Upload
ncink-irwan
View
283
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MEMPERSIAPKAN SMK MENYONGSONG AEC 2015
Direktorat Pembinaan SMKDirektorat Jenderal Pendidikan MenengahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta, 24 Oktober 2014 11
AEC 2015: Tantangan, Kebutuhan, Kebijakan
1
Peran Pendidikan dalam Pengembangan Industri
Modal Pengetahuan
Modal Fisik
Nilai Tambah
Driver
Enabler
Enabler
EnablerDriver
Driver
Driver
Industri Primer Industri Sekunder Industri Tersier Industri KTI
Driver Menghasilkan tenaga kerja yang lebih terampil, proses kerja yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah industri
EnablerMenghasilkan kreasi baru yang dapat diwujudkan dalam inovasi produk dan proses, sehingga menghasilkan industri baru dengan nilai tambah lebih tinggi.
Diperlukan SDM berpengetahuan lebih tinggi untuk dapat berperan sebagai driver/enabler
KTI: Knowledge and Technology Intensive (OECD)
PDB < 2.0002.000 <PDB < 8.000
8.000 <PDB < 20.000
PDB>20.000
ASEAN Ranking in Global Competitiveness
Basic Requirements Efficiency EnhancersInnovation and Sophistication
Factors
Ref. The Global Competitiveness Report 2013-2014 by the World Economic Forum
STAGE ONESimple
manufacturing under foreign
guidance
STAGE TWOHave
supporting industries, but
still under foreign
guidance
STAGE THREEManagement &
technology mastered, can produce high quality goods
STAGE FOURFull capability in innovation and product
design as global leader
Indonesia,Viet Nam
Thailand, Malaysia
Korea, Taipei,China
Japan, US, EU
Agglomeration (acceleration of
FDI)
Creativity
Glass ceiling for ASEAN countries(Middle Income Trap)
Stages of Catching-up IndustrializationInitial FDI
absorptionInternalizing parts and components
Technology absorption
Internalizing skills and technology
Internalizing innovation
STAGE ZEROMonoculture, subsistence
agriculture, aid dependency
Pre- industrialization
Arrival of manufacturing
FDI
Poor countries in Africa
Kenichi Ohno : 2011 mod.
Penduduk ASEAN 2011No Negara Jumlah
Penduduk1 Indonesia 241,452,9522 Filipina 86,241,6973 Vietnam 82,689,5184 Myanmar 42,720,1965 Thailand 64,865,5236 Malaysia 23,522,4827 Kamboja 13,363,421
8 Laos 5,631,5859 Singapura 4,353,893
10
Timor Leste 1,019,252
11
Brunei Darussalam
365,251
566,225,770
PENDUDUK DAN PENDAPATAN PER KAPITA ASEAN 2011
PENDAPATAN PER KAPITA ASEAN 2011
No Negara Dalam US $1 Singapura 57,238
2 Brunei Darussalam 47,200
3 Malaysia 14,6034 Thailand 8,6435 Indonesia 4,3806 Philippines 3,7257 Vietnam 3,7258 Laos 2,4359 Kamboja 2,08610 Burma 1,900
TANTANGAN: AEC 2015
TANTANGAN
a) Persepsi terhadap peluang MEA terbatas dan memandang besarnya pasar domestik yang mendorong pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pasar tersebut; b) Kapasitas daya saing pelaku dan tenaga kerjanya; c) kemampuan lembaga pendidikan dan pelatihan memanfaatkan fasilitas sumber daya yang ada.
a) Kualitas dan standardisasi; b) Isu global (green product); c) Kreativitas dan inovasi (nilai budaya, hand made, sentuhan teknologi); d) Characteristic global/pasar
SDM
INFRASTRUKTUR/SARANA-PRASARANA
Ketersediaan dam Kualitas infrastruktur/sarana serta prasarana
pemasaran yang lebih baik
PRODUK:
KEBIJAKAN/REGULASI
Harmonisasi kebijakan/regulasi yang mendukung pelaku usaha dalam peningkatkan daya saing dan pengembangan bisnisnya.
PENYEBARAN INDUSTRI INDONESIA
Jawa:
2009
PDRB Ind. (tr Rp)
Share thd PDB Ind.
1) Banten 89.00 7.37%2) Jawa Barat 332.45 27.52%3) DKI Jakarta 152.08 12.59%4) Jawa Tengah 88.49 7.33%5) DI Yogyakarta 7.11 0.59%6) Jawa Timur 236.74 19.60%
TOTAL JAWA 905.87 75.00%
Non-Jawa:2009
A B7) NAD 2.57 0.21%8) Sumatera Utara 72.79 6.03%9) Sumatera Barat 11.58 0.96%
10) Riau 42.47 3.52%11) Riau Kepulauan 47.52 3.93%12) Jambi 4.48 0.37%13) Bengkulu 0.82 0.07%14) Sumatera Selatan 20.18 1.67%15) Bangka Belitung 6.25 0.52%16) Lampung 13.14 1.09%17) Bali 6.19 0.51%18) Kalimantan Barat 13.99 1.16%19) Kalimantan Tengah 3.84 0.32%20) Kalimantan Selatan 8.41 0.70%21) Kalimantan Timur 14.87 1.23%
Non-Jawa:2009
A B22) NTB 2.74 0.23%23) NTT 0.54 0.05%24) Sulawesi Utara 3.70 0.31%25) Gorontalo 0.38 0.03%26) Sulawesi Tengah 2.88 0.24%27) Sulawesi Selatan 16.02 1.33%28) Sulawesi Barat 0.81 0.07%29) Sulawesi Tenggara 2.16 0.18%30) Maluku 0.50 0.04%31) Maluku Utara 0.99 0.08%32) Irian Jaya Barat 1.25 0.10%33) Papua 0.91 0.08% TOTAL NON-JAWA 301.96 25.00%
TOTAL 1207.83 100.00%
Hingga tahun 2009, persebaran industri 75% masih berada di Pulau Jawa, dimana Jawa Barat sendiri memiliki share terbesar terhadap PDB Industri secara nasional, yaitu sebesar 27,52%
8
9
I. General Situation of Vocational Education in China
Accoding to the statictics of 2013
Secondary vocational schools (part of secondary education, 2-3 yrs of study) Number of secondary vocational schools: 12,300Number of newly enrolled students each year: 6,747,600Number of students studying in vocational schools: 19,229,700( free tuition policy for secondary vocational schools students)
Higher vocational colleges (higher education institutes, 3 yrs of study)Number of vocational colleges: 1321Number of newly enrolled students each year: 3,180,000Number of students studying in vocational colleges: 9,740,000
MODALITAS SMK MENJELANG AEC 2015
2
CAPACITY FOR INNOVATION
Vietnam
Thailand
Singapore
Philippines
Myanmar
Malaysia
Lao PDR
Indonesia
Cambodia
Brunei
0 1 2 3 4 5 63.4
3.4
4.8
3.8
2.7
4.9
3.8
4.4
3.5
3.5
1 = not at all; 7 = to a great extent
Source: The Global Competitiveness Report 2013-2014
KARAKTERISTIK INDUSTRI
Sumber: UU No. 20/2008; Data BPS 2012
55.586.176 Unit
(98,79%)
629.418 Unit (1,11%)
48.977 Unit (0,09%)
4.968 Unit (0,01%)
TOTAL : 56.539.560 UNIT
Usaha BesarOmzet/tahun lebih dari Rp 50 MiliarAsset lebih dari 10 Miliar
Usaha MenengahOmzet/tahun Rp 2,5 Miliar s.d. Rp 50 MiliarAsset Rp. 500 juta s.d. Rp 10 Miliar
Usaha KecilOmzet/tahun Rp 300 Juta s.d. Rp 2,5 MiliarAsset Rp. 50 juta s.d. Rp 500 Juta
Usaha MikroOmzet/tahun s.d.Rp 300 JutaAsset s.d. Rp. 50 juta
PDB:59,08% (Rp.4.869,5 T)
TENAGA KERJA:97,16% (107.657.509)
EKSPOR NON MIGAS:16,4% Rp.166.625,5 M)
Diprediksi kontribusioleh 678.415 KUKM potensial ekspor (1,2% dari total UKM)
ARUS SISWA SEKOLAH DASARSAMPAI PERGURUAN TINGGITAHUN 2011/2012
SD27.583.919
SMP9.425.336
SMA4.196.467
PT5.616.670
Putus SD0,90%
Putus SMP1,57%
SMK4.019.157
Putus PT10,49%Putus SMA
1,16%Putus SMK
3,34%Tdk Lnjt
SMP 18,34%
TDK KE SM 6,83%
Tdk Lanjut PT
51,59%
Masukan4.342.911
Melanjutkan3.240.07581,66%
Melanjutkan1.413.22345,31%
Melanjutkan1.142.83548,41%
Melanjutkan1.493.178
47,87%
Lulusan3.119.322 Lulusan
3.360.573Lulusan4.090.219
1.086.387
1.274.186
248.988 750.144 146.871 212.921 47.709 124.792 1.217.738 589.189 738.260Keluaran
Sumber: PDSP – Kemdikbud, 2013
4.076.6121.603.160
Tantangan kita adalah akses
KONDISI ANGKATAN KERJA NASIONAL 2012MENURUT PENDIDIKAN
Sumber: Pusdatinaker, 2012
≤ SD
SMA
Dipl
oma0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000Bekerja Pengangguran
28.09%
23.48%
25.29%
14.37%
2.72% 6.05%
Pengangguran
≤ SDSMPSMASMKDiplomaUniversitas
Perkembangan
Akademik
Industri
Sosial-Budaya
Perubahan Kebutuhan
Pengetahuan
Keterampilan
SikapPe
ngem
bang
an
Kurik
ulum
SDM yang Kompeten
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap
Pedagogi, Psikologi
Dinamika & Penyempurnaan Kurikulum
15
16
Prinsip Dasar Implementasi PMU
Prinsip Dasar
Implementasi PMU
2. Pemerataan distribusi layanan pendidikan
menengah untuk menjangkau yang tidak
terjangkau
1. Mutu yang terjaga, tidak berkurang karena adanya
penambahan daya tampung
3. Pencapaian target APK di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota secara bertahap.
5. Peningkatan kebekerjaan
(employability) lulusan (khususnya
SMK)
6. diperlukan Data yang Cepat, Tepat waktu dan
Akurat
4. Perimbangan SMA – SMK sesuai potensi dan
kebutuhan daerah
PERKEMBANGAN SMK
3
18
2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 -
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000 1
,721
,531
1,8
10,8
99
1,8
61,1
73
1,8
92,5
55
1,9
21,9
19
1,2
44,5
38
1,3
60,0
81
1,4
13,2
41
1,4
45,1
99
1,5
27,7
78
Perkembangan Animo Pendaftar ke SMK
PendaftarDiterima
Jml Siswa Banyak
(600 ke atas)55%
Jml Siswa Sedang
(200 - 599)31%
Jml Siswa Sedikit
(001 - 199)15%
Jumlah Siswa
Jml Siswa Banyak
(600 ke atas)19%
Jml Siswa Sedang
(200 - 599)30%
Jml Siswa Sedikit
(001 - 199)51%
Jumlah SMK
JUMLAH SEKOLAH & SISWA SMK
Range Siswa Jumlah SMK % Jumlah Siswa %Jml Siswa Banyak
(600 ke atas)2,174 18.55 2,242,608 54.94
Jml Siswa Sedang (200 - 599)
3,531 30.13 1,246,771 30.54
Jml Siswa Sedikit (001 - 199)
6,016 51.33 592,409 14.51
TOTAL 11,721 100 4,081,788 100
Jml Siswa Banyak (600 ke atas)
Jml Siswa Sedang (200 - 599)
Jml Siswa Sedikit (001 - 199)
- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
54.94
30.54
14.51
18.55
30.13
51.33
% SMK % SISWA
MEWUJUDKAN SMK YANG BERMUTU
20
4
3 Paradigms of Reform
Quality Assurance
System
Public-Private
Partnership
Inter-profession
al Collaboratio
n
•Standards of Education •Standards of Competencies•Academic paper of Education System
for each profession
• Accreditation System• Competency Examination
System• Indonesian Qualification
Framework
Independent agency for accreditation & competency examination
Partnership between government, professionals community & independent agencies
Partnership among professions :
education to services
Re-engineering Quality Culture
agent for maintaining sustainability
Paradigma Baru Pembelajaran SMK
1. Pendidikan berpusat kepada siswa2. Bergeser dari pengajaran ke pembelajaran3. Berorientasi lebih kepada kompetensi yang merujuk ke KKNI,
daripada berorientasi ke isi pembelajaran4. Proses pendidikan yang bervariasi sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai ( di kelas, bengkel, di pasar, industri, dan dunia maya)
5. Memberi kemudahan akses terutama bagi masyarakat di daerah 3T, lemah ekonomi, berkebutuhan khusus
6. Optimalisasi TIK di dalam pembelajaran7. Evaluasi pendidikan/pembelajaran yang akuntabel8. Mengedepankan pada pembangunan karakter bangsa9. Berbudaya mutu/daya saing pada setiap lini pendidikan.10. Pengelolaan non akademik yang transparan dan akuntabel.
1. Definisi : SMK Rujukan adalah SMK yang memiliki kinerja unggul, akses besar, dan efektif dalam mengelola institusi serta mendampingi SMK aliansinya dalam pelaksanaan proses pembelajaran bermutu;
2. Tujuan: Peningkatan mutu, akses besar, efektif sebagai penjamin mutu, dan rela Berbagi Sumber daya;
3. Target : adanya SMK yang dpt dijadikan rujukan mutu dalam Pengelolaan institusi , proses pembelajaran penilaian, layanan prima dan kebekerjaan lulusan.
4. Persyaratan : Memiliki siswa >1000, Guru Produktif>75, partner industri>100, kinerja unggul dalam ICT dan bahasa Inggris.
5. Sasaran : 1650 SMK dan memiliki @ 3-4 SMK aliansi.
Pengembangan Mutu lulusan melalui SMK Rujukan
SMK Rujukan #1
SMK Aliansi 1
SMK Aliansi 2
SMK Aliansi 3
SMK Aliansi 4
SMK Rujukan # n
SMK Aliansi 1
SMK Aliansi 2
SMK Aliansi 3
SMK Aliansi 4
SMK Rujukan & SMK AliansiSekolah Efektif :
1. Kepemimpinan yang profesional; 2. Visi dan tujuan bersama ;3. Kultur sekolah dan lingkungan belajar ;4. Fokus pada kegiatan pembelajaran;5. Harapan yang tinggi pada hasil
pembelajaran;6. Penguatan/pengayaan/pemantapan
positif pada sikap;7. Pemantauan kemajuan belajar ;8. Menguatkan Hak dan tanggung jawab
peserta didik;9. Pemberian Materi pembelajaran yang
kaya makna;10.Pengelolaan institusi sebagai organisasi
pembelajar;11.Perkuatan kemitraan antara keluarga-
sekolah-industri. (Harris and Bennett, 2001)
Bengkel Kerja Produktif Standar pada tiap Kompetensi Keahlian yang dimiliki
Tempat Uji Kompetensi,Produk, Jasa dan Tampilan
Bengkel Kerja Cerdas (Smart Workshop)Untuk mendukung advance Training
Fasilitas Kegiatan Bersama bagi
Siswa dan Guru pada bidang seni,
olahraga, dan penguatan softskill
Teaching Factory sesuai Bidang
unggulan
Pusat Sumber Belajar:-Bahan Ajar di Server,- akses internet- Perpustakaan
PENGUATAN FASILITASI SMK RUJUKAN DALAM PEMBENTUKAN HARD SKILLS & SOFT SKILLS
Strategi Peningkatan Mutu SMK Rujukan
Tatakelola SMK
Rujukan(Berbagi)
Sumberdaya(Sentuhan)
TIK
(Integrasi)Proses
Efek
tivita
s
(Men
ingk
atka
n Ha
sil)
Efisiensi &Efektivitas(Mengurangi Input,
Meningkatkan Hasil)
Efisiensi
(Menurunkan Input)
26
1. Sinergi (Resource sharing) dalam Pemnafaatan fasilitas, Jaringan kerjasama, Kebekerjaan, TUK- Sertifikasi, PTK dan Materi Pembelajaran antara SMK Rujukan dengan SMK aliansi.
2. Integrasi sistem informasi dan manajemen pengembangan manajemen kelembagaan dan Pembelajaran.
3. TIK penerapan sistem “on line” , pendataan dan sistem informasi.
4. Intervensi usaha untuk peningkatan kualifikasi dan kompentensi PTK, Peserta Didik dan peran serta masyarakat/ DUDI.
PEMBERDAYAAN SMK
27
5
1. Kepres No. 75 tahun 1995 yang menekankan bahwa orang asing yang bekerja di Indonesia haruslah orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya dan tenaga kerja Indonesia belum mempunyai keahlian tersebut. TKA harus mempunyai masa kontrak dan harus dapat melakukan transfer pengetahuan, sehingga tanaga kerja Indonesia dapat juga berkembang.
2. Mendukung kegiatan pengembangan kompetensi di perusahaan untuk terus mengasah kemampuan staf dan mempromosikan konsep lifelong learning. Konsep multi entry multi exit.
3. Perancangan Kurikulum sesuai kebutuhan saat ini dan masa depan. Kurikulum harus fokus dalam pengembangan kemampuan berbahasa inggris, ICT, berprilaku sesuai konteks dan ketrampilan berpikir kritis. Bersyukur kita telah memiliki K13 yang mendasarkan pada scientifik dan activity based.
4. Pelatihan dan sertifikasi yang secara konsisten dilakukan untuk memastikan tenaga kerja kita dapat menjadi tenaga kerja professional yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia, ASEAN dan Global. Konsep SMK Rujukan dan Akademi Komunitas dan kawasan Vocasi menjadi daya dukung kuat.
1. Kebijakan Nasional dan regional
2. Pengembangan kelembagaan SMK1. memasukkan pendidikan kejuruan ke dalam
perencanaan pembangunan ekonomi, sosial,dan pengembangan industri;
2. meningkatkan investasi dalam pendidikan kejuruan;3. mendukung mekanisme multi-channel investasi SMK;4. meningkatkan standar kualifikasi lulusan berbasis KKNI;5. membangun sistem penjaminan mutu lulusan SMK;6. menggandeng industri yang dapat terlibat dalam
evaluasi kualitas pendidikan kejuruan;7. mengembangkan SMK Rujukan di tiap Kab./Kota.
3. Responsi dan Tatakelola SMK
1. meningkatkan respon SMK sehingga berprospektif tinggi;2. perbaikan tata kelola dan perluasan keterlibatan
pemangku kepentingan;3. memperluas cakupan SMK bagi semua kalangan; 4. pengukuran keterampilan dan ketercapaian kinerja;5. pengembangan teknologi dan keterampilan kerja;6. pengembangan keterampilan pada sektor-sektor yang
pertumbuhannya sangat tinggi.
4. Revitalisasi Pembelajaran yang Bermutu
1. Revitalisasi Program keahlian di SMK.2. Mengembangkan program SMK 4 tahun;3. Memperkuat Kolaborasi dengan Industri;4. Proses pembelajaran berbasis ICT;5. Melakukan audit dan pengembangan
kompetensi bagi guru kejuruan;6. Memperkuat pembelajaran 2 bahasa asing;
5. Pengembangan SMK Rujukan1. SMK anda yang sedang tumbuh berkembang jangan dihambat dan
jangan mengendorkan semangat untuk ditingkatkan akses, kualitas, dan relevansi lulusan dgn kebutuhan industri dan masyarakat;
2. Provinsi, Kab/kota memperkuat minimal 3 SMK rujukan di wilayahnya menjadi SMK unggul secara nasional dan ASEAN;
3. Mengklaster SMK yg siswanya <200 menjadi aliansi SMK .4. Menjadikan SMK Rujukan sebagai ujung tombak sosialisasi mutu
dan solusi pembinaan karier generasi muda;5. Mempromosikan lulusan SMK ke seluruh Indonesia/ASEAN, melalui
kolaborasi, job-matching dan kelas khusus industri;6. Mempromosikan strategi bimbingan karier bagi setiap lulusan SMK
untuk bekerja dulu baru bekerja sambil kuliah; 7. Kontinyu mengasah kemampuan guru dan kepala sekolah SMK.8. Menjadikan SMK rujukan sebagai Hub dan channel informasi
komunikasi kebijakan pengembangan SMK di Indonesia.
6. Pengembangan SMK Pesantren1. Membangun keunggulan SMK Pesantren dari sisi soft skill, karakter, keramahan dan
mandiri;2. SMK Pesantren adalah untuk mendukung bagi reach unreach ( menyentuh yang tak
tersentuh). SMK di Ponpes tidak boleh menolak siswa dengan dalih apapun dan mengupayakan agar seluruh muridnya berada di pesantren;
3. SMK Pesantren harus lebih mengedepankan pola pengembangan berbasis masyarakat. Keterlibatan masyarakat harus dibangun dan diperkuat. Penghargaan yang tinggi dan mulia akan diberikan kepada SMK ponpes bila mampu lebih banyak memberdayakan masyarakat dan memobilisasi sumberdaya yang ada di masyarakat;
4. SMK Ponpes harus tetap istiqomah berada dalam maqom-nya. Jangan kenes dan jangan meniru plola pengembangan yang dilakukan oleh SMK reguler. Harus ada keunikan dan keteladanan.
5. SMK Pesantren harus mengembangkan strategi, makin mala makin banyak siswanya dan makin murah serta terjangkau oleh masyarakat;
6. SMK Pesantern harus mengajak konstituenya untuk terus berbagi dan terus saling membantu.
7. SMK Pesantren harus mengupayakan membangun SMK program 4 tahun sehingga program kepesantrenannya bisa lebih matang dan kuat.
7. Pengembangan SMK Perhotelan1. SMK Pariwisata harus lebih mengedepankan peningkatan mutu sektor
jasa dibanding sektor produk;2. SMK Pariwisata harus mampu menunjukkan keteladanan mengembangan
produk khas unggulan dan berbahan baku lokal;3. SMK Pariwisata harus mampu memberi pencerahan bagi muridnya
dibidang ICT dan menjadikannya sbg tool untuk mandiri/bekerja;4. SMK Pariwisata harus lebih banyak menghasilkan lulusan yang menjadi
entrepreneur dibanding dengan SMK bidang lainnya;5. SMK Pariwisata harus menjadi cerminan kebersihan, keharuman dan
keindahan sehingga industri tertarik bekerjasama dg sekolah;6. SMK Pariwisata harus bisa mandiri dan tidak berlindung bias gender7. SMK Pariwisata harus mampu mengangkat keunggulan dan keindahan
daerahnya menjadi tujuan pariwisata;8. SMK Pariwisata di Indonesia harus membentuk persatuan sehingga 60 %
tenaga kerja bidang pariwisata di Indonesia dicukupi oleh lulusannya.
Suggest International Experience
• No, for financial reasons;• No, for structural reasons;• No, because of increasing curriculum
differenciation;• No, for methodologial and pedagogical
reasons;• No, for political reasons.
36
Terimakasih
37
I. General Situation of Vocational Education in China
Vocational education has provided a strong support for the economy development, employment and the process of urbanization in China. The employment rate of graduates from secondary vocational schools: over 95%; from higher vocational colleges:90%. In the past 10 years, over 80 million graduates have been accounting for 60% of the newly-employed population. In the field of manufacturing, high-speed railway, urban railway transportation, civil aviation, modern logistics, electronic business, tourism service, information service, etc. ,over 70% of newly increasing employees are from vocational schools/colleges.
38
II. Overall Schemes for Accelerating the Development of Vocational Education in China
Overall schemes:
“The Outline of National Education Reforms and Development Program (2010-2020)”— to form a modern vocational education system in year 2020 The 18th CPC National Congress in 2012 and the Third Plenary Session of the 18th CPC National Congress in 2013—to accelerate the development of modern vocational education and the establishment of a modern vocational education system
39
II. Overall Scheme for Accelerating the Development of Vocational Education in China
•National Work Conference on Vocational Education from 23-24 June, 2014—23 June, Xi Jinping,General Secretary of the Communist Party of China Central Committee, made important instructions on vocational education—23 June, Premier Li Keqiang met the conference delegates and delivered an important speech—Vice-Premier Liu Yandong and Ma Kai attended the conference and delivered important speeches—Before the conference, the State Council published “Decision on Accelerating the Development of Modern Vocational Education” in May; Ministry of Education and other 5 ministries published “Construction Plan for Vocational Education System(2014-2020)”
40
II. Overall Scheme for Accelerating the Development of Vocational Education in China
According to the National Work Conference on Vocational Education:General Principle: to attach great attention, to accelerate developmentGeneral Orientation: to serve the development of society, and to improve employmentResponsibilities: to train diversified talents, to inherit skills, to promote employment and self-employmentGeneral Target : to adjust to the need of social and econimic development, to integrate college education with enterprises, to link up secondary vocational education with higher vocational education, to enhance mutual communication between vocational education and general education, finally to build up a modern vocational education system.
41
III. Major policies for Accelerating the Development of Vocational Education in China
1. Develop vocational education in coordination with social economy.plan + overall management + supervision
2. Get through talent training ascending channel, build up overpasses for students.Get through talent training ascending channel of “secondary vocational education + higher vocational education + undergraduate education + postgraduate vocational education”: strengthen the development of secondary vocational education, innovate the development of higher vocational education, explore undergraduate vocational education, establish postgraduate training model, reform entrance examination and admission system.Build up overpasses for students with multiple and diversified choices: strengthen the mutual communication between vocational education and general education, develop various continued education, and establish the acceleration and transformation system for learning outcomes.
42
III. Major policies for Accelerating the Development of Vocational Education in China
3. Attach great importance to the role of enterprises, deepen the integration and cooperation between enterprise and college.Improve the guidance, evaluation and service provision of enterprise;Exert the main influence of enterprise in school-running.
4. Promote Innovation on Talent Training Model, Improve the Quality of Skilled Talent Training.Promote the development of each people in an all-around way;Innovate talent training model;Carry out plans for improving modern vocational education quality.
43
III. Major policies for Accelerating the Development of Vocational Education in China
5. Make full use of market mechanism to support non-governmental sectors to be involved in vocational education.
Encouragement policies: government subsidies, purchase service, student aid loan, fund rewards, incentives for donation, policies on education, finance and taxation, land and finance.Innovate School-running Model: running vocational colleges by adopting joint stock system and mix ownership system, vocational colleges run by government and nongovernment provide purchase service and delegated management service mutually;Improve management structure: councils or board of directors, vocational education group.
44
III. Major policies for Accelerating the Development of Vocational Education in China
6. Government takes actions to guarantee the development of vocational education with supportive policies and regulatory supervision.
Guarantee the basic principles of equality;
More support for the vocational education in poverty-stricken, rural and ethnic minority areas;
Create equal chances for employment and development.