View
216
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
1
Bab I Penelitian Dan Dunia Bisnis
Kompetensi Dasar: Setelah menyelesaikan bab
ini, mahasiswa diharapkan mampu menganalisis penelitian, jenis-jenis metode penelitian,
karakteristik proses penelitian, serta tahapan-
tahapan penelitian secara garis besar
PENDAHULUAN
uku ajar metode penelitian bisnis ini dibuat agar mahasiswa mampu
memahami metode penelitian dalam rangka memecahkan permasalahan
bisnis dan juga dapat digunakan untuk penyusunan karya tulis ilmiah.
Buku ini diawali pembahasan urgensi mempelajari penelitian, apa manfaat
penelitian bagi manajer perusahaan, dan apa manfaatnya bagi mahasiswa,
dandilanjutkan dengan definisi penelitian. Definisi perlu diketahui untuk
memperoleh pemahaman penelitian dengan baik, sehingga dapat dipahami arti
dan manfaat penelitian khususnya dalam dunia bisnis.
Pembahasan dilanjutkan dengan memberikan pengertian serta karakteristik dari
metode ilmiah. Metode ilmiah penting menjadi pijakan prosedur atau cara-cara
tertentu untuk memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan
ilmiah. Beberapa peneliti mempunyai pendapat bahwa penelitian itu harus
dilakukan secara ilmiah. Untuk itu perlu diketahui beberapa kriteria yang harus
dipenuhi agar suatu penelitian dikatakan suatu penelitian ilmiah.
Selanjutnya dibahas beberapa tujuan yang akan dicapai dalam melakukan
penelitian, dan pada akhir bab ini dibahas syarat-syarat penelitian serta klasifikasi
penelitian dalam dunia bisnis. Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir
yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
B
2
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria
pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Bab dua dan selanjutnya dalam buku ini akan menguraikan tentang cara
menyusun kerangka teori dan kerangka konsep penelitian, menentukan jenis-jenis
variabel dan definisi operasional variabel penelitian, menyusun hipotesis,
menentukan populasi dan sampel, rancangan penelitian, instrumen penelitian,
pengumpulan dan analisa data, serta memahami prosedur-prosedur penelitian dan
membuat laporan penelitian.
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari Metode Penelitian Bisnis
ini mahasiswa mampu menganalisis penelitian, jenis-jenis metode penelitian,
karakteristik proses penelitian, serta tahapan-tahapan penelitian secara garis besar.
INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskanpengertian pentingnya penelitian
2. Menjelaskan jenis-jenis metode penelitian
3. Menjelaskan karakteristik proses penelitian
4. Menjelaskan tahapan-tahapan penelitian secara garis besar
PENYAJIAN MATERI
1.1 Kebutuhan Dunia Bisnis Terhadap Penelitian
Riset atau penelitian merupakan bagian penting dalam kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan bahkan sebelum perusahaan didirikan. Saat memulai sebuah
usaha baru, pelaku usaha baik skala individu maupun perusahaan akan melakukan
3
penelitian tentang kelayakan usahanya. Minimal melakukan penelitian tenang
pasar agar dapat diketahui secara jelas mengenai ada atau tidaknya kebutuhan
terhadap layanan atau produk yang akan kita sediakan, dan jika memang ada
kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pasar, kita juga harus ketahui secara
persis seberapa besar kebutuhan tersebut.
Semua pelaku usaha harus menyadari akan pentingnya pengetahuan mengenai
ceruk pasar yang mereka garap dan kekuatan yang mereka coba tawarkan ke
pasar. Hasil penelitian dapat digunakan untuk membantu usaha rintisan dalam
membuat produk yang menakjubkan, menentukan lokasi strategis untuk pendirian
perusahaan serta kondisi persaingan yang ada. Oleh karena itu, dunia bisnis sangat
memerlukan informasi yang didadapat dari hasil penelitian untuk digunakan
sebagai dasar penentuan dan kebijakan perusahaan bisnis.
Penelitian sendiri didefinisikan sebagai proses investigasi
ilmiah terhadap sebuah masalah yang dilakukan secara
teroganisir, sistematik, berdasarkan pada data yang
terpercaya, bersifat kritikal dan objektifyang mempunyai
tujuan untuk menemukan jawaban atau pemecahan atas
satu atau beberapa masalah yang diteliti.
Secara diagramatik definisi penelitian adalah seperti yang disajikan pada gambar
berikut ini.
4
Gambar 1.1 Definisi Penelitian
Dengan demikian penelitian yang baik harus berangkat dari adanya masalah
tertentu, sehingga langkah kritikal pertama yang pertama dilakukan adalah
pengungkapan masalah yang menjadi landasan diperlukannya sebuah penelitian.
Masalah dapat dikembangkan dari berbagai sumber antara lain dari fenomena
bisnis atau fenomena manajemen berupa data bisnis atau manajemen organisasi
atau perusahaan yang menunjukkan adanya sebuah penyimpangan, atau
bersumber darai kesenjangan temuan penelitian yang sudah dilakukan (research
gap) atau dari kesenjangan teori yang kurang/tidak mampu memecahkan atai
menjelaskan sebuah situasi tertentu (Theory Gap). Dengan demikian, paling tidak
seorang peneliti ilmiah dapat menemukan masalah dari salah satu sumber masalah
seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.
Definisi
Penelitian
INVESTIGASI
ILMIAH
JAWABAN
SOLUSI
MASALAH
Terorganisir
Sistematik
Berbasis
data
Kritikal
Obyektif
5
Gambar 1.2 Sumber Masalah Penelitian Ilmiah
Dari sumber mana masalah penelitian digali? Sesuai dengan jenjang pendidikan
mahasiswa, dapat dilihat bahwa mahasiswa sarjana strata satu umumnya
diarahkan untuk mengembangkan masalah penelitiannya dari fenomena
bisnis/manajemen. Hal ini dilakukan dengan mengobservasi sebuah perusahaan
atau industri dan atas dasar data yang ada di perusahaan atau industri itu ia
merumuskan masalah sebagai titik pijak untuk melakukan sebuah penelitian yang
lengkap.
Pada jenjang magister/master strata dua, mahasiswa umunya mengembangkan
penelitiannya atas dasar research gap dan fenomena bisnis yang ditemukannya.
Sementara itu para mahasiswa doctor strata tiga mengembangkan masalah atas
dasar kesenjangan teori dan atau kesenjangan penelitian yang sudah ada
dilengkapi dengan fenomena manajemen yang diobservasi. Secara diagramatis
sumber-sumber masalah yang dapat dirujuk untuk memunculkan masalah dan
masalah penelitian adalah seperti apa yang disajikan pada gambar berikut ini.
FENOMENA BISNIS /
MANAJEMEN
KESENJANGAN
PENELETIAN
(Research gap)
KESENJANGAN
TEORI (Theory Gap)
MASALAH
6
Gambar 1.3 Rujukan Sumber Masalah
Penelitian ilmiah harus dilakukan secara terorganisir dengan baik artinya tahapan-
tahapan pengembangannya diatur sedemikian rupa sehingga menunjukkan adanya
tata urut tindakan yang jelas dengan pertanggung-jawaban ilmiah yang baik.
Sebagai sebuah investigasi ilmiah yang terorganisasi baik, sebuah penelitian
ilmiah harus menunjukkan adanya perencanaan yang baik, eksekusi yang baik,
melalui sebuah proses yang dapat dikendalikan dengan baik oleh peneliti yang
tercermin dalam rancangan penelitian yang baik.
Penelitian ilmiah dilakukansecara sistematik yang menunjukkan adanya tata urut
penelitian yang jelas, dengan langkah-langkah kritikal yang tertata baik, dengan
orientasi pada suatu atau sekelompok pohon ilmu yang tersaji secara jelas.
Penelitian ilmiah dilakukan berbasis pada data yang dikumpulkan dan digunakan
secara obyektif. Penelitian tidak dapat dilakukan dengan menggunakan data yang
diperoleh melalui proses yang tidak obyektif. Penelitian ilmiah dilakukan secara
obyektif, yang membuka peluang untuk perdebatan umum yang mampu
STRATA 1
STRATA 2
STRATA 3
FENOMENA MANAJEMEN
DATA LAPANGAN
FENOMENA MANAJEMEN
DATA LAPANGAN
RESEARCH GAP
(KESENJANGANPENELTIAN)
RESEARCH GAP
(KESENJANGAN PENELITIAN
FENOMENA MANAJEMEN
(DATA LAPANGAN)
THEORY GAP (KESENJANGAN
PENELITIAN)
7
meningkatkan derajat obyektivitasnya. Proses investigasi ilmiah yang dilakukan
tersebut akan menghasilkan informasi yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
1.2 Sains dan Metode Penelitian
Ganjar dan Purwanto (2009) menjelaskan enam sumber pengetahuan yang
menjadi dasar manusia berpikir dalam menghadapi berbagai masalah dan
pertanyaan yang berkaitan dengan perilakunya dan perilaku orang lain. Seorang
manajer menghadapi variasi kinerja karyawan yang cukup tinggi dan ia berusaha
memahami sebab dari variasi kinerja yang cukup tinggi tersebut. Dia mungkin
memiliki pengetahuan untuk memahami variasi kinerja karyawan, namun masih
banyak hal yang tidak ia pahami mengenai kinerja karyawan. Untuk mempelajari
lebih banyak dan lebih dalam mengenai perilaku karyawan, ia perlu melakukan
atau didukung dengan penelitian ilmiah yang dapat mengisi kesenjangan
pengetahuan yang dimilikinya.
Ada berbagai sumber atau pendekatan yang dapat digunakan untuk mendapatkan
informasi dan pengetahuan mengenai suatu fenomenon atau situasi,yaitu antara
lain takhayul (superstition), intuisi (intutition), atau otoritas (authority),
rasionalisme (rationalism), pengalaman empiris (empiricism), dan sains (science).
Takhayul
Takhayul merupakan keyakinan yang kuat terhadap sesuatu dan seolah-olah
sesuatu tersebut merupakan fakta. Sebagai ilustrasi, beberapa orang percaya
bahwa angka 13 adalah angka pembawa sial. Seorang salesman yang percaya
akan hal tersebut menghabiskan waktu seharian pada tanggal 13 menghubungi
pembeli potensial untuk menawarkan barangnya. Ia tidak berhasil menjual
satupun barang yang ditawarkan; bahkan ia mengalami kecelakaan.
Peristiwatersebut meneguhkan keyakinannya bahwa angka 13 adalah angka sial.
Meskipun statistik tidak dapat menunjukkan bahwa kecelakaan terbanyak terjadi
8
pada tanggal 13; demikian pula statistik tidak menunjukkan bahwa penjualan pada
tanggal 13 selalu merupakan penjualan terendah. Namun, sepanjang hidupnya ia
selalu berusaha menghindari angka 13; jika ia bermain sepakbola ia tidak akan
menggunakan kaos bernomor 13; ia tidak akan duduk di kursi no 13 (jika ada).
Intuisi
Intuisi merupakan cara mendapatkan pengetahuan tanpa melalui proses penalaran.
Seorang cenayang (psychic) banyak mendapatkan pengetahuan dari intuisi.
Prediksi dan deskripsi yang dilakukan oleh seorang cenayang tidak berdasar pada
penalaran, sehingga prediksi dan deskripsi tersebut bukan merupakan prediksi dan
deskripsi yang ilmiah, meskipun prediksi bermanfaat.
Otoritas
Otoritas dapat merupakan individu atau lembaga yang sangat dihormati sehingga
dipercaya sebagai sumber informasi. Otoritas banyak terdapat di lingkungan
agama dan lingkungan adat. Otoritas berbeda dengan ahli (expert). Otoritas
mendikte pengetahuan yang harus kita terima tanpa perlu diperdebatkan dan
bersifat final. Ahli merupakan sumber pengetahuan ilmiah. Penerimaan terhadap
pengetahuan ilmiah dari ahli mengetahui proses perdebatan dan pengujian, dan
kita bebas menerima atau menolak pengetahuan tersebut.
Rasionalisme
Rasionalisme merupakan pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan melalui
proses penalaran (reasoning). Pendekatan ini beranggapan bahwa pengetahuan
yang valid bisa diperoleh melalui proses penalaran yang benar. Pada dasarnya
penalaran merupakan elemen penting dalam proses ilmiah. Dalam proses ilmiah,
penalaran diperlukan untuk membangun hipotesis, hipotesis kemudian di uji
menggukan metode ilmiah untuk menentukan validitas hipotesis tersebut.
