25
PTERIGIUM 2.1 Gambaran umum Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Pterigium (pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua mata. Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.

Lp pterygium

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Lp pterygium

PTERIGIUM

2.1 Gambaran umum

Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang

bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Pterigium (pterygium) adalah

kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal

ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga

dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila

terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua

mata.

Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan

berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi

menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka

penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa ocular eksternal superficial

yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan

meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas

atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang

tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah

lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.

Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah dan

meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang

disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila

kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi

medis dari dokter mata akan menentukan tindakan medis yang maksimal dari setiap kasus,

tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter juga akan memastikan bahwa tidak

ada efek samping dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.

2.2 Klasifikasi

Pterygium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium, progresifitasnya

dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu:.

1. Berdasarkan Tipenya pterygium dibagi atas 3 :

Page 2: Lp pterygium

a. Tipe I : Pterygium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea

pada tepinya saja. Lesi meluas 4 mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas khususnya

pada kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke

forniks dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan

2. Berdasarkan stadium pterygium dibagi ke dalam 4 stadium yaitu:

Stadium I : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

Stadium II : jika pterygium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih

dari 2 mm melewati kornea.

Stadium III : jika pterygium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil

mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm).

Stadium IV : jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga mengganggu

penglihatan.

3. Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterygium dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Pterygium progresif : tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan

kepala pterygium (disebut cap dari pterygium).

b. Pterygium regresif : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi bentuk membran,

tetapi tidak pernah hilang.

4. Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterygium dan harus diperiksa

dengan slit lamp pterygium dibagi 3 yaitu:

a. T1 (atrofi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihat

b. T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian terlihat

c. T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah tidak jelas.

2.3 Etiologi

Etiologi belum diketahui pasti. Namun ada teori yang dikemukakan

1. Paparan sinar matahari (UV)

Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan terjadinya

pterigium. Hal ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang

Page 3: Lp pterygium

berada pada daerah dekat equator dan pada orang –orang yang menghabiskan banyak

waktu di lapangan.

UV-B merupakan mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel limbal. Tanpa

apoptosis, transforming growth factor-beta over produksi dan memicu terjadinya

peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan angiogenesis. Selanjutnya perubahan

patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan

fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi membran Bowman akibat

pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.

2. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)

Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan kimia

berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan).

Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :

1. Usia

Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia

dewasa tetapi dapat juga ditemui pada usia anak-anak. Tan berpendapat pterygium

terbanyak pada usia dekade dua dan tiga.\

2. Pekerjaan

Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar UV.

3. Tempat tinggal

Gambaran yang paling mencolok dari pterygium adalah distribusi geografisnya.

Distribusi ini meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad

terakhir menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa memiliki angka kejadian

pterygium yang lebih tinggi. Survei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan

5 tahun pertama kehidupannya pada garis lintang kurang dari 300 memiliki risiko

penderita pterygium 36 kali lebih besar dibandingkan daerah yang lebih selatan. 8

4. Jenis kelamin

Tidak terdapat perbedaan risiko antara laki-laki dan perempuan.

5. Herediter

Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

6. Infeksi

Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium. 8

Page 4: Lp pterygium

2.4 Patofisiologi

Terjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, walaupun

dapat pula disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan

debu atau iritan yang lain. UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene

p53 yang terdapat pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF-

β dan VEGF (vascular endothelial growth factor) menyebabkan regulasi kolagenase,

migrasi sel, dan angiogenesis.

Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial

fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi

basofilik) dan proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansia

propia yang akhirnya menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan

membran Bowman yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering

disertai dengan inflamasi ringan. Kerusakan membran Bowman ini akan mengeluarkan

substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan pterygium. Epitel dapat normal, tebal atau

tipis dan kadang terjadi displasia.

Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal

stem cell, terjadi konjungtivalisasi pada permukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal

adalah pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan

membran basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada

pterygium dan oleh karena itu banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pterygium

merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem

cell. Pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi

fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi daerah kolagen

abnormal yang mengalami degenerasi elastolik tersebut ditemukan basofilia dengan

menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin, Pemusnahan lapisan Bowman oleh

jaringan fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin

acanthotic, hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan area

hiperplasia dari sel goblet

2.5 Manifestasi klinik

Page 5: Lp pterygium

1. Mata irritatatif, merah gatal dan mungkin menimbulkan astigmatisme

2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone Optic)

3. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang

terletak di ujung pteregium.

4. Gangguan penglihatan

2.5 Komplikasi

Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:

1. Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan

2. Kemerahan

3. Iritasi

4. Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi kontribusi

terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya menyebabkan

diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan

pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan focal kornea mata akan tetapi sangat jarang

terjadi.

Komplikasi postooperasi pterygium meliputi

1. Infeksi

2. Reaksi material jahitan

3. Diplopia\

4. Conjungtival graft dehiscence

5. Corneal scarring

6. Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan vitreous, atau retinal

detachment.

Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium adalah

terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat memiliki tingkat

kesulitan untuk mengatur.

2.6 Penatalaksanaan

Page 6: Lp pterygium

Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan

kacamata pelindung anti UV. Bila terdapat tanda radang berikan air mata

buatan/topicallubricating drops dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen

(lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor

maka perlu kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.

Pterigium dengan inflamasi atau iritasi diobati dengan kombinasi

dekongestan/antihistamin (seperti Naphcon-A) dan/atau kortikosteroid topikal potensi

sedang (seperti FML, Vexol) 4 kali sehari pada mata yang terkena.

Indikasi operasi eksisi pterigium yaitu karena masalah kosmetik dan atau adanya

gangguan penglihatan, pertumbuhan pterigium yang signifikan (> 3-4 mm), pergerakan

bola mata yang terganggu/terbatas, dan bersifat progresif dari pusat kornea/aksis visual.

Operasi mikro eksisi pterigium bertujuan mencapai keadaan yang anatomis, secara

topografi membuat permukaan okuler rata. Teknik operasi yang umum dilakukan adalah

menghilangkan pterigium menggunakan pisau tipis dengan diseksi yang rata menuju

limbus. Meskipun teknik ini lebih disukai dilakukan diseksi ke bawah bare sclera pada

limbus, akan tetapi tidak perlu diseksi eksesif jaringan Tenon, karena kadang

menimbulkan perdarahan akibat trauma terhadap jaringan otot. Setelah eksisi, biasanya

dilakukan kauter untuk hemostasis sclera.

Beberapa teknik operasi

1. Bare Sclera : tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan

konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area sklera

yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi 40% – 50%).

2. Simple Closure : tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva sangat

kecil)

3. Sliding flap : insisi L-shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung

menutup luka tersebut.

4. Rotational flap : insisi U-shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.

5. Conjunctival graft: graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai

ukuran luka dan dipindahkan kemudian dijahit.

Kategori Terapi Medikamentosa

Page 7: Lp pterygium

a. Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata) untuk membasahi

permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air mata.

Nama obat Merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar, Gen

Teal (OTC)—air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata pada pasien

dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur.

Keadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterygium.

Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari dan prn untuk irritasi

Dosis anak-anak Berikan seperti pada orang dewasa

Kontra indikasi Bisa menyebabkan hipersensitivitas

Interaksi Tak ada (tak pernah dilaporkan ada interaksi )

Untuk ibu hamil Derajat keamanan A untuk ibu hamil

Perhatian Bila gejala masih ada dan terus berlanjut pemakaiannya

b. Salep untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular

Nama obat Salep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas

yang lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan ini cenderung menyebabkan kaburnya

penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari.

Dosis obatnya Pergunakan pada cul de sac inferior pada mata yang terserang. Hs

Dosis anak-anak Sama dengan dewasa

Kontra indikasi Bisa menyebabkan terjadinya hipersensitivitas

Interaksi Tidak ada

Untuk ibu hamil Tingkat keamanan A untuk ibu hamil

Perhatian Karena menyebabkan kabur penglihatan sementara dan harus menghindari aktivitas

yang memerlukan penglihatan jelas sampai kaburnya hilang.

c. Obat tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata dan

jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan

pterygium yang inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada

permukaan okular di dekat jejasnya.

Nama obat Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) – suatu suspensi kortikosteroid topikal yang

dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata

dengan inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain.

Page 8: Lp pterygium

Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari pada mata yang terserang, biasanya hanya 1- 2 minggu

dengan terapi yang terus menerus.

Dosis anak-anak Tidak boleh dipergunakan untuk anak-anak oleh karena kasus pterygia sangat

jarang pada anak-anak

Kontra indikasi Pasien dengan riwayat kasus herpes simpleks keratitis dentritis atau glaukoma

steroid yang responsif.

Interaksi Tak ada laporan interaksi

Kehamilan Tingkat keamanan B, biasanya aman akan tetapi kegunaannya harus di perhitungkan

dengan resiko yang di akibatkan

Perhatian Bisa diserap secara sistemik akan tetapi efek samping sistemik biasanya tak

diketemukan pada pasien yang mempergunakan obat tetes mataprednisolon asetat topikal , yang

bisa diekskresi pada ASI yang sedang menyusui.

Perawatan Lanjut pada Pasien Rawat Jalan

Sesudah operasi, eksisi pterygium, steroid topikal pemberiannya lebih di tingkatkan secara

perlahan-lahan. Pasien pada steroid topikal perlu untuk diamati, untuk menghindari

permasalahan tekanan intraocular dan katarak.

Pencegahan Kekambuhan Pterygium

Secara teoritis, memperkecil terpapar radiasi ultraviolet untuk mengurangi resiko

berkembangnya pterygia pada individu yang mempunyai resiko lebih tinggi. Pasien di sarankan

untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhadap radiasi ultraviolet

sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya matahari. Tindakan pencegahan ini

bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah subtropis atau tropis, atau pada pasien

yang memiliki aktifitas di luar, dengan suatu resiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet (misalnya,

memancing, ski, berkebun, pekerja bangunan). Untuk mencegah berulangnya pterigium,

sebaiknya para pekerja lapangan menggunakan kacamata atau topi pelindung.

Page 9: Lp pterygium

1. DefinisiPterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir

atau konjungtiva yang bentuknya seperti segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan berkembang dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.2,5

Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah dan meradang. Dalam beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome. Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan tindakan medis yang maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter juga akan memastikan bahwa tidak ada efek samping dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.2,52. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, kasus pterygium sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, Prevalensinya berkisar kurang dari 2% untuk daerah di atas 400 lintang utara sampai 5-15% untuk daerah garis lintang 280-360. Hubungan ini terjadi untuk tempat-tempat

Page 10: Lp pterygium

yang prevalensinya meningkat dan daerah-daerah elevasi yang terkena penyinaran ultraviolet untuk daerah di bawah garis lintang utara ini.

Di dunia, hubungan antara menurunnya insidensi pada daerah atas lintang utara dan relative terjadi peningkatan untuk daerah di bawah garis balik lintang utara.3. Mortalitas/Morbiditas

Pterygium bisa menyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi visual atau penglihatan bila kasusnya telah lanjut. Mata ini bisa menjadi inflamasi sehingga menyebabkan irritasi okuler dan mata merah.

Berdasarkan beberapa faktor diantaranya :1. Jenis Kelamin

Pterygium dilaporkan bisa terjadi pada golongan laki-laki dua kali lebih banyak dibandingkan wanita.

2. UmurJarang sekali orang menderita pterygia umurnya di bawah 20 tahun. Untuk pasien umurnya diatas 40 tahun mempunyai prevalensi yang tertinggi, sedangkan pasien yang berumur 20-40 tahun dilaporkan mempunyai insidensi pterygia yang paling tinggi.

Pasien yang menderita pterygia sering mempunyai berbagai macam keluhan, yang mulai dari tidak ada gejala yang berarti sampai mata menjadi merah sekali, pembengkakan mata, mata gatal, iritasi, dan pandangan kabur disertai dengan jejas pada konjungtiva yang membesar dan kedua mata terserang penyakit ini.

4. EtiologiPenyebab pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga

merupakan suatu neoplasma radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik matahari. Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak terkena sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab paling umum

Page 11: Lp pterygium

adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas) yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor2 lain seperti zat allegen, kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani, nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa. Jarang menyerang anak-anak.

5. PatofisiologiPatofisiologi pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen

dan ploriferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epithelium, Histopatologi kolagen abnormal pada daerah degenerasi elastotik menunjukkan basofilia bila dicat dengan hematoksin dan eosin. Jaringan ini juga bisa dicat dengan cat untuk jaringan elastic akan tetapi bukan jaringan elastic yang sebenarnya, oleh karena jaringan ini tidak bisa dihancurkan oleh elastase.

Secara histopalogis ditemukan epitel konjungtiva irrekuler kadang-kadang berubah menjadi gepeng. Pada puncak pteregium, epitel kornea menarik dan pada daerah ini membran bauman menghilang. Terdapat degenerasi stauma yang berfoliferasi sebagai jaringan granulasi yang penuh pembulih darah. Degenerasi ini menekan kedalam kornea serta merusak membran bauman dan stoma kornea bagian atas.6. Manifestasi Klinis·   Mata irritatatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme·   Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone Optic)·   Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium.7. Klasifikasi dan Grade- Klasifikasi Pterygium:1.  Pterygium Simpleks; jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.

Page 12: Lp pterygium

2.  Pterygium Dupleks; jika terjadi di nasal dan temporal.

- Grade pada Pterygium :·    Grade 1      : tipis (pembuluh darah konjungtiva yang menebal dan konjungtiva sklera masih dapat dibedakan),                           pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.·     Grade 2        : pembuluh darah sklera masih dapat dilihat.·     Grade 3        : resiko kambuh, ngganjel, hiperemis, pada orang muda (20-30 tahun), mudah kambuh.

8. Diagnosis BandingDiagnosis banding dari pterygium adalah pseudopterygium, pannus dan kista dermoid.

9. Diagnosis- Pemeriksaan Fisik

Pterygium bisa berupa berbagai macam perubahan fibrofaskular pada permukaan konjungtiva dan pada kornea. Penyakit ini lebih sering menyerang pada konjungtiva nasal dan akan meluas ke kornea nasal meskipun bersifat sementara dan juga pada lokasi yang lain.

Gambaran klinis bisa dibagi menjadi 2 katagori umum, sebagai berikut :1. Kelompok kesatu pasien yang mengalami pterygium berupa ploriferasi minimal

dan penyakitnya lebih bersifat atrofi. Pterygium pada kelompok ini cenderung lebih pipih dan pertumbuhannya lambat mempunyai insidensi yang lebih rendah untuk kambuh setelah dilakukan eksisi.

2. Pada kelompok kedua pterygium mempunyai riwayat penyakit tumbuh cepat dan terdapat komponen elevasi jaringan fibrovaskular. Ptrerygium dalam grup ini mempunyai perkembangan klinis yang lebih cepat dan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi untuk setelah dilakukan eksisi.

10. Faktor ResikoYang pasti belum di ketahui dengan jelas, namun banyak di jumpai di daerah

pantai sehingga kemungkinan pencetusnya adalah adanya rangsangan dari udara panas, juga bagi orang yang sering berkendara motor tapa helm penutup atau

Page 13: Lp pterygium

kacamata pelindung, sehingga adanya rangsangan debu jalanan yang kotor bisa mengakibatkan timbunan lemak tersebut. Secara umum faktor resiko pterygium meliputi:·    Meningkatnya terkena sinar ultraviolet, termasuk tinggal di daerah yang beriklim subtropis dan tropis. Melakukan pekerjaan dan memerlukan kegiatan di luar rumah.·    Faktor predisposisi genetika timbulnya pterygia cenderung pada keluarga tertentu. Kecenderungan laki-laki mengalami kasus ini lebih banyak dibandingkan dengan perempuan, meskipun disini hasil temuan demikian ini lebih banyak disebabkan oleh peningkatan terkena sinar ultraviolet dalam kelompok populasi tertentu.

Gangguan yang lain yang mungkin ikut berperan yaitu berupa Pseudopterygia (misalnya disebabkan oleh bahan kimia atau luka bakar, trauma, penyakit kornea marginal). Neoplasma (misalnya karsinoma in situ yang menyebabkan konjungtiva perilimbal yang tidak meluas sampai ke kornea).

11. Penatalaksanaan Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda.

Bila pterygium meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan pterygium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.

Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor maka perlu kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan dihentikan.

- Tindakan OperatifTindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila

pterygium telah mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau bola mata.

Tindakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat pterygium yang membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan

Page 14: Lp pterygium

atau secara tetap meradang dan teriritasi. Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi B atau terapi lainnya.

Jenis Operasi pada Pterygium antara lain : 1    Bare Sklera

Pterygium diambil, lalu dibiarkan, tidak diapa-apakan. Tidak dilakukan untuk pterygium progresif karena dapat terjadi granuloma → granuloma diambil kemudian digraph dari amnion.2    Subkonjungtiva

Pterygium setelah diambil kemudian sisanya dimasukkan/disisipkan di bawah konjungtiva bulbi → jika residif tidak masuk kornea.3    Graf

Pterygium setelah diambil lalu di-graf dari amnion/selaput mukosa mulut/konjungtiva forniks.

Tindakan pembedahan untuk eksisi pterygium biasanya bisa dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila diperlukan dengan memakai sedasi. Perawatan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada malam hari, dan dirawat memakai obat tetes mata atau salep mata antibiotika atau antiinflamasi.

- Kategori Terapi Medikamentosa a.   Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata) untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air mata.

Nama obat Merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar, Gen Teal (OTC)—air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur. Keadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterygium.

Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari dan prn untuk irritasi Dosis anak-anak Berikan seperti pada orang dewasa

Kontra indikasi Bisa menyebabkan hipersensitivitas Interaksi Tak ada (tak pernah dilaporkan ada interaksi )

Page 15: Lp pterygium

Untuk ibu hamil Derajat keamanan A untuk ibu hamil

Perhatian Bila gejala masih ada dan terus berlanjut pemakaiannya

b.  Salep untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular

Nama obat Salep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas yang lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan ini cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari.

Dosis obatnya Pergunakan pada cul de sac inferior pada mata yang terserang. Hs

Dosis anak-anak Sama dengan dewasa

Kontra indikasi Bisa menyebabkan terjadinya hipersensitivitas

Interaksi Tidak ada Untuk ibu hamil Tingkat keamanan A untuk ibu hamil

Perhatian Karena menyebabkan kabur penglihatan sementara dan harus menghindari aktivitas yang memerlukan penglihatan jelas sampai kaburnya hilang.

c.   Obat tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pterygium yang inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada permukaan okular di dekat jejasnya.

Nama obat Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) – suatu suspensi kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain.

Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari pada mata yang terserang, biasanya hanya 1- 2 minggu dengan terapi yang terus menerus.

Dosis anak-anak Tidak boleh dipergunakan untuk anak-anak oleh

Page 16: Lp pterygium

karena kasus pterygia sangat jarang pada anak-anak

Kontra indikasi Pasien dengan riwayat kasus herpes simpleks keratitis dentritis atau glaukoma steroid yang responsif.

Interaksi Tak ada laporan interaksi Kehamilan Tingkat keamanan B, biasanya aman akan tetapi

kegunaannya harus di perhitungkan dengan resiko yang di akibatkan

Perhatian Bisa diserap secara sistemik akan tetapi efek samping sistemik biasanya tak diketemukan pada pasien yang mempergunakan obat tetes mataprednisolon asetat topikal , yang bisa diekskresi pada ASI yang sedang menyusui.

- Perawatan Lanjut pada Pasien Rawat JalanSesudah operasi, eksisi pterygium, steroid topikal pemberiannya lebih di

tingkatkan secara perlahan-lahan. Pasien pada steroid topikal perlu untuk diamati, untuk menghindari permasalahan tekanan intraocular dan katarak.

- Pencegahan Kekambuhan PterygiumSecara teoritis, memperkecil terpapar radiasi ultraviolet untuk mengurangi

resiko berkembangnya pterygia pada individu yang mempunyai resiko lebih tinggi. Pasien di sarankan untuk menggunakan topi yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhadap radiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan kacamata pelindung dari cahaya matahari. Tindakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di daerah subtropis atau tropis, atau pada pasien yang memiliki aktifitas di luar, dengan suatu resiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet (misalnya, memancing, ski, berkebun, pekerja bangunan). Untuk mencegah berulangnya pterigium, sebaiknya para pekerja lapangan menggunakan kacamata atau topi pelindung.

12. KomplikasiKomplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:

Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan Kemerahan Iritasi Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

Page 17: Lp pterygium

Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan pembedahan. Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan focal kornea mata akan tetapi sangat jarang terjadi.

Komplikasi postooperasi pterygium meliputi: Infeksi Reaksi material jahitan Diplopia Conjungtival graft dehiscence Corneal scarring Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan

vitreous, atau retinal detachment.

Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium adalah terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat memiliki tingkat kesulitan untuk mengatur.

13. PrognosisEksisi pada pterygia pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. Prosedur

baik saat dipahami oleh pasien dan pada awal operasi pasien akan merasa terganggu setelah 48 jam pasca perawatan pasien bisa memulai aktivitasnya. Pasien dengan pterygia yang kambuh lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan pencangkokan, kedua-duanya dengan konjungtival limbal autografts atau selaput amniotic, pada pasien yang telah ditentukan. Pasien yang ada memiliki resiko tinggi pengembangan pterygia atau karena di perluas ekspose radiasi sinar ultraviolet, perlu untuk dididik penggunaan kacamata dan mengurangi ekspose mata dengan ultraviolet.

Daftar Pustaka1.    Junqueira, L Carlos. 1998. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.2.   Coroneo MT, Di Girolamo N, Wakefield D: The Pathogenesis of Pterygium. Curr

Opin Ophthalmol 1999 Aug; 10(4): 282-8 [Medline].

Page 18: Lp pterygium

3.   Whitcher J.P., Pterygium, 2007, http://www.emedicine.com/EMERG/topic284.htm

4.  Ferrer F.J.G., Schwab I.R., Shetlar D.J., 2000. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology (16th edition), Mc Graw-Hill Companies, Inc., United States

5.   Ilyas S., 2005, Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

6.  Misbach J., 1999. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis dan Interpretasi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

7.   Hartono, 2005. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. Jogjakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada