18
1 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Perbedaan individual yang ada pada suatu lingkungan baik keluarga, sekolah atau masyarakat merupakan perbedaan yang dapat dilihat secara langsung (jika berhubungan dengan fisik) dan ada perbedaan yang tidak dapat dilihat secara langsung yaitu intelegensi, bakat, serta psikologis yang terdapat atau yang berada pada diri anak itu sendiri. Perbedaan individual yang ada pada seseorang yang tidak dapat dilihat secara langsung, akan tetapi dapat dilihat atau dipahami ketika melakukan suatu pengamatan secara lebih mendalam. Setiap individu pada kenyataannya mempunyai perbedaan meskipun suatu individu tersebut berada atau berasal dari keturunan yang sama (satu keluarga). Individu tersebut memiliki perbedaan biologis, psikologis serta intelegensi yang berbeda-beda. Intelegensi, psikologis dan perbedaan biologis yang dimiliki oleh seorang individu dan menjadi ciri khas yang dimilikinya sebagai pembeda diantara yang lainnya. Perbedan-perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor yaitu keturunan dari individu itu sendiri yang akan mewariskan sifat yang ia miliki kepada anaknya ketika terjadinya pembelahan sel. Faktor lain yang juga berpengaruh dalam perbedaan individual yang terjadi adalah faktor lingkungan, meskipun faktor bawaan mempunyai pengaruh yang cukup besar, akan tetapi faktor lingkunganlah yang justru akan memperkuat atau melemahkan intelegensi, psikologis atau perbedaan yang ada pada suatu individu. Salah satu perbedaan individual adalah intelegensi, intelegensi sering diartikan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Akan tetapi sama seperti perbedaan individualnya yang lain intelegensi juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Seorang anak yang terlahir dengan pandai atau genius juga tidak akan menjadi pandai serta genius atau meningkatkan kepandaiannya tersebut

Psikologi pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Psikologi pendidikan

1

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Perbedaan individual yang ada pada suatu lingkungan baik

keluarga, sekolah atau masyarakat merupakan perbedaan yang dapat

dilihat secara langsung (jika berhubungan dengan fisik) dan ada perbedaan

yang tidak dapat dilihat secara langsung yaitu intelegensi, bakat, serta

psikologis yang terdapat atau yang berada pada diri anak itu sendiri.

Perbedaan individual yang ada pada seseorang yang tidak dapat

dilihat secara langsung, akan tetapi dapat dilihat atau dipahami ketika

melakukan suatu pengamatan secara lebih mendalam. Setiap individu pada

kenyataannya mempunyai perbedaan meskipun suatu individu tersebut

berada atau berasal dari keturunan yang sama (satu keluarga). Individu

tersebut memiliki perbedaan biologis, psikologis serta intelegensi yang

berbeda-beda.

Intelegensi, psikologis dan perbedaan biologis yang dimiliki oleh

seorang individu dan menjadi ciri khas yang dimilikinya sebagai pembeda

diantara yang lainnya. Perbedan-perbedaan tersebut dapat terjadi

dikarenakan beberapa faktor yaitu keturunan dari individu itu sendiri yang

akan mewariskan sifat yang ia miliki kepada anaknya ketika terjadinya

pembelahan sel. Faktor lain yang juga berpengaruh dalam perbedaan

individual yang terjadi adalah faktor lingkungan, meskipun faktor bawaan

mempunyai pengaruh yang cukup besar, akan tetapi faktor lingkunganlah

yang justru akan memperkuat atau melemahkan intelegensi, psikologis

atau perbedaan yang ada pada suatu individu.

Salah satu perbedaan individual adalah intelegensi, intelegensi

sering diartikan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Akan

tetapi sama seperti perbedaan individualnya yang lain intelegensi juga

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.

Seorang anak yang terlahir dengan pandai atau genius juga tidak akan

menjadi pandai serta genius atau meningkatkan kepandaiannya tersebut

Page 2: Psikologi pendidikan

2

jika lingkungan yang ada disekitar anak tersebut tidak mendukung untuk

anak atau individu tersebut menjadi genius.

Kecerdasan yang berkaitan dengan intelegensi yang dimiliki oleh

seseorang sangat berkaitan erat dengan prestasi yang dimilikinya. Anak

atau suatu individu yang memiliki kecerdasan rendah cenderung memiliki

prestasi belajar yang rendah pula. Dapat dilihat perbedaan intelegensi

antara satu anak dengan anak yang lain melalui nilai-nilai pembelajaran

yang dihasilkan atau tugas-tugas yang dihasilkannya. Sedangkan anak

yang mempunyai intelegensi tinggi justru mempunyai prestasi yang sangat

tinggi dibandingkan dengan anak atau individu yang mempunyai prestasi

rendah.

Perbedaan intelegensi telah banyak menjadi perhatian besar dari

para peneliti. Hal tersebut juga dikarenakan intelegensi yang dimiliki oleh

seseorang akan berkaitan dengan hasil pembelajaran atau hasil dari proses

belajar yang ada pada suatu individu dalam hal ini berkaitan dengan

prestasi yang ditunjukkannya. Bahkan saat ini juga telah diketahui bahwa

intelegensi yang dimiliki oleh seseorang saat ini juga bersifat sementara

karena intelegensi sesorang tersebut selalu berubah terhadap waktu.

Sehingga perbedaan intelegensi seseorang yang ada dalam suatu

kelompok dengan adanya intelegensi yang tinggi dan intelegensi yang

rendah tidak dapat langsung beranggapan bahwa intelegensi yang dimiliki

oleh seseorang akan selalu permanen dan mencoba melakukan suatu

diskriminasi terhadap orang atau individu yang mempunyai intelegensi

yang rendah, karena perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh seseorang

dapat berubah karena intelegensi dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.

2. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah yaitu:

a. Mengetahui penyebab perbedaan intelegensi seseorang.

b. Beberapa masalah yang berkaitan dengan perbedaan intelegensi.

c. Memahami dampak penyebab perbedaan intelegensi.

Page 3: Psikologi pendidikan

3

B. Pembahasan

Intelegensi pada kenyataannya diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki

oleh seseorang. Seseorang yang mengetahui banyak hel serta dapat memilih

tindakan yang baik dengan memperhatikan sekitarnya dapat dikatakan sebagai

orang yang mempunyai intelegensi. Tiap individu mempunyai intelegensi yang

berbeda yang dikarenakan faktor eksternal serta faktor internal yang

mempengaruhi intelegensi yang dimiliki oleh seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi seseorang dengan yang lain

yaitu pembawaan, pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir. Batas kesanggupannya yakni dapat memecahkan suatu soal,

pertama-tama ditentukan oleh pembawaan yang ada pada suatu individu. Suatu

individu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan

pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada1.

Dengan adanya pembawaan atau faktor keturunan dari orangtua, karena

itulah perbedaan dapat terjadi. Orangtua akan menurunkan bakat yang ia miliki

yang dalam hal ini adalah pewarisan sifat. Hal tersebut dapat terjadi karena

ketika terjadinya fertilisasi kromosom orangtua dari masing-masing suatu

individu akan bertemu, 23 kromosom ayah dan kromosom ibu akan bertemu.

Kemudian terbentuklah untaian DNA yang kemudian akan membawa setengah

dari sifat induknya. Sifat yang dibawa induknya tersebut dapat berupa sifat

fisik yang dapat dilihat seperti warna kulit, rambut yang mengikal atau lurus.

Sedangkan sifat yang non-fisik tersebut dapat berupa bakat serta sifat yang

dimiliki oleh orangtuanya dan akan diturunkankan kepada keturunannya.

Ada beberapa “ilmu semu” lain yang memercayai bahwa sifat atau watak,

bahkan nasib sudah ditentukan sejak lahir dan bisa diketahui melalui beberapa

cara, seperti Frenologi (dengan mengukur tengkorak kepalanya), Palmistri

(melalui garis-garis pada telapak tangannya) dan Astronologi (dengan

memperhitungkan peredaran bintang)2.

1 M. Dalyono, Kemampuan dan Intelegensi, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 188. 2 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal 165.

Page 4: Psikologi pendidikan

4

Berdasarkan kenyataannya sifat seseorang akan diturunkan oleh

keturunannya, akan tetapi sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang tersebut

kenyataannya tidak dapat ditentukan melalui beberapa ilmu semu tersebut.

Sifat atau intelegensi seseorang faktanya hanya dapat dilihat atau dipahami

ketika individu tersebut memecahkan suatu masalah dan dinilai sebagai suatu

penyelesaian yang efektif, serta mengetahui banyak hal yang umumnya jarang

untuk diketahui.

Faktor yang mempengaruhi intelegensi yang kedua adalah kematangan,

tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah

mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak

dapat memecahkan soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ

tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai

soal itu. Kematangan berhubungan erat dengan umur3.

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa kematangan diartikan sebagai

kemampuan organ untuk melakukan fungsinya masing-masing. Kematangan

dalam hal ini berkaitan dengan tingkat kedewasaan yang dimiliki oleh suatu

individu. Karena telah diketahui bahwa seorang anak-anak ketika menghadapi

suatu masalah ia cenderung belum dapat menentukan pilihan yang benar

meskipun mempunyai intelegensi yang tinggi. Sedangkan seseorang yang telah

dewasa akan dapat menentukan pilihan yang benar karena organnya telah

mampu menjalankan fungsinya dengan tepat. Sehingga intelegensi juga sangat

dipengaruhi oleh kematangan yang dimiliki oleh suatu individu.

Sedangkan faktor intelegensi yang ketiga yaitu pembentukan, yang

merupakan segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi

perkembangan intelegensi. Dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja

(seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja

(pengaruh alam sekitar)4.

3 M. Dalyono, Kemampuan dan Intelegensi, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 188. 4 Ibid.

Page 5: Psikologi pendidikan

5

Pembentukan dalam pengertian tersebut dapat diartikan sebagai

pembentukan kepribadian serta pembentukan intelegensi. Intelegensi sangat

berkaitan erat dengan pembentukan kepribadian. Orang yang mempunyai

intelegensi tinggi pastinya mempunyai kepribadian yang baik pula. Sedangkan

orang yang mempunyai intelegensi rendah juga mempunyai kepribadian yang

buruk pula, menurut saya hal tersebut disebabkan pandangan mengenai

bagaimana intelegensi tersebut juga diwujudkan.

Pembentukan kepribadian yang sengaja sebagai contoh suatu individu

yang umunya malas untuk menyelesaikan tugas, dan kemudian mendapatkan

suatu hukuman maka dikarenakan hukuman tersebut ia akan berusaha untuk

mengubah kepribadiannya dari yang malas menjadi tidak malas lagi, dengan

individu tersebut menjadi pribadi yang tidak malas lagi maka intelegensinya

pun juga akan berubah. Karena intelegensi dapat diwujudkan melalui prilaku

yang sangat berkaitan dengan pembentukan kepribadian. Hal tersebut tidak

hanya berpengaruh pada faktor yang disengaja saja, tetapi begitupun faktor

yang tidak sengaja juga seperti faktor alam.

Faktor lain yang mempengaruhi intelegensi adalah minat dan pembawaan

yang khas, minat akan mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan

merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat

dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi

dengan dunia luar. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap

dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang

diminati seseorang akan lebih baik lagi dan lebih giat lagi5.

Dalam hal ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa minat yang ada akan

membantu suatu individu untuk mampu menjadi lebih baik lagi. Individu yang

mempunyai intelegensi tinggi akan tetapi pada suatu pembelajaran ia tidak

mempunyai minat atau dorongan untuk mampu memahaminya, maka

intelegensi yang telah dimiliki tidak dapat berkembang untuk menjadi lebih

baik lagi. Sedangkan seseorang yang mempunyai intelegensi rendah akan tetapi

5 Ibid, hal 189.

Page 6: Psikologi pendidikan

6

ia mempunyai kemauan atau minat terhadap suatu pembelajaran maka dengan

adanya kemauan atau minat tersebut akan mengirim sinyal-sinyal positif

kepada otak untuk dapat memahaminya sehingga dengan adanya suatu

pemahaman akan mengakibatkan intelegensi yang dimiliki oleh seseorang

tersebut juga akan bertambah.

Minat merupakan suatu hal yang sangat utama dibutuhkan dalam suatu

pembelajaran karena jika tanpa minat maka pembelajaran tidak akan mudah

dipahami serta intelegensi yang dimiliki juga tidak akan bertambah tanpa

adanya minat yang dimiliki oleh seseorang. Karena minat cukup berpengaruh

terhadap intelegensi oleh karena itulah terjadinya perbedaan intelegensi antara

individu yang satu dengan individu yang lain juga disebabkan ada atau

tidaknya minat serta besar atau kecilnya minat yang ada dalam diri suatu

individu itu sendiri.

Minat, adanya minat terhadap objek yang akan dipelajari mendorong

erupakaorang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang

maksimal. Karena minat merupakan komponen psikis yang berperan

mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia

bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati6.

Dari beberapa faktor tersebut pada kenyataannya saling berikatan satu

sama lain. Intelegensi seseorang pada kenyataannya tidak dapat langsung

ditentukan hanya satu faktor saja, karena intelegensi adalah kecerdasan secara

total yang diwujudkan melalui prilaku suatu individu dalam menghadapi suatu

persoalan yaitu bagaimana cara memecahkan suatu persoalan dengan langkah

yang efektif dan dinilai dengan baik. Intelegensi tidak dapat hanya langsung

ditentukan dengan pembawaan yang dibawanya saja, akan tetapi kematangan

mengenai bagaimana menyikapi suatu persoalan juga sangat dibutuhkan untuk

mengetahui intelegensi serta akan mempengaruhi intelegensi suatu individu.

Pembentukan serta minat juga tidak akan pernah terlepas dengan adanya

intelegensi, karena dengan adanya keempat hal tersebut maka terlahirlah suatu

6 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hal 59.

Page 7: Psikologi pendidikan

7

intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu, baik dalam intelegensi yang

rendah maupun intelegensi yang cukup tinggi.

Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh suatu individu hendaknya tidak

dipandang dalam sisi kepintarannya saja. Anak-anak yang memiliki suatu

intelegensi yang rendah dalam hal belajar tidak bisa dikatakan sebagai anak

yang bodoh. Anak tersebut kemungkinan mempunyai hal-hal yang berbeda

atau mempunyai kecerdasan yang berbeda dengan anak yang lain. Bukankah

kecerdasan seorang individu tersebut ada banyak jenis.

Sehingga perbedaan intelegensi yang terdapat dalam suatu kelas dimana

terdapat individu yang mempunyai intelegensi yang cerdas dengan individu

yang mempunyai intelegensi yang tinggi biarlah dijadikan sebagai suatu

dinamika yang perlu dipahami. Tingkatan intelegensi seseorang memang

sangat dibutuhkan akan tetapi saya rasa sebagai seorang calon guru yang baik

hendaklah melihatnya sebagai suatu hal yang perlu dipahami dan mencoba

untuk menaikkan serta meningkatkan intelegensi yang dimiliki oleh suatu

individu. Sehingga tes intelegensi yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan

intelegensi yang terdapat dalam suatu individu tidak perlu dilakukan. Seorang

guru untuk mengetahui perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh sesorang tidak

harus melauli tes kecerdasan atau tes IQ.

Jika dipandang dalam sisi positif tes IQ berguna untuk mengetahui tingkat

kecerdasan para individu, sehingga dapat memberikan cara yang tepat untuk

meningkatkan intelegensi individu yang rendah untuk menjadi individu yang

mempunyai intelegensi yang tinggi. Akan tetapi jika dinilai dalam pandangan

yang negatif pengelompokkan intelegensi yang adal dalam suatu kelompok

justru akan menciptakan adanya suatu diskriminasi serta rasa minder dalam diri

seorang individu ketika mengetahui intelegensi yang dimilikinya merupakan

intelegensi yang rendah.

Karena telah diketahui ada banyak jenis sifat manusia yang ada di dunia

ini, ada seorang individu yang menganggap kenyataan sebagai sesuatu yang

harus diterima dan menjadi lebih baik lagi sedangkan individu yang lainnya

memandang bahwa suatu kenyataan adalah suatu harga mati yang harus

Page 8: Psikologi pendidikan

8

diterimanya dan tidak dapat beurubah lagi sehingga ketika seorang anak yang

mempunyai sifat kedua ini mengetahui tingkat intelegensi yang dimilikinya

maka minatnya atau kemauannya untuk dapat mengerti suatu pembelajaran

akan berkurang serta menarik diri dan menganggap dirinya mempunyai dan

selamanya akan berintelegensi yang rendah.

Oleh karena itulah untuk mengetahui perbedaan intelegensi yang dimiliki

oleh suatu individu cukup melalui hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan oleh

individu itu sendiri. Dengan tugas-tugas yang telah dikerjakannya maka dapat

diketahui sejauh mana intelegensi individu tersebut, tanpa individu tersebut

mengetahui tingkat intelegensinya dan memberikan cara untuk meningkatkan

intelegnsi yang dimiliki oleh individu yang mempunyai intelegensi yang

rendah. Bukankah telah diketahui melalui faktor-faktor yang mempengaruhi

intelegensi bahwa intelegensi suatu individu akan berubah bergantung waktu,

seorang yang mempunyai intelegensi rendah dapat saja menjadi seseorang

yang mempunyai intelegensi yang tinggi.

Tes intelegensi memiliki beberapa kelemahan, maka menurut Muhibbin

Syah (2005), kebenaran hasil tes IQ tidak usah dipercayai secara penuh karena

dua alasan pokok. Pertama, kemungkinan hasil yang diperoleh dipengaruhi

oleh situasi dan kondisi pada saat tes dilakukan, seperti kesehatan, motivasi,

dan alat tes yang digunakan. Kedua, karena perkembangan kemampuan anak

yang berbeda-beda menyebabkan sebagian anak mungkin belum mampu untuk

menyelesaikan tes yang diberikan sehingga hasil yang diberikan kurang

memuaskan7.

Intelegensi dapat berubah sepanjang waktu. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa intelegensi berubah sebanyak 28 point atau antara usai 2,5

tahun hingga 17 tahun, bahkan sepertujuh dari siswa dapat berubah hingga 40

point (MCCal, Appelbaum & Hogarty, dalam Eggen dan Kauchak, 1997).

Perubahan ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor yang memengaruhinya8.

7 Ibid, hal 95. 8 Ibid, hal 99.

Page 9: Psikologi pendidikan

9

Beberapa ahli selalu melakukan penelitian mengenai perbedaan individual

terutama perbedaan intelegensi yang terdapat dalam diri suatu individu.

Perbedaaan intelegensi menjadi topic perbnincangan yang sangat hangat. Hal

tersebut disebabkan karena intelegensi yang ada dalam diri seseorang akan

mempengaruhi hasil belajar. Akan tetapi masih banyak para ahli yang bingung

mengenai kaitan antar faktor yang mempengaruhi intelegensi suatu individu.

Akankah faktor pembawaaan atau hereditas yang dimiliki suatu individu serta

faktor lingkungan yang mempunyai atau yang sangat dominan mempengaruhi

intelegensi seseorang.

Meski sebagian besar ahli telah sependapat bahwa faktor yang

memengaruhi perkembangan intelegensi adalah faktor genetic dan lingkungan.

Akan tetapi, mereka tetap berbeda pendapat tentang berapa banyak yang

disumbangkan oleh masing-masing faktor atau sejauh mana faktor-faktro

tersebut berpengaruh. Menurut sebagian ahli, faktor yang paling dominan

adalah faktor pembawaan. Hal tersebut dapat dipahami karena orang yang

terlahir dengan intelegensi rendah tidak mungkin dititngkatkan meski dengan

lingkungan dan teknik pendidikan sebaik apapun. Akn tetapi faktor lingkungan

juga berperan penting, karena seorang anak yang terlahir sebagai jenius bila

tidak mendapat pengasuhan dan pendidikan yang kaya makna tidak akan

menjadi jenius9.

Akan tetapi, tidak hanya terlepas pada hal mengenai faktor pembawa sifat

dominannya saja. Hal yang ikut juga berpengaruh adalah hasil dari belajar itu

sendiri yang kemudian akan mempengaruhi dengan prestai yang dimiliki oleh

suatu individu. Individu yang mempunyai intelegensi yang rendah cenderung

memiliki prestasi belajar yang rendah pula, sedangkan individu yang

mempunyai prestai belajar yang tinggi pasti memiliki intelegensi yang tinggi

pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa intelegensi yang dimiliki akan

berbanding lurus dengan prestasi belajar yang dimiliki oleh seseorang.

9 Ibid, hal 100.

Page 10: Psikologi pendidikan

10

Peneleitian-penelitian tentang konsepsi perbedaan individual yang banyak

dilakukan diantaranya adalah perbedaan intelegensi, dan bagaimana

perbedaaan dalam intelegensi tersebut dapat mempengaruhi pada perbedaaan

prestasi. Menurut Gustafson & Undheim (dalam Berliner & Calfee, 1996),

hubungan antara perbedaan intelegensi dengan belajar dan pembelajaran

tercakup pada tiga bagian mayor yaitu pada bagian input, proses dan output.

Fleishman (dalam Berliner & Calfee, 1996) meringkas bahwa penemuan-

penemuan dari penelitian tentang hubungan antara kemampuan dan kognitif

dengan perolehan keterampilan dan akan menyimpulkan bahwa kemampuan

intelektual umum (intelegensi) sangat berkolerasi dengan kinerja tugas awal,

sedang kemampuan intelektual khusus lebih berkolerasi dengan kinerja dalam

latihan10.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa intelegensi berpengaruh

dalam prestasi belajar terutama dalam proses belajar yang mengandalkan

bagian terpentingnya yaitu proses input yang dalam hal ini adalah proses untuk

menerima pelajaran dan kemudian menyimpan pembelajaran atau pemahaman

yang didapatkan dalam suatu memori, terutama dibutuhkan penyimpanan

memori pada longterm memory ketika penyimpanan memori terjadi inilah

yang disebut dengan proses pada salah satu bagian mayor belajar. Sedangkan

proses yang terakhir adalah proses output, dimana pembelajaran atau

pemahaman yang telah disimpan dalam memori dikeluarkan lagi atau

diungkapkan kembali. Semakin suatu individu mampu dengan baik

mengungkapkan kembali suatu pembelajaran yang ia pahami maka dapat

dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai suatu intelegensi yang tinggi.

Intelegensi adalah kemampuan untuk mengolah lebih jauh lagi hal-hal

yang diamati. Kemampuan ini terdiri atas dua jenis yaitu kemampuan umum

dan kemampuan khusus. Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam

bidang-bidang tertentu. L.L Thurstone (1887-1955), seorang pakar psikometri

(ilmu tentang pengukuran psikologi), dengan teknik statistik yang dinamakan

10 Ibid, hal 166.

Page 11: Psikologi pendidikan

11

“analisis faktor”, menentukan tujuh kemampuan mental dasar, yaitu

pemahaman lisan, kefasihan kata-kata, kemampuan angka-angka, penglihatan

ruang, ingatan asosiatif, kecepatan persepsi dan penalaran11.

Disamping kemampuan khusus, terdapat kemampuan umum. Kemampuan

umum ini mendasari kemampuan-kemampuan khusus, tetapi bukan merupakan

kumpulan, gabungan atau penjumlahan kemampuan khusus belaka, melainkan

merupakan kualitas tersendiri. Dua orang yang sama cerdasnya, dapat menjadi

ahli dalam dua bidang yang berbeda, misalnya yang seorang menjadi ahli ilmu

pasti dan yang lain menjadi ahli bahasa. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh

pengalaman, minat dan kesempatan pada tiap-tiap orang itu. Jadi, dua orang

yanng kemampuan umumnya kira-kira setaraf, dapat mengembangkan

kemampuan-kemampuan khusus yang berbeda12.

Intelegensi setiap individu yang bersifat khusus pada suatu bidang

merupakan hasil dari korelasi individu itu sendiri untuk meningkatkan

intelegensinya melalui latihan-latihan yang ada. Sementara itu intelegensi yang

bersifat umum merupakan intelegensi awal yang dierima suatu individu

melalui tugas awalnya dengan tugas awal yang telah ada individu tersebut akan

melatih dirinya sehingga terbentuklah intelegensi secara khusus tersebut. Salah

satu hal tersebutlah yang menyebabkan intelegensi seseorang berbeda juga

dikarenakan intesitas seseorang untuk melatih atau mengkhususkan

intelegensinya sehingga memiliki kemampuan yang bersifat khusus diantara

individu yang lain.

Sering terlihat perbedaan kemampuan pikir anak-anak dan para lansia.

Untuk menghafalkan suatu hal, anak-anak tidak mengalami kesulitan sama

sekali. Sebaliknya para lansia mengalami kesulitan. Pada saat lain, ketika ada

persoalan yang perlu dipecahkan dan memerlukan informasi-informasi yang

telah didapat sebelumnya justru para lansia bisa mengerjakannya. Gejala yang

11 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal 165. 12 Ibid.

Page 12: Psikologi pendidikan

12

kemudian ini dijelaskan melalui dua jenis intelegensi yaitu fluid intelligence

dan crystallized intelligence13.

Yang disebut dengan fluid intelligence adalah kemampuan proses

informasi secara cepat, hubungan berpikir dan ingatan dalam bentuk analogi,

mengingat rangkaian angka dan kategorisasi. Sementara crystallized

intelligence adalah kempuan akumulasi informasi, keterampilan-keterampilan

dan strategi yang telah dipelajari selama hidup dan dapat diterapkan untuk

memecahkan masalah14.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi

sangat berkaitan dengan kemampuan untuk menyimpan suatu informasi yang

telah didapatkannya. Anak-anak mempunyai kemampuan untuk dapat

mengingat suatu informasi dengan baik karena memori sangat berkaitan erat

dengan usia manusia, ketika seseorang bertambah tua maka cara kerja otakpun

juga mengalami kemunduran dalam mengingat suatu hal. Akan tetapi anak-

anak hanya bisa dapat mengingat informasi tersebut dengan baik saja tanpa

dapat memecahkan suatu masalah secara efektif.

Sedangkan para lansia dapat memecahkan masalah karena faktor yang

mempengaruhi intelegensi yaitu kematangan telah sempurna dimilikinya dan

telah banyak memiliki pengalaman terhadap suatu masalah. Anak-anak tidak

dapat memecahkan suatu masalah karena belum memiliki kematangan yang

merupakan bagian dari fakor yang mempengaruhi inteligensi.

Tidak hanya berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi suatu

inteligensi, maupun perbedaan kemampuan intelegensi dalam hal kemampuan

yang bersifat umum maupun kemampuan yang bersifat khusus. Perbedaan

intelegensi juga faktanya masih penuh dengan banyak kebingungan, berikut

beberapa pandangan yang masih diperbincangkan saat ini dan masih

dipertanyakan kebenarannya. Apakah intelegensi seseorang juga bergatung

atau berkaitan dengan beberapa hal tersebut atau tidak.

13 Ibid, hal 163. 14 Ibid. hal 164.

Page 13: Psikologi pendidikan

13

Perbedaan tingkat intelegensi seseorang yang bergantung kelas sosial

akankah mempengaruhi intelegensi suatu individu. Fakta yang lebih aktual

menjawab masalah tersebut. Fakta tersebut diambil dari C. Burt dalam

laporannya yang berjudul The Evidence for The concept of Inteligence “Efek

kumulatif ditandai perbedaan dalam kecerdasan rata-rata dari kelas sosial yang

berbeda. Dengan demikian IQ rata-rata anak-anak dari profesional dan

administrasi kelas hegker adalah 120, bahwa anak-anak dari jajaran tenaga

kerja tidak terampil hanya 92”15.

Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa benar

intelegensi seseorang akan sangat bergantung pada tingkat kelas sosial

seseorang. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi dikarenakan mempunyai

kelas sosial yang tinggi sedangkan orang yang mempunyai intelegensi yang

rendah dikarenakan berada pada tingkat kelas sosial yang juga rendah pula.

Individu yang berada pada kelas sosial rendah tidak dapat memberikan apa

yang dapat diberikan oleh individu yang berada pada tingkat kelas yang tinggi.

Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan yang diberikan oleh individu

yang berada pada tingkat kelas sosialnya. Individu yang berada pada tingkat

kelas sosial yang tinggi justru akan memberikan pendidikan serta penanaman

pendidikan yang lebih baik serta lebih tinggi dibandingkan individu yang

berada pada tingkat kelas sosial yang rendah.

Sedangkan beberapa ahli telah berusaha memperoleh fakta mengenai

hubungan antara berbagai kelompok jabatan dengan intelegensi yang dimiliki

oleh seseorang. Diketahui bahwa jabatan merupakan salah satu wujud

kesempatan lingkungan bagi manusia untuk mengembangkan diri dan

melestarikan kehidupannya.

Akankah tingkat-tingkat intelegensi anak berhubungan dengan tingkat-

tingkat intelegensi orang tua mereka. Jika kita berbicara mengenai tingkat

intelegensi yang diturunkan oleh orantuanya kepada anaknya, maka yang

dibahas dalam hal ini adalah faktor intelegensi yang berkaitan dengan

15 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal 149.

Page 14: Psikologi pendidikan

14

pewarisan sifat yang diturunkan oleh orangtua kepada anaknya. Anak akan

mewarisi tingkat intelegensi yang dipunyai oleh orangtuanya dan akan

mengembangkan intelegensi yang dimiliki olehnya tersebut.

Scheinfeld menyatakan bahwa “Anda mungkin telah memulai kehidupan

dengan gen yang cenderung membuat Anda menjadi orang yang brilian, tapi

penyakit, kemiskinan, nasib sial atau kemalasan terus Anda dari mendapatkan

pendidikan. Anak-anak Anda akan dilahirkan dengan persis perlengkapan

mental yang sama seperti yang Anda telah peroleh” . Tingkat intelegensi anak,

disamping ditentukan oleh hereditas dari orang tua juga oleh stimulasi dari

orangtuanya. Dengan kata lain, orangtua mewariskan intelegensi tidak hanya

melalui hereditas tetapi dapat juga melalui “material justification”16.

Suatu anak kembar yang mnearik adalah tentang anak-anak kembar identik

yang pada awal hidupnya dipisah tempat dengan lingkungan yang berbeda.

Suatu kasus dua orang sanak perempuan kembar identik, yang satu hanya

mampu bersekolah mencapai dua tahun sekolah saja, sedangkan yang lainnya

mampu melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat perguruan tinggi.

Berdasarkan penelitian, ternyata orang-orang yang ber-IQ tinggi cenderung

lebih sehat jasmaninya, dan pertumbuhannya pun lebih subur bila

dibandingkan dengan orang-orang yang IQ-nya lebih rendah17.

Artinya orangtua akan mewariskan sifat yang dimilikinya termasuk

intelegensi yang ada pada dalam dirinya. Dan akan sangat berpengaruh namun

tidak dalam setiap kasus intelegensi akan sangat dipengaruhi oleh hereditas.

Akan tetapi hal tersebut justru berbeda ketika dilakukan penelitian tentang bayi

kembar yang harusnya mempunyai IQ yang sama karena berasal dari satu

family akan tetapi lingkunganlah yang akan membantunya untuk berkembang.

Sedangkan kondisi tubuh yang baik dan dapat dikatakan bahwa kondisi

tubuh yang tidak mengalami kecacatan akan mempunyai suatu intelegensi yang

jauh berbeda dengan yang mempunyai kondisi jasmani yang baik. Sebagai

contohnya yaitu anak yang mempunya kekurangan dalam indra

16 Ibid, hal 153. 17 Ibid, hal 156.

Page 15: Psikologi pendidikan

15

pendengarannya pastinya mempunyai kesulitan untuk mendengarkan serta

memahami suatu materi pelajaran dengan baik. Ketika anak tersebut tidak

mampu untuk mendengar apa yang dibicarakan oleh gurunya kemungkinan

anak tersebut akan mempunyai intelegensi yang buruk. Karena belajar

membutuhkan adanya indra yang baik. Jika salah satu indra mengalami

gangguan maka proses belajarpun juga akan mengalami gangguan karena hal

tersebut.

Ketika proses belajar terganggu maka intelegensi seorang anak tersebut

juga akan mengalami kemunduran dan prestasi yang ditujukan sebagai

perwujudan intelegensi yang dimiliki oleh suatu individu juga mengalami

pemerosotan. Pertanyaan juga meliputi perbedaan tingkat intelegensi yang

dipengaruhi oleh jenis kelamin, akankah jenis kelamin antara wanita dan pria

juga mempengaruhi intelegensi yang ada pada dirinya.

Dari tes-tes yang telah diberikan, wanita terutama berkelebihan dalam hal

mengerjakan tes-tes yang mneyangkut penggunaan bahasa, hafalan-hafalan,

reaksi estetika serta masalah-masalah sosial. Dilain pihak laki-laki

berkelebihan dalam penalaran abstrak, penguasaan matematik, mekanika atau

structural skills. Akan tetapi tidak dapat langsung dikatakan hal tersebut

dikarenakan faktor lingkungan.

Selama terdapat perbedaan antara wanita dan pria baik dari psikis maupun

latihan, pengalaman serta pola hidup kebutuhan dan minatnya. Kita tidak dapat

langsung mengatakan bahwa laki-laki memiliki intelegensi yang lebih rendah

atau lebih tinggi dari wanita begitupun untuk mengatakan tentang wanita.

Sehingga perbedaan intelegensi yang ada antara wanita dan pria dikembalikan

lagi kepada faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi suatu individu itu

sendiri. Sedangkan intelegensi itu sendiri dapat ditingkatkan dengan latihan

serta intelegensi yang dimiliki suatu individu dapat berubah, hal tersebut

kembali lagi kepada individu entah pria maupun wanita.

Sama halnya bila dibandingkan dengan jenis kelamin intelegensi suatu

individu akan kembali lagi kepada individu itu sendiri. Ketika suatu individu

dibandingkan dengan orang yang berasal dari ras dan kebangsaan lain akan

Page 16: Psikologi pendidikan

16

memiliki suatu intelegensi yang juga berbeda, dengan orang laian yang berbeda

ras dengannya.

Berdasarkan tes intelegensi yang pernah diadakan, dulu orang-orang

Negro dianggap lebih bodoh daripada orang-orang kulit putih. Hal ini memang

boleh terjadi ketika perbedaan warna kulit masih dipersoalkan secara tajam.

Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu setelah orang-orang Negro

memperoleh banyak kesempatan luas di bidang pendidikan, ternyata 25% dari

mereka mempunyai IQ yang lebih tinggi dari rata-rata IQ orang kulit putih.

Bahkan tinggi mencapai 140-15018.

Berdasarkan pendapat serta penelitian tersebut dapat ditarik suatu

kesmpulan bahwa ras serta kebangsaan akan mempengaruhi intelegensi suatu

individu, karena hal tersebut masih berhubungan dengan fakor hereditas yang

diwariskan oleh orangtuanya selaku keturunan dari suatu ras. Akan tetapi ras

yang pada awalnya memiliki suatu intelegensi yang rendah justru dapat

ditingkatkan intelegensinya ketika diberi kesempatan dalam bidang pendidikan

ia mempunyai IQ yang lebih tinggi daripada orang yang berkulit putih. Dalam

kasus tersebut ketidakmampuan dalam hal kelas sosial yaitu untuk

memberikam pendidikan yang layak yang menyebabkan orang Negro

mempunyai intelegensi yang lebih rendah.

Menurut para psikologi dari Universitas Lowa, intelegensi pada anak-anak

yang masih muda mengalami peningkatan secara materiil apabila mereka

sebelumnya telah memiliki pengalaman belajar yang menstimulasi aktivitas-

aktivitas berlatih seperti yang diberikan dalam pendidikan kanak-kanak.

Penelitian-penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Prof. Irving Lorge (1945)

dari Universitas Colombia menunjukkan bahwa IQ seseorang berhubungan

dengan tingkat pendidikannya . Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,

semakin tinggi pula skor IQnya19.

Hal tersebut didasarkan karena lamanya latihan yang dalam hal ini adalah

proses belajar selama tingkat pendidikan. Ketika tingkat pendidikan seseorang

18 Ibid, hal 158. 19 Ibid, hal 154.

Page 17: Psikologi pendidikan

17

telah semakin tinggi maka ia akan mengetahui banyak hal yang sebelumnya ia

tidak ketahui. Ketika pengetahuannya bertambah seiring bertambahnya tingkat

pendidikan, maka intelegensi individu tersebut juga akan mengalami

peningkatan dari keadaannya semula. Namun apakah intelegensi akan

mempengaruhi prestasi belajar, jawabannya adalah ya.

Menurut Ackerman, proses perolehan ini tersusun dari tiga fase yang

masing-masing membutuhkan kemampuan intelektual yang berbeda-beda yaitu

fase kognitif, asosiatif, dan otonomi. Fase kognitif melibatkan pemahaman

tentang tuntutan tugas seperti aturan dan tujuan tugas, strategi yang tepat dan

sebagainya. Pada fase asosiatif pembelajar menempatkan secara bersama

urutan kognitif yang tepat dan prose motorik yang dituntut untuk melaksanakan

tugas20.

Perbedaan intelegensi juga akan mempengaruhi adanya perbedaan prestasi

yang dihasilkan oleh setiap individu. Individu yang mempunyai intelegensi

yang tinggi cenderung akan mempunyai hasil prestasi yang tinggi pula.

Sedangkan individu yang mempunyai intelegensi yang rendah justru

mempunyai prestasi yang rendah. Karena hal tersebut berkaitan dengan proses

belajar yang ketiga yaitu proses output. Indvidu yang mempunyai intelegensi

tinggi cenderung akan dapat menyampaikan serta mengulang kembali semua

pelajaran yang ia pahami dengan baik. Sedangkan indivdu yang mempunyai

intelegensi yang rendah tidak mampu untuk mengulang serta mengungkapkan

kembali hasil dari pemahaman yang ia telah pelajari dengan baik. Karena itula

ia memiliki hasil belajar yang buruk.

20 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hal 166.

Page 18: Psikologi pendidikan

18

C. Penutup

1. Kesimpulan

Perbedaan intelegensi merupakan suatu perbedaan yang disebabkan

oleh faktor keturunan serta faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut untuk

mendukung suatu intelegensi tinggi yang dimiliki oleh suatu individu

hendaknya saling mendukung satu sama lain. Karena kenyataannya seorang

anak yang terlahir dengan genius Karen membawa faktor keturunan yang

diturunkan oleh orangtuanya tidak akan menjadi genius apabila lingkungan

tempat anak tersebut tidak mendukung sifat genius yang telah dimilikinya.

2. Saran

Perbedaan intelegensi yang ada hendaknya tidak dijadikan sebagai

suatu hal yang akan mempengaruhi kehidupan, karena kenyataannya

intelegensi juga dapat berubah. Sebagai calon guru yang baik hendaknya

menanggapi perbedaan intelegensi yang ada dalam diri seseorang dengan

bijaksana dan mencari cara untuk meningkatkan intelegensi seseorang

dengan cara yang terbaik.