24
Kelompok 3 1. Dhini Wahyu U ( 06) 2. Elly Indriani ( 07) 3. Febriani Wulandari ( 08) 4. Hida Noval A ( 13) 5. Mega Widiyaningsih ( 15) 6. Sekar Lukinanti Mutiah (22 ) 7. Tati Puji Lestari (25 )

hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad

Embed Size (px)

Citation preview

Kelompok 3

1. Dhini Wahyu U ( 06)

2. Elly Indriani ( 07)

3. Febriani Wulandari ( 08)

4. Hida Noval A ( 13)

5. Mega Widiyaningsih ( 15)

6. Sekar Lukinanti Mutiah (22 )

7. Tati Puji Lestari (25 )

Hutang PiutangHutang piutang ialahmenerima sesuatu ataumemberi sesuatu kepadaseseorang dengan perjanjianbahwa akan dikembalikantanpa berkurang jumlah ataunilainya.

Berpiutang adalah sunat, karena bersifat menolong orang lain. Dari Ibnu Ma’sud, Rasulullah SAW bersabda :

م

تين من مسلم يقرض مسل ما ا ما قرضا مر

ة ن ماجهرواه اب)كان كصدقتها مر

“Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali, seolah-olah telah bersedekah kepadanya satu kali.” HR. Ibnu Majah

a. Yang berpiutang dan yang berhutang, dengan syarat akil baligh, yang berpiutang tidak boleh mminta pembayaran melebihi pokok hutang, yang berhutang tidak boleh menunda pembayaran hutangnya.

b. Barang yang dihutangkan adalah milik yang sah dari yang berpiutang. Pengembalian hutang tidak boleh kurang nilainya, bahkan disunahkan bagi yang berhutang untuk mengembalikan lebih dari pokok hutangnya.Dari Ali bin Abi Thalib, rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “setiap piutang yang sengaja untuk mencari manfaat (pembayaran lebih) adalah riba.” HR. Al Haris bin Abi Usamah

c. Sighat atau pernyataan hutang piutang.

Rukun dan Syarat Hutang piutang :

فعة ف هو ربا ىب اسامةرواهاحلارس ابن ا. كل ق رض جر من

Sewa ialah imbalan atau ganti rugi bagi manfaat yang diterima dari suatu barang milik pihak lain.

Sewa dengan barang atau benda yang yang jelas wujudnya dan jelas manfaatnya.

Sewa dan Upah(Ijarah)

Upah adalah imbalan yang diterma dari jasa atau pekerjaan pihak lain.Macam-macam upah upah :• upah• gaji• honorarium

Para ulama menunjuk firman Allah dalam Surat Ath Thalaq 65:6 sebagai dalil pertama yang membenarkan berlakunya ijarah.

Allah Swt berfirman,

ن فإن أرضعن لكم فآتوهن أجوره

Artinya : “Jika mereka telah menyusukan

anakmu maka berilah upah mereka”. (Q.S.

Ath-Thalaq 65 : 6)

Rukun Sewa (Ijarah) :

1. yang menyewa atau memberi upah (musta’jir atau muktari) dan orang yang menyewakan atau menerima upah (mu’jir atau mukri)

syarat keduanya adalah :o Berakal

o Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan)

o Kadaan keduanya tidak mubadzir

o Baligh (sedikitnya umur 15 tahun)

2. Sesuatu yang disewa ,disyaratkan diketahui :o Jenisnya

o Kadarnya/ujudnya

o Sifatnya

o Manfaatnya

o Tempat dan waktunya

3. Sewa atau upah atau gaji (ujrah) disyaratkan harus jelas wujudnya, jumlahnya, cara dan waktu pembayarannya.

Rasulullah saw bersabda,

(بدالرزاقرواه ع)من استأجر اجيرافليسم له اجرته

“ Barangsiapa yang meminta menjadi buruh (pekerja), beritahukanlahupahnya.”(HR. Abd Razaq)

4. Sighat atau akad persetujuan kedua pihak

bila seorang upahan (mu’jir atau mukri) selesai mengerjakan pekerjaannya, hendaklah upahnya segera diberikan.

Rasulullah saw bersabda,

(رواه ابن ماجه )قه أعطواااجير اجره قبل ان يحف عر

“Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelumkeringatnya kering.”(HR. Ibnu Majah)

Pinjam Meminjam ( ‘ariyah)

Pinjam meminjam ialah memberikan atau menggunakan hak pakai

suatu barang selama waktu tertentu untuk diambil manfaatnya tanpa merusak atau mengurangi nilai barang itu.

Sifat pinjam meminjam ialah tolong menolong. Allah SWT berfirman :

٧ المعون : ويمنعون الماعون .

Artinya : “Dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (Surah al-Maun ayat 7)

rasulullah SAW bersabda :

عيم غارم والد ين مقضي (رمذى وابوداوودرواه الت)العارية مؤداة والز

Artinya : “Pinjaman wajib dikembalikan dan orang yang meminjam dialah yang

berhutang serta hutang itu wajib dibayar.” HR. Turmudzi dan Abu Dawud.

Rukun dan Syarat Pinjam Meminjam :

1. yang meminjamkan (mu’ir) dan yang meminjam (musta’ir) sama-sama akil baligh dan tasharruf seta keduanya saling kenal

2. Barang pinjaman (mu’ar) disyaratkan barang halal yang bermanfaat, bersifat tetap nilainya, dam merupakan milik sah dari yang meminjamkan

3. Sighat, sekurangnya dari salah satu pihak, agar tidak timbul salah pengertian seolah olah pinjaman itu suatu pemberian

Hukum Pinjam Meminjam

Wajib: apabila meminjamkan sesuatu kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Misalnya meminjamkan mobil untuk mengantar orang sakit keras ke rumah sakit.

Haram: apabila meminjamkan barang untuk melakukan perbuatan maksiat atau perbuatan yang dapat merugikan orang lain. Misalnya meminjamkan pisau untuk berkelahi, atau meminjamkan mobil untuk melakukan perampokan.

Orang Yang meminjam Beratanggung Jawab atas Barang yang Dipinjam Mengenai Segala Sesuatunya.Nabi SAW berfirman :

Artinya : “orang yang meminjam bertanggung jawab atas apa yang dipinjamnya hingga dikembalikannya.” HR. Lima ahli hadits selain An Nasai

ديه (رواه اخلمسة اال انساى ى)على اليدم ا اخزت حت ي و

Kontrak atau perjanjian (Akad)

Perjanjian atau kontrak dalam istilah hukum Islam biasa disebut dengan “akad”, yang merupakan perikatan antara kedua belah pihak tentang sesuatu hal yang tidak melanggar syariat Islam dan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak.

، عن برنا مالك ، عن نافع حدثنا عبد هللا بن يوسف ، أخ

ع لى هللا نهما أن رسول هللا صعبد هللا بن عمر ، رضي الل

على احد منهما بالخيار المتبايعان كل و : عليه وسلم قال

ا ب قا أخرجه البخارى .)يع الخيار صاحبه ما لم يتفر

(ومسلم

Hadist dari Abdullah bin Yusuf, beliau mendapatkan hadist dari Malik dan beliau mendapatkan Hadist dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar Rodliyallohu ‘anhuma. Sesungguhnya Rosulalloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dua orang yang jual beli, masing-masing dari keduanya boleh melakukan khiyar atas lainnya selama keduanya belum berpisah kecuali jual beli khiyar.” (HR Bukhori dan Muslim).

Hadist Rosululloh SAW hadist dari Jabir bin Abdullah Rhodliyallohu ‘anhuma dalam kitab Syurutuhum Bainahum yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

عنهما في المكات وقال جابر بن عبد هللا ، رضي ا ب لل

الف ، أو عمر كل شرط خ وقال ابن عمر . شروطهم بينهم

ط مئة شرط كتاب هللا فهو باطل ون اشتر

“Segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah ( Hukum Allah) adalah batal, sekalipun sejuta syarat” (HR Bukhori )”

Rukun Akad :

Menurut Jumhur Ulama (pendapat banyak ulama) rukun akad menyangkut empat hal yaitu :

• Shighat al aqad, yaitu pernyataan untuk mengikatkandiri.

• Ma’qud alaih/mahal al ‘aqd, yaitu harga dan barangyang ditransaksikan atau obyek akad.

• Al-aqidan, yaitu orang yang membuat ataumenyelenggarakan akad atau pihak-pihak yang berakad.

• Maudhu al-aqd, yaitu tujuan diselenggarakan akad.

Jenis Jenis Akad :

1. Akad ditinjau dari sah atau tidak sah. Yaituapakah akad tersebut memenuhi rukun dansyaratnya atau tidak. Sebab akad dikatakan sahapabila memenuhi rukun dan syaratnya.– Akad sahih ialah kontrak yang sempurna semua rukun

dan syarat yang ditetapkan syarak dan tidak ada sebarang unsur dan sifat meragukan yang boleh mengeluarkannya dari dikira sah dari segi pensyariatannya.

– Akad batil ialah kontrak yang tidak sempurna (cacat) syarat dan rukunnya. Hukum kontrak seperti ini ialah tidak sah dan tidak melahirkan sebarang kesan sedikit pun.

• Akad Nafidz (terlaksana). Akad dianggap nafidz ketika akad tersebut sah dan tidak ada lagi keterkaitan dengan hak orang lain.

• Contoh akad jual beli yang sempurna. Barang yang dijual tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain, sementara uang yang diserahkan adalah murni milik pembeli. Akad nafidz hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ahliyatu tasharruf (kemampuan untuk bertransaksi).

• Akad Mauquf (menggantung). Akad mauquf adalah akad yang masih memiliki keterkaitan dengan hak orang lain. Seperti menjual barang orang lain tanpa izin.

• Mayoritas ulama berpendapat bahwa akad mauquf hukumnya sah, hanya saja konsekwensi akad bergantung pada pemilik barang atau pemilik uang. Sehingga pembeli tidak boleh menerima barang sampai mendapatkan izin dari pemiliknya. Demikian pula penjual tidak boleh menerima uang sampai dia mendapat izin dari pemilik uang.

• Akad lazim ialah kontrak yang tidak membolehkan salah satu pihak yang memeterai kontak membatalkannya tanpa persetujuan pihak yang lagi satu seperti kontrak sewa dan jual beli.

• Akad jaiz ialah kontrak yang membolehkan salah satu pihak yang berkontrak membatalkannya tanpa sebarang persetujuan pihak yang lagi satu seperti kontrak wakalah.

1. Akad yang ditinjau dari penamaannya.

– akad musamma (akad yang telah diberi namatertentu)

– ghoiru musamma (akad yang belum diberi namatertentu).

SEKIANDAN TERIMAKASIH