Upload
yogi-ardiani
View
7.948
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
LAPORAN
STUDI KASUS
ANAK PERFEKSIONIS
Guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling untuk PAUD
Dengan Dosen pengampu Dra. Yulianti, M.Pd
Disusun oleh:
Yogi Ardiani
K8110061
PG-PAUD 5B
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas. Laporan ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling utnuk
PAUD Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Penulis tidak akan berhasil menyelesaikan makalah ini tanpa ada
bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini,
2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan motivasi,
3. Dra. Yulianti, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah bimbingan dan
Konseling untuk PAUD,
4. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhirnya, penulis berharap semoga
laporan ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya, dan pembaca pada
umumnya.
Surakarta, 16 Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI1. Halaman Judul ………………………………………… i2. Kata Pengantar ………………………………………… ii3. Daftar Isi ………………………………………… iii4. Bab I Pendahuluan ………………………………………… 1
a) Latar Belakang ………………………………………… 1b) Rumusan Masalah ………………………………………… 1c) Tujuan ………………………………………… 2d) Sasaran ………………………………………… 2e) Tempat dan Waktu Pelaksanaan…………………………… .. 2
5. Bab II Kajian Teori ………………………………………… 3a) Pengertian, Pefeksionis ………………………………… 3b) Ciri-ciri Anak Perfeksionis …………………..……………. 3c) Faktor Penyebab Perfeksionis ………………………………. 4
6. Bab III Identifikasi Kasus ………………………………………. 6a) Identitas Anak ………………………………………… 6b) Riwayat Anak …………………………..……………. 6
7. Bab IV Pelaksanaan ……………………………………….. 9Bimbingan dan Koselinga) Diagnosis Kasus ……………………………………….. 9b) Bimbingan yang akan………………………………………..
dilakukan (prognosis)c) Pelaksanaan Bantuan ………………………………………... 9d) Penilaian dan Tindak Lanjut………………………………… 10
8. Bab V Penutup ………………………………………………… 11a) Kesimpulan ………………………………………………… 11b) Saran ………………………………………………… 11
9. Daftar Pustaka …………………………………………. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan calon generasi penerus bagi suatu bangsa. Sebagai
calon penerus, anak dipersiapkan untuk menghadapi masa depan yang
lebih kompetitif dan menuntut sesorang untuk kreatif. Orang tua pun
sudah menyadari akan hal ini. Namun banyak yang terpeleset untuk
memaknai arti kalimat tersebut. Banyak orang tua yang kemudian
menuntut anak-anaknya untuk selalu bisa dan mengerjakan segala hal
secara sempurna.
Tuntutan yang demikian itu memang bagus untuk masa depan anak,
tetapi belum tentu bagus bagi aspek psikologis anak. Anak akan menjadi
sosok yang perfeksionis. Perfeksionis adalah sikap yang menginginkan
ketercapain yang tinggi dan sempurna atas hasil kerja. Dampak pengiring
adanya sikap perfeksionis pada anak adalah adanya kecemburuan sosial,
tidak mau mengalah, dan bekerja terlalu keras untuk mencapai hasil
maksimal. Sikap perfeksionis pada anak apabila tidak ditangani lebih dini
akan mengganggu keberlangsungan atau proses anak itu sendiri dalam
menghadapi lingkungan sosial. Dampak bagi dirinya sendiri adalah anak
mudah stress ketika mengalami suatu kegagalan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis memilih studi kasus
bimbingan konseling untuk menghadapi anak perfeksionis.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah disampaikan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah cara melaksanakan studi kasus?
2. Bagaimanakah cara menghadapi anak perfeksionis di kelas?
3. Apa sajakah faktor-faktor penyebab anak perfeksionis?
C. Tujuan Studi Kasus
Tujuan dari studi kasus ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas ujian kompetensi mata kuliah Bimbingan dan
Konseling untuk Anak Usia Dini
2. Untuk mengetahui prosedur dan cara pelaksanaan studi kasus
3. Untuk mengetahui penyebab dan perlakuan yang tepat dalam
mengahadapi anak perfeksionis
D. Sasaran
Bimbingan konseling yang dilakukan kali ini ditekankan bagi anak
yang memiliki sikap perfeksionis. Anak yang menjadi sasaran adalah anak
usia dini (anak TK).
E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan bimbingan konseling untuk anak yang memiliki
sikap perfeksionis adalah TK Aisyiyah I Desa Gedongan Kecamatan
Colomadu Kabupaten Karanganyar. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli 2012
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Pengertian Perfeksionis
Perfeksionisme menurut Hewit dan Flett (Silverman dalam Peters,
1996) adalah keinginan untuk mencapai kesempurnaan diikuti dengan
standar yang tinggi untuk diri sendiri, standar yang tinggi untuk orang lain,
dan percaya bahwa orang lain memiliki pengharapan kesempurnaan untuk
dirinya dan memotivasi. Prem Fry, profesor psikologi dari Trinity Western
University, menyatakan bahwa perfeksionis adalah pribadi yang sangat
kritis pada dirinya sendiri.
Perfeksionis dapat membuat seseorang memiliki keengganan untuk
meminta bantuan orang lain ketika menghadapi masalah. Hal ini terkadang
membuatnya makin tertekan, sementara masalah yang dihadapi tak
kunjung selesai dan bertambah rumit.
B. Ciri-ciri Anak Perfeksionis
Ciri-ciri anak yang mempunyai sifat perfeksionis adalah sebagai
berikut:
1. Serba bersih dan rapi
Pada anak misalnya, ketika sedang menggambar dia tidak mau
bukunya tercoret sedikit pun, ketika mewarnai dia tidak mau
pewarnaannya melewati garis atau tidak mau tersobek sedikit pun, atau
ketika ingin memakai baju dia tidak mau pakaiannya bernoda sedikit
pun.
2. Serba sepadan
Dalam penampilan pun, anak perfeksionis ingin terlihat sempurna.
Misalnya warna antara baju, celana, dan sepatu harus sesuai. Bila
bajunya berwarna dominan kuning, maka celana dan sepatunya pun
harus ada unsur kuningnya. Bila warnanya berbeda sama sekali, anak
perfeksionis umumnya tidak akan mau memakainya. Aksesori dan
tatanan rambutnya pun harus rapi, serasi, serta terpenuhi semuanya.
3. Kegagalan kecil dianggap fatal
Ketika orang tua tidak mewujudkan keinginannya, berbagai perilaku
negatif bakal timbul. Misalnya, ketika tidak puas dengan gambar dan
mewarnai, anak akan menyobek kertas, membuang bukunya atau
malah menangis karena menganggap bahwa dia telah melakukan
kesalahan fatal. Bila pun kita memaksanya dengan berbagai alasan,
timbul rasa tidak nyaman dan cemas yang berujung pada tidak
optimalnya kretivitas anak.
C. Faktor-Faktor Penyebab Anak Perfeksionis
Pada umumnya, factor-faktor yang dapat menyebabkan anak
menjadi perfeksionis antara lain:
1. Meniru orang tua yang perfeksionis
Orang tua perfeksionis akan menciptakan anak perfeksionis pula.
Prosesnya berhubungan erat dengan perilaku anak yang paling
menonjol saat balita, yakni kekuatan peniruan. Anak akan meniru dari
lingkungannya, terutama lingkungan terdekat, seperti orang tua dan
keluarga.
2. Anak dituntut selalu berdisiplin tinggi
Selain itu, sejak anaknya masih bayi, orang tua perfeksionis biasanya
menerapkan berbagai aturan yang kaku dan harus selalu dipenuhi. Hal
inilah yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap anak yang
perfeksionis. Contohnya penerapan kedisiplinan, pukul 6 pagi anak
harus sudah bangun, pukul 7 makan pagi, pukul 9 tidur, pukul 12
makan siang, dan seterusnya. “Waktu yang terjadwal dan tidak boleh
mulur sedikit pun akan memperkuat anak untuk berperilaku yang
memupuknya menjadi perfeksionis.”
Bila orang tua meminta anak untuk mematuhi segala peraturan dan
tidak boleh sedikit pun melanggarnya, maka wujud perfeksionis akan
muncul dengan sendirinya. Belum lagi dengan hal lain, misalnya
harus selalu menjaga kebersihan kamar, harus bisa melakukan sesuatu
sendiri sejak kecil, harus makan dengan posisi yang terbaik, dan
segala macam peraturan lain yang harus dilakukan anak.
3. Anak dituntut tanggung jawab di luar kemampuan usia
Anak yang terlalu dituntut bertanggung jawab terhadap hal-hal di luar
kemampuan usianya, secara tidak langsung juga dibentuk berperilaku
perfeksionis. Misalnya, anak usia 3 tahun harus bisa menjaga dan
melindungi adiknya yang masih bayi, harus bisa membeli telur di
warung, harus bisa membereskan tempat tidur sendiri, dan sebagainya.
Lambat laun, karena terbiasa dengan berbagai tanggung jawab, sikap
perfeksionis itu akan semakin terpupuk.
4. Selalu menerima kritik
Demikian pula dengan orang tua yang terlalu banyak mengkritik.
Anak akan berusaha tampil atau menghasilkan sesuatu sesempurna
mungkin demi menghindari kritikan dan memenuhi kemauan orang
tuanya. Contoh kecil, ketika anak tidak mampu mengikat tali
sepatunya, orang tua mengkritik, “Masak begitu saja tidak bisa!”
Bila anak melakukan kesalahan, kemudian berbagai teguran
diterimanya, ia akan ketakutan dan berusaha melakukan tugasnya
dengan benar. Dengan kata lain, ia tidak akan berhenti mengerjakan
atau meminta sesuatu sampai dia merasa terpuaskan
BAB IIIIDENTIFIKASI KASUS
A. Identitas Anak
1. Data Anak
Nama : Hambal Sukri Afifudin
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 24 Januari 2007
Kedudukan Anak : Anak ke-1
Agama : Islam
Nama Sekolah : TK Aisyiyah I Gedongan
Kelas : B
Alamat : RT 6 RW X Desa Gedongan
2. Data Orangtua
Nama Ayah (kandung) : Imam Buchori
Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 5 April 1980
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana S1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT 6 RW X Desa Gedongan
Nama Ibu (kandung) : Rukayah
Tempat, Tanggal Lahir : Karanganyar, 10 Oktober 1983
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana S1
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru)
Alamat : RT 6 RW X Desa Gedongan
B. Riwayat Anak
1. Riwayat Kelahiran
a. Kehamilan
Mengalami keguguran sebelumnya ? Tidak
Anak tergolong yang diinginkan ? Ya
b. Kelahiran
Umur kandungan : Cukup
Saat kelahiran : Biasa dengan cara : operasi sesar
Tempat kelahiran : Di rumah sakit
Ditolong oleh : dokter
Berat badan bayi : 2,9 Kg Panjang badan bayi : 50 cm
2. Riwayat Makanan
Menetek ibu hingga umur : 20 bulan
Minum susu kaleng dari umur : 20 bulan hingga sekarang
Kualitas makanan : Cukup
Kuantitas makanan : Cukup
Kesukaran pemberian makanan berupa : Tidak ada
3. Riwayat Perkembangan Fisik
Telungkup : 7 bulan; duduk : 8 bulan; berdiri : 12 bulan; berjalan : 14
bulan
Berbicara kata-kata pertama : 6 bulan
Berbicara dengan kalimat lengkap : 22 bulan
4. Riwayat kesehatan
Anak mudah sakit : Tidak
Pernah dirawat selama:- (belum pernah) karena sakit : -
Memiliki penyakit yang sering kambuh: - (tidak memiliki)
5. Faktor Sosial dan Personal
Hubungan dengan saudara (kandung/ tiri/ angkat) : kandung
Hubungan dengan teman : Kurang
Hobi : memainkan balok
Aktivitas rekreasi : Bermain
Sikap orangtua terhadap anak : Baik
Penerimaan dan tanggungjawab : Cukup
Sikap terhadap masalah belajar : Cukup
6. Riwayat Pendidikan
Masuk TK umur : 4 tahun
Kesulitan / Masalah Anak : Perfeksionis
Bantuan yang pernah diterima anak : Belum
Sikap anak terhadap guru : Baik
Sikap anak terhadap sekolah : Baik
BAB IVPELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING
A. Diagnosis Kasus
Berdasarkan observasi yang dilakukan, kasus ini memperlihatkan
bahwa anak mempunyai sifat dan sikap perfeksionis. Seringkali anak marah
melihat anak lain yang tidak mau merapikan sepatu, selalu ingin maju ke
depan kelas, ingin mendapatkan bintang yang lebih banyak dari teman yang
lain karena merasa tugas yang dikerjakan lebih bagus.
B. Layanan yang Akan Dilakukan (Prognosis)
Studi kasus dalam menangani anak perfeksionis ini dilakukan
dengan beberapa bentuk treatment/layanan yang berpedoman pada
pendapat Charles E. Schaefer, Ph.D dan Howard L. Millman, Ph.D. dalam
bukunya How to Help Children with Common Problems yang lebih
mengarah pada bimbingan kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Mengajarkan empati dengan role playing
Boneka tangan atau boneka biasa bisa dimanfaatkan sebagai alat yang
efektif untuk menarik perhatian anak, sambil menyampaikan pesan-
pesan yang tersembunyi dalam cerita, seperti empati pada orang lain,
berbagi, bersabar,mengantri, tidak memaksakan kehendak, tidak
menang sendiri, menghargai hasil karya orang lain.
2. Memberi apresiasi
Ketika anak stress saat mengalami sedikit kegagalan, guru memberi
apresiasi terhadap hasil kerjanya walaupun belum sempurna dengan
kata-kata yang menenangkan.
3. Mengajarkan untuk toleransi
Mengajarkan anak agar memberi kesempatan teman yang lain untuk
mencoba agar bisa sepertinya.
C. Pelaksanaan Bantuan
Bantuan dilaksanakan secara terus-menerus dan selalu dilakukan
penilaian terhadap perkembangan diri anak. Pelaksanaan bantuan dapat
mempertimbangan model pembelajaran yang dipilih oleh guru. Model
pembelajaran yang dapat membantu mengatasi anak perfeksionis adalah
model pembelajaran kooperatif. Model ini menitikberatkan dalam
meningkatkan kerjasama antaranak dan meyeimbangkan kemampuan yang
dimiliki oleh anak.
Peraturan yang dapat diterapkan dengan melalui metode kancing
gemerincing. Setiap anak diberi 2 kancing, setiap ingin mengungkapkan
pendapatnya anak diminta untuk menyerakan kancing yang dimilikinya.
Ketika kancing habis maka anak tidak boleh berpendapat. Manfaat bagi
anak perfeksionis adalah dia akan belajar memahami pendapat teman-
temanya sehingga tidak terlihat selalu menonjol di depan kelas.
Langkah selanjutnya adalah ketika tugas-tugas semua anak didik
selesai, guru melalukan penilaian secara otentik bersama dengan anak
didik. Sehingga membelajarkan anak perfeksionis untuk menghargai karya
teman yang lain, meskipun karyanya yang terbaik.
D. Penilaian dan Tindak Lanjut
Berdasarkan layanan yang diberikan secara kontinyu Hambal sudah
3 kali tidak menonjolkan dirinya saat maju ke depan kelas dan memberi
kesempatan teman yang lain. Sebagai tindak lanjut apabila Hambal masih
bersikap perfeksionis adalah memberi informasi dan mencari penyelesaian
bersama orang tua. Orang tua dapat membantu Hambal agar mengurangi
sikap perfeksionisnya melalui perbaikan pola asuh yang diberikan
kepadanya.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Pada anak usia prasekolah perilaku perfeksionis bila sesekali
muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi
dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah. Ciri-ciri
perilaku egois mau menang sendiri yang melebihi batas
normal/bermasalah terlihat dari perilaku anak yang selalu marah ketika
melihat teman-temannya kurang rapi sepertinya, sering stress saat
mengalami sedikit kegagalan, terlalu bekerja keras untuk menguasai suatu
hal. Penyebab perilaku perfeksionis biasanya karena perlakuan dan pola
asuh orang tua/ pengasuh yang tidak tepat yang menuntut tanggung jawab
anak untuk selalu bisa (pola asuh otoriter).
Penanganan yang diperlukan bagi anak yang perfeksionis adalah
mengajar dan melatihkan perilaku toleransi dan mengajarkan kerjasama
dengan orang lain.
B. Saran
Untuk menangani sikap perfeksionis pada anak orang tua sebaiknya
menjadi teladan bagi anak dengan perilaku sehari-hari yang toleran dan
peduli dengan sekitar, tidak terlalu menerapkan disiplin tinggi kepada
anak, namun cukup menerapkan disiplin yang sesuai dengan
pemahamannya. Sebaiknya memilih pola asuh yang demokratis, misalnya
mengajak seluruh keluarga berkumpul untuk sharing atau berbagi
pendapat atau pemikiran.
DAFTAR PUSTAKA
http://denissa.blog.imtelkom.ac.id/2012/01/19/mengenal-lebih-dekat-anak-
perfeksionis/
http://log.viva.co.id/news/read/164319-sifat-perfeksionis-bisa-perpendek-
umur
Soemantri, T.S., (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika
Aditama.