahasa Indonesia.(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2008). hlm. 485
5Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin. Fatwa-Fatwa Zakat.(Jakarta:Darussunnah, 2008). hlm. 530
6Iwan Gayo Glaxo. Encyclopedia Islam International.(Jakarta:Pustaka Warga Negara, 2013). hlm. 560
4
‘Ulama Madzhab Hanafi mendefinisikan harta dengan “segala sesuatu
yang digandrungi manusia dan dapat dihadirkan ketika dibutuhkan” atau
“segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan”.7
Akibat dari pendefinisian madzhab Hanafi ini adalah bahwa segala
sesuatu yang tidak dapat disimpan tidak termasuk harta.Adapun manfaat,
menurut madzhab Hanafi tidak termasuk sebagai harta karena tidak bersifat
materi, melainkan termasuk sebagai milik.Sesuatu yang dapat dirasa
manfaatnya namun tidak dapat dimiliki dan begitu pula sesuatu yang dapat
dimiliki namun tidak dapat dirasakan manfaatnya bukanlah termasuk dalam
kategori harta menurut Hanafiyah.
Dengan demikian konsep harta –menurut madzhab Hanafi- harus
memenuhi dua kriteria, yaitu :
Pertama : Sesuatu yang bisa dimiliki dan dimanfaatkan menurut ghalib.
Kedua : Sesuatu yang bisa dimiliki dan dimanfaatkan secara
kongkrit.
Berbeda dengan jumhur ‘ulama yang mendefinisikan harta sebagai
“segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dikenakan ganti rugi bagi orang
yang merusak atau melenyapkannya”.8Menurut jumhur, harta bukanlah
sekedar materi namun termasuk manfaat dari suatu benda karena yang
terpenting adalah manfaatnya bukan dzatnya, berbeda jauh dengan pendapat
madzhab hanafi di atas.
Implikasi dari perbedaan pendapat ini terlihat dalam contoh berikut.
Apabila seseorang merampas atau mempergunakan kendaraan orang lain
tanpa izin (ghoshob), menurut jumhur ‘ulama, orang tersebut dapat dituntut
ganti rugi, karena manfaat kendaraan tersebut mempunyai nilai harta. Mereka
berpendirian bahwa manfaat suatu benda merupakan unsur terpenting dalam
harta, karena nilai harta diukur pada kualitas dan kuantitas manfaat benda
tersebut. Akan tetapi, ‘ulama madzhab Hanafi mengatakan bahwa penggunaan
kendaraan orang lain tanpa izin tidak dapat dituntut ganti rugi, karena orang
tersebut bukan mengambil harta tetapi hanya sekedar memanfaatkan 7Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam.(Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001).
hlm. 524.8 Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam.(Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001).
hlm. 524
5
kendaraan tersebut. Namun demikian, ulama madzhab Hanafi tetap tidak
dapat membenarkan pemanfaatan milik orang lain tanpa izin.9
‘Ulama madzhab Hanafi muta’akhirīnmenganggap bahwa definisi harta
yang dikemukakan oleh pendahulunya tidak komprehensif dan kurang
akomodatif. Alasannya, dalam surah al-Baqarah ayat 29 Alloh telah berfirman
:
توى إلى ذي خل$$ق لكم م$$ا في األرض جميع$$ا ثم اس$$ ه$$و الماء فسواهن سبع سماوات وهو بكل شيء عليم ) (٢٩الس
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.dan
Dia Maha mengetahui segala sesuatu.”
Ayat diatas menunjukkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan Alloh di
bumi adalah untuk dimanfaatkan umat manusia.Karenanya, mereka lebih
cenderung pada pendapat jumhur ‘ulama.Diantara mereka adalah Musthafa
Ahmad Az-Zarqa dan Wahbah Az-Zuhaili.10
Adapun konsep harta menurut Hasby Ash-Shiddiqy ialah segala sesuatu
yang memenuhi kategori sebagai berikut :
1. Nama selain manusia yang diciptakan Alloh untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat dan dapat dikelola
(tasharruf) dengan jalan ikhtiar.
