Upload
rasyeda-aufa
View
129
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah yang membahas character building atau pendidikan karakter dari sudut pandang Islam. Bagaimana praktisnya serta contoh-contoh dari hal-hal yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Citation preview
MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Oleh :
Rasyeda Ghulam Aufa
NIM 201410160311100
|
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM ISLAM
Oleh :
Rasyeda Ghulam Aufa
NIM 201410160311100
|
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas
selesainya makalah yang berjudul "Pendidikan Karakter dalam Islam". Atas
semua dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti yang telah kita ketahui, pendidikan karakter hari ini sangat penting
demi membangun kembali moralitas bangsa. Ironis jika melihat mayoritas
penduduk negara ini adalah Islam, namun krisis moral yang melanda seolah tak
menunjukkan fakta tersebut. Demikian kenapa makalah ini dibuat guna
menyadarkan bahwa Islam sudah menyiapkan segala sesuatu untuk umatnya,
termasuk pendidikan karakter.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Atas perhatian dan waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.
Malang, 27 Juni 2014
Rasyeda Ghulam Aufa
ii
DAFTAR ISI
Prakata ........................................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
Bab I – Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
Bab II – Isi
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ................................................ 3
2.2 Hubungan Pendidikan Karakter dengan Akhlak ....................... 3
2.3 Pandangan Islam Mengenai Pendidikan Karakter ..................... 4
2.4 Contoh Pendidikan Karakter dalam Islam ................................ 5
2.5 Peran Pendidikan Karakter untuk Kemajuan Bangsa ............... 8
Bab III - Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................ 10
Daftar Pustaka ............................................................................................ 12
Identitas Diri ............................................................................................... 13
1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan karakter (character building) dalam konteks hari ini sangat
berhubungan dengan krisis moral yang terjadi di negara ini. Krisis moral tersebut
dapat ditandai dengan banyaknya kekerasan yang ada di lingkungan remaja dan
anak-anak, kejahatan terhadap orang lain, pencurian yang dilakukan oleh para
remaja, kebiasaan menyontek yang sudah menjadi kebutuhan, penyalahgunaan
narkoba, pornografi dan pornoaksi, perusakan fasilitas milik umum ataupun orang
lain. Oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter ini.
Dilihat dari sini, sangat ironis bahwa mayoritas penduduk Indonesia yang
beragama Islam adalah kebanyakan pelaku utama dari tindakan-tindakan amoral
yang telah disebut di atas. Islam sudah mengajarkan bahwa manusia yang paling
baik adalah manusia yang berkarakter baik, dengan berdasarkan hadits dari
Rasulullah SAW berikut :
اللعبذع شب قاهـعاهللاسضىـع ى ن لفاحشاسيعيهللاصيىاىب
شا تفح ما "قه إ خاسم )اىبخاسيصحح( ".أخالقاأحسن
Yang artinya, “Dari Abdullah bin „Amr bin Ash r.a berkata: Tidaklah Rasulullah itu
orang yang keji dan tidak pula orang yang berkata keji. Dan beliau bersabda:
Sesungguhnya yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling di antara kalian
akhlaknya.” (HR. Bukhari).
Di samping itu, Islam sudah memberikan rambu-rambu mengenai pendidikan
karakter melalui perilaku-perilaku Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan hadits berikut :
ىقذ ما ة اللسسهفىن حست أس ى اللشجما اى خش رمشا مثشاالل
)األحزابسسة : ١٢(
2
Yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab:21).
Maka dari itu, selayaknya penduduk Indonesia mengerti bahwa mereka sudah
memiliki pedoman untuk membangun karakter yang baik dari mereka sendiri ataupun
mendidik karakter kepada anak-anak atau siswa mereka, dengan menggunakan contoh-
contoh yang sudah digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, penulis sudah membuat
beberapa rumusan masalah sebagai pembatasan dalam pembahasan bab isi.
Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
1) Apa pengertian dari pendidikan karakter itu?
2) Apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak?
3) Bagaimana pandangan Islam mengenai pendidikan karakter?
4) Bagaimana contoh pendidikan karakter yang ada di dalam Islam?
5) Bagaimana peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa?
1.3 Tujuan
Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apa itu pendidikan karakter.
2) Untuk mengetahui apa hubungan pendidikan karakter dengan akhlak.
3) Untuk mengetahui pandangan Islam mengenai pendidikan karakter.
4) Untuk mengetahui contoh pendidikan karakter dalam Islam.
5) Untuk mengetahui peran pendidikan karakter untuk kemajuan bangsa.
3
Bab II
ISI
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter memiliki arti sebagai
berikut:
1) Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain.
2) Karakter juga bisa bermakna huruf.
Bila dilihatdari asal katanya, istilah “karakter” berasal dari bahasa Yunani
karasso, yang berarti “cetak biru”, “format dasar” atau “sidik” seperti yang ada
dalam sidik jari.
Berdasar pengertian karakter tersebut, dapat didefinisikan secara sederhana
bahwa pendidikan karakter adalah segala usaha yang dapat dilakukan untuk
mempengaruhi seseorang untuk memahami dan melakukan sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang bersifat mendasar. Namun demikian, untuk
mengetahui pengertian pendidikan karakter yang lebih tepat, pakar pendidikan
karakter, Thomas Lickona telah menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah
upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik
(good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara
objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Setelah dikaji secara mendalam, ternyata nilai-nilai dasar kehidupan secara
universal telah terkandung dalam ajaran-ajaran agama Islam, bahkan beberapa di
antaranya merupakan perintah agama, tidak luput pula mengenai pendidikan
karakter yang telah dicantumkan dalam kitab-kitab mengenai akhlak yang terpuji.
2.2 Hubungan Pendidikan Karakter dengan Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Dilihat dari segi bahasa, istilah akhlak berasal dari bahasa arab “akhlaq”
4
yang merupakan bentuk jamak dari “khulqu” yang memiliki arti perangai, budi,
tabiat, serta adab. Secara istilah, pengertian akhlak juga berarti sifat yang ada
dalam diri seseorang untuk berbuat baik maupun berbuat jelek.
Dari sini, dapat diketahui bahwa istilah akhlak meliputi karakter. Yang
membedakan, hanyalah karakter bisa berbeda antara satu orang dengan orang
yang lain, sedangkan akhlak lebih bersifat umum. Dari hubungan karakter dan
akhlak ini, mengenai pendidikan karakter bisa diartikan pula sebagai upaya yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan akhlak yang baik pada diri
seseorang. Dengan kata lain, ketika kita mendidik akhlak seseorang menuju arah
akhlak yang baik (akhlaqul karimah), maka secara otomatis kita telah melakukan
pendidikan karakter.
2.3 Pandangan Islam Mengenai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai dasar kehidupan secara universal sudah diatur dalam Islam.
Kehadiran Islam di muka bumi adalah sebagai pedoman hidup manusia dan untuk
memberikan solusi yang tegas terhadap berbagai persoalan kemanusiaan. Salah
satu persoalan kemanusiaan yang disisnggung di sini adalah persoalan
moralitas.Moralitas adalah puncak nilai keberagamaan seorang muslim. Hal ini
sejalan dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa beliau
diutus untuk menyempurnakan akhlak.
شة،أبع ش ا:قاهسيعيهللاصيىهللاسسهأ بعثتإ .األخالقصاىحألت
))األىبا(صـحــح , اىفشداألدب(
“Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Kitab Al-
Adab Al-Mufrad, Shahih (Al-Albani))”.
Dapat dilihat, bahwa Islam sangat mengedepankan persoalan akhlak, yang
nantinya akan berujung ke pendidikan karakter. Intinya, Islam sangat menjunjung
tinggi masalah pendidikan karakter dan telah memberikan rambu-rambu
pendidikan karakter melalui hadits-hadits dari Rasulullah SAW. Tugas utama
5
Nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak umatnya, dari asalnya
kaum yang banyak melakukan adat-adat / perilaku-perilaku jahiliyah yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat, menjadi kaum yang berbudi
pekerti yang melakukan kebajikan-kebajikan. Sedangkan tugas kita sebagai
umatnya adalah mengikuti semua petunjuk dan perintah terutama yang mengenai
akhlak yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Sebab, berislam yang tidak
membuahkan akhlak adalah sia-sia.
2.4 Contoh Pendidikan Karakter dalam Islam
Semua ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits-hadits shahih dari Nabi Muhammad
SAW yang mengandung hikmah tentang pendidikan karakter bisa digunakan
sebagai pedoman bagi kita, sebagai pendidik, untuk melakukan pendidikan
karakter kepada orang lain, anak atau siswa kita. Adapun beberapa contoh
pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits adalah sebagai berikut :
1) Mendidik anak dengan cara yang amat baik, sebagaimana di dalam surat
Luqman :
إر قاه ا ىق لب اعظ باللتششكلب اىششكإ ىظي عظ
“(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada waktu ia
memberinya pelajaran, "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
merupakan kezaliman yang besar.” (QS Luqman [31] : 13).
“Yaa bunayya laa tusyrik billaah (Hai anakku, janganlah engkau
mempersekutukan Allah). Luqman memanggil putranya menggunakan
kata tasghir (perendahan makna), “yaa bunayya”. Hal demikian bukan
untuk mengecilkan atau merendahkan, namun untuk menunjukan rasa
cinta dan kasih sayang kepada anaknya. Dengan panggilan seperti itu,
diharapkan nasihat yang disampaikan lebih mudah diterima. Luqman
mengingatkan kebaikan dengan ungkapan halus yang bisa melunakkan
hati. Karena itu, dalam mendidik anaknya, Luqman menempuh cara yang
6
amat baik, yang bisa meluluhkan hati anaknya sehingga mau mengikuti
nasihat-nasihat yang diberikan.
2) Demikian pula, hendaklah anak berkarakter yang baik ketika berhadapan
dengan orang tuanya, ini sudah diatur dalam Al-Qur‟an surat Al-Isra‟:
قضى إاإلتعبذاألسب ل اىذ باى اإحساا إ ذكبيغ ااىنبشع أحذ اأ فالمال
اتقو لأفى ا ش قوت ا لى اق * مش
اخفض ا اىز هجاحى ت قواىشح اسب ااسح * صغشاسبام
"Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada kepada keduanya perkataan „ah‟ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah menyayangi aku di waktu
kecil'." (QS. Al-Isra : 23-24).
Dari ayat ini dapat kita ambil nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang
anak. Mulai dari perkataan yang baik, menghindari kata yang tidak sopan,
larangan membentak, rendah hati, dan kasih sayang. Sebagai pendidik,
nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan kepada anak.
3) Dalam suatu riwayat di Shahih Muslim diterangkan,
“Dari Abu Hurairah, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kembali dari perang Khaibar, beliau terus berjalan di malam hari, ketika
beliau diserang kantuk, maka beliau singgah. Beliau bersabda kepada
Bilal "Hendaknya kamu yang mengawasi tidur kami malam ini!." Bilal
pun shalat sekemampuan yang ditakdirkan, sementara Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidur. Begitu juga dengan para sahabatnya.
Ketika mendekati fajar, Bilal bersandar kepada unta tunggangannya,
rupanya kedua mata Bilal terasa berat hingga ketiduran, dengan posisi
7
bersandar kepada untanya. Di pagi harinya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam belum juga bangun, demikian juga Bilal, dan tak satupun dari
sahabatnya yang bangun hingga mereka terbangun oleh sinar matahari
yang menyengat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akhirnya yang
pertama bangun. Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam merasa kaget
dan menyeru: "Hei Bilal!" Bilal Menjawab; "Wahai Rasulullah, tadi
nyawaku telah dipegang Dzat yang memegang nyawamu, demi ayah dan
ibuku sebagai tebusanmu! Beliau lalu bersabda: "Mari tuntunlah hewan
tunggangan kalian." Para sahabat pun menuntun hewan tunggangannya,
sesaat kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berwudhu".
Beliau lalu memerintahkan Bilal supaya mengumandangkan iqamat
shalat. Setelah itu Beliau mengimami shalat subuh bersama mereka.
Selesai shalat, beliau bersabda: "Siapa yang terlupa shalat, lakukanlah
ketika ingat, sebab Allah ta'ala berfirman "Dirikanlah shalat untuk
mengingat-Ku." QS. Toha 14.”
Dalam kondisi demikian, Nabi Muhammad SAW tidak tergesa-gesa
memarahi Bilal, hal ini menunjukkan bahwa beliau memiliki sifat sabar,
secara tidak langsung pula Rasulullah SAW mengajarkan kepada
sahabatnya untuk tetap sabar walau di dalam kondisi apapun.
Banyak sekali keteladanan berupa akhlak yang mulia (akhlaqul karimah) yang
telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada seluruh umatnya,
yang patutnya kita teladani dan kita ajarkan, di antara keteladanan Rasulullah
SAW adalah sebagai berikut :
1) Sifat-sifat yang wajib bagi rasul yang sudah dicantumkan dalam Al-
Qur‟an, seperti siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh
(menyampaikan) dan fathanah (cerdas). Keempat sifat ini membentuk
dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasulullah SAW.
2) Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasulullah SAW
yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya.
8
Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa
mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3) Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting.
4) Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan
Rasuullah SAW adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff,
pembantu, anak buah, anggota rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan
pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang
berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung
makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5) Keberhasilan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin tak lepas
dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta
merancang strategi yang sesuaui untuk diterapkan.
6) Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasulullah SAW wafat
tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat menyatakan bahwa
beliau berdoa: “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin,
matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku bersama
golongan orang-orang miskin di hari kiamat kelak.”
Itulah sebagian kecil contoh pendidikan karakter yang sudah diajarkan di
dalam Al-Qur‟an maupun Al-Hadits. Kiranya kita sebagai pendidik bisa
mengambil hikmah dari perilaku-perilaku tersebut di atas.
2.5 Peran Pendidikan Karakter untuk Kemajuan Bangsa
Umat muslim Indonesia patut bersyukur karena dapat bersatu dalam jumlah
yang besar dan menjadi mayoritas di negeri ini. Pembangunan karakter bangsa
pada hakekatnya adalah pembangunan karakter umat, yaitu umat Islam. Dan kalau
bangsa Indonesia memiliki karakter, berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang
luhur, sudah tentu umat muslimlah yang paling berkepentingan.
Negara kita terbelakang / lemah / miskin bukan karena umur negara kita yang
relatif masih muda atau tingkat intelegensi kita yang rendah ataupun kekurangan
ketersediaan sumber daya alam atau alam yang kejam kepada kita. Kita
9
terbelakang karena perilaku kita yang kurang / tidak baik. Kita kekurangan
kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang
sebetulnya terkandung dalam nilai-nilai Pancasila yang juga diajarkan oleh
Rasulullah SAW sebagai akhlaqul karimah. Dengan mengamalkan dan
mengajarkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari akan memungkinkan
masyarakat kita pantas membangun masyarakat, ekonomi, dan negara kita.
Apabila umat muslim Indonesia dapat menjadi muslim yang baik maka
jayalah Indonesia, secara otomatis akan mendongkrak kemajuan bangsa dari sisi
moralitas, yang pada akhirnya memajukan masyarakat dan ekonomi negara
Indonesia. Namun, fakta yang sebaliknya, kondisi bangsa Indonesia yang banyak
mengalami krisis dan keterpurukan mencerminkan muslim Indonesia belum
menjadi sebagaimana yang diharapkan.
10
Bab III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal. Yang
pertama, Islam sudah menyediakan rambu-rambu bagi umatnya untuk mencegah
dan menghadapi persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat secara universal,
meliputi pendidikan akhlak yang menghasilkan terbentuknya karakter yang baik.
Yang kedua, sosok Rasulullah adalah sosok sempurna yang bisa dijadikan
suri tauladan bagi umat muslim terkait perilaku-perilaku beliau yang berdampak
positif bagi orang-orang sekitarnya secara khusus dan umat muslim secara umum.
Dengan demikian, pakar pendidik cukup menyontoh dari Rasulullah SAW dalam
membangun karakter seseorang.
Yang ketiga, ketika karakter penduduk bangsa ini sudah terbentuk, Insya
Allah, maka akan memajukan masyarakat itu sendiri dan berdampak pada
kemajuan bangsa di bidang lainnya.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih ada kekurangan baik dari
segi bahasa, tata penulisan, maupun beberapa dasar pendapat yang belum
tercantum karena terbatasnya kesempatan dan waktu dari penulis. Itu semua
adalah kekurangan penulis sebagai manusia biasa. Maka, untuk keperluan
penulisan makalah yang akan datang, segala kekurangan yang ada di makalah ini
supaya bisa terpenuhi dan menjadi makalah yang baik dan berlandaskan teori
yang kuat.
Makalah ini akan tetap menjadi sekedar tulisan ketika pembaca belum bisa
mengamalkan dan meneruskan pesan-pesan yang terkandung dalam makalah ini.
11
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim dan sebagai penduduk Indonesia yang
benar-benar mencintai negara ini, marilah kita amalkan dan kita teruskan pesan-
pesan ini kepada keluarga, sahabat, dan seluruh masyarakat di lingkungan kita
masing-masing.
Semua dalil yang dicantumkan di makalah ini diambil dari Al-Qur‟an dan Al-
Hadits dari Rasulullah SAW, semua dapat diketahui dari sumbernya secara
langsung dan dapat dipertanggungjawabkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
pembaca. Aamiin.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia,.
Lickona, Thomas (1991). What Works In Character Education: A research-driven
guide for educators. Washington DC: Character Education Partnership.
Sulistyo, Iwan (2013). Pengertian Akhlak Arti Makna dan Definisi Akhlak. From
http://www.iwansulistyo.info/2013/01/pengertian-akhlak-arti-makna-dan.html, 27
Juni 2014.