15
MANTHUQ DAN MAFHUM MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an IIDosen pembimbing : Afiful Ikhwan M.Pd. I Oleh : 1. Lutfi Himatunikmah (2013.4.047.0001.1.001687) 2. Risma Riszki Amelia ( 2013.4.047.0001.1.001704 ) PAI SMT 3/Sawo PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGANGUNG Oktober 2014

Makalah manthuq dan mafhum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah manthuq dan mafhum

MANTHUQ DAN MAFHUM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Ulumul Qur’an II”

Dosen pembimbing :

Afiful Ikhwan M.Pd. I

Oleh :

1. Lutfi Himatunikmah

(2013.4.047.0001.1.001687)

2. Risma Riszki Amelia

( 2013.4.047.0001.1.001704 )

PAI – SMT 3/Sawo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGANGUNG

Oktober 2014

Page 2: Makalah manthuq dan mafhum

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan Rahmat, Taufik dan Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini yang berjudul “MANTHUQ DAN MAFHUM” dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam hingga sampai kepada kita.

Adapun sesudah itu, kami menyadari bahwa mulai dari perencanaan

sampai penyusunan makalah ini,kami telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak.Oleh karena itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan M.Pd I

3. Orang tua, teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo’a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan

Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

(PENYUSUN)

Page 3: Makalah manthuq dan mafhum

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..… i

Kata Pengantar …………………………………………………..…. ii

Daftar Isi …………………………………………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah ………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

MANTHUQ DAN MAFHUM

A. Pengertian manthuq dan macam-macamnya ………….. 3

B. Pengertian mafhum dan macam-macamnya………….… 6

C. Pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya.. 7

D. Pengertian mafhum mukholafah dan jenis-jenisnya…..... 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………. 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 12

Page 4: Makalah manthuq dan mafhum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mulia dan sumber hukum Islam

yang pertama dan utama. Al-Qur’an kaya akan makna. Apabila kita mau meneliti

dengan seksama, maka kita pasti akan menemukan bahwaAl-Qur’an mengandung

keunikan-keunikan serta keindahan-keindahan pada maknanya yang tiada akan

pernah habis untuk dikaji serta dipelajari, dan memberi isyarat makna yang tak

terbatas. Dari sinilah timbul motivasi pada diri kaum muslimin untuk semakin giat

menmpelajari serta menafsirkan ayat demi ayat dalam kitab suci Al-Qur’an

sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para sahabat-sahabat nabi Muhammad

SAW.

Ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an menyimpan rahasia besar yang tidak

semua ayat memberikan pemahaman secara jelas namun banyak sekali ayat yang

membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam mengenai hukum-hukum yang

terkandung di dalamnya. Dari sinilah kita fahami bahwa ternyata ayat-ayat Al-

Qur’an itu tidak hanya memberikan pemahaman secara langsung dan jelas, tetapi

ada ayat yang maknanya tersirat di dalam ayat tersebut. Maha suci Allah dengan

segala firman-NYA.

Petunjuk lafaz kepada makna adakalanya berdasarkan pada bunyi

(mantuq, arti tersurat) perkataan yang diucapkan itu, baik secara tegas maupun

mengandung kemungkinan makna lain, dengan takdir maupun tanpa takdir. Dan

adakalanya pula berdasarkan pada pemahaman (mafhum, arti tersirat)-nya, baik

hukum sesuai dengan hukum mantuq ataupun bertentangan. Inilah yang

dinamakan dengan mantuq dan mafhum.

Oleh karena itu, agar dapat memahami dan mengetahui hukum/makna

yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam makalah ini akan dipaparkan

sedikit penjelasan guna menambah pemahaman pembaca mengenai sebagian dari

qoidah tafsir.. Semoga dapat dipahami dengan mudah lagi bermanfaat.

Page 5: Makalah manthuq dan mafhum

2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan manthuq ? dan apa saja macam-macam manthuq?

2. Apa yang dimaksud dengan mafhum dan apa saja macam-macam mafhum ?

3. Apa yang dimaksud dengan mafhum muwafaqah ? dan sebutkan bentuk-

bentuknya!

4. Apa yang dimaksud dengan mafhum mukhalafah ? dan apa saja jenis-

jenisnya?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian manthuq dan macam-macamnya

2. Untuk mengetahui pengertian mafhum dan macam-macamnya

3. Untuk mengetahui pengertian mafhum muwafaqah dan bentuk-bentuknya

4. Untuk mengetahui pengertian mafhum mukhalafah dan jenis-jenisnya

Page 6: Makalah manthuq dan mafhum

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manthuq dan Macam-Macamnya

1. Pengertian Manthuq

Secara etimologi منطوق adalah Isim Maf’ul yang berasal dari ( ي نطق-نطق )

yang artinya berbicara1 , jadi منطوق berarti yang dibicarakan.

Sedangkan secara istilah menurut Syafi’i : “ Manthuq ialah sesuatu yang

ditunjuki lafal dan ucapan lafal itu sendiri.2 Dan menurut Mudzakir, adalah

suatu (makna) yang ditunjukkan oleh lafaz menurut ucapannya, yakni

penunjukkan makna berdasarkan materi huruf-huruf yang diucapkan3.

Jadi Manthuq adalah : arti yang diperlihatkan oleh lafaz yang diungkapkan

(yakni, petunjuk arti tidak keluar dari unsur-unsur huruf yang diucapkan).

2. Macam-Macam Manthuq

Dalam kitab “Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur’an” karya Prof. Dr.

Muhammad bin Alwi Al-Maliki membagi mantuq atas dua bagian, yaitu lafaz

yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu nash, dan lafaz

yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti yaitu zahir dan mu’awal.4

a) Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti (nash)

Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau

nash, ialah lafaz yang bentuknya sendiri telah dapat menunjukkan makna

yang dimaksud secara tegas (sharih), tidak mengandung kemungkinan

makna lain. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 89 :

يام ثلثةج أيامفمن ل يج د فصج …..

1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka

progressif, 1997), hlm. 1432 2 Syafi’i Karim, Fiqih – Ushul Fiqih (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 177 3 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Litera AntarNusa,2007), hlm. 358 4 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 233

Page 7: Makalah manthuq dan mafhum

4

“Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya

puasa selama tiga hari.”( QS. Al-Maidah : 89 )5 Pensifatan “tiga hari” telah mematahkan kemungkinan “tiga” ini

diartikan lain secara majaz (metafora). Inilah yang dimaksud dengan nash.

Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 :

يع الل وأحل الرجبا وحرم الب

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al-

Baqarah : 275)6 Ayat di atas menunjukkan secara jelas dan tegas tentang kehalalan jual

beli dan keharaman riba.

b) Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti.

Zahir, lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang lebih

diunggulkan. Zahir ialah lafaz yang menunjukkan sesuatu makna yang

segera dipahami ketika diucapkan tetapi disertai kemungkinan makna

lain yang lemah (marjuh).7 Jadi, zahir itu sama dengan nash dalam hal

penunjukkannya kepada makna yang berdasarkan pada ucapan. Namun

dari segi lain ia berbeda dengannya karena nash hanya menunjukkan

satu makna secara tegas dan tidak mengandung kemungkinan menerima

makna lain, sedang zahir di samping menunjukkan satu makna ketika

diucapkan juga disertai kemungkinan menerima makna lain meskipun

lemah. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 173:

ر اضطر فمنج … عاد ول باغ غي …

“… tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedangkan ia tidak menginginkan dan melewati batas …”.( QS. Al-

Baqarah : 173)8 Lafaz “baaghin” digunakan untuk makna ”al-Jahil” (bodoh,tidak

tahu) dan ”az-dzalim” (melampaui batas, zalim), tetapi kemungkinan

arti yang kedua lebih jelas dan lebih umum digunakan.

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2002),

hlm. 123. 6 Ibid, hlm. 48 7 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 359 8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 27

Page 8: Makalah manthuq dan mafhum

5

Contoh lain dalam QS. Al-Baqarah ayat 222 :

قرب وهن حت يطهرن … … ول ت

“…dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum suci …”( QS. Al-Baqarah : 222)9

Lafaz “yathhurna” mempunyai kemungkinan arti “suci dengan

terhentinya haid” dan arti “suci dengan mandi janabah dan wudu”,

tetapi dari kedua arti tersebut, kemungkinan arti yang kedua lebih jelas

dan lebih umum digunakan. Kemungkinan arti yang pertama dari

contoh-contoh di atas disebut marjuh (tidak diunggulkan), sementara

kemungkinan arti kedua yang kedua disebut rajih (diunggulkan).

Mu’awwal, Lafaz yang diberi pemahaman dengan arti yang tidak

diunggulkan (marjuh) karena terdapat indikasi ketidak-mungkinan

diberi pemahaman dengan arti yang diunggulkan (rajih). Mu’awwal

ialah lafaz yang diartikan dengan makna marjuh karena ada suatu dalil

yang menghalangi dimaksudkannya makna yang rajih.10 Mu’awwal

berbeda dengan zahir, zahir diartikan dengan makna yang rajih sebab

tidak ada dalil yang memalingkan kepada yang marjuh. Contohnya

dalam QS. Al-Isra ayat 24 :

ن الذلج جناح لما واحفض الرحة مج …

“..dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh

kasih sayang”. (QS. Al-Isra : 24)11

Tidak mungkin memberikan pemahaman kata “adz-dzulli” pada

ayat itu dengan pengertian “sayap” yang merupakan arti rajih karena

pada kenyataannya memang manusia tidak memiliki sayap. Karenanya,

kata itu harus diberi pemahaman dengan arti lain yang marjuh, yakni

perlakuan yang baik terhadap kedua orang tua.

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.36 10 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 360 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 285

Page 9: Makalah manthuq dan mafhum

6

B. Pengertian Mafhum dan Macam – Macamnya

1. Pengertian Mafhum

Secara etimologi mafhum adalah isim maf’ul yang berasal dari kata ( –مهف .berarti yang difahami مفهوم ,yang artinya faham12 (ي فهم

Sedangkan secara istilah Mafhum (pemahaman) adalah arti yang tidak

diperlihatkan oleh lafaz yang diucapkan (yakni, petunjuk artinya keluar dari

unsur-unsur huruf yang dicapkan).13 Menurut Syafi’i Karim, mafhum adalah

sesuatu yang ditunjuk oleh lafaz, tetapi bukan dari ucapan lafaz itu sendiri. Dan

menurut Mudzakir, ialah makna yang ditunjukkan oleh lafaz tidak berdasarkan

pada bunyi ucapan.14

Dengan kata lain, mafhum ialah pengertian yang ditunjukkan oleh suatu

lafaz tidak dalam tempat pembicaraan, tetapi dari pemahaman yang terdapat

pada ucapan tersebut. Misalnya, hukum yang dipahami langsung dari teks

firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi :

قل فل هرها ول أف لما ت ن ت

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”. (QS. Al-Isra’ : 23)15

Dalam ayat tersebut terdapat pengertian mantuq dan mafhum,

pengertian mantuq yaitu ucapan lafadz itu sendiri (yang nyata = uffin) jangan

kamu katakan perkataan yang keji kepada kedua orang tuamu. Sedangkan

mafhum yang tidak disebutkan yaitu memukul dan menyiksanya (juga

dilarang) karena lafadz-lafadz yang mengandung kepada arti, diambil dari segi

pembicaraan yang nyata dinamakan mantuq dan tidak nyata disebut mafhum.

2. Macam – Macam Mafhum

Mafhum dibedakan menjadi dua bagian, yakni:

12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab Indonesia Al-Munawwir (Surabaya: pustaka

progressif, 1997), hlm. 1075 13 Rosihon, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hlm. 235 14 Mudzakir. AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,hlm. 363

Page 10: Makalah manthuq dan mafhum

7

1) Mafhum Muwafaqah.

2) Mafhum Mukhalafah

C. Pengertian Mafhum Muwafaqah dan Bentuk-bentuknya

1. Pengertian Mafhum Muwafaqah

Mafhum Muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan

hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Atau Pemahaman yang diberikan

kepada lafaz mafhum itu selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq,

dengan kata lain makna yang hukumnya sesuai dengan mantuq.

2. Bentuk-bentuk Mafhum Muwafaqah

Mafhum Muwafaqah dapat dibagi kepada 2 bagian yaitu:

1) Fahwal Khitab, yaitu apabila yang dipahamkan lebih utama hukumnya

daripada yang diucapkan. Seperti memukul orang tua lebih tidak boleh

hukumnya, firman Allah pada QS. Al-Isra’ ayat 23 yang berbunyi :

قل ل كافل ت ولك ررج هرها ولل لما ل ن ما أف ول ت

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.(QS. Al-Isra’ : 23)16

Dalam ayat di atas menerangkan bahwa kata-kata yang keji saja

tidak boleh (dilarang) apalagi memukulnya.

2) Lahnal Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan sama hukumnya

dengan yang diucapkan, seperti firman Allah SWT dalam surat An-Nisa

ayat 10:

ا إجنا ين يأرلون أموال اليتامى ظلمك نججم ناركايأرلون فج بطو إجن الذج

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara

zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. An-Nisaa : 10).17

16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: CV Darus Sunnah,

2002), hlm. 285. 17 Ibid, hlm. 79.

Page 11: Makalah manthuq dan mafhum

8

Dalam ayat di atas menerangkan bahwa Membakar atau setiap cara

yang menghabiskan harta anak yatim sama hukumnya dengan memakan

harta anak tersebut yang berarti dilarang (haram).

D. Pengertian Mafhum Mukhalafah dan jenis-jenisnya

1. Pengertian Mafhum Mukhalafah

Mafhum mukhalafah adalah pengertian yang dipahami berbeda dengan

ucapan, baik dalam istinbat (menetapkan) maupun nafi (meniadakan). Oleh

karena itu, hal yang dipahami selalu kebalikannya daripada bunyi lafal yang

diucapkan. Atau Pemahaman yang diberikan kepada lafaz mafhum itu tidak

selaras dengan yang dimiliki oleh lafaz mantuq, dengan kata lain makna yang

berbeda hukumnya dengan mantuq.

Seperti dalam firman Allah swt :

ين يأي ها ى إجذا ءامن وا الدج ن لجلصلواةج ن ودج ع وذروا اللج ذجررج إجل وافاسع المعةج ي ومج مج ي جالب

ر ذلجكم علمون رنتم إجن لكم خي ت

“apabila kamu dipanggil untuk mengerjakan sholat pada hari jum’at, maka bersegeralah kamu mengerjakan dan tinggalkan jual beli.” (QS. Al-jum’ah:9).18

Dapat dipahami dari ayat di atas, bahwa boleh jual beli di hari jum’at

sebelum adzan si mu’adzin dan sesudah mengerjakan sholat.

2. Jenis – jenis Mafhum Mukhalafah

Jenis – jenis mafhum mukhalafah ada 5 yaitu19 :

1) Mafhum shifat

Mafhum shifat yaitu menggantungkan hukum pada dzat dengan salah

satu sifat.

Seperti firman Allah ta’ala pada kafarat pembunuhan :

تحرجير بة ف نة رل مؤمج …

18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm.555. 19 Abdul hamid hakim, Ushul Fiqh (Jakarta : Maktabah Al-adiyat Qatran, 1927), hlm. 31

Page 12: Makalah manthuq dan mafhum

9

“…hendaklah ia (yang membunuh) memerdekakan seorang hamba sahaya

yang beriman”. (QS. An-Nisaa : 92)20 Mafhumnya, jika hamba sahaya yang dimerdekakan itu bukan

termasuk orang beriman, maka tidak diperbolehkan.

Contoh lain dalam QS. Al-Hujarat ayat 6 :

ينوا أن تب ق م بجنبإ ف ين ءامنوا إجن جاءرم فاسج هلة يأي ها الدج ومام ج يب وا ل تص تصج بجحوا ف

ي مج علتم ندج .على ما ف

“ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasikh embawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”( QS. Al-Hujarat : 6)21

Dapat dipahami dari ungkapan kata ‘fasiq’ ialah orang yang tidak

wajib ditelliti beritanya. Ini berarti bahwa berita yang disampaikan oleh

seseorang yang adil wajib diterima.

2) Mafhum ‘ilat atau sebab

Mafhum ‘ilat yaitu menggantungkan atau menghubungkan hukum

sesuatu karena sebab (illatnya). Seperti pengharaman khamr karena

memabukkan.

3) Mafhum ‘adad atau bilangan

Mafhum ‘adad yaitu memperhubungkan hukum sesuatu kepada

bilangan tertentu. Seperti Firman Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 4.

ين جلدةك ثانجي اجلجدوهمف شهداء بجأرب عةج يأتوا ل ث المحصناتج ي رمون والذج

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat

zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera”. (QS. An-Nur : 4)22

4) Mafhum ghayat atau tujuan

20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 94. 21 Ibid, hlm.517. 22 Ibid, hlm.351.

Page 13: Makalah manthuq dan mafhum

10

Mafhum ghayat yaitu membatasi hukum dengan kata “ila” atau

“hatta”.

Seperti firman Allah Ta’ala :

ين أي ها يا لوا الصلةج إجل لمتم إجذا آمنوا الذج ل كم وجوه فاغسج يكمإج المرافجقج وأيدج

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku".(QS. Al-

Ma’idah: 6)23

Contoh lain firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 230 :

ن ن له تجل فل طلقها فإج نكجح حت ب عد مج از ت ره وجك غي …

“Kemudian, jika si suami menalaknya (setelah talak yang kedua), maka

perempuan itu tidak halal baginya hingga ia kawin lagi dengan lelaki yang lain.”( QS. Al-Baqarah: 230)24

Mafhumnya, jika perempuan itu sudah menikah lagi dengan lelaki

yang lain, maka si suami yang pertama boleh merujuknya dengan

menikahi kembali.

5) Mafhum Hashr atau pembatas

Mafhum Hashr yaitu pemahaman dari redaksi yang menggunakan

hashr (pembatasan). Misalnya firman Allah dalam beberapa ayat Al-

Qur’an :

لإجله إجل للا

“Tidak ada Tuhan selain Allah”

Mafhumnya, selain Allah bukanlah Tuhan

إجياك ن عبد

“hanya kepada-Mu-lah kami menyembah”

Mafhumnya, kami tidak menyembah kepada selain-Mu (Allah).25

23 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, hlm. 109. 24 Ibid, hlm. 37. 25 Alkautsar, kallebi. Ulumul Qur’an, dalam

http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/. Diakses

pada 30 september 2014 pukul 09.00 WIB.

Page 14: Makalah manthuq dan mafhum

11

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Manthuq adalah petunjuk makna yang bersifat tekstual, yaitu petunjuk yang

telah jelas pada seluruh atau sebagian artinya berdasarkan tuturan lafadz itu

sendiri.

Mantuq terbagi atas dua bagian, yaitu :

Lafaz yang tidak memiliki kemungkinan lebih dari satu arti atau disebut

nash

Lafaz yang memiliki kemungkinan lebih dari satu arti. Terbagi menjadi

dua bagian, yaitu Zahir dan Mu’awwal

2. Mafhum adalah pemahaman terhadap makna yang tidak terdapat dalam suatu

lafadz. Mafhum juga terbagi pada dua bagian, yaitu:

Mafhum Muwafaqah

Mafhum Mukhalafah.

3. Mafhum muwafaqah yaitu apabila hukum yang dipahamkan sama dengan

hukum yang ditunjukkan oleh bunyi lafadz. Mafhum muwafaqah terbagi

menjadi 2 yaitu :

Fahwal khitab

Lahnal khitab

4. Mafhum mukhalafah yaitu pengertian yang dipahami berbeda daripada ucapan,

baik dalam menetapkan maupun meniadakkan.

Mafhum mukhalafah terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

Mafhum shifat

Mafhum 'ilat atau sebab

Mafhum 'adad atau bilangan

Mafhum ghayah atau tujuan batas

Mafhum hashr atau pembatas

Page 15: Makalah manthuq dan mafhum

12

DAFTAR PUSTAKA

AS, Mudzakir. 2007. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor; Litera Antar Nusa.

Hakim, Abdul hamid. 1927. Ushul Fiqh. Jakarta ; Maktabah Al-adiyat Qatran. Ismail, Mohammad. Ulumul Qur’an. Dalam

http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum_/ . diakses pada 30 september 2014.

Kalebbi, alkautsar. Ulumul Qur’an dalam

http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/12/02/manthuq-dan-mafhum/ . diakses pada 30 september 2014.

Karim, Syafi’i. 1997. Fiqih – Ushul Fiqih. Bandung; Pustaka Setia. Munawwir, Ahmad warson. 1997. kamus arab indonesia al-munawwir.

Surabaya; pustaka progressif.

RI, Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta; CV Darus Sunnah.

Rosihon. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung; Pustaka Setia.