2. Sesuatu yang dapat dimiliki oleh setiap manusia, baik oleh seluruh
manusia maupun sebagian manusia.
3. Sesuatu yang sah untuk diperjual belikan.
4. Sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai (harga), dapat diambil
manfaatnya dan dapat disimpan.
5. Sesuatu yang berwujud, sesuatu yang tidak berwujud meskipun dapat
diambil manfaatnya tidak termasuk harta.
6. Sesuatu yang dapat disimpan dalam waktu yang lama atau sebentar dan
dapat diambil manfaatnya ketika dibutuhkan.
9Ibid, hlm. 52610 Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam.(Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001).
hlm. 525.
6
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas, pemakalah
mengambil satu kesimpulan definisi bahwasanya harta adalah segala sesuatu
yang memiliki nilai legal dan kongkrit, disukai oleh manusia, dapat disimpan,
dimiliki dan dimanfaatkan sesuai dengan legalitas menurut syari’at.Dan harta
harus memuat 2 unsur, yaitu unsur ‘aniyyah dan unsur ‘urf.Unsur ‘aniyyah
yaitu hal yang ada wujudnya dalam kenyataan.Sedangkan unsur ‘urf yaitu
segala sesuatu yang dipandang sebagai harta oleh manusia, baik keseluruhan
manusia maupun sebagiannya.11
B. Kedudukan dan Fungsi Harta dalam Perspektif Islam
1. Kedudukan Harta
Kaidah dasar yang harus ditetapkan dalam membangun ekonomi
Islam adalah bahwa harta kekayaan adalah suatu kebaikan dan kenikmatan
jika berada di tangan orang yang sholih.Islam memberikan nilai positif
dalam penghargaan terhadap nilai dan kedudukan harta.
Prinsip ini jelas berbeda dengan berbagai asumsi dan doktrin yang
tumbuh di dalam komunitas manusia sebelum kedatangan Islam.Asumsi
yang tumbuh ketika itu, baik di dalam aliran keagamaan; pemikiran
ataupun selainnya, telah menetapkan sifat yang negative terhadap harta
baik itu nilai maupun kedudukannya.Mereka menetapkan bahwa harta
adalah sebuah keburukan, sedangkan kemiskinan dipandang sebagai
sebuah kebaikan dan keberuntungan.
Adapun dalam konsep yang hari ini berjalan di hadapan umat ini,
yaitu materialisme, kapitalisme dan sosialisme telah menganggap harta itu
sebagai tujuan kehidupan mereka. Mereka menilai hanya harta yang
menjadi tolok ukur akan bahagia atau sengsarakah hidup seseorang.
Bahkan mereka telah menjadi hamba bagi harta-harta itu, dan
menjadikannya sebagai tuhan yang mereka puja-puja.
Alloh telah berfirman :
ا جما ) ون المال حب (٢٠وتحب
11 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Pengantar Fiqih Muamalah.(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010). hlm. 138.
7
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”
(QS.Al-Fajr : 20).
ه لحب الخير لشديد ) (٨وإن“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.”
(QS.Al-‘Adiyat : 8)
Islam tidak memandang harta sebagai sebuah keburukan dan sinis
serta antipati terhadapnya sebagaimana yang dipandang dalam
Injil.Begitupula Islam tidak menuhankan harta dan menjadikannya sebagai
tujuan hakiki sebuah kehidupan sebagaimana pemahaman kaum
materialis, kapitalis dan sosialis.Islam berdiri di pertengahan antara
keduanya dan meletakkan harta dalam kedudukan yang adil.
Islam memandang harta itu sebagai berikut :
a. Harta sebagai pilar penegak kehidupan.
ه لكم قيام$$ا تي جع$$ل الل فهاء أم$$والكم ال وال تؤتوا الس(٥وارزقوهم فيها واكسوهم وقولوا لهم قوال معروفا )
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik.” (QS.An-Nisa : 5).
b. Harta dalam berbagai ayat disebut sebagai khoirōn yang berarti
kebaikan.
$$را $$رك خي ر أح$$دكم الم$$وت إن ت كتب عليكم إذا حض$$$$$المعروف حقا على ة للوال$$$دين واألق$$$ربين ب ي الوص$$$
قين ) (١٨٠المت“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-
Baqoroh : 180).
8
$$$ر ألونك م$$$اذا ينفق$$$ون ق$$$ل م$$$ا أنفقتم من خي يس$$$اكين وابن $$$امى والمس$$$ فللوال$$$دين واألق$$$ربين واليت
ه به عليم ) بيل وما تفعلوا من خير فإن الل (٢١٥الس“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah:
"Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada
ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan
yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.”
(QS.Al-Baqoroh : 215).
الخيرلشديد ) هلحب (٨وإن“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada
harta.”(QS.Al-‘Adiyat : 8).
c. Kekayaan merupakan nikmat dan karunia Alloh yang diberikan kepada
para Rosul-Nya dan orang yang beriman dan bertakwa dari hamba-
hamba-Nya. Sebagaimana firman Alloh :
(٨ووجدك عائال فأغنى )“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan.” (QS.Adh-Dhuha : 8).
$$وا ركون نجس فال يقرب م$$ا المش$$ $$وا إن ذين آمن ها ال يا أي$$ة جد الح$$رام بع$$د ع$$امهم ه$$ذا وإن خفتم عيل المس$$ه عليم اء إن الل له إن ش$$ ه من فض$$ وف يغنيكم الل فس$$
(٢٨حكيم )“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang
musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam
sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka
Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya,
jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 28).
9
$$ات $$ا عليهم برك ق$$وا لفتحن ولو أن أهل القرى آمنوا وات$انوا $ذبوا فأخ$ذناهم بم$ا ك ماء واألرض ولكن ك من الس
(٩٦يكسبون )“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.Al-A’rof : 96).
ات ويجع$$ل لكم ويمددكم بأموال وبنين ويجعل لكم جن(١٢أنهارا )
“Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan
untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (QS.Nuh : 12).
d. Kemiskinan merupakan sebagian dari ujian dan musibah yang
ditimpakan pada orang-orang yang berpaling dari-Nya dan kufur
terhadap nikmat-Nya. Alloh berfirman :
$$ان عن يمين ت $$ة جن كنهم آي بإ في مس$$ $$ان لس$$ لق$$د ك$$ة ب $$دة طي كروا ل$$ه بل كم واش$$ وشمال كلوا من رزق رب
١٥ورب غفور ) يل الع$$رم (فأعرضوا فأرسلنا عليهم س$$تين ذواتي أكل خمط وأثل وشيء تيهم جن وبدلناهم بجن
در قلي$$ل ) $$اهم بم$$ا كف$$روا وه$$ل١٦من س$$ $$ك جزين (ذل(١٧نجازي إال الكفور )
“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di
tempat kediaman mereka.Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan
di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari
rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah
Tuhan yang Maha Pengampun".Tetapi mereka berpaling, maka Kami
datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua
10
kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang
berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.Demikianlah
Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka.dan
Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya
kepada orang-orang yang sangat kafir.”(QS. Saba’ : 15-17).
ة يأتيها رزقه$$ا ه مثال قرية كانت آمنة مطمئن وضرب الله ه فأذاقه$ا الل $أنعم الل $ان فكف$رت ب $ل مك رغ$دا من ك
(١١٢لباس الجوع والخوف بما كانوا يصنعون )“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah
negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada
mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu
mereka perbuat.”(QS. An-Nahl:112).
يء من الخ$$$وف والج$$$وع ونقص من كم بش$$$ $$$ون ولنبلر الصابرين ) مرات وبش (١٥٥األموال واألنفس والث
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-
Baqoroh : 155).
e. Harta yang dimiliki orang sholih adalah harta terbaik, sebagaimana
yang Rosululloh sebut dalam haditsnya : “Sebaik-baik harta adalah
yang dimiliki hamba yang sholih.”
Dengan demikian harta itu tidak bersifat baik secara mutlak atau
buruk secara mutlak, namun tergantung siapa yang mengendalikannya.
Jika harta tersebut dibawah pengendalian seorang mukmin yang
bertakwa, maka ia akan mendatangkan manfaat dan kebaikan yang
besar. Dan jika sebaliknya, harta tersebut dikendalikan oleh orang-
orang durhaka dan pendosa, maka harta itu akan menjadi sumber
bencana dan malapetaka baginya.
11
Dalam Islam, kedudukan harta menjadi pilar yang menegakkan
sendi-sendi kehidupan manusia. Ia menjadi sarana yang dengannya
kewajiban-kewajiban syar’i dapat terpenuhi, seperti zakat, jihad,
ibadah haji dan lain-lain. Islam menginginkan agar harta tersebut tidak
menjadi berhala yang disembah oleh manusia sebagai tandingan Alloh,
sehingga menyebabkan pemiliknya lalai dari beribadah kepada Alloh.
Alloh berfirman:
$$وا ال تلهكم أم$$والكم وال أوالدكم عن ذين آمن ه$$ا ال $$ا أي يه ومن يفعل ذلك فأولئك هم الخاسرون ) (٩ذكر الل
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah.Barangsiapa yang berbuat
demikian maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS.Al-
Munafiqun : 9).
كاثر ) ى زرتم المقابر )١ألهاكم الت (٢(حت“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke
dalam kubur.” (QS. At-Takatsur : 1-2).
$$ل هم$$زة لم$$زة ) $$ل لك ذي جم$$ع م$$اال وع$$دده )١وي (ال(٣(يحسب أن ماله أخلده )٢
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah : 1-3).
Dalam pandangan yang lebih komprehensif, Islam memandang
harta serta menempatkannya pada beberapa kedudukan, yaitu :
a. Pemilik mutlak terhadap segala yang ada di dunia ini adalah Alloh.
Sedangkan kepemilikan manusia hanyalah kepemilikan yang
relatif, hanya sekadar untuk memegang amanah, mengelola dan
memanfaatkannya sesuai dengan ketentuan. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Al-Qur’an :
تخلفين ه ورسوله وأنفقوا مما جعلكم مس$$ آمنوا باللذين آمنوا منكم وأنفقوا لهم أجر كبير ) (٧فيه فال
12
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya.(QS.Al-Hadid : 7)
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:
“Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang
empat hal: usianya untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa
dipergunakan, hartanya darimana didapatkan dan untuk apa
dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan.”
b. Status harta yang dikuasakan kepada manusia adalah sebagai
berikut:
1) Harta sebagai amanah atau titipan dari Alloh. Manusia
hanyalah sebagai pemegang amanah karena tidak mampu
menghadirkan sesuatu dari ketiadaan.Harta sebagai perhiasan
hidup yang memungkinkan manusia untuk menikmati dan
memanfaatkannya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan.
Alloh berfirman :
اء والبنين س$$$ هوات من الن اس حب الش$$$ ن للن زي والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل$$اة $$اع الحي $$ك مت ومة واألنع$$ام والح$$رث ذل المس$$
ه عنده حسن المآب ) (١٤الدنيا والل“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-
anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imron : 14).
2) Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini lebih didasarkan pada
bagaimana ia mendapatkan dan memanfaatkan harta tersebut.
Apakah sesuai dengan syari’at Islam atau tidak. Alloh
berfirman :
13
ه $$ة وأن الل م$$ا أم$$والكم وأوالدكم فتن واعلم$$وا أن(٢٨عنده أجر عظيم )
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (QS.Al-Anfal :28)
3) Harta sebagai bekal ibadah, yaitu untuk melaksanakan ibadah
dan mu’amalah sesama manusia melalui zakat, shodaqoh, infak
dan lain sebagainya. Alloh berfirman :
كم انفروا خفافا وثقاال وجاهدوا بأموالكم وأنفس$$ه ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون ) في سبيل الل
٤١)Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu
di jalan Allah.yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui. (QS. At-Taubah :41)
ها ة عرض$$ كم وجن ارعوا إلى مغف$$رة من رب وس$$قين ) ماوات واألرض أع$$دت للمت ذين١٣٣الس$$ (ال
$$ظ $$اظمين الغي اء والك اء والضر ر ينفقون في السنين ) ه يحب المحس$$$$ اس والل والع$$$$افين عن الن
١٣٤)Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali-Imron : 133-134)
2. Fungsi Harta
14
Penjagaan terhadap harta manusia diupayakan karena di dalam harta
terdapat banyak manfaat dan fungsi yang besar untuk kemaslahatan hidup
manusia, dalam aspek ibadah maupun muamalah. Adapun fungsi harta
yang dikenal dalam Islam, antara lain:
a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah. Dalam
mewujudkan kesempurnaan ibadah dibutuhkan perlengkapan dalam
pelaksanaannya. Sebagai contoh; kain atau pakaian untuk menutup
aurot ketika sholat, harta untuk ditunaikan zakatnya, sejumlah uang
dan keperluan selainnya untuk melaksanakan ibadah haji, dan lain-
lain.
b. Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Alloh. Karena kondisi
kefakiran terkadang cenderung membuat manusia condong kepada
kekufuran, sehingga pemilikan harta dimaksudkan untuk menjaga dan
meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kepada Alloh.
c. Meneruskan kehidupan dari generasi ke generasi selanjutnya.Alloh
berfirman :
ة ضعافا خ$$افوا ي ذين لو تركوا من خلفهم ذر وليخش اله وليقولوا قوال سديدا ) قوا الل (٩عليهم فليت
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.An-Nisa’ : 9)
d. Bersikap adil terhadap kehidupan dunia dan akhirat. Rosululloh –
shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
ليس بخيركم من ترك ال$$دنيا ألخرت$$ه واألخ$$رة ل$$دنياه حتى يص$يبا جميع$$ا ق$$إن ال$$دنيا بل$$غ إلى األخ$$رة )رواه
البخاري(“Bukanlah orang yang baik diantara kamu, siapa yang meninggalkan
dunia untuk akhiratnya maupun yang meninggalkan akhirat untuk
urusan duniawinya hingga seimbang antara keduanya.Karena
15
masalah dunia menyampaikan kepada masalah akhirat.” (HR. Al-
Bukhori)
e. Menegakkan dan mengembangkan ilmu-ilmu. Karena menuntut ilmu
tanpa modal harta akan terasa sangat sulit, sebagaimana biaya untuk
pendidikan itu sendiri.
f. Memutar peranan-peranan kehidupan (tashorruf). Adanya tuan dan
pembantu. Demikian pula adanya orang kaya dan miskin yang saling
membutuhkan dalam harmonisasi kehidupan dan berkecukupan.
g. Menumbuhkan silaturahim karena perbedaan dan keperluan. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan membuat antar individu ataupun
komunitas mengadakan interaksi dan silaturahim, misal kebutuhan
produksi. Oleh karenanya Alloh berfirman :
(٧…كي ال يكون دولة بين األغنياء منكم …)“Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu.” (QS. Al-Hasyr : 7)
C. Sebab-Sebab Kepemilikan Harta
Sebab-sebab kepemilikan yang ditetapkan syara’ ada empat:
1. Ihrazul mubahat (memiliki benda-benda yang boleh dimiliki, atau
menempatkan sesuatu yang boleh dimiliki sesuatu tempat untuk dimiliki).
2. Al-Uqud (Uqud).
3. Al-Khalafiyah (pewarisan).
4. Attawalludu minal mamluk (berkembang biak).
Empat inilah yang menyebabkan timbulnya hak kepemilikan didalam
Syara’ kita ini. Beberapa sebab kepemilikan yang terdapat di kalangan
bangsa jahiliyyah, telah dihapuskan oleh Islam. Seperti dengan jalan
peperangan sesame sendiri, dengan jlan membudakan yang tidak sanggup
membayar hutang dan kedaluwarsaan atau dengan istilah fiqih disebut
taqadum, yang menimbulkan hak kedaluwarsa.12
12 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Pengantar Fiqih Muamalah.(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010). hlm. 10
16
Harta dinyatakan sebagai milik manusia dikarenakan hasil usahanya.Al-
Qur’an menggunakan kata al-milku dan al-kasbu untuk menunjukan
kepemilikan individu ini. Allohberfirman :
(٢ما أغنى عنه ماله وما كسب )“Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.”
(QS.Al-Lahab :2 )
Dengan pengakuan kepemilikan individu ini, Islampun melindungi dan
menjamin keselamatan harta seseorang di dalam hukum Islam.
Ada beberapa ketentuan hak milik pribadi untuk sumberdaya ekonomi
dalam Islam :
1. Harta kekayaan harus dimanfaatkan untuk kegiatan produktif (melarang
penimbunan dan monopoli).
2. Pembayaran zakat serta pendistribusian (produktif/konsumtif).
3. Penggunaan yang berfaidah untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan material-spiritual.
4. Penggunaan yang tidak merugikan secara pribadi maupun secara
kemasyarakatan dalam aktivitas ekonomi maupun non-ekonomi.
Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syirkah) dan kepemilikan
negara.
Kepemilikan bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar
manusia yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan atas kerelaan bersama.
Kepemilikan Negara diakui pada asset-asset penting (terutama Sumber
Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya dapat mempengaruhi
kehidupan bangsa secara keseluruhan.
Beberapa harta yang dapat dikategorikan ke dalam jenis kepemilikan
Negara dan kholifah / Negara berhak mengelolanya dengan pandangan
ijtihadnya adalah :
1. Harta ghonimah, anfal fa’i dan khumus
2. Harta yang berasal dari kharaj
3. Harta yang berasal dari jizyah
4. Harta yang berasal dari daribah (pajak)
5. Harta yang berasal dari ushur
17
6. Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris
7. Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtad
8. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai Negara,
harta yang didapat tidak sejalan dengan syari’at
9. Harta lain milik Negara
Diatur pula di dalamnya mengenai kepemilikan umum, yaitu meliputi :
1. Harta yang dari sisi pembentukannya tidak mungkin dimiliki secara
individu, seperti sungai, danau, laut dan sebagainya.
2. Apa saja yang menjadi hajat hidup orang banyak, seperti jalan, masjid dan
lain sebagainya.
3. Barang tambang yang depositnya banyak dan tidak terputus; baik yang
berbentuk padat, cair maupun gas; baik tambang dipermukaan maupun di
dalam perut bumi. Semuanya merupakan kepemilikan umum.
D. Dampak Harta yang Halal dan yang Haram
Status halal dan haram adalah hal yang asasi dalam ajaran agama
Islam.Sesuatu yang awalnya bernilai positif bisa jadi berubah 180 derajat
imbas dan nilainya karena perubahan status dari halal menjadi haram.
Adapun sumber dan dampak harta yang halal telah difahami secara
jelas oleh mayoritas umat ini, seperti keberkahan dalam harta, kemudahan
beramal sholih, pelipat gandaan pahala dan kenikmatan dari Alloh dan lain
sebagainya.
Sedangkan mengenai harta haram, hal ini masih sangat minim
diketahui secara jelas oleh umat Islam hari ini sehingga banyak diantara
mereka terjatuh di dalam hal-hal yang diharamkan oleh Alloh.Sumber
harta yang haram meliputi pekerjaan yang mengandung unsur kedholiman,
merampas hak orang lain tanpa jalan yang dibenarkan syari’at,
memperoleh sesuatu yang tidak diimbangi dengan pekerjaan atau
pengorbanan yang setimpal, harta yang dihasilkan melalui jual beli barang
haram dan atau harta yang diperoleh melalui cara kerja yang tidak
dibenarkan oleh syari’at.
Alloh Ta’ala berfirman :
18
ام $$دلوا به$$ا إلى الحك وال تأكلوا أموالكم بينكم بالباط$$ل وت$$اإلثم وأنتم تعلم$$ون ) اس ب $$أكلوا فريق$$ا من أم$$وال الن لت
١٨٨)“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh : 188)
Berikut ini adalah dampak buruk dari harta yang haram :
1. Mereka telah mendurhakai Alloh, berdasarkan firman Alloh :
بع$$وا با وال تت اس كلوا مما في األرض حالال طي ها الن يا أيه لكم عدو مبين ) يطان إن (١٦٨خطوات الش
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (QS. Al-Baqoroh : 168)
Dalam ayat ini Alloh memerintahkan seluruh manusia agar
memakan harta yang didapatkan melalui cara yang halal. Sedangkan
memakan harta dengan jalan yang haram adalah jalan yang dirintis
syaithon.Mereka telah mendurhakai Alloh dengan perbuatannya
mengikuti langkah-langkah syaithon itu dan itu adalah penyebab utama
setiap malapetaka, di dunia ataupun di akhirat.
2. Harta yang masuk dalam tubuh manusia berhubungan dengan amal
jasadi, berdasarkan firman Alloh :
ي الحا إن $$ات واعمل$$وا ص$$ ب سل كلوا من الطي ها الر يا أي(٥١بما تعملون عليم )
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang sholih. Sesungguhnya Aku Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu’minun : 51)
19
Secara khusus dalam ayat diatas Alloh memerintahkan agar para
Rosul hanya mengkonsumsi makanan yang baik, yaitu makanan yang
didapat dari jalan yang halal.Kemudian perintah tersebut bersambung
dengan perintah kedua, yaitu agar mereka mengerjakan amal
sholih.Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara makanan dari
harta yang halal dengan amal sholih.Singkatnya, jangan diharap jasad
kita akan bergairah untuk melakukan amal-amal sholih bila jasad
tersebut tumbuh dan berkembang dengan makanan yang haram. Dan
jasad yang malas beramal sholih tidak akan merasakan kenikmatan
ibadah dan taqarrub kepada Allah yang pada gilirannya mengantarkan
jiwa-ruhaninya kepada gundah-gulana. Ini adalah petaka yang dahsyat
terhadap setiap pribadi yang merindukan kedekatan dengan Maha
Penciptanya.
3. Orang yang suka memakan harta yang haram menyerupai orang
Yahudi, berdasarkan firman Alloh :
وترى كثيرا منهم يسارعون في اإلثم والعدوان وأكلهمحت لبئس ما كانوا يعملون ) (٦٢الس
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang
Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang
haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan
itu.” (QS. Al-Ma’idah : 62)
4. Makanan dari harta haram merupakan penyebab terhalangnya doa.
Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
...ثم ذكر الرج$ل يطي$ل الس$فر ؛ أش$عث أغ$بر ، يم$د يديه إلى السماء : يا رب ي$$ا رب ، و مطعم$$ه ح$$رام و مشربه حرام و ملبسه حرام و غ$$ذي ب$$الحرام ، ف$$أنى
يستجاب له“Kemudian beliau menyebutkan seseorang yang melakukan
perjalanan panjang,; berambut acak-acakan dan warna kulitnya
berubah, ia mengangkat kedua tangannya ke langit (seraya berdoa),
20
“Wahai Robbku, wahai Robbku!” Sementara makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan
sesuatu yang haram; maka bagaimana mungkin doanya
dikabulkan ?!” (HR.Muslim)
5. Petaka terbesar apabila memakan harta haram adalah terancam dengan
api neraka. Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
لحم نبت من سحت، النار أولى به“Harta yang tumbuh dari harta yang haram, maka neraka lebih
berhak atasnya” (HR. Ahmad)
6. Penyebab kemunduran, kehinaan dan kenistaan umat ini. Rosululloh –
shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
إذا تبايعتم بالعينة واتبعتم أذناب البقر ورضيتم ب$$الرزع وت$$ركتم الجه$$اد س$$لط الل$$ه عليكم ذال ال ينزع$$ه ح$$تى
ترجعوا إلى دينكم“Bila kalian melakukan transaksi ribawi, tunduk dengan harta
kekayaan (hewan ternak), mengagungkan tanaman dan meninggalkan
jihad niscaya Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan
dijauhkan dari kalian hingga kalian kembali kepada syariat Allah
(dalam seluruh aspek kehidupan kalian).” (HR. Abu Daud)
21
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Harta adalah segala sesuatu yang memiliki nilai legal dan kongkrit, disukai
oleh manusia, memiliki unsur ‘aniyyah dan ‘urf, dapat disimpan, dimiliki dan
dimanfaatkan sesuai dengan legalitas menurut syari’at.
Kedudukan harta dalam Islam adalah sebagai pilar yang menegakkan sendi-
sendi kehidupan manusia.
Adapun fungsi harta yang dikenal dalam Islam, antara lain :
1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah
2. Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Alloh
3. Meneruskan kehidupan dari generasi ke generasi selanjutnya
4. Bersikap adil terhadap kehidupan dunia dan akhirat.
5. Menegakkan dan mengembangkan ilmu-ilmu
6. Memutar peranan-peranan kehidupan (tashorruf).
7. Menumbuhkan silaturahim karena perbedaan dan keperluan.
Kepemilikan mutlak atas harta adalah milik Alloh.Namun demikian, Islam
mengakui kepemilikan individu (yaitu harta yang pengelolaannya diserahkan
kepada individu, pada selain harta milik umum) dengan satu konsep khusus yaitu
konsep khilafah.
Harta halal akan berdampak positif bagi pemiliknya dan juga akan diberkahi
Allah Subhanahu Wata’ala. dan haramnya suatu harta yang dimanfaatkan oleh
manusia akan berdampak :
1. Berhubungan erat dengan kemudahan mengerjakan amal buruk.
2. Keserupaan dengan kaum Yahudi dalam mengkonsumsi makanan haram.
3. Faktor terhalangnya doa.
4. Harta haram terancam dengan api neraka
5. Faktor penyebab kemunduran dan kehinaan umat Islam.
22
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2008. Fatwa-Fatwa Zakat. Jakarta: Darus
Sunnah.
Ammar, Abu dan Abu Fatiah Al Adnani. 2009. Mizanul Muslim. Solo: Cordova
Mediatama.
An-Nawawi, Yahya bin Syaraf. 2013. Hadits Arba’in An-Nawawi. Jakarta: Darul
Haq.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Glaxo, Iwan Gayo. 2013. Encyclopedia Islam International. Jakarta: Pustaka
Warga Negara.
Mandhūr, Ibn. Lisānul ‘Arab.Beirut: Dār Lisānil ‘Arab.
Musa, Muhammad Yusuf. 2014. Pengantar Studi Fikih Islam.Jakarta: Al-Kautsar.
Musthofā, Ibrāhīm. Al-Mu’jamul Wāsith.Turki: Al-Maktabatul Islamiyah.
Poerwodarminta, W.J.S..2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai
Pustaka.
Zaidan, ‘Abdul Karim. 2005. Al-Madkhol li Dirōsatisy Syarī’ah al-Islāmiyyah.
Beirut: Muassasah ar-Risālah Nāsyirūn.
Zainu, Muhammad bin Jamil. 2013. Bimbingan Islam. Jakarta: Darul Haq.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. 2010. Pengantar Fiqih Muamalah.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ash-Shawi, Shalah dan Al-Mushlih, ‘Abdullah.2011. Fikih EkonomiKeuangan
Islam. Jakarta: Darul Haq.
Website
http://fiqhmuamalah924.blogspot.com/2011/02/teori-harta.html Diakses pada
tanggal 25 September 2014
23
http://ustadzridwan.com/pengantar-fiqh-muamalat/ Diakses pada tanggal 23
September 2014
http://nabela.blogdetik.com/kedudukan-harta-dalam-islam.htm/Diakses pada
tanggal 23 September 2014
E-book
Sofyan Zefri, SHI., MSI., Konsep Harta Dalam Islam.
Elis Mediawati,Harta Dalam Islam.
24