Upload
pharu-aoi
View
669
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
HAMBURAN DALAM PERSPEKTIF KLASIK DAN
KUANTUM
Oleh:
Fatimatuzzahroh 080810076
Pipit Dewi Nugrahini 080810117
Fina Nurul Aini 080810134
What is Scattering??
Dalam kamus Inggris-Indonesia, Scattering memiliki arti hamburan. Secara umum,
hamburan adalah suatu gejala fisika yang merupakan bentuk dari radiasi, contohnya
cahaya, bunyi atau partikel yang bergerak, dimana mereka dibelokkan dari lintasan
lurusnya oleh suatu ketidakseragaman medium yang terlokalisasi. Ketidakseragaman
medium yang dapat menyebabkan peristiwa hamburan disebut penghambur atau
pusat hamburan, contohnya, partikel, gelembung, tetesan, perubahan massa jenis
fluida, dan lain-lain.
Gejala hamburan ini banyak dimanfaatkan dalam sensing radar, ultrasonik dalam
bidang kesehatan, pembuatan bahan semikonduktor, pengawasan proses polimerisasi,
dan fenomena akustik, komunikasi dan komputasi.
Gejala hamburan ini dapat dijelaskan melalui tinjauan klasik maupun kuantum.
Classical Scattering
Salah satu contoh gejala hamburan dalam tinjauan klasik yang paling terkenal adalah
peristiwa hamburan Rutherford. Untuk mempermudah dan mempersingkat
penjelasan, kami akan langsung memaparkan peristiwa hamburan Rutherford untuk
menjelaskan gejala hamburan dalam tinjauan klasik.
Penjelasan peristiwa hamburan Rutherford berangkat dari model atom kue kismis
Thomson, yang menyatakan bahwa atom merupakan bola pejal bermuatan positif
seragam yang mengandung elektron, sehingga muatan total atom tetap netral. Pada
tahun 1911, Rutherford bersama dengan kedua muridnya, Geiger dan Marsden
melakukan eksperimen untuk membuktikan model atom Thomson. Rutherford
mengusulkan untuk menggunakan partikel alfa sebagai partikel yang ditembakkan ke
lempengan tipis emas (gold foil).
Jika model Thomson benar maka sebagian besar partikel alfa yang ditembakkan
akan dipantulkan atau dibelokkan. Namun hasil yang didapat oleh Rutherford dkk,
sebagian besar partikel diteruskan dan ada sedikit yang dibelokkan. Sehingga atom
bukanlah bola pejal karena sebagian besar partikel alfa diteruskan. Sebagian kecil
partikel alfa yang dibelokkan, sudut hamburannya ada yang kurang dari 10, ada yang
dihamburkan dengan sudut yang sangat besar, bahkan ada yang dipantulkan dengan
arah yang berlawanan dari arah semula.
Partikel alfa merupakan partikel berat yang memiliki massa sebesar 7000 kali
massa elektron dan kecepatannya 2 x 107 m/s. Supaya terjadi pembelokan maka
pastinya ada sebuah gaya yang kuat yang beraksi pada partikel alfa tersebut. Berdasar
dari eksperimen inilah, Rutherford mengusulkan sebuah model atom baru, yaitu
model atom planetarium.
Hamburan Rutherford
Untuk menjelaskan peristiwa hamburan partikel alfa, Rutherford memberikan
beberapa asumsi dasar untuk mempermudah perhitungan dan penjelasan, antara
lain:
Partikel alfa dan inti berukuran cukup kecil sehingga dapat dianggap
sebagai massa dan muatan titik.
Gaya yang terjadi karena interaksi partikel alfa dan inti atom hanya gaya
listrik tolak menolak (muatan partikel alfa dan inti positif).
Inti jauh lebih masif daripada partikel alfa, sehingga tidak bergerak ketika
terjadi interaksi.
Karena inti jauh lebih massif daripada partikel alfa, maka dia cenderung diam
ketika partikel alfa melewatinya, sehingga energi kinetik partikel alfa tetap
konstan yang membuat besar momentumnya juga konstan.
Quantum Scattering
Berangkat dari dualisme partikel gelombang yang dicetuskan oleh de Broglie, maka
tinjauan hamburan dalam kuantum tidak lagi sebagai partikel namun sebagai
gelombang.
Gambar 1. Gelombang hamburan; gelombang yang datang membentuk gelombang sferis
yang menyebar ke segala arah.
Gelombang bidang merambat dengan arah z yang berinteraksi dengan inti target dan
membentuk gelombang hamburan sferis. Pokok permasalahan ada pada amplitudo
hamburan, yang menyatakan probabilitas hamburan pada arah tertentu, dan terkait
dengan penampang lintang diferensial. Untuk menghitung amplitudo hamburan ini
digunakan dua teknik : analisis gelombang parsial dan pendekatan Born.
Karena gelombang terhambur ke arah radial, diasumsikan targetnya secara azimut
adalah simetri, sehingga fungsi gelombang yang digunakan adalah fungsi gelombang
sferis, lebih spesifik, fungsi harmonis sferis. Dengan menggunakan persamaan
Schrodinger radial dan menyelesaiakn solusinya, didapat amplitudo hamburan yang
mempertimbangkan suku real dan imajiner. Metode ini dapat disederhanakan dengan
hanya memperhitungkan pergeseran fasenya. Pergeseran fase ini mudah dipahami
secara matematis dan fisis, serta hanya memperhitungkan suku real saja. Pada
pendekatan Born, hal pertama yang dilakukan adalah membuat bentuk integral dari
persamaan Schrodinger dan yang ingin kita hitung adalah fungsi gelombang yang
terhambur jauh dari pusat hamburan.