9
Empirisisme
Empirisisme merupakan pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan melalui
pengalaman. Dalam empirisisme, sesuatu yang muncul dalam pengalaman
seseorang diterima sebagai pengetahuan yang valid. Terdapat kelemahan jika
seseorang mendasarkan pengetahuan yang diterimanya semata-mata dari
pengalaman personalnya. Pengalaman personal melibatkan persepsi dan persepsi
seseorang mengenai sesuatu yang dialaminya dipengaruhi oleh motivasi dan
ingatan. Motivasi dan ingatan dapat mendistorsi persepsi seseorang terhadap fakta
yang muncul dalam pengalaman orang tersebut.
Empirisisme merupakan elemen penting dalam sains. Dalam sains, emperisisme
merupakan proses pengumpulan data menggunakan metode ilmiah- bukan
menggunakan pengalaman personal. Metode terbaik untuk mendapatkan
pengetahuan adalah metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat dengan sains
(sience). Sains merupakan proses atau metode untuk membangun pengetahuan
(body of knowledge) yang meliputi lima tahap yaitu: identifikasi masalah dan
pengembangan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen,
menguji hipotesis, dan mengkomunikasikan hasil penelitian.
Sains
Sains merupakan logic of inquirydan merupakan metode akuisisi informasi yang
lebih baik dari metode lainnya- takhayul, intuisi, raionalisme, otoritas, dan
pengalaman personal. Dalam sains data diperoleh melalui metode ilmiah. Metode
ilmiah mengacu pada observasi empiris yang sistematik dan logis. Penggunaan
observasi yang sistematik dan logis ditujukan agar peneliti melaksakan observasi
sevara objektif. Metode ilmiah menjamin observasi bebas dari opini, bias, dan
prasangka. Takhayul intuisi, rasionalisme, otoritas,dan pengalaman personal tidak
bebas dari opini, bias, dan prasangka.
Sains didasarkan pada asusmsi bahwa objek, peristiwa, dan hal-hal lain memiliki
uniformity (keseragaman), order(aturan), dan lawful relations (hubungan
10
antarafenomena yang didasarkan akan hukum-hukum tertentu). Tanpa uniformity,
order,dan lawful relations maka tidak akan terbentuk pemahaman, pengetahuan,
dan penjelasan akan sesuatu.
1.3 Definisi Metode Penelitian
Dalam bukunya yang berjudul Metode Riset Bisnis dan Ekonomi, Kuncoro (2003)
menjelaskan bahwa pada mulanya mahasiswa dan praktisi bisnis memandang
bahwa diskusi mengenai ilmu pengetahuan dan metode ilmiah agak jauh dari
bidang penelitian bisnis. Namun saat ini, hubungan antara pengetahuan,
penelitian, dan manajemen bisnis yang efektif semakin terlihat kuat dan jelas.
Faktor utama dibalik trend ini kemungkinan adalah perubahan-perubahan
dramatis yang membuat lingkungan bisnis semakin kompleks. Dua faktor utama
yang merupakan pendorong makin meningkatnya minat bagi pengambilan
keputusan yang lebih ilmiah, yaitu: pertama, meningkatnya kebutuhan manajer
atas informasi yang semakin baik; kedua, tersedianya teknik dan alat analisis yang
semakin baik untuk memenuhi kebutuhan manajer atau pengambilan keputusan
(Cooper & Emory, 1995: 5).
Setiap ilmu pengetahuan selalu diperoleh dari penelitian. Ilmuwan sosial
cenderung memiliki pandangan yang agak ketat mengenai apa yang disebut
penelitian ilmiah dan bukan penelitian ilmiah. Secara umum, penelitian ilmiah
dapat didefinisikan sebagai investasi yang sistematis, terkontrol, empiris, dan
kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antar fenomena
(Kerlinger, 1986: 17-8).
Masalahnya, dari sudut pandang manajerial, penggunaan definisi diatas tidak
memasukkan beberapa jenis penelitian yang mungkin diperlukan bagi
pengambilan keputusan. Sebagai contoh, ketika sepeda motor merek Cina
membanjiri Indonesia, para pemain lama dalam industri sepeda motor
memerlukan berbagai informasi yang sifatnya deskriptif. Informasi yang
diperlukan mencakup deskripsi kondisi pasar saat ini, para pesaing utama
11
terutama para pendatang baru, faktor-faktor yang mempengaruhi kesusksesan dan
kegagalan, dan pengetahuan menyeluruh mengenai keinginan konsumen dalam
setipa jenis produk. Bila definisi ilmiah mengikuti apa yang diajukan oleh
Kerlinger, maka jenis penelitian ini tidak termasuk dalam domain dalam
penelitian ilmiah.
Agaknya jelas bahwa untuk dunia bisnis yang berorientasi pada pengambilan
keputusan yang sebagian besar bersifat aplikatif, diperlukan definisi yang lebih
sesuai. Kuncoro (2003) menyebutkan beberapa penulis mencoba memberikan
definisi penelitian bisnis sebagai berikut :
Suatu proses sistematis dan objektif yang meliputi pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data untuk membantu pengambilan keputusan
bisnis ( Zikmund, 2000: 5)
Suatu penyelidikan sistematis yang memberikan informasi untuk menuntut
keputusan bisnis ( Cooper & Emory, 1995: 11)
Suatu upaya sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah
yang muncul dalam dunia kerja yang memerlukan solusi (Sekaran, 2000:
3)
Suatu investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis mengenai
suatu fenomena yang menjadi perhatian pengambil keputusan manajerial
(Davis & Cosenza, 1993: 9)
Dari beberapa definisi tersebut, Kuncoro (2003) menyebutkan benang merah yang
dapat ditarik tentang penelitian ilmiah adalah aplikasi secara formal dan sistematis
dari metode ilmiah untuk mempelajari dan menjawab permasalahan.Tujuan
penelitian identik dengan tujuan ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu
membuat penjelasan, menyusun prediksi, serta mengendalikan fenomena yang
terjadi di dalam suatu batasan yang ditentukan.
Penelitian adalah proses, sedangkan ilmu pengetahuan adalah hasil dari penelitian
( Nazir, 1988: 13-17). Karena itu bahasa dasar bagi seorang peneliti ditemukan
dalam filsafat ilmu. Bangunan dasar suatu ilmu pengetahuan meliputi: observasi,
12
fakta, konsep, definisi, variabel, masalah, hipotesis, hukum, teori, dan model
(Davis dan Conseza, 1993 Bab 2).
1.3. Aplikasi Metode Ilmiah Dalam Bisnis
Dalam lingkungan bisnis, manajemen selalu dihadapkan kepada permasalahan
yang harus segera diputuskan. Penerapan metode ilmiah oleh para manajer
berorientasi kepada pengambilan keputusan untuk menjawab permasalahan yang
ada dalam lingkup bisnis. Perbedaan utama dari penelitian bisnis dengan
penelitian ilmiah yang lain adalah sifat dari fenomena yang dipelajari. Penelitian
bisnis adalah juga seperti penelitian yang lain, hanya saja lebih di titikberatkan
kepada upaya untuk menjawab permasalahan manajerial. Sebagai contoh :
Seorang manjer keuangan mungkin bertanya, “Apakah lingkungan bisnis
untuk pembiayaaan jangka panjang akan lebih baik dalam dua tahun
mendatang ?”
Seorang manajer personalia barangkali tertarik akan pertanyaan berikut,
“Apa jenis penelitian yang diperlukan bagi karyawan bagian produksi?
Mengapa banyak karyawan yang keluar dari perusahaan?”
Seorang manajer pemasaran mungkin bertanya, Bagaimana cara saya
memantau penjualan dalam aktivitas perdagangan eceran?”
Masing masing pertanyaan di atas memerlukan informasi mengenai bagaimana
linkungan bisnis, karyawan, pelanggan, atau perekonomian akan merespon
keputusan eksekutif perusahaan. Penelitian merupakan salah satu alat utama guna
menjawab pertanyaan praktis tersebut. Dengan demikian, penelitian bisnis
merupakan suatu penyelidikan secara sistematis, terkendali, empiris dan kritis dari
fenomena yang berhubungan dengan pengambilan keputusan manajerial. Dalam
kerangka ini, penelitian bisnis dikenal sebagai penyelidikan khusus yang
mempunyai karakteristik melalui uji hubungan hipotesis.
Ada dua hal penting yang terkait dengan pengertian penelitian bisnis ini. Pertama,
penelitian bisnis merupakan penyelidikan secara sistematis dan kritis tentang
13
fenomena empiris yang dikendalikan peneliti.Dari hal ini pengertian penelitian
bisnis bukan merupakan proses random, melainkan merupakan suatu tipe khusus
dari penyelidikan yang menuntut peneliti mengikuti prosedur dan metode tertentu
untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam kondisi tertentu.Hal yang kedua
adalah kejelasan dari lingkup fenomena yang diteliti, yaitu segala macam
fenomena yang berkaitan dengan pengambilan keputusan manajerial.
1.4. Syarat Ilmiah Penelitian Bisnis
Kuncoro (2003) mengutip Ignas Kleden yang mengatakan bahwa setiap jenis
pemikiran yang mencoba bergulat dengan persoalan sosial akan menghadapi
kesulitan yang tetap, yaitu: pilihan untuk mencari pemikiran yang secara
intelektual cukup berdasar dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan resiko
terlambat memenuhi sebuah kebutuhan sosial, atau pilihan untuk menjadi relevan
secara sosial pada waktu yang tepat, dengan resiko bahwa pemikiran tersebut akan
compang camping secara intelektual (Kleden, 1987).
Benturan antara tuntutan praktis dengan tuntutan adanya pengetahuan yang tahan
uji membuahkan suatu tuntutan normatif untuk adanya suatu metode ilmiah.
Meskipun tidak ada konsensus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode
ilmiah umumnya memiliki karakteristik umum sebagai berikut (Daviz &
Consenza, 1993: 37).
Metode ilmiah bersifat kritis dan analitis. Karakteristik ini mendorong
suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah
dan metode untuk mendapatkan solusinya.
Metode ilmiah adalah logis. Logis merujuk pada metode dari argumentasi
ilmiah. Kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada.
Metode ilmiah adalah objektif. Objektifitas mengandung makna bahwa
hasil yang diperoleh ilmuan yang lain kan sama apabila study yang sama
dilakukan pada kondisi yang sama. Dengan kata lain, hasil penelitian
dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
14
Metode ilmiah bersifat konseptual. Ilmu pengetahuan mengandung arti
pengembangan strukur konsep dan teoritis untuk menuntun dan
mengarahkan upaya penelitian.
Metode ilmiah adalah empiris. Metode ini pada prinsipnya bersandar pada
realitas.
Metode ilmiah adalah sistematis. Sistematis mengandung arti suatu
prosedur yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku.
Sasaran dari usaha peningkatan pengetahuan secara ilmiah adalah menjelaskan,
memprediksi, dan tahu mengendalikan fenomena. Sasaran ini berdasarkan asumsi
bahwa semua prilaku dan kejadian adalah berurutan, dan dari kejadian tersebut
terdapat dampak yang ditemukan penyebabnya. Perkembangan dari pencapaian
sasaran tersebut meliputi penguasaan ilmu pengetahuan, perkembangan serta uji
teori.
Berdasarkan teori yang telah ditemukan, ilmu pengetahuan ini terus berkembang
melalui penjelasan berbagai fenomena secara simultan. Dibandingkan dengan
sumber pengatahuan lain, misalnya pengalaman dan kekuasaan, tidak perlu
diragukan lagi bahwa aplikasi dari pengetahuan ilmiah adalah yang paling efisien
dan dapat diandalkan.
Sejak jaman dahulu, dikenal adanya metode berpikir kritis. Orang mulai
mengunakan alur pemikiran kritis melalui silogisma, yaitu membuat kesimpulan
berdasarkan premis yang ada. Umumnya dibedakan antara pola berfikir deduktif
dan induktif.
Pola berpikir deduktif adalah penarikan kesimpulan untuk hal spesifik dari gejala
umum. Contoh dari pola berpikir ini adalah:
Semua mahasiswa harus mengambil matakuliah metodologi penelitian.
Ita adalah mahasiswa.
Oleh karena itu, Ita harus mengambil mata kuliah metodelogi penelitian.
15
Pola berpikir induktif adalah suatu penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan
spesifik untuk hal-hal yang umum. Contoh pola pemikiran ini adalah :
Mahasiswa A membawa buku teks pada saat kuliah metodologi
penelitian.
Mahasiswa B membawa buku teks pada saat kuliah metodologi
penelitian.
Kesimpulan: semua mahasiswa membawa buku teks pada saat kuliah
metodologi penelitian.
Apabila dipergunakan secara sendiri-sendiri, sangat mungkin bahwa pola berpikir
tersebut kurang memuaskan.Namun apabila dipergunakan secara bersama bagian
integral dari ilmu pengetahuan, pola pemikiran ini sangat bermanfaat.
Sekