Upload
rahmatia-azzindani
View
7.155
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
INSTRUMEN KEUANGAN, KAS DAN PIUTANG
Instrumen Keuangan
1. Pengertian
Instrumen Keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai asset atau liabilitas
keuangan, terdiri dari kas dan piutang. Berikut adalah standar akuntansi yang mengatur
instrument keuangan:
a. PSAK 50 Instrumen Keuangan.
b. PSAK 55 Instrumen Keuangan.
c. PSAK 60 Instrumen Keuangan.
Tidak ada pengaturan untuk industry tertentu,karena standar lebih menekankan pada
substansi transaksi dan komponen yang dilaporkan bukan pada jenis industry entitas. Standar
akuntansi IFRS menggunakan dasar penilaian wajar.
2. Bentuk Instrumen Keuangan
Aset Keuangan Terdiri Atas :
a. Kas.
b. Instrument entitas yang diterbitkan entitas lain.
c. Hak Kontraktual
1) Untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain.
2) Untuk mempertukarkan asset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi
berpotensi untung.
d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan engan menggunakan instrument ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan :
1) Non derivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima
sejumlah yang bervariasi dari instrument yang diterbitkan entitas.
2) Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan kas
dalam jumlah tertentu atau asset keuangan lain dengan jumlah tertentu dengan
instrument ekuitas yang diterbitkan entitas.
Liabilitas Keuangan Terdiri Atas :
a. Liabilitas Kontraktual
1) Unuk menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain.
2) Untuk mempertukarkan asset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi
berpotensi tidak menguntungkan entitas.
b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument
ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu :
1) Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan
sejumlah yang bervariasi dari instrument ekuitas yang diterbitkan entitas.
2) Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan kas
dalam jumlah tertentu atau asset keuangan lain dengan jumlah tertentu dengan
instrument ekuitas yang diterbitkan entitas.
Instrumen Ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas asset suatu
entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
3. Konsep Pengakuan dan Pengukuran Instrumen Keuangan
Saat kontrak tersebut mengindikasikan adanya suatu aliran manfaat ekonomi diterima atau
diserahkan dimasa mendatang dan diukur dengan andal, maka kontrak tersebut akan dicatat
sebagai asset atau liabilitas keuangan.
Pengukuran Aset atau Liabilitas keuangan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Untuk asset dan liabilitas keuangan yang pengukuran setelah pengakuan awal
menggunakan nilai wajar, biaya transaksinya diklasifikasikan sebagai beban periode
berjalan.
b. Untuk asset dan liabilitas keuangan yang pengukuran setelah pengakuan awal tidak
menggunakan nilai wajar, biaya transaksinya dikapitalisasi menambah nilai aseet atau
liabilitas keuangan
Asset keuangan mengalamin penurunan nilai jika nilai tercatat asset lebih tinggi
dibandingkan nilai yang dapat diperoleh kembali. Jika terjadi penutunan kembali, maka harus
dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai.
HTM dan AFS dapat dilakukan jika memenuhi kriteria.
4. Penyajian dan Pengungkapan
PSAK 50 (revisi 2010) Instrumen Keuangan : prinsip penyajian instrument keuangan
sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus asset keuangan dan liabilitas keuangan. Prinsip
keuangan ini berlaku terhadap kategori instrument keuangan dari perpektif penerbit,dalam
asset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrument ekuitas, pengategorian yang terkait dengan
suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan, serta keadaan asset keuangan dan liabilitas
akan saling hapus.
PSAK 60 instrumen keuangan: pengungkapan dalam laporan keuangan yang
memungkinkan pengguna mengevaluasi signifikan instrument keuangan atas posisi dan knerja
keuangan entitas serta jenis dan besarnya risiko yang timbul dan bagaimana entitas mengelola
risiko tersebut.
Aset Keuangan
1. Klasifikasi Aset Keuangan
a. Aset Keuangan Diukur Dengan Nilai Wajar Melalui Laba Rugi
Asset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi (fair value to profit and
loss atau FVPL) adalah asset keuangan yang dimaksudkan untuk tujuan dijual dan dibeli
kembali dalam waktu dekat (surat berharga diperdagangkan).
Asset keuangan diklasifikasikan sebagai FVPL jika memenuhi salah satu dari kondisi
berikut :
1) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan.
2) Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
FVPL dinilai pada pengakuan awal sebesar nilai wajar, yaitu nilai perolehan
investasi+biaya transaksi yang dibebankan. Pemisahan biaya transaksi dalam komponen
beban periode berjalan akan membuat perbandingan antara nilai wajar saat transaksi
dengan nilai wajar pada pengukuran setelah pengakuan awal lebih mudah dilakukan.
Setelah pengakuan awal, FVPL diukur dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan. Selisih
antara nilai tercatat dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan akan dilaporkan sebagai
keutungan atau kerugian yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif (belum
direalisasi).
b. Investasi Dipegang Hingga Jatuh Tempo
Investasi dipegang hingga jatuh tempo adalah asset nonkeuangan nonderivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan secara entitas
mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki asset keuangan tersebut hingga
jatuh tempo.
Entitas harus menghitung tingkat suku bunga efektif untuk investasi ini. Bunga efektif
tidak selalu sama dengan bunga yang dibayarkan. Jika bunga memiliki nilai rendah
dibandingkan nilai nominalnya,sehingga akan muncul diskon. Jika sebaliknya akan
muncul premium. Setelah pengakuan awal, asset akan diukur sebesar nilai amortisasi.
Amortisasi diskon akan menambah pendapatan bunga.. dan amortisasi premium akan
mengurangi pendapatan bunga.
c. Pinjaman yang Diberikan atau Piutang (loans or receivable – LR)
Adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran yang telah ditentukan dan tidak
mempunyai kuotasi pasar aktif, kecuali yang termasuk dalam tiga kategori aset keuangan
yang lain. Kelompok aset yang bukan pinjaman yang diberikan atau piutang misalnya
kepemilikan atas reksa dana, tidak dapat dikasifikasikan sebagai pinjaman.
Pada awalnya, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui sebesar harga perolehan +
biaya transaksi yang dapat diatribusikan langsung dengan perolehan piutang dan pinjaman.
Setelah itu, pinjaman dan piutang ini akan diukur pada biaya perolehan diamortasasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
d. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual (available to sale – AFS)
Adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan tersedia untuk dijual atau tidak
diklasifikasikan sebagai FVPL, HTM, dan LR. Jika tidak termasuk ketiga kategori tersebut
akan diklasifikasikan sebagai AFS.
e. Reklasifikasi Aset Keuangan
Pada saat awal, AFS diakui sebesar nilai wajar. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk perolehan investasi AFS dikapitalisasi menambah
nilai AFS. Setelah pengakuan awal, AFS dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan
diukur pada biaya perolehan setelah diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif. Selisih nilai wajar dengan nilai tercatat akan diakui sebagai keuntungan dan
kerugian dalam ekuitas dan dilaporkan sebagai pendapatan komprehensif.
2. Reklasifikasi
FVPL, dapat direklasifikasi ke LR dalam situasi yang sangat langka. Larangan
rekalsifikasi FVPL dimaksud agar entitas tidak memiliki moral hazard menggunakan
reklasifikasi untuk manjamen laba.
Aset keuangan diukur nilai wajar melalui laba rugi dapat dierklasifikasi ke pinjaman yang
diberikan dan piutang (LR). Jika memenuhi ketentuan LR terdapat intensi dan kemampuan
untuk memliliki sampai jatuh tempo.
Aset keuangan tersedia untuk dijual keuntungan dan kerugian yang telah diakui dalam laba
komprehensif diamortisasikan untuk aset keuangan yang memiliki jatuh tempo yang tetap.
Untuk aset yang memilliki jatuh tempo yang tetap, keuntungan atau kerugian dalm laba
komprehensif akan diakui pada laporan laba rugi pada aset tersebut dijual. Jika terjadi
perubahan intensi manajemen mereklasifikasi atau menjual investasi HTM, maka investasi
harus direklasifikasi dalam AFS.
Suatu entitas tidak boleh memiliki investasi HTM jika dalam tahun berjalan atau dalam
kurun waktu dua tahun sebelumnya telah menjual atau mereklasifikasikan investasi HTM
dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan (tainting rule). Pengecualian untuk tainting rule
ini terjadi jika :
a. Mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali (contohnya, kurang dari tiga bulan
sebelum jatuh tempo);
b. Setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset keuangan
sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh pelunasan dipecepat; atau
c. Terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali entitas, tidak berulang, dan
tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
3. Penurunan Nilai
Aset keuangan yang diukur dengan harga perolehan diamortisasikan serta aset keuangan
tersedia untuk dijual dapat mengalami penurunan nilai. Sedangkan untuk aset keuangan yang
dinilai dengan nilai wajar melalui laba rugi secara otomatis akan menurun nilainya mengikuti
harga pasarnya, sehingga tidak perlu ada evaluasi penurunan nilai.
Kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila nilai tercatat atau biaya
perolehan diamortisasikan lebih tinggi daripada nilai yang dapat diperoleh kembali. Bukti
objektif penurunan nilai harus dilakukan pada setiap tanggal laporan keuangan.
Bukti objektif dapat dilihat dari beberapa indikasi berikut:
a. Kesulitan keuangan signifikan yang alami penerbit atau peminjam
b. Pelanggarn kontrak
c. Restrukturisasi atau keringanan akibat pihak peminjam mengalami kesulitan
d. Peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya
e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan
f. Kemungkinan besar bangkrut
Pengaruh penurunan nilai dapat diidentifikasikan terhadap aset keuangan secara individu
maupun kelompok aset.
Jumlah kerugian penurunan diakui sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai diperoleh
kembali. Nilai tersebut diukur dari nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan
menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Jumlah kerugian
penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif.
Evaluasi penurunan nilai dilakukan dengan prosedur berikut :
a. Aset keuangan yang secara individu signifikan dilakukan pengujian penurunan nilai secara
individu.
b. Jika aset keuangan yang secara individu signifikan, pada saat pengujian individual tidak
mengalami penurunan nilai, maka harus dinilai dalam kelompok aset keuangan yang
memiliki karakteristik resiko kredit yang sama.
c. Penilaian kelompok dilakukan untuk aset yang secara individual tidak signifikan dan aset
keuangan yang secara individual signifikan tetapi tidak mengalami penurunan nilai.
Untuk aset yang dinilai dari amortisasi, jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian
penurunan nilai berkurang, maka kerugian penurunan nilai yang belum diakui harus
dipulihkan.
Untuk aset keuangan yang dinilai dengan harga perolehan, jumlah kerugian penurunan
nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari
estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengenbalian yang berlaku
dipasar untuk aset keuangan serupa. Untuk aset keuangan tersedia untuk dijual, penurunan
nilai telah diakui secara langsung dalam ekuitas.
4. Penghentian Pengakuan
Pada saat kontrak berakhir, aset keuangan tidak lagi diakui dalam laporan keuangan.
Standar menjelaskan bahwa entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika hanya jika :
a. Hak kontraktual atau arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir
b. Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan
Kas
1. Definisi
Kas merupakan aset yang paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar
kewajiban perusahaan.
Kas adalah keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas
termasuk instrumen keuangan dalam klasifikasi aset keuangan. kas merupakan alat
pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan entitas. Kas tediri dari
uang kartal yag disimpan entitas, uang tersimpan dalam rekening bank, dan setara kas. kas
yang dicadangkan dengan penggunaan khusus tidak boleh dikategorikan sebagai kas, tetapi
diklasifikasikan sebagai cadangan. Jika digunakan untuk memenuhi kewajiban kurang dai satu
tahun dana cadangan ini dikalsifikasikan sebagai aset lancar.
Setara kas termasuk kategori instruman keuangan. Setara kas adalah investasi jangka
pendek yang sangat likuid. Agar dapat diklasifikasikan setara kas harus memenuhi
karakteristik dapat konversi menjadi kas pada jumlah tertentu tanpa resiko perubahan nilai dan
jatuh temponya sangat dekat
Entitas sering kali melakukan perjanjian dengan bank terkait dengan kredit atau pinjaman.
Pinjaman yang diberikan tidak semua dapat diambil, namun harus menyisakan saldo minimum
(compensating balance). Dalam laporan keuangan, compensating balance disajikan secara
terpisah dapat sebagai aset lancar atau aset tadak lancar tergantung jangka waktu perjanjian
pinjaman. Jika pinjamannya dalam jangka panjang, akan disajikan dalam aset tidak lancar.
Sebuah entitas dapat mengalami bank overdraft yaitu kondisi dimana jumlah cek ditarik dalam
rekening melebihi saldo kas dan diklasifikasikan sebagai utang dagang
2. Pengendalian Kas
Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas adalah :
a. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otoritas dengan pembayaran,
pihak yang melakuan pengelolaan kas dan pencacatan, pihak pengguna dan pihak
pembayar.
b. Penggunaan lemari besi untuk menyimpan kas atau di ruang tertutup dengan akses terbatas
c. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda
d. Pengeluaran uang dilakukan melalui bank dan menggunakan cek sehinggan terdapat
pengendalian pencacatan oleh pihak lain
e. Penerimaan kas dilakukan melalui bank, untuk keamanan dan pengendalian pencatatan
f. Penggunaan sistem imprest kas kecil untuk memenuhi kebutuhan kas dalam jumlah kecil.
g. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank
Sistem Imprest Kas Kecil
Terdapat dua sistem kas kecil, yaitu :
1) Sistem Imprest Kas Kecil adalahmekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan
tetap. Pada awalnya dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu. Setiap ada
pengeluaran ajan dibuat bukti pengeluaran tetapi tidak dibuat jurnal. Jika jumlah kas
kecil habis, maka akan dilakukan penggantian jumlah dana yang telah dipakai.
2) Fluctuating system, dalam sistem ini tidak ditetapkan sejumlah tertentu sehingga
saldonya bervariasi dari awktu ke waktu. Penggantian tidak didasarkan pada jumlah
terpakai tetapi sering kali ditetapkan sejumlah tertentu
Dalam rangka pengendalian, sistem imprest lebih baik, karena jumlah dana kas
kecilnya bisa dikontrol dan tidak akan terjadi penumpukan dana kecil dalam unit
pembayar. Sedangkan untuk fluctuating system, jumlah dana di kasir tidak terkontrol dn
jumlahnya dapat bertambah terus jika dana tidak dipakai. Dalam kasus tertentu, pada
tanggal pelaporan saldo kas kecil perusahaan telah berkurang dan belum dilakukan
penggantian. Namun untuk menjaga konsistensi pencatatan periode, pada awal periode
dibuat jurnal pembalik sehingga memudahkan pencatatan periode berikutnya .
Rekonsiliasi Bank
Untuk kas di bank setiap akhir priode dibuat rekonsiliasi antara rekening bank dan
saldo kas menurut pencatatan entitas. Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan
antara pencaatan di perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang
menegelola uang perusahaan. Rekonsiliasi ini dapat mengurangi timbulnya kesalahan
pencatatan dan hilangnya uang perusahaan.
Untuk melakukan rekonsiliasi bank, entitas harus memiliki data catatan penerimaan
dan pengeluaran kas yang dilakukan entitas. Berdasarkan data saldo awal dan mutasi kas
akan diperoleh saldo kas menurut pencatatan entitas. Entitas akan menerima rekening
koran yang berisikanb mutasi pencatatan kas oleh bank. Rekonsiliasi dilakukan dengan
membandingkan mutasi kas dalam catatan entitas dan mutasi kas dalam catatan rekening
bank jika terda[pat perbedaan baik nilai, transaksi yang ada disalah satu pihak, maka item
tersebut harus diteliti lebih lanjut.
Secara umum penyebab perbedaan saldo dalam rekening bank dengan saldo kas
menurut pencatatan entoitas ialah :
1) Penerimaan yang ndilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas
2) Penerimaan yang dilakukan oleh entitas namun belum disetorkan atau sudah disetorkan
namun belum terlihat pada rekening koran bank.
3) Pengeluaran yang dilakukan oleh bank namun belum diketahui oleh entitas
4) Pengeluaran yang dilakukan oleh entitas namun belum diamboil oleh pemegang cek.
5) Kesalahan mencatat dapat terjadi baik oleh bank maupun entitas.
3. Penyajian
Kas dalam posisi laporan keuangan disajikan dalam kelompok aset lancar di urutan paling
atas.
Kas dapat disajikan dalam laporan keuangan sebagai berikut :
1) kas dan setara kas [contoh penyajian di entitas terdaftar BEI]
2) kas
Giro pada Bank IndonesiaGiro pada Bank lain [contoh penyajian di entitas Bank Indonesia]
3) kas
Setara kas
4) Kas
Kas di bank
Setara Kas
4. Pengungkapan
Pengungkapan kas dan laporan keuangan meliputi pengungkapan kebijakan akuntansi dan
informasin rincian kas yang dimuiliki perusahaan. Kebijakan akuntansi kas menjelaskan
secara umum komponen kas dan bagaimana perusahaan mengklasifikasikan kas. Kebijakan
akuntansi juga menjelaskan bagaimana perusahaan menyajikan cerukan.
Piutang dan Pinjaman yang Diberikan
1. Definisi dan Jenis
Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Kategori piutang dipengaruhi
oleh jenis usaha entitas.
Adapun beberapa bentuk piutang :
a. Perusahan pembiayaan selain bank, mengklafikasikan piutang menurut jenis pembiayaan
konsumen, piutang pembiayaan sewa, dan piutang pembiayaan kartu kredit.
b. Piutang yang didasarkan pada faktur dari transaksi penjualan, disebut piutang dagang.
Piutang dagang dalam penyajikan diklasifikasikan sebagai piutang dari pihak berelasi dan
piutang dari pihak ketiga.
c. Piutang yang tidak terkait dengan penjualan atau pendaptan disebut piutang lainnya.
Jumlah piutang lainnya biasanya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah piutang
dagang atau piutang usaha.
d. Kredit yang disalurkan oleh bank juga merupakan bentuk piutang
2. Wesel Tagih
Wesel tagih (promissory notes atau notes receivable) merupakan klaim perusahaan kepada
pihak ketiga yang didukung janji tertulis yang tidak bersyarat untuk membayar dalam jangka
waktu tertentu. Penerbit wesel disebut wesel bayar (notes payable) karena penerbit berjanji
untuk membayar, sedangkan penerima wesel disebut wesel tagih (notes receivable) karena
penerima memiliki hak klaim untuk menagih. Wesel tagih diterbitkan untuk membayar
penjualan, piutang jatuh tempo, dan memperoleh pinjaman. Wesel tagih ada yang berbunga
dan ada yang tidak berbunga. Wesel tagih yang berbunga akan dilakukan pencatatan pada saat
penerimaan wesel, pengakuan bunga dan pelunasan wesel.
Perbedaan obligasi dan wesel tagih terletak pada keberadaan pasar, dimana wesel tagih
dapat diperjualbelikan namun tidak memiliki pasar sedangkan obligasi diterbitkan dalam
jumlah yang besar karena diperjualbelikan di pasar modal.
Ilustrasi Transaksi Wesel Tagih
PT Sakura menerima wesel tagih dari PT Lily untuk melunasi piutang dagang yang telah jatuh
tempo. Wesel tagih tersebut memiliki nilai nominal Rp 30.000.000,- bunga 12%. Wesel
tersebut diterbitkan tanggal 1 November 2011 dan jangka waktu 120 hari. Bunga dan pokok
akan dibayarkan pada saat jatuh tempo. Wesel tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 29
Februari 2012.
a. Jurnal yang dibuat PT Sakura:
Wesel Tagih Rp 30.000.000,-
Piutang Dagang Rp 30.000.000,-
b. Pengakuan bunga berjalan 1 Nopember-31 Desember
Rp 30.000.000,- x 12% x 60/360 = Rp 600.000,-
Jurnal penyesuainnya :
Piutang Bunga Rp 600.000,-
Pendapatan Bunga Rp 600.000,-
c. Perhitungan pada saat pelunasan wesel tagih
Bunga 1 Januari-29 Februari 2012
Rp 30.000.000,- x 12% x 60/360 = Rp 600.000,-
Jumlah kas diterima = jumlah pokok wesel + bunga selama 120 hari
= Rp 30.000.000,- + Rp 1.200.000,-
= Rp 31.200.000,-
Jurnalnya :
Kas Rp 31.200.000,-
Pendapatan Bunga Rp 600.000,-
Piutang Bunga Rp 600.000,-
Wesel Tagih Rp 30.000.000,-
3. Pengakuan Awal
Piutang diakui dalam laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi bagian dalam
kontrak piutang. Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai
wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal
transaksi.
Jika piutang tersebut tidak berbunga, maka akan dihitung dengan menggunakan tingkat
suku bunga pasar pada saat pendapatan diterima. Referensi yang digunakan untuk menentukan
tingkat suku bunga pasar adalah bunga yang berlaku untuk piutang serupa di pasar. Dalam
praktiknya, sering digunakan tingkat suku bunga risk free ditambah risk premium.
Untuk piutang yang memiliki nilai wajar, entitas dapat menggunakan nilai wajar pada saat
pengukuran awal dan melakukan pengukuran secara konsisten dengan menggunakan nilai
wajar. Sebaliknya, jika entitas tidak memilih menggunakan nilai wajar pada pengukuran awal,
maka pada pengakuan selanjutnya tidak boleh memilih menggunakan nilai wajar.
Biaya Transaksi
Standar mengatur untuk aset keuntungan yang tidak diukur dengan nilai wajar
(termasuk piutang), pengukuran awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi.
Biaya transaksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan piutang.
Ilustrasi Biaya Transaksi-Biaya Mengurangi Pinjaman yang Diberikan
Bank ABC memberikan pinjaman kepada PT Mawar sebesar Rp 30.000.000.000,- dengan
tingkat bunga 8%. Bunga dibayarkan setiap akhir tahun bunga dikalikan saldo kredit dalam
kontrak. Kredit tersebut dilunasi seluruhnya pada akhir tahun kelima. Dalam rangka
pemberian pinjaman tersebut, Bank ABC membebankan biaya administrasi kepada PT
Mawar sebesar Rp971.916.000. Dalam perjanjian disepakati bahwa biaya administrasi
tersebut akan mengurangi jumlah pinjaman yang akan diterima oleh PT Mawar.
a. Jurnal pada saat pemberian pinjaman
Rp 30.000.000.000 – Rp 971.916.000 = Rp 29.028.084.000
Pinjaman yang diberikan Rp 29.028.084.000
Kas Rp 29.028.084.000
b. Jurnal Pembayaran bunga akhir tahun pertama dan amortisasi biaya transaksi
Pendapatan bunga = Rp 29.028.084.000 x 9% = Rp 2.612.527.560
Kas yang diterima = Rp 30.000.000.000 x 8% = Rp 2.400.000.0000
Amortisasi = Rp 2.612.527.560 – Rp 2.400.000.000 = Rp 212.527.560
Kas Rp 2.400.000.000
Pinjaman yang diberikan Rp 212.527.560
Pendapatan Bunga Rp 2.612.527.560
Biaya transaksi dalam pemberian pinjaman dapat diperlakukan sebagai pengurangan
pinjaman yang diberikan.
Diskon Penjualan
Potongan penjualan dalam bentuk hargamaupun kuantitas akan mempengaruhi
pencatatan pendapatan, namun tidak mempegauhi pencatatan piutang. Piutang akan dicatat
sebesar nilai setela dikuangai dison penjualan. Nilai setelah diskon adalah harga wajar dari
prolehan piutang tersebut. Pendapatan akan diakui sebesar nilai setelah potongan/diskon.
Diskon diberikan jika pembayaran lebih cepat dari yang dijadwalkan dan dinyatkan
dalam bentuk 2/10, n/30 artinya akan diberikan diskon sebesar 2 % jika pelanggan
membayar sampa dengan 10 hari dan alam kurun waktu 30 hari.
Diskon penjuaan yang dikaitkan dengan pembayaran dapatdicatat dengan 2 metode
yaitu :
a. Metode piutang neto (net method), diasumsikan diskon diambil, sehingga ketika
mencatat penjualan an iutang ada saat terjadi penjualan sudah dikurangi diskon
tersebut. jika sebagian besar atau pelanggan menggambil diskon, aka pencatatan
dengan metode neto lebih mudah dalam proses pncatatan.
b. Metode piutag brto (groos method), piutang dagang pada saat penjualan sebesar nilai
penjualan sebelum diskon. Jika pelanggan membayar pada periode diskon akan dicatat
nilai diskonnyabegitupun sebaliknya.
Saat menggunakan metode bruto, nilai penjualan akan disajikan sebesar penjualan
bruto dikurangi dengan nilai diskon penjualan yang terealisasi. Sementara dengan metode
neto, penjualan akan disajikan sebesar nilai setelah diskon baik yang terealisasi maupun
tidak.
4. Pengukuran Setelah Perolehan
Piutang termasuk kategori aset keuangan pinjaman yang dibeikan dan piutang. Menurut
PSAK 55 (revisi 2011), LR dikur berdasarkan biaya perolehan yang diamortisasi dengan
menggunakan suku bunga efektif. Setiap Tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah
terdapat bukti objektif bahwa piutang engalami penurunan nilai. Jika terjadi penurna nilai
maka entitas harus melakukan penurunan nilai sesuai dengan ketentuan penurunan nilai untuk
asetkeuanga yang diukur pada biaya peroean diamortisasi
Untuk bentuk pinjaman ang diberkan, penukra setelah tanggal perolehan membutuhkan
peritungan amortisasi diskon dan preium setiap tanggal pelaporan. Amortisai ersebut akan
menyesuaikan nlai tercatat piutang, sehingga nilai piutang akan menunjukan biaya peroehan
yang diamortisasi. Dalam praktiknya, bentuk pinjaman dengan bunga banyak diberikan oleh
entitas perbankan atau lembaga keuangan. Untuk pinjaman bukan dari lembaga keuangan
bentuk in diberikan dalam bentuk weseltagih dalam jangka panjang.
5. Penurunan Nilai
Konsep Umum Penurunan Nilai
Piutang pada stiap tanggal pelaporan harus dievaluasi apakah terdapat bukti objektif
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif maka akan diakui
kerugianpenurunan nilai. Bukti objektif terjadi akibat dari satu atau lebih peristiwa setelah
pengakuan awal yang mrugikan dan berdampak pada aruskas dimasa depan. Peristiwa
yang menyebabkan penurunan nilai meliputi data dan informasi yan dapat diobservasi
yang menjadi perhatian pemegang aset. Beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan
penurunan nilai adalah sebagai berikut :
a. Piutanag tidak dilunasi saat jatuh tempo.
b. Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran.
c. Pihak pemberi kelonggaran memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang
dialami pihak peminjam, dalam bentuk perpanjangan jangka waktu pelunasan atau
penurunan tingkat suku bunga.
d. Peminjam diyatakan pailit oleh pengadilan.
e. Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak
peminjam akan menurun.
Jika terdapat bukti objektif, jumlah kerugian diukur berdasarkan selisih antara nilai
tercatat piutang dengan nila kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk keruian
kredit masa depan yan belum terjadi, bukan estmated loss tetapi incurred loss).
Unuk Piuang dagang, bukti objektif yang dapat diobsevasi di antaranya kesulitan
signifika pelanggan dan tertundanya pembayaran dala jangka waktu yang melebihi yan
disepakati. Jika pelanggan terbukti mengalami kesulitan keuangan maka piutang tersebut
tidak dapat dibayar atau dibayar anmun waktu pembayarannya lebih lama dari yang di
janjikan.
Penentuan bukti objektif piutang pertama kali dievaluasi secara individual atas piutang
yang signifikan secara individual. Jika secara individual terdapat bukti objektif, maka
perusahaan harus menghitung arus kas masa depan dari piutang tersebut. Selisihnya akan
diakui sebagai kerugian penurunan nilai. Jika tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai
secara individual, maka piutang tersebut akan dimasukan ke dalam kelompok piutang yang
memiliki resiko kredit yang serupa dan menilai penurunan secara kolektif.
Penghitungan Penurunan Nilai
Untuk Piutang yang signifikan secara individu, penentuan penurunan nilai dihitun
secara individu. Piutang yang tidak mungkin dibayar karena kegiatan operasi pelanggan
tersebut dihentikan atau pailit dan tiak ada pihak lain yang menjamin piutang tersebut,
harus diturunkan nilanya secara keseluruhan. Jumlah penuunan nilai adalah seluruh nilai
piutang tercatat nilai jaminan yang dikuasai oleh perusahaan (jika ada). Jika tidak ada
jaminan maka semua piutanag tersebut dihapuskan dan akan diakui oleh perusahaan
sebagai beban.
Ada beberapa teknik untuk menghitung tingkat penurunan nilai dengan menggunakan
analisis statistic, di antaranya adalah metode pembebanan rata-rata (average charge
method) dan metode roll rate.
Average charge-off method, mendasarkan jumlah penurunan nilai berdasarkan data
historis rata-rata tingkat kerugian pinjaman beberapa tahun sebelumnya. Untuk masing-
masing tahun, diperoleh data saldo piutang, jumlah piutang yang harus dihapuskan, serta
jumlah piutang yang telah dihapuskan namun dapat ditagih. Dihitung jumlah pinjaman
neto yang dihapuskan yaitu pinjaman neto yang dihapuskan dikurangi pinjaman neto yang
telah dihapuska namun dapat ditagih (recovery). Rata-rata kerugian pinjaman tiap tahun
dihitung dari pinjaman neto yang dihapuskan dibagi rata-rata pinjaman untuk masing-
masing tahun. Rata-rata kerugian pinjaman dihitung berdasarkan data 5 tahun. Presentase
tersebut akan digunakan untuk menilai kerugian pinjaman secara kolektif.
Metode rool rate menghitung probabilitas piutang pada periode saat ini akan tetapi
menjadi periode berikutnya. Presentase roll rate ini dihitung dalam jangka waktu 1 tahun,
untuk kemudian dihitung nilai rata-ratanya.
Nilai roll rate per tahun digunakan untuk menentukan nilai piutang tidak tertagih
untuk masing-masing umur piutang. Caranya dengan mengalikan presentase tertagih pada
periode tersebut dan setelahnya.
Kedua teknik perhitungan tersebut akan menghasilkan beban penurunan piutang
kolektif dalam 1 periode. Nilai tersebut akan ditambahkan dengan beban penurunan
piutang individu yang mengalami penuruna nilai untuk mendapatkan total beban
penurunan dalam 1 periode. Jika menggunakan metode cadangan, perhitungan penurunan
nilai dan cadangan terlihat berikut ini:
Cadangan penurunan nilai awal periode xxx
Beban penurunan nilai periode tersebut (hasil perhitungan xxx
Piutang yang dihapuskan (individu dan kolektif) (xxx)
Piutang recovery (yang sudah dihapuskan tertagih) xxx
Cadangan penurunan nilai akhir periode xxx
Teknik penurunan piutang menurut PSAK 55 (revisi 2011) berbeda dengan PSAK
sebelumnya maupun US-GAAP yang mendasarkan pada estimasi piutang tidak tertagih.
Ada 2 metode estimasi yang digunakan yaitu estimasi yang didasarkan pada nilai piutang
dan nilai penjualan.
Metode berdasarkan penjualan menghitung jumlah beban piutang tak tertagih dari
penjualan periode tersebut. Nilai penyisihan piutang diitung dari penyisihan piutang awal
periode + penyisihan piutang akhir periode tersebut – penghapusan piutang + jika ada
piutang yang recovery .metode ini sering disebut income statement approach, karena
dihitung berdasarkan item dan income statement yaitu penjualan dan nilai yang dihitung
adalah beban piutang tak tertagih periode tersebut.
Metode berdasarkan nilai piutang menggunakan pendekatan neraca karena perhitungan
nilai piutang dan jumlah yang dihitung adalah nilai penyisihan piutang pada akhir
periode.metode ini menghitung berapa jumlahpenyisihan piutang dari saldo piutang akhir
periode, beban penyisihan akan ditambahkan atau dikurangkan untuk mendapatkan saldo
penyisihan piutang yang diinginkan.
Jurnal Penurunan Nilai
Ada 2 metode, yaitu:
1. Metode penghapusan langsung (direct write off method), dimana piutang yang
diturunkan nilainya langsung dihapuskan tanpa dibuat akun cadangan penurunan nilai.
Metode ini memiliki pengendalian yang kurang baik. Entitas sulit memonitor jumlah
piutang yang telah diturunkan sebelumya.
2. Metode pencadangan (allowance method), diman metode ini lebih tepat digunakan
dalam mencatat penurunan nilai. Nilai cadangan penurunan nilai pada akhir periode
merupakan rekonsiliasi dari cadangan penurunan nilai pada awal periode, koreksi pada
periode sebelumnya (jika ada), penambahan penurunan nilai pada periode berjalan,
pengurangan karena penghapusan piutang, dan penambahan karena recovery pelunasan
piutang dari piutang yang telah dihapuskan.
6. Penghentian pengakuan
Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang dan pinjaman
tidak lagi dicatat dalam laporan keuangan. Terjadi ketika kontrak tersebut berakhir dan
dipenuhi.
PSAK 55 secara spesifik menyebutkan, entitas menghentikan pengakuan asset keuangan,
jika dan hanya jika :
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari asset keuangan tersebut berakhir.
b. Entitas mentransfer asset keuangan yang memenuhi criteria penghentian pengakuan.
Transfer asset keuangan adalah transfer hak kontraktual penerimaa kas dari asset keuangan
atau tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima tetapi memiliki kewajiban untuk
membayar arus kas yang diterima tersebut kepada pihak lain. Penghentian pengakuan akan
dilakukan jika telah terjadi transfer manfaat dan risiko kepada ihak lain. Jika transfer manfaat
dan risiko kepada pihak lain sulit untuk diidentifikasi, makatransfer terjadi jika pengendalian
atas asset keuangan tersebut telah berpindah kepada pihak lain dengan alasan :
a. Perusahaan ingin memperoleh kas lebih cepat dari jangka waktu pelunasan.
b. Perusahaan tidak mau mengurusi penagihan piutang sehingga meminta pihak lain yang
mengelola piutang.
c. Penagihan piutang sulit dilakukan.
Piutang selain dapat ditransfer untuk mendapatkan kas lebih cepat dari tanggal jatuh tempo
, juga dapat digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman. Bentuk jaminan piutang
untuk memperoleh pinjaman dapat berbentuk pengikatan jaminan secara formal ataupun tidak.
Bentuk penjaminan piutang ini disebut sebagai utang dengan jaminan (secured borrowing).
Piutang yang ditransfer kepada pihak lain untuk tujuan mendapatkan kas lebih cepat,
diistilahkan sebagai anjak piutang atau factoring. Perusahaan yang melakukan transaksi anjak
piutang biasanya adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank.
Anjak piutang dapat dipisahkan menjadi Disclosed Factoring yaitu penyerahan piutang
kepada perusahaan anjak piutang dengan sepengetahuan debitur. Dan Undiclosed Factoring
yaitu penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa sepengrtahuan debitur atau
notifikasi kepada pelangggan.
Transfer anjak piutang bermanfaat bagi pemilik piutang karena dapat memanfaatkan dana
lebih cepat, menghemat biaya administrasi penagihan piutang, dan menghindari potensi kredit
macet
Prosedur Anjak Piutang
(2) Review Kredit
(4) Pembayaran
di muka
(1) Memesan Barang
(5) Mengirim Barang
Prosedur diatas adalah bentuk anjak piutang dengan disclosed, bahkan sejak awal
perusahaan anjak piutag mengambil tanggung jawab piutang , sehingga pesetujuan
kreditdilakukan oleh perusahaan anjak piutang.
Perusahaan AnjakPiutang
(3) Menyetujui Kredit
Pelanggan
Retair atau Grosir
Perusahaa Penjaual
Produsen atau Debitor
Berdasarkan tanggung jawab setelah piutang tersebut ditransfer, transfer piutang
dibedakan menjadi Transfer Piutang dengan Jaminan (With Recourse) yaitu jika perusahaan
menjamin piutang tersebut ketika pelanggan tidak membayar piutang. Dan Transfer Piutang
Tanpa Jaminan (Without Recourse) yaitu perusahaan tidak menjamin jika piutang tersebut
tidak dibayar oleh pelanggan.
Akuntansi Transfer Piutang
Ilustrasi Transaksi Trasfer Piutang Tanpa/Dengan Jaminan
Contoh : PT Kantil pada 1 Maert 2011, mentransfer piutang dagangnya dari PT Mulia kepada
perusahaanpembiayaan PT Dahlia Finance sebesar Rp400.000.000. PT Kantil tidak menjamin
jika PT Mulia tidak dapat membayar piutang tersebut. Atas transfer piutang ini, PT Dahlia
Finance membebankan biaya (fee) sebesar 5% dan mencadangkan 4% untuk penurunan nilai
piutang.
PT Kantil PT Dahlia Finance
Kas 364.000.000
Piutang pada PT Dahlia Finance* 16.000.000
Kerugian penjualan piutang 20.000.000
Piutang Dagang 400.000.000
Piutang Dagang 400.000.000
Utang pada PT Kantil 16.000.000
Pendapatan keuangan 20.000.000
Kas 364.000.000
*dapat juga menggunakan istilah Duel to factor
TRANSFER PIUTANG
Apaah secara substansi semua risiko danmanfaat telah berpindah
TIDAK YA
Catat utang dengan jaminan
Aset tidak dihapusbukukan Catat utang yang timbul Akui beban bunga
Catat sebagai penjualan
Aset dihapusbukukan Akui asset yang diperoleh dan
utang yang timbul Akui keuntungan atau kerugian
Pada transfer dengan jaminan, perusahaan belum mengalihkan secara substansial semua
risiko dan manfaat atas piutang tersebut (perusahaan masih menanggung risiko untuk
membayar) kepada perusahaan anjak piutang, jika pelanggan tidak melunasi piutang tersebut.
Untuk transaksi transfer with recourse, akan diberlakukan sebagai utang dengan jaminan
piutang. Entitas akan tidak menghapusbukukan piutang tersebut, utang akan diakui akibat
perolehan uang dari perusahaan anjak piutang diakui sebagai utang sehingga akan muncul
beben bunga. Jika jangka waktu pembayaran yang dilakukan relatif lama, maka biaya bunga
harus dialokasikan ke periode yang terkait dengan menggunakan bunga efaktif, nilai kini
sebesar piutang dikurangi dengan beban bunga (kas diterima), nilai kas masa depan adalah
nilai piutang.
Bentuk transaksi transfer piutang sangat dipengaruhi oleh bentuk perjanjian antara
perusahaan yang memiliki piutang, perusahaan anjak piutang, dan pelanggan yang melakukan
transaksi penjualan. Bentuk perjanjian tersebut akan menentukan apakah sebenarnya risiko
dan manfaat telah berpindah atau masih berada pada perusahaan yang memiliki piutang.
Karena PSAK menggunakan principles based, pengetahuan atas kontrak transfer piutang dan
professional judgment sangat menentukan bagaimana transaksi akan dicatat.
7. Penyajian
Piutang dalam laporan posisi keuangan disajikan dalam kelompok aset lancar. Perusahaan
menyajikan piutang dalam beberapa katagori, yaitu : piutang dagang, piutang usaha dan
piutang lain. Perusahaan dalam bidang industri khusus yang memiliki klasifikasi penyajian
piutang lebih detail. Pada perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, piutang disajikan
dalam katagori kredit atau pinjaman yang diberikan. Sedangkan, pada perusahaan pembiayaan
(multifinance), piutang disajikan sebagai piutang pembiayaan konsumen, pembiayaan anjak
piutang dan piutang leasing. Namun ada beberapa perusahaan tidak menyajikan dalam laporan
posisi keuangan dan cukup membuat pengungkapan dalam CALK.
Nilai piutang disajikan di laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan
kerugian penurunan nilai.
8. Pengungkapan
Pengungkapan piutang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Pengungkapan kebijakan akuntansi piutang, diletakkan bersamaan dengan pengungkapan
instrumen keuangan. Kebijakan akuntansi yang terdapat dalam kebijakan akuntansi
piutang meliputi : metode pengakuan awal, metode pengukuran setelah perolehan, metode
untuk menghitung penurunan nilai, dan penjelasan mengenai penghapusan piutang.
Penjelasan piutang dalam kebijakan akuntansi dilakukan secara bersamaan dengan
instrumen keuangan yang lain.
b. Pengungkapan rincian piutang yang menjelaskan angka dalam laporan keuangan pokok,
CALK dalam rincian laporan keuangan dan penjelasan tentang piutang meliputi :
1) Jenis piutang yang dimiliki, contoh : menurut mata uang dan sifat piutang.
2) Rincian piutang yang dilakukan kepada pelanggan dengan jumlah signifikan.
3) Identifikasi piutang yang diklasifikasikan sebagai aset lancar dan aset tidak lancar.
4) Penurunan nilai piutang dan penjelasan penurunan nilai yang dilakukan secara kolektif
maupun individu.
5) Piutang yang digunakan sebagai jaminan.
6) Informasi terkait dengan risiko, yang menjelaskan :
a) Piutang yang telah jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai.
b) Nilai terbawa dari piutang yang mengalami penurunan nilai yang telah
dinegosiasikan.
c) Analisis umur piutang atas piutang yang telah jatuh tempo.
7) Nilai wajar piutang.
8) Semua konsekuensi risiko kredit atas piutang.
c. Penjelasan lain yang material dan signifikan, perbankan biasanya akan menjelaskan secara
detail kebijakan penurunan nilai yang dilakukan, baik dari cara penentuan signifikansi
maupun cara penghitungan cadangan penurunan nilai untuk piutang secara kolektif.
Secara khusus pengungkapan piutang mengikuti ketentuan dalam PSAK 50 Instrumen
Keuangan : Penyajian dan PSAK 60 Intrumen Keuangan : Pengungkapan.
9. Analisis Piutang
Entitas melakukan analisis piutang yang dimiliki perusahaan dengan menekankan pada
risiko tidak tertagihnya piutang. Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati kebijakan
akuntansi yang dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang dan cadangan penurunan
nilai.
Analisis piutang dilakukan dengan cara melihat perputaran piutang dan umur piutang.
Perputaran piutang dihitung dari penjualan dalam satu periode dibagi piutang rata-rata dalam
satu tahun. Piutang rata-rata dihitung dari piutang awal ditambah piutang akhir periode dibagi
dua. Entitas dengan perputaran piutang tinggi menandakan bahwa entitas tersebut bagus.
PenjualanPerputaran piutang =
Piutang rata-rata
365Umur piutang =
Perputaran Piutang
Umur piutang dihitung dengan hari dalam satu tahun dibagi dengan perputaran piutang.
Jika hasil perhitungan umur piutang 60 hari, padahal kebijakan kredit dinyatakan dalam 2/10.
n/30, maka kualitas penagihan piutang perusahaan kurang bagus.
PERSEDIAAN
Pengertian Persediaan
1. Definisi
Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi
perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya. PSAK 14 (revisi 2008)
mendefinisikan persediaan sebagai aset yang; (i) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
biasa; (ii) dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk di gunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Berdasarrkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu asset diklasifikasikan sebagai
persediaan tergantung pada nature business suatu entitas.
2. Klasifikasi Persediaan
Klasifkasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbeda-beda. Entitas
perdagangan baik perusahaan ritel maupun perusahaan grosir mencatat persediaan sebagai
persediaan barang dagang (merchandise inventory). Bagi entitas manufaktur, klasifikasi
persediaan relatif lebih beragam. Sedangkan bagi entitas jasa, biaya jasa yang belum diakui
pendapatanya diklasifikasikan sebagai persediaan.
3. Cakupan Barang dalam Persediaan
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu entitas adalah terkait dengan
pengakuan kepemilikan atas persediaan. Secara teknis, seharusnya suatu entitas mencatat
pembelian atau penjualan atas persediaan ketika telah mendapatkan atau melepaskan hak
kepemilikan atas barang tersebut. Namun, sering kali penentuan atas perpindahan hak
kepemilikan tersebut relative sulit untuk dilakukan.
Barang dalam Transit
Dalam proses pembelian barang, dapat saja terjadi di mana barang masih berada pada
posisi transit-belum diterima oleh pembeli tetapi sudah dikirim oleh penjual-pada akhir
periode fiskal. Pada dasarnya suatu barang diakui sebagai persediaan oleh suatu entitas
yang memilki tanggung jawab financial terhadap biaya transportasi.
Penjualan Konsinyansi
Sebagai salah satu upaya meningkatkan penjualan, banyak perusahaan yang saat ini
menggunakan metode konsinyansi dalam penjualannya. Perusahaan ritel sering sekali
menerima barang-barang konsinyansi untuk dijual. Pada kerja sama penjualan konsinyansi
ini pemilik barang mengirimkan barang kepada penjual, dimana penjual setuju untuk
menerima barang tanpa ada kewajiban apa pun, kecuali perawatan dan penjagaan terhadap
kehilangan dan kerusakan, hingga barang tersebut terjual kepada pihak lain.
Barang atas Penjualan dengan Perjanjian Khusus
Sering kali dalam perjanjian penjualan barang perusahaan harus melihat substansi atas
penjualan tersebut. Ketika transaksi penjualan dilakukan dan hak kepemilikan telah
beralih, maka seharusnya risiko dan manfaat dari kepemilikan juga beralih dari penjual
kepada pembeli. Namun demikian, dapat terjadi di mana penjual masih memegang risiko
dan manfaat dari kepemilikan atas barang tersebut. Dalam kondisi tersebut maka penjual
masih harus mengakui kepemilikannya atas barang tersebut dan tidak terjadi pengurangan
ats persediaan penjual.
Pengukuran Persediaan
Salah satu masalah utama terkait dengan persediaan adalah mengukur nilai persediaan
tersebut. PSAK 14 (revisi 2008) menyatakan bahwa persediaan diukur berdasarkan biaya atau
nilai realisasi neto, mana yg lebih rendah.
1. Biaya Persediaan
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang
timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali
yang kemudian dapat ditagihkan kembali kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan,
biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada
perolehan barang jadi, bahan dan jasa.
Biaya Konversi
Biaya konversi merupakan biaya yang timbul untuk memproduksi bahan baku menjadi
barang jadi atau barang dalam produksi.
Biaya Lainnya
Biaya lain yang dapat dibebankan sebagai biaya persediaan adalah biaya yang timbul
agar persediaan tersebut berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Yang termasuk biaya
lainnya misalnya biaya dsain dan biaya praproduksi yang ditujukanuntuk konsumen yang
spesifik.
2. Sistem Pencatatan Persediaan dan Asumsi Arus Biaya
Dalam melakukan pencatatan persediaan, teknis pencatatan persediaan terkait juga dengan
sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh entitas. Entitas dapat menggunakan sistem
periodik atau sistem perpetual.
Sistem Periodik merupakan sistem pencatatan persediaan di mana kuantitas persediaan
ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan
secara stock opname.
Sistem Perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan di mana pencatatan yang up-
to-date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai persediaan.
Metode Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu yang diatribusikan ke unit
persediaan tertentu. Berdasarkan metode ini maka suatu entitas harus mengidintifikasikan
barang yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik.
Metode Biaya Masuk Pertama Keluar Pertama
Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau first in first out (FIFO)
mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih
dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau
diproduksi kemudian.
Metode Rata-Rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit
berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya
unit serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode.
3. Nilai Realisasi Neto dan Penurunan Nilai Persediaan
Persediaan diukur berdasarkan nilai yang lebih rendah antara nilai yang berdasarkan biaya
dan nilai realisasi neto (net realizable value-NRV). Nilai realisasi neto merupakan estimasi
harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi
biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Penggunaan Metode Lain Dalm Valuasi Persediaan
1. Metode Laba Bruto
Metode ini menghitung persediaan dengan mengestimasikan jumlah persediaan akhir
berdasarkan nilai barang yang tersedia untuk dijual, penjualan, dan presentase laba bruto.
Metode ini biasanya dipakai untuk mengestimasikan nilai persediaan ketika entitas mengalami
kebakaran atau bencana alamyang merusak sebagian besar persediaan perusahaan.
2. Metode Ritel
Metode ritel merupakan metode pengukuran nilai persediaan dengan menggunakan rasio
biaya untuk menurunkan nilai persediaan akhir yang dinilai berdasarkan nilai ritelnya menjadi
nilai biaya. Metode ini banyak dipakai oleh entitas perdagangan yang memiliki banyak sekali
jenis barang dengan nilai per barangnya tidak besar seperti supemarket dan department store.
Pengungkapan
Terkait dengan persediaan, maka dalam penyajianya pada laporan keuangan suatau entitas
harus mengungkapakan bebrapa hal sebagai berikut :
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan.
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas.
3. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurangan jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemuliahn nilai persediaan yang diturunkan.
8. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.