Upload
ryan-putra
View
325
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah Perkembangan Moral pada Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami
perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masa
dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi : jasmani, rohani, pikiran, perasaan
dan sosial. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki
tahap progresif.
Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masa
sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelah
melewati masa remaja ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh
dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relative tetap.
Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada
masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-
hal tersebut.
2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian dari perkembangan mora?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan moral pada remaja?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja?
4. Bagaimanakah perbedaan individu dalam perkembangan moral?
5. Bagaimana hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku?
6. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral?
7. Bagaimana implementasi perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari?
3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa memahami pengertian dari perkembangan moral
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik perkembangan moral pada remaja
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada
remaja
4. Mahasiswa mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan moral
5. Mahasiswa mengetahui hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku
6. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap perkembangan moral
7. Mahasiswa mengetahui implementasi dari perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan sebagai ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral
diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan suatu perbuatan yang dinilai
tidak baik dan perlu dihindari. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima
dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan
yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang
dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja
adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk
perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan
diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan
nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang
lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya
terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar
memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana
yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai
dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional
formal, yakni:
a. mulai mampu berfikir abstrak.
b. mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran
remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi,
tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.
c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai
suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
f. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai
individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat
berperan dalam perkembangan moral remaja.
b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai
sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa
sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang
sesuai.
d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang , maka makin tinggi pula moral
seseorang.
e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini berpengaruh pada
moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang
baru yang belum diketahuinya.
4. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MORAL
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap,
tergantung dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak terdapat anggapan
bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa
atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963). Sedangkan pada anak-anak yang
berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh
semua orang.
Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat,
pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat
kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus
memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar
belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat individu atau remaja yang
tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan
padanya.
5. HUBUNGAN ANTARA NILAI, MORAL, SIKAP, DAN TINGKAH LAKU
Nilai Merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap
penting oleh warga masyarakat, misalnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap
merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan
mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang
diwujudkan dalam perbuatan.
Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol
dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam
hal ini aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua
konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori
Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego,
sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.
6. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan moral
yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan moral
menurut kohlberg, yaitu tingkat :
I Prakonvensional
II Konvensional
III Pasca-konvensional
Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan yang
berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Tidak setiap orang dapat mencapai
tahap terakhir perkembangan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang
sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Hingga sesudah stadium ini datanglah:
Tingkat I; prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1 dan 2
Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap
baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa
aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus
menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.
Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi
secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang
lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai berbagai segi. Jadi, ada
Relativisme. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang.
Misalnya mencuri kambing karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi
kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan
mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman.
Tingkat II : konvensional
Stadium 3, menyngkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak
mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orag lain, masyarakat adalah sumber yang
menentukan, apakah perbuatan sesorang baik atau tidak. Menjadi “anak yang manis” masih
sangat penting daam stadium ini.
Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada
stdium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh
lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-
aturan atau norma-norma soisal. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut
melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.
Tingkat III: Pasca-Konvensional
Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan
lingkungan sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan
lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus
sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau
masyarakat akan memberikan perlindungan kepadanya.
Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada tahap ini ada norma etik
disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang ada
unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak. Dalam hal ini, unsur
etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Menurut Furter
(1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya
memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini
selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian
moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-
nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya.
7. IMPLEMENTASI PERKEMBANGAN MORAL
Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja adalah:
a. Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman
b. Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai
mencari solusi terhadap permasalahan tersebut
c. Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
d. Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati
e. Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakininya
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh
pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral yaitu hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat,
lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan
teknologi modern.
Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai
mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan
kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat
pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan
moral yang dominan, penilaian moral menjadi kurang egosentris, dan penilaian secara
psikologis menjadi lebih mahal.
Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur,
faktor kebudayaan, dan tingkat pemahamannya.
C. Perkembangan Aspek Moral
Untuk mempermudah dalam membahas perkembangan moral, prlu untuk dimengerti arti istilah tersebut.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial.
“Moral”berasal dari kata latinyang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral- peraturan perilakuyang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan popla perilaku yang diharapkan dari seluruh
anggota kelompok.
Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan
ketidak setujuan dengan standart sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap standart kelompok.
Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral dari pad takbermoral.
Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan
mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standart kelompok tentang yang bernar dan yang salah.
Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama:
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana
dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
2) Mengembangkan hati nurani.
3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.
4) Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.
Pola Perkembangan Moral
Menurut Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)
Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas
dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa
yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak
mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
o
Pesan Moral Yang Dapat Di Ambil Dari Olahraga
Assalamualikum WR WB
Akhirnya bisa posting juga setelah beberapa hari disibukan dengan kegiatan offline,Pesan Moral
Yang Dapat Di Ambil Dari Olahraga itulah Tema kita pada hari ini sekitar satu yang bulan sebelum
masuk pada musim liburan ane sempat ada kuliah Cross Cultural Understanding disitu dosen kami
mengajarkan bagaimana perbedaan sistem olahraga Inggris dan indonesia dan juga pesan moral
yang dapat di ambil dari olahraga. Nah pada kali ini ane wahid akan berbagi pengetahuan yang ane
dapat di kampus yaitu pesan moral yang dapat di ambil dari olahraga, ternyata olahraga bukan
hanya ladang untuk mencari kemenangan semata maupun untuk menjadi sang juara karena
olahraga juga ladang untuk membina kita untuk menjadi pribadi yang sangat baik, oleh karena tidak
jarang hampir diselurung cabang olahraga pasti mempunyai pesan moral, dan ini beberapa di
antaranya :
1. Leadership
Leadership mempunyai arti kepemimpinan, seperti yang anda tahu bahwa dalam
pertandingan dimainkan dalam beberapa orang atau beregu, Nah disitulah sifat
kepemimpinan kita akan di dituntut bagaimana mengayuh teman teman kita untuk menuju
meraih kemenangan lantas bagaimana dengan olahraga perorangan??? Beregu maupun
perorangan sifat kepemimpinan harus ada dalam setiap manusia jika tidak memimpin
timnya dia harus bisa mempin dirinya sendiri
2. Diligence
Diligence berarti Rajin ataupun Tekun ,Kalau dalam pertandingan olahraga pastilah anda
ingin menang dan kemenangan itu pastinya tidak mudah karena anda harus betul betul giat
untuk mendapatkannya oleh karena itu setiap olahragawan pastilah sangt rajin dan itu
terlihat dengan prestasi prestasi yang mereka dapat di arena pertandingan
3. Solidarity
Solidarity berarti kebersamaan ataupun kekompakan, tahukah anda untuk memupuk suatu
kekompakan tim itu sangatlah sulit apalagi tim kita ada yang dari cina, nigeria, ataupun
indonesia itu pastilah sangat sulit oleh karena kekompkam tim suatu olahraga harus kita bisa
cerminkan pada kehidupan nyata kita sekarang ini
4. Patience
Patience berarti kesabaran, menang ataupun kalah itu soal biasa tapi bagiaman anda
menanggapi suatu kekalahan??? Sabarkah anda atau tidak bisa menerima kekalahan ,itu
akan menjadi sebuah pertanyaan bagi kita semua oleh karena dalam setiap pertandingan
olahraga setiap olahragawan ane yakin mereka mempunyai sifat sabar yang luar biasa hebat
dan itu patut kita contohi dalam kehidupan kita
Berikut itu adalah beberapa pesan moral yang bisa kita ambil dalam arena pertandingan atau
olahraga jika anda mempunyai pandangan lain tentang pesan moral di atas sobat bisa
menambahkannya di dalam kotak komentar, Salam Blogger Indonesia
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
BAB. I
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Masalah ................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................... 1
D. Aplikasi.................................................................................... 2
BAB. II
A. Kajian Pustaka
1. Pembentukan karakter.................................................... 4
2. Sepakbola....................................................................... 5
BAB. III
B. Sintesis ................................................................. .................. 6
C. Evaluasi ................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sudah lebih dari setenggah abad bangsa Indonesia merdeka namun sampai sekarang
justru bangsa Indonesia semakin mengalami degradasi atau keterpurukan karakter dalam
masyarakat dan berolahraga, Meningkatnya ketidak percayaan antar teman, tindakan kriminal
dan semakin menjadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di bangsa ini
menunjukan bahwa masyarakat Indonesia sedang kehilangan jati diri,olah hati dan karisma,
Belum lagi ancaman disintegrasi bangsa yang menggejala di berbagai daerah semakin
menguatkan bahwa bangsa ini sedang mengalami kriris moral karakter kebangsaan.
Pendidikan yang semestinya menjadi motor ”perbaikan” sekaligus ”pembentukan” karakter
justru mengalami kegagalannya. Meskipun mengalami kegagalan, pendidikan masih menjadi
sarana yang paling efektif untuk membentuk karakter dalam diri masyarakat Indonesia yang
sesungguhnya.Reorientasi pendidikan dengan mendorong peran pemerintah lebih optimal
serta revitalisasi pendidik merupakan langkah awal yang harus ditempuh untuk menjadikan
pendidikan sebagai motor perbaikan dan pembentukan karakter . Pendidikan jasmani
merupakan sebuah tawaran solutif atas implementasi pembelajaran yang berlansung baik
secara otak dan otot melalui ranah koknitif,afektif dan sikomotor yang selama ini telah
menyebabkan pendidikan terdikotomi dan parsial. Misalnya olahraga sepakbola yang
mungkin bisa mewujudkanya di tinjau dari aspek apapun olahraga sepakbola merupakan
olahraga yang bisa mempersatukan ras,suku,budaya,adat istiadat dan keyakinan berupa
agama,.
B. MASALAH
A. Bagaimana pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola
B. TUJUAN
A. Untuk mengetahui pembentukan karakter dalam olahraga sepakbola
D. Aplikasi
Olahraga adalah bentuk kegiatan untuk melatih tubuh seseorang atau jasmani dan
rohani seseorang. Mungkin kita masih ingat akan falsafah olahraga yang tak asing lagi yaitu
didalam tubuh yang kuat akan terdapat jiwa yang sehat pula, Dengan aktivitas olahraga kita
banyak mendapatkan hal-hal yang positif, Olahraga bukan sekedar kegiatan yang berorientasi
kepada faktor fisik belaka, Dengan olahraga juga dapat melatih sikap dan mental kita baik
formal dan non formal.
Aktivitas olahraga sebaiknya juga kita tekankan kepada anak-anak baik di tingkat
SD,SMP Maupun SMA Banyak hal yang kita dapatkan apabila anak-anak didik kita dapat
melakukan aktivitas olahraga, apalagi jika si anak tersebut memiliki potensi dan bakat khusus
dibidang olahraga. Peran orang tua sangat penting untuk bisa mengantarkan dan membuka
pintu-pintu prestasi, Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang tua untuk selalu sabar dan
berusaha mengontrol segala kegiatan anak didik masing-masing orang tua juga berusaha
untuk memberikan fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan seorang anak untuk melakukan
aktivitas olahraga.
Beberapa alasan yang perlunya kita fahami adalah anak-anak memiliki rasa yang
kecenderungan senang terhadap berbagai macam permainan. Oleh karenanya orang tua dapat
mengarahkan dan memberikan pilihan-pilihan bentuk permainan yang ada di aktivitas
olahraga, syukur jika kita dapat memasukkan anak dalam club-club olahraga yang ada di
tempat sekitar kita.
Misalnya sepakbola maupun olahraga lain yang mendukung. Cara-cara ini akan
mendidik dan berlatih anak untuk mengenal diri sendiri dan bersosialisasi kepada sesamanya
dengan saling menghargai, mempercayai,bekerjasama dalam mencapai prestasi tinggi. Selain
itu melalui latihan- latihan yang rutin anak juga terdidik untuk melakukan program
pembiasaan yaitu saling berjabat tangan pada saat memulai dan mengakhiri latihan, baik
dengan teman, orang tua serta dengan semua yang hadir di tempat latihan. Pembiasaan lain
adalah melatih kedisiplinan anak untuk menghargai waktu, jika ada diantara anak yang
datang tidak tepat waktu tanpa alasan yang jelas, maka anak diberikan punishment atau
hukuman yang bersifat positif. Bentuk-bentuk hukuman seperti lari mengelilingi lapangan
dan push up atau sejenisnya adalah hal yang biasa dalam dunia olahraga. Self-diciplin
diharapkan dapat terbentuk.
Hal lain yang dapat kita peroleh dari aktivitas olahraga adalah melatih anak untuk memiliki
semangat juang yang tinggi baik pada saat latihan ataupun pada saat menghadapi
pertandingan-pertandingan yang resmi. Nilai-nilai mental lain juga terbentuk, mengakui
kemenangan orang lain dan menerima kekalahan adalah bentuk penanaman nilai berupa
penghargaan dan nilai keadilan,rasa sosial yang besar dalam pembentukan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu
dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk
kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata
lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Dalam buku The Psychology of Moral Development (1927), Lawrence Kohlberg
menyimpulkan terhadap hasil penelitian empiriknya terhadap perkembangan moralitas anak-
anak dari berbagai latar belakang agama, yaitu Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam,
bahwa agama dan institusi agama tidak memiliki pengaruh terhadap perkembangan moral
seseorang. Teori yang dihasilkan dari penelitian Kohlberg dikenal dengan teori kognitif-
developmental, yaitu 3 (tiga) tingkatan dan 6 (enam) tahapan perkembangan moral yang
menegaskan bahwa pada intinya moralitas mewakilil seperangkat pertimbangan dan putusan
rasional yang berlaku untuk setiap kebudayaan, yaitu prinsip kesejahteraan dan prinsip
keadilan. Menurutnya, prinsip keadilan merupakan komponen pokok dalam proses
perkembangan moral yang kemudian diterapkan dalam proses pendidikan moral.
Sementara jauh sebelumnya, Sigmund Freud memilik i pendapat tentang potensi pada
diri manusia yang sangat berpengaruh terhadap karakternya, yaitu: id, ego, dan superego (es,
ich, ueberich). Menurutnya, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang
tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psiko-seksual tertentu pada enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Berdasarkan teorinya tersebut, Freud menyimpulkan
bahwa moralitas merupakan sebuah proses penyesuaian antara id, ego, dan superego. Titik
lemah terbesar Freud dan para penganutnya bukan pada kesalahan teorinya, tetapi adalah
over generalisasi dari teori tersebut, sehingga dalam kacamata Freud, manusia dapat
dikatakan tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih menderita karena tidak sebebas
binatang dalam melampiaskan nafsunya.
B. Sepakbola
Menurut wikipediaSepak bola adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim
dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Olahraga ini sangat terkenal dan
dimainkan di 200 negara. Permainan sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-
banyaknya dengan menggunakan bola kulit berukuran 27-28 inci. Lapangan yang digunakan
dalam permainan ini memiliki lebar 50-100 yard dan panjang 100-300 yard. Gawang tempat
mencetak gol terletak di bagian ujung lapangan dengan dibatasi jaring berukuran tinggi 8
kaki dan lebar 24 kaki.
Menurut humanities Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan dengan jalan
menyepak bola kian kemari untuk diperebutkan di antara pemain-pemain yang mempunyai
tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang sendiri agar
tidak kemasukan bola. Di dalam permainan sepak bola, setiap pemain diperbolehkan
menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang atau
kiper yang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan. Sepak bola merupakan
permainan beregu yang masing-masing regu terdiri atas sebelas pemain. Biasanya permainan
sepak bola dimainkan dalam dua babak (2x45 menit) dengan waktu istirahat (10 menit) di
antara dua babak tersebut. Mencetak gol ke gawang merupakan sasaran dari setiap
kesebelasan. Suatu kesebelasan dinyatakan sebagai pemenang apabila kesebelasan tersebut
dapat memasukkan bola ke gawang lebih banyak dan kemasukan bola lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lawannya.
Menurut wordpress Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di
dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang
masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-
masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga
dinamakan kesebelasan.
BAB III
SINTESIS DAN EVALUASI
A. SINTESIS
Dalam mengajarkan Etika dan Nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh, pepatah
mengatakan bahwa tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Lutan mengatakan Nilai Moral itu
beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan,
integritas, keadilan, kooperasi, tugas dll. Lebih lanjut dikatakan ada 4 nilai moral yang
menjadi inti dan bersifat universal yaitu :
1. Keadilan.
Keadilan ada dalam beberapa bentuk ; distributif, prosedural, retributif dan
kompensasi. Keadilan distributif berarti keadilan yang mencakup pembagian
dan beban secara relatif. Keadilan prosedural mencakup persepsi terhadap g dinilai sportif
atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair
sehubungan dengan hukuman yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi
mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang
diderita pada waktu sebelumnya.
Seorang wasit bila ragu memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side
dalam sepakbola, ia minta pendapat penjaga garis. Semua pemain penyerang akan protes,
meskipun akhirnya harus dapat menerima, jika misalnya wasit dalam kasus lainnya
memberikan hukuman tendangan penalti akibat pemain bertahana menyentuh bola dengan
tanganya, atau sengaja menangkap bola di daerah penalti. Tentu saja ia berusaha berbuat
seadil mungkin. Bila ia kurang yakin, mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa
tendangan bebas.
2. Kejujuran
Kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak
dan perkataan.
Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan
membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang atlet harus
bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya dan kepada permainan itu sendiri. Tanggung
jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga.
4. Kedamaian
Kedamaian mengandung pengertian : a)tidak akan menganiaya, b)mencegah
penganiayaan, c) menghilangkan penganiaan, dan d)berbuat baik. Bayangkan bila ada pelatih
yang mengintrusksikan untuk mencederai lawan agar tidak mampu bermain?
Dengan menekankan 4 nilai diatas pembentukan karakter akan mudah dicapai seperti
apa yang kita harapkan. Karena 4 nilai di atas merupakan kunci utama untuk membentuk
karakter seseorang.
B. EVALUASI
Dari uraian di atas maka kita bisa menghasilkan pengetahuan baru melalui penelitian
peningkatan pada aktivitas manusia menyebabkan peningkatan kinerja manusia, kesehatan
dan kualitas hidup. perkembangan karakter menjadi bagian yang krusial dalam pengalaman
olahraga pada level anak didik menuju remaja yang berkualitas, Olahraga adalah sebuah
lingkungan yang menyimbolkan nilai-nilai budaya dan menjadi media dimana orang muda
dapat belajar tentang pengalaman banyak nilai-nilai inti yang terkandungnya. Karakter dapat
diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Pengalaman olahraga dapat membangun
karakter, kecuali jika lingkungannya dibentuk, dinyatakan, dan direncanakan untuk mencapai
tujuan mengembangkan karakter.