Transcript

3Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Pembinaan

Drs. H. Farhani, S.H., M.M.

Perayaan ‘Idul Qurban tahun ini memiliki makna yang semakin mendalam karena bersamaan dengan bulan perayaan HUT RI ke 73, perjalanan sejarah terkait ‘Idul Qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrohim bersama

dengan Nabi Ismail sesungguhnya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita generasi umat berikutnya sampai dengan akhir zaman.

Setiap manusia sesungguhnya akan memainkan peran sama persis yang dilakukan oleh Nabi Ibrohim dan Nabi ismail dalam kehidupan nyata, Ibrohim menjadi simbol pengorbanan untuk menuju ketaqwaan dalam menggapai ridlo Alloh SWT, dan Ismail merupakan simbol tentang keberadaan anak2 kita, istri kita, harta kita, jabatan dan kedudukan kita.

Di era globalisasi saat sekarang ini kedermawanan dan keihlasan berbagi kepada sesama yang membutuhkan untuk menggapai ridlo Alloh makin tegerus dan terkikis, egosentris dan individualistik semakin mengemuka dan menjadi gaya hidup, kesenjangan sosian antara si kaya dan si miskin makin terbuka lebar, ajaran agama hanya menjadi ulasan dan kajian yang tanpa makna.

Realitas empiris ini menjadi tantangan kita bersama khususnya Kementerian Agama, yang memiliki tanggungjawab melakukan pembinaan kegamaan kepada masyarakat, tanggungjawab itu berorientasi pada peningkatan pemahaman masyarakat untuk bisa kembali melakukan apa yang sudah dilakukan oleh Ibrohim dan Ismail dalam kehidupan nyata.

Kemerdekaan yang baru saja kita rayakan pada tanggal 17 Agustus sangat sejalan dengan makna ‘Idul Qurban, kemerdekaan harus diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat kepada Negara dan semua warga Negara dengan tanpa melihat latar belakang sosialnya, demikian juga ‘Idul Qurban sesungguhnya yang faling fundamental dan asasi adalah makna berbagi kepada sesama yang bisa memberikan kebahagiaan dan manfaat.

Keberanian melakukan tindakan mengisi kemerdekaan dan berbagi rizki kepada sesama berupa kurban sesungguhnya makna kemerdekaan sejati, kemerdekaan diri yang tidak terpasung pada kepentingan pribadi dan duniawi semata.

Dengan kita mau berbagi kepada yang lain melalui qurban adalah spirit yang diwariskan oleh para pendiri dan pejuang bangsa Negara kita, kemerdekaan yang kita rayakan dalam setiap tanggal 17 agustus adalah mampu memberikan rasa merdeka dan kebebasan kepada saudara kita yang lain. (Af).

Spirit ‘Idul QurbanMenuju KemerdekaanSejati

4 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Laporan UTAMA

Seiring dengan tumbuhnya kesadaran dan semangat keberagamaan di kalangan umat Islam, ekonomi umat Islam Indonesia tampak semakin membaik.

Hal ini ditandai dengan semakin baiknya taraf hidup umat. Indikasi lainnya, jumlah umat Islam yang mampu dan hendak menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah-Madinah tiap tahun kian bertambah. Sehingga implikasinya, daftar tunggu calon jamaah haji Indonesia tiap tahun semakin panjang.

Semakin membaiknya tingkat perekonomian umat Islam ini tidak lepas dari kelancaran dan kesuksesan berusaha, mulai usaha kecil-kecilan (produksi rumah tangga), UMKM, sampai usaha beromzet miliaran rupiah. Dalam hal ini, memang Islam menganjurkan umatnya untuk selalu melakukan kegiatan usaha atau bisnis guna memenuhi kebutuhan hidup. Rasulullah saw pun aktif dan serius dalam kegiatan bisnis selaku pelaku usaha yang berdagang bersama istrinya pertamanya, Siti Khadijah ra.

Dalam sejarahnya, Islam dapat berkembang dengan baik jika diimbangi dengan perekonomian umat yang juga baik. Setidaknya, untuk berdakwah pasti membutuhkan biaya. Karena itu, umat Islam mesti mengetahui ekonomi Islam dengan baik. Yakni, ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur berdasarkan hukum agama Islam dan didasari pada tauhid sebagaimana telah dirangkum dalam Rukun Iman dan Rukun Islam. Dalam praktik sehari-hari, perekonomian umat Islam didasarkan pada pokok-pokok ajaran Islam demi kemaslahatan bersama.

EKONOMI SYARIAH

Sebagaimana dimaklumi, ekonomi Islam atau ekonomi syariah berbeda dari ekonomi kapitalis, sosialis, dan

Strategi HadapiRevolusi Industri 4.0

5Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

komunis. Ekonomi Islam bukan pula berada di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggung jawab kepada warganya, serta komunis yang ekstrem. Ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh ditransaksikan. Ekonomi Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.

Kini, umat Islam berserta perangkat atau sistem ekonomi Islam dihadapkan pada tantangan baru, yakni revolusi industri 4.0. Dan, tantangan revolusi industri 4.0 realitasnya sudah di depan mata.

Bahkan revolusi industri generasi keempat ini telah dibicarakan dan gaungnya semakin nyaring terdengar di Indonesia. Apalagi sejak Presiden Joko Widodo meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia

Prisiden Joko Widodo bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat meresmikan peta jalan revolusi industri 4.0, belum lama ini.

4.0. Presiden berharap, sektor Industri 4.0 tersebut bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi.

Apa yang dimaksud dengan revolusi industri industri 4.0, dan konsep serta strategi apa yang harus dimainkan oleh umat Islam agar tetap dapat eksis dalam menata roda perekonomiannya? Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab. Ekonom asal Jerman itu menulis dalam bukunya, The Fourth Industrial Revolution bahwa konsep itu telah mengubah hidup dan kerja manusia.

Dalam sejarahnya, revolusi industri hingga kini telah mengalami empat perubahan mendasar. Pertama, revolusi industri pertama (1.0) terjadi pada akhir abad ke-18. Hal ini

6 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

ditandai dengan ditemukannya alat tenun mekanis pertama pada 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Banyak orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda.

Kedua, revolusi industri 2.0. Hal ini terjadi pada awal abad ke-20. Waktu itu ada pengenalan produksi massal berdasarkan pembagian kerja. Lini produksi pertama melibatkan rumah potong hewan di Cincinnati, Amerika Serikat, pada 1870. Ketiga, revolusi industri 3.0. Pada awal tahun 1970 ditengarai sebagai perdana kemunculan revolusi industri 3.0. Dimulai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. Debut revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama (PLC), yakni modem 084-969. Sistem otomatisasi berbasis komputer ini membuat mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia. Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah.

Keempat, zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things (IoT).

Dengan ciri utama revolusi industri 4.0 atau yang biasa disebut era disrupsi, maka strategi utama dan pertama umat Islam adalah harus berperan aktif di dalamnya. Era disrupsi

ini merupakan fenomena ketika masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata, ke dunia maya atau internet.

Kegiatan ekonomi Islam, termasuk di dalamnya. Konkretnya, umat Islam dalam berjual beli misalnya, tidak hanya mengandalkan cara konvensional, tetapi lebih dari itu umat Islam Islam harus mampu mendayagunakan dan memanfaatkan jasa virtual, internet, jual beli online, dan sejenisnya. Semuanya serba digital, serba data, serba cepat, serba mudah, serba akurat. Cara konvensional tetap perlu dan tidak perlu eksodus berpindah ke cara virtual secara keseluruhan. Tetapi, lambat tapi pasti, ke depan perkeonomian di era revolusi industru 4.0 ini akan lebih banyak memanfaatkan jasa online dan berbasis data.

Karena itu, tantangan paling utama strategi ekonomi umat Islam ke depan di era disrupsi atau revolusi industri 4.0 adalah semua serba digital, berbasis data, daring atau online. Karena itu, pelaku ekonomi Islam semuanya tanpa terkecuali, harus melek teknologi informasi (IT). Kalau tidak, maka hampir pasti akan digilas oleh ‘’ganasnya’’ arus dunia digitalisasi tersebut. Ke depan, siapa yang menguasai IT dan sederet perangkat lunaknya, maka dia/mereka yang akan memenangkan persaingan usaha. Karena itu, umat Islam harus berbenah untuk menghadapi dan menuju era revolusi industri 4.0 yang faktanya sudah berlangsung di depan mata.

(Mohammad Saronji)

Presiden Joko Widodo meninjau salah satu stan pameran industri yang telah eksis menapak revolusi industri 4.0.

7Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Laporan KHUSUS

Rabu, 22 Agustus 2018, bertepatan

dengan 10 Zuhijjah 1439 Hijriyah lalu

umat Islam melaksanakan ibadah Idul

Adha yang juga disebut Idul Kurban. Inilah

momen penuh rahmat untuk bersyukur

dan takarub (mendekatkan diri) kepada

Allah SWT agar menjadi hamba yang

pandai bersyukur (‘abdan syukuran)

untuk mencapai derajat takwa.

BerkurbanUntukBangsa

Takwa adalah pesan penting Islam untuk membentuk pribadi yang senantiasa terhiasi kebaikan dan terpelihara dari keburukan, Salah satu karakter mereka yang benar-

benar bertakwa adalah integritas diri. Tidak hanya secara individual-personal dengan Tuhan (habl min Allah), tetapi juga sosial-komunal (habl min al-nas) agar dapat menjadi rahmatan lil ‘alamin. Pada saat jemaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah, Mekkah yang datang dari berbagai penjuru dunia dalam puncak kesibukan melaksanakan ibadah haji, rukun Islam kelima. Melaksanakan ibadah haji sebagai perjalan keagamaan, seperti firman Allah SWT (Q.S Ali Imron Ayat 97) merupakan kewajiban setiap umat Islam yang memiliki kemampuan ekonomi, ilmu pengetahuan, dan kesehatan jasmani.

Secara ritual fiqhiyah haji menghilangkan berbagai perbedaan dan bisa memisahkan umat Islam: perbedaan jender, sosial, ekonomi, budaya, etnisitas, dan sosial-politik. Mereka setara di hadapan Allah. Ibadah haji adalah momen unik bahwa umat Islam menjalani kehidupan secara egaliter, multietnis, multikultural, serta mengabdikan diri, kemlompok, dan golongan untuk penegejawantahan nilai keislaman dan kemanusiaan. Setiap jemaah haji berharap agar ibadah haji yang dilaksanakan dapat mencapai haji mabrur. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ditegaskan, “Haji mabrur itu tidak ada balasannya, keuali surga”.

Menurut Prof. Dr. KH Ali Mutafa Yaqub, MA dalam bukunya yang sangat populer “Haji Pengabdi Setan” (2006) dijelaskan, seseorang yang sempurna menjalankan semua amalan maka ibadah hajinya itu sah dan mabrur. Artinya, dia sudah terbebas dari kewajiban menunaikan ibadah tersebut. Terlepas apakah biaya yang ia pakai dari usaha haram atau ikhtiar halal.

Walau demikian dalam pandangan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kata mabrur dalam hadits diatas memiliki keterkaitan dengan kata al-birr yang berarti kebajikan atau perbuatan baik yang dikerjakan atas dasar takwa kepada Allah SWT. Kata al-birr disebut di banyak ayat Al-Qur’an, seperti Ali Imron Ayat 92 yang menegaskan, “Kamu tidak akan mendapat kebajikan sebelum kamu mendermakan sebagian harta yang kamu cintai” (Kompas, 31 Agustus 2017).

PEMUJA BERHALA DUNIA

Bagi mereka yang memiliki kemampuan pendanaan,

8 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

pengeluaran biaya untuk melaksanakan ibadah haji adalah pengorbanan materi. Berkorban materi dalam bentuk zakat, infak, sedekah, dan wakaf sangat penting dalam Islam demi habl min Allah dan habl min al-nas. Lebih jauh, al-birr juga mengandung makna mendermakan harta kepada orang-orang yang membutuhkan. Mengorbankan materi harta tidak selalu mudah. Apalagi jika harta itu diperoleh susah dengan payah secara halal sesuai tuntunan Islam dan hukum negara. Disinilah relevansi prinsip Islam bahwa harta adalah ujian, apakah pemiliknya dikuasai dan diperbudak materi, tidak mau mengorbankannya. Atau sebaliknya, pemilik mengendalikan harta dan mengeluarkan sebagiannya agar juga bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Pengorbanan materi lain adalah kewajiban melaksanakan kurban hewan. Ibadah ini sekaligus merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai rezeki dan nikmat yang telah diberikan kepada hamba-Nya (Q.S. Al-Kaustar Ayat 1-3). Kesabaran dan keikhlasan berkurban seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan Ismail adalah jihad akbar. Berkurban dengan hewan sembelihan juga adalah simbol usaha manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan kandungan kata qurban. Kurban juga sekaligus untuk taqarrubila al-nas, saling akrab diantara sesama manusia. Ditengah kesulitan ekonomi yang masih dialami sebagian bangsa Indonesia, terjadinya musibah gempa alam di Nusa Tenggara Barat, dan musibah-musibah lainnya, taqarrub ila al-nas merupakan urgensi.

Lebih jauh lagi Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA yang juga mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengingatkan kepada kita semua, khususnya kepada para pemimpin pemerintahan, bahwa anak adalah simbol dan manifestasi obyek kecintaan manusia kepada dunia. Waktu itu domba merupakan aset termahal yang jadi kebanggan seseorang. Khususnya bagi para pemimpin pemegang kekuasaan dalam tubuh pemerintah di segala tingkatan, kecintaan kepada anak dan harta adalah godaan terbesar yang membuat seorang pemimpin melakukan korupsi demi anak dan keluarganya. Demi cintanya kepada anak dan keluarga, seorang pemimpin bisa terjungkal, harga dirinya jatuh, nalar sehatnya tidak jalan, dan negara bisa bangkrut. Drama Nabi Ibrahim AS dan penyembelihan kepada anaknya, Ismail, yang digantikan domba selalau diperingati tiap tahun agar kita tidak menjadi pemuja berhala dunia yang martabatnya lebih rendah dari kita semua (Kompas, 21 Agustus 2018).

Dengan demikian, ibadah kurban dan haji mabrur mesti tercermin dalam peningkatan perbuatan al-birr, yaitu

pengorbanan materi dalam bentuk derma, zakat, infak, sedekah dan wakaf. Jika semua dilakukan, kian kuat solidaritas atau kesetiakaewanan dalam kehidupan bangsa sehingga kohesi dan ketahanan sosial lebih kokoh lagi. Kebutuhan meningkatkan perwujudan serta realisasi mabrur dan al-birr untuk penguatan kohesi sosial jelas sangat mendesak di Tanah Air. Sekarang diperkirakan masih ada sekitar 15 juta warga Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan dengan pendapatan hanya sekitar Rp. 20.000 per hari sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk hidup secara baik, sehat, dan layak.

Umat Islam Indonesia seharusnya tidak hanya berkorban materi, tetapi juga non-materi, seperti hawa nafsu ananiyah, egoisme yang dapat menguasai anak bangsa dengan merugikan pihak lain. Nabi Ibrahim AS memberikan contoh sangat baik dalam mengorbankan ananiyah masing-masing.

Ibadah kurban mengandung makna pengorbanan egoisme yang hampir selalu cenderung hanya

mempertimbangkan kepentingan diri dan kelompok atau golongan. Ibadah haji yang dilaksanakan dalam rangkaian paket dengan ibadah kurban juga mengandung makna pengorbanan ananiyah. Jemaah haji misalnya dilarang mementingkan diri sendiri dengan mendesak atau menyikut jemaah lain, juga dilarang marah ketika tersikut dan terdesak dalam kerumunan jemaah lain.

Sulit dimungkiri, banyak kerusakan dan kehancuran yang dialami individu, kelompok,

golongan manusia, dan negara-bangsa terjadi karena kegagalan anak manusia mengendalikan

dan mengorbankan ananiyah untuk kepentingan lebih besar. Gejala peningkatan ananiyah yang destruktif kini terlihat mewabah di Tanah Air. Salah satu bentuknya adalah penyebaran hoaks (kebohongan dan fitnah) yang disebarkan secara masif melalui media sosial khususnya. Jika hawa nafsu ananiyah seperti ini tidak dikorbankan, pertikaian dan konflik yang dimunculkannya bisa merusak kohesi sosial dan keutuhan negara-bangsa Indonesia.

Kewajiban mengorbankan materi dan ananiyah jelas terutama terletak pada lapisan elite bangsa, pemimpin, ulama, konglomengrat, dan pembentuk opini publik. Di tengah masih bertahannya kepincangan ekonomi-sosial dan penyebaran adu domba dalam kehidupan bangsa, memasukinya tahun politik: Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2019 nanti, sepatutnya lapisan elite bangsa merayakan Idul Adha atau Idul Kurban 1439/20118 ini tidak sekadar rutinitas, tetapi mewujudkan makna terdalamnya dalam kehidupan aktual negara-bangsa, berkurban untuk kepentingan bangsa. Hanya dengan begitu, keberagaman fungsional untuk kohesi sosial tetap terpelihara.

Mohammad Bisri

https://www.deviantart.co

m/justn

idea/a

rt

9Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang PENMAD

Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional akan digelar pada 24–29 September 2018 di Provinsi Bengkulu. Berbagai persiapan dan seleksi telah

dilakukan mulai dari tingkat Kabupaten/Kota hingga Tingkat Provinsi. KSM Kabupaten/Kota telah dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2018 sedangkan KSM Provinsi pada tanggal 25 Juli 2018, seleksi keduanya diselenggarakan secara serentak di masing-masing Kabupaten/Kota dan Provinsi se- Indonesia.

Dalam rangka menyukseskan KSM Nasional, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah juga melakukan seleksi siswa-siswi terbaiknya untuk ikut berkompetisi di ajang nasional yang diselenggarakan setiap tahun oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

KSM Provinsi Jawa Tengah diikuti sebanyak 770 siswa madrasah Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah yang diselenggarakan di MTsN 1 Pemalang. KSM yang dibuka

secara resmi oleh Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 Juli 2018 diikuti peserta mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga Madrasah Aliyah (MA) merebutkan juara dari 11 cabang/bidang perlombaan, yaitu: Biologi Terintegrasi, Ekonomi Terintegrasi, Fisika Terintegrasi, Geografi Terintegrasi, Kimia Terintegrasi, dan Matematika Terintegrasi untuk jenjang MA; IPA Terpadu Terintegrasi, IPS Terpadu Terintegrasi, dan Matematika Terintegrasi untuk jenjang MTs; sedangkan untuk jenjang MI adalah Matematika Terintegrasi, dan Sains IPA Terintegrasi.

Dari masing-masing bidang lomba pada setiap jenjang dipilih 3 nilai tertinggi dan ditetapkan sebagai juara pertama, kedua, dan ketiga. Para juara pertama KSM Provinsi yang berjumlah 11 siswa berhak mewakili Jawa Tengah untuk mengikuti KSM Nasional.

KSM Provinsi resmi dibuka oleh Kakanwil Kemenag Jateng, ditandai dengan pemukulan Gong.

Menuju KSM NasionalJateng Kirim 42 Siswa-Siswi Terbaik

10 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Berbeda dengan penyelenggaraan KSM tahun-tahun sebelumnya, KSM nasional tahun 2018 ini selain berbasis komputer dalam mengerjakan soal-soalnya, ada dua kelompok yang bisa menjadi peserta KSM Nasional. Pertama, peserta terbaik pada KSM tingkat provinsi. Kedua, peserta yang masuk 26 besar per bidang studi di tingkat nasional.

Kebijakan pemanggilan bagi peringkat 26 besar nasional didasari atas pertimbangan bahwa pada penyelenggaraan KSM tahun 2018 kali ini untuk Madrasah Aliyah Insan Cendikia (MAN IC) tidak lagi menjadi kategori tersendiri tetapi sudah menjadi satu dengan Madrasah Aliyah regular lainya. Sehingga dengan kebijakan tersebut diharapkan bisa memberikan kesempatan yang lebih luas bagi siswa-siswi MA di luar MAN IC untuk berkompetisi di ajang KSM.

Berdasarkan penetapkan nama-nama peserta KSM Nasional melalui penilaian online hasil dari seleksi KSM tingkat provinsi yang dilakukan oleh tim ahli dari Komite KSM Nasional, telah ditetapkan 42 siswa dari Jawa Tengah sebagai peserta KSM Nasional yang terdiri dari 11 peserta juara 1 setiap bidang lomba hasil seleksi provinsi dan 31 siswa yang masuk dalam peringkat 26 besar nasional.

Atas penetapan Komite KSM Nasional tersebut, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah mengirimkan 42 siswa-siswi terbaiknya untuk mengikuti KSM Nasional di Kota Bengkulu. Ada hal yang berbeda pada delegasi Jawa Tengah pada KSM 2018 kali ini. Dari 42 siswa yang dikirim terdapat 4 siswa dari sekolah umum (bukan

madrasah). Kenapa demikian? Karena sejak tahun 2016 penyelenggaraan KSM memang terbuka baik untuk siswa madrasah/sekolah dari tingkat MI/SD, MTs/SMP dan MA/SMA. Kebijakan ini sesuai hasil kesepakatan antara Kementerian Agama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa lomba KSM dan OSN maupun lomba-lomba lainnya yang diselenggarakan oleh kedua instansi tersebut dapat diikuti oleh siswa-siswi madrasah dan sekolah.

KSM sebagai ajang kompetisi olah pikir dan kreativitas siswa madrasah diharapkan dapat mendorong siswa madrasah selalu meningkatkan kemampuan intelektualnya berdasarkan nilai-nilai agama, sehingga pada gilirannya siswa madrasah sebagai generasi penerus bangsa ini mampu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan secara bersamaan mensinergikannya dengan Iman dan Taqwa (IMTAQ).

Berikut ini adalah nama-nama Duta Jawa Tengah (Pemenang/Juara I KSM Provinsi) pada KSM Nasional Tahun 2018: Ahmad Boutros Fathir (SD Unggulan Terpadu Bumi Kartini, Kab. Jepara), Uways Abdul Hamid (MIS Ta’mirul Islam Surakarta); Nur Na’imah Ma’ruf (MTSN 1 Surakarta); Khafidz Hidayat (MTSN 1 Kebumen); Wafaabdania Zamzami (MTSS Ma`Arif NU 1 Kebasen Kab. Banyumas); Muhammad Alfi Musyarrof (MAN 1 Grobogan); Septime Kamal Cahyaningtyas (MAN Insan Cendekia Pekalongan); Fatahillah Salsa Nur Rizqi (MAN Demak); Ahmad Riyadi (MAS Al Hikmah 2 Kab. Brebes); Muhammad Ghithrif Gustomo Putra (SMA Nasima Semarang); Achmat Alwi (MAN 1 Wonosobo).[]

Peserta KSM Provinsi Sedang Mengerjakan Soal-Soal KSM Berbasis

Komputer

Para Juara Pertama KSM Provinsi berfoto bersama Kabid Pendidikan

Madrasah

11Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

DAFTAR LENGKAP 42 SISWA KONTINGEN JAWA TENGAH

No. Nama Peserta Kompetisi Madrasah/Sekolah Kabupaten/Kota

1 Ahmad Boutros Fathir Matematika terintegrasi SD Unggulan Terpadu Bumi Kartini Kab. Jepara

2 Uways Abdul Hamid Sains IPA terintegrasi MIS Ta’mirul Islam Surakarta Kota Surakarta

3 Nur Na’imah Ma’ruf Matematika terintegrasi MTSN 1 Surakarta Kota Surakarta

4 Khafidz Hidayat IPA terpadu terintegrasi MTSN 1 Kebumen Kab. Kebumen

5 Wafaabdania Zamzami IPS terpadu terintegrasi MTSS Ma`Arif NU 1 Kebasen Kab. Banyumas

6 Muhammad Alfi Musyarrof Matematika terintegrasi MAN 1 Grobogan Kab. Grobogan

7 Septime Kamal Cahyaningtyas Biologi terintegrasi MAN Insan Cendekia Pekalongan Kota pekalongan

8 Fatahillah Salsa Nur Rizqi Fisika terintegrasi MAN Demak Kab. Demak

9 Ahmad Riyadi Kimia terintegrasi MAS Al Hikmah 2 Kab. Brebes

10 Muhammad Ghithrif Gustomo Putra Ekonomi terintegrasi SMA Nasima Kota semarang

11 Achmat Alwi Geografi terintegrasi MAN 1 Wonosobo Kab. Wonosobo

12 Reyvi Aryandra Al Firdaus Matematika terintegrasi MIS Muhammadiyah Karanganyar Kab. Karanganyar

13 Ahmad Faqih Mutawarri Matematika terintegrasi MI Matholiul Huda Kab. Demak

14 Aura Jay Rahmi Haybah Sains IPA terintegrasi SD Unggulan Terpadu Bumi Kartini Kab. Jepara

15 Febri Wijaya Sains IPA terintegrasi MI Muhammadiyah Jatikulon Kab. Kudus

16 Roadez Muqorrobin Sains IPA terintegrasi MIS Istiqomah Sambas Kab. Purbalingga

17 Nayla Tsabita Al Hanun Sains IPA terintegrasi MIS Unggulan Nurul Islam Kab. Wonogiri

19 Muhammad Aslam Kisnanuddin Sains IPA terintegrasi MIS Nahdlatusy Syubban Kab. Jepara

20 Ariij Jilaan Azzahra Sains IPA terintegrasi MI Muhammadiyah Al Tanbih Kab. Kudus

21 Daris Naufan Alfarisi Sains IPA terintegrasi MIS Tholabiyah Tegaron Kab. Semarang

22 Hasan Adit Mualim Sains IPA terintegrasi MIS Muhammadiyah Bulakan Kab. Sukoharjo

23 Laila Alfina Khasanah Matematika terintegrasi MTSS Muhammadiyah Blimbing Kab. Sukoharjo

24 Muhammad Farhan Alfa Risky Matematika terintegrasi MTS Ma`Arif NU Purworejo Kab. Purworejo

25 Sakti Cahya Buana IPA terpadu terintegrasi SMP N 1 Karanganyar Kab. Karanganyar

26 Ahmad Alfata Dzun Nuha IPA terpadu terintegrasi MTSS Tahfidz Yanbu`ul Qur`an Kab. Kudus

27 Sri Bunga Indah IPA terpadu terintegrasi MTSN 2 Grobogan Kab. Grobogan

28 Alifah Salma Khoirunnisa IPS terpadu terintegrasi MTSN 2 Tegal Kab. Tegal

29 Fandy Akbar Brilliantama IPS terpadu terintegrasi MTSN 1 Surakarta Kota surakarta

12 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

No. Nama Peserta Kompetisi Madrasah/Sekolah Kabupaten/Kota

30 Femas Arianda Rizki IPS terpadu terintegrasi MTS Negeri 1 Pati Kab. Pati

31 Salsabila Azaqi Quri Quraani IPS terpadu terintegrasi MTSN 6 Boyolali Kab. Boyolali

32 Anisa Wahyu Tri Nurwidi IPS terpadu terintegrasi MTSN 1 Sragen Kab. Sragen

33 Azka Al Azkiya Matematika terintegrasi MAN 2 Cilacap Kab. Cilacap

34 Hanifah Matematika terintegrasi MA SA Al Hikam Cendekia Kab. Wonosobo

35 Annisa Himmatul Aulia Biologi terintegrasi MAN 2 Kudus Kab. Kudus

36 Ikaf Rahman Zaenuri Biologi terintegrasi MAN 2 Kebumen Kab. Kebumen

37 Ahmad Syamsul Arifin Fisika terintegrasi MA PPKP Darul Ma’la Winong Kab. Pati

38 Rafiq Chasnan Habibi Kimia terintegrasi MA El-Bayan Majenang Kab. Cilacap

39 Mildania Ekonomi terintegrasi MAN Insan Cendekia Pekalongan Kota pekalongan

40 Ana Rodhiyatus Sholikhah Ekonomi terintegrasi MAN 2 Kebumen Kab. Kebumen

41 Nurul Puji Lestari Ekonomi terintegrasi MA Madarijul Huda Kab. Pati

42 Ayu Wulandari Geografi terintegrasi MAN Pekalongan Kab. Pekalongan

43 Tita Rohmawati Geografi terintegrasi MAN Rembang Kab. Rembang

13Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang PD. PONTREN

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan menjaga kesinambungan pendidikan warga negara Republik Indonesia serta memperkuat daya saing bangsa,

perlu memberikan afirmasi terhadap satuan pendidikan pada Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam. Dunia akademik, khususnya dalam iklim Pondok Pesantren menganggap ilmu sebagai ungkapan pemikiran dan pendalaman mengenai hal-hal terbaru dan terdepan, sumbangan bagi khazanah pengetahuan, perkembangan kemanusiaan, dan perbaikan kehidupan bangsa, yang pada hakekatnya ditujukan pada kemajuan peradaban. Oleh karenanya harus selalu dilibatkan nilai-nilai yang dipandang tinggi bagi peningkatan harkat kemanusiaan. Nilai-nilai yang dijunjung dan dipelihara

sebagaimana dimaksudkan di sini banyak yang tidak tertulis namun diajarkan dan dijaga keberadaanya untuk menunjang kehidupan akademik dan kesarjanaan (scholarship). Dalam perjalanan waktu dengan berbagai situasi dan persoalan, nilai-nilai tersebut senantiasa diusahakan pemeliharaan, penerapan, penyempurnaan, dan penerusannya. Agar usaha ini dapat dilaksanakan dengan berhasil, para pelaku atau penjaga nilai diharapkan memahami dan menghayatinya dengan sungguh-sungguh, membaca perkembangan zaman, serta mampu bersikap dan bertindak secara arif bijaksana.

Di satu sisi, Pondok Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan Keagamaan Islam telah memberikan konstribusi

AKREDITASI PENDIDIKAN KESETARAAN PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

14 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

dalam pembangunan pendidikan nasional. Dalam legitimasi tersebut, ada kondisi bahwa Pondok Pesantren masih memiliki santri yang hanya mengikuti pembelajaran kitab kuning dan tidak mengikuti pendidikan formal. Dalam pertimbangan tersebut, maka perlu diadakan penyelenggaraan pendidikan kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah, yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3543 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah.

Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah merupakan layanan pendidikan melalui jalur pendidikan non formal berdasarkan Permendikbud Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Non Formal yang di tujukan bagi peserta didik lainnya yang karena berbagai alasan tidak dapat menyelesaikan pendidikannya atau putus sekolah di tingkat SD/MI, SMP/MTs SMA/MA, yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) sebagai satuan pendidikan non formal dengan harapan peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Salafiyah tersebut memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dinyatakan dan di akui setara dengan lulusan SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK/MAK.

Dalam rangka peningkatan Akses, Mutu, Relevansi dan Daya Saing Pendidikan Keagamaan Islam sebagaimana yang tertuang dalam arah kebijakan Kementerian Agama Bidang Pendidikan 2015-2019, Badan Akreditasi Nasional PAUD dan PNF yang merupakan badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan satuan pendidikan anak usia dini dan pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan termasuk pendidikan non formal Program Kesetaraan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Salafiyah. Akreditasi Program Kesetaraan bertujuan memberikan penilaian kelayakan satuan pendidikan nonformal berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu pendidikan. Pondok Pesantren dan masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaran Program Kesetaraan dapat memahami bahwa Program Kesetaraan bukan sekadar menggali potensi keuntungan ataupun sekadar ingin mendapatkan ijazah tetapi sebagai upaya menjawab kebutuhan dan menghadapi tantangan global, mewujudkan pemerataan kesempatan belajar bagi seluruh anak bangsa khususnys santri yang mondok (belajar) di Pondok Pesantren Salafiyah serta meningkatkan efisiensi, mutu, dan daya saing pendidikan melalui penguatan Program Kesetaraan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Salafiyah. Pengelolaan manajemen Program Kesetaraan perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Akreditasi pada program Kesetaraan menjadi penting karena berkaitan dengan mutu yang disajikan. masyarakat jangan terjebak sekadar ingin mendapatkan ijazah dari Pondok Pesantren dengan mengesampingkan kualitas pendidikannya. Akreditasi juga merupakan amanah konstitusi sebagaimana dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). dengan demikian semestinya tidak ada alasan bagi Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan Program Kesetaraan untuk menghindari proses akreditasi, jika ada Pondok Pesantren tidak mau mengajukan akreditasi, maka itu bukan hanya melanggar peraturan perundang-undangan. lebih dari itu, Pondok Pesantren tersebut berarti tidak mau memberikan pertanggungjawaban dalam kaitan dengan proses penjaminan mutunya pada masyarakat.

Akreditasi dapat memastikan bahwa Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan Program Kesetaraan telah menerapkan konsep penjaminan mutu yang berkelanjutan. penjaminan mutu merupakan penetapan standar pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan sehingga masyarakat dalam hal ini santri memperoleh kepuasan sesuai kebutuhan. Kebutuhan santri akan pendidikan yang terutama adalah kebutuhan sosial dan professional hal ini menunjukkan bahwa pihak yang berkepentingan dengan mutu layanan pendidikan bukan hanya pengelola pendidikan melainkan juga Masyarakat secara keseluruhan.

Akreditasi Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah di Jawa Tengah merupakan hal yang baru, dan pada bulan September tahun ini BAN PAUD dan PNF akan melakukan visitasi di 14 Pondok Pesantren Salafiyah penyelenggara Pendidikan Kesetaraan yang berada pada Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah.

Sistem penjaminan mutu idealnya dilakukan secara berkelanjutan agar penjaminan mutu menjadi kebiasaan hingga membentuk budaya di lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah penyelenggara Pendidikan Kesetaraan. Sehingga orientasi akreditasi bukan sekedar memenuhi penilaian saat pelaksanaan akreditasi tetapi setiap Pondok Pesantren harus menyadari bahwa pada masa mendatang eksistensi Pondok Pesantren sangat bergantung pada penilaian masyarakat atau wali santri yaitu penilaian dalam layanan mutu pendidikan yang diberikan pada masyarakat. Pondok Pesantren yang tidak cerdas merespon kemauan pelanggan (wali santri) pasti akan ditinggalkan Masyarakat. jika situasi sudah demikian, maka cepat atau lambat Pondok Pesantren itu pasti akan gulung tikar. Faktor kepuasan masyarakat penting menjadi pertimbangan penanggungjawab Program Kesetaraan. Substansi pengertian mutu sesungguhnya berkaitan dengan terpenuhinya standar dan janji yang telah diutarakan pada Masyarakat. Pondok Pesantren Salafiyah penyelenggara Program Kesetaraan akan disebut bermutu jika memenuhi standar yang dijanjikan pada Masyarakat, pada konteks itulah akreditasi menjadi mekanisme yang efektif untuk menilai bahwa Pondok Pesantren Salafiyah penyelenggara Program Kesetaraan.

15Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang PAIS

Secara bertahap sejak tanggal 29 Agustus sampai dengan 28 September 2018 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, melalui

Bidang Pendidikan Agama Islam (PAIS) meluncurkan sebuah program yang sangat inovatif dan bahkan pertama di Indonesia, yaitu: Pendampingan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum 2013 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tahun 2018. Jika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui LPMP dan P4TK juga melaksanakan kegiatan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dengan model IN-ON-IN (Lesson Study), maka program yang dilaksanakan oleh Bidang PAIS mempunyai sasaran dan cakupan yang lebih komprehensip, tidak hanya sebatas kepada guru sasaran implementasi kurikulum 2013.

Sasaran program pendampingan ini tidak hanya sebatas kepada guru sasaran saja (baca: GPAI di sekolah) namun melibatkan juga para pengawas, seksi Pendidikan Agama Islam di kabupaten/kota bahkan pengurus KKG dan MGMP. Program pendampingan ini mengharuskan keterlibatan pihak-pihak tersebut dalam rangka meningkatkan kompetensi dan melengkapi data yang riil. Kompetensi Guru PAI ditandai dengan kemampuan GPAI membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat rancangan penilaian beserta instrument-nya dan mengimplementasikannya melalui pembelajaran di kelas. Selain itu, keberadaan GPAI dan pengawas di kabupaten/kota di Jawa Tengah, datanya masih sering berubah, maka dalam hal ini, pendampingan ini juga mempunyai konsen terhadap hal tersebut.

Program Pendampingan Pembelajaran dan Penilaian Kurikulum 2013 Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tahun 2018

Tim Pendampingan Kurikulum 2013, Mapel PAI dan Budi Pekerti bersama Guru PAI serta siswa SMK Negei 1 Bawang Banjarnegara.

16 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Pelaksanaan pendampingan tersebut sebagai upaya mengondisikan agar terjadi kesinambungan pemahaman dan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti di sekolah, mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kegiatan pendampingan dimaksudkan sebagai proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti yang melaksanakan Kurikulum 2013. Program ini dilakukan sebagai penguatan dalam memahami konsep Kurikulum 2013 berikut perubahannya di lapangan serta untuk membantu mengatasi berbagai kendala yang muncul pada saat pelaksanaan kurikulum PAI dan Budi Pekerti tersebut di sekolah.

Program ini secara umum bertujuan memberikan penguatan kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, agar dapat melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik, mulai dari tahapan merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pencapaian kompetensi peserta didik, dan penguatan pendidikan karakter berbasis PAI. Adapun secara khusus bagi GPAI, pendampingan tersebut bertujuan untuk: menyusun RPP; menyusun instrumen penilaian; melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, problem-based learning, project-based learning, dan discovery learning dengan integrasi penumbuhan budi pekerti; melaksanakan penilaian dan mengelola hasil penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan; menyelesaikan hambatan-hambatan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian; melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis PAI; melaksanakan program rohani islam di sekolah. melaksanakan program Baca Tulis Al-Qur’an di sekolah. Sedangkan bagi pengawas, Program Pendampingan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengawas PAI dalam hal: melakukan pengawasan dalam perencanaan pembelajaran; melakukan pengawasan dalam penilaian hasil pembelajaran; melakukan pengawasan dalam penguatan pendidikan karakter.

Hasil yang diharapkan adalah terlaksananya proses pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, yaitu:

1. Memetakan implementasi Kurikulum PAI (K-13) pada sekolah di Jawa Tengah.

2. Memberikan layanan konsultatif terhadap kendala-kendala teknis yang dihadapi guru dan pengawas PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum PAI (K-13).

Dalam rangka memantau pelaksaaan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran PAI dan Budi Pekerti Tahun 2018, Bidang Pendidikan Agama Islam Kanwil Kemenag Prov. Jateng membuat instrumen pendampingan yang terdiri dari :

a. Instrumen pendampingan untuk responden Kankemenag Kab/Kota;

(Sasaran sejumlah 1 (satu) instrumen untuk setiap Kankemenag Kab/Kota yang terkait dengan data jumlah lembaga SD, SMP, SMA dan SMK; jumlah Pengawas PAI, jumlah GPAI baik yang berstatus negeri maupun swasta)

b. Instrumen pendampingan untuk responden Pengawas PAI.(Sasaran sejumlah 1 (satu) bendel instrumen untuk Pengawas PAI dalam Implementasi Kurikulum 2013 baik yang sudah mengikuti workshop/diklat kurikulum 2013).

c. Instrumen pendampingan untuk responden Guru PAI;(Sasaran sejumlah 1 (satu) instrumen untuk Guru PAI terdiri dari: 3 (tiga) instrumen responden yaitu Telaah RPP, Lembar Observasi Pembelajaran, Kegiatan PPK, Rohis dan BTQ.

Setiap Tim Pendampingan melakukan paket perjalanan dinas selama 3 (tiga) hari dengan ketentuan:

a. Petugas pendampingan melakukan pemantauan sesuai dengan tanggal pelaksanaan yang tertera pada surat tugas;

b. Tempat tujuan pendampingan adalah pada Kantor Kementerian Agama Kab/Kota dan Sekolah Sasaran di Jawa Tengah

c. Surat Perjalanan Dinas (SPD):

1) Petugas pendampingan melakukan pemantauan sesuai dengan tanggal pelaksanaan perjalanan dinas sesuai Surat Tugas;

2) Lembar SPD dimintakan tanda tangan Pejabat yang berwenang beserta stempel dinas dari Kankemenag Kab/Kota dan Sekolah Sasaran di Jawa Tengah pelaksana Kurikulum 2013 yang dituju.

Disamping itu, dalam pelaksanaannya di lapangan setiap petugas pendampingan juga harus membawa Surat Tugas; membawa Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD); instrumen (terdiri dari 4 intrumen yaitu instrumen kankemenag kab/kota, instrumen pengawas PAI, instrumen guru PAI dan instrumen PPK, Rohis dan BTQ); dan mencatat berbagai hal yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Di setiap akhir dari kegiatan tersebut, petugas juga harus membuat laporan secara tertulis, baiak laporan kegiatan maupun laporan keuangan.

Semoga kegiatan ini menjadi model yang dapat diterapkan oleh semua Kantor Wilayah Kementerian Agama di seluruh Indonesia sehingga kualitas implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti lebih meningkat secara signifikan.

(Nur Z/dw)

17Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang PHU

Gebrakan Peningkatan Indeks Kepuasan Haji, Kemenag

Hadirkan Layanan Biometrik di Embarkasi

Pemerintah tak berhenti berinovasi memberikan pelayanan yang terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji. Kementerian Agama (Kemenag) dalam

penyelenggaraan ibadah haji ditahun ini merealisasikan sepuluh inovasi haji, salah satunya yaitu percepatan proses keimigrasian jemaah haji.

Kemenag memang mematok kenaikan target indeks kepuasan jemaah haji. Untuk tahun ini ditargetkan mencapai minimal 85 persen atau naik dari tahun lalu yang mendapat 84,85 persen. Perlu diketahui, indeks kepuasan jemaah terus meningkat setiap tahun. Tahun 2014 mencapai skor 81,52 persen; 82,67 persen (2015) dan 83,83 persen (2016).

Sejak 2016, Kemenag terus mengusahakan agar rekam biometrik yang mencakup data sidik jari dan foto wajah jemaah haji bisa dilakukan di Indonesia. Upaya tersebut dapat terealisasi ditahun ini. Jemaah haji Indonesia dapat melakukan rekam biometrik saat di embarkasi. Dengan demikian, jemaah haji tidak perlu lagi antri untuk pemeriksaan rekam biometrik setibanya di tanah suci.

Selama ini, pemeriksaan biometrik dan fingerprint jemaah haji dilakukan di bandara tujuan di Arab Saudi. Tetapi tahun 2018, ada satu rangkaian kegiatan di Embarkasi yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana proses

biometrik dan fingerprint jemaah haji ditahun ini dapat dilakukan jemaah haji saat di embarkasi

sebelum berangkat menuju bandara.

18 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Tekad pemerintah untuk memberikan pelayanan haji yang lebih baik dari tahun sebelumnya yang kemudian melahirkan opsi untuk melakukan rekam biometrik secara domestik. Meski terkesaan simple, urusannya ternyata tak sederhana. Karena semua dilakukan secara online dan terkoneksi dengan otoritas imigrasi baik di Indonesia maupun Arab Saudi.

Lalu apa sebenarnya pemeriksaan biometrik itu?

Biometrik adalah metode untuk mengenali seseorang berdasarkan ciri-ciri fisik, karakter, dan perilakunya secara otomatis. Pengenalan karakter ini dilakukan melalui retina, sidik jari, pola wajah dan sebagainya. Perekaman biometrik menyangkut identitas diri yang mencatat ciri fisik pribadi para jemaah haji. Setelah foto wajah, sidik jari, dan retina mata jemaah haji discan dengan perangkat elektronik, selanjutnya hasilnya disimpan dalam file elektronik berikut identitas resmi jemaah haji seperti nama, alamat, nomor kloter serta asal embarkasinya. Prosesnya hanya berkisar selama sekitar 5 menit untuk satu orang jemaah haji.

Proses perekaman data biometrik berlangsung cepat hanya sekitar 4 jam untuk satu kloter. Data hasil dari perekaman biometrik langsung terintegrasi dengan imigrasi Arab Saudi.

Tujuan dari pemeriksaan biometrik bagi jemaah haji siapa?

Pada tahun-tahun sebelumnya proses ini dilakukan di bandara kedatangan di Arab Saudi. Kebijakan pada tahun ini untuk pertama kalinya dilakukan di Indonesia. Perekaman biometrik itu sendiri dilakukan untuk mempermudah jemaah haji saat mendatangi tanah suci. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk memperpendek masa tunggu jemaah haji saat di bandara.

Inovasi ini akan memotong antrian dan memangkas waktu yang sangat panjang saat pemeriksaan imigrasi jemaah haji, baik di bandara Madinah maupun bandara Jeddah. Dari sebelumnya proses imigrasi di bandara saat kedatangan

di bandara Arab Saudi bisa mencapai 4-5 jam, pada tahun ini antrian jemaah haji di kedua bandara tersebut hanya berkisar 1 jam. Kegiatan ini dalam rangka percepatan proses keimigrasian data jemaah haji.

Jemaah haji pun merasa senang karena merasa perjalanannya ke tanah suci akan lebih lancar. Proses biometrik di Indonesia ternyata sederhana seperti bikin KTP, seperti sidik jari dan foto.

Proses biometrik dan finger print dilakukan diseluruh Asrama Haji Embarkasi dan Asrama Haji Antara. Sedangkan proses preclearance yang berupa verifikasi akhir dokumen dan stempel imigrasi kedatangan di Arab Saudi pada tahun iini dilakukan untuk dua bandara embarkasi haji yaitu Bandara Soekarno Hatta Cengkareng bagi jemaah haji asal Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) dan Jakarta-Bekasi (JKS) serta di Bandara Juanda Surabaya untuk jemaah haji asal Embarkasi Surabaya (SUB). Diberlakukannya uji coba di 3 embarkasi, yaitu: Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG), Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS), dan Embarkasi Surabaya (SUB, jemaah haji akan melakukan proses verifikasi akhir (preclearence) berupa perekaman satu sidik jari dan stempel paspor di Bandara Cengkareng dan Surabaya.

Untuk jemaah haji yang telah melakukan proses biometrik dan finger print, maka tidak akan mengantri terlalu lama ketika tiba di bandara Arab Sudi dan khusus jemaah haji yang telah melakukan proses preclearance asal Embarkasi Jakarta dan Surabaya akan langsung menuju bus untuk diantar ke hotel.

Pemerintah Arab Saudi sendiri tidak lepas tangan dengan proses perekaman biometrik ini. Beberapa petugas dari Arab Saudi tampak mengawasi proses perekaman biometrik para jemaah haji. Para petugas dari Arab Saudi itu harus memastikan agar semuanya berjalan sesuai prosedur hingga tak terjadi kesalahan pemasukan data berikut pengirimannya ke server keimigrasian di Arab Saudi.

(djs)

19Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang URAIS

Ulil lahir di Kendal adalah putra pertama dari pasangan KH.

Abd. Nashir dan Hajjah Azizah, dan merupakan cucu dari Ulama Kharismatik di Kota Kendal KH. Amin Dahlan (alm). Ulil menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Ketapang 2 di Kendal, SMP dan MA di Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri, kemudian melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Hukum Untag Semarang, Fakultas Syariah di SETIA Wali Sembilan Semarang, dan menyelesaikan Strata 2-nya di Fakultas Hukum Unissula Semarang.

Karier kepegawaiannya di mulai dari staf di KUA Kecamatan Pageruyung, KUA Kecamatan Brangsong, kemudian diangkat menjadi Penghulu pada tahun 2012 di KUA Kec. Kaliwungu, kemudian dipromosikan menjadi Kepala KUA Kecamatan pada tahun 2014 di KUA Kecamatan Patebon dan akhirnya dimutasi ke KUA Kecamatan Gemuh hingga sekarang.

Musabaqah Bahtsul Kutub ini adalah satu dari lima lomba yang digelar oleh Dirjen Bimas Islam Kemenag RI, di Merlyn Park dan Triniti Hotel. empat lainnya adalah Lomba Penyuluh Teladan Nasional bagi PAIF dan PAI non PNS, Lomba Karya Tulis Ilmiyah bagi para penghulu, dan Lomba KUA Kecamatan Teladan Tingkat Nasional. Dari kelima lomba ini rasanya Musabaqah Bahtsul Kutub adalah lomba dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Disamping dibutuhkan kecakapan membaca teks teks kitab klasik dengan benar, juga dituntut menguasai makna dan tafsirnya, ilmu nahwu, sharaf dan ilmu bahasa, serta menguasai kandungan bahasan yang sama pada kitab-kitab klasik lainnya, seperti kitab Madzahib al-Arba’ah, Fiqh al-Sunnah, dan Fath al-Mu’in. Nyaris seperti mengkomparasi pelbagai kitab yang ada, meskipun kitab yang dibaca hanya satu yakni Kitab Kifayatul Ahyar.

Bagi pria kelahiran 1976 ini, kebiasaan membaca kitab klasik ini tidaklah asing baginya. Selain sehari hari membantu sebagai pengasuh dan atau ustadz di Pesantren Ar-Ribatul Islami (ARIS) Kaliwungu, tugas tugas pokok di Kantor Urusan Kecamatan menuntut untuk tidak henti hentinya mempertajam pengetahuan agama serta menggali khazanah

klasik islam melalui kitab kitab fiqh klasik dan kontemporar, dalam rangka menjawab persoalan persoalan keagamaan yang berkembang di masyarakat.

Ulil bukanlah orang pertama peserta dari Provinsi Jawa Tengah yang mengikuti event lomba membaca/membahas kitab klasik, tapi dialah yang pertama meraih gelar terbaik ke-II dua kali pada tahun yang berbeda. Sebelumnya beberapa peserta serupa gagal meraih kejuaraan.

Bagi Ulil, sebagai penghulu harus memahami dan menguasai berbagai kitab berbahasa Arab untuk menunjang kompetensi dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan di bidang kepenghuluan, Demikian statemen Ulil setelah namanya disebut oleh Panitia sebagai Juara ke-II Tingkat Nasional.

Kepala Bidang Urais dan Binsyar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Drs. H. Muh. Arifin, MPdI, yang selalu memberi dorongan dan doa bagi Ulil pada saat tampil mengikuti musabaqah, memberikan apresiasi atas prestasi yang diraih oleh Penghulu Muda yang memiliki prinsip hidup, jujur, amanah, disiplin, bekerja keras dan berintegritas dalam bekerja ini.

Suami dari Hj. Khodijah dan bapak dari anak semata wayang Nukta Mazaya Nafisah ini sesungguhnya berniat ingin memperbaiki prestasi yang diraih lima tahun lalu sebagai Juara II Tingkat Nasional, akan tetapi juri --yang salah satunya KH. Abdul Moqsith Ghozali—menetapkannya sebagai Juara II lagi, Peserta Jawa Tengah ini nilainya terpaut sedikit dengan peserta dari Provinsi Sulawesi Tengah yang dinobatkan sebagai Juara I.

Dengan raihan Prestasi ini, mudah mudahan dapat menginspirasi dan mendorong para penghulu di Jawa Tengah semakin terlecut semangatnya untuk memperdalam dan menggali kitab kitab klasik, dan mengasah kembali kemampuan membaca dan membedah kitab berbahasa arab lainnya. Semoga

(Khotibul Umam)Bidang Urais dan Pembinaan Syariah

Mengenal lebih dekatMuhammad Ulil Abshor,Juara II Musabaqah Bahtsul Kutub Tingkat Nasional 2018

Adalah Muhammad Ulil Abshor Penghulu Muda dari KUA Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal, tempo hari (tanggal 12 Agustus 2018) berhasil menorehkan prestasi sebagai Juara II Musabaqah Bahtsul Kutub Tingkat Nasional yang

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI di Hotel Merlyn Park Jakarta. Pria yang saat ini berusia 42 tahun ini sudah dua kali ini menyebet gelar terbaik di event yang sama tingkat Nasional. Tahun 2013 juara Nasional ke-2, tahun ini juga dengan peringkat yang sama.

20 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bidang PENAIS ZAWA

Wilayah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, kembali diguncang rentetan gempa, Minggu (19/8/2018). Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi

Kementerian ESDM mencatat ada enam kali gempa. Dalam siaran pers yang disampaikan, Senin (20/8/2018), gempa pertama terjadi pukul 11.06 WIB dengan kekuatan magnitudo 5,4 pada kedalaman 10 kilometer, berjarak 25 kilometer arah timur laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa kedua berlangsung 4 menit kemudian atau pukul 11.10 WIB dengan kekuatan gempa mencapai 6 magnitudo pada kedalaman 10 kilometer, berjarak 32 kilometer arah timur laut Lombok Timur. Kemudian, gempa ketiga terjadi pukul 21.56 WIB dengan kedalaman 10 kilometer berkekuatan 7 magnitudo.

Hanya berselang beberapa menit, gempa kembali terjadi pukul 22.16 WIB dengan kedalaman 10 kilometer berkekuatan magnitudo 5,6. Disusul gempa kelima pada pukul 22.28 WIB dengan kedalaman 10 km berkekuatan magnitudo 5,8. Gempa keenam berkekuatan magnitudo 5,0 dengan kedalaman 10 kilometer terjadi pukul 23.25 WIB.

Kepala Bidang Gempa Bumi dan Tusnami Badan Geologi Kementrian ESDM Sri Hidayati mengatakan, gempa itu disebabkan sumber gempa bumi berasosiasi dengan zona penyesaran naik busur belakang (Flores back-arc Thrust) yang berarah relatif barat-timur. Dia menambahkan, seluruh pusat gempa berada di darat. Sebagian besar daerah tersebut, menurut Sri, tersusun oleh batuan sedimen dan batuan metamorf berumur pratersier hingga tersier, batuan gunung api berumur tersier hingga kuarter, dan aluvium berumur resen. “Daerah yang tersusun oleh batuan yang telah tersesarkan dan terlapukkan dan daerah aluvium sangat rentan terhadap goncangan gempa bumi karena bersifat urai, lepas, dan belum terkonsolidasi sehingga akan memperkuat efek getaran gempa,” ucapnya. Masyarakat pun diimbau tetap waspada, mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat dan tak terpancing oleh isu tak bertanggung jawab.

“Masyarakat diharapkan tetap berada di tempat terbuka dan menghindari bangunan karena akibat guncangan gempa bumi sebelumnya sehingga bangunan rawan roboh. Waspadai retakan pada permukaan bumi dan longsoran,” ujarnya. Keprihatinan rakyat Indonesia dengan kejadian gempa yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat semakin besar. Ramai-ramai mengumpulkan donasi untuk para korban gempa tersebut.

Tidak hanya warga Indonesia di tanah air saja yang memberikan donasi itu. Seluruh jemaah haji yang saat ini berada di Tanah Suci pun tak ketinggalan menyumbangkan donasinya.

Konsultan ibadah Sektor 7 Daker Makkah Samudi Abdul Gani mengakui pengumpulan donasi dari jemaah haji ini melalui ceramah subuh yang ia lakukan. Mengambil judul materi “Mengukur Kesalehan Para Calon Jemaah Haji Dalam Berinfak dan Berbagi Suka Kepada Saudara-Saudara yang Terkena Musibah”. Dirinya mengetuk jemaah haji untuk menggalang dana yang akan disitribusikan ke korban gempa di Lombok.

Sementara itu, Kepala Daerah Kerja Makkah Endang Jumali meminta kepada jemaah haji untuk memberikan kepeduliannya yang ada disektor masing-masing untuk mengumpulkan dana peduli gempa Lombok.

“Sejak hari kemarin sudah ada laporan beberapa sektor mengumpulkan bantuan. Alhamdulillah dana kepedulian ini diserahkan ke posko peduli gempa di Kemenag pusat,” kata Endang.

“Salah satu sektor sudah terkumpul 40 juta dan 2.275 riyal. Insya Allah akan terus bertambah. Rencana akan kami laporkan ke pimpinan. Daker juga akan mengumpulkan,” sambungnya.

Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah telah mengeluarkan surat edaran untuk melakukan penggalangan dana korban bencana alam gempa bumi di Lombok NTB. Hal tersebut telah diinstruksikan oleh Kakanwil Kemenag Jateng Farhani kepada semua ASN, baik di satuan tugas, satuan kerja, dan KUA Kecamatan di Jawa Tengah.

“Setelah kami dengar kabar bencana di Lombok, NTB, segera kami instruksikan petugas untuk mengumpulkan donasi bagi korban bencana tersebut dan mendoakan masyarakat Lombok NTB agar segera pulih dari keterpurukan akibat bencana gempa bumi,” kata Farhani.

(Yusuf Muhammad Penaiszawa)

Kementerian AgamaPeduli Korban Gempa Bumi di Lombok

21Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bimas KATOLIK

politik. Semua disatukan oleh pengalamanan menderita dalam kolonialisme dan harapan untuk merdeka. Peringatan Kemerdekaan Indonesia menjadi pengingat akan perjuangan para pahlawan demi memerdekaan Indonesia dari pejajah.

Kekuatan kebhinekaan itu bisa dilihat pada awal abad ke-20. Soempah Pemoeda 1928 adalah contoh konkret peristiwa bersatunya seluruh pemuda Indonesia untuk melawan penjajah. Dalam pergerakan itu seluruh pemuda Indonesia terlibat tanpa melihat agama, suku, budaya, etnis, dan tingkat pendidikan, semua bersatu untuk melawan penjajahan. Kekuatan kebhinekaan itu sungguh diuji ketika masa itu. Dan pada akhirnya semua ujian itu bisa menghasilkan kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

Peristiwa itu membuat Indonesia semakin kuat. “Kita tidak cukup hanya mengatakan ‘bhineka tunggal ika’: bermacam-macam tetapi tetap satu. Syukur kalau dengan lengkap diungkapkan ‘bhineka tunggal ika tan hana dharma

mangrwa’ yang berarti tidak ada kebenaran yang mendua. Kebenaran itu satu. Dan yang

satu itu adalah Indonesia!” kata Romo Edy Purwanto dalam

perayaan Ekaristi peringatan Kemerdekaan Indonesia di Gereja Katedral Semarang.

“Kebhinekaan Indonesia adalah sebuah fakta sosial, fakta budaya, fakta antrophologis, yang tidak bisa dipungkiri oleh

siapapun” kata Romo Edy dalam homilinya.

Untuk merawat kebhinekaan Indonesia banyak hal yang bisa dilakukan. Salah

satunya budaya srawung yang menjadi budaya masyarakat jawa dan banyak suku bangsa Indonesia lainya. Kata srawung memiliki kekuatan magis, kekuatan itu adalah kekuatan menggerakkan. Kata srawung memiliki arti hadir, merangkul sebagai saudara. Dalam kesrawungan tersebut terjadi dialog dan menerima perbedaan. “Maka dengan srawung kita bisa masuk untuk mewujudkan perdapan kasih yang terus dihidupi dan dilakukan bagi seluruh umat Katolik Keuskupan Agung Semarang maupun seluruh warga masyarakat , ingat! 100% Katolik 100% Indonesia dan 100% Pancasilais” kata Romo Edy di akhir homilinya.

Dengan semangat Kemerdekaan Indonesia yang ke 73 kita wujudkan kehidupan yang bermartabat dan harmonis bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan mengedepankan hidup srawung untuk menjaga kebhinekaan Indonesia.

(Ivo Hardita, S.Ag)

MERAWATKEMERDEKAANDENGANSEMANGATBHINEKATUNGGALIKA

“Kamu dipanggil untuk kemerdekaan, maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih”, demikian refrein mazmur tanggapan perayaan ekaristi tanggal 17 Agustus 2018. Penggalan kalimat refrein tersebut menjadi refrein rutin dalam setiap perayaan ekaristi memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahunnya refrein tersebut dinyannyikan sebagai pengingat bahwa sebagai umat kita wajib menghormati keberadaan Negara Indonesia.

Kebhinekaan menjadi fondasi sangat penting bagi negara Indonesia. Baik dalam hal suku, agama, etnis, pendidikan, kelas sosial, budaya, maupun

22 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bimas HINDU

Pemberdayaan ekonomi adalah upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi untuk meningkatkan produktivitas umat sehingga, baik sumber daya manusia

maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan umat, dapat ditingkatkan produktivitasnya. Melihat potensi tersebut pemerintah melalui Bimbingan Umat Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia

mengembangkan program untuk memberdayakan kelompok-kelompok usaha yang ada di umat Hindu agar mampu meningkatkan potensi yang dimiliki.

Peran Kelompok PemberdayaanDalam Pengembangan Ekonomi Keumatan

Pembimas Hindu Serahkan Dana Bergulir Kelompok Pemberdayaan Ekonomi Umat.

23Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Upaya pemberdayaan ekonomi Umat tidak terlepas dari perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan Umat. Terkait dengan pemberdayaan

Umat dalam memperluas kesempatan kerja, maka dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pengembangan UMKM terutama Usaha Kecil Menengah (UKM), memiliki potensi yang strategis dalam rangka pemberdayaan Umat, mengingat pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang dijalankan oleh UKM mampu memberikan nilai tambah bagi Umat, yaitu tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan.

Pada program pemberdayaan yang mulai di tuangkan dalam DIPA Bimas Hindu tahun 2014. Bimas Hindu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Jawa Tengah memberikan bantuan kepada dua kelompok pemberdayaan di Jawa Tengah yaitu Ngudi Laras di Kabupaten Klaten dan KPUH Margahayu di Kabupaten Karanganyar dan hingga saat ini di Jawa Tengah telah ada dua puluh lima kelompok pemberdayaan dengan berbagai bentuk usaha sesuai potensi di daerah.

Dari kelompok pemberdayaan ini telah mampu mengembangkan ekonomi keumatan, rata-rata telah mampu mengembangkan dengan memberikan dana bergulir kepada anggota kelompok maupun mengembangkan usaha kelompok tersebut. Ini adalah sebuah keberhasilan program yang dilaksankan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama sehingga umat Hindu dapat meningkatkan ekonomi.

Hasil nyata dengan perkembangan ekonomi kelompok pemberdayaan adalah dengan dana bergulir yang diberikan oleh kelompok Usaha Mandiri Kabupaten Karanganyar, yaitu memberikan dana bergulir kepada enam anggota kelompok yang diserahkan langsung oleh Pembimas Hindu Jawa Tengah hari Sabtu 11 Agustus 2018 di Gedung Mandir Ngargoyoso. Dalam penyerahan dana bergulir tersebut Pembimas Hindu menyampaikan

apresiasi dengan kerja keras kelompok sehingga mampu mengembangkan usaha dan menyisihkan dari hasil usaha untuk diberikan kepada anggota kelompok untuk menjadi modal usaha baru. Lebih lanjut Pembimas Hindu menyampaikan bahwa Dana bergulir adalah salah satu bentuk intervensi pemerintah di bidang ekonomi dalam rangka meningkatkan keadilan. Merupakan perwujudan fungsi distribusi, yang menyeimbangkan fungsi efisiensi dan fungsi keadilan, maka sangat penting sekali untuk diperhatikan bagi pemberi dan penerima dana tersebut.

Dengan kelompok pemberdayaan ini diharapakan mampu memberikan stimulus untuk umat dalam mengembangkan potensi yang ada di daerah. Sampai saat ini kelompok pemberdayaan di lingkungan Bimas Hindu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah telah mengalami peningkatan dengan usaha yang dimiliki yaitu dengan hasil nyata dengan dapat membantu kegiatan keagamaan, membantu kegiatan lembaga daerah dan pengembangan usaha bergulir maupun dana bergulir yang diberikan kepada anggota kelompok pemberdayaan.

Pemberdayaan ekonomi adalah prioritas dalam usaha mengembangkan ekonomi keumatan, ini sejalan dengan misi kementerian agama keempat “Meningkatkan pemanfaata dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan” yaitu dengan peningkatan ekonomi keumatan akan membawa kesejahteraan umat, dengan demikian maka kegiatan keagamaan yang dilaksankan akan menjadi lebih baik. Sejalan dengan misi agama tersebut Bimas Hindu menjabarkan dengan untuk peningkatan pelayanan keumatan dengan yang dituangkan dalam misi Bimas Hindu “Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan Beragama”. Tujuan dari misi ini adalah agar dalam pelaksanaan kegiatan kegamaan dapat berjalan dengan baik karena ekonomi yang mapan akan mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan kegamaan Hindu.

(Wahonogol)

24 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bimas BUDDHA

Dalam menjalani kehidupan didunia ini pasti setiap orang mendambakan kebahagiaan. Dimanapun orang berada, dengan kondisi apapun orang merencanakan dan

melakukan pekerjaan atau aktifitas untuk meraih kebahagiaan. Tidak ada satu orang pun didunia ini yang mampu bertahan lama dalam ketidak bahagiaanya.

Orang selalu berusaha dengan berbagai cara untuk mewujudkan bahagia seperti yang di idam-idamkan. Tidak terbatas meski dengan kondisi kaya maupun miskin setiap orang merencanakan kebahagiaannya masing-masing, dan menempatkan kebahagiaan tersebut sebagai tujuan hidupnya.

Berbicara tentang kebahagiaan hidup, tidak sedikit orang yang mengharap kebahagiaannya pada pihak lain, seperti mengharapkan keluarga atau teman memberikan perhatian pada saat mengenang momen istimewa dengan berbagai

ucapan selamat maupun ungkapan dalam bentuk lain, maupun mengharapkan pertolongan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun posisi tertentu. Sebaliknya pada saat mereka mendapatkan kegagalan, tak jarang dari mereka kemudian mempermasalahkan bahwa kegagalan yang menyebabkan ketidak bahagiaan mereka karena orang lain.

Dalam ajaran agama Buddha kebahagiaan yang merupakan tujuan hidup manusia dikenali ke dalam dua unsur yaitu kebahagiaan lahir (rupa) dan kebahagiaan batin (nama), yang keduanya saling berkaitan. Kebahagiaan ini dapat dicapai pada saat seseorang mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Bila hanya memiliki kesejahteraan lahir saja, misalnya memiliki kekayaan tetapi tidak ada ketentraman dan kedamaian batin, tentu tidak akan tercipta kebahagiaan. Demikian juga kebahagiaan batin tidak akan terwujud apabila belum terpenuhinya kesejahteraan lahiriah.

Kebahagiaan yang Sejati“Orang seharusnya lebih dulu melaksanakan apa yang benar, lalu mengajarkannya

kepada yang lain, orang yang bijaksana seharusnya tidak menimbulkan celaan” (Dhammapada;158).

25Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Kebahagiaan dan kesejahteraan dapat dicapai melalui praktik Dharma (ajaran kebenaran Buddha). Melalui praktik Dharma yang baik menuntun seseorang pada pencapaian kebahagiaan duniawi (lokuttara) dan tercapainya kebahagiaan tertinggi (Nibbana/Nirvana). Walaupun ajaran Buddha menuntun seseorang untuk mencapai kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana/Nirvana, namun karena tidak semua manusia dapat mencapainya dalam kehidupan sekarang ini, maka Buddha menerangkan jalan mencapai kebahagiaan duniawi.

Dalam uraian ini disajikan tentang kebahagiaan duniawi yang terdiri dari empat macam kebahagiaan. Didalam kitab Anguttara Nikaya dikatakan bahwa ada empat kebahagiaan yang dapat dicapai, yaitu:

1. Atthisukha yaitu kebahagiaan karena memiliki kekayaan/ harta benda. Dengan memiliki kekayaan, maka kita dapat terhindar dari munculnya pikiran atau perbuataan yang tidak baik, seperti penipuan, pencurian, perampokan, dan lain-lain. Kita terhindar dari perasaan cemas dan gelisah dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hendaknya kekayaan yang kita perolah adalah melalui usaha dan cara yang benar, bukan dari menipu, korupsi, main judi, mencuri, merampok atau dari hasil memeras. Karena harta yang diperoleh dengan cara demikian tidak akan memberikan kebahagiaan melainkan menjadi gelisah, tegang, cemas dan takut akan akibat dari perbuatan buruk tersebut.

2. Bhogasukha yaitu kebahagiaan karena dapat menikmati kekayaan yang dimiliki. Apabila seseorang memiliki kekayaan, namun tidak dapat menikmati kekayaan itu, maka ia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan. Misalnya karena sakit sehingga makananya harus diatur dan dibatasi, atau karena pelit sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dilakukan dengan terbatas.

3. Ananasukha yaitu kebahagiaan karena tidak mempunyai hutang. Pada umumnya orang ingin kaya, atau setidaknya ingin terlihat sebagai orang kaya. Mereka berpikir apabila memiliki rumah mewah, mobil mewah, berpakaian yang harganya mahal, perhiasasan yang mencolok, makan selalu dirumah makan terkenal, orang akan menilai bahwa kita kaya. Jika keinginannya begitu besar namun kemampuan pas-pasan dan memaksakan diri untuk memenuhi keinginan tersebut, kemungkinan terbesarnya akan dilakukan dengan cara berhutang.

4. Anavajjasukha yaitu kebahagiaan karena tidak tercela. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu kita hidup dalam kumpulan orang-orang, dimana terdapat norma-norma dan batasan-batasan mengenai perbuatan seseorang yang ada dilingkungannya. Bila seseorang berperilaku tidak sesuai aturan, norma atau batasan yang berlaku dimasyarakat tersebut, maka ia akan mendapat celaan dan tidak dihormati dalam lingkungan masyarakatnya.

Cara untuk memperolah kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Rajin dan bersemangat bekerja mencari nafkah (utthanasampada), memiliki pengetahuan luas, memiliki keterampilan, bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan pekerjaan tercela.

2. Penuh kehati-hatian (arakkhasampada), menjaga dengan hati-hati kekayaan apapun yang telah diperoleh dengan rajin dan semangat, tidak membiarkankannya mudah hilang atau dicuri, terbakar atau terbawa banjir yang akan melenyapkan kekayaannya.

3. Memiliki teman-teman yang baik (kalyanamittata) tidak bergaul dengan orang-orang dungu, bergaul dengan orang-orang bijaksana.

4. Menempuh cara hidup yang sesuai dengan penghasilan (samajivita). Tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros. Pengeluaran tidak melebihi pemasukan, sehingga seseorang harus mengatur pemasukan dan pengeluaran yang mengarah pada kondisi yang seimbang.

5. Merasa puas dengan apa yang telah diperolah (santutthi), kita harus merasa puas dengan keadaan yang sekarang kita miliki dari hasil kerja yang sesuai Dharma, kurangi keinginan-keinginan yang tidak baik.

6. Melatih kedermawanan dengan cara berdana, peduli kepada pihak lain yang menderita, dan membutuhkan pertolongan akan membuat hidup kita berguna bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga berguna bagi sesama.

7. Memiliki moral yang baik dengan cara menjaga sila (hidup sesuai aturan).

8. Memiliki kebijaksanaan yaitu dengan cara latihan meditasi.(sumber www. Dhammacakka.org)

Kesimpulan dari uraian diatas adalah bahwa kebahagiaan hidup sebenarnya dapat kita capai bila kebutuhan lahiriah terpenuhi, dan mudah puas dengan apa yang dimiliki. Peran batin dalam memahami hakekat kesejahteraan ini yang sangat penting. Hanya orang-orang yang mampu memiliki batin yang sederhana yang mudah mendapatkan kepuasan batin, dan mudah merasakan bahagia.

Faktor sikap berkecukupan dalam batin menjadi penentu bagi diperolehnya kebahagiaan hidup, karena dengan dimilikinya kecukupan dan kesederhanaan batin, meski kondisi lahiriahnya penuh dengan kekurangan tetapi orang-orang yang seperti ini akan mudah mendapatkan kebahagiaan. Mari kita melatih batin untuk memiliki kesederhanaan dengan membatasi keinginan dan selalu enjoy menerima segala kondisi yang ada, dengan menjadikan batin kita yang sederhana dan mudah merasa puas maka kebahagiaan sejati dapat dicapai.(Siswanta).

26 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Bimas KONGHUCHU

Bila kita ingin memahami inti ajaran Agama Khonghucu, maka kita harus memahami terlebih dahulu Ru Jiao (Agama RU) yang telah ada semenjak 5000 tahun

sebelum masehi. Berakar dari Ru Jiao inilah Nabi Kongzi mempelajari dan mengembangkan ajaran yang luhur dan mulia itu sesuai dengan wahyu yang di terima nya, sehingga menjadi Nabi yang terbesar, tersempurna diantara semua Nabi dan kemudian sebagai penghormatan atas pencapaiannya itu dikemudian hari, diberi nama agama Khonghucu sesuai dengan nama Kongzi.

Ru Jiao sendiri secara umum di terjemahkan sebagai agama bagi orang yang lembut hati, dan

“TerciptanyaDamai

di DuniaMelalui

Kebersamaan Agung

Sesuai CitaNabi Kongzi”

27Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

agama yang membuat umatnya menjadi terpelajar. Kearifan dan keagungan ajaran Kongzi telah mendarah daging serta mewarnai dan sangat mempengaruhi kultur budaya orang Tionghwa. Ajaran Khonghucu penuh dengan kelembutan, dan mengajarkan kepada setiap pemeluknya, untuk hidup menempuh jalan suci dengan berpedoman pada merawat watak sejati, sebagai karunia dan firman Tian serta menjadi amanah bagi kodrat hidup insani.

Dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, umat Khonghucu wajib senantiasa mendasarkan perilakunya kepada empat benih watak sejati anugerah Tuhan yang diberikanNYA sebagai kodrat insani, sehingga menempatkan manusia adalah ciptaaan yang paling sempurna. Ke empat benih inilah yang kemudian disebut dengan Watak Sejati (Xing) ini ialah cinta kasih (Ren), kebenaran (Yi), kesusilaan (Li) dan kebijaksanaan (Zhi).

Diamanatkan bagi manusia untuk hidup selaras dengan Xing sebagai proses menempuh jalan suci dalam kehidupanya melalui bimbingan agama, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhong Yong bab Utama pasal pertama, tersurat demikian ; Firman THIAN (Tuhan Yang Maha Esa) itulah dinamai Watak Sejati. Hidup mengikuti Watak Sejati itulah dinamai menempuh Jalan Suci. Bimbingan menempuh Jalan Suci itulah dinamai Agama.

Lebih lanjut agama Khonghucu mengajarkan pada umatnya agar dapat mencapai keharmonisan dalam kehidupannya. Dalam Kitab Zhong Yong Bab Utama Pasal ke empat, diajarkan bahwa “...Tengah itulah pokok besar daripada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh Jalan Suci di dunia” ayat ini menegaskan bahwa Kenharmonisan adalah cara untuk menempuh jalan suci dalam kehidupan di dunia. Keharmonisan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri, darinyalah akan tercipta kesejahteraan langit dan bumi, serta terpeliharanya semua makhluk dan benda. Hal ini dapat kita

lihat pada kitab Zhong Yong Bab Utama Ayat ke lima, yang tertulis “Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap makhluk dan benda akan terpelihara”

Berpegang pada kewajiban menjaga keharmonisan bagi umat Khonghucu dalam menempuh jalan suci dalam hidupnya, maka upaya mencapai keharmonisan senantiasa diupayakan secara aktif berpedoman pada sabda dan ajaran mulia Nabi Kongzi antara lain sebagaimana dijelaskan di bawah ini.

1. Umat agama Khonghucu wajib ber toleransi kepada pemeluk agama lain, tidak mendebat dan memperbincangkan keyakinan dan kepercayaan yang dianut oleh agama lain, serta menghormati segala bentuk tata ibadah masing masing agama. Hal ini dapat kita lihat

pada Kitab Lun Yu XV : 40, yang tertulis demikian Nabi bersabda “Kalau berlainan Jalan Suci, tidak usah saling berdebat.” Berpegang pada ayat inilah umat Khonghucu menjadi umat yang memupuk toleransi terhadap ajaran agama lain dan tidak pernah mempertentangkan perbedaan yang ada.

2. Mengembangkan persaudaraan atas dasar nilai nilai kemanusiaan seluas luasnya tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan. Menempatkan semua orang pada posisi yang sama tinggi dalam menjalin persaudaraan. Hal ini dilaksanakan sebagaimana terdapat dalam kitab Lun Yu jilid XII pasal yang ke 5 ayat ke 2 “.....Di empat penjuru lautan, semuanya adalah saudara”

3. Dalam hidup sesuai dengan perilaku Junzi, perilaku seorang

susilawan dan terpelajar, umat Khonghucu bepegang pada pedoman menuntut diri sendiri, bukan menuntut pada orang lain. Keras terhadap diri sendiri, dan menata hati pada orang lain. “...Maka seorang Junzi lebih dahulu menuntut diri sendiri, barukemudian mengharap dari orang lain...” Da Xue bab IX pasal 4. Dimaksudkan

”Karena itu dari Raja sampai rakyat

jelata mempuyai satu kewajiban yang sama, yaitu mengutamakan

pembinaan diri sebagai pokok”

-- Da Xue Bab Utama : 6. --

28 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

bahwa umat Khonghucu selalu melakukan instropeksi ke dalam diri, berkaca pada diri sendiri. Bila ada orang yang bijaksana, santun dalam berperilaku maka kita harus berusaha mencontoh menyamainya, bila melihat orang yang tidak bijaksana, kasar perangainya, suka menang sendiri atau sikap keburukan lain dalam perilakunya maka umat Khonghucu wajib menilik ke dalam diri dengan pertanyaan adakah sifat sifat seperti itu di dalam diriku? Bila ada, maka berusaha memperbaikinya.

Kehidupan harmonis harus diupayakan secara aktif dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga terlebih dahulu, meningkat menjadi lingkungan masyarakat di sekitar kita tinggal, berkembang menjadi kehidupan berbangsa dan bernegara serta berbangsa, serta akhirnya terciptalah damai di dunia. Inilah cita cita luhur dan sumbangsih ajaran Kongzi bagi peradaban manusia. Kondisi damai dunia yang dicitakan Nabi, disebut dengan Kebersamaan Agug (Da Tong), sebagaimana tertuang dalam kitab Li Jing pada Li Ji VII bab Li Yun 1.1, yang di tandai dengan :

1. Terpilihnya pemimpin yang bijak dan mampu memimpin, kata katanya dapat dipercaya dan apa yang dikerjakan olehnya membawa kemaslahatan bagi semuanya.

2. Masyarakat menghormati para tetua seperti menghormati orang tua nya sendiri, menghormati setiap petuah dan nasehat yang diberikan dengan penuh kebijaksanaan.

3. Anak anak sebagai generasi penerus terlindungi dengan penuh cinta kasih, orang tua tidak hanya menyayangi anaknya sendiri saja, tetapi menyayangi setiap anak sebagaimana menyayangi anak kandung sendiri

4. Menyiapkan bagi yang tua , tentram melewati hari tua sampai akhir hayatnya

5. Para muda dalam kondisi sehat jasmani dan rohani serta mendapatkan kesempatan untuk berkarya besar yang mendatangkan pahala baginya, serta mampu menjadi contoh suri tauladan yang baik dalam mengasuh generasi berikutnya.

6. Para janda, duda, anak yatim piatu, dan yang sakit, semuanya mendapatkan perawatan dan perlakuan yang baik dari masyarakat.

7. Para pria mendapatkan pekerjaan yang tepat sesuai, para wanita mendapatkan jodoh sesuai idaman yang dapat mengayomi dan membawa ketentraman dalam hidup.

8. Barang barang berharga tidak dibiarkan di tanah, tapi juga tidak untuk disimpan hanya bagi diri sendiri.

9. Segenap kemampuan dan potensi yang ada dikembangkan seluas luasnya demi kepentingan bersama. Tidak untuk kepentingan pribadi semata.

10. Perampok, pencuri, pengacau dan penghianat dapat dihentikan perbuatannya, maka keamanan dan ketertiban tercipta dengan baik.

Tanpa pembinaan diri yang baik, maka ajaran agama hanya akan menjadi perbincangan kebaikan tanpa bukti nyata pelaksanaanya.Umat Khonghucu mendambakan tercapainya keharmonisan sebagai sarana menempuh jalan suci dalam kehidupannya, maka umat Khonghucu wajib secara aktif turut mengupayakannya dimulai dari lingkungan terkecilnya yaitu keluarga.

(Js. Budi Suniarto SE, MBA)

29Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Dinamika DAERAH

dalam Gema Takbir Idhul Adha 1439 Hijriyah kali ini dilaksanakan dalam suasana kebangsaan yang sangat kuat, karena berdekatan dengan peringatan, Hari Ulang Tahun ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesi.

“Sehingga Melalui Takbir, Tahlil dan Tahmid yang dikumandangkan kita agungkan Asma Allah SWT dan sekaligus berdoa, memohon ampun atas segala kesalahan, dan semoga kita sekalian senantiasa diberi bimbingan, dan petunjuk dalam melaksanakan tugas ke depan sebagai bangsa yang berdaulat, semoga kegiatan syi’ar tersebut mampu meningkatkan syiar, ukhuwah serta utamanya meningkatkan iman dan taqwa masyarakat kota gaplek,” jelas Hidayat.

Penilaiannya setiap group harus mampu memenuhi meliputi makhorojul huruf, kefasihan dalam melantunkan takbir, garap aransemen, kreativitas, kualitas nada irama instrumen iringan, kekompakan, dan penampilan.

Hasil Festival Gema Takbir Hari Raya Idul Adha 1439 H sebagai berikut Kategori Umum Juara 1 Mandraguna (Wonogiri) dengan nilai 1165, Juara 2 Al Muhtadin (Nambangan/Selogiri) dengan nilai 1164, Juara 3 Al-Iman (Ngadirojo) dengan nilai 1137, Juara Harapan I Ponpes (Las Bumi Kismantoro). Kategori Pelajar Juara 1 (SMK Pancasila 1) dengan nilai 1183, Juara 2 (SMA N 2 Wonogiri) dengan nilai 1167, Juara 3 (SMK Sultan Agung Tirtomoyo) dengan nilai 1127, Juara Harapan I (SMK N 2 Wonogiri).

(Mursyid_Heri)

Wonogiri - Untuk meningkatkan syiar dakwah dan ukhuwah islamiyah, Pemerintah Kabupaten Wonogiri kembali menggelar Festival Gema Takbir

dalam rangka memeriahkan Hari Raya Idul Adha 1439 H pada Selasa (21/8). Festival yang digelar di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri diikuti oleh 22 peserta terbagi dalam kategori umum dan pelajar.

Ketua Panitia Penyelenggara Festival Gema Takbiryang juga Sekda Wonogiri, Suharno mengatakan bahwa tujuan dan maksud kegiatan ini adalah sebagai upaya syiar dan dakwah dalam meningkatkan ukuwah islamiyah serta melestarikan dan meningkatakan nilai silaturahmi antar sesama umat manusia, sekaligus memeriahkan HUT RI serta menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha 1439 H.

“Untuk para juara festival akan diberikan hadiah berupa trofi Bupati Wonogiri dan uang pembinaan dengan total Rp. 14 juta,” tambahnya.

Sedangkan Kasi Bimas Islam Kankemenag Wonogiri, Hidayat Masykur menanggapi kegiatan Festival Gema Takbir menyampaikan bahwa Lomba Gema Takbir yang terangkum

Tingkatkan Syi’ardan Ukhuwah, Wonogiri Menggelar Festival Gema Takbir

Kab. Wonogiri

30 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Dinamika DAERAH

Karanganyar - Penyuluh Agama Islam pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karanganyar mengadakan kegiatan menyembelih qurban di

desa Wonoleren Wonokeling Kec. Jatiyoso berupa satu ekor sapi dan satu ekor kambing, Kamis (23/8). Kegiatan ini telah dilakukan oleh para Penyuluh setiap tahunnya dengan tempat berbeda. Selain dihadiri para Penyuluh Agama Islam PNS se Kabupaten Karanganyar juga dihadiri Kepala Kemenag Karanganyar Musta’in Ahmad, Penyuluh Agama Islam Non PNS Kec. Jatiyoso dan masyarakat sekitar.

Dalam laporannya, Ketua Pokjaluh Ummu Hani Maryam mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai awalan masyarakat di desa Wonoleren Wonokeling Jatiyoso.

“Setelah adanya para penyuluh mengadakan kegiatan penyembelihan qurban ini masyarakat Wonoleren akhirnya tergerak hatinya juga berqurban, satu ekor sapi dan satu kambing dengan adanya pancingan para penyuluh agama islam berhasil membuka hati masyarakat Wonoleren Wonokeling,” kata Ummu.

Karena ibadah kurban selain bermakna bagi orang yang berkurban untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga berimplikasi positif terhadap lingkungan sekitarnya. Ibadah kurban itu sebenarnya mengandung makna bahwa orang kaya diperintahkan untuk selalu memikirkan orang-orang yang membutuhkan.

Sementara itu, Kepala Kankemenag yang memberikan sambutan dalam kegiatan tersebut pertama-tama menjelaskan tentang bidang tugas yang diemban oleh Kementerian Agama. menurutnya, masyarakat tahunya kalau Kemenag itu KUA, padahal di Kemenag meliputi Pendidikan Agama (RA,MI) dan Urusan Agama tugas dari para penyuluh agama dibantu oleh penyuluh agama Non PNS.

Selanjutnya Musta’in Ahmad menjelaskan bahwa berkurban dapat pelajaran yang diambil antara lain adalah dalam kehidupan individu semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu yaitu spiritualitas.

“Sebenarnya umat islam diajari bahwa dalam hidup ini semuanya tidak bisa diukur sekedar materi atau dihitung dengan uang. Padahal uang bukanlah segala-galanya, karena ada yang lebih dari itu yaitu spiritualitas dibalik ibadah kurban. Dengan semangat berkurban, semangat untuk berjuang, semangat untuk melakukan sesuatu pekerjaan tidak sekedar mencari harta benda belaka atau mencari keuntungan duniawiyah semata,” jelasnya.

Inilah refleksi dan semangat orang yang melakukan ibadah berkurban. Dia rela mengeluarkan harta benda berupa hewan ternak yang memenuhi syarat untuk disembelih sebagai kurban semata-mata untuk pengabdian kepada Allah SWT,” tambahnya diakhir sambutan. (ida-hd)

Penyuluh Agama Islam PeloporiSembelih Qurban di Pelosok Desa

Kab. Karanganyar

31Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia telah usai menyelesaikan rangkaian ibadah haji bermula wajib, sunnah, dan rukunnya. Jamaah haji dari Indonesia juga

mulai meninggalkan Tanah Suci sejak Senin (27/8) lalu. Tumpah ruah kebahagiaan sudah berhaji dan ruh keikhlasan kesemuaan dalam menjalaninya. Sebagai sesama anak bangsa teriring doa semoga yang beribadah beroleh nikmat penuh, berangkat - balik utuh dengan harap membawa pulang kemabruran personal, komunal, dan nasional. Berasa khusus karena penyelenggaraan puncak ibadah hajinya hanya selang beberapa hari dari perayaan kemerdekaan di tanah air.

Haji adalah ibadah yang dilaksanakan dalam rentang waktu yang terbatas. Khusus ibadah haji dilaksanakan dalam jangka setahun sekali, yaitu Dzulhijjah. Yang untuk bisa melaksanakannya saja per tahun ini rata-rata menunggu waktu tunggu 20–21 tahun kedepannya. Hasil penantian panjang berhasil memenuhi undangan sang Khalik di hati setiap insan yang mempunyai keyakinan Islam. Banyak ibrah dan hikmah yang bisa dipetik dari perjalanan suci jamaah haji ini.

Sebagaiana QS A-Baqarah ayat 197 disebutkan bahwa modal utama berhaji adalah takwa. Nilai-nilai takwa dapat diberdayakan sebagai sebuah dasar kemanusiaan yang menyatukan berbagai warna kulit dan keturunan dalam kesatuan umat (ummatan wahidatan). Karakteristik yang sangat objektif baik dalam hubungan antar bangsa, ras, suku maupun antar individu hanyalah takwa. Karakteristik ini menjadikan para hujjaj - alumnus haji - berubah menjadi individu yang lebih dinamis, sebab terdorong oleh tumbuh dan tambahnya ragam aktivitas dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khairat). Bila kelelahan meraih cita-cita takwa dari para individu haji ini biasa dilaksanakan secara konsisten dalam keseharian. Harapan muncul banyak agen revolusi mental pro-positif di masyarakat yang mulia membudaya dalam tradisi positif.

Mengenang haji dan para pelakunya, akan memunculkan kekaguman luar biasa anak generasi hari ini kepada para pejuang kemerdekaan nasionalnya. Para hujjaj di zaman perjuangan revolusi telah banyak mengilhami titik api kemerdekaan para pemuda, pejuang, dan rakyat Indonesia dalam sepenuh peranan utamanya. Mengingat sosok HOS

Artikel

SELAMATDATANGHAJI PEJUANG

Muslikun, SE, M.Si, Ak, CA.

Alumnus Haji 2013,Akuntan Holistik dan Pengurus DMI Kab. Wonosobo

Oleh : Muslikun

32 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Cokroaminoto, telah menginspirasi pemuda Soekarno, Semaun, Kartosuwiryo, dll. Menyebut nama KH Hasyim Asy’ari, telah melahirkan banyak tokoh santri pejuang se-Nusantara. Figur KH. Ahmad Dahlan telah merubah warna layanan sosial pendidikan-kesehatan, wujud nyata antisipasi zendingisasi dan keterbelakangan. Diplomat pejuang seulung Haji Agus Salim, tokoh serba bisa KH Fakhruddin, ulama yang sastrawan filsuf dan politisi sekaliber HAMKA, dan para hujjaj nasional pendiri bangsa yang lain baik ternama maupun tidak, telah memberi bukti telaah ajaran Islam dengan berbuat utama sampai berbuah kemerdekaan.

Wajar bila dalam pembukaan konstitusi 1945 dinyatakan “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa..” dengan jelas sebagai wujud kesyukuran bangsa Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa nikmat kemerdekaan adalah hanya dari-Nya dan upaya nyata segenap anak bangsa. Tersirat ada persamaan dasar dalam konkretisasi ibadah haji dengan kemerdekaan berupa spirit positif kemerdekaan. .

Serangkaian ibadah haji merupakan simbol yang terbentuk dari berbagai aktivitas. Simbol penyerahan total manusia kepada Allah. Di sinipun ditemukan simbol kemerdekaan. Kemerdekaan yang berupa kebebasan dalam berpikir, beraktivitas, berkomunitas dan berintegritas yang bertanggung jawab tanpa terlalu memedulikan figuritas dan popularitas. Menjadi manusia merdeka yang sebenarnya. Pantang menjadi budaknya sendiri - hawa nafsu - dan orang lain bernama kepentingan. Sebab hakekat haji adalah pembebasan dari penjajahan material dan pemasungan spiritual. Semata pasrah menyerah tanpa reserve hanyalah kepada-Nya.

Setiap tahun rata-rata aset sumber daya manusia – para hujjaj – Indonesia tercatat dua ratusan ribu dari berbagai ras, suku bangsa, wilayah dan multiprofesi. Setelah berhaji semestinya mampu menjadi eksponen kebaikan dalam rekonstruksi prinsip persatuan umat dan persatuan Indonesia di segala bidang. Catatan di lapangan pun membuktikan bahwa jutaan hujjaj Indonesia adalah pemegang posisi

penting di masyarakatnya. Mereka berbuat untuk pribadi, keluarga, dan lingkungannya sebagai profesional muslim positif dipentas lokal, regional, nasional dan global. Mereka mempunyai kesetiaan ideal dan peran fenomenalnya sebagai pejuang perubahan (agent of change).

Di usia 73 kemerdekaan yang baru saja, para hujjaj semestinya bisa mengerakkan gelombang perubahan positif dan buah yang kongkrit. Penulis menyaksikan banyak dari hujjaj yang telah berperan aktif di tiapan level masyarakat sebagai pemegang peran perubah kelas menengah di tengah era perubahan. Revolusi mental spiritual yang dicanangkan pun akan mudah diimplementasikan di wilayah privat dan publik. Walau ujungnya kembali kepada individunya, maka di peran sosial kekinian sangat disayangkan bila kesempatan baik para hujjaj ini tidak digunakan sebagai media berjuang. Bila di masa pergerakan kemerdekaan, dalam situasi penetrasi kolonial saja para pendahulu mampu menjadi ikon pengerak perubahan dan pendukung nyata perjuangan nasional hingga berhasil merdeka. Semestinya di alam merdeka semuanya bisa lebih berbenah dan berbuah.

Pembenahan internal dan perubahan integral adalah hasil kongkrit kemabruran haji dalam bingkai spiritual positif kemerdekaan. Kewajiban warga negara tanpa memandang perbedaan suku, ras, golongan, dan bahkan agama (pemahaman keimanan) untuk menyadari bahwa NKRI harus bertahan terus (going concern) di tengah gelombang perubahan disrubsi global. Modal dasar ini ideal diperankan oleh para hujjaj disesuaikan dengan potensi, kompetensi, dan wilayah aktivasinya dengan tetap memperhatikan tahapan-tahapan perubahan sosial yang berkembang. Kemabruran spriritual dan sosial para hujajj bila mampu dikelola dengan optimal akan menghasilkan perubahan perbaikan terukur sosial dan nasional. Dokumen sejarah telah dicontohkan oleh para bapak pendiri bangsa. Kemabruran haji secara sosial sangat dibutuhkan untuk menstimulus semangat baru mengisi kemerdekaan nasional. Kobarkan selalu semangat perjuangan dan perubahan. Selamat Datang Haji Pejuang!.

33Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Artikel

ISLAM DAN LINGKUNGAN

Islam adalah agama Rahmatalil ‘alamin. Oleh karenanya, dalam Islam, binatang dan tumbuh-tumbuhan mempunyai hak untuk hidup secara layak dan aman. Lebih Jelas lagi Islam adalah agama yang ramah terhadap lingkungan sehingga termasuk dalam iman yang benar adalah seorang muslim yang menyingkirkan batu di tengah jalan demi keselamatan pengguna jalan (HR Bukhari). Dalam banyak ayat ataupun Hadits, kita bisa temukan bagaimana Islam memandang lingkungan. Tumbuhan-tumbuhan dan buah-buahan diciptakan oleh Allah lewat proses alamiah dan ilmiah untuk manusia dimana manusia diharapkan bisa menambah iman dan takwa (Q.S.6:99, 13:4, 16:10-11). Tumbuh-tumbuhan diciptakan untuk manusia dan sebagian binatang temak yang pemanfaatannya kembali pada manusia (Q.S.80:24-32). Namun satu hal yang sangat penting, pandangan Islam tentang lingkungan selalu diikuti dengan pernyataan bahwa semua harus dalam rangka ibadah.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah. Untuk memaksimalkan peran khalifah tersebut Allah menyediakan fasilitas akal untuk mengelola alam dengan satu tugas utama memakmurkannya.(Q.S.9:18). Bila demikian halnya, maka tidak dibenarkan ada eksploitasi terhadap sumber daya alam dan tidak diperbolehkan ada pengrusakan. Begitu pentingnya pengelolaan alam secara proporsional, banyak sekali contoh penghargaan terhadap pelaku-pelaku pelestarian alami. Diantaranya seorang pelacur yang masuk syurga karena menyelamatkan anjing dari kematian dengan cara memberinya minum disaat kehausan. Atau sebaliknya, seperti yang dicontohkan budayawan Emha Ainun Najib dalam Slilit Sang Kiai (1996), seorang kiai gagal masuk syurga karena berlaku zalim pada tanaman tetangganya.

SEBUAH IRONI

Namun pada kenyataannya justru di negara-negara yang mayoritas muslim banyak sekali penyimpangan dan tindak pidana terhadap lingkungan. Justru di negara negara non-muslim, keperdulian terhadap lingkungan sangat tinggi. Penelitian-penelitian terhadap kehidupan satwa menjadi agenda rutin yang mendapat dukungan otoritas resmi. Secara normatif, Al-Qur’an menyebutkan adanya potensi manusia untuk menyimpang, yaitu pada saat Tuhan menyerahkan pengelolaan alam semesta pada manusia. Tapi hal tersebut bukan alasan pembenaran perilaku menyimpang terhadap lingkungan. Indonesia adalah contoh sempurna, Negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia yang menempati peringkat kedua kekayaan hayati dan oleh Mittermeier dkk (1997) digolongkan sebagai Negara Megadiversity Country, namun yang kita saksikan bencana demi bencana seperti tsunami, longsor, gempa, kebakaran hutan, lumpur Lapindo dan yang terhangat banjir yang melanda beberapa wilayah. Ironisnya lagi, penanganan terhadap korban bencana juga masih jauh dari standar memuaskan. Bencana-bencana yang terjadi hampir semuanya berkaitan dengan pengelolaan alam yang menyimpang, Hal ini dikarenakan manusia menjadikan alam sebagai mesin produksi yang secara ekonomis harus dimanfaatkan secara maksimal. Tapi ada satu hal yang terlewatkan, mereka melakukannya secara berlebihan.

Dalam perspektif Islam, menurut Yusuf Qardlawi (1994) bencana alam terjadi memiliki tiga arti:

Pertama,sebagai cobaan. Dalam hal ini seorang yang menjalankan fungsi khalifah dengan baik; menghormati hak-hak lingkungan, tapi ia masih kesulitan mendapatkan hasil maksimal. Contoh, paceklik berkepanjangan yang menimpa umat Islam pada masa pemerintahan khalifah Umar.

Islamdan Pelestarian Lingkungan

Oleh : Akrom Jangka Daosat

Masalah lingkungan kian terasa menjadi persoalan krusial dalam pembangunan dan kemanusiaan . Dunia kini tengah menghadapi ancaman mengerikan dalam kelestarian fungsi dan tatatan lingkungan, serta menurunnya kualitas lingkungan dan ekosistem global. Bukti adanya bencana-

bencana seperti Tsunami, Gempa, Longsor, Luapan Lumpur dan tentu saja banjir yang melanda beberapa wilayah seolah menegaskan bencana belum mau pergi dari negeri kita tercinta ini juga semakin menguatkan ada yang salah pada pengelolaan alam ini. Lalu bagaimana kita mensikapi kondisi tersebut dan kontribusi apa yang bisa diberikan oleh Islam dalam menghadapi krisis ini? Tulisan ini mencoba mencari jalan keluar yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan.

34 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Kedua, sebagai peringatan dari Tuhan agar manusia tidak sewenang-wenang terhadap alam baik sesama manusia, terhadap binatang maupun terhadap lingkungan. Contohnya apa yang terjadi pada kaum Ad dan Fir’aun (Q.S.89:6-14).

Ketiga, sebagai hukuman Tuhan terhadap manusia karena bertindak zalim terhadap alam (Q.S.30:41). Kerusakan-keru1akan yang diakibatkan oleh manusia bisa berupa penggundulan hutan, pencemaran lingkungan dll (Q.S.23:59-64).

SEBUAH JALAN KELUAR

Ayat-ayat Alquran sebetulnya menyimpan berbagai dimensi makna.· Ia mengandung dimensi edukatif, preventif dan prediktif bahkan solusi aktif. Kaitannya dengan kerusakan lingkungan, Islam mengakui ada potensi menyimpang pada manusia (Innahu kaana dloluman jahula) dalam pengelolaan alam. Namun sebetulnya pernyataan tersebut adalah tindakan preventif yang bisa dilakukan agar bencana bisa dihindarkan. Islam memiliki daya prediksi bahwa bila tindakan penyimpangan tersebut dilakukan akan berakibat pada bencana (Q.S.30:41). Maka yang perlu dilakukan adalah membenahi konsep penafsiran dalam Alquran. Betul kata Alquran, seluruh yang ada di langit dan di bumi untuk manusia (Q.S.2:29 ). Namun pernyataan tersebut bukan pembenaran terhadap sikap Anthroposentris bahwa manusia memiliki wewenang penuh terhadap alam. Sebagai contoh, Islam mengharuskan penyembelihan dengan cara yang tidak menyakitkan, pedang harus tajam, dan harus terhormat, didahului dengan berdoa. Manusia adalah makhluk lemah, kata Alquran, meski diciptakan dalam bentuk yang paling baik (Q.S.95:4), namun manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan. Untuk mempermudah manusia dalam menjalankan tugasnya, Allah memberi alam sebagai amanat. Jelas sekali disini, Tuhan memperlakukan alam bukan semata-mata sebagai bahan komersial. Melainkan sebagai partner yang menuntut adanya net working sehingga harus ada aturan bersama dengan lingkungan (Universe social system) yang memperlakukan alam juga sebagai subyek. Dengan segala keterbatasanya, manusia membutuhkan binatang sebagai fungsi transportasi dan konsumsi, tumbuhan sebagai konsumsi dan nilai-

nilai seni (Q.S.16:5-11). Maka harus ada keseimbangan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan binatang dan manusia dengan tumbuhan. Ayat-ayat Tuhan tentang alam, sebenarnya mengajarkan kita untuk memperlakukan lingkungan secara seimbang. Ekosistem yang permanen akan menjaga pelestarian alam yang nantinya berkaitan dengan keberlangsungan hidup manusia. Anthroposentris bisa dibenarkan bila dijalankan dalam koridor pertanggungjawaban kepada Tuhan. Contoh kecil, manusia menebang pohon sehingga gundul. Dengan sendirinya satwa akan punah. Burung-burung yang selama ini membantu manusia memakan ulat di ladang menjadi hilang dan manusia sendiri yang repot. Bila’ dengan alasan produksi yang ekonomis karena manusia harus berkompetisi alam haTus dieksploitasi, maka produksi harus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia baik secara material maupun moral. Secara material berarti harus ada upaya pelestarian dan secara moral berarti ia bertanggung jawab atas taklif syariat saat berhadapan dengan Tuhan di kehidupan nanti. Kalau tujuan tersebut menjadi acuan, maka ada dua implikasi penting:

1. Produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai moral dilarang karena taklif syariat harus dipatuhi.

2. Aspek produk harus dikaitkan dengan proses produksi, maksudnya harus ada nilai-nilai keadilan terhadap keberlangsungan hidup lingkungan.

Kalau hal ini bisa dilakukan, penebangan hutan dalam Islam diperbolehkan asal dilakukan penghijauan. Bila manusia mampu memperlakukan alam dengan baik maka alampun melakukan hal serupa karena secara alamiah yang merupakan sunatulloh. lingkungan hidup sebagai suatu sistem yang komplek diciptakan berdasarkan asas keseimbangan. Bila hal ini dilakukan, lingkungan hidup secara menyeluruh akan menjaga keseimbangan (ekosistem) untuk mencapai pelestarian yang panjang dan dalam Islam, hal ini sudah diajarkan.

(Akrom Jangka Daosat)ASN Kankemenag Kab. Brebes, Sekretaris MUI dan FKUB,

dan Anggota Dewan Riset Daerah.

35Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Artikel

Dewasa ini budaya-budaya di negeri kita ini semakin tergeser dengan adanya kebiasaan budaya-budaya dari luar. Bahkan sampai mereka tidak sadar akan

budayanya sendiri, alhasil budaya di negeri kita ini hampir saja musnah. Apalagi di kalangan kita sendiri siswa-siswi (pelajar) masa kini. Kita lebih cenderung bergaya ala kebarat-baratan yang sekarang ini lagi ngehits-ngehitsnya. Paling pol ada sebagian siswa yang hanya mentok ikut-ikutan bergaya seperti kelompoknya agar terlihat lebih gaul dan mengikuti zaman. Jika demikian, Apakah kesadaran sudah ada pada diri kita? Entahlah.

Sadar merupakan sebuah aktivitas di mana seseorang melakukan sesuatu dengan dibarengi pemikiran akal sehat yang diterimanya. Salah satu contoh ketika di sekolah, kita akan dapat pengajaran dari seorang guru. Benar atau tidak penjelasan guru akan kita pahami ketika siswa itu serius mendengarkan. Begitupun dengan perkembangan kebudayaan yang pesat ini. Kita harus paham betul asal budaya tersebut, dampak yang akan dibawa, serta apakah dapat berterima oleh pemikiran masyarakat kita atau tidak. Jika kita sadar pastilah dapat mengetahui sikap apa yang harus dilakukan. Bukankah itu merupakan hakikat sadar yang sesungguhnya.

Selain itu, fenomena sekarang mereka malah cenderung membiasakan diri bermain gadged dan Android. Mereka pun kadang lupa dengan budayanya sendiri dan asal mula budaya yang telah dijalankan nenek moyangnya dulu. Seperti dolanan-dolanan jawa yang akan lebih mencerdaskan dan menciptakan kerukunan generasi bangsa. Yang mereka tahu hanyalah sekedar memakai baju adat daerah dan tembang-

tembang daerah, tapi mereka tidak tahu makna filosofis dan asal mula budaya tersebut.

Mereka menilai budaya seperti itu sudah kuno dan tidak zaman lagi untuk diikuti dan dipelajari. Di lain sisi, banyak orang asing atau turis dari luar yang rela datang ke Indonesia hanya sekadar untuk melihat dan mempelajari budaya kita. Terbalik bukan? Seharusnya kita sebagai siswa itu sadar akan budaya Indonesia yang kaya. Kita mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mempelajari budaya-budaya yang dimiliki Indonesia. Agar budaya yang ada dapat tetap terjaga agar tidak diambil oleh bangsa lain.

Persoalan yang harus segera diselesaikan adalah sekarang ini seakan-akan para siswa zaman now sudah terhipnotis dengan arus budaya digital zaman sekarang. Dan sudah tidak ada kesadaran lagi untuk berbudaya. Kita perlu ingat bahwa menjaga sama dengan cinta. Menjaga apa yang dimiliki bangsa Indonesia sama artinya cinta terhadap tanah air. Sebagai seorang santri pun harus paham bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Kita harus sadar itu, serta tidak usah malu memperkenalkan budaya kita kepada bangsa lain. Jangan kita nilai arti budaya itu dari kunonya, melainkan jadikanlah budaya sebagai suatu keistimewaan yang sudah kita miliki. Semakin banyak pemuda yang gemar mempelajari budaya maka akan semakin berkembang budaya yang kita miliki.

Maka dari itu, agar Indonesia tetap terjaga keistimewaannya. Jagalah budaya kita bersama. Karena suatu kebudayaan itu sangat mahal harganya. Budaya adalah simbol dan ciri khas dari negeri itu sendiri.

(Athi’)

Kesadaran Budaya Siswa Kini

36 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Artikel

MENGGAPAI ASAPENDIDIKAN BERKUALITASOleh: R. Antono, S.Pd., M.Pd.I

Dunia pendidikan adalah penentu kemajuan suatu bangsa. Kunci untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing

dengan negara lain. Jika kita menilai seekor ikan dari kemampuannya terbang, berlari dan memanjat pohon, maka itu akan membuatnya merasa bodoh seumur hidupnya. Kita sering tidak menyadari, berapa banyak nasib murid-murid yang senasib dengan ikan tersebut, berkutat di kelas tanpa menemukan bakat mereka. Berfikir bahwa mereka bodoh. Percaya bahwa mereka tidak berguna. Matematika memang penting, tapi tidak lebih penting dari seni atau tari. Berikan kesempatan yang sama untuk setiap bakat, mungkin

ini terdengar seperti mimpi, tapi negara seperti Singapura melakukan hal impresif, mereka punya jam

sekolah lebih pendek, para guru dibayar dengan layak, tidak ada PR dan mereka lebih fokus pada kolaborasi dibandingkan kompetisi, tapi disinilah anak-anak melakukan lompatan besar menuju

sistem pendidikan berkualitas.

Lihatlah setiap ilmuan akan mengatakan padamu, bahwa tidak ada dua otak yang sama. Dan setiap orang

tua dengan dua atau lebih anak akan membenarkannya. Jika dokter menulis resep obat sama kepada setiap pasiennya, hasilnya pasti tragis. Begitu banyak orang justru akan sakit. Begitu pula halnya dalam dunia pendidikan, ketika satu orang guru berdiri di depan 20 anak, setiap anak mempunyai kekuatan yang berbeda, kebutuhan yang berbeda, bakat berbeda, mimpi berbeda, dan guru mengajarkan hal yang sama dengan cara yang sama. Ini sungguh menakutkan. Dan inilah salah satu bentuk malpraktik pendidikan.

Model pembelajaran kelas yang kita gunakan saat ini, masih lebih cenderung merupakan model kelas yang telah kita gunakan 150 tahun lalu. Secara harfiah, lebih dari satu

37Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

abad tidak ada yang berubah, tapi sekolah mengklaim dirinya telah mempersiapkan masa depan. Namun sesungguhnya sekolah kita masih sebatas melatih orang untuk bekerja di pabrik-pabrik, ini menjelaskan mengapa sekolah mengatur murid-murid pada barisan lurus, baik dan apik, menyuruh murid untuk tenang, angkat tangan jika ingin bicara, memberi mereka waktu istirahat pendek untuk makan dan untuk 8 jam sehari mengatur apa yang harus mereka pikirkan. Dan membuat murid berkompetisi mendapat nilai A. Sebuah huruf yang menentukan kualitas produk saja.

Dunia berkembang, dan sekarang kita butuh orang yang berfikir kreatif, inovatif, kritis, merdeka dengan kemampuan untuk terhubung. Guru mempunyai peranan paling penting dalam hal ini, dan kini mereka pun telah dibayar dengan layak, namun tetap mengherankan karena masih begitu banyak murid tetap saja tidak mengalami perubahan. Mari kita jujur, sudahkah para guru dapat menyentuh hati setiap murid, sehingga memungkinkan murid mampu menjalani hidup sejati. Pendidikan dan pembelajaran ilmu pengetahuan sebagai proses seharusnya mampu memberikan pesan bermakna yang selalu mengisi batin dan nalar pembelajarnya. Tetapi karena proses ini diabaikan, akhirnya para siswa hanya terjebak dalam aksi contek mencontek, menjiplak dan membeli kunci jawaban. Di sini bukan bermaksud untuk menyalahkan guru, karena guru bukanlah masalahnya. Guru bekerja dalam sistem tanpa banyak pilihan atau hak. Kurikulum dibuat oleh pembuat kebijakan yang kebanyakan tidak pernah mengajar sehari pun dalam hidup mereka. Hanya terosebsi dengan tes terstandar. Mereka pikir melingkari sebuah pilihan pada tes pilihan ganda akan menentukan kesuksesan ? Itu nampak aneh bukan? Kenyataannya tes itu terlalu mentah digunakan dan harusnya diabaikan. Menurut Frederik J Kelly, jika terus melanjutkan cara ini, hasilnya akan mematikan. Kebijakan itu sebenarnya telah mematikan kematangan dan pendewasaan sebagai guru yang berproses. Akibatnya, banyak guru yang berspekulasi, karena takut nasib dan citra sekolahnya buruk di mata masyarakat, mau tidak mau, spekulasi nilai dengan memberi contekan dilakukan. Secara tegas, kita dapat mengatakan bahwa ini adalah pertanda

matinya dunia pendidikan. Ironisnya pemerintah sendiri yang menjadi algojonya. Inilah yang menurut Paul Ricouer (1986) dalam konteks ini yang menjadikan UN sebagai penyembunyian realitas dari kenyataan yang sebenarnya.

Ada benarnya St. Sularto dalam buku Proses Pelapukan: Tantangan Indonesia Merdeka (2006) yang menulis bahwa perjalanan praksis 60 tahun Indonesia merdeka, dalam catatan ini terbatas pada pendidikan dasar dan menengah, sebenarnya jalan di tempat. Selama ini pendidikan nasional

hanya mampu melahirkan murid-murid yang hanya pandai menjawab soal-soal semata, namun

lebih dari itu siswa tidak peka dan tidak memiliki kemampuan menjawab

lembar realitas di lapangan kenyataan. Padahal, setiap

tahun, lahir 2,5 juta angkatan kerja baru,

dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 4 persen, berarti hanya 1,6 juta dari angkatan kerja tersebut yang dapat menjamah lapangan kerja. Bagaimana dengan sisanya kalau bukan

menjadi penganggur terdidik. Hal ini bisa

terjadi karena memang selama ini kita bersekolah

yang dikejar hanya sekadar lulus dan itu diamini setiap

tahunnya, tanpa reaksi keras atau perlawanan dari guru sendiri. UN

selama ini memasung guru sebagai sosok yang terkesan hanya mengurusi pensiasatan soal-

soal daripada proses dalam membangun pembelajaran yang bermakna dan memanusiakan. Timbullah mekanisasi sehingga siswa itu tak ubahnya seperti mesin-mesin yang hanya mampu menjawab soal-soal belaka. Singkatnya, UN hanya mengukur hasil bukan proses. Yang terjadi kemudian, siswa di-drill sedemikian rupa agar mendapat nilai yang tinggi. Sementara itu, sekolah melupakan tanggung jawabnya untuk mengasosiasikan keilmuan siswa dengan kenyataan hidup yang semakin sulit. Dapatkah sekolah menjawabnya tanpa guru sebagai agennya?

Tidak ada solusi tunggal, tapi mari kita bergerak. Karena meski para murid hanya 20% dari populasi kita, tapi mereka adalah 100% masa depan kita. Jadi mari kita hadir di mimpi mereka dan tidak mendikte apa yang bisa kita capai.

R. Antono, S.Pd.,M.Pd.IStaf di Seksi Penyelenggara Syariah Kankemenag Kab. Pekalongan

38 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Artikel

Dunia sekarang dikuasai oleh teknologi informasi. Siapa yang menguasai teknologi, ia menggenggam dunia. Sebaliknya, siapa yang gagap teknologi, ia akan

menjadi pecundang. Menguasai teknologi dalam pengertian menciptakan teknologi (innovator) atau memanfaatkan teknologi untuk meraih kesuksesan. Gagap teknologi dalam pengertian tidak mampu mengenal teknologi atau memanfaatkannya untuk hal-hal negatif yang menjurus kepada kehancuran. Anthony Giddens, seorang futurolog dan sosiolog sudah memprediksi perubahan dunia yang terjadi. Ia mengumpamakan perubahan dunia seperti kuda yang lari tunggang langgang dengan cepat, tidak bisa dihentikan. Perubahan dunia menurut Anthony Giddens melalui dua tahap. Tahap pertama, adalah perubahan dari era agraris menjadi era industri. Tahap kedua, dari era industri menjadi era informasi. Arvan Pradiansyah menambahkan, dari era informasi menjadi era pengetahuan (Arvan Pradiansyah, 2010).

Generasi zaman now yang lebih familiar dengan sebutan generasi milineal adalah generasi yang melek teknologi informasi, namun mereka belum mempunyai pedoman dalam pemanfaatan teknologi, sehingga teknologi bisa menjerumuskannya kepada hal-hal negatif yang menghancurkan masa depan. Budaya instan, tanpa berpikir akibat, dan cenderung hedonistik, menjadikan generasi milineal menjadi obyek pasar yang dieksploitasi oleh kaum kapital dalam melakukan ekspansi ekonominya tanpa memikirkan moralitas, keilmuan, dan prestasi generasi masa depan. Inilah yang harus diwaspadai generasi milineal sebagai generasi masa depan bangsa yang diharapkan mampu menjadi pemimpin perubahan

di masa mendatang dengan prestasi yang melegenda. Kembali kepada ajaran Islam adalah solusi terbaik supaya generasi milenial bisa memanfaatkan teknologi informasi yang membawa kesuksesan. Bahkan di era sekarang ini, dibutuhkan generasi milenial yang siap menjadi cyber army (tentara siber) yang mewarnai media sosial dengan tulisan-tulisan ilmiah yang sesuai dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nadhiyyah (Aswaja NU).

PANDANGAN ISLAM

Islam adalah agama yang mengatur seluruh perilaku manusia, baik hal-hal yang berhubungan Sang Khaliq (huquuqulllah) atau berhubungan dengan sesama manusia

(huquuqunnas). Dalam hubungan dengan Sang Khaliq, Islam memberikan batasan-batasan yang detail dan pasti, sehingga manusia

tinggal melakukan dan tidak diperbolehkan m e n g u b a h n y a . Sedangkan dalam

hubungan dengan sesama manusia,

Islam hanya memberikan kaidah-kaidah umum dan prinsip-prinsip dasar yang membuat manusia mampu

beradaptasi dan beraktualisasi di tengah dinamika zaman yang terus berubah tanpa henti

dengan berpijak kepada kemaslahatan tanpa menabrak hukum spesifik

yang ditetapkan agama (Abdul Wahab Khallaf, 2004).

Kata kunci dalam berinteraksi dengan sesama manusia adalah kemaslahatan. Jika interaksi tersebut membawa kemaslahatan, maka boleh dan dianjurkan dilakukan. Namun sebaliknya, jika interaksi tersebut membawa kerusakan, maka wajib dihindari atau dijauhi karena akan menjerumuskan dan menghancurkan masa depan dunia-akhirat.

MEDIA SOSIAL: DAKWAH ATAU BENCANA ?

Refleksi Untuk Generasi MilenialOleh: Jamal Ma’mur Asmani

39Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Dalam konteks penggunaan media sosial, kemaslahatan dapat dilihat dari content (isi/pesan) yang disampaikan. Jika content tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan berisi dakwah Islam, maka hukumnya boleh dan dianjurkan. Namun, jika content nya bertentangan dengan ajaran Islam, maka hukumnya dilarang dan harus dijauhi. Berbagi ilmu, pengalaman hidup yang baik, menceritakan kisah ulama yang saleh, mensyiarkan tempat ibadah, dan mempromosikan lembaga pendidikan adalah salah satu content yang positif yang sangat dianjurkan. Membully, menyebarkan hoax, dan hal-hal yang berbau pornografi adalah content yang negatif yang harus dijauhi.

Media sosial di era sekarang hampir menjadi kebutuhan primer setiap orang, khususnya generasi milineal. Face book, twitter, dan lain-lain menjadi menu harian generasi muda. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang keranjingan dengan media sosial ini sehingga mempengaruh karakter, kepribadian, dan moralitasnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah memfosting foto dan tulisan. Tulisan adalah salah satu media komunikasi, selain lisan, yang harus dijaga (Sullamut Taufiq).

HINDARI PORNOGRAFI DAN TUTUP AURAT

Zina adalah haram. Segala hal yang mendekati kepada zina juga diharamkan. Memfosting foto-foto vulgar, baik foto sendiri atau orang lain adalah hal-hal yang membangkitkan syahwat dan mendekati perzinaan. Hal ini diharamkan karena berakibat pada perzinaan dan hal-hal yang mendekati yang sifatnya massif (melibatkan banyak orang). Syekh Ali As-Shabuni dalam Tafsir Ayatil Ahkam dan Syekh Yusuf al-Qaradlawi dalam kitab Al-Halal wa al-Haram fi Al-Islam menjelaskan hal ini. Menurut para ulama, melihat lawan jenis melalui cermin (kaca) tidak dilarang jika tidak menimbulkan fitnah dan syahwat. Fitnah adalah zina dan segala hal yang mendekatinya. Hal ini ditegaskan dalam kitab Is’adur Rafiq.

Perempuan dan laki-laki ketika memfosting foto disyaratkan menutup aurat, karena media sosial adalah media publik yang bisa dilihat oleh siapapun sehingga sangat mudah menimbulkan fitnah dan syahwat yang dilarang agama. Hal ini ditegaskan dalam banyak kitab para ulama. Masalah aurat menurut mazhab para ulama ada banyak pendapat. Yang paling populer yang telah saya sampaikan dari madzhab kita (Syafi’iyyah) adalah aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, begitu juga amat (budak perempuan), sedangkan aurat perempuan merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Semua pendapat ini juga disampaikan oleh Imam Malik dan satu kelompok ulama. Hal ini diriwayatkan dari Imam Ahmad. Imam Abu Hanifah berkata, aurat laki-laki adalah dari lutut sampai pusar dan pusat tidak termasuk aurat. Imam Mawardi dan Imam Mutawalli menceritakan dari Imam Abi Bakar bin Abdurrahman at-Tabi’i, bahwa seluruh badan perempuan adalah aurat.

HAJAT SYARA’ DIPERBOLEHKAN

Perkembangan zaman berjalan dengan cepat. Pergaulan laki-laki dan perempuan berlangsung secara terbuka. Tidak ada demarkasi (pemisah) antara laki-laki dan perempuan era sekarang. Maka, yang dibutuhkan pedoman agama yang menyelamatkan laki-laki dan perempuan dari bahaya zina dan pendahuluan-pendahuluannya. Dalam agama, melihat perempuan diperbolehkan jika ada hajat syar’iyyah (kebutuhan yang diperbolehkan syara’), seperti khitbah (nontoni), bisnis, mengajar dan pengobatan (medis). Dalam kitab Hasyiyah Bajuri dijelaskan, jika ada kebutuhan menikah, maka boleh melihat wajah dan kedua tangan, jika untuk kebutuhan pengobatan, maka boleh melihat seluruh tempat yang dibutuhkan dengan didampingi suami atau mahramnya, dan jika untuk kebutuhan bersaksi dan bisnis, maka boleh melihat wajahnya saja (Al-Bajuri, juz 2). Termasuk dalam hajat syariyyah ini adalah kebutuhan mengajar yang diperbolehkan melihat lawan jenis (As-Suyuthi). Hajat syara’ ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Dalam kajian ini, selain melihat (nadhar), juga hukum menyentuh (lamsu/massu), dan berdua-duaan yang diharamkan (khalwah muharramah). Menyentuh lawan jenis hukumnya haram, kecuali untuk kebutuhan pengobatan misalnya. Sedangkan berdua-duaan laki-laki dan perempuan hukumnya haram, kecuali jika laki-laki satu dengan minimal dua perempuan menurut pendapat yang unggul (rajih). Hal ini ditegaskan dalam kitab-kitab fiqh.

Melihat penjelasan di atas, maka batasan memposting foto adalah: Pertama, menghindari pornografi, baik diri sendiri atau orang lain. Kedua, wajib menutup aurat sesuai ketentuan agama. Ketiga, ada kebutuhan yang diperbolehkan agama, seperti sharing ilmu, kegiatan, promosi lembaga pendidikan, dan motivasi belajar. Keempat, tidak ada unsur-unsur yang dilarang, seperti bersentuhan, berdua-duaan yang diharamkan, dan melihat dengan syahwat. Dalam konteks ini, maka boleh memfosting foto bersama, baik laki-laki maupun perempuan jika tidak ada sentuhan dan tidak ada berdua-duaan yang diharamkan (satu laki-laki minimal bersama dua perempuan). Hal ini menggunakan metode ilhaaqul masaail bi nadhairiha yang mirip dengan cara kerjanya qiyas dengan melihat illat yang ada. Kelima, hukum di atas tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan yang sudah berkeluarga atau yang masih bujangan. Ke depan, yang menjadi renungan kita bersama adalah kaidah: (ada dan tidaknya hukum berputar bersama illatnya {alasan}). Alasan utama dalam fosting foto adalah fitnah dan syahwat, yaitu zina dan hal-hal yang mendekatinya. Artinya, jika ada unsur fitnah dan syahwat ini, maka posting tersebut haram, dan jika tidak ada unsur fitnah dan syahwat, maka posting tersebut boleh.

Jamal Ma’mur Asmani Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning Pati

40 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Pakar perkembangan anak, Seifert dan Hoffnung itu menggambarkan tentang perubahan yang terjadi pada diri anak yang menuntut orang tua untuk selalu

mendampingi agar tumbuh dan berkembang secara maksi-mal. Peran orang tua tidak hanya sekedar membesarkan se-cara jasmaniyah saja, tetapi mampu mengawal perkemban-gan yang terjadi secara teliti, cermat dan sabar.

Gagasan itu menjangkau dua hal penting. Pertama, perkembangan seseorang akan mengakibatkan perubahan jangka panjang, pola berfikir, hubungan sosial dan skil mo-torik. Dalam tataran pola berfikir, hubungan sosial dan skil motorik akan menjadi modal penting seseorang untuk meng-gapai masa depan yang lebih baik.

Kedua, perkembangan anak mengakibatkan perubahan kematangan tingkat berfikir, interaksi sosial, dan semakin matangnya fungsi motorik. Perkembangan anak jangan di-anggap sebagai tahapan biasa, tetapi terdapat hal penting yang tidak terpisahkan sebelum dan sesudahnya. Maka jan-gan sampai kehilangan momentum akibat kurang memperha-tikan perkembangan anak.

Upaya mewujudkan kematangan jiwa anak dibutuhkan motivasi orang tua dan para pendidik agar masa depan anak lebih baik. Apalagi, bila masih dalam usia belajar, keberhasi-lan anak akan lebih maksimal dengan motivasi meraih presta-si untuk menggali potensi dimiliki anak. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar, Maslow menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutu-han pertama menjadi dasar timbulnya kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah mulai ada keinginan memuaskan kebutuhan selanjutnya.

Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tump-ang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar, tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu ti-dak berarti bahwa kebutuhan tersebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).

Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka

Artikel

KematanganJiwa Menuju

Prestasi AnakOleh : A. Fuadi NS

“Perkembangan sebagai perasaan yang tumbuh pada seseorang

akan mengakibatkan perubahan jangka panjang, pola berfikir, hubungan sosial, dan skil motorik.

Pada anak, perkembangan mengakibatkan perubahan pada kematangan tingkat berfikir,

interaksi sosial, dan semakin matangnya fungsi motorik”

41Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

meningkat pada kebutuhan berikutnya yakni rasa aman. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang anak yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan per-caya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu, merasa berguna dalam hidupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara indi-vidu terpenuhi, maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktu-alisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling men-dasar.

Menjadi Daya Dobrak

Menurut Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affec-tive arousal and anticipatory goal reaction” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Maka motivasi mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: (1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. (2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). (3) motivasi ditandai oleh reak-si-reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Karena memiliki daya dobrak yang meliputi : (1) Mendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi dan kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. (2) Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh. (3) Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)

Maka jenis motivasi terdiri dari dua hal. Pertama, motivasi intrinsik, yang tim-bul dari dalam diri individu, misalnya keingi-nan untuk mendapat keterampilan tertentu, mem-perolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, ke-inginan diterima oleh orang lain. Kedua, motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan,

suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan ke-adaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

Baik orang tua, pendidik ataupun masyarakat sekitar me-miliki tugas yang mulia untuk memaksimalkan kematangan jiwa anak dengan memberikan motivasi berprestasi. Pem-berian hadiah menjadi salah satu cara untuk memacu anak lebih giat dalam mengejar prestasi, dan bagi yang belum ber-prestasi akan terpacu untuk saling berlomba dengan anak lainnya. Pada saat tertentu perlu diberikan hadiah yang is-timewa sebagai apresiasi atas jerih payah yang telah diupay-akan.

Kata pujian meski kelihatan sederhana akan memberikan dorongan yang bersifat membangun. Bisa dilakukan dari hal yang paling kecil, sampai hal yang besar dan istimewa. Say-ang, banyak pihak yang kurang memperhatikan kata pujian sebagai sarana memotivasi anak berprestasi. Yang terjadi anak malah diacuhkan saja baik ketika berprestasi ataupun tidak. Sehingga, tidak bisa disalahkan kalau anak sering men-galami frustasi disebabkan kurang mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitarnya. Begitupun, hukuman juga diberi-kan dengan harapan agar anak mau merubah diri menuju sikap yang lebih baik. Maka hukumanpun hendaknya yang bersifat mendidik, seperti mengerjakan suatu yang berman-faat bagi anak.

Penulis adalah Kepala KUA Kecamatan Kejajar danDosen Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ)

Jawa Tengah di Wonosobo.

42 Edisi III/Tahun IV/Juli - September 2018

Purbalingga - Bertempat di ruang Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Kamis (23/08), pengurus Forum Kerukunan Umat

Beragama (FKUB) Kabupaten Purbalingga melakukan Rapat Koordinasi terbatas. Kegiatan musyawarah tersebut dihadiri Kepala Kankemenag, Karsono, Ketua FKUB Kabupaten Purbalingga, M. Noer Isja, Kepala Kantor Kesbangpol Bambang S., Wakil Sekretaris FKUB Agus Suripto dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DIPA Sekjen Kankemenag Kabupaten Purbalingga, Nurdin Setiadi. Materi yang dibahas dalam musyawarah tersebut adalah pencairan Bantuan Operasional (BOp) FKUB senilai 50 juta rupiah.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DIPA Sekjen Kankemenag Kabupaten Purbalingga, Nurdin Setiadi menjelaskan bahwa bantuan operasional untuk kegiatan FKUB pada tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Pada Tahun 2017 Bantuan Operasional FKUB senilai 40 juta rupiah. Sedangkan pada Tahun 2018 ini nilainya naik menjadi 50 juta rupiah. Anggaran ini harus segera digunakan dengan maksimal dalam bentuk kegiatan FKUB,” jelas Nurdin.

Ketua FKUB Kabupaten Purbalingga, M. Noer Isja menetapkan setelah melalui musyawarah bahwa BOp FKUB akan dialokasikan untuk kegiatan rapat koordinasi dengan tokoh pemuda, tokoh wanita, Polres, Kejaksaan, kunjungan langsung ke desa, kecamatan dan rencana pembuatan Kampung FKUB.

“Kampung FKUB akan dibuat dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, sehingga perlu penataan yang cerdas dan FKUB wajib mengoptimalkannya,” tandasnya.

Di akhir musyawarah, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Karsono berharap agar BOp ini segera dapat diserap dan diselesaikan pada bulan September 2018.

“Saya berharap penggunaan bantuan operasional ini dapat dioptimalkan. Dan kepada pengurus saya berharap agar langsung terjun ke masyarakat, melakukan pencegahan dan pembinaan kepada masyarakat. Silaturahmi langsung itu lebih berefek. Tujuan ini dapat diwujudkan jika terjalin kerjasama antara Pemerintah Kabupaten, Kantor Kementerian Agama dan FKUB yang konsisten,” ungkapnya.

(Sar)

FKUB

Kankemenag Anggarkan50 Juta untuk FKUB