Upload
easthouse
View
2.104
Download
35
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Hasil Penelitian Pariwisata bidang Industri Kreatif dengan 16 sub sektor. Tim Peneliti terdiri dari 6 orang. Penelitian berlangsung 1 bulan.
Citation preview
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kondisi aktual Ekonomi Kreatif di Indonesia saat ini telah banyak mengalami
kemajuan dibandingkan beberapa tahun silam, seperti yang pertama terbukti
dengan adanya beberapa pengakuan-pengakuan dari badan organisasi
internasional; Indonesia, dinyatakan sebagai peringkat ke-39 dalam World Cultural
Heritage menurut World Economic Forum (WEF), karena memiliki kekayaan alam
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi oleh para pelaku Ekonomi
Kreatif. Selain itu yang kedua Ekonomi Kreatif dapat tumbuh dengan baik di
Indonesia di latar belakangi oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung dan
berpengaruh seperti keanekaragaman seni budaya yang dimiliki lebih dari 300 suku
dan etnis Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkaya konten karya para
pelaku Ekonomi Kreatif.
Selanjutnya yang ketiga adalah keadaan pasar dalam negeri yang sudah mulai
tumbuh, terutama untuk subsektor film dan musik yang menjadi salah satu
indikator dalam kajian ini. Munculnya industri perfilman mulai dari yang berskala
lokal seperti yang terbiasa muncul dalam acara-acara Indie Movie Award, hingga
film berskala Internasional seperti The Raid, Laskar Pelangi. Sedangkan industri
musik ditandai dengan makin banyaknya penyewaan alat musik, studio, dan
lainnya, di setiap daerah hingga pedesaan di Indonesia. Selain itu juga dapat dilihat
banyaknya variasi alat musik yang digunakan maupun jenis musik yang mereka
2
gunakan, seperti penggunaan bambu sebagai bahan dasar pembuatan alat musik,
munculnya Event Organizer yang membuat konser-konser dengan skala
Internasional seperti Java Jazz, Jazz Gunung di Gunung Bromo, konser Rihanna,
dll. Lalu yang keempat adalah dari sekitar 237 juta jumlah penduduk Indonesia,
40% adalah pemuda dalam usia produktif yang berpotensi untuk mengembangkan
Ekonomi Kreatif.
Fakta yang kelima adalah Indonesia memiliki lebih dari 17.100 pulau dengan
penduduk asli sebagai pemilik talenta kreatif yang berbasis kepada keunikan lokal
sehingga dapat mengukuhkan eksistensi Indonesia di dunia.
Sebagai gambaran lainnya dari kondisi Ekonomi Kreatif di Indonesia berikut
adalah diagram dalam kaitannya peran serta Industri Kreatif bagi kegiatan
perekonomian nasional.
Gambar 1.1. GAMBARAN KONDISI EKONOMI KREATIF NASIONAL 2010
Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014
3
Menurut informasi dari hasil persentase Gambar 1.1. diatas menunjukan
bahwa tingkat Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Kreatif terhadap
Produk Domestik Bruto nasional (7,29%) lebih unggul dibanding sektor: Listrik,
Gas, dan Air Bersih (0,81%); Pengangkutan dan Komunikasi (6,34%); dan
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (6,16%). Sedangkan untuk hasil
persentase mengenai Tingkat partisipasi tenaga kerja Industri Kreatif (7,9 %) lebih
unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian (1,16%); Listrik, Gas, dan
Air Bersih (0,22%); Konstruksi (5,17%); Pengangkutan dan Komunikasi (5,18%);
Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (1,47%). Untuk hasil persentase
Pertumbuhan tenaga kerja Industri Kreatif (4,21%) lebih unggul dibanding sektor:
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%);
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-
8,16%). Sedangkan hasil persentase Kontribusi Industri Kreatif terhadap jumlah
perusahaan (7,11%) lebih unggul dibanding sektor: Pertambangan dan Penggalian
(0,9%); Industri Pengolahan (5,72%); Listrik, Gas, dan Air Bersih (0,06%);
Konstruksi (1,88%); Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan (0,41%); dan Jasa
Kemasyarakatan (6,28%). Serta hasil persentase untuk Pertumbuhan perusahaan
Industri Kreatif (3,89%) lebih unggul dibanding sektor: Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan (-0,28%); Konstruksi (1,93%); Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (2,48%); dan Pengangkutan dan Komunikasi (-8,16%).
Destination Management Organization (DMO) adalah tata kelola destinasi
pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi,
perencanaan. Implementasi, dan pengendalian destinasi organisasi secara inovatif
dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi, yang
4
terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/ asosiasi, industri,
akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama
dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama
tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.
Menurut pengertian DMO diatas tim mengkaji potensi Industri Kreatif yang
ada di kawasan pariwisata Gunung Batur dengan dasar pengelompokan 15 kategori
Industri Kreatif yang dikeluarkan Departemen Perdaganan Republik Indonesia
pada tahun 2007 dan diperbaharui dengan melibatkan subsektor “Kuliner”
sekaligus menjadi acuan Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-
2014 bagi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia tahun 2012.
Subsektor yang termasuk kedalam basis kreatif menurut Departemen Perdaganan
Republik Indonesia yaitu; (1) Permainan Interaktif; (2) Penelitian dan
Pengembangan; (3) Teknologi Informasi dan Piranti Lunak; (4) Arsitektur; (5)
Desain; (6) Fesyen; (7) Kerajinan; (8) Pasar Barang Seni; (9) Seni Pertunjukan;
(10) Kuliner; (11) Musik; (12) Penerbitan dan Percetakan; (13) TV dan Radio; (14)
Video, Film, Fotografi; dan (15) Periklanan.
Secara keseluruhan 15 subsektor diatas dibedakan kedalam 4 aspek
bedasarkan ciri-ciri setiap subsektor, keempat aspek tersebut ialah; Media, Seni dan
Budaya, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek). Selain itu juga
terdapat 2 kategori lain bagi ke 15 subsektor tersebut, pembagian tersebut didasari
oleh intensitas kebutuhan subsektor tersebut akan sumber daya yang ada.
Pendekatan ini merupakan pengembangan dari pendekatan yang dilakukan
Singapura oleh Toh, Choo & Ho (2003)24, yang mengelompokkan domain industri
kreatifnya pada 3 elemen, yaitu: seni budaya, media dan desain. Elemen iptek tidak
5
terdapat dalam studi tersebut, karena Singapura sebagai negara yang tergolong
maju dalam pengembangan teknologi yang telah terintegrasi dalam pembangunan,
sehingga diasumsikan tidak diperlukan penekanan khusus.
Sedangkan dalam konteks Indonesia, masih terdapat kesenjangan yang tinggi
dan beragam di berbagai wilayah nusantara dan segmen masyarakat dalam tingkat
penguasaan teknologi maju. Atas dasar hal tersebut, maka aspek Iptek memerlukan
penekanan khusus sebagai substansi dominan pada industri kreatif tertentu.
Industri Kreatif erat kaitannya dengan wirausahaan/ entrepreneurship, karena
Industri Kreatif yang dibangkitkan oleh ide-ide yang terletak di persimpangan
antara seni (kreativitas artistik), bisnis (entrepreneurship) sehingga berpotensi
menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu potensi yang dimiliki suatu kawasan
untuk mengembangkan Industri Kreatif tidak hanya terbatas dari ketersediaan
hardware seperti restoran, café, tempat belanja, dan tempat hiburan lain. Aspek
software juga menjadi daya tarik bagi pengembangan Industri Kreatif seperti
warisan seni dan kerajinan lokal, lansekap kawasan, tradisi budaya setempat,
keberadaan event seperti festival.
Sayangnya meskipun kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki
potensi pengembangan destinasi yang tinggi, didukung dengan keindahan alam
yang baik, kondisi aktual di kawasan pariwisata Gunung Api Batur kurang begitu
baik, kondisi perindustriannya tumbuh dengan lambat, belum ada pendataan
Industri Kreatif secara khusus, sedangkan konsep Industri Kreatif sendiri
bermanfaat bagi perekonomian menengah kebawah, dimana pada umumnya
industri ini berskala Industri Sedang hingga Industri Kerajinan Rumah Tangga.
Berikut data industri yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur:
6
Tabel 1.1. TABEL BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI MENURUT
KLASIFIKASI PER DESA DI KECAMATAN KINTAMANI
TAHUN 2010
Berdasarkan Tabel 1.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang
tumbuh di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah
Tangga yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah
244 dan 187 wirausahawan yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat
sedikit yang ada yaitu hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan.
Industri Besar dan Industri Sedang belum ada di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur.
Berangkat dari data dan persentase diatas, tim peneliti mendapat gambaran
bahwa Indonesia memiliki potensi Industri Kreatif di beberapa sektor yang lebih
unggul dibandingkan dengan sektor lainnya yang ada di Indonesia. Serta
menjadikan hal tersebut sebagai landasan penelitan Industri Kreatif di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Desa/Kelurahan Industri
Besar
Industri
Sedang
Industri
Kecil
Industri Kerajinan
Rumah Tangga
Batur Utara - - - -
Batur Selatan - - - -
Batur Tengah - - - -
Pinggan - - - 14
Kintamani - - - 28
Songan A - - - -
Songan B - - - -
Kedisan - - - -
Buahan - - 2 16
Trunyan - - - -
Suter - - 4 244
Abang Songan - - - 24
Abang Batudinding - - 6 187
Jumlah - - 12 513
Sumber: Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011
7
Sedangkan kondisi kawasan pariwisata Gunung Api Batur sebagai salah satu
ODTW yang telah dikenal sejak dulu karena memiliki keindahan alam yang baik,
hawa yang sejuk khas pegunungan, Gunung Api Batur yang menarik untuk
diketahui, juga Danau Batur yang memberikan warna kontras terhadap lingkungan
sekitarnya. Berbagai Aktivitas Wisata muncul di tempat tersebut, saat ini DMO
telah menentukan 15 Desa yang menjadi daerah penyanggah kegiatan pariwisata
yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali. Aktivitas Wisata timbul
dengan berbagai macam sebab dan akibat, salah satunya dengan adanya objek
wisata, lalu adapula karena tumbuhnya Industri Kreatif maupun sebaliknya, yaitu
kegiatan Industri Kreatif yang dipicu oleh adanya Aktivitas Wisata disekitarnya.
Dari keseluruhan pembahasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan
judul penelitian: “Potensi Industri Kreatif yang Mendukung Kegiatan
Pariwisata di Kawasan Gunung Api Batur, Bali”.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMBATASAN MASALAH
1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penulisan
ini adalah “Sejauhmana Potensi Industri Kreatif yang Mendukung
Kegiatan Pariwisata di Kawasan Gunung Batur, Bali”.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, tim peneliti membatasi aspek yang diteliti dari
Industri Kreatif yaitu empat aspek utama; Media, Seni Budaya, Desain, dan
8
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek) yang terdapat di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Lokasi penelitian Industri Kreatif ini dilaksanakan di 13 (tiga belas)
Desa dari 15 (lima belas) Desa yang termasuk dalam kawasan pariwisata
Gunung Api Batur, Bali. Hal ini dikarenakan adanya bencana alam dan
kendala teknis selama dilapangan, sehingga secara terpaksa tim meniadakan
penelitian ke desa-desa tersebut, yaitu Desa Sukawana dan Desa
Belandingan.
Selain itu tim peneliti membatasi penelitian tentang Aktivitas Wisata di
kawasan Gunung Api Batur bedasarkan data temuan tentang Industri Kreatif,
yang oleh tim di analisis menjadi beberapa temuan potensi Aktivitas Wisata
yang muncul dari kegiatan Industri Kreatif tersebut dengan melakukan
pemetaan di 13 Desa.
Dalam pengkajian Pengelolaan Industri Kreatif, peneliti hanya
menganalisa sudah atau belum dikelolanya Potensi Industri Kreatif yang
mendukung kegiatan pariwisata di kawasan Gunung Api Batur. Lalu
membandingkan kondisi yang menjadi sasaran dengan kondisi aktual dari
peran para stakeholders terkait.
9
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun permasalahan yang tim teliti melalui beberapa identifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi Potensi Industri Kreatif yang terdapat di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali?
2. Bagaimana kondisi Aktifitas Wisata di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur, Bali?
3. Bagaimana kondisi Pengelolaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata
Gunung Api Batur, Bali?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
a. Tujuan Formal:
Meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang penelitian
pemikiran logis, sistematis dan metodologi, dan juga sebagai
pengalaman sebelum men proyek akhir.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan prinsip-prinsip DMO di kawasan Pariwisata Gunung Batur,
Bali.
b. Tujuan Operasional:
1) Mengetahui potensi Industri Kreatif yang telah ada di kawasan
pariwisata Gunung Batur, Bali.
2) Mengetahui Aktivitas Wisata yang dapat dilakukan yang ada di
kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
10
3) Mengetahui bagaimana Pengelolaan Industri Kreatif yang ada di
kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
2. Manfaat
Penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para rekan-rekan mahasiswa
yang ingin mengetahui bagaimana kondisi aktual, nyata, tentang penelitian di
bidang pariwisata khususnya tentang Industri Kreatif, Aktivitas Wisata, dan
sudah atau belum dikelolanya di Kawasan Pariwisata Gunung Batur.
Sebagai sumber awal untuk perencanaan baik itu pengembangan
produk wisata, usaha atau bisnis, pemetaan industri, maupun perencanaan
lain yang terkait.
Selain itu penulisan ini memberikan informasi dan rekomendasi
tentang potensi industri kreatif yang menyokong kegiatan pariwisata di
Kawasan Pariwisata Gunung Batur bagi Destination Management
Organization (DMO), Masyarakat Bali dan Kecamatan Kintamani
khususnya, para pelaku usaha, para pemangku kepentingan, dan Stakeholders
lainnya.
11
E. LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian berada di kawasan
Pariwisata Gunung Batur, Kabupaten Bangli,
Kecamatan Kintamani, Provinsi Bali,
Indonesia. Meliputi 13 Desa dari 48 Desa
yang secara administrasi terdaftar dalam
Kecamatan Kintamani. Berikut adalah 13
Desa yang menjadi lokasi penelitian:
Tabel 1.2. TABEL DAFTAR DESA YANG MENJADI LOKUS STUDI
Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V
Desa Batur Utara Desa Pinggan Desa Songan A Desa Kedisan Desa Suter
Desa Batur Selatan Desa Kintamani Desa Songan B Desa Buahan Desa Abang
Songan
Desa Batur Tengah - - Desa Trunyan Desa Abang
Batudinding
Sumber: Disparda Kabupaten Bangli 2012
F. KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan penelitian merujuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa
dihindari dalam melakukan suatu penelitian. Adapun keterbatasan tim
peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan Informasi
Adanya event keagamaan (Hindu) yang berlangsung selama penelitian
dilaksanakan, yang menghambat tim peneliti untuk melakukan
observasi. Salah satunya disebabkan oleh aktivitas seluruh masyarakat
maupun instansi-instansi terkait di Kecamatan Kintamani disibukkan
oleh acara tersebut.
GAMBAR 1.2.
LOGO KAB. BANGLI
Sumber: Disparda Kabupaten Bangli
2012
12
2. Keterbatasan Data
Tim Peneliti mengalami beberapa hambatan dalam pengumpulan data
dilapangan karena beberapa kendala teknis di lapangan.
G. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Berdasarkan buku Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-
2014 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun
2012, tim menyimpulkan 2 dimensi yaitu (1) Subtansi Dominan, dan (2)
Intensitas Sumber Daya yang masing‐masing dimensi memiliki 3 dan 4
komponen.
Substansi dominan pada suatu subsektor industri kreatif, dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) aspek yang menjadi ciri‐cirinya yaitu:
1. Media
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
media yang digunakan untuk menampil kontennya untuk menghasilkan
nilai.
2. Seni dan Budaya
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
kandungan seni dan budaya yang terdapat di dalamnya untuk
menghasilkan nilai.
3. Desain
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa yang mengandalkan
aspek perancangan/desain untuk menghasilkan nilai tambah (value‐
added).
13
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IpTek)
Subsektor tersebut menghasilkan barang/jasa mengandalkan
pengunaan teknologi berbasis pengetahuan (knowledge) sebagai sarana
penciptaannya untuk menghasilkan nilai tambah (value‐added).
Sedangkan Substansi Dominan memiliki komponen Intangible Based,
dan Tangible Based yang maksudnya adalah kategori Industri Kreatif
yang berbasis sumber daya kasat mata. Dikatakan kasat mata karena
melakukan kegiatan produksi yang mengandalkan sumber daya
berwujud fisik, dan produk yang dijualnyapun nampak wujud fisiknya.
Lalu Intangible Based sendiri merupakan Industri Kreatif yang
mengandalkan sepenuhnya kreativitas sebagai sumber daya utama dan
dikategorikan sebagai industri yang berbasis sumber daya yang tidak
kasat mata.
14
H. AGENDA KERJA PENELITIAN
Tabel 1.3. TABEL AGENDA KERJA PENELITIAN
No Tahapan Kegiatan Durasi Output
1 Penyusunan Kerangka Acuan Tugas
dan Pembahasan
1
Minggu
Penentuan Lokus Penelitian
dan Pembagian Kelompok
2 Penyusunan Proposal dan Laporan
Pendahuluan
2
Minggu
Proposal/ Laporan Pendahuluan
3 Seminar Internal Proposal dan Laporan
Pendahuluan & Perbaikan
3 Hari Materi Presentasi,Revisi, Input
4 Survei dan Observasi Lapangan 2
Minggu
Data Primer dan Sekunder
5 Penyusunan Laporan Sementara dan
Laporan Rancangan Rampung
2
Minggu
Laporan Sementara
dan Laporan Rancangan
Rampung
6 Seminar Internal Laporan Sementara dan
Laporan Rancangan Rampung
1 Hari Materi Presentasi, Input, Revisi
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
I. ORGANISASI PENELITIAN
Adapun susunan tim peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 1.4. TABEL SUSUNAN TIM PENELITI
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
Susunan Tim
Penanggung Jawab Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Pengarah Seluruh Puket dan Kabag STP Bandung
Kepala Bagian Perencanaan dan Hukum
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Koordinator Penelitian Faisal, MM.Par
Sekretaris Koordinator
Penelitian
Dra. Cucu Kurniati
Pembimbing Penelitian Faisal, MM.Par
Ina Veronika Ginting, S.Sos.
Drs. Samsudin Sulaiman, Apt.
Supervisor Penelitian I Nyoman Mertha
(Fasilitator DMO Wilayah Bali, Dosen STP Bali)
Susunan Tim
Peneliti Chandra Daru Nusastiawan Sharon Trifena Tamnge
Dyar Septiani Syarifah Zuhra
Noviescha Alvionira Yudi Hamdani
15
J. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Laporan ini disusun
berdasarkan sistematika berikut:
Tabel 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
No. BAB KONTEN
1 BAB I
Pendahuluan
Mencakup pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan dan pembatasan masalah, identifikasi
masalah, tujuan dan mafaat penelitian, lokasi penelitian,
keterbatasan penelitian, organisasi penelitian, agenda kerja
penelitian dan sistematika penulisan laporan.
2
BAB II
Tinjauan
Teori/Konsep
Mencakup tinjauan teori/konsep yang digunakan tim peneliti
yang terdiri dari telaahan literature, konsep-konsep teoritis
yang digunakan sebagai kerangka/landasan/acuan dalam
rangka menganalisis serta menjawab pertanyaan dari masalah
penelitian yang dibuat sebelumnya. Pada beberapa teori ini
dapat berarti membandingkan, menggabungkan, memperjelas
serta merumuskan landasan teoritis yang digunakan tim
peneliti disertai alasan serta argumentasinya.
3
BAB III
Metodologi
Penelitian
Mencakup metodologi penelitian yang terdiri dari paradigma
penelitian, pola pikir penelitian, metode yang digunakan dalam
penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, unit analisis,
teknik dan alat analisis, serta Matriks Operasional Variable
(MOV).
4
BAB IV
Tinjauan
Umum dan
Data Temuan
Mencakup tinjauan umum berdasarkan data dari penelitian
sebelumnya dan data temuan berdasarkan temuan yang
diemukan tim peneliti pada saat di lapangan. Data temuan ini
berupa data sekunder dan primer, serta penjabaran hasil
wawancara dan checklist.
5 BAB V
Pembahasan
Berisi pembahasan dari data temuan yang berdasarkan pada
teori yang digunakan tim peneliti dalam penelitian.
6
BAB VI
Kesimpulan
dan
Rekomendasi
Mencakup kesimpulan dan rekomendasi bagi stakeholders dan
DMO.
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
16
BAB II. KONSEP TEORI
A. EKONOMI KREATIF
1. Defisi Ekonomi
“Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas
manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi
terhadap barang dan jasa.”. Sumber: id.wikipedia.org. 23 Mei 2012.
2. Definisi Kreativitas
“Kreativitas adalah proses dimana ide-ide asli dihasilkan. Namun
demikian, karakteristik kreativitas dalam berbagai bidang usaha
manusia bisa setidaknya diartikulasikan”. Sumber: UNCTAD, Creative
Economy Report (2008:9).
3. Definisi Ekonomi Kreatif
“Ekonomi Kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan
informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of
knowledge dari sumberdaya manusianya sebagai faktor produksi utama
dalam kegiatan ekonominya”. Sumber: Kementerian Perdagangan
2009.
17
B. INDUSTRI KREATIF
1. Definisi Industri
Istilah industri berasal dari bahasa Latin, yaitu industri yang artinya
buruh atau tenaga kerja. Dewasa ini, istilah industri sering digunakan
secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Sumber:
http:id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012.
a. Jenis /Macam Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
1) Industri Rumah Tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 1-4 orang.
2) Industri Kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 5-19 orang.
3) Industri Sedang atau Menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 20-99 orang.
4) Industri Besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 100 orang atau lebih.
2. Definisi Industri Kreatif
Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan
18
dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sumber:
Kementerian Perdagangan 2009
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)
mendefinisikan Industri Kreatif;
a. Adalah siklus penciptaan, produksi dan distribusi barang dan jasa
yang menggunakan kreativitas dan modal intelektual sebagai
masukan/modal utama;
b. Merupakan serangkaian kegiatan yang didasari pengetahuan,
yang berfokus pada seni tetapi tidak terbatas hanya pada seni,
berpotensi menghasilkan keuntungan dari perdagangan dan hak
kekayaan intelektual;
c. Terdiri dari produk berwujud dan tidak berwujud intelektual atau
seni jasa dengan konten kreatif, nilai ekonomi dan tujuan pasar;
d. Berada di jalan lintas antara, jasa tukang dan industri sektor, dan
merupakan sektor dinamis baru dalam perdagangan dunia.
Adapun penggolongan komponen Industri Kreatif di Indonesia berikut
pengelompokkannya:
19
Gambar 2.1. GAMBAR PENGELOMPOKKAN SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF
Sumber: Rencana Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif 2012-2014
Berikut ini adalah pengertian dari 15 subsektor yang termasuk ke dalam
industri kreatif:
Tabel 2.1. TABEL DAFTAR DARI 15 SUBSEKTOR DALAM INDUSTRI KREATIF
No. Subsektor Pengertian
1. Periklanan Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah
dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,
produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan. Misalnya: Riset
pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi
material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di
media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio),
pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran,
pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, serta penyewaan kolom
untuk iklan.
2. Arsitektur Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan,
pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro
(Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan
level mikro. Misalnya: Detail konstruksi, arsitektur taman, desain
interior).
3. Pasar Barang
Seni
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang‐barang
asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi
melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet. Misalnya:
Alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa.
Penerbitan dan
Percetakan
Periklanan
TV dan Radio
Film, Video, Fotografi
Musik
Seni Pertunjukan
Desain
Arsitektur
Permainan
Interaktif
Kerajinan
Kuliner Fesyen
Pasar Barang Seni
Teknologi
Informasi dan
Piranti Lunak
Riset dan
Pengembangan
Subtansi Dominan
Seni Budaya Media Desain IpTek
Inte
nsi
tas
Sum
ber
Day
a
Tan
gib
le
Inta
ngi
ble
20
4. Kerajinan Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi
produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari
desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Meliputi
barang kerajinan yang terbuat dari: Batu berharga, serat alam maupun
buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan
kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam
jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
5. Desain Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan
dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas
kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk
fesyen.
7. Kuliner Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi, distribusi.
Termasuk didalamnya pengembangan menu, cita rasa, komposisi,
ukuran,
8. Video, Film
dan Fotografi
Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan
jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di
dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan
eksibisi film.
9. Permainan
Interaktif
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi
permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan,
dan edukasi.
Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan
semata‐mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
10. Musik Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
11. Seni
Pertunjukan
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten,
produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional,
tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan,
tata panggung, dan tata pencahayaan.
12. Penerbitan dan
Percetakan
Kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan
penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital
serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup
penerbitan foto‐foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,
reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk
rekaman mikro film.
13. Layanan
Komputer dan
Piranti Lunak
Kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi
informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data,
pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi
sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal
termasuk perawatannya.
14. Televisi dan
Radio
Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan
acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan
lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio,
termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi.
15. Riset dan Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan
21
Pengembangan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan
tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,
material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan
humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan
seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025
C. PARIWISATA
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata juga didefinisikan oleh beberapa tokoh lain di Indonesia.
Seperti menurut Nyoman S. Pendit (2003:32), “Pariwisata adalah salah satu
jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya sebagai sektor
yang kompleks, ia juga merealisi idustri-industri klasik seperti industri
kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara
ekonomis juga dipandang sebagai industri.”
Dengan berbagai definisi mengenai pariwisata, maka pemerintah
menetapkan definisi pariwisata itu sebagai “Berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.”. Sumber:
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009.
Suwardjoko P. Warpani, Indira P. Warpani (2007:5-6) kemudian
mengemukakan empat faktor yang menjadi dasar pengertian pariwisata yang
murni, yaitu:
22
a. Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu, sekurang-
kurangnya 24 jam dan kurang dari 1 tahun.
b. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain.
c. Apapun bentuknya, perjalanan harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi.
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah
di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata menjadi
konsumen di tempat tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh, Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia juga menetapkan angka lama perjalan untuk kunjungan wisata
yaitu tidak lebih dari 6 bulan dengan jarak tempuh paling sedikit 100 km.
Sumber: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2003:1 – 6).
D. PARIWISATA KREATIF
Menurut Ohriska-Olson 2010 dalam buku “Creative Tourism Business
Model and Its Application in Bulgaria” oleh Rossitza Ohridska-Olson and
Stanislav Ivanov Pariwisata kreatif adalah bentuk budaya pariwisata. Sedangkan
UNESCO menjabarkan bahwa “Perjalanan yang diarahkan kepada penyatuan
pengalaman nyata, dengan pembelajaran yang partisipatif di bidang seni, warisan
budaya, atau karakteristik khusus dari suatu tempat, dan menciptakan suatu
hubungan dengan mereka yang tinggal di tempat ini, serta menciptakannya budaya
yang hidup”.
Teori lain mengatakan; "Creative Tourism is tourism related to community
development for a sustainable way of life. The activities provided had to be
23
harmonious and connected to history, culture, and way of life in terms of learning
and experience. Tourists gain experience and knowledge from the real life of the
communities they visit.”.
Sumber: http://www.creativetourism.com/en/c_main/about.html.
UNESCO juga mendefinisikan arti pariwisata kreatif itu kedalam hal
pengorganisiran kegiatan belajar dari pengalaman langsung seperti berpartisipasi
dalam kegiatan dan berinteraksi dengan orang lokal. Tujuannya agar wisatawan
pengunjung tidak hanya pasif, tetapi mereka menjadi anggota aktif dari masyarakat
lokal. Pariwisata kreatif adalah cara baru untuk bepergian. Pariwisata kreatif dapat
lebih berarti dari sekedar menghabiskan waktu santai, atau hanya berjalan-jalan
mengunjungi museum, wisata alam dan situs sejarah.
E. AKTIVITAS WISATA
Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab
I Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu: (1) Kegiatan perjalanan; (2)
Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya
atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Menurut Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178), hal yang terpenting agar usaha
pengembangan sekaligus pengelolaan obyek dan daya tarik wisata dapat menarik
dan memotivasi untuk berkunjung adalah dengan terpenuhinya tiga syarat utama
yang harus dimiliki objek wisata, yaitu:
24
1. Something to do, yaitu sesuatu kegiatan yang dapat dilakukan.
2. Something to see, yaitu sesuatu hal yang dapat dilihat.
3. Something to buy, yaitu sesuatu yang dapat dibeli.
Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah
objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan
pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan.
Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya
berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat
dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata
adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan
yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam
pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala
sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik
agar orang datang ke tempat tersebut.
Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat
menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara
profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat
menarik wisatawan untuk datang.
Aktivitas Wisata adalah suatu perjalanan satu atau sekelompok orang ke
tempat yang bukan tempat tinggal atau tempat kerjanya dengan maksud untuk
mencari kesenangan dan bukan dengan tujuan melaksanakan pekerjaan (Mill &
Morrison, 1985 dalam Tussyadiah, 2002). Sumber http://eprints.undip.ac.id/9462/
25
Batasan pariwisata menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani
(2007:13-14) sangat luas dan sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang
dilakukan oleh wisatawan, maka pariwisata dikategorikan menjadi:
1. Wisata Agro; dapat dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang
dikaitkan dengan kegiatan industri pertanian, misalnya wisata durian
pada musim buah durian, atau wisata tani, yakni para wisatawan turut
terjun aktif menanam padi.
2. Wisata Belanja; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan
atau bagian dari jenis pariwisata lain, misalnya Kota Bandung dengan
Pusat Jeans di Jl. Cihampelas, Sidoarjo dengan pusat Tas di
Tanggulangin.
3. Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi
tradisi, misalnya; mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa
budaya yang digelar pada saat-saat tertentu, misalnya: Sekaten di
Surakarta dan Yogyakarta, Ngaben di Bali, Labuhan di Cilacap,
pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan
mempelajari budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan
sebagainya.
4. Wisata Iklim; bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-
benar dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-
tempat lain hanya untuk ’berburu’ panas sinar matahari. Bagi
masyarakat tropis seperti Indonesia, kunjungan ke suatu tempat
berkaitan dengan maksud mencari perubahan iklim setempat.
Misalnya: penduduk pantai berwisata ke pegunungan, dan sebaliknya.
26
5. Wisata Karya; kunjungan kerja, yaitu jenis pariwisata yang para
wisatawannya berkunjung dengan maskud kedatangan seseorang atau
sejumlah orang di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) memang untuk
melaksanakan tugas profesi/pekerjaannya, namun dalam waktu
senggang, atau sengaja diacarakan, mereka melakukan rekreasi atau
kunjungan wisata ke beberapa objek. Misalnya: peninjauan/inspeksi
daerah, sigi lapangan.
6. Wisata Kesehatan; berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu
penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan
penyembuh, misalnya kunjungan ke Krakal di Kebumen dengan
maksud berendam di air belerang untuk menyembuhkan penyakit kulit;
mengunjungi dan tinggal untuk sementara di sanotarium yang beriklim
sejuk; berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat.
7. Wisata Konvensi/Seminar; dilakukan dengan sengaja memilih salah
satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan seminar
dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah tujuan wisata yang
bersangkutan. Penentuan lokasi tempat penyelenggaraan suatu
konvensi, baik nasional maupun internasional, sering dikaitkan dengan
kebijakan pemerintah mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.
Kebijakan pemilihan lokasi penyelengaraan konvensi sangat jelas
diwarnai oleh kepentingan pariwisata.
8. Wisata Niaga; berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha
perdagangan). Wisatawan datang karena ada urusan perniagaan di
tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga
27
ada di sana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan
datang dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun
pada waktu luang pada umumnya berwisata. Bahkan menjadi kebiasaan
usaha bahwa berwisata digunakan sebagai media berniaga mengadakan
pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.
9. Wisata Olahraga; yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia
olahraga, misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga
Nasional, Asean Games, Olimpiade, atau sekadar pertandingan
persahabatan. Para wisatawan adalah para
10. Wisata Pelancongan/pesiar/pelesir/rekreasi; dilakukan untuk
berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, melihat
sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan ketegangan
(lepas dari kesibukan rutin). Maksudnya adalah memulihkan kesegaran
dan kebugaran jasmani dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari
atau mengunjungi tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat
tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki suasana khas yang
diinginkannya. Ragam wisata rekreasi lebih kurang sama dengan
wisata santai, yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk
memuaskan hasrat ”ingin tahu”, baik objek itu berupa keindahan alam,
peningalan bersejarah, atau budaya masyarakat.
11. Wisata Petualangan; dilakukan lebih ke arah olahraga yang sifatnya
menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam
jenis wisata petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di
alam terbuka dengan berbagai atraksi yang menantang dan kadang-
28
kadang mengundang risiko. Terbang layang, arung jeram, panjat
tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam, susur gua (menyusuri
lorong-lorong gua menikmati pemandangan stalagtit-stalagmit) adalah
beberapa contoh wisata petualangan.
12. Wisata Ziarah; dalam kaitan dengan agama atau budaya.
Mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,
misalnya: Waisak di kompleks Candi Borobudur-Magelang, menyepi
di Pantai Parangkusumo- Yogyakarta, mengunjungi tempat yang
dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh-tokoh masyarakat atau
pahlawan bangsa.
13. Darmawisata; perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang,
atau berkaitan dengan pelaksanaan darma di luar ruangan, atau
ekskursi; atau melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar
waktu kerja sehari- hari.
14. Widiawisata (pendidikan); Perjalanan ke luar (daerah, kampung, dsb)
dalam rangka kunjungan studi; dilakukan untuk mempelajari seni-
budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam dan atau budaya,
atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu tertentu,
misalnya: tugas belajar.
29
F. PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF
1. Prinsip Dasar Pengelolaan Industri Kreatif
Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990;246), merujuk
kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seorang atau
sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang
melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Planning (perencanaan)
b. Directing (mengarahkan)
c. Organizing (termasuk coordinating)
d. Controlling (pengawasan)
2. Aktor Utama Model Pengembangan Industri Kreatif
Bangunan industri kreatif ini dipayungi oleh hubungan antara
Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business) dan pemerintah
(Government) yang disebut sebagai sistem ‘triple helix’ yang merupakan
aktor utama penggerak lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat,
saling menunjang dan bersimbiosis mutualisme antara ke‐3 aktor tersebut
dalam kaitannya dengan landasan dan pilar‐pilar model Industri Kreatif akan
menghasilkan Industri Kreatif yang berdiri kokoh dan berkesinambungan.
30
a. Intellectuals (Cendekiawan)
Cendekiawan adalah orang‐orang yang dalam perhatian
utamanya mencari kepuasan dalam mengolah seni, ilmu pengetahuan
atas renungan metafisika, dan bukan hendak mencari tujuan‐tujuan
praktis, serta para moralis yang dalam sikap pandang dan kegiatannya
merupakan perlawanan terhadap realisme massa. Mereka adalah para
ilmuwan, filsuf, seniman, ahli metafisika yang menemukan kepuasan
dalam penerapan ilmu (bukan dalam penerapan hasil‐hasilnya).
Akan tetapi, dari definisi di atas, kecendekiawanan itu juga
ditentukan dari keinginan menerapkan ilmu, dan menularkannya.
Dalam konteks industri kreatif, cendekiawan mencakup budayawan,
seniman, punakawan, begawan, para pendidik di lembaga‐lembaga
pendidikan, para pelopor di paguyuban, padepokan, sanggar budaya
dan seni, individu atau kelompok studi dan peneliti, penulis, dan tokoh‐
tokoh lainnya di bidang seni, budaya (nilai, filsafat) dan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan pengembangan Industri Kreatif.
Nama‐nama besar di Indonesia terdapat beberapa nama seperti
Nurcholish Madjid, Emha A. Najib, Romo Mangun, Harry Roesli,
Jakob Soemardjo, Rendra, Iwan Fals, Sujiwo Tedjo, Ki Manteb, dan
lain‐lain.
Menilik kembali landasan Industri Kreatif yaitu sumber daya
insani (people), dapat dikenali bahwa salah satu anggota pekerja
berstrata inti super kreatif adalah pekerjaan dari para cendekiawan.
Cendekiawan memiliki kapasitas yang sangat besar dalam memperkuat
31
basis‐basis formal dan informal dari inovasi, dan memiliki kemampuan
untuk mematangkan konsep‐konsep inovasi dan juga memiliki
kapasitas mendiseminasi informasi dengan jejaring.
b. Business (Bisnis)
Bila ditilik secara ekonomi, bisnis (disebut juga perusahaan)
adalah suatu entitas organisasi yang dikenali secara legal, dan sengaja
diciptakan untuk menyediakan barang‐barang baik berupa produk dan
jasa kepada konsumen. Bisnis pada umumnya dimiliki oleh swasta dan
dibentuk untuk menghasilkan profit dan meningkatkan kemakmuran
para pemiliknya.
Pemilik dan operator bisnis bertujuan memperoleh keuntungan
finansial sebagai hasil kerjanya dan tantangan resiko yang ia hadapi.
Ketataniagaan bisnis diatur oleh hukum disuatu negara dimana bisnis
itu berada. Bentuk‐bentuk bisnis adalah: kepemilikan tunggal,
kemitraan, korporasi dan koperasi. Bisnis bisa berbasis manufaktur,
jasa, eceran dan distribusi, pertanian, mineral, finansial, informasi, real
estat, transportasi, dan utility seperti listrik, pengairan yang biasanya
terkait dengan badan‐badan kepemerintahan. Di dalam organisasinya,
bisnis memiliki pengelompokan pekerjaan seperti pemasaran,
penjualan, produksi, teknologi informasi, riset dan pengembangan.
Manajemen berfungsi menerapkan operasional yang efisien dan efektif
terhadap suatu bisnis.
Pada saat‐saat tertentu, bisnis juga membutuhkan modal
tambahan (capital), yang didapat dari pinjaman bank atau pinjaman
32
informal atau investor baru. Bisnis juga harus dilengkapi dengan
proteksi agar menghalangi kompetitor untuk menyaingi bisnis tersebut.
Proteksi tersebut bisa dalam bentuk HKI yang terdiri dari paten,
hakcipta, merek dagang dan desain. Setiap bisnis pasti memiliki nama,
logo dan teknik‐teknik pencitraan. Karena aspek kompetisi maka bisnis
perlu mendaftarkan HKI di setiap daerah atau negara dimana terdapat
kompetitor‐kompetitor. Banyak negara telah menandatangani
perjanjian internasional tentang HKI, dan setiap perusahaan yang
terdaftar di negara‐negara ini harus mentaati hukum negara yang telah
terikat dengan perjanjian internasional ini. Bisnis bisa juga dijual dan
dibeli. Pemilik bisnis menyebut ini sebagai exit‐plan. Exit‐plan yang
lazim dikenali adalah seperti IPO atau merger dan akuisisi.
c. Government (Pemerintah)
Pemerintah didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang
memiliki otoritas untuk mengelola suatu negara, sebagai sebuah
kesatuan politik, atau aparat/alat negara yang memiliki badan yang
mampu memfungsikan dan menggunakan otoritas/kekuasaan. Dengan
ini, pemerintah memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan
hukum serta undang‐undang di wilayah tertentu.
Pemerintah yang dimaksud dalam studi rencana pengembangan
Ekonomi Kreatif ini adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah
yang terkait dengan pengembangan Ekonomi Kreatif, baik keterkaitan
dalam substansi, maupun keterkaitan administrasi. Pemerintah pusat
meliputi departemen‐departemen dan badan‐badan. Pemerintah daerah
33
meliputi pemerintah daerah tingkat I, pemerintah daerah tingkat II,
sampai kepada hirarki terendah pemerintahan daerah. Sinergi antar
departemen dan badan di pemerintah pusat, dan sinergi antara
pemerintah pusat dan daerah, sangat diperlukan untuk dapat mencapai
visi, misi dan sasaran pengembangan Industri Kreatif ini. Hal ini
disebabkan karena pengembangan Ekonomi Kreatif bukan hanya
pembangunan industri, tetapi juga meliputi pembangunan ideologi,
politik, sosial dan budaya.
Menurut Pitan dan Diarta (2009:86), tujuan dari pengelolaan atau
manajemen pariwisata adalah untuk menyeimbangkan pertumbuhan
dan pendapatan ekonomi dengan pelayanan kepada wisatawan serta
perlindungan terhadap lingkungan dan pelestarian keberagaman
budaya.
Menurut Cox dalam Dowling dan Fannel (2003:2), pengelolaan
pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1) Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah
didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang
merefleksikan keunikan dan peninggalan budaya dan keunikan
lingkungan.
2) Preservasi, proteksi dan peningkatan kualitas sumber daya yang
menjadi basis pengembangan pariwisata.
3) Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada
khasanah budaya lokal.
34
4) Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan budaya
lokal.
5) Memberikan dukungan dan legimitasi pada pembangunan
pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi
sebaliknya mengendalikan dan/ atau menghentikan aktivitas
menghentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melampaui
ambang batas (carryng capacity) lingkungan alam atau
akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan
kepadatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan pariwisata yang bekelanjutan baik secara
ekonomi, sosial-budaya maupun lingkungan yanng efektif, pengelola
wajib melakukan manajemen sumber daya yang efektif. Manajemen
sumber daya ditujukan untuk menjamin perlindungan terhadap
ekosistem dan mencegah degradasi kualitas lingkungan.
Dalam hal penyusunan kebijakan akan menjadi tuntutan bagi
pelaku pariwisata dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan
pariwisata. Dalam pembentukan agen, bertujuan menghasilkan rencana
strategi sebagai panduan dalam pemasaran dan pengembangan fisik di
daerah tujuan wisata. Dalam hal penyediaan fasilitas dan operasi,
pemerintah berperan dalam memberi modal usaha, pemberian subsidi
kepada fasilitas, dan pelayanan yang vital. Penyelesaian konflik
merupakan peran yang sangat penting dalam era dimana isu lingkungan
dan konservasi sumber daya menjadi isu penting.
35
3. Pelaku Kepariwisataan (Stakeholders)
Pariwisata tidak bisa lepas dari komponen pedukung atau yang disebut
dengan pelaku wisata (tourism stakeholders). Menurut Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2011, “Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur
beserta jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara
berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan
di bidang kepariwisataan”.
Para pelaku pariwisata ini saling terkait baik itu sebagai pengelola,
pemangku kebijakan, pihak yang menyediakan produk pariwisata, orang
yang melakukan kegiatan pariwisata hingga pihak yang terkena dampak
pariwisatanya dan yang menjadi daya tarik dari pariwisata tersebut.
4. Pola Hubungan Stakeholders Kepariwisataan
Berikutnya yang paling pokok adalah bahwa pariwisata tidak bisa lepas
dari komponen pedukung atau yang disebut dengan “tourism stakeholders”
yang saling berinteraksi, sebagaiman yang disebut oleh Bahar (1995) sebagai
pola hubungan stakeholders kepariwisataan sebagaimana gambar berikut ini:
36
Gambar 2.2. POLA HUBUNGAN STAKEHOLDERS KEPARIWISATAAN
PEMERINTAH
WISATAWAN
MASYARAKAT SWASTA
Sumber: Bahar, 1995
37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. PARADIGMA PENELITIAN
Menurut Sambas Ali (2010:22) “Paradigma penelitian merupakan kerangka
berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta
kehidupan sosial dan perilaku peneliti terhadap ilmu atau teori, yang dikontruksi
sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.”
Mengacu pada pengertian di atas dalam penyusunan laporan ini paradigma
penelitian berdasarkan pada teori-teori sebagai berikut:
Gambar 3.1. TABEL PARADIGMA PENELITIAN
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
OPERATIONAL THEORY
Teori IndustriTeori Produk Wisata
Teori Pemetaan
MIDDLE THEORY
Teori Industri KreatifTeori Pariwisata
GRAND THEORY
Teori Ekonomi Kreatif
38
B. POLA PIKIR PENELITIAN
Berikut ini adalah gambaran pola pemikiran penelitian:
Gambar 3.2. GAMBAR POLA PENELITIAN
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
Dalam penelitian ini tim menetukan tiga faktor yang mempengaruhi
perkembangan Industri Kreatif sebagai input data, yakni; (1) Potensi Industri
Kreatif, (2) Aktivitas Wisata, dan (3) Pengelolaan Industri Kreatif.
(X₁)
POTENSI INDUSTRI
(X₂)
AKTIVITAS WISATA
(X₃)
PENGELOLAAN INDUSTRI
KREATIF
INDUSTRI KREATIF
39
C. ALUR PENELITIAN
Adapun alur penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.3. GAMBAR POLA PENELITIAN
Sumber: Tim Peneliti DMO-PIP Gunung Batur, Bali 2012
ANALISIS
Potensi Industri Kreatif
Aktivitas Wisata
Pengelolaan Industri Kreatif
METODE
PENELITIAN
Paradigma Penelitian Alur Penelitian
Metode Penelitian Teknik Dan Alat
Pengumpulan Data Unit Analisis
TEORI
Industri Pariwisata
Pengelolaan
KONSEP
PENELITIAN
Potensi Industri Kreatif
Aktifitas Wisata
Pengelolaan Industri
REKOMENDASI Bagi:
Pemerintah Daerah Kab. Bangli
Masyarakat Daerah Kab. Bangli
DMO
KESIMPULAN
IDENTIFIKASI MASALAHBagaimana kondisi industri kreatif yang terdapat di kawasan gunung api Batur, Bali.?
Bagaimana kondisi aktifitas wisata di kawasan gunung api batur Bali ?
Bagaimana pengelolaan industri kreatif dikawasan gunung api Batur , Bali ?
RUMUSAN MASALAH
Sejauh mana potensi industri kreatif yang mendukung kegiatan pariwisata di kawasan gunung api batur, Bali
LATAR BELAKANGDiterapkannya konsep ekonomi kreatif di
Indonesia, Khususnya kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai acuan pengembangan
desinasi pariwisata
Kawasan pariwisata gunung batur memiliki banyak objek pariwisata yang berpotensi tinggi,
tanpa dukungan kegiatan perekonomian yang bak bagi komunikasi lokal
40
D. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
(Ulber Silalahi, 2009 : 62) yang meliputi pengumpulan data agar dapat
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir baik
karakteristik ataupun frekuensi dengan atau yang mempertanyakan status
satu gejala atau variabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989:581,
metode deskriptif memiliki pengertian yaitu “Cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai suatu hasil atau maksud, cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan”. Adapun tujuan dari penggunaan metode deskriptif analisis untuk
mengungkap suatu gejala yang aktual, mengumpulkan data, menganalisanya
dan membandingkan dengan teori-teori yang ada.
E. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1. Teknik Kumpul Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh tim peneliti,
yaitu;
a. Observasi Langsung ke Lapangan
Menurut Para Ahli Teknik Observasi mempelajari tingkah laku
tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi
Observasi. Menurut Nasution (Sugiyono, 2009:64)
b. Wawancara
Menurut Sainuddin, S.Sos (2009) wawancara merupakan
kegiatan pencarian informasi dengan cara menanyakan secara
mendetail dan mendalam; memancing dengan pernyataan maupun
41
mengkonfirmasi suatu hal, agar dapat diperoleh gambaran yang utuh
tentang narasumber atau peristiwa maupun isu tertentu.
Dalam pengertian jurnalistik, wawancara adalah suatu
percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap
mula dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain. Pengertian
lain wawancara adalah merupakan suatu hubungan antar manusia
dimana kedua pihak bersikap sama derajat selama pertemuan-
pertemuan berlangsung.
Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur,
dimana tim peneliti mengetahui secara jelas dan terperinci apa
informasi yang dibutuhkan dan memiliki satu daftar pertanyaan yang
sudah ditentukan atau disusun sebelumnya yang akan disampaikan
kepada responden. Pewawancara memiliki sejumlah pertanyaan yang
telah disusun dan mengadakan wawancara atas dasar atau panduan
pertanyaan tersebut.
c. Basis Data
Menurut Date, database dapat dianggap sebagai tempat
sekumpulan berkas dan terkomputerisasi, yang tujuan utamanya
adalah melakukan pemeliharaan terhadap informasi dan
membuat informasi tersebut tersedia saat dibutuhkan.
Sumber:(http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-
studies/2068236-pengertian-database-menurut-para-
ahli/#ixzz1pxBaFRGG)
42
d. Studi Kepustakaan
Tim peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data
melalui studi kepustakaan untuk membandingkan kondisi aktual
yang terjadi dengan kondisi ideal secara teoritis, mempelajari
buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
guna mendapatkan landasan teori sebagai data pendukung dalam
penulisan Laporan Rampung Penelitian Bisnis Industri ini.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan digunakan oleh tim peneliti pada saat
berada di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Pedoman wawancara, berisikan mengenai pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber oleh tim peneliti yang akan
disusun secara sistematis dan terorganisir guna untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.Tim peneliti sebagai pewawancara akan
melakukan wawancara dengan sejumlah informan yaitu para
pelaku industri ekonomi kreatif dan juga pengurus desa setempat
sebagai narasumber Hasil percakapan tersebut akan dicatat atau
direkam oleh tim peniliti.
b. Check-list (Daftar Periksa), merupakan daftar yang berisi catatan
setiap faktor secara sistematis. Daftar periksa ini biasanya dibuat
sebelum observasi dan sesuai dengan tujuan observasi. Daftar
periksa merupakan panduan tim
43
c. Peneliti dalam mengumpulkan basis data sesuai dengan indikator
yang telah dibuat dalam matriks operasional variabel.
F. UNIT ANALISIS
Menurut Ulber Silalahi (1999:194) unit analisis dalam penelitian adalah unit
atau elemen yang dianalisis atau dipelajari yang darinya ingin diketahui satu
atau sejumlah hal. Berikut pihak-pihak yang menjadi informan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Pemerintah Dinas Pariwisata Daerah Bangli Bali.
2. Pihak Pelaku Industri Ekonomi Kreatif di kawasan kaldera Gunung
Batur Bali.
3. Pihak dari 13 desa yang terdapat di kawasan kaldera Gunung Api Batur,
diantaranya:
h. Desa Batur Selatan
i. Desa Batur Utara
j. Desa Kintamani
k. Desa Pinggan
l. Desa Songan A
m. Desa Songan B
a. Desa Buahan
b. Desa Kedisan
c. Desa Terunyan
d. Abang Batudinding
e. Desa Abang Songan
f. Desa Suter
g. Desa Batur Tengah
44
G. TEKNIK DAN ALAT ANALISIS
Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Melleyong 2002:103) menjelaskan
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola dalam, kategori, dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Taylor, (1975:79) mendevinisikan analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis.
Dalam menganalisis penelitian ini tim peneliti menggunakan sebagai berikut:
1. SWOT Analysis
Merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu
spekulasi bisnis.Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.
Hasil analisa SWOT dapat dilihat melalui tabel IFAS dan EFAS. Data-
data diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan checklist. Menurut
Rangkuti (2006) penjumlahan pada tabel IFAS jumlah bobot antara kekuatan
dan kelemahan tidak boleh lebih dari 1.00 begitu juga jumlah bobot antara
peluang dan ancaman yang juga tidak boleh lebih dari 1.00 ketentuan dalam
45
pemberian bobot kekuatan pada tabel IFAS serta peluang pada tabel EFAS
menurut Rangkuti (2006) adalah sebagai berikut: bobot tertinggi (0.20) untuk
masalah sangat penting,bobot (0,15) untuk masalah yang penting,bobot
(0,10) untuk masalah yang cukup penting,dan bobot terendah (0.02) untuk
masalah yang kurang penting. Sedangkan untuk pemberian bobot ancaman
pada EFAS dan kelemahan pada tabel IFAS adalah sebaliknya: bobot (0.01)
untuk masalah yang sangat penting, bobot (0.02) untuk masalah yang
penting, bobot (0.03) untuk masalah yang cukup penting, dan bobot (0.05)
untuk masalah yang kurang penting. Kemudian pemberian rating pada
masing-masing faktor yaitu dengan memberikan rating mulai dari 1 (sangat
kurang) sampai dengan 4 (sangat tinggi) berdasarkan pengaruh faktor
terhadap industri kreatif subsektor kerajinan sulaman/bordiran,sulaman
benang emas dan tenunan. Pemberian nilai untuk kekuatan dan peluang
bersifat positif (misalnya +4) sedangkan untuk kelemahan dan ancaman
adalah negatif atau sebaliknya (misalnya -1). Variabel yang bersifat positif,
yaitu semua variabel yang termasuk ke dalam kekuatan, diberi nilai +1
sampai dengan +4 (sangat baik). Sedangkan variabel yang bersifat negatif
adalah kondisi kebalikannya.
Tabel 4.1. TABEL MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL (MOV)
KONSEP TEORI VARIABLE DIMENSI
SUBDIMENSI 1
(Substansi
Dominan)
SUBDIMENSI 2
(Intensitas
Sumberdaya)
INDIKATOR INSTRUMEN SUMBER
DATA
Industri Kreatif;
“Industri yang berasal dari
pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu
untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan
daya cipta individu tersebut.” Sumber:
Kementerian
Perdagangan 2009
Po
ten
si In
du
stri
Kre
atif
(X₁)
Industri Kreatif
Media
Tangible/ Intangible
Penerbitan dan Percetakan
Pedoman Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi Intangible
Film, Video, Fotografi
Televisi dan Radio
Periklanan
Musik
Seni Budaya
Tangible
Kerajinan
Pedoman Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi
Kuliner
Fesyen
Tangible/ Intangible
Pasar Barang Seni
Intangible
Musik
Seni Pertunjukan
Arsitektur
Desain
Desain
Tangible
Arsitektur
Pedoman Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi
Desain
Permainan Interaktif
Tangible/ Intangible Penelitian dan Pengembangan
Intangible Fesyen
IpTek
Tangible/ Intangible
Penelitian Pengembangan Pedoman Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi Intangible Teknologi Informasi dan Piranti Lunak
Permainan Interaktif
Sumber: Tim DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
(X₂) Aktivitas
Wisata
Aktivitas Wisata yang Dilakukan
Something to do Pedoman Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi Something to see
Something to buy
(X₃) Pengelolaan
Industri
Kreatif
Peran Seseorang atau Kelompok
Planning
Pedoman
Wawancara
dan Check-list
Interview Dan
Observasi
Directing
Organizing
Controlling
Planning
48
BAB IV. TINJAUAN UMUM DAN DATA
HASIL TEMUAN
A. KONDISI UMUM INDUSTRI KREATIF
1. Industri dan Organisasi di 13 Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api
Batur, Bali
Bedasarkan data-data sekunder yang di dapat dilapangan berikut gambaran
nyata tentang keadaan Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur yang
tim sajikan dalam bentuk bagan-bagan dibawah ini:
Tabel 4.1. BANYAKNYA TENAGA KERJA PERUSAHAAN DI RINCI PER
DESA KEC.KINTAMANI TAHUN 2010
Sumber: Kintamani Dalam Angka 2011
Bedasarkan Tabel 4.1. diatas diketahui bahwa mayoritas industri yang tumbuh
di kawasan pariwisata Gunung Api Batur adalah Industri Kerajinan Rumah Tangga
yang di dominasi oleh Desa Suter dan Abang Batudinding dengan jumlah 283 dan 280
wirausaha yang ada. Sedangkan Industri Kecil masih sangat sedikit yang ada yaitu
Desa/Kelurahan Industri
Besar
Industri
Sedang Industri Kecil
Industri Kerajinan
Rumah Tangga
Batur Utara - - - -
Batur Selatan - - - -
Batur Tengah - - - -
Pinggan - - - 14
Kintamani - - - 39
Songan A - - - -
Songan B - - - -
Kedisan - - - -
Buahan - - 6 20
Trunyan - - - -
Suter - - 18 283
Abang Songan - - - 32
Abang Batudinding - - 32 280
Jumlah - - 56 668
49
hanya ada di Desa Abang Batudinding, Suter, dan Buahan. Industri Besar dan Industri
Sedang belum ada sama sekali di kawasan pariwisata Gunung Api Batur.
Sebagai kawasan pariwisata Gunung Api Batur, daerah ini juga memiliki
kekayaan alam berupa sumber daya hewani yaitu Ikan Tawar, yang sumber utamanya
dihasilkan dari Danau Batur. Berikut rincian datanya:
Tabel 4.2. PRODUKSI IKAN MENURUT JENISNYA PER DESA/KELURAHAN DI
KECAMATAN KINTAMANI TAHUN 2010
Bedasarkan data dari Tabel 4.2. diatas dapat diketahui bahwa jumlah ikan tawar
yang sebagian berasal dari Danau Batur berjumlah cukup banyak dihasilkan dalam
satu tahun, dimana mayoritas peternak ikan tawar berasal dari Desa Abang
Batudinding, Desa Songan A, Desa Songan B, Desa Batur Tengah, dan Desa Kedisan
dimana memang letak desa ini sebagian besar berada di sekitar tepian Danau Batur.
Selain kegiatan industri adapun beberapa organisasi milik masyarakat setempat
yang didirikan dengan tujuan mempertahankan budaya dan mengembangkan seni
budaya yang mereka memiliki berikut penjabarannya:
Desa/Kelurahan Ikan Air Tawar
(Kg)
Jumlah
(Kg)
Buahan - -
Suter - -
Abang Batudinding 14600 14600
Abang Songan - -
Trunyan - -
Songan B 4500 4500
Songan A 4300 4300
Batur Selatan - -
Batur Tengah 4200 4200
Batur Utara - -
Kintamani - -
Pinggan - -
Kedisan 3700 3700
Jumlah 31300 31300
Sumber: Pengolahan Data Kintamani Dalam Angka 2011
50
Tabel 4.3. JUMLAH ORGANISASI BERDASARKAN JENIS KESENIAN YANG ADA
DI 13 DESA KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI 2011
Sumber: Pengolahan Data “Kecamatan Kintamani Dalam Angka 2011”
Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa kegiatan kesenian di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur tumbuh dengan baik terutama di Desa Songan B dan
Abang Batudinding memiliki potensi kesenian yang baik pula, dimana jenis kesenian
Gong Kebyar menjadi jenis kesenian yang paling banyak diminati.
B. KONDISI UMUM AKTIVITAS WISATA
1. Pengunjung ke Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli merupakan salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di
Provinsi Bali, Kabupaten Bangli memiliki jumlah daya tarik wisata di Kabupaten
Bangli sebanyak 38 buah, dengan rincian 5 DTW sudah berkembang, 9 DTW sedang
dikembangkan dan 24 DTW yang akan dikembangkan (Disbudpar Kab. Bangli, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Bangli, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bangli pada tahun 2005
tercatat sejumlah 350.596 wisatawan, tahun 2006 (259.344 wisatawan), tahun 2007
Desa/Kelurahan Jenis Kesenian
Barong Gong Kebyar Legong Topeng Lainnya
Batur Utara 1 1 1 - -
Batur Selatan - 1 1 - -
Batur Tengah - 1 - - 2
Pinggan - 1 - - 2
Kintamani 1 9 1 - 3
Songan A - 1 3 - 2
Songan B - 20 - - 2
Kedisan 1 1 1 - 3
Buahan - 1 1 - 2
Trunyan 1 1 1 - -
Suter 1 8 2 - 2
Abang Songa\n - 8 3 1 2
Abang Batudinding - 9 1 1 2
Jumlah 5 62 15 2 22
51
(352.775), tahun 2008 (437.207 wisatawan), dan tahun 2009 (526.706 wisatawan).
Sedangkan tahun 2010 berjumlah 418.143 orang.
Tabel 4.4. DATA PERBANDINGAN ANTARA JUMLAH KUNJUNGAN
WISATAWAN YANG DATANG KE BALI DAN KINTAMANI
Tahun Bali Kintamani %
2005 1.386.449 320.596 23,12
2006 1.250.317 259.344 18,89
2007 1.664.854 352.775 19,46
2008 1.968.892 437.207 22,21
2009 2.384.819 526.706 22,09
2010 2.546.023 418.143 16,42
Sumber: Statistik Bangli Dalam Angka 2011.
Bedasarkan Tabel 4.4. diatas jumlah wisatawan tidak stabil dan menurun pada
tahun 2006, 2007, 2009, dan 2010. Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke
Kabupaten Bangli berdasarkan daerah asal wisatawan. Berikut adalah datanya:
Tabel 4.5. DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KINTAMANI KABUPATEN
BANGLI TAHUN 2010
Sumber: Disbudpar Kabupaten Bangli, 2010.
Bedasarkan Tabel 4.5. diatas dapat dilihat bahwa profil wisatawan asing yang
datang pada tahun 2010 lalu adalah Eropa, Amerika, dan Taiwan. Sedangkan jumlah
wisatawan domestik sendiri berjumlah lebih sedikit dari wisatawan asing yang datang
berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur.
No. Nama Negara Jumlah %
1 Eropa 145.927 34,9
2 Amerika 33.869 8,1
3 Australia 25.088 6,0
4 Jepang 19.234 4,6
5 China 30.942 7,4
6 Taiwan 33.441 8,0
7 Indonesia 91.593 21,9
8 Lainnya 38.049 9,1
Jumlah 418.143 100.0
52
Tabel 4.6. KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PAD KABUPATEN
BANGLI TAHUN 2005 - 2010
Tahun PAD RETRIBUSI %
2005 7.692.953.476,86 1.070.790.000,00 13,92
2006 9.718.077.898,00 794.910.500,00 8,18
2007 9.167.944.594,00 1.079.615.000,00 11,77
2008 12.633.751.193,09 1.352.466.500,00 10,68
2009 15.179.545.573,00 1.624.045.500,00 10,69
2010 17.191.454.000,00 1.813.462.500,00 11,66
Sumber: Dispenda Kabupaten Bangli, 2010.
Bedasarkan Tabel 4.6. diatas pasokan yang cukup besar dari sektor pariwisata
di Kabupaten Bangli yang berkisar ±11% per tahun dari 5 tahun terakhir.
2. Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kabupaten Bangli
Adapun beberapa objek pariwisata yang ada di Kabupaten Bangli, yaitu:
a. Pura Kehen
Pura Kehen yang terletak di Desa Cempaga, Bangli, memiliki banyak
keunikan. Selain letaknya yang strategis, pada pintu masuk pura tidak
menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura Kahyangan Jagat umumnya. Pintu
masuk Pura Kehen memang agak berbeda, yakni menggunakan Candi Kurung.
Disamping itu, keberadaan Bale Kulkul pada batang pohon Beringin turut
memberi warna lain bagi Pura Kehen yang menjadi salah satu objek pariwisata
unggulan Kota Bangli. Meski telah ditemukan tiga prasasti tentang Pura Kehen,
namun belum dapat dipastikan kapan sejatinya pura tersebut didirikan, dan apa
yang menjadi asal-usul nama Kehen itu sendiri. Berdasarkan prasasti ketiga
yang berangka tahun 1204 Masehi disebutkan beberapa pura yang mempunyai
hubungan kesatuan meliputi Pura Hyang Hatu, Hyang Kedaton, Hyang Daha
Bangli, Hyang Pande, Hyang Wukir, Hyang Tegal, Hyang Waringin, Hyang
Pahumbukan, Hyang Buhitan, Hyang Peken Lor, Hyang Peken Kidul dan Hyang
53
Kehen. Kehen sendiri diperkirakan berasal dari kata keren (tempat api), bila
dihubungkan dengan prasasti pertama yang berbahasa Sansekerta– namun tidak
berangka tahun,di mana di dalamnya menyebutkan kata-kata Hyang Api, Hyang
Karinama, Hyang Tanda serta nama-nama biksu.
Jro Pasek Pura Kehen sebagai salah satu Dangka di Pura Kehen mengaku
pernah mendengar dari cerita orangtua akan keunikan atau kejadian mistis yang
pernah terjadi di Kehen. Seperti halnya munculnya ula (ular) duwe pada tahun
1960 pagi, saat itu masyarakat setempat yang baru saja selesai menyapu di jaba
pura menyaksikan secara langsung munculnya ular duwe tersebut. Selain itu,
masyarakat setempat sangat percaya jika patahnya pohon beringin yang terdapat
di pura sebagai pertanda grubug (musibah). Hal tersebut disimpulkan dari
kejadian-kejadian yang pernah terjadi secara turun temurun.
Gambar 4.1. GERBANG PURA KEHEN
Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) Mei 2012.
Tidak hanya itu, letak bagian yang patah juga diyakini sebagai pertanda
musibah tersebut akan melanda orang tertentu. Misalnya pada saat raja Bangli
meninggal dunia, dahan pohon beringin yang letaknya di Kaja Kangin (Utara-
Timur) patah. Kemudian jika ada pendeta yang meninggal, maka dahan pohon
beringin sebelah Kaja Kauh (Barat Daya) patah. Sedangkan jika bagian yang
54
patah letaknya Kelod Kangin (Timur Lau) dan Kelod Kauh (Tenggara) maka
diyakini akan ada musibah yang menimpa masyarakat. Terkait upacara, karya di
Pura Kehen Bangli berlangsung setiap enam bulan sekali tepatnya pada Hari
Raya Pagerwesi yakni setiap Buda Kliwon Wuku Sinta. Namun, upacara
besarnya yaitu Ngusaba Dewa atau biasa disebut Karya Agung Bhatara Turun
Kabeh berlangsung setiap tiga tahun sekali, tepatnya Purnama Kalima,
Saniscara Pon Wuku Sinta. Selain itu desa yang tergabung dalam Gebog
(tatanan masyarakat) Domas (800) dan Bebanuan Pura Kehen memiliki peran
masing-masing, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan dalam suatu acara.
Pembagian tugas tersebut dilakukan berdasarkan dresta dan sukat yang telah
dilaksankan dari tahun-ketahun dan tidak akan pernah diubah atau ditukar-tukar.
Selain sebagai bentuk pertanggung jawaban atas tugas masing-masing, juga
memunculkan semangat kebersamaan dan saling memiliki terhadap karya yang
berlangsung di Pura Kehen. Pemangku di Pura Kehen berjumlah 33 orang yang
terbagi atas dua golongan, yakni Dangka dan Pemaksan. Dangka terdiri dari 16
orang pemangku yang bertugas sebagai pangempon khusus perampean atau
pelinggih-pelinggih di jeroan. Sedangkan Pemaksan yang terdiri dari 17 orang
bertugas sebagai pembantu Dangka. Sumber: www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.
b. Desa Panglipuran
Panorama dan budaya unik seperti Desa Adat Penglipuran adalah daya
tarik tersendiri. Desa ini terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,
Kabupaten Bangli, sekitar 45 Km dari Kota Denpasar. Begitu memasuki areal
desa tersebut, mata sudah pasti akan bertemu arsitektur rumah yang hampir
semuanya mirip. Kemiripan bangunan rumah itu antara lain bentuk gerbang
yang sama dengan sedikit atap dari bambu, pintu pun hanya selebar orang
55
dewasa berkacak pinggang dengan tinggi sekitar dua setengah meter yang biasa
disebut angkul-angkul, dan cat rumah menggunakan dari tanah, bukan cat
tembok. Itu keunikan awal perjumpaan. Kesamaan lainnya juga terdapat pada
pembagian bangunan di dalam rumah, seperti bale, kamar, dan dapur. Hampir
semuanya juga menggunakan bahan baku bambu.
Sejak 1995, Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Bangli menetapkan
desa ini menjadi salah satu obyek wisata unggulan Pulau Dewata. Desa ini
memiliki panorama, kesejukan, kenyamanan, keheningan, kedamaian, dan
keunikan dengan bentuk atau arsitektur bangunan berbeda serta kerapian zonasi
desanya. Tak kalah menarik, warganya pun sadar lingkungan serta
berswasembada air dengan manajemen mirip dengan perusahaan daerah air
minum.
Gambar 4.2. DESA PANGLIPURAN
Sumber: www.banglikab.go.id. (edited) 28 Mei 2012
Daya tarik yang kuat dari Desa Adat Penglipuran ini masih berupaya
mempertahankan zonasi hunian yang mirip pembagian tubuh manusia. Zona ini
terbagi tiga bagian, yaitu zona parahyangan (hulu/kepala), zona pawongan
(badan), dan zona palemahan (kaki). Zona parahyangan merupakan daerah suci
dan paling tinggi dibandingkan zona lainnya dengan ketinggian sekitar 700
meter dari permukaan laut dan merupakan wilayah sembahyang bersama
56
bernama Pura Penataran. Menuruni beberapa anak tangga dari Pura Penataran,
pengunjung memasuki zona pawongan, yang terdiri atas rumah tinggal di bagian
barat (kauh) dan timur (kangin). Kedua bagian kauh dan kangin dipisahkan oleh
rurung gede yang berupa jalan sekitar tiga meter yang membujur dari utara
menurun ke selatan. Pada wilayah pawongan dihuni 226 kepala keluarga.
Penduduknya rata-rata bermata pencarian petani, peternak, dan perajin bambu.
Nenek moyang mereka mengajarkan agar ramah lingkungan. Karena itu, luas
tanah tinggal 112 hektar itu hampir 40% adalah hutan bambu. Bahkan,
menebang bambu pun tak bisa sembarangan tebang. Harus izin dan mendapat
izin dari pemangku adat setempat.
Gambar 4.3. BAMBOO FOREST
Sumber: Dokumentasi Tim. (edited) Mei 2012.
Budayawan Katut Sumarta, mengatakan, kekhasan keturunan Bali Aga di
antaranya adalah sangat memuja dan menghormati perempuan, selain
menjunjung tinggi keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan (konsep Tri Hita
Karana). Wujud hormat kepada perempuan itu dituangkan ke dalam awig-awig
57
(semacam kesepakatan bersama dan biasanya berkaitan dengan pelanggaran),
termasuk di Desa Penglipuran. Dalam awig-awig, siapa pun laki-laki di desa itu
hanya diizinkan menikah dengan satu perempuan. Tidak dibenarkan adanya
poligami. Jika laki-laki itu ketahuan melakukan poligami atas sepengetahuan
istri pertama atau tidak, ia tetap harus mendapatkan hukuman. Hukuman yang
dijatuhkan adalah dikucilkan. Laki-laki itu tak boleh tinggal serumah dengan
istri pertamanya selamanya. Parahnya, ia juga tak boleh menginjakkan kaki dan
bersembahyang di pura. Intinya, ia dikucilkan baik batin maupun secara sosial.
Di Desa Penglipuran, tempat pengucilan itu pun dinamai Karang Memadu. Luas
tanahnya hanya sepetak. Sejarah ratusan tahun lalu hingga sekarang, Karang
Memadu belum pernah ditempati sehingga masih berupa tanah tanpa
bangunan.Sekitar 1994, warga sempat terpikir untuk mengubahnya, tetapi batal.
Selain dilarang menduakan istri, warga juga enggan melakukan kesalahan
lainnya, seperti mencuri. Jika ketahuan melakukan kejahatan, hukumannya juga
berat karena harus memberikan sesaji sedikitnya lima ekor ayam berbagai warna
ke masing-masing empat pura leluhur mereka. Jadi, pasti semua warga akan tahu
siapa yang melakukan kejahatan dengan adanya upacara itu. Sementara zona
palemahan adalah zona untuk setra atau orang yang sudah meninggal. Karena
secara budaya, warga Hindu Bali di Penglipuran tidak menganut budaya
Ngaben. Jenazah hanya dikubur tanpa dibakar. Alasannya, pembakaran bisa
menjadikan pencemaran untuk lingkungan. Satu lagi yang khas dari desa adat
ini, minuman asli loloh cemceman. Rasanya seperti air tape atau es rujak di
Pulau Jawa. Namun, warnanya kehijauan karena berasal dari daun cem-ceman
yang diperas, di beri air kelapa serta garam, dan direbus. Sumber:
www.banglikab.go.id. 28 Mei 2012.
58
3. Paket Wisata yang Ditawarkan
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur memiliki sejumlah destinasi pariwisata
yang sangat layak dijual kepada wisatawan baik itu asing maupun domestik. Berikut
ini adalah beberapa ringkasan paket wisata yang dijual oleh travel-travel agent atau
biro perjalanan sebagai tujuan wisata bagi konsumen/wisatawan yang tim
kelompokkan berdasarkan kategori/jenis aktivitas wisata yang dilakukan.
Penjabaran data temuan mengenai aktivitas wisata di Gunung Api Batur dapat
dilihat di halaman selanjutnya.
Tabel 4.7. TABEL CHECKLIST AKTIVITAS WISATA DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR
Sumber: Checklist 2012
Aktivitas Wisata di Kawasan Pariwisata Gunung Batur
No ODTW
Jarak
(Waktu/K
m)
Jenis Kegiatan
yang dilakukan
Kategori
Kegiatan Wisata Keterangan
1. Pura Ulun Danu ± 45 Menit Ibadah, melihat upacara adat Wisata
Budaya dan Ziarah
Upacara di pura ini dirayakan setiap tahun, dan dinamakan Ngusaba
Kedasa. Syarat masuk dengan menggunakan kain selendang.
2. Danau Batur ± 60 Menit Mancing, sarana transportasi, sight
seeing dan photography Wisata
Rekreasi
3.
Restoran Apung
Kedisan
(Desa Kedisan)
± 60 Menit
Menikmati santapan khas yaitu ikan
tawar, sambil melihat keindahan
danau batur dan gunung batur
Wisata
Rekreasi dan
Kuliner
Selain menyediakan menu yang lezat, di restoran terapung danau
Batur ini juga menyediakan aktivitas watersport seperti jetski dan
juga memancing
4. Trunyan
(Desa Trunyan)
± 160
Menit
Melihat keunikan kuburan warga
desa trunyan
Wisata
Budaya
Desa trunyan memeiliki tiga jenis kuburan yang diperuntukan untuk
tiga jenis kematian yang berbeda-beda
5.
Pura Pancering
Jagat
(Desa Trunyan)
± 120
Menit Menyaksikan upacara adat Wisata Budaya
Barong Brutuk hanya diadakan beberapa kali setahun, setiap diadakan
upacara
6.
Panelokan
(Desa Batur
selatan)
± 10 Menit Melihat keindahan alam gunung
batur dan photography
Wisata
Rekreasi
Terdapat restoran-restoran dan penjualan souvenir di sekitar
panelokan
7.
Museum Gunung
Api Batur
(Desa Batur
Selatan)
± 5 Menit Memperkaya pengetahuan
masyarakat akan gunung Batur Widiawisata Buka pada hari kerja dan tiket masuknya gratis
8.
Toya Bungkah
(Desa Batur
Selatan)
± 75 Menit Berendam air panas Wisata Kesehatan
Masyarakat sekitar percaya bahwa air panas tersebut dapat
menyembuhkan penyakit, fasilitas lain; adalah hotel dan restoran
serta aula untuk mementaskan tarian tradisional maupun modern
9. Gunung Api Batur ± 3 Jam Tracking, hiking, sightseeing, dan
photography
Wisata
Petualangan,
Wisata Rekreasi
Terdapat guide lokal dan pelayan wisatawan disana
60
C. KONDISI PENGELOLA INDUSTRI KREATIF
1. Fungsi dan Tujuan Dentination Management Organization (DMO)
Peran serta DMO dalam mengembangkan kawasan pariwisata Gunung
Api Batur memerlukan fungsi dan tujuan yang tepat guna, berikut ini adalah
hasil analisa checklist mengenai Fungsi dan Tujuan DMO di dalam
mengembangkan kawasan pariwisata Gunung Api Batur:
Tabel 4.8. TABEL FUNGSI DAN TUJUAN DMO
Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012
No. Fungsi & Tujuan DMO Kondisi Aktual Kesesuaian
1. Melakukan Koordinasi,
Kemitraan dan Jejaring
Koordinasi ke berbagai pemangku kepentingan telah
dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama
antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal
masih belum terjalin dengan baik.
Belum
Sesuai
2. Melakukan Konsultasi
dan Advokasi
Koordinasi dengan masyarakat lokal masih belum optimal
ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk
turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan
nyaman bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Belum
Sesuai
3. Pembenahan Fasilitas
Standar Pelayanan
Fasilitas standar pelayanan belum sepenuhnya terbenahi. Belum
Sesuai
4. Melakukan Penelitian Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana perkembangan industri kreatif yang terdapat
di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Belum
Sesuai
5. Meningkatkan
Pemberdayaan
Masyarakat
Sudah terdapat perencanaan program pengembangan dan
kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun belum
terlaksana, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal
yang belum terkoordinir dengan baik.
Belum
Sesuai
6. Menyelenggarakan
Pemasaran
Penyusunan program kegiatan pemasaran sudah
dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya.
Belum
Sesuai
7. Melakukan Promosi
Investasi
Kegiatan promosi investasi di daerah gunung batur masih
belum optimal ditandai dengan masih banyaknya kawasan
yang belum terkelola dengan baik.
Belum
Sesuai
8. Monitoring dan Evaluasi (Belum Diketahui) -
9. Melakukan Survey
Kualitas Pelayanan (Belum Diketahui) -
10. Penyusunan Program-
program Inovasi tentang
Destinasi/Program
Manajer/Event Generator
Penyusunan program-program inovasi tentang
destinasi/program manajer/event generator belum terlihat,
dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api
Batur selama ini sangat monoton, sebagian besar
wisatawan hanya sekedar datang untuk berkunjung saja.
Belum
Sesuai
11. Menerapkan Krisis
Manajemen
Rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif
terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada,
namun untuk saat ini kondisi lingkungan baik fisik
maupun non fisik (sosial budaya dan kesehatan) masih
dalam tahap yang wajar, sehingga penerapan krisis
manajemen untuk saat ini belum begitu terlihat.
Belum
Sesuai
61
2. Peran Serta, Kepentingan, dan Tugas dari Stakeholders Industri
Kreatif
Beberapa Stakeholders yang terkait secara langsung (direct) maupun
tidak langsung (indirect) di dalam pengelolaan Industri kawasan
pariwisata Gunung Api Batur. Berikut hasil penjabaranya:
Tabel 4.9. TABEL STAKEHOLDER YANG TERKAIT DALAM
PENGELOLAAN INDUSTRI KREATIF DI GUNUNG API BATUR
Sumber: Tim Peneliti DMO Gunung Api Batur 2012
No. Stakeholder Peran Kepentingan Tugas
1. Pemerintah
Daerah
Perencanaan,
Pembangunan,
Pengeluaran
kebijakan,
Pembuatan dan
penegakan
peraturan.
Membuat konsep
(master plan)
tentang
pengelolaan
industri kreatif di
Gunung Api
Batur, Bali
- Merencanakan program
kerja
- Melaksanakan
pembangunan daerah yang
berhubungan dengan
industri kreatif yang telah
direncanakan sebelumnya
- Mengeluarkan kebijakan
terhadap pelaku-pelaku
industri kreatif
- Membuat peraturan yang
terkait dengan pengelolaan
industri kreatif yang ada di
Gunung Api Batur, Bali
2. Pelaku
Industri
Pelaksana
program
pemerintah
dalam
pengelolaan
industri kreatif.
Mengembangkan
industri kreatif di
Gunung Api
Batur, Bali dan
sebagai penyedia
produk industri
kreatif di Gunung
Api Batur, Bali
- Menciptakan produk
industri kreatif
- Memasarkan hasil industri
kreatif
- Mempromosikan hasil
produk industri kreatif yang
ada di Gunung Api Batur,
Bali
3. Masyarakat
Lokal
Pendukung
program
pemerintah dan
pelaku industri
kreatif.
Dalam hal ini,
masyarakat lokal
hanya perlu
menjalankan
rutinitas
keseharian mereka
yang memiliki ciri
khas dan keunikan
yang tidak dimiliki
oleh masyarakat
daerah lain.
_
62
3. Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli Tentang
Kepariwisataan
Dalam kegiatan kepariwisataan di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur, pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli memiliki sejumlah
kebijakan mengenai program pengembangan pariwisata di Daerah
Kabupaten Bangli berikut:
Tabel 4.10. TABEL KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KAB.
BANGLI TENTANG KEPARIWISATAAN
Sumber: Assessment Baseline DMO Cluster Bali 2011
No. Kebijakan Deskripsi
1. Pengembangan Daya Tarik
dan Atraksi Wisata di Kab.
Bangli
a. Mengidentifikasi obyek, daya tarik dan atraksi wisata
yang sudah, sedang dan belum berkembang sesuai
dengan jenisnya (alam, budaya dan minat khusus).
b. Meningkatkan kualitas obyek, daya tarik dan atraksi
wisata sesuai dengan potensi dan keunikannya melalui
peningkatkan sarana, prasarana serta upaya pembinaan
dan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia).
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan
obyek, daya tarik dan atraksi wisata dengan melibatkan
seluruh komponen yang bergerak di sub sektor
pariwisata.
d. Menjaga kelestarian daerah tujuan wisata dalam rangka
pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui
pemeliharaan secara berkala.
2. Pengurangan Kesenjangan
Ekonomi dan Sosial dalam
Pembangunan
Kepariwisataan di Kab.
Bangli
a. Memeratakan pembangunan kepariwisataan di daerah
Bangli sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-
masing.
b. Mengembangkan pariwisata kerakyatan
(pengembangan desa wisata, eko wisata dan agro
wisata).
c. Mengembangkan pola kemitraan dalam pengembangan
pariwisata terutama antara swasta dan masyarakat.
3. Peningkatan Keamanan,
Kenyamanan dan Aspek
Kesehatan Kepariwisataan
a. Menciptakan keamanan daerah tujuan wisata dengan
melibatkan desa adat dan aparat keamanan.
b. Melaksanakan pembangunan kepariwisataan dengan
memperhati-kan aspek kelestarian lingkungan.
c. Mengupayakan pengelolaan limbah industri pariwisata,
d. Menjaga hygines dan sanitasi makanan dan minuman
yang disajikan kepada wisatawan.
4. Peningkatan Sumber Daya
Manusia Kepariwisataan
a. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada aparat
pariwisata.
b. Melaksanakan pendidikan dan latihan kepada pengelola
daerah tujuan wisata.
c. Memberikan pembinaan kepada masyarakat dan swasta
yang bergerak di bidang pariwisata.
d. Melaksanakan studi banding ke daerah-daerah yang
pembangunan kepariwisataannya lebih maju.
63
D. DATA SEKUNDER
1. Kabupaten Bangli
Kabupaten Bangli merupakan bagian dari Provinsi Bali bagian Utara,
dengan luas wilayah 520,81 Km² atau 9,25 % dari seluruh wilayah Provinsi
Bali. Secara administratif sendiri Kabupaten Bangli terbagi menjadi 4
Kecamatan dan 72 Desa yaitu:
a. Kecamatan Bangli, dengan luas 56,3 Km², terdiri dari 9 desa atau
kelurahan;
b. Kecamatan Susut dengan luas 49,3 Km², terdiri dari 9 desa;
c. Kecamatan Tembuku dengan luas 48,3 Km², terdiri dari 6 desa;
dan
d. Kecamatan Kintamani dengan luas 366,9 Km², terdiri dari 48
desa.
Kecamatan Kintamani yang menjadi fokus penilitian kami merupakan
salah satu dataran tinggi yang ada di Pulau Bali dengan kemiringan lereng
antara 30 – 70% dan merupakan daerah pegunungan yang berelief kasar.
Kondisi geologi dan litologi kawasan tersebut berupa endapan vulkanologi
muda dan tua. Namun kawasan Kecamatan Kintamani pada umumnya
berhawa sejuk dengan temperatur udara berkisar antara 18ºC - 23ºC dengan
curah hujan tahunan 1.840 mm/th. Wilayah Kecamatan Kintamani juga
memiliki hutan negara sekitar 6.399,60 ha (35,72%) dan kebun seluas
1.350,10 Ha (7,53%) (RT/RW ODTWK Kintamani, 2007). Dari 48 Desa
yang ada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kintamani, telah dibagi
64
kembali menjadi 15 Desa yang merupakan daerah kawasan wisata. Letak 15
Desa tersebut berada di sekitaran Gunung Api Batur dan Danau Batur.
Gunung Api Batur merupakan salah satu gunung merapi dari sekian
ratus gunung merapi yang masih aktif di Indonesia, terletak di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Terletak di barat laut Gunung
Agung. Gunung ini memiliki kaldera berukuran 13,8 x 10 Km² dan
merupakan salah satu yang terbesar dan terindah di dunia (Van Bemmelen,
1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m- 2152 m (puncak
Gunung Abang). Kaldera Gunung Api Batur diperkirakan terbentuk akibat
dua letusan besar 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Gunung Api Batur
terdiri dari tiga kerucut gunung api dengan masing-masing kawahnya; Batur
I, Batur II, dan Batur III.
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara geografis terletak pada
koordinat 08˚3’40” - 08˚50’48” LS dan 114˚25’53” - 115˚42’40” BT, dan
dibatasi oleh:
Tabel 4.11. BATAS WILAYAH KABUPATEN BANGLI
Sumber: Disparda Kabupaten Bangli, Bali 2012.
Utara
•Kab.Buleleng
•Kawasan Kaledra Gunung Api Batur
Timur
•Kab. Karangasem
Selatan
•Kab.Klungkung
•Kab. Gianyar
Barat
•Kab. Gianyar
•Kab. Badung
•Kab.Buleleng
65
2. Visi-Misi Kabuaten Bangli
Sebagai salah satu sektor pembangunan Kabupaten Bangli, visi dan
misi pengembangan pariwisata Kabupaten Bangli khususnya pada wilayah
hinterland Kaldera Gunung Api Batur harus mengacu kepada visi
pembangunan Kabupaten Bangli, “Terwujudnya Masyarakat Bangli yang
Sejahtera, Mandiri, Terdidik dan Siap Mengabdi (sewyakirti)
berdasarkan Tri Hita Karana”. Selain itu, beberapa isu strategis utama
pembangunan Kabupaten Bangli juga bisa menjadi landasan pengembangan
pariwisata pada wilayah hinterland Kaldera Gunung Api Batur di Kabupaten
Bangli. Isu-isu strategis utama pembangunan Kabupaten Bangli Tersebut
adalah:
a. Mewujudkan masyarakat Bangli yang tangguh dan unggul;
b. Melestarikan kebudayaan Bali;
c. Mewujudkan ketertiban dan keamanan masyarakat Bangli yang
berkeadilan dan demokratis;
d. Mewujudkan masyarakat Bangli yang sejahtera dan mandiri;
e. Mewujudkan Bangli yang asri dan lestari.
Sumber: Bali Assessment 2011.
66
3. Kecamatan Kintamani
Terletak di dataran tinggi bagian utara Provinsi Bali, berjarak ±2 jam
dari Kota Denpasar. secara administrasi Kecamatan Kintamani terdiri dari 48
Desa, yaitu:
Tabel 4.12. DAFTAR 48 DESA YANG MENJADI BAGIAN DARI KEC.
KINTAMANI
No Kode
Pos
Desa/
Kelurahan Kecamatan
DT2 Kota, Kabupaten Provinsi
DT2 Kota, Kabupaten
1 80652 Abang Songan* Kintamani Kab. Bangli Bali
2 80652 Abuan Kintamani Kab. Bangli Bali
3 80652 Awan Kintamani Kab. Bangli Bali
4 80652 Bantang Kintamani Kab. Bangli Bali
5 80652 Banua Kintamani Kab. Bangli Bali
6 80652 Batu Dinding* Kintamani Kab. Bangli Bali
7 80652 Batukaang Kintamani Kab. Bangli Bali
8 80652 Batur Selatan* Kintamani Kab. Bangli Bali
9 80652 Batur Tengah* Kintamani Kab. Bangli Bali
10 80652 Batur Utara* Kintamani Kab. Bangli Bali
11 80652 Bayungcerik Kintamani Kab. Bangli Bali
12 80652 Bayunggede Kintamani Kab. Bangli Bali
13 80652 Belancan Kintamani Kab. Bangli Bali
14 80652 Belandingan Kintamani Kab. Bangli Bali
15 80652 Belanga Kintamani Kab. Bangli Bali
16 80652 Belantih Kintamani Kab. Bangli Bali
17 80652 Binyan Kintamani Kab. Bangli Bali
18 80652 Bonyoh Kintamani Kab. Bangli Bali
19 80652 Buahan* Kintamani Kab. Bangli Bali
20 80652 Bunutin Kintamani Kab. Bangli Bali
21 80652 Catur Kintamani Kab. Bangli Bali
22 80652 Daup Kintamani Kab. Bangli Bali
23 80652 Dausa Kintamani Kab. Bangli Bali
24 80652 Gunungbau Kintamani Kab. Bangli Bali
25 80652 Katung Kintamani Kab. Bangli Bali
26 80652 Kedisan* Kintamani Kab. Bangli Bali
27 80652 Kintamani* Kintamani Kab. Bangli Bali
28 80652 Kutuh Kintamani Kab. Bangli Bali
29 80652 Langgahan Kintamani Kab. Bangli Bali
30 80652 Lembean Kintamani Kab. Bangli Bali
31 80652 Mangguh Kintamani Kab. Bangli Bali
32 80652 Manikliyu Kintamani Kab. Bangli Bali
33 80652 Mengani Kintamani Kab. Bangli Bali
34 80652 Pengejaran Kintamani Kab. Bangli Bali
35 80652 Pinggan* Kintamani Kab. Bangli Bali
36 80652 Satra Kintamani Kab. Bangli Bali
37 80652 Sekaan Kintamani Kab. Bangli Bali
38 80652 Sekardadi Kintamani Kab. Bangli Bali
39 80652 Selulung Kintamani Kab. Bangli Bali
40 80652 Serahi Kintamani Kab. Bangli Bali
41 80652 Siyakin Kintamani Kab. Bangli Bali
67
Tabel 4.13. JUMLAH PENDUDUK PER DESA/KELURAHAN
BEDASARKAN JENIS KELAMIN DI 13 DESA KAWASAN
PARIWISATA GUNUNG API BATUR TAHUN 2010
Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011”
4. Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah menjadi objek wisata
dunia sejak lama dimulai ketika masa penjajahan Belanda, pada masa ini
kawasan pariwisata Gunung Api Batur dikelompokkan menjadi 15 Desa yang
menjadi kawasan penyanggah kaldera Gunung Api Batur (Sumber: DMO -
Bali Assesment 2010). Dari 15 Desa tersebut merupakan bagian dari
Kecamatan Kintamani yang sering disebut kawasan pariwisata Kintamani
atau kawasan pariwisata Gunung Batur berikut desa-desa tersebut: Batur
Utara, Batur Selatan, Batur Tengah, Kintamani, Sukawana, Pinggan,
Belandingan, Songan A, Songan B, Trunyan, Kedisan, Buahan, Abang
42 80652 Songan A* Kintamani Kab. Bangli Bali
43 80652 Songan B* Kintamani Kab. Bangli Bali
44 80652 Subaya Kintamani Kab. Bangli Bali
45 80652 Sukawana Kintamani Kab. Bangli Bali
46 80652 Suter* Kintamani Kab. Bangli Bali
47 80652 Terunyan* Kintamani Kab. Bangli Bali
48 80652 Ulian Kintamani Kab. Bangli Bali
Sumber: Pengolahan Data dari “Kintamani Dalam Angka 2011
Nama Desa Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Batur Utara 873 877 1750
Batur Selatan 2479 2700 5179
Batur Tengah 1254 1245 2499
Pinggan 861 812 1673
Kintamani 2704 2721 5425
Songan A 2742 2630 5372
Songan B 3568 3484 7052
Kedisan 858 882 1740
Buahan 903 819 1722
Trunyan 1344 1294 2638
Suter 878 881 1759
Abang Songan 579 597 1176
Abang Batudinding 1139 1246 2385
Jumlah 20182 20188 40370
68
Songan, Suter, dan Desa Abang Batu Dinding. Namun pada penelitian kali
ini Desa Sukawana dan Desa Belandingan tidak dapat dilakukan penelitian
mendalam berkaitan dengan bencana alam yang tengah dialami warga Desa
Belandingan, dan permasalahan teknis selama penelitian di Desa
Sukawana. Sehingga penelitian kali ini hanya melibatkan 13 Desa lainnya.
5. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli
Untuk memberikan arah kebijakan yang jelas dan panduan terhadap
pengembangan pariwisata di Kintamani dan Kabupaten Bangli pada
umumnya maka dipedomani berbagai peraturan dan perundang-undangan
yang berhubungan dengan bidang kepaariwisataan serta diterbitkan berbagai
peraturan daerah dan peraturan teknis lainnya. Beberapa peraturan dan
perundang-undangan tesebut diantaranya:
a. Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan
b. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.85-
97/HK501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha
Pariwisata
c. PERDA Provinsi Daerah Tk I Bali Nomor 14 Tahun 1989 tentang
Penyerahan sebagian urusan pemerintah propinsi daerah TK I
Bali di Bidang Kepariwisataan Kepada Daerah Tk II
d. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 tahun 2009 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
e. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah TK II Bangli Nomor 4
Tahun 1990 tentang Retribusi Obyek Wisata
f. Peraturan Bupati Bangli Nomor 14 Tahun 2007 tentang
pemberian izin pelayanan jasa pemanduan pendakian gununga
batur kintamani
g. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk II Bangli Nomor 171 Tahun
1990 tentang penetapan obyek-obyek wisata
69
h. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 172
Tahun 1990 Tentang Retribusi Obyek wisata.
i. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Bangli Nomor 173
Tahun 1990 Tentang Penunjukan Dinas Pariwisata untuk
melaksanakan pungutan Retribusi Obyek wisata.
j. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 263
Tahun 1991 tentang penunjukkan Yayasan Tampuryang Batur
dan Yayasan Bintang Danu sebagai Petugas Pungutan Retribusi
Obyek Wisata
k. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 387
Tahun 1991 Tentang Penunjukan Panitia Pura Penulisan sebagai
Petugas Pungut Obyek Wisata Kawasan Penulisan.
l. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nomor 405
Tahun 1992 Tentang Pungutan Retribusi obyek Wisata Di
Kabupaten Daerah TK II Bangli
m. Keputusan Bupati Kepala Daerah TK II Bangli Nor 258 Tahun
1999 tentang penetapan tariff angkutan wisata motor boat di
Danau Batur
n. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 Tahun
1999 tentang pemberian Ijin Pengelolaan Pendakian Gunung
Batur Kintamani
o. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 377 A Tahun
1999 tentang Ijin Pelayanan Jasa Pemanduan Pendakian Gunung
Batur Kintamani
p. Keputusan Bupati Kepala Daerah II Bangli Nomor 378 Tahun
1999 tentang penetapan tarif Jasa Pemandu Pendakian Gunung
Batur Kintamani
q. Keputusan Bupati Bangli Nomor 232 Tahun 2001 tentang
perubahan ketiga atas keputusan bupati kepala daerah Tk II
Bangli Nomor 258 tahun 1999 tentang penetapan tarif angkutan
wisata motor boat di danau batur
70
r. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/171/2001 tentang
penunjukan petugas pengelola dan daya Tarik Wisata di
Kabupaten Bangli
s. Kesempatan Bersama Pemerintah Kabupaten Bangli dengan
Universitas Udayana Nomor 3 Tahun 2007, Nomor 1959/J14/Kl
04.01/2007 tentang implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi
Dalam Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bangli.
t. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556.05/96/2009 tentang
Pembentukkan Panitia pelaksana Pembentukan Kelembagaan
Pengelola Kepariwisataan di Kabupaten Bangli.
u. Keputusan Bupati Bangli Nomor 660/130/2010 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Kawasan Geopark
Gunungapi Batur Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
Provinsi Bali.
v. Peraturan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 7 Tahun 2010
tentang Retribusi Tempat rekreasi dan Olah Raga.
w. Keputusan Bupati Bangli Nomor 556/134/2010 tentang
Penunjukkan Petugas Pungut Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olah Raga.
71
E. DATA PRIMER: Resume Wawancara 13 Desa Kawasan
Pariwisata Gunung Api Batur
Data primer kami yang pertama berupa hasil wawancara dengan beberapa
Informan yang berfokus pada pedoman wawancara tentang Potensi Industri
Kreatif, berikut penjabarannya:
1. Desa Batur Utara
Bedasarkan data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan
Perbekel dari Desa Batur Utara terdapat beberapa informasi mengenai
kondisi Desa Batur Utara.
Desa Batur Utara Mayoritas sumber mata pencaharian desa 5%
bergerak sebagai Petani, 5% sebagai Buruh, 20% sebagai Pegawai dan 70%
sebagai Wirausaha. Hasil pertaniannya yaitu Jeruk, Kopi, Sayur-Sayuran,
Terong Belanda. Sebagian besar dari warga desa Batur Utara menjadi
Wirausaha, seperti berjualan didaerah kawasan wisata seperti Panelokan dan
Daerah Pura Ulun Danu.
Dari Hasil wawancara dengan perbekel di Desa Batur Utara Memiliki
Beberapa Sumber Daya Alam yang Dapat di jadikan suatu Potensi Industri
Kreatif yaitu Pengembangan terong belanda, Terong Belanda merupakan
sejenis sayuran yang bisa tumbuh di kawasan dataran tinggi vulkano. Sayuran
ini sangat baik untuk diolah jadi lauk-pauk, beberapa Restoran Lokal di
kawasan Pariwisata Gunung Api Batur menyediakan menu ini, meskipun saat
ini terong belanda ini cukup langka pertumbuhannya. Beberapa tahun yang
lalu Desa ini juga diakui telah mendapatkan bantuan dalam Bentuk Mesin
untuk pengolahan Terong Belanda menjadi sauce, dan makanan olahan lain
berbahan Terong Belanda untuk dikembangkan. Selain Pengembangan
72
Terong Belanda Desa Batur Utara Terdapat Pengembangan Ikan Mujair, Ikan
Mujair di Desa Batur sendiri memiliki keunikan didalam pengolahannya,
karena di dalam bumbu yang dipakai untuk mengolah Ikan Mujair Tersebut
menggunakan Umbi-Umbian yang menjadi suatu ciri khas Kuliner dari Desa
Batur Utara.
Selain memiliki Sumber Daya Alam, Desa Batur Utara juga memiliki
banyak kesenian yang sering ditampilkan di Pura Ulun Danu, terutama ketika
acara-acara keagamaan umat Hindu. Mereka memiliki sanggar tersendiri
yang berada tepat dibelakang kantor Perbekel/Desa Batur Utara yang bisa
dijadikan sebagai daya tarik untuk menarik perhatian wisatawan.
Desa Batur Utara Terdapat wisata spiritual di Pura Ulun Danu, dan
pernah didatangi oleh orang-orang penting seperti, Presiden Soekarno,
Soeharto, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah berkunjung ke
Pura Ulun Danu untuk berwisata spiritual disana.
Adanya Aktifitas Pasar yang menjadi ciri khas desa Batur Utara, seperti
adanya Pasar Besar yang diadakan setiap 3 hari sekali.
Dari Informasi Wawancara dari Perbekel bahwa terdapat kendala
dengan Kondisi Aktual di Desa Batur Utara yaitu untuk pengolahan terong
belanda memiliki kendala di dalam proses pengolahannya di karenakan
didalam produksi untuk mengolah terong belanda memerlukan biaya
operasional yang besar untuk mengoperasikan Kapasitas mesin Tersebut,
sedangkan Hasil Panen dari Terong Belanda Kurang Dari standar Kapasitas
Mesin.
73
Kurangnya dari pemasaran menjadi kendala di dalam pengembangan
Industri yang terdapat di Desa Batur Utara. Kurangnya dari Minat
Masyarakat Desa Batur Utara di dalam pengembangan potensi Industri, di
karenakan pemasaran yang Minim Untuk memperkenalkan potensi-potensi
yang terdapat didaerah Desa Batur Utara.
Desa Batur Utara Sebagian besar lahan hanya dipakai sebagai tempat
tinggal penduduk saja, belum banyaknya Investor yang masuk untuk
mengembangkan potensi Desa tersebut sehingga nilai dari lahan masih
tergolong belum Komersil. Desa Batur Utara Tidak Memiliki Sarana
Penginapan bagi Wisatawan yang ingin menginap di Desa Batur Utara.
Rekomendasi dari Pihak Perbekel Desa Batur Utara kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli harus
memperhatikan pengelolaan untuk pengembangan Odtw yang terdapat di
Desa Batur Utara.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli harus lebih memperhatikan
terhadap segi pemasaran untuk memperkenalkan Potensi Industri yang
dimiliki Desa Batur Utara.
2. Desa Batur Tengah
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Pihak
Sekretaris Desa Batur Tengah terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
desa Batur Tengah.
Penduduk Desa Batur Tengah memiliki mayoritas pekerjaan sebagai
Petani dan Pedagang yang terdapat di tempat wisata seperti Pura Ulun Danu,
Danau Batur. Sedangkan hasil Industri yang di hasilkan paling banyak adalah
74
Jeruk Siam, Kopi, Umbi-umbian, Cabai. Desa Batur Tengah memiliki
beberapa Objek Wisata yang terdapat di Desa Batur Tengah yaitu Objek
Wisata Gunung Batur, Danau Batur, Pura Ulun Danu, dan Air Terjun Yeh
Mampeh.
Rekomendasi Dari Pihak Sekretaris Desa Batur Tengah terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah harus
memperhatikan pengelolaan untuk pengembangan ODTW yang terdapat di
Desa Batur Tengah.
Pemerinah harus lebih memperhatikan terhadap pemasaran untuk
memperkenalkan keunikan yang dimiliki Desa Batur Tengah.
3. Desa Batur Selatan
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak
Perbekel Desa Batur Selatan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
Desa Batur Selatan.
Penduduk Desa Batur Selatan memiliki mayoritas pekerjaan sebagai
Petani dan Pedagang di tempat-tempat wisata seperti Pura Ulun Danu, Danau
Batur. Sedangkan hasil industri yang paling banyak adalah Jeruk Siam, Kopi,
Umbi-Umbian, Cabai. Desa Batur Selatan memiliki beberapa objek wisata
diantaranya Gunung Batur, Danau Batur, Pura Ulun Danu, Air Terjun Tirta
Tuye Mampeh.
Rekomendasi dari Perbekel dari untuk Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangli yaitu pemerintah harus memperhatikan pengelolaan untuk
pengembangan ODTW yang terdapat di Desa Batur Selatan. Selain itu
75
Pemerintah harus lebih memperhatikan terhadap pemasaran untuk
memperkenalkan keunikan yang dimiliki Desa Batur Selatan.
4. Desa Kintamani
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak
Perbekel Desa Kintamani terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
Potensi Industri Kreatif Di Desa Kintamani. Desa Kintamani mayoritas
sumber pendapatan sebagai Petani Jeruk, Kopi, Labuh Jepang (80%),
Wiraswasta (20%).
Desa Kintamani memiliki beragam Kerajinan Tangan seperti Kerajinan
Perak yang menghasilkan Cincin,Gelang, dan Kalung yang terdapat di
Dusun Gelaga Lingga.Kerajinan ukir kayu Dikenal dengan Souvenir Ukiran
Hewan Jerapah yaitu ukiran patung yang terbuat dari bahan dasar kayu yang
terdapat di Dusun Wanagiri. Kerajinan Bambu yang berupa Keranjang, dan
Anyaman.
Selain itu terdapat Pandai Besi di desa Kintamani yang menghasilkan
Alat perkakas Rumah Tangga
Dari segi Warisan Budaya, Desa Kintamani memiliki ciri khas
tersendiri dari desa yang lain yang terdapat di sekitar Gunung Batur. Terdapat
tarian-tarian sakral seperti Baris Gede, Omang, Juntal, Rejang (Tarian Adat),
Seresi.
Salah satu tarian sakral yang menjadi ciri khas Desa Kintamani disebut
dengan Tarian Sangiang Dedari, tarian tersebut dilakukan oleh sepasang anak
yang belum remaja yang dimana salah satu anak berada diatas pundak
temannya dan mereka menari-nari sambil berjalan diatas api.
76
Tarian tersebut hanya dilakukan pada saat upacara adat yang dilakukan
hanya di Pura Kayu Kapas. Semua Tarian Sakral tersebut hanya dilakukan
pada saat upacara adat berlangsung, dan termasuk dalam rangkaian upacara
adat. seluruh tarian tersebut dapat di nikmati oleh para wisatawan yang
sedang berkunjung pada saat upacara adat tersebut dilaksanakan, jika upacara
adat tersebut sedang tidak dilaksanakan, acara tarian sakral tersebuat tidak
dapat dilaksanakan.
Desa Kintamani hanya menggunakan fasilitas GOR (Gandaraia Manik
Winangun) untuk melakukan seluruh kegiatan kesenian, seperti latihan Tari,
Musik traditional Bali, dan pelatihan-pelatihan lainnya yang dibutuhkan
untuk kegiatan upacara adat tersebut.
Fasilitas seperti perpustakaan desa yang dimiliki di Desa Kintamani
terdapat di dalam Kantor kelurahan Desa Kintamani, perpustakaan Desa
Kintamani dibuka saat jam kerja saja.
Terdapat Batu Meteor yang terletak di Pura Alas Bintang dan di Pura
Pusa Belebu yang terdapat di daerah Banjar Wanagiri yang dapat di lihat bagi
wisatawan yang berkunjung kesana.
Salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Kintamani adalah
pemandu wisata. Tetapi masyarakat Desa Kintamani yang berprofesi sebagai
tour guide/pemandu wisata melakukan pekerjaanya di perkotaan seperti
daerah Kuta, Denpasar, Sanur, dan Nusa Dua.
77
5. Desa Pinggan
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan kantor
Perbekel/Desa Pinggan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
Potensi Industri Kreatif di Desa Pinggan.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Pinggan adalah
petani Agro Bisnis yang cukup berhasil dan berkembang, Desa Pinggan tidak
memiliki keterampilan yang baik dalam menghasilkan karya seni, tetapi Desa
Pinggan sangat dikenal dalam kepiawaiannya mengolah tanah didesa mereka.
Hasil pertanian/perkebunan mereka jual kepada pedagang sampai ke
pengusaha besar. Desa Pinggan terletak di kawasan yang memiliki daya tarik
wisata, karena dari Desa Pinggan wisatawan dapat melihat Gunung Rinjani
dan pemandangan yang sangat indah dari Bukit Teja Taki, Di Desa Pinggan
wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan wisata seperti camping,
tracking, sight seeing dan kawasan Desa Pinggan belum di kelola serius oleh
pemerintah daerah.
Desa Pinggan terdapat temuan baru yang berupa goa yang dijadikan
tempat suci yang termasuk dalam Geosite yang diberi nama Pura Goa.
Desa Pinggan memiliki tempat peribadatan yang sudah cukup dikenal
dan menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan yang berkunjung
ke desa pinggan ini, pura tersebut bernama pura Dalam Belingkang yang
terkenal dengan sejarah ceritanya.
78
Selain itu Desa Pinggan memiliki keunikan dalam segi Arsitektur
bangunannya seperti rumah adat mereka memiliki ciri khas yaitu, Rumah
Saka Roras (Tiang 12), letak ruangan harus berada di setiap mata angin
seperti:
Barat Daya : Tempat Suci
Tenggara : Dapur
Timur Laut : Kamar Tidur
Timur : Kamar Meninggal
Utara : Kamar Tamu
Desa Pinggan juga memiliki kesenian traditional yang berupa Alat
musik yg bersuara khas yang bernama Grantang, alat musik ini terbuat dari
bambu yang dimainkan oleh para remaja untuk mengiringi tarian pergaulan.
Tarian-tarian yang berasal dari Desa Pinggan adalah Tarian Rindik,
Tari Jojor, Tari Baris: Tombak, Dadap, Polisi, Rejang Pendet. Tari Baris
dapat ditemukan di setiap desa, tetapi yang membedakan dengan desa lain
adalah Tarian Baris di Desa Pinggan memiliki gerakan yang berbeda, lebih
sakral, dan sebelum tarian ini dilakukan, ada doa-doa tertentu untuk
melakukan tarian ini.
Rekomendasi dari pihak Kantor Perbekel Desa Pinggan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu, Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangli memberikan bantuan dari segi permodalan khususnya bagi para Petani
di Desa Pinggan. Selain Itu Aksesbilitas Di Desa Pinggan perlu diperbaiki
karena untuk memudahkan aktifitas usaha dari masyrakat Desa Pinggan.
79
6. Desa Songan A
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak
Sekretaris Desa Songan A terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
Potensi Industri Kreatif di Desa Songan A.
Mayoritas sumber mata pencaharian Desa Songan A 99% adalah
sebagai Petani, karena sebagian besar masyarakat desa ini masih bersifat
Agraris, namun ada juga sebagian penduduknya bemata pencaharian sebagai
Pedagang dengan membuka warung-warung kecil di sebagian desanya
dengan menjual berbagai keperluan sehari-hari, selain sebagai pedagang ada
juga yang bekerja sebagai pemandu wisata yang telah bergabung dalam
HPGB (Himpunan Pemandu Wisata Gunung Batur) yang didalamnya
memang penduduk Songan A semua.
Terdapat Rumah Traditional khas Desa Songan A yaitu rumah
Sekeroras (terdiri dari 12 tiang yang khas) & Rumah Sekenem. Upacara khas
Desa Songan yaitu Upacara Makendal (upacara setelah pernikahan) &
Metlah / Mapowinten (upacara pengangkatan Mangku).
Terdapat Pura Uludanu yang terdapat Goa di dalamnya yang biasa di
lakukan untuk melakukan perayaan keagamaan bagi masyarakat Desa
Songan A.
Rekomendasi Dari Pihak Sekretaris Songan A Terhadap Pemerintah
Daerah Kabupaten Bangli yaitu Perlu adanya Sosialisasi kepada masyarakat
Desa Songan A mengenai pengembangan Pariwisata.
80
7. Desa Songan B
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Sekretaris
Desa Songan B terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Potensi
Industri Kreatif di DesaSongan B.
Mayoritas penduduk Desa Songan B bekerja dibidang pertanian,hampir
90% masyarakat desa ini bekerja sebagai petani.Pelaku industri yang
sekarang berada didesa ini sebanyak ±200 kk dan kebanyakan dan hampir
semua para pelaku yang ada didesa ini yaitu masyarakat asli dari Songan.
Namun untuk saat ini kerajinan tangan yang ada disekitar Desa Songan
ini kebanyakan itu didatangkan dari luar Desa Songan.
Potensi Industri Kreatif yang dimiliki oleh Desa Songan B diantaranya
Pembuatan jajanan makanan yang terbuat dari tepung yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar.Kerajinan tangan yang bahan dasarnya terbuat dari daun
lontar. Pembuatan/produksi gula aren di Desa Songan B. Pembuatan Saos
tomat yang terdapat di Desa Songan B.
Industri yang memungkinkan dan antusias tinggi dari masyarakat Desa
Songan B diantaranya Tata rias, dan Perbengkelan.
Kendala yang biasanya ditemukan oleh pihak desa Songan B yaitu
SDM di Songan B lebih cenderung bekerja dalam bidang pertanian daripada
bidang lainnya, namun masyarakat sekitar setuju jika Desa Songan B ini
dijadikan sebagai desa wisata yang memiliki potensi industri kreatif yang
cukup baik. Permodalan menjadi kendala di dalam pengembangan potensi
Desa Songan B.
81
Banyak potensi yang dimiliki oleh Desa Songan B, namun belum ada
pengorganisasian serta pengelolaan yang baik dari pihak Desa Songan B
Kebanyakan mereka melakukan industri ini hanya dengan mengelolanya
sendiri.
Sempat ada pelatihan yang bertujuan untuk mengembangkan industri
yang cukup berpotensi ini, namun tidak bertahan lama, karena SDM-nya
sendiri tidak begitu antusias atas adanya pelatihan yang telah dilakukan.
8. Desa Kedisan
Mayoritas penduduk desa kedisan itu paling banyak memiliki mata
pencaharian sebagai nelayan, pertanian dan mengelola sapi. Di Desa Kedisan
ini tidak memiliki potensi untuk aspek dari kerajinan tangan, karena hampir
seluruh masyarakat desa kedisan ini mencari mata pencahariannya itu di
Gianyar maupun di Denpasar. Mereka hanya menujukan hasil kerajinan
tangan yang diproduksi oleh desa lain ataupun kota lain. Kerajinan yang
dijual itu semacam gelang, kalung, sendok sayur maupun kerajinan tangan
lainnya.
Dalam Desa Kedisan juga terdapat Dermaga yang berfungsi sebagai
alat transportasi bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Desa Trunyan,
kondisi di dermaga sudah terdapat fasilitas bagi wisatawan seperti terdapat
ruko-ruko yang menjual hasil dari kerajinan souvenir, minuman khas yaitu
rujak cem-cem dan masakan khas bali, selain itu di ruko tersebut terdapat
penjual voucher pulsa dan toilet umum bagi wisatawan. Para penjual souvenir
di dermaga sudah diatur dan memiliki ID card dengan tujuan agar para
82
penjual tertib dan tidak memaksa wisatawan untuk membeli barang jualan
mereka sehingga para wisatawan merasa nyaman dengan situasi di dermaga.
Souvenir yang di jual bukan hasil dari kerajinan Desa Kedisan
melainkan diproduksi oleh desa lain ataupun kota lain. Kerajinan yang dijual
itu semacam gelang, kalung, sendok sayur maupun kerajinan tangan lainnya.
Desa Kedisan terdapat seni pertunjukan berupa tarian yaitu tari baris
dan tari jojor yang biasa di mainkan oleh truna dan truni.tarian ini biasa di
pertunjukan apabila Desa Buahan sedang mengadakan kegiatan upacara adat.
9. Desa Buahan
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Pihak
Perbekel Desa Buahan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Potensi
Industri Kreatif Di Desa Buahan.
Masyarakat Desa Buahan hampir 90% masyarakat di Desa Buahan
Mata pencaharian sebagai Petani. 5% masyarakat Desa Buahan ini juga sudah
mulai bergerak dibidang pariwisata.
Desa Buahan Sering di jadikan Tempat Untuk Dijadikan Sebagai
Periklanan Media TV, seperti Iklan Sepeda Motor Yamaha MIO dan Iklan
Makanan Waffer Tanggo.
Desa Buahan Terdapat beberapa Tarian dan Wayang Kulit, tarian
tersebut diantaranya Tari Baris Gede, Tari Kidang. Desa Buahan juga
Terdapat peninggalan Barang Antik Berupa Keris Yang terdapat di suatu
Pura dan Keris tersebut sakral dan tidak untuk diperlihatkan untuk mayarakat
umum.
83
Potensi Industri Kreatif yang dimiliki oleh Desa Buahan ini diantaranya
Shock bamboo (untuk sesajen), Pembuatan perhiasan dari perak seperti
pembuatan cincin, Desa Buahan terdapat pengrajin lukisan, pembuat
patung-patung yang terbuat dari kayu, anyaman bambu bedeng yang
merupakan ciri khas kerajinan anyaman di Desa Buahan. Selain terdapatnya
beberapa potensi Industri Desa Buahan terdapat semacam situs arkeologi
yaitu berupa Goa Batu.
10. Desa Trunyan
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan pihak
perbekel/Desa Trunyan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi
Potensi Industri Kreatif di Desa Trunyan. Di Desa ini terdapat beberapa
kesenian berupa tarian-tarian, yaitu; Tari Barong Bruduk,Tarian Barong
Bruduk ini hanya diperlihatkan setiap upacara besar, yang dilakukan hanya 1
kali dalam satu tahun.
Tari Baris Jojor, Tarian Baris Jojor ini ditarikan oleh sekelompok
penari dengan membawa senjata Jojor (tombak bertangkai panjang) terdapat
dalam upacara Dewa Yad-nya.
Tari Janger, Tarian Ini Merupakan jenis tarian pergaulan, terutama bagi
muda mudi, yang sangat populer di Bali yang dilakukan oleh sekitar 10
pasang muda-mudi. Selama tarian berlangsung kelompok penari wanita
(Janger) dan kelompok penari pria (Kecak) menari dan bernyanyi bersahut-
sahutan. Pada umumnya lagu-lagunya bersifat gembira sesuai dengan alam
kehidupan mereka. Gamelan yang biasa dipakai mengiringi tari Janger
disebut Batel (Tetamburan) yang dilengkapi dengan sepasang gender
84
wayang. Munculnya Janger di Bali diduga sekitar abad ke XX, merupakan
perkembangan dari tari sanghyang. Jika kecak merupakan perkembangan
dari paduan suara pria, sedangkan jangernya merupakan perkembangan dari
paduan suara wanita.Lakon yang dibawakan dalam Janger antara lain: Arjuna
Wiwaha, Sunda Upasunda dan lain sebagainya. Tari Janger dapat dijumpai
hampir di seluruh daerah Bali, masing-masing daerah mempunyai variasi
tersendiri sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Tari Rejang, Tarian ini Merupakan tarian yang memiliki gerak tari yang
sederhana dan lemah gemulai, ditarikan oleh penari putri (pilihan maupun
campuran dari berbagai usia) yang dilakukan secara berkelompok atau
massal di halaman pura pada saat berlangsungnya suatu upacara. Bisa diiringi
dengan gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede. Tari Rejang ini, oleh
masyarakat Bali dibagi dalam beberapa jenis berdasarkan status sosial
penarinya (Rejang Deha: ditarikan oleh remaja putri), cara menarikannya
(Rejang Renteng: ditarikan dengan saling memegang selendang), tema dan
perlengkapan tarinya terutama hiasan kepalanya (Rejang Oyopadi, Rejang
Galuh, Rejang Dewa dll).
Di Desa Terunyan Tidak terdapat suatu hasil kerajinan tangan
dikarenakan penduduk Desa ini belum memiliki keterampilan dan sebagian
besar penduduk masih bersifat agraris dan lebih banyak bekerja dalam bidang
pertanian.
Terdapat berbagai Perayaan di Desa Terunyan Perayaan ini berupa
upacara, yaitu diantaranya; Upacara Mepekandal, Upacara Ini meruapakan
Upacara penyempurnaan tahapan-tahapan perkawinan secara keseluruhan.
85
Setelah rampung upacara pemesrah dengan segala tahapannya itulah sebuah
perkawinan di Trunyan dikatakan resmi. Maka, menjadi pemandangan yang
biasa pula, dalam upacara pemesrah pasangan pengantin sudah memiliki
sejumlah anak karena jarak antara upacara dan pernikahan begitu panjang.
Cara perkawinan yang lain di Trunyan adalah Melegandang, melarikan
secara paksa.
Upacara Saba Gede, Upacara Ini Merupakan upacara besar, yang
dilakukan setiap tahun, untuk memperingati sekaligus menghormati dewa
tertinggi Trunyan.
Upacara Malik Sumpah, Upacara Ini merupakan Upacara untuk
mengingat kahyangan jagad. upacara ini diadakan agar masyarakat Desa
Terunyan selalu ingat, untuk tidak bertengkar dengan sesama karena
semuanya akan menjadi rusak, akan tetapi kerusakan itu adalah bergantinya
zaman (maksudnya: gempa bumi tidak berkeputusan setiap hari, gunung
meletus tidak henti-hentinya, bumi belah karena panas yang tak tertahankan,
atau hujan tidak berkeputusan, segala yang ditanam mati semuanya, paceklik,
kurus kering menunggu ajal.
Upacara Nglungang, Upacara pembakaran rumah yang dipercaya untuk
menghormati kedatangan Dewa Trunyan. Namun dewasa ini penduduk
Trunyan tidak diketahui apakah mereka masih melakukan ritual ini.
Upacara Nyimpen, Upacara ini mengembalikan peralatan upacara yang
berupa lambang-lambang suci para dewa ke dalam pelinggih (tempat
persemayaman para dewa). Upacara ini dilakukan setelah upacara
Nglunggang.
86
Upacara Penguburan, Upacara dilangsungkan untuk membayar utang
jasa anak terhadap orang tuanya. Utang itu dibayarkan melalui dua tahap,
tahap pertama dibayarkan dengan perilaku yang baik ketika orang tua masih
hidup dan tahap kedua pada waktu orang tua meninggal serangkaian dengan
prilaku ritual dalam bentuk upacara kematian.
Upacara Perkawinan, Upacara perkawinan terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu; tahap pertama Upacara Ngerorot yang artinya melarikan diri.
Pada upacara ini calon pengantin wanita "melarikan diri" dan bersembunyi
dirumah salah seorang keluarga si lelaki. Dari sini dikirim utusan untuk
melakukan Mepejati untuk memberi laporan ke rumah orangtua si gadis dan
ke rumah kepala desa, kepala kampung, dan ke rumah ketua adat desa.
Khusus ke rumah orangtua si gadis, mereka bukan cuma melapor, melainkan
juga minta persetujuan, dengan membawa buah base1 yaitu persembahan
berupa pinang, kapur, serta tembakau yang ditata dalam bokor perunggu.
Tugas mepejati boleh berlangsung sampai tiga kali. Terutama jika, pada
kesempatan pertama, keluarga si gadis tidak langsung setuju. Tetapi
kesempatan ber-mepejati terbatas cuma enam hari. Selama enam hari
tersebut, pasangan muda-mudi yang melakukan ngerorot tadi tidak boleh
menampakkan diri apalagi kepada orangtua si gadis. Jika keluarga si gadis
tak menyetujuinya tidak jadi soal. Sebab, yang paling pokok dalam
perkawinan orang Trunyan adalah rasa saling mencintai antara kedua muda-
mudi itu. Kalau sudah begini, pihak orangtua biasanya tak banyak ikut bicara.
Kedua belah pihak biasanya tinggal membicarakan kapan akan dilakukan
Upacara Pemesrah, upacara perkawinan yang sebenarnya menurut adat dan
87
persyaratan desa. Upacara pemesrah menjadi keharusan, karena hanya
dengan itu pasangan ini diakui sebagai anggota desa adat.
Upacara pemesrah inilah yang dikatakan mahal karena upacara ini
masih harus melalui empat tahapan lagi: Upacara Mabiekaon, upacara
pembersihan diri dari segala sebel, lantaran telah melakukan persetubuhan
ketika ngerorot. Upacara ini juga melalui berbagai tahapan yang rumit, yang
juga menghabiskan banyak biaya biasanya ditanggung pihak laki-laki. Lalu,
upacara Mekala-kalan, upacara untuk membersihkan diri dari kekuatan jahat
Bhuta kala. Biaya yang juga besar jumlahnya itu kali ini ditanggung pihak
wanita. Pelaksanaannya juga rumit. Kemudian ada lagi upacara Bakti
Pesaren, yaitu upacara yang bertujuan melaporkan dan minta maaf kepada
dewa-dewa dalam Kuil Ratu Pancering jagat bahwa pasangan tadi telah salah
melakukan persetubuhan. Tahap yang terakhir adalah upacara Mepekandal,
yaitu upacara penyempurnaan tahapan-tahapan perkawinan secara
keseluruhan. Setelah rampung upacara pemesrah dengan segala tahapannya
itulah sebuah perkawinan di Trunyan dikatakan resmi. Seluruh kegiatan
upacara di desa ini dapat dikatakan memiliki kondisi yang baik karena
kegiatan ini (upacara adat) diadakan rutin oleh penduduk desa.
Selain kaya dengan Upacara Adat Desa Terunyan Juga sering di
jadikan tempat dari industri perfilman seperti pembuatan Film FTV SCTV.
Rekomendasi yang di harapkan dari Pihak Perbekel Desa Terunyan
Terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemberian pembinaan
terhadap Masyarakat Desa Terunyan Di dalam Pengembangan Industri
88
khususnya di bidang kerajinan karena kurangnya keterampilan di dalam
pembuatan kerajinan.
11. Desa Suter
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan Sekretatis
Desa terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Desa Suter. Desa ini
terbagi menjadi dua wilayah, yang satu berada di atas kaldera dan bagian
lainnya berada di tepian danau batur.
Mayoritas sumber mata pencaharian masyarakat Desa Suter yaitu di
Bidang Perkebunan seperti perkebunan cabai, sayur-mayur, kopi, dan lain-
lain. Pengrajin Kayu merupakan mayoritas mata pencaharian lain di bidang
kerajinan/kesenian. Mereka mengakui pernah mendapatkan bantuan untuk
pertanian dari Dinas P3 dalam pengembangan pertanian warganya.
Menurutnya Desa ini memiliki potensi yang cukup besar selain
lokasinya yang cukup strategis karena memiliki kondisi geografis yang cukup
baik dimana jalur menuju pusat desa ini kita dapat melihat panorama danau
batur dan gunung api batur yang indah dan masih asli dari atas.
Hal-hal yang berkaitan dengan industri beliau menceritakan bahwa
dahulu sebelum krisis ekonomi 1998 Wilayah 1 (Desa Suter, Abang Songan,
dan Abang Batudinding) memiliki banyak seniman atau pengerajin kayu.
Namun diperkirakan dengan persaingan bisnis kerajinan tersebut juga makin
menipisnya bahan baku berupa kayu dari pohon-pohon tertentu seperti
albasia, mahoni, dan lain-lain.
89
Beliau mengarahkan peneliti ke seseorang pria pengerajin kayu yang
bisnisnya masih bertahan yang bernama I Wayan Ratih untuk mendapatkann
informasi yang lebih mendalam.
Harapan dan rekomendasi berupa pembenahan kawasan hutan pinus
yang mulai ramai disinggahi wisatawan lokal, dan pedagang kaki lima.
Menurutnya penataan sejak dini akan mencegah kesemerawutan yang
mungkin timbul dari kegiatan wisata di lokasi tersebut.
12. Desa Abang Songan
Bedasarkan data hasil wawancara dengan Pihak Perbekel Desa Abang
Songan terdapat beberapa informasi mengenai kondisi Desa Abang Songan.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Abang Songan yaitu sebagai
Petani, Peternak Sapi dan Pengrajin Kayu. Hasil perkebunan mereka adalah
Jeruk Siam. Mereka menyalurkan hasil dari pertaniannya ke wilayah lain.
Sebagian besar lahan di Desa Abang Songan ini merupakan lahan
pertanian. Di Desa Abang Songan terdapat Pengembangan peternakan Ikan
Mujair yang terletak di Danau Batur. Desa Abang Songan terdapat pengrajin
kerapu yang di buat oleh masyarakat Desa Abang Songan yang dijual ke
desa-desa lain. Terdapat Tarian Khas Desa Abang Songan seperti Tari
Sangiang dan Tari Gandrung Yang Diadakan Setahun Sekali Di dalam
Upacara Adat.
Desa Abang Songan Terdapat kerajinan berupa pengrajin patung yang
terbuat dari kayu, dan berbagai peralatan furniture yang berbahan utamakan
kayu.
90
Rekomendasi yang di harapkan dari Pihak Perbekel Desa Abang
Songan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah
Daerah Kabupaten Bangli memperhatikan dari segi aksesbilitas di Desa
Abang Songan karena Kurangnya sarana Angkutan Umum yang terdapat di
Desa Abang Songan. Masyarakat di Desa Abang Songan Kesulitan
mendapatkan Air Bersih, karena struktur Tanah di daerah Desa Abang
Songan mengandung Pasir.
13. Desa Abang Batu Dinding
Dari data hasil wawancara yang telah kami lakukan kepada pihak
Sekretaris Desa terdapat beberapa informasi mengenai kondisi desa Abang
Batu Dinding.
Mayoritas pendidikan masyarakat Desa Abang Batu Dinding yaitu
lulusan tingkat pendidikan SD dan SMP. Rata-rata mata pencaharian
masyarakat Desa Abang Batu Dinding yaitu sebagai Petani dan Pengrajin
Kayu. Hasil Pertanian mereka yaitu Kopi, Kayu Albasiah dan sayur-sayuran.
Di desa ini ini juga menghasilkan kerapu, kerapu adalah box-box yang
terbuat dari kayu untuk hasil pertanian yang di jual ke masyarakat desa
sekitar.
Di Desa Abang Batu Dinding terdapat Banyaknya peternakan sapi,
sebagian besar masyarakat memiliki ternak sapi. di segi perkebunan Desa
Abang Batu Dinding mengembangkan Perkebunan jeruk. Pengembangan
Peternakan mujair yang terletak di Danau Batur.
Rekomendasi yang di harapkan dari pihak Sekretaris Desa Terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten
91
Bangli turut membantu khususnya di dalam perkembangan segi perternakan
dan perkebunan yang terdapat di Desa Abang Batu Dinding,Masyarakat Desa
Abang Batu Dinding Sangat Antusias di dalam sektor pengembangan
Pertenakan dan perkebunan, karena dari segi permodalan masyarakat Desa
Abang Batu Dinding masih Mengalami kendala di dalam pengembangan
perkebunan dan perternakan yang masyarakat kelola.
92
F. DATA PRIMER: Checklist Potensi Industri Kreatif di 13
Desa Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur
Data checklist ini kami sajikan dalam konteks per wilayah yang dalam
kondisi aktual maupun dari DMO telah dibagi menjadi 5 wilayah yang
terbagi berdasarkan letak geografisnya. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Desa Batur Utara (Wilayah 1)
Tabel 4.14. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR
UTARA
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan
Ada Percetakan
Advertising
- √ - - 4
2. Film, Video,
Fotografi
- - - - - - - -
3. Televisi dan Radio Ada Iklan - √ - - - 4
4. Periklanan Ada Media
Televisi
- √ - - - 4
5. Musik Ada Angklung - √ - - - 4
6. Kuliner Ada Terong
Belanda
- - √ - - 3
7. Seni Pertunjukan Ada Teater - √ - - - 4 Tarian:
barong
8. Pasar Barang Seni Ada Lukisan - √ - - - 4 Lukisan kaca
9. Kerajinan Ada Kesenian,
Fotografi
- √ - - - 4
10. Fesyen Ada Sablon - √ - - - 4
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan
- - - - - - - -
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.14. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Batur Utara ialah Penerbitan dan Percetakan,
Televisi dan Radio, Periklanan, Musik, Kuliner, Seni Pertunjukan, Pasar
Barang Seni, Kerajinan, dan Fesyen.
93
2. Desa Batur Tengah (Wilayah 1)
Tabel 4.15. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR
TENGAH
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan
- - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi
- - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan Ada Teater,
Tarian,
Wayang,
Festival
√ - - - - 5 Teater
comedian
Festival seni
selama 1
tahun sekali
8. Pasar Barang Seni Ada - √ - - - 4
9. Kerajinan Ada Lukisan
dan Patung
kayu
- √ - - - 4
10. Fesyen Ada Industri
Sablon
- √ - - - 4 Pembuatan
sablon baju
11. Desain Ada Rumah
Adat
- √ - - - 4 Pembuatan
bubung dan
soka
12. Arsitektur Ada Bangunan
Rumah
dan Taman
- √ - - - 4
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan
- - - - - - - -
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.15. diatas diketahui bahwa kelompok industri
kreatif yang terdapat di Desa Batur Tengah ialah Seni Pertunjukan, Pasar
Barang Seni, Kerajinan, Fesyen, Desain, dan Arsitektur.
94
3. Desa Batur Selatan (Wilayah 1)
Tabel 4.16. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA BATUR
SELATAN
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik
Ada Live
Musik - √ - - - 4
Pertunjukan
angklung
yang
diadakan
saat upacara
adat,
mengiringi
tarian
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian Dan
Wayang √ - - - - 5
Tarian
genjer dan
sekeh
ditampilkan
pada saat
acara
pernikahan
8. Pasar Barang Seni Ada - √ - - - 4
9. Kerajinan
Ada
Lukisan
Dan
Patung - √ - - - 4
Lukisan
kanvas dan
patung kayu
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain Ada Perhiasan - √ - - - 4
cincin dan
gelang perak
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.16. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Batur Selatan ialah Musik, Seni
Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan, dan Desain.
95
4. Desa Pinggan (Wilayah 2)
Tabel 4.17. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
PINGGAN
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.17. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Pinggan ialah Seni Pertunjukan, Pasar
Barang Seni, Arsitektur, serta Penelitian dan Pengembangan.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian
Gerantang - √ - - - 4
(tari
pergaulan
remaja)
8. Pasar Barang Seni
Ada Barang Antik - √ - - - 4 Benda-
benda
pusaka
9. Kerajinan - - - - - - - -
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur
Ada Pembuatan
Rumah Adat
(Sekeroras) - √ - - - 4
13. TI dan Piranti
Lunak - - - - - - - -
14. Permainan
Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan Ada Pengembangan
Pura Dalem
Balengkang - - √ - - 3
96
5. Kintamani (Wilayah 2)
Tabel 4.18. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
KINTAMANI
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.18. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Kintamani ialah Seni Pertunjukan, Pasar
Barang Seni, dan Kerajinan.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan Ada
Tarian dan
Opera - √ - - - 4
8. Pasar Barang Seni
Ada Perhiasan - - - √ - 2
Perhiasan
yang terbuat
dari perak
9. Kerajinan
Ada Kerajinan
Tangan √ - - - - 5
Kerajinan
Besi, kayu
dan
anyaman di
Banjar
Wanagiri
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
97
6. Songan A (Wilayah 3)
Tabel 4.19. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
SONGAN A
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.19. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Songan A ialah Televisi dan Radio, Seni
Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan, Desain, Arsitektur dan
Permainan Interaktif.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio Ada Televisi - - √ - - 3
Di Banjar
Serongga
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian dan
wayang - √ - - - 4
Tarian baris
dan wayang
kulit
8. Pasar Barang Seni
Ada
Lukisan
dan barang
antik
- √ - - - 4
Lukisan dari
kanvas
Barang antik
merupakan
benda sakral
9. Kerajinan
Ada Kerajinan
tangan √ - - - - 5
Pembuatan
kerajinan
dari Daun
lontar di
jadikan kulit
ketupat
10. Fesyen - - - - - - -
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
98
7. Songan B (Wilayah 3)
Tabel 4.20. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
SONGAN B
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.20. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Songan B ialah Televisi dan Radio,
Periklanan, Musik, Seni Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Kerajinan,
dan Desain.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio Ada
Stasiun TV
lokal - - √ - - 3 Bali TV
4. Periklanan Ada
Media
Internet - √ - - - 4 Promosi bali
5. Musik Ada Musik Bali - √ - - - 4 Prasida band
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian dan
wayang - √ - - - 4
Tarian baris
jojor dan
Wayang
kulit
8. Pasar Barang Seni
Ada
Lukisan
dan barang
antik
- √ - - - 4
Segala
macam
lukisan
(kaca,
kanvas, dll)
9. Kerajinan Ada
Kerajinan
tangan √ - - - - 5
Kerajinan
daun lontar
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain
Ada Pembuatan
perhiasan - - √ - - 3
Bahan baku
pembuatan
perhiasan
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
99
8. Kedisan (Wilayah 4)
Tabel 4.21. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
KEDISAN
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.21. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Kedisan hanyalah Kuliner dan Seni
Pertunjukan.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner Ada
Minuman
Khas - √ - - - -
Rujak
Cemcem
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian - - √ - - 3
Tari Baris
dan Tari
Jojor bagi
truna truni
8. Pasar Barang Seni - - - - - - - -
9. Kerajinan - - - - - - - -
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
100
9. Buahan (Wilayah 4)
Tabel 4.22. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
BUAHAN
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.22. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Buahan ialah Penerbitan dan Percetakan,
Televisi dan Radio, Periklanan, Musik, Seni Pertunjukan, Pasar Barang
Seni, Kerajinan, Desain, Arsitektur, danPenelitian dan Pengembangan.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan Ada Percetakan - √ - - - 4
Buku press
dan tabloid
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio Ada Tv Lokal - √ - - - 4 Bali TV
4. Periklanan Ada - √ - - - - 5
Iklan Mio,
tanggo
5. Musik Ada Musik pop - √ - - - 4 Mary Bali
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada
Tarian,
wayang
dan
perayaan
- √ - - - 4
Tari Gede.
Tari kidang
Wayang
kulit
8. Pasar Barang Seni
Ada
Barang
antik,
patung
- √ - - - 4
9. Kerajinan
Ada Kerajinan
tangan √ - - - - 5
Anyaman
bambu,
bedeng dan
bakul sajen
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain Ada
Pembuatan
perhiasan - - √ - - 3
Pembuatan
cincin perak
12. Arsitektur Ada Bangunan - √ - - - 4
rumah dan
taman
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan Ada Budidaya - - √ - - 3
Tanaman
Balengkeng
101
10. Trunyan (Wilayah 4)
Tabel 4.23. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA
TRUNYAN
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.23. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Trunyan ialah Televisi dan Radio, Seni
Pertunjukan, Kerajinan, Fesyen, dan Desain.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio
Ada TV swasta
dan lokal - - √ - - 3
Pembuatan
FTV, SCTV
dan Bali TV
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian - √ - - - 4
Barong
Bruduk /
ratu bruduk
8. Pasar Barang Seni - - - - - - - -
9. Kerajinan
Ada Patung - √ - - - 4
Patung
Datonta
yang hanya
terdapat 1
buah di
hutan
10. Fesyen Ada
Industri
Sablon - - √ - - 3
Pembuatan
baju sablon
11. Desain
Ada Perhiasan - - √ - - 3
Bahan
pembuatan
perhiasan
12. Arsitektur - - - - - - - -
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
102
11. Suter (Wilayah 5)
Tabel 4.24. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA SUTER
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.24. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Suter ialah Seni Pertunjukan, Pasar
Barang Seni, Kerajinan, Desain, dan Arsitektur.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan Ada
Tarian,opera
dan wayang - √ - - - 4
Tari Baris
Wayang kulit
8. Pasar Barang Seni Ada
Patung dan
barang antik - √ - - - 4
Barang antik
sakral
9. Kerajinan
Ada Patung √ - - - - 5
Patung kayu
didistribusikan
ke daerah lain,
seperti Kuta
dan Ubud
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain
Ada Rumah Adat - - √ - - 3
Pembuatan
bubung dan
soka (12
tiang)
12. Arsitektur
Ada Rumah Adat - - √ - - 3
Pembuatan
soka (12
tiang)
13. TI dan Piranti
Lunak - - - - - - - -
14. Permainan
Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
103
12. Abang Songan (Wilayah 5)
Tabel 4.25. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA ABANG
SONGAN
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.25. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Abang Songan ialah Seni Pertunjukan,
Pasar Barang Seni, Kerajinan, dan Arsitektur..
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan Ada Tarian - √ - - - 4
8. Pasar Barang Seni
Ada Patung - √ - - - 4
Patung yang
terbuat dari
kayu
9. Kerajinan
Ada Patung - √ - - - 4
Patung dari
kayu
Furniture
kayu
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain - - - - - - - -
12. Arsitektur
Ada
Bangunan
Warisan,
Benda
Antik
- √ - - - 4
Pura dukuh,
peninggalan
candi yang
dimiliki oleh
wilayah 1
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
104
13. Abang Batudinding (Wilayah 5)
Tabel 4.26. TABEL CHECKLIST POTENSI INDUSTRI DESA ABANG
BATUDINDING
Sumber: Checklist 2012
Berdasarkan Tabel 4.26. diatas diketahui bahwa kelompok Industri
Kreatif yang terdapat di Desa Abang Batudinding ialah Seni
Pertunjukan, Pasar Barang Seni, Desain, dan Arsitektur.
No Indikator Ada
/Tidak
Jenis
Industri
Kondisi Total Keterangan
SB B CB KB TB
1. Penerbitan dan
Percetakan - - - - - - - -
2. Film, Video,
Fotografi - - - - - - - -
3. Televisi dan Radio - - - - - - - -
4. Periklanan - - - - - - - -
5. Musik - - - - - - - -
6. Kuliner - - - - - - - -
7. Seni Pertunjukan
Ada Tarian dan
wayang - √ - - - 4
Tari
Baris,tari
jejer
Wayang
kulit
8. Pasar Barang Seni
Ada
Patung dan
barang
antik
- √ - - - 4 barang antik
sakral
9. Kerajinan - - - - - - - -
10. Fesyen - - - - - - - -
11. Desain
Ada Rumah
Adat - - √ - - 3
Pembuatan
bubung dan
soka (12
tiang)
12. Arsitektur
Ada Rumah
Adat - - √ - - 3
Pembuatan
soka (12
tiang)
13. TI dan Piranti Lunak - - - - - - - -
14. Permainan Interaktif - - - - - - - -
15. Penelitian dan
Pengembangan - - - - - - - -
105
BAB V. PEMBAHASAN
A. ANALISIS POTENSI INDUSTRI KREATIF
Berdasarkan hasil resume wawancara, basis data, dan observasi tim
melakukan penjabaran hasil olah data-data tersebut. Dalam pembahasan ini tim
berfokus pada potensi industri kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung Api
Batur yang di identisifikasi berdasarkan temuan industri yang ada di setiap desa
dari total keseluruhan 13 desa yang menjadi fokus kajian.
Dalam pembahasan ini tim melakukan pendekatan dari pelaksanaan riset
DMO yang sudah berjalan salah satunya pembagian kawasan pariwisata Gunung
Api Batur menjadi lima wilayah yang dibagi berdasarkan letak geografis, maupun
kemiripan karakteristik desa-desa tersebut yang di dalam setiap wilayah terdiri atas
tiga desa.
106
1. WILAYAH I
a. Desa Batur Utara
Berdasarkan hasil penelitian, Potensi Industri Kreatif yang berada
di Desa Batur Utara ditemukan 10 jenis Industri Kreatif dengan rincian
sebagai berikut:
Gambar 5.1. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR UTARA
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan keterangan Gambar 5.1. diatas didapatkan hasil
berupa jenis Industri Kreatif (1) Percetakan Advertising dengan kondisi
“Baik”, dilihat dari kegiatan industri tersebut sudah berjalan secara
berkala, Percetakan Advertising yang terdapat di Desa Batur Utara
menghasilkan berupa buletin desa yang di edarkan disekitar Desa Batur
Utara, info tersebut di dapat dari hasil wawancara dengan pihak
perbekel Desa Batur Utara. Selain itu terdapat industri dibidang
(2) Periklanan, khususnya periklanan untuk media televisi swasta
tingkat nasional, hal ini terkait dengan sering digunakannya beberapa
tempat tertentu dari Desa Batur Utara yang dijadikan sebagai lokasi
pembuatan iklan yang bersifat komersial. Beberapa iklan yang
diketahui pernah memproduksi periklanan untuk ditayangkan di
012345
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
107
televisi; motor Yamaha Mio J (2012), Indosat im3 (2012), mobil
Daihatsu (2012).
(3) Adapun kesenian, kerajinan, berupa Angklung Bali dalam
kondisi “Baik” dimana penilaian ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti bahan pembuatan angklung bali yang mudah didapat di sekitar
Kecamatan Kintamani dimana bahan utamanya ialah bambu, selain
daripada itu sumber daya manusia sebagai para pemain angklung bali
ini. Sedangkan angklung Bali ini biasa di tampilkan di acara-acara
keagamaan, adat, festival maupun pesanan dari pihak lain di sekitar
Kecamatan Kintamani (Perbekel Batu Utara).
Dalam bidang kuliner terdapat (4) Terong Belanda yang termasuk
kedalam salah satu produk unggulan Desa Batur Utara, terong belanda
ini merupakan produk yang terhenti kegiatan produksinya saat ini,
mesin-mesin untuk keperluan produksi tidak digunakan dan cendrung
terlihat usang. Karenanya industri ini dikatakan “Cukup”. Kurang
diketahui pasti apa penyebab terhentinya kegiatan industri, namun
menurut perbekel Batur Utara selaku informan kami, kegiatan industri
yang dikelola oleh desa dan ibu PKK desa batur ini dihentikan
sementara hingga waktu yang tak ditentukan, karena kendala teknis
seperti mesin yang berkapasitas terlalu besar dan tidak sebanding
dengan pasokan terong belanda yang cukup langka. Mesin-mesin
pengolah terong belanda menjadi sambal/sauce itu diakui di dapat dari
dana bantuan Kementrian Pariwisata dan Budaya Bali, bahkan pernah
dilakukan pelatihan keterampilan untuk keperluan usaha terong
108
belanda ini bagi warga Desa Batur Utara yang terkait. Terong Belanda
dikatakan dapat tumbuh di daerah gunung berapi yang sejuk, maka dari
itu terong sejenis ini di budidayakan pula di Lembang-Bandung dan
Medan. Terong Belanda biasa digunakan untuk lauk pauk seperti
sayuran, selain itu terong jenis ini dapat diolah menjadi sambal yang
disukai baik oleh warga lokal, maupun wisatawan asing terutama
wisman asal Belanda (Perbekel Batur Utara). Selain itu kulitnya dapat
diolah menjadi cream untuk lulur. Banyaknya manfaat yang dapat
digunakan dari terong belanda ini menjadikan jenis makanan ini salah
satu potensi Industri Kreatif yang ada di kawasan pariwisata Gunung
Api Batur.
Dalam bidang kesenian lainnya terdapat temuan berupa (5)
Tarian Legong Barong yang biasa ditampilkan bersama dengan
angklung bali sebagai pengiring musiknya, selain itu tarian ini biasa
ditampilkan dalam acara-acara adat, keagamaan, permintaan khusus
lainnya. Tarian ini dinyatakan dalam kondisi “Baik”.
109
Gambar 5.2. POHON TERONG BELANDA DAN MESIN PENGOLAHNYA
Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012
Selain tari legong barong kesenian lainnya ialah berupa lukisan,
di Desa Batur terdapat sejumlah warganya yang membuka usaha
berupa penjualan karya seni berupa (6) Lukisan yang mereka lukis
sendiri dan bukan hanya sekedar menjadi penjual lukisan, meskipun
industri ini dinyatakan dalam skala “Baik” namun sulit untuk
dikatakan berpotensi sebab dari jenis, keunikan dan ciri khas tertentu
yang dapat meningkatkan value dari industri tersebut.
(7) Kesenian yang ada di Desa Batur Utara adalah beberapa
kesenian hasil budaya seperti barong dan musik tradisional Bali yang
berkondisi “Baik”, hal ini terlihat dari kondisi tempat latihan pada
waktu kunjungan, kesenian yang dimainkan oleh truna-truni di Desa
Batur ini sering menampilkan bakatnya dalam acara adat, keagamaan,
dan pemesanan dari kawasan Kabupaten Bangli. Perlunya pengalaman
110
yang lebih bagi para pemain diakui menjadi salah satu kendala yang
ada (perbekel Batur Utara).
Selanjutnya ialah potensi di bidang film, video, fotografi. Dalam
hal ini khususnya ialah (8) Fotografi, adanya beberapa warga Desa
Batur Utara yang berprofesi sebagai juru potret di beberapa objek
wisata di gunung api batur seperti panelokan dan pura Ulun Danu.
Fenomena maraknya pengguna kamera digital pada saat ini
menurunkan jumlah konsumen dari usaha ini. Perlunya kreatifitas yang
tinggi untuk meneruskan industri di bidang ini, tentunya kebutuhan
permodalan juga dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini
kedepannya.
(9) Industri Sablon, industri ini adalah industri tingkat menengah,
dimana industri rumahan ini memproduksi sejumlah pakaian
khususnya baju/kaos khas Bali, tidak ada keunikan khusus pada saat
kami melakukan peninjauan ke salah satu tokonya yang berada di pusat
kawasan pariwisata ini. Tidak adanya simbol yang jelas dan kuat dari
kawasan pariwisata ini dirasa menjadi kekurangan dalam keperluan
pengembangan usaha ini kedepannya. Selain itu industri ini hanya
melakukan pengolahaan baju/kain yang sudah siap pakai dari daerah
lain, lalu diolah kembali menjadi pakaian yang memiliki icon gunung
api batur sebagai main product mereka.
111
b. Desa Batur Tengah
Gambar 5.3. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR TENGAH
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Bedasarkan Gambar 5.3. diatas dapat diketahui tidak ada
perbedaan yang signifikan dari Desa Batur Tengah, beberapa industri
yang berbeda yang tim temukan di Desa Batur Tengah berupa (1) Teater
Comedian dimana menurut hasil wawancara dengan perbekel Batur
Tengah grup teater ini sering menampilkan performance-nya dalam
acara-acara lokal. Grup ini diakui oleh perbekel batur tengah cukup
digemari oleh penduduk lokal. Dalam beberapa kesempatan grup ini
juga pernah tampil di depan sejumlah wisatawan asing. Indikasi
tersebut memberikan penilaian yang “Sangat Baik” bagi kategori
industri ini, meskipun belum cukup berpotensi karena peruntukkanya
lebih kearah penduduk lokal dan Bali, dimana bahasa pengantar yang
digunakan cenderung bahasa daerah.
(2) Tarian Puspan Jali dan (3) Tarian legong barong, tarian adat
khas batur tengah ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang ada
di desa batur utara, biasa ditampilkan dalam acara-acara adat dan
keagamaan.
012345
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
112
(4) Lukisan dan (5) Pembuatan patung kayu merupakan jenis
industri kerajinan yang ada di desa batur tengah, dengan keadaan
“Cukup Baik”. Lukisan dari media kaca ini cukup berpotensi namun
variasi produknya sendiri kalah bersaing dengan daerah-daerah wisata
lain seperti Ubud atau Kuta.
113
c. Desa Batur Selatan
Gambar 5.4. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BATUR SELATAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali.
2012
Berdasarkan Gambar 5.4. diketahui bahwa industry yang ada
adalah sebagai berikut; (1) Live Music Angklung, jenis industri seni
pertunjukkan ini memiliki keunikan tersendiri yaitu angklung yang
dipakai berukuran lebih besar daripada ukuran angklung di pulau jawa,
khususnya Jawa Barat, fungsi besarnya ukuran alat musik tradisional
ini ialah untuk menghasilkan suara yang lebih nyaring. Alat musik ini
terbuat dari bambu pilihan yang sumber dayanya banyak terdapat di
banyak tempat seperti Songan A.
(2) Tarian Genjer dan (3) Tarian Sekeh merupakan tarian adat
khas batur selatan sama seperti tarian-tarian di desa lain tarian ini
dimainkan oleh truna-truni dari desa tersebut.
(4) Lukisan dan (5) Pembuatan patung kayu menjadi jenis
industri dengan kategori kerajinan di desa Batur Selatan.
0
1
2
3
4
5
Live MusikAngklung
TarianGenjer
TarianSekeh
Lukisan PembuatanPatungKayu
Perhiasan
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
114
2. WILAYAH II
a. Desa Pinggan
Gambar 5.5. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA PINGGAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan keterangan Gambar 5.5. diatas didapatkan hasil
berupa jenis Industri Kreatif (1) Alat Musik Gerantang dengan kondisi
“Baik” karena secara terus menerus diproduksi dari jaman dahulu
hingga saat ini. Kemudian alat musik tidak hanya untuk dipasarkan
saja, namun juga dimanfaatkan sebagai alat musik pengisi acara tari
pergaulan yang dilakukan oleh anak-anak muda Desa Pinggan. (2)
Barang Antik dengan kondisi “Baik” karena barang antik merupakan
peninggalan sejarah milik putri kerajaan Cina Desa Pinggan pada
zaman dahulu. Barang antik masih dirawat dengan baik dan dapat
dilihat oleh para wisatawan. Kemudian terdapat (3) Pembuatan Rumah
Adat (Sekeroras) yang dapat dikatakan dengan kondisi “Cukup Baik”
karena industri arsitektur berjalan secara terus menerus (selalu ada
peminatnya), hanya saja peminatnya tersebut rata-rata berasal dari
daerah kawasan Gunung Api Batur, bukan dari luar daerah. Lalu untuk
0
1
2
3
4
5
Tari Gerantang Barang Antik PembuatanRumah Adat(Sekeroras)
PengembanganPura dalamBalengkang
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
115
(4) Pengembangan Pura Dalam Balengkang juga dengan kondisi yang
“Baik” dikarenakan pengembangannya terus berjalan yang saat ini
sedang dalam tahap pembangunan.
116
b. Desa Kintamani
Berdasarkan dari hasil Penelitan, Potensi Industri Kreatif yang
berada di Desa Kintamani ditemukan 6 jenis Industri Kreatif dengan
rincian sebagai berikut:
Gambar 5.6. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA KINTAMANI
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan keterangan Gambar 5.6. diatas bahwa ditemukan
beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Kintamani berupa
(1) Tarian Baris Gede dan (2) Tarian Rejang dapat dikatakan dengan
kondisi “Baik” karena telah dikelola dengan baik, memiliki sanggar
tari dan GOR untuk para penari berlatih dan tampil. Tarian diadakan
setiap upacara dan dapat ditonton secara umum untuk wisatawan. (3)
Perhiasan Perak dapat dikatakan “Kurang Baik” karena perhiasan
perak yang dihasilkan kurang memiliki kreasi dalam penciptaan
modelnya. Kemudian produksinya masih dalam jumlah yang kecil
dikarenakan permintaan yang semakin menurun. Pembuatan perhiasan
perak hanya dibuat oleh beberapa warga desa saja, dan tidak menjadi
suatu industri yang khusus bagi warga tersebut. Warga hanya membuat
perhiasan perak tersebut ketika mereka ingin membuatnya saja. (4)
0
1
2
3
4
5
TarianBaris Gede
TarianRejang
Perhiasandari Perak
KerajinanBesi
KerajinanKayu
Anyaman
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
117
Kerajinan Besi dan (5) Kerajinan Kayu dikatakan dengan kondisi yang
“Baik” karena untuk kerajinan besi telah menjadi sebuah industri yang
terus berjalan hingga saat ini, ada tempat/rumah khusus untuk
pembuatannya. Dan untuk kerajinan kayu juga dapat dikatakan “baik”
karena kerajinan tersebut sudah menjadi suatu produk souvenir khas
yang dimiliki desa ini. Produksinya dibuat secara berskala dan terus
berlangsung hingga saat ini. Kemudian (6) Anyaman berupa keranjang
dapat dikatakan “Baik” karena masyarakat desa selalu memproduksi
anyaman ini secara terus-menerus dan selalu ada permintaan untuk
anyaman ini baik untuk warga daerah sekitar maupun dari wisatawan.
118
3. WILAYAH III
a. Desa Songan A
Untuk Desa Songan A maupun Desa Songan B karakterisktik dari
kegiatan aktivitas masyarakat dari kedua Desa tersebut hampir sama,
karena Untuk Desa Songan A dan Desa Songan B tidak memiliki
perbatasan wilayah yang jelas. Hanya saja dalam sistem administratif
pembagian jumlah penduduk saja yang di pisahkan menjadi Desa
Songan A dan Songan B. Berdasarkan dari hasil Penelitan, potensi
Industri Kreatif yang berada di Desa Songan A ditemukan 7 jenis
Industri Kreatif dengan rincian sebagai berikut:
Gambar 5.7. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SONGAN A
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
(1) Stasiun Televisi Lokal dengan Kondisi “Cukup Baik”
dikarenakan Desa Songan B cukup sering diliput oleh media Tv Swasta
Seperti Tv Bali yang pernah meliput tentang Aktifitas masyarakat di
Desa Songan B.
(2) Tarian Baris dengan Kondisi “Baik” di karenakan karena
Tarian Baris Tersebut sudah di kelola Oleh sanggar tari yang terdapat
0
1
2
3
4
5
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
119
di Desa Batur Utara berdasarkan informasi dari Pihak Sekdes Desa
Songan A.
(3) Wayang Kulit dengan Kondisi “Baik” di karenakan sudah
sering di adakan pementasan wayang kulit di Desa Batur Utara dan
Pementasan wayang kulit tersebut juga sering di adakan di luar Desa
Songan A.
(4) Lukisan dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa Batur
Utara terdapat seorang Pelukis yang bernama Jero Mangku Kuat dan
sudah memiliki galeri yang terdapat di Pura Ulundanu Banjar
Serongga, hasil Lukisan tersebut biasanya di Jual ketika sedang di
adakan perayaan keagamaan.
(5) Barang Antik dengan Kondisi “Cukup Baik” dikarenakan
barang Antik yang terdapat di Pura Ulun Danu masih terawat dengan
baik oleh masyarakat Desa Songan B, namun barang antik yang
terdapat di Pura ini bersifat sakral sehingga masyarakat umum
khususnya wisatawan tidak bisa untuk melihat barang sakral tersebut.
(6) Kerajinan Daun Lontar dengan Kondisi “Sangat Baik”
dikarenakan Desa Songan A memiliki perkebunan Lontar yang cukup
Luas yang terdapat di balik bukit Desa Songan A tepatnya di Banjar
Pradi .Tetapi dengan sumber daya alam yang mendukung masyarakat
Desa Songan A tidak mampu mengolah secara maksimal. Di karenakan
keterbatasan keterampilan Sumber Daya Manusia yang terdapat di
Desa Songan A. Hasil kerajinan Daun Lontar yang terdapat di Songan
A hanya berupa peralatan untuk kegiatan peribadatan.
120
b. Desa Songan B
Gambar 5.8. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SONGAN B
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan keterangan Gambar 5.8. di atas bahwa ditemukan
beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Songan B berupa:
(1) Stasiun Televisi Lokal dengan Kondisi “Cukup Baik”
dikarenakan Desa Songan B cukup sering diliput oleh media Tv Swasta
Seperti Tv Bali yang pernah meliput tentang aktifitas masyarakat di
Desa Songan B.
(2) Media Internet dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa
Songan B sudah mendapatkan Jaringan Internet dan terdapat Kegiatan
Usaha dari jasa jaringan Internet di Desa Songan B. Adanya fasilitas
“Warung Internet, dan Game Online yang terdapat di Desa Songan B.
(3) Musik Bali dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa
Songan B sudah memiliki suatu Band Musik yang bernama “Prasida
Band”. Band Tersebut merupakan Band dengan personil asli dari
kalangan muda Desa Songan B. Prasida Band biasa melakukan
0
1
2
3
4
5
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
121
pementasan ketika Desa Songan B melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu.
(4) Tarian Baris dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan
Tarian Baris yang terdapat di Desa Songan B sudah berkembang,
namun di dalam pelestariannya masih kurang baik di karenakan di Desa
Songan B belum Memiliki Sanggar Tari untuk mengembangkan tarian
tersebut. Tari Baris ini di dalam pengembangannya masih dari turun
temurun dari keluarga yang berprofesi sebagai penari, Desa Songan B
pernah memiliki suatu pelatihan tari. Namun kegiatan pelatihan
tersebut berhenti di karenakan minat masyarakat Desa Songan B yang
kurang begitu antusias dan juga pelatih tari memiliki kebutuhan
keluarga yang harus di perhatikan.
(5) Tarian Jojor dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan
Tarian Jojor yang terdapat di Desa Songan B sudah berkembang,
namun di dalam pelestariannya masih kurang baik di karenakan di Desa
Songan B belum Memiliki Sanggar Tari untuk mengembangkan tarian
tersebut. Tari Jojor ini di dalam pengembangannya masih dari turun
temurun dari keluarga yang berprofesi sebagai penari, Desa Songan B
pernah memiliki suatu pelatihan tari. Namun kegiatan pelatihan
tersebut berhenti di karenakan minat masyarakat Desa Songan B yang
kurang begitu antusias dan juga pelatih tari memiliki kebutuhan
keluarga yang harus diperhatikan.
(6) Wayang Kulit dengan Kondisi “Sangat Baik” di karenakan
Desa Songan B sudah memiliki perkumpulan Grup Wayang Kulit yang
122
bernama Grup Wayang Bengklok dengan Dalang yang bernama Jero
Budi. Grup Wayang Ini sering Mengisi Kegiatan acara di Desa Songan
B maupun pementasan di Desa Lainnya.
(7) Lukisan dengan Kondisi “Baik” di karenakan Desa Songan
B terdapat seorang Pelukis yang bernama Jero Mangku Kuat dan sudah
memiliki galeri yang terdapat di Pura Ulundanu Banjar Serongga, hasil
Lukisan tersebut biasanya di Jual ketika sedang di adakan perayaan
keagamaan.
(8) Barang Antik dengan Kondisi “Cukup Baik” di karenakan
Desa Songan B barang Antik yang terdapat di Pura Ulundanu masih
terawatt dengan baik oleh masyarakat Desa Songan B, Namun Barang
Antik yang terdapat di Pura ini bersifat sakral sehingga masyarakat
umum khususnya wisatawan tidak bisa untuk melihat barang sakral
tersebut.
(9) Kerajinan Daun Lontar dengan Kondisi “Sangat Baik”
memiliki perkebunan Lontar yang cukup Luas yang terdapat di balik
bukit Desa Songan B tepatnya di Banjar Pradi. Tetapi dengan sumber
daya Alam yang mendukung untuk di jadikan industri kreatif
masyarakat di Desa Songan B tidak mampu mengolah secara
maksimal. Dikarenakan keterbatasan keterampilan Sumber Daya
Manusia yang terdapat di Desa Songan B. Hasil kerajinan daun lontar
yang terdapat di Songan B hanya berupa peralatan untuk kegiatan
peribadatan.
123
4. WILAYAH IV
a. Desa Buahan
Gambar 5.9. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA BUAHAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan Gambar 5.9. diatas dapat diketahui sejumlah 10
jenis industri yang tim temukan melalui wawancara, basis data, dan
observasi berikut penjabarannya; (1) Percetakan, dengan kondisi
“Baik” dikarenakan di Desa Buahan terdapat buletin Desa mengenai
informasi kegiatan dari masyarakat Desa Buahan, buletin tersebut biasa
4diterbitkan ketika masyrakat Desa Buahan mengadakan suatu acara
kegiatan dan informasi tersebut di jadikan bahan Buletin Desa. (2) TV
lokal Bali TV, dengan kondisi “Baik” dikarenakan di Desa Buahan
cukup sering di liput oleh Media Televisi Lokal seperti Bali TV. Bali
TV biasa meliput Desa Buahan ketika mengadakan Upacara Adat,
Karena setiap tahunnya Desa Buahan mengadakan Upacara Adat. (3)
Periklanan Berupa Iklan Mio dan Iklan Tanggo, dengan Kondisi
“Sangat Baik” karena dengan adanya hasil dari
0
1
2
3
4
5B
ob
ot
Pen
ilaia
n
Jenis Industri
124
Selain itu terdapat pula (4) Musik Band Pop, dengan Kondisi
“Baik” karena Desa Buahan memiliki Band Lokal yang cukup terkenal
dengan berGenre Musik Pop. Nama Band Tersebut yaitu Mary Bali.
Personil band tersebut merupakan penduduk lokal dari Desa Buahan.
Mary Bali biasa mengisi kegiatan acara di Desa Buahan, Selain tampil
di Desa Buahan Mary Bali juga sering mengisi acara di Desa – desa
lainnya di sekitar Kintamani. (5) Tari Baris Gede dan (6) Tari Kidang
merupakan tarian tradisional khas desa Buahan dimana tarian ini biasa
dimainkan dalam kegiatan adat maupun keagamaan sebgai salah satu
wujud pengabdian pada Pura maupun Masyarakat. Tarian ini biasa
dimainkan oleh truna-truni dari Desa Buahan. Jumlah penari biasanya
disesuaikan dengan acara yang diselenggarakan. Kondisi kesenian ini
terbilang “Cukup Baik” karena berdasarkan hasil wawancara diakui
bahwa kegiatan ini dilaksanakan rutin. Waktu latihan disesuaikan
dengan kegiatan masing-masing anggota. Melatih dan membiasakan
para truna-truninya untuk berlatih dan mementaskan diri mereka di
muka umum untuk melatih kepercayaan diri dan berbakti pada
Desanya.
Selain itu terdapat industri di bidang kerajinan diantaranya (7)
Wayang Kulit, (8) Pembuat Patung dari kayu, (9) Anyaman Bambu,
dan (10) Pembuat Perhiasan.
125
b. Desa Trunyan
Gambar 5.10. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA TRUNYAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan keterangan Gambar 5.10. diatas bahwa ditemukan
beberapa jenis Industri Kreatif yang terdapat di Desa Trunyan berupa
(1) TV Swasta Lokal dengan kondisi “Cukup Baik” dikarenakan di
Desa Trunyan cukup sering di jadikan tempat suatu perfilman seperti
pembuatan film FTV yang bertayangkan di stasiun TV SCTV. Selain
itu TV swasta lokal juga sering meliput aktivitas yang ada di Desa
Trunyan Seperti Bali TV cukup sering meliput keadaan Desa Trunyan
apabila Desa Trunyan sedang mengadakan suatu upacara Adat terutama
kegiatan upacara pemakaman.
(2) Tarian Barong Bruduk dengan kondisi “Baik” dikarenakan
Tarian ini merupakan tarian khas Desa Trunyan dengan menampilkan
suatu tarian yang dilakukan apabila sedang mengadakan upacara besar.
(3) Industri Sablon dengan kondisi “Cukup Baik” dikarenakan di
desa ini industri sablon sendiri sudah berjalan dengan cukup baik di
dalam proses pembuatannya. (4) Perhiasan dengan Kondisi “Cukup
Baik” di karenakan Desa Trunyan Memiliki Bahan Baku dari
0
1
2
3
4
TV SwastaLokal
TarianBarongBruduk
Patung IndustriSablon
Perhiasan
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
126
Pembuatan Perhiasan. Terdapat permasalahan yaitu dari segi
permodalan dan pemasaran sehingga industri sablon tersebut
mengalami kendala di dalam kegiatan usahanya.
127
c. Desa Kedisan
Gambar 5.11. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA KEDISAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Dari keterangan Gambar 5.11. diatas bahwa Desa Kedisan
sedikit memiliki potensi, karena Desa Kedisan mayoritas penduduk
mereka bermata pencaharian sebagai Petani, terdapat 3 jenis Industri
Kreatif di Desa Kedisan yaitu:
Terdapat (1) Tari Baris dan (2) Tari Jojor dengan Kondisi
“Cukup Baik” karena di Desa Kedisan Tari Baris belum memiliki
sanggar tari untuk mengembangkan tarian Baris ini, akan tetapi Tari
Baris yang terdapat di Desa Kedisan cukup sering mengisi acara
kegiatan ketika Desa Kedisan mengadakan Upacara Adat.
Selain itu ada (3) Minuman Rujak Cemcem dengan Kondisi
“Baik” karena minuman ini memiliki rasa yang unik dan lumayan enak
untuk di konsumsi. Penjualan rujak Cencem ini terdapat di salah satu
Ruko di Dermaga dengan harga Rp. 3000,-/botol. Rujak cencem ini
berasal dari pengolahan daun cencem dan di kemas di dalam botol.
Dalam pengemasan rujak cencem ini kurang begitu menarik karena
kemasan botol rujak cemcem ini menggunakan kemasan dari botol air
mineral bekas.
0
1
2
3
4
Tari Baris Tari Jorjor Rujak Cem-cem
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
128
5. WILAYAH V
a. Desa Suter
Gambar 5.12. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA SUTER
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Pada desa ini terdapat 6 industri dimana yang pertama ialah (1)
Tari baris yang dimainkan oleh truna-truni asal desa Suter, biasa
dimainkan dalam acara adat di banjar-banjar sekitar maupun acara
keagamaan seperti di Pura yang terletak persis di samping Kantor
perbekel Desa Suter.
Selain itu ada besberapa produksi kerajinan tangan seperti (2)
Wayang Kulit, (3) Patung Kayu, (4) Barang Antik berupa cincin
yang terbuat dari perak dan batuan unik, adapula (5) Pembuatan
Bubung dan (6) Soka.
Khusus untuk patung kayu tim berhasil menemukan salah
seorang pengerajin yang masih bertahan hingga saat ini. Berlokasi di
jalan menuju arah pura besakih, sekitar 2 km dari kantor Desa Suter
atau 20 menit dari gerbang utama Gunung Api Batur (Museum Gunung
Api Batur) kondisi industri ini sangat baik dimana usaha ini sudah
0
1
2
3
4
5B
ob
ot
Pen
ilaia
n
Jenis Industri
129
berjalan lebih dari 10 tahun. Menurut penuturan pelaku industri ini,
dahulu daerah Suter terkenal dengan banyaknya pengerajin patung
kayu yang biasa dipasarkan ke daerah-daerah perbelanjaan bagi
wisatawan seperti Ubud, Sukawati, Kuta, dll. Namun kini hanya kurang
dari 5 pemilik usaha yang masih bertahan. Menurut hasil wawancara,
krisis moneter pada tahun 1999 menyebabkan banyaknya pelaku
industry yang bangkrut, berkurangnya daya beli masyarakat dan
permintaan pasar pada saat itu memicu kebangkrutan usaha ini. Makin
sulitnya bahan baku yang berkualitas menjadi kendala lain. Jumlah
karyawan yang dimiliki 2 sampai dengan 12 orang yang seluruhnya
masih berstatus kerabat yang dipanggil sesuai kebutuhan produksi.
Diakui pula rata-rata pengerajin kayu di daerah ini memulai usaha
dengan modal mandiri, diakui pula tidak ada bantuan modal maupun
dukungan lain dari pemerintah setempat (Perbekel, Kecamatan, Dinas
Perdagangan). Kendala yang dihadapi saat ini adalah persaingan pasar
yang makin tinggi, rendahnya harga jual patung ke pasaran yaitu
dimulai dari harga Rp. 2.000,- untuk patung kayu berukuran sekitar
10x3 Cm hingga patung seharga Rp. 25.000,- untuk patung berukuran
besar atau ukiran meja. Harga tersebut terbilang sangat rendah bila
diukur dengan harga setelah tiba di pasar seperti pasar Ubud yang
menjual patung kecil mulai dari harga puluhan ribu hingga jutaan
rupiah.
130
Gambar 5.13. CONTOH HASIL PRODUKSI INDUSTRI PERAK DAN EMAS
Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012
Sedangkan untuk industri pengerajin barang antik berupa cincin
batuan unik, perak, dan emas. Industri ini pada umumnya merupakan
bisnis turun menurun dalam satu keluarga, biasanya keluarga
pengerajin perak bermarga Pande, yakni marga/ keluarga yang secara
turun temurun berprofesi sebagai tukang emas, perak, membuat pisau,
cangkul, keris, dan peralatan logam lainnya. Menurut sejarah, seperti
kebanyakan orang Bali lainnya Warga Pande adalah penduduk dari
Jawa yang berpindah tempat pada jaman Majapahit.
131
b. Desa Abang Songan
Gambar 5.14. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA ABANG SONGAN
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan lapangan belum
banyak ditemukannya potensi industri kreatif di Desa ini, hanya
ditemukan beberapa tarian yang tidak bersifat sakral namun tidak di
komersialisasikan. Tarian-tarian seperti (1) Tari Sangiang dan (2) Tari
Gandrung hanya menjadi konsumsi penduduk desa Abang Songan dan
sekitarnya seperti Desa Suter dan Abang Batudinding. Meskipun sulit
untuk menjadikan tarian ini sebagai daya tarik bagi wisatawan karena
selain kurangnya promosi, desa abang songan juga bukan desa yang
menjadi tujuan wisata.
Daya tarik dari desa ini adalah Bangunan Warisan Budaya yaitu
(3) Pura Dukuh yang terletak di tepian danau batur bagian barat, atau
jalur darat menuju Desa Trunyan, sayangnya tim tidak mendapatkan
informan yang baik untuk menguraikan sejarah Pura ini, namun
menurut hasil wawancara singkat dengan Sekertaris Desa Abang
Songan, pura ini tidak digunakan lagi sejak terendam banjir besar
beberapa puluh tahun silam. Saat ini pura dukuh terkadang menjadi
012345
Tari Sangiang TariGandrung
KerajinanBerupaPatung
BangunanWarisan
Berupa PuraDukuh
Benda Antik
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
132
tempat atau objek penelitian yang berkaitan tentang sejarah dan
budaya. Letak pura dukuh yang berada diantara tepian danau Batur dan
lereng tinggi yang curam di belakangnya memberikan nilai “Sangat
Baik” terhadap kategori riset dan pengembangan ini.
Gambar 5.15. FOTO PURA DUKUH TAMPAK DEPAN
Sumber: Hasil penelitian DMO Gunung Api Batur 2012
Kendala yang terlihat adalah kurangnya perawatan terhadap pura
tersebut, hal ini terlihat dari banyaknya rumput liar yang tumbuh di
sekitar pura dukuh, selain itu lahan kosong sekitarnya digunakan
sebagai sarana olah raga oleh penduduk sekitar. Akses jalan yang
sempit, berlubang, dan rawan longsor dianggap menjadi kendala lain.
Untuk mencapai pura dukuh dapat menggunakan kendaraan pribadi
dengan kondisi baik, karena rutenya cukup sulit. Kelebihannya adalah
berupa pemandangan sepanjang jalan dari desa Kedisan menuju Desa
Abang Songan bagian bawah berupa pemandangan Danau Batur,
Gunung Api Batur. Selain itu kita dapat melihat aktivitas penduduk
sekitar yang mayoritas adalah petani sayuran dan umbi-umbian juga
nelayan.
133
c. Desa Abang Batu Dinding
Gambar 5.16. POTENSI INDUSTRI KREATIF DESA ABANG BATUDINDING
Sumber: Hasil Olahan Data Cheklist DMO Gunung Api Batur, Bali. 2012
Berdasarkan hasil wawancara dan peninjauan lapangan
ditemukannya potensi industri kreatif di Desa ini yaitu berupa (1) Tari
Baris dan (2) Tari Jejer merupakan tarian adat khas desa abanf Batu
dinding yang biasa dilakukan oleh truna-truni (pemuda-pemudi) desa
ini.
Selain tarian desa ini memiliki beberapa kerajinan seperti wayang
kulit, patung kayu, barang antik berupa cincin, dan pembuatan soka.
Secara umum kendala dari para pengusaha kerajinan tersebut ialah
sulitnya distribusi, promosi, dan permodalan.
0
1
2
3
4
Bo
bo
t P
enila
ian
Jenis Industri
134
B. ANALISIS POTENSI INDUSTRI KREATIF
Selanjutnya Tim Peneliti melakukan analisis SWOT yang bertujuan untuk
mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, kesempatan/ peluang dan
hambatan/ ancaman yang dimiliki dan mempengaruhi Potensi Industri Kreatif di
Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Hasil analisis SWOT ini kemudian akan
digunakan sebagai masukan dalam menganalisis prospek aktifitas pariwisata.
Dalam upaya memperkirakan prospek Potensi Industri Kreatif di Kawasan
Kaldera Gunung Api Batur sebagai aktifitas wisata, perlu dirumuskan kondisi
internal yang meliputi elemen kekuatan (strengths) dan elemen kelemahan
(weaknesses). Penilaian dalam analisis SWOT ini diperoleh dari pemberian bobot
dan nilai terhadap masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan yang berupa
pernyataan. Pemberian bobot ini berdasarkan tingkat penting atau tidaknya faktor
yang bersangkutan. Sedangkan pemberian nilai berdasarkan pada tingkat besar atau
kecilnya faktor yang bersangkutan terhadap elemen kekuatan dan kelemahan.
1. Analisis Faktor Internal
Faktor internal yang merupakan kekuatan kondisi dari Potensi Industri
Kreatif dapat diidentifikasi sebanyak 3 faktor, yaitu:
a. Sumber Daya Alam yang mendukung kegiatan Industri Kreatif.
b. Kreatifitas Dari Sumber Daya Manusia Kintamani.
c. Keunikan dari jenis Produk Industri Kreatif.
135
Sedangkan faktor internal yang merupakan kelemahan Kondisi dari
Potensi Industri Kreatif dapat di identifikasi sebanyak 4 faktor, yaitu:
a. Permodalan untuk memulai dan menjalankan kegiatan Industri
Kreatif.
b. Promosi di dalam kegiatan Industri Kreatif.
c. Aksesbilitas menuju kawasan Kawasan Kaldera Gunung Batur
Bali di dalam Kegiatan Industri Kreatif.
Tabel 5.1. INTERNAL STRATEGY FACTOR ANALYSIS SUMMARY
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
2. Analisis Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan diluar Potensi Industri Kreatif. Lingkungan eksternal dapat
menguntungkan sekaligus dapat menjadi ancaman sehingga perlu
diidentifikasi keberadaanya. Dalam penelitian ini tidak semua unsur
lingkungan eksternal akan dianalisis, hanya unsur yang diidentifikasi dapat
berpengaruh secara langsung terhadap pengembangan produk Industri
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1) Sumber Daya Alam yang mendukung kegiatan Industri
Kreatif 0,20 3 0,60
2) Kreatifitas Dari Sumber Daya Manusia Kintamani 0,20 2 0,40 3) Keunikan dari jenis Produk Industri Kreatif 0,20 1 0,20 4) Daya Tarik wisata sebagai penunjang Kegiatan Industri 0,20 3 0,60
Kelemahan 1) Permodalan untuk memulai dan menjalankan kegiatan
Industri Kreatif 0,05 3 0,10
2) Promosi di dalam kegiatan Industri Kreatif 0,02 4 0,08 3) Aksesbilitas menuju kawasan Kawasan Pariwisata
Gunung Api Batur Bali di dalam Kegiatan Industri
Kreatif 0,05 2 0,15
4) Penerapan Pembatasan Wilayah Administratif di
Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur 0,03 1 0,12
5) Kesulitan di dalam perizinan untuk mendirikan
kegiatan Usaha 0,05 2 0,15
TOTAL 1,00 2,34
136
Kreatif sebagai aktifitas wisata. Seperti penilaian pada faktor internal,
penilaian dalam faktor eksternal ini diperoleh dari pemberian bobot dan nilai
terhadap masing-masing faktor dari peluang dan ancaman. Pemberian bobot
ini berdasarkan pada tingkat penting atau tidaknya faktor yang bersangkutan
terhadap elemen peluang dan ancaman. Sedangkan pemberian nilai
berdasarkan pada tingkat besar atau kecilnya pengaruh faktor yang
bersangkutan terhadap elemen peluang dan ancaman.
Faktor eksternal yang berupa peluang dapat diidentifikasi menjadi 4
faktor, yaitu:
a. Mendatangkan Investor untuk Berinvestasi terhadap kegiatan
Industri Kreatif.
b. Bertambah kunjungan wisatawan ke Kawasan Kaldera Gunung
Api Batur.
c. Menciptakan lapangan kerja dari kegiatan Industri Kreatif.
d. Memberikan pendapatan kepada masyarakat Kawasan Kaldera
Gunung Api Batur.
Adapun faktor eksternal yang merupakan ancaman dapat diidentifikasi
menjadi 2 faktor, yaitu:
a. Maraknya Pembajakan dari suatu hasil Ide Kreatifitas seseorang.
b. Persaingan tidak sehat sesama pelaku usaha Industri Kreatif.
137
Tabel 5.2. INTERNAL STRATEGY FACTOR ANALYSIS SUMMARY
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
3. Hasil Analisis SWOT dan Strategi Pengembangan
a. Hasil Analisis SWOT dengan Internal – Eksternal Matrik
Untuk dapat mangukur tingkat atau posisi dalam analsis SWOT
dari faktor internal maupun eksternal dalam penelitian ini
menggunakan pedoman angka-angka sebagai berikut:
4 3 2 1
Sangat baik Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata
Berdasarkan analisis lingkungan internal akan dirumuskan
variable kekuatan dan kelemahan, sedangkan berdasarkan analisisi
lingkungan eksternal akan dirumuskan variable peluang dan ancaman.
Selanjutnya hal tersebut dapat digambarkan dalam Internal-Eksternal
Matrik yang menunjukan potensi dan daya dukung dalam Potensi
Industri Kreatif sebagai Aktifitas wisata sebagai berikut:
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang 1) Mendatangkan Investor untuk Berinvestasi terhadap
kegiatan Industri Kreatif 0.20 3 0.60
2) Bertambahnya kunjungan wisatawan ke Kawasan
Kaldera Gunung Api Batur 0.20 3 0.60
3) Menciptakan lapangan kerja dari kegiatan Industri
Kreatif 0.20 4 0.80
4) Memberikan pendapatan kepada masyarakat Kawasan
Pariwisata Gunung Api Batur 0.20 4 0.80
Ancaman 1) Maraknya Pembajakan dari suatu hasil Ide Kreatifitas
seseorang. 0.05 1 0.05
2) Persaingan tidak sehat sesama pelaku usaha Industri
Kreatif. 0.05 1 0.05
3) Penggunaan Sumber daya Alam yang berlebihan 0.05 1 0.05 4) Kebutuhan Konsumen yang semakin Variatif 0.05 1 0.05
TOTAL 1.00 3.00
138
Gambar 5.17. INTERNAL – EKSTERNAL MATRIK
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
Gambar 5.17. diatas menunjukan hasil Internal-Eksternal Matrik
berada pada posisi sedang dan menengah, sehinnga mendukung
Pengembangan Potensi Industri Kreatif yang berarti dapat diteruskan
karena termasuk kedalam kotak tengah, yaitu kotak stabil dan
diteruskan tanpa merubah arah strategi yang ditetapkan. Dengan kata
lain, Industri Kreatif akan stabil dengan keadaan yang sudah ada.
b. Hasil Analisis SWOT dengan Matrik Space Analysis
Guna memberikan gambaran analisis yang lebih jelas tentang
potensi Industri Kreatif, dibawah ini disajikan matrik space analysis
yang dilanjutkan dengan penghitungan dalam kuadran yang dapat
membantu sebelum disimpulkan hasilnya. Sehingga dapat diketahui
titik koordinat letak dari hasil analisis SWOT yang dngin diketahui
untuk dilakukan pengolahan selanjutnya.
Total Skor Faktor Strategi Internal
Tota
l S
kor F
ak
tor S
trate
gi
Ek
stern
al
Baik Sedang Buruk
4.0 3.0 2.34 2.0 1.0
Tinggi
3.0
Diteruskan
Diteruskan Pemilihan
Proiritas kegiatan
Menengah
2.0
Stabil Diteruskan
Stabil
Peninjauan
Kembali
Rendah
1.0
Pemilihan
Prioritas Kegiatan
Peninjauan
Kembali
Program
Dihentikan
139
Tabel 5.3. MATRIK SPACE ANALYSIS
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
Pada Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa total rating dari Kekuatan
(KK) ialah 2, Sedangkal Kelemahan (KL) adalah -2,4. Lalu Peluang
(PL) dengan Rating 3,5 dan Ancaman (AN) -1. Lalu selanjutnya tim
peneliti melakukan perhitungan dari hasil rating dengan melakukan
penjumlahan hasil dari rating Kekuatan (KK) dengan Ancaman (AN)
Posisi Faktor Strategi Internal Rating Posisi Faktor Strategi
Eksternal Rating
Kekuatan (KK) Peluang (PL)
1) Sumber Daya Alam yang
mendukung kegiatan Industri
Kreatif.
3 1) Mendatangkan Investor untuk
Berinvestasi terhadap kegiatan
Industri Kreatif.
3
2) Kreatifitas Dari Sumber Daya
Manusia Kintamani.
2 2) Bertambahnya kunjungan
wisatawan ke Kawasan Kaldera
Gunung Api Batur.
3
3) Keunikan dari jenis Produk
Industri Kreatif
1 3) Menciptakan lapangan kerja
dari kegiatan Industri Kreatif
4
4) Daya Tarik wisata sebagai
penunjang Kegiatan Industri
3 4) Memberikan pendapatan
kepada masyarakat Kawasan
Kaldera Gunung Api Batur.
4
8 14
Kelemahan (KL) Ancaman (AN)
1) Permodalan untuk memulai dan
menjalankan kegiatan Industri
Kreatif.
-3 1) Maraknya Pembajakan dari
suatu hasil Ide Kreatifitas
seseorang.
-1
2) Promosi di dalam kegiatan
Industri Kreatif
4 2) Persaingan tidak sehat sesama
pelaku usaha Industri Kreatif.
-1
3) Aksesbilitas menuju Kawasan
Kaldera Gunung Api Batur di
dalam Kegiatan Industri Kreatif
-2 3) Penggunaan Sumber daya Alam
yang berlebihan
-1
4) Penerapan Pembatasan Wilayah
Administratif di Kawasan
Kaldera Gunung Api Batur
-1 4) Kebutuhan Konsumen yang
semakin Variatif
-1
5) Kesulitan di dalam perizinan
untuk mendirikan kegiatan
Usaha.
-2
-12 -4
KK : 8/4 = 2
KL : -12/5 = -2,4
PL : 14/4 = 3,5
AN : -4/4 = -1
140
yang menghasilkan Y axis, dan Kelemahan (KL) dijumlahkan dengan
Peluang (PL) untuk mendapatkan koordinat X axis. Dengan
menggunakan matrik diatas, maka dapat digambarkan posisi kuadran
sebagai:
Gambar 5.18. KUADRAN
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
Gambar 5.18. diatas menunjukan hasil perhitungan dari matrik
space analisis terletak pada posisi kuadran I, yaitu dengan nilai positif
pada titik 1 dan 1,1 Hal ini merupakan posisi yang masih
menguntungkan dimana terdapat sedikit selisih namun cukup
signifikan dalam perbedaan nilai antara kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman.
Kekuatan
Ancaman
KW III
1
KW I
Peluang
KW IV
1,1
KW II
Kelemahan
KK + AN = 2 + (-1) = 1
KL + PL = (-2,4) + 3,5 = 1,1
141
Kuadran I merupakan Kotak Mobilization dimana kotak ini
mempertemukan interaksi antara ancaman/tantangan dari luar yang
diidentifikasikan dengan potensi internal sumber daya. Disini para
perencana dituntut untuk memberikan keputusan untuk menggali
sumber-sumber daya yang dapat dimobilisasikan untuk memperlunak
ancaman/tantangan dari luar tersebut dan sedapat mungkin merubahnya
menjadi sebuah peluang bagi pengembangan selanjutnya. Dapat
diasumsikan bahwa dengan menekan kelemahan dan membuat
ancaman menjadi potensi yang harus diatasi maka akan membuat
perimbangan posisi tersebut menjadi lebih positif dan mantap
C. ANALISIS AKTIVITAS WISATA
Berdasarkan teori Drs. Oka A. Yoeti (1996: 178) tentang daya tarik yang
harus dimiliki suatu destinasi pariwisata dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan serta teori Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani
(2007:13-14) tentang pengkategorian aktivitas wisata menjadi 14 kategori, tim
menganalisa beberapa aktivitas wisata yang teridintifikasi selama penelitian
berlangsung sebagai penajaman analisis industri kreatif dari perspektif aktivitas
wisata. Tujuannya guna mengetahui kegiatan wisata seperti apakah yang sudah
tersedia di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, lalu industri apakah yang dapat
diidentifikasi muncul setelah adanya aktivitas wisata disekitarnya ataupun
sebaliknya. Dengan harapan dapat menghasilkan arahan, ide atau gagasan kreatif
tentang kemungkinan munculnya beberapa aktivitas wisata baru di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur.
142
Secara umum dari 13 Desa yang ada di kawasan Pariwisata Gunung Api
Batur kondisi pariwisata Gunung Batur terbilang baik hal ini terlihat dari jumlah
kunjungan wisatawan asing yang datang berkunjung ke Kintamani sekitar ±1.200
orang/hari, seperti yang telah dijabarkan dalam Tabel 6.2. (Hal. 134) yaitu tabel
checklist aktivitas wisata di kawasan pariwisata Gunung Api Batur, dapat kita
ketahui ada 9 ODTW yang ditemukan oleh tim telah menghasilkan berbagai
aktivitas wisata seperti; (1) Pura Ulun Danu, Pura yang saat ini terletak di pusat
kecamatan Kintamani tepatnya di Desa Batur Selatan. Pura ini dahulu berada di
tepian Danau Batur namun adanya musibah banjir besar lokasi pura ini dipindahkan
keatas lereng bersamaan dengan berpindahnya penduduk desa. Saat ini Pura Ulun
Danu juga dijadikan salah satu Pura yang wajib dikunjungi selain Pura Besakih
pada acara keagamaan Hindu. Dari munculnya kegiatan masyarakat Kecamatan
Kintamani dan Bali pada umumnya mulailah timbul beberapa puluh pertokoan di
sepanjang jalan sekitar Pura. Toko-toko yang menjual aneka barang dari aksesoris
seperti kacamata, masakan, jajanan, dll. Hal ini diakui salah satu pedagang yang
berjualan persis di sebrang gerbang Pura Ulun Danu. Selain itu dengan adanya
aktivitas masyarakat Bali lokal memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara. Bagi para wisatawan kegiatan yang
dapat mereka lakukan ialah hal-hal yang berkaitan seperti melihat dan mempelajari
umat Hindu Bali beribadah, melihat upacara adat yang dilaksanakan secara berkala,
fotografi baik itu berupa fotografi tentang arsitektur bangunan pura, aktivitas
orang-orang, maupun landscape sekitar pura.
Lalu selain Pura Ulun Danu adapula (2) Danau Batur yang menjadi salah
satu daya tarik utama di kawasan pariwisata Gunung Api Batur termasuk
143
Kabupaten Bangli. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan yaitu
Memancing, Sight Seeing, secara landscape danau ini sangat baik untuk melakukan
kegiatan fotografi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya Wedding Organizer lokal
maupun daerah luar melakukan photo shoot di kawasan ini. Sebagai gambaran lain
daerah Danau Batur pernah menjadi lokasi sejumlah iklan merek-merek ternama
seperti iklan Yamaha Mio J pada tahun 2012, Indosat Im3 tahun 2012. Danau Batur
juga menjadi salah satu lokasi syuting Eat Pray Love 2011 yang menjuarai
beberapa Penghargaan Internasional dibidang perfilman.
Selanjutnya ada restaurant Apung dan beberapa restaurant seafood lainnya
yang berada di sekitar kaldera gunung api Batur. Restaurant apung adalah salah
satu restaurant yang telah cukup lama berdiri di sekitar danau batur, tepatnya di
desa Kedisan, dimana restaurant ini tidak hanya menyajikan masakan khas Bali,
eropa yang segar namun juga menyajikan pemandangan lepas keseluruh danau dan
gunung batur, pada sore hari kita dapat melihat matahari tenggelam. Meskipun
secara teori restaurant ini sangat mengganggu ekosistem alami sekitarnya seperti
pertumbuhan ikan, pencemaran air dan tanah. Namun daya tarik bagi pariwisata
masih terbilang tinggi. Masalah aksesbilitas yang dipengaruhi oleh kondisi jalan
yang terganggu oleh adanya kendaraan proyek Galian C sehingga jalan cenderung
lebih rentan rusak, berpasir, dan rawan kecelakaan. Masalah lingkungan seperti
kurangnya kesadaran akan kebersihan daerah wisata menjadi ancaman tersendiri
bagi para pelaku usaha.
Selanjutnya adalah (4) Desa Trunyan yang tersohor dengan ciri khas cara
pemakaman mereka. Selain education tentang budaya, wisatawan juga dapat
melihat bagaimana keseharian orang-orang disana.
144
Adapun (5) Panelokan sebuah tikungan yang dianggap strategis untuk
melihat pemandangan Gunung Api Batur, Danau Batur, dan sekitarnya secara
keseluruhan. Disini wisatawan dapat berfoto, berbelanja souvenir, mencari tempat
penginapan, wisata kuliner, dll. Kendala dan permasalahan di ODTW ini salah
satunya ialah sejumlah oknum pedagang yang berperilaku berbelebihan dalam
menawarkan barang/jasa yang mereka miliki. Meskipun sudah ada pengawasan,
namun kondisi nyata menyatakan pengawasan tersebut tidak memberikan pengaruh
yang berarti. Bila beberapa waktu yang silam permasalah seperti ini juga terjadi di
daerah dermaga dan kawasan perairan Danau Batur, kini bedasarkan hasil observasi
hal tersebut tidak lagi terjadi. Adanya pengelolaan oleh pihak Pemda untuk
mengambil alih pengurusan dermaga dan pedagang yang terlibat sehingga
pendisiplinan dapat dilakukan.
Selanjutnya tidak jauh dari lokasi panelokan terdapat Museum Gunung Api
Batur yang belum lama ini berdiri. Bangunan dengan gaya modern dan campuran
tradisional Bali ini memfasilitasi wisatawan lokal maupun asing tentang hal-hal
yang terkait dengan Gunung Api Batur, selain itu tempat ini juga melakukan
pengawasan secara rutin terhadap aktivitas Gunung Api Batur. Pusat pengelolaan,
riset, dan pengembangannya sendiri berasal dari Kota Bandung tepatnya Museum
Geologi Bandung. Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan adalah mempelajari
tentang kawasan Gunung Api Batur khususnya vulkanologi.
Berikutnya (7) Toya Bungkah, sebuah pemandian air panas alami yang
akan terasa sangat cocok untuk kawasan Gunung Api Batur yang merupakan
dataran tinggi yang memiliki suhu cukup rendah pada malam hari. Berada di
sekitaran Danau Batur tepatnya Desa Batur Selatan. Disini wisatawan dapa
145
merasakan air panas alami yang bisa memberikan efek relaksasi, selain itu adanya
manfaat bagi kesehatan terutama kulit memberikan variasi wisata kesehatan,
dengan variasi harga Rp. 40.000,- sampai dengan Rp. 150.000,- /orang.
Untuk mencapai lokasi pemandian ini hanya dapat dicapai dengan kendaraan
pribadi atau sewaan. Tidak ada transportasi umum yang melewati rute ini.
Kekurangannya ialah kebersihan lingkungan sekitar pemandian yang cenderung
terlihat gersang, kumuh, dan kotor pada siang hari.
Lalu yang terakhir ialah (8) Gunung Api Batur itu sendiri dimana gunung
api yang masih tetap aktiv ini menjadi salah satu gunung yang ada di Pulau Bali.
Aktivitas wisatawan untuk tempat ini ialah wisata olahraga, rekreasi, dan adventure
dimana wisatawan dapat melakukan tracking ke beberapa rute yang telah dibuat
oleh organisasi tracking yang ada di kawasan tersebut, cukup banyak travel agent
yang membuat produk wisata dengan melibatkan Gunung api batur sebagai salah
satu tempat kegiatan wisata bagi tamunya. Biasanya wisatawan diajak
menggunakan sepeda dari tempatnya menginap menuju Gunung Api Batur
kemudian ada yang diajak untuk makan siang di beberapa restaurant ternama
adapula yang diajak tracking/menyebrang ke Desa Trunyan.
Dalam perkembanganya kawasan pariwisata Gunung Api Batur diakui
kurang dalam segi promosi, hal ini dijabarkan melalui hasil wawancara dan
berdasarkan hasil observasi minimnya media promosi yang digunakan untuk
mempromosikan kawasan tersebut kepada wisatawan. Menurut disparda Kab.
Bangli keperluan promosi hanya dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi Bali. Namun penilaian kami terhadap media promosi
terutama brosur yang dimiliki disparda Kab. Bangli sangat rendah, hal ini dinilai
146
dari jumlah yang minim informasi yang kurang efektif, kualitas brosur yang kurang
menarik untuk dilihat, informasinya cenderung sudah lama tidak diperbaharui,
ukuran brosur yang kurang sesuai dengan isi yang disampaikan adanya peta
wilayah yang jelas mengenai perwilayahan kawasan pariwisata Gunung Api Batur.
D. ANALISIS PENGELOLAAN PARIWISATA
Pengelolaan industri kreatif di kawasan pariwisataGunung Api Batur, Bali
membutuhkan proses yang cukup panjang dan akan dilakukan dengan melibatkan
berbagai pihak yang tercakup dalam stakeholder kepariwisataan kawasan Gunung
Api Batur, Bali. Stakeholder yang termasuk di dalamnya adalah masyarakat
setempat, pelaku industri, akademisi, lembaga pengelola, dan pemerintah.
1. Peran Masyarakat Setempat
Masyarakat setempat belum berperan secara aktif dalam mendukung
kegiatan industri kreatif di kawasan Gunung Api Batur. Masyarakat
belum memiliki keinginan untuk membangun industri sendiri
dikarenakan tidak adanya keyakinan akan mendapatkan pendapatan
yang lebih baik lagi dibandingkan dengan pekerjaan yang telah mereka
jalani. Selain itu kendala lainnya adalah wawasan dan kreatifitas yang
dimiliki masyarakat untuk mengelola suatu industri masih sangat
minim. Masyarakat juga tidak tanggap terhadap potensi yang dapat
dikembangkan untuk menjadi produk industri kreatif yang pada
kenyataannya ada dimiliki oleh desanya sendiri. Kemudian masyarakat
menemukan lagi masalah untuk permodalan membuat industri sendiri.
147
2. Pelaku Industri
Pelaku industri di kawasan Gunung Api Batur, Bali cenderung hanya
menjalankan industri seperti apa adanya saja tanpa memiliki
perencanaan pengembangan industri kedepannya. Pelaku industri
belum mampu menggali potensi sumber daya yang ada dan
memanfaatkannya dengan menggunakan kreatifitas sehingga menjadi
suatu produk baru yang bernilai lebih tinggi.
3. Peran Akademisi
Akademisi belum berperan serta dalam mendukung kemajuan
pembangunan industri kreatif di kawasan Gunung Api Batur, Bali.
Akademisi di kawasan Gunung Api Batur, Bali belum mampu
menggali dan memetakan potensi industri kreatif yang ada. Akademisi
juga belum dapat melihat manfaat dari adanya industri kreatif bagi
sektor pariwisata serta kendala yang akan dihadapi, dan menyusun
langkah apa yang akan dilakukan untuk menanggulangi segala resiko
atau kendala-kendala yang akan terjadi.
4. Lembaga Pengelola
Belum terdapat lembaga pengelola. Sehingga kawasan pariwisata
Gunung Api Batur belum mampu membuka peluang dan menangkap
peluang potensi industri kreatif yang ada untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat.
148
5. Peran Pemerintah (Government)
Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama (Subadra, 2006),
yaitu; Perencanaan (planning), Pembangunan (development), Pengeluaran
kebijakan (policy), dan Pembuatan dan penegakan peraturan (regulation).
Dalam kenyataannya, pemerintah belum menaruh perhatian terhadap
pentingnya industri kreatif untuk membangun kepariwisataan di kawasan
Gunung Api Batur, Bali. Selama ini sebagian besar pengunjung yang datang
ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur hanya untuk sekedar melihat-lihat
(menikmati pemandangan), foto-foto, dan melakukan aktivitas wisata yang
sangat biasa. Tidak ada alasan lain selain karena potensi sumber daya alam
yang ada (pemandangan dan atmosfer) untuk menjadi daya tarik ataupun
daya beli yang cukup menarik bagi wisatawan untuk tinggal lebih lama dan
daya untuk spending money bagi wisatawan di kawasan Gunung Batur masih
sangat kecil. Pemerintah belum memiliki perencanaan (planning),
pembangunan (development), pengeluaran kebijakan (policy), serta
pembuatan dan penegakan peraturan (regulation) untuk pembangunan
industri kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur Bali.
E. ANALISIS PENGELOLAAN OLEH DMO
1. Melakukan Koordinasi, Kemitraan, dan Jejaring;
DMO berfungsi untuk mengkoordinasikan berbagai kepentingan
diantara pemangku kepentingan dan mengembangkan kegiatan atau program
pengembangan jejaring wisatawan.
Berdasarkan hasil peninjauan, untuk koordinasi ke berbagai pemangku
kepentingan telah dilakukan, namun untuk kemitraan dan jejaring kerjasama
149
antar pemangku kepentingan dengan masyarakat lokal masih belum terjalin
dengan baik. Dari keadaan aktual tersebut, maka tim peneliti menilai untuk
koordinasi, kemitraan dan jejaring antar pihak DMO dan pemangku
kepentingan masyarakat belum mencapai kesesuaian.
2. Melakukan Konsultasi dan Advokasi
DMO berfungsi untuk merencanakan program strategis yang ditujukan
untuk menciptakan kebijakan politik yang bermanfaat bagi masyarakat atau
mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan
masyarakat. Fungsi advokasi DMO adalah membangun basis dukungan
masyarakat lokal bagi penegakan dan penerapan kebijakan pembangunan
pariwisata untuk kepentingan publik.
Berdasarkan hasil peninjauan, koordinasi dengan masyarakat lokal
masih belum optimal ditandai dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk
turut serta dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi
wisatawan yang berkunjung ke kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya penjual souvenir di kawasan
penelokan yang memaksa wisatawan untuk membeli barang mereka.
Kejadian tersebut dapat mengganggu kenyamanan wisatawan yang sedang
berkunjung.
3. Melakukan Pembenahan Fasilitas Standar Pelayanan
DMO berfungsi untuk meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan,
untuk itu maka DMO perlu menyusun program dan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan fasilitas standar pelayanan. Fasilitas yang dimaksudkan
150
adalah adanya fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam.
Berdasarkan hasil peninjauan, pembenahan fasilitas standar pelayanan
di kawasan Gunung Api Batur belum sepenuhnya terbenahi ditandai dengan
kurangnya brosur, toilet umum, fasilitas telekomunikasi, dan sebagainya.
4. Melakukan Penelitian
DMO berfungsi untuk melakukan penelitian-penelitian untuk
mengembangkan program dan kegiatan pengembangan produk dan pasar
wisata termasuk program dan kegiatan monitoring.
Berdasarkan hasil peninjauan, penelitian untuk mengembangkan
program dan kegiatan pengembangan produk wisata telah banyak dilakukan,
tetapi belum banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
perkembangan industri kreatif yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung
Api Batur, Bali.
5. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat
DMO berfungsi untuk mengembangkan program dan kegiatan yang
melibatkan masyarakat lokal dalam proses pembangunan dan pengembangan
pariwisata setempat. Program atau kegiatan tersebut hendaknya dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan wisata.
Berdasarkan hasil peninjauan, sudah terdapat perencanaan program
pengembangan dan kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, namun
belum terlaksana sepenuhnya, dikarenakan masih banyak masyarakat lokal
yang belum terkoordinir dengan baik.
151
6. Menyelenggarakan Pemasaran
DMO memiliki ruang lingkup untuk menyusun program dan kegiatan
pengembangan produk, pengemasan, dan inovasi produk, promosi dan
penjualan, pengembangan kerjasama dan distribusi produk dengan para
supplier. Kegiatan pemasaran meliputi identifikasi pasar sasaran,
pembentukan citra, segmentasi pasar, pembentukan logo, tema dan kegiatan
periklanan.
Berdasarkan hasil peninjauan, penyusunan program kegiatan
pemasaran sudah dilakukan, namun belum terlihat pelaksanaannya dengan
jelas.
7. Melakukan Promosi Investasi
DMO bertujuan untuk membuat program dan kegiatan pengembangan
investasi dan peningkatan modal keuangan melalui perluasan kerjasama
dalam dan luar negeri dalam bentuk pendanaan, pinjaman, pajak, konsesi,
dan yang mampu menstimulasikan para investor untuk terlibat dalam
implementasi pengembangan destinasi pariwisata sesuai dengan rencana
strategis yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil peninjauan, kegiatan promosi investasi di daerah
gunung batur masih belum optimal ditandai dengan masih banyaknya
kawasan yang belum terkelola dengan baik.
8. Melakukan Penyusunan Program-program Inovasi tentang
Destinasi/ Program Manajer/ Event Generator
DMO bertujuan untuk mendukung dan mengembangkan program-
program pariwisata yang inovatif untuk membangun keunggulan kompetitif
152
dalam persaingan global. Program inovatif dapat membangkitkan para pelaku
pariwisata untuk terus mengembangkan produk-produk pariwisata yang
berpotensi memiliki daya jual tinggi.
Berdasarkan hasil peninjauan, penyusunan program-program inovasi
tentang destinasi/program manajer/event generator belum terlihat,
dikarenakan aktivitas wisatawan di kawasan Gunung Api Batur selama ini
sangat monoton, sebagian besar wisatawan hanya sekedar datang untuk
berkunjung saja.
9. Menerapkan Krisis Manajemen
Program dan kegiatan DMO bertujuan untuk menghasilkan suatu
rencana tindakan yang bersifat proaktif dan efektif terhadap dampak krisis
yang ditimbulkan dalam upaya efisiensi dan produktivitas pemulihan citra
destinasi pariwisata termasuk perbaikan kondisi lingkungan baik fisik
maupun non fisik (social budaya dan kesehatan).
Berdasarkan hasil peninjauan, rencana tindakan yang bersifat proaktif
dan efektif terhadap dampak krisis yang ditimbulkan sudah ada, namun untuk
saat ini kondisi lingkungan baik fisik maupun non fisik (sosial budaya dan
kesehatan) masih dalam tahap yang wajar, dapat dilihat dari segi sosial
budaya dan kesehatan yang ada di kawasan Gunung Api Batur, Bali sampai
saat ini masih baik-baik saja. Masyarakat masih tetap menjaga dengan utuh
lingkungan sosial dan budayanya, sehingga penerapan krisis manajemen
untuk saat ini belum begitu terlihat.
153
BAB VI. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI.
A. KESIMPULAN
1. Industri Kreatif di Gunung Api Batur
Industri Kreatif tidak hanya mengandalkan Sumber Daya Alam sebagai
modal utama industri, namun turut serta mengandalkan pemanfaatan dari
kreativitas, keterampilan, serta bakat individu sebagai modal utama didalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu didalam kegiatan Industri Kreatif
memerlukan Pekerja Kreatif untuk memanfaatkan Sumber Daya Alam yang
terdapat di Kawasan pariwisata Gunung Api Batur secara maksimal guna
mendapatkan value lebih dari produksi yang dihasilkan. Kondisi Sumber
Daya Alam yang terdapat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur Industri
Kreatif.
Sumber Daya Alam yang tersedia berupa hutan pohon siwalan di Desa
Songan yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan berupa daun lontar,
bahan baku perak yang dijadikan perhiasan, panorama alam yang indah yang
sering di jadikan sebagai latar dari perfilman maupun periklanan.
Masyarakat di kawasan pariwisata Gunung Api Batur sudah memiliki
keterampilan didalam kegiatan Industri Kreatif seperti terdapat penari-penari
di dalam pementasan tarian adat, pewayangan, pelukis, pemahat patung,
pengerajin perhiasan, pengerajin souvenir, permusikan.
154
Mayoritas dominan jenis Industri kreatif yang terdapat di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur berupa kerajinan pembuatan perhiasan yang
terbuat dari perak, pembuatan patung yang terbuat dari kayu, pembuatan
souvenir, dan seni pertunjukan berupa tarian dan wayang.
Tabel 6.1. POTENSI INDUSTRI KREATIF DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR, BALI
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
Dimensi
(X₁) Sektor Industri Kreatif
Nama Desa
Batur
Utara
Batur
Selatan
Batur
Tengah Pinggan
Kintama-
ni
Songan
A
Songan
B Kedisan Trunyan Buahan Suter
Abang
Songan
Abang
Batudind-
ing
Pote
nsi
In
du
stri
Kre
ati
f d
i K
aw
asa
n P
ari
wis
ata
Gu
nu
ng A
pi
Batu
r, B
ali
Penerbitan dan
Percetakan Ada Ada
Film, Video, Fotografi
TV dan Radio Ada Ada Ada Ada
Periklanan Ada Ada Ada
Musik Ada Ada Ada Ada
Kuliner Ada Ada
Seni Pertunjukan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Pasar Barang Seni Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Kerajinan Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Fesyen Ada Ada Ada
Desain Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Arsitektur Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
TI dan Piranti Lunak
Permainan Interaktif Ada
Riset dan
Pengembangan Ada Ada
Total Sektor Industri
Kreatif
8 5 6 4 3 7 7 2 5 10 5 4 4
70
156
2. Aktivitas Wisata di Gunung Api Batur
Kawasan pariwisata Gunung Api Batur telah memilki aneka ragam
aktivitas wisata bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Dengan
dominasi yaitu Wisata Budaya dan Kuliner. Hal ini dapat dilihat dari Tabel
6.1. berikut ini:
Tabel 6.2. TABEL JUMLAH AKTIVITAS WISATA YANG TELAH
BEROPERASI DI KAWASAN PARIWISATA GUNUNG API BATUR,
BALI
Jenis Wisata Jumlah ODTW Lokasi
Wisata Budaya 3
Pura Ulun Danu Batur Selatan
Pura pancering jagat Trunyan
Makam Trunyan Trunyan
Wisata
Kesehatatan 2
Pura Ulun Danu Batur Selatan
Toya Bungkah Batur Selatan
Wisata Olahraga 2 Danau Batur Kecamatan Kintamani
Gunung Api Batur Kecamatan Kintamani
Wisata Rekreasi 2 Danau Batur Kecamatan Kintamani
Panelokan Batur Selatan
Wisata
Petualangan 1
Gunung Api Batur Kecamatan Kintamani
Widiawisata 1 Museum Gunung Api
Batur
Batur Selatan
Wisata Kuliner 3
Ikan Mujair Batur Utara, Tengah,
Selatan
Terong Belanda Kecamatan Kintamani
Kopi Luwak Kecamatan Kintamani
Agro Wisata 2 Kopi Kecamatan Kintamani
Jeruk Siam Kecamatan Kintamani
Sumber: Pengolahan Data DMO Gunung Api Batur 2012
Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (2007:13-14)
ada 15 kategori wisata, dimana kondisi aktual yang ditemukan dilapangan
adalah 8 kategori kegiatan wisata yang telah berjalan di kawasan pariwisata
Gunung Api Batur. Dimana aktivitas wisata yang paling banyak terjadi di
Desa Batur Selatan dan sekitarnya. Sedangkan untuk kategori wisata yang
paling banyak ialah wisata budaya dan wisata kuliner.
157
3. Pengelolaan Industri Kreatif di Kawasan Gunung Api Batur
Peran stakeholder dalam membangun sektor Industri Kreatif sangatlah
penting. Selama ini sektor Industri Kreatif masih dipandang dengan sebelah
mata. Pelaku pengelola ataupun stakeholder seharusnya berperan penting
untuk dapat membangun sektor Industri Kreatif di kawasan Gunung Api
Batur.
Untuk pemerintah sendiri sebagai perencana, pembangun, pengeluar
kebijakan, dan pembuat juga penegak peraturan, belum secara maksimal
dalam menjalankan fungsinya. Kurangnya antusias dari masyarakat setempat
untuk membangun Industri Kreatif di kawasan pariwisata Gunung Api Batur
dikarenakan masyarakat belum memiliki kemahiran dan kreatifitas khusus
untuk menciptakan industri yang baru. Kemudian masyarakat setempat
cenderung takut untuk memulai usaha baru dikarenakan susahnya
mendapatkan permodalan dan juga tidak adanya keyakinan dari masyarakat
setempat bahwa usaha tersebut akan berhasil. Disini peran akademisi
seharusnya dapat mendorong keinginan masyarakat dengan cara memberikan
pengarahan berdasarkan pengamatan khusus yang dilakukan sehingga dapat
menghasilkan pemetaan yang berfungsi untuk mengetahui potensi apa saja
yang dapat digali untuk membangun sektor Industri Kreatif serta
memberitahukan manfaat apa yang akan masyarakat dapatkan dari hasil
Industri Kreatif, dan memberikan antisipasi apa yang akan dilakukan jika
ancaman datang. Kemudian belum terdapat lembaga pengelola yang secara
khusus menangani sektor Industri Kreatif.
158
B. REKOMENDASI
Dalam laporan ini kami sertakan pula hasil analisis yang telah kami rangkum
menjadi beberapa rekomendasi yang bersifat konseptual maupun bersifat usulan
secara teknis di lapangan. Rekomendasi ataupun saran yang tim sajikan dibagi
menjadi 3 kaegori, yaitu: Pengelolaan Industri Kreatif di Gunung Api Batur,
Arahan Pengembangan Aktivitas Wisata di Gunung Api Batur, dan Usulan Teknis.
Paparannya adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan Industri Kreatif di Gunung Api Batur
Dalam pengembangan potensi Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata
Gunung Api Batur harus memiliki tiga aktor utama yang bersinergi sebagai
penggerak Industri Kreatif yaitu pihak cendekiawan, pemerintah, dan pelaku
bisnis.
Peran cendekiawan di dalam pengembangan potensi Industri Kreatif di
Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur seharusnya memberikan pelatihan
kepada masyarakat bagaimana memaksimalkan inovasi dari ide kreatifitas
suatu hasil dari jenis industri kreatif yang terdapat di Kawasan Pariwisata
Gunung Api Batur agar kualitas dari hasil produk tersebut di minati oleh
wisatawan.
Peran Pemerintah daerah di dalam pengembangan potensi Industri
Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur harus mendukung sebagai
katalisator dan Advokasi di dalam kebijakan regulasi kegiatan Industri
Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Selain itu pemerintah
daerah juga harus mendukung dari Aspek penghargaan dari insan kreatif dan
159
perlindungan hak cipta dari hasil ide kreativitas yang di hasilkan oleh
masyarakat.
Peran Pelaku Usaha memberikan lapangan kerja khususnya kepada
masyarakat di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur agar dapat
meningkatkan kesejahteraan dari kegiatan Industri Kreatif, selain itu Pelaku
Usaha sebagai pembentuk dari komunitas dari Industri Kreatif berkeja sama
di dalam segi promosi dan distribusi agar pengembangan Industri Kreatif di
Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur berjalan dengan baik.
Dalam pengelolaan Industri Kreatif diperlukan keterlibatan
stakeholders utama di dalam mengembangkan potensi Industri Kreatif di
kawasan Gunung Api Batur, Bali. Stakeholders utama yang terlibat di dalam
pengelolaan Industri Kreatif di kawasan Gunung Api Batur, yaitu:
Pemerintah Daerah Kab.Bangli, Masyarakat, dan DMO.
a. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli
Peran Pemerintah daerah Kabupaten Bangli di dalam
pengembangan potensi Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata
Gunung Api Batur harus mendukung sebagai katalisator dan
advokasi di dalam kebijakan regulasi kegiatan Industri Kreatif di
Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur. Selain itu pemerintah
daerah Kabupaten Bangli juga harus mendukung dengan bentuk
apresiasi bagi insan-insan kreatif dan memberikan perlindungan
hak cipta dari hasil ide kreativitas yang di hasilkan oleh
masyarakat atau pelaku Industri Kreatif.
160
b. Masyarakat
Peran masyarakat sangatlah penting di dalam pengelolaan
Industri Kreatif, terutama di dalam menggerakan Industri Kreatif
sebagai pelaku usaha.
Peran pelaku usaha memberikan lapangan kerja khususnya
kepada masyarakat di Kawasan Pariwisata Gunung Api Batur agar
dapat meningkatkan kesejahteraan dari kegiatan Industri Kreatif, selain
itu Pelaku Usaha sebagai pembentuk dari komunitas dari Industri
Kreatif berkeja sama dalam kegiatan promosi dan distribusi agar
pengembangan Industri Kreatif di Kawasan Pariwisata Gunung Api
Batur berjalan dengan baik.
c. DMO
Dalam pengelolaan Industri Kreatif peran cendekiawan sangatlah
penting untuk pengembangan Industri Kreatif. Terutama di dalam
pengembangan inovasi produk Industri Kreatif di perlukan kajian
penelitian selanjutnya mengenai diversifikasi produk yang telah
teridentifikasi oleh tim peneliti DMO tahun 2012.
Selain itu dalam pengelolaan Industri Kreatif kedepan, perlu dibangun
suatu kelompok/organisasi pengelola Industri Kreatif yang ada di kawasan
Gunung Api Batur, Bali.
Pengelolaan (manajemen), menurut Leiper (1990: 256), “merujuk
kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang
161
melekat pada peran tersebut”. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
Merencanakan pengelolaan industri kreatif yang terdapat di
kawasan pariwisata Gunung Api Batur, Bali dengan melihat
segala potensi yang telah ada, dan dengan melibatkan seluruh
stakeholders yang ada.
b. Directing (Mengarahkan)
Memberikan pengarahan dan membuat program pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas masyarakat dalam
menciptakan industri-industri baru yang dapat meningkatkan
aktivitas pariwisata di kawasan Gunung Api Batur, Bali.
c. Organizing (termasuk Coordinating)
1) Menjaga agar semua program yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan dan dikomunikasikan dengan baik pada seluruh
pemangku kepentingan.
2) Meningkatkan kegiatan promosi industri kreatif yang telah ada
dengan mengadakan event kepariwisataan.
3) Membentuk kerjasama antar pelaku industri kreatif dengan
asosiasi kepariwisataan lainnya.
d. Controlling (Pengawasan)
1) Menyusun instrumen controlling dan evaluasi terhadap program
penyelarasan baik secara parsial per program maupun secara
komprehensif
162
2) Melakukan controlling dan evaluasi terhadap semua program
penyelarasan baik secara parsial maupun komprehensif
3) Menyusun laporan hasil controlling dan evaluasi yang memuat
rekomendasi perbaikan atas pelaksanaan setiap program
4) Menyusun laporan hasil controlling dan evaluasi terhadap hasil
pencapaian kinerja secara komprehensif diseluruh pelaksanaan
program penyelarasan.
2. Arahan Pengembangan Aktivitas Wisata
Pembenahan kualitas pelayanan para service deliver di kawasan
pariwisata Gunung Api Batur, terutama para pedagang asongan yang berada
di sekitar Panelokan. Perlu adanya seleksi untuk mendapatkan perijinan
dagang di kawasan Panelokan. Dengan penseleksian pedagang secara
otomatis terdaftar dan dapat diikat dengan peraturan-peraturan yang dapat
memberikan kenyamanan bagi wisatawan, namun tetap dapat memberikan
Penegasan dalam tindak disiplin bagi pedagang yang bertindak berlebihan.
Meningkatkan kegiatan promosi kawasan pariwisata Gunung Api Batur
dengan langkah-langkah; Mengangkat hal-hal positif dan memiliki nilai jual
yang baik dimata konsumen, yang pernah terlaksana di kawasan pariwisata
Gunung Api Batur. Sebagai contoh membuat brosur atau media promosi
lainnya dengan menyertakan keunggulan destinasi ini kepada wisatawan.
163
Melakukan sosialisasi dan himbauan melalui pendekatan secara adat
tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Terutama kebersihan di
lingkungan wisata, tentunya hal ini didukung dengan fasilitas yang memadai
dan mampu mencakupi seluruh kawasan pariwisata Gunung Api Batur.
3. Usulan Teknis
Adapun beberapa rekomendasi berupa ide dan gagasan yang dihasilkan
berdasarkan hasil wawancara, observasi, basis data, dan diskusi secara
produktif perihal aktivitas wisata yang potensial dan aktivitas wisata
alternatif terbarukan, yang terangkum sebagai berikut;
a. Skala Kecil – Menengah:
Membuat atau merekomendasikan kepada Travel Agent yang
sering menjual paket kawasan pariwisata Kintamani untuk
membuat paket khusus mengunjungi tempat-tempat yang
menjadi lokasi syuting film-film ternama paket ini dapat
melibatkan daerah lain diluar kawasan pariwisata Gunung Api
Batur. Seperti menjual paket khusus untuk mengunjungi lokasi
syuting film Eat Pray Love dimana ide ini terinspirasi dari
kegiatan wisata yang ada di Korea Selatan.
b. Skala Menengah – Besar:
Menyediakan sarana secara bertahap untuk keperluan
penyelenggaraan event dan MICE berskala sedang dengan kapasitas
yang memadai berkisar antara 1.000 s/d 5.000 orang dimana
perhitungan ini didasari jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke
Kintamani dalam kurun waktu satu tahun, yaitu 462.954 orang/tahun
164
(2005-2010) yang artinya ada sekitar 1.200 orang berkunjung ke
Kintamani setiap harinya. Sarana ini dapat digunakan sebagai galeri
hasil kesenian terbaru hasil olahan pengerajin-pengerajin dan seniman
yang ada di Kabupaten Bangli pada umumnya dan kawasan pariwisata
Gunung Api Batur khususnya (Exhibition). Dengan harapan akan
memicu tumbuhnya kreativitas dan nilai jual hasil seni yang dihasilkan.
Selain itu akan menarik minat khusus wisatawan terhadap seni.
Gambar 6.1. ILUSTRASI DESAIN CONVENTION HALL UNTUK
KAWASAN API BATUR (TAMPAK DEPAN)
Sumber: Google.com. Diakses Maret 2013
Gambar 6.2. ILUSTRASI DESAIN INTERIOR CONVENTION
HALL UNTUK KAWASAN API BATUR
Sumber: Google.com. Diakses Maret 2013
165
Selain itu kawasan pariwisata Gunung Api Batur dengan
panorama dan cuaca yang sejuk cocok untuk melaksanakan pertemuan
bisnis (Meeting), Incentive Tour dan Program, penyelenggaraan konser
musik seperti yang dilaksanakan di Gunung Bromo (Jazz Gunung
Bromo) beberapa waktu silam juga bagus diterapkan di kawasan
tersebut. Selain itu kegunaan Hall ini adalah untuk mengembangkan
dan menginterpretasikan kesenian seperti seni musik dan tarian-tarian
yang ada di masing-masing desa. Seperti musik Angklung Bali yang
dapat dikembangkan seperti halnya Saung Angklung Udjo di Bandung,
Jawa Barat. Tentunya upaya-upaya ini diutarakan dengan harapan dan
tujuan meningkatnya length of stay, aktivitas wisata, juga spend of
money dari wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan pariwisata
Gunung Api Batur, dimana selama ini hanya rata-rata lama kunjungan
adalah kurang dari 1 hari.
166
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Kathleen, M. 2006. “Art as Politics: Re-crafting Identities, Tourism, and
Power in Tana Toraja, Indonesia”. United State of America (USA):
University of Hawai’i Press.
Ann Frew, Elspeth. 2000. “Industrial Tourism: A Conceptual and Empirical
Analysis” (Tesis). Belanda: Victoria University of Technology.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2011. “Indeks Rawan Bencana
Indonesia”. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. 2012. “Kecamatan Kintamani dalam
Angka 2011”. Bali, Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.
---------------------------------------------------------. “Bangli Dalam Angka 2011”.
Bali, Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.
--------------------------------------------------------. “Bangli Dalam Angka 2012”. Bali:
Kabupaten Bangli: Arysta Jaya.
Beeton, Sue. 2005. “Film-Induced Tourism”. Toronto: Channel View Publications.
Buckley, R. 2001. “Nature-Based Tourism, Environment and Land Management”.
London: CABI International Pubishing.
Dewi, Cokorda Istri. 2009. “Industri Kreatif Sebagai Stimulus Perekonomian
Indonesia” (Slide Show). Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata KEMENBUDPAR. 2011.
“Masterplan Pengembangan Kawasan Pariwisata Kaldera Gunung Api
Batur”. Jakarta.
-------------------------------------------------------------------------------------------. 2011.
“Pedoman Pembentukkan dan Pengembangan DMO”. Jakarta.
Elgar, Edward. 2011. “Entrepreneurship and the Creative Economy”. United
Kingdom: Edward Elgar Publishing Limited.
Ivanov, Stanislav.& Rossitza Ohridska-Olson. 2010. “Creative Tourism in
Bulgaria”. Bulgaria: Bulgaria str. 9300 Dobrich.
167
Karya Indonesia “KINA”. 2011. “Industri Kreatif Punya Potensi Besar, Menopang
Ekonomi Nasional”, edisi 3-2011. Jakarta: Gedung Kementerian
Perindustrian.
Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2PAR). 2008. “Industri
Kreatif”. Bandung.
Pusparini, Hesti. 2011. “Startegi Pengembangan Industri Kreatif di Sumatera
Barat”. Padang: Universitas Andalas Padang.
Simatupang, Togar M. 2008. “Industri Kreatif Indonesia” (Slide Show). Bandung.
Sulaiman, Samsudin. 2005. “Metodologi Penelitian”. Bandung: Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung.
UNESCO. 2000. “Understanding Industri Creative”. United State (USA): Global
Alliance for Cultural Diversity.
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/06/produk-pariwisata-tourism-
product.html.
http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-industri-menurut-para-
ahli.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. 23 Mei 2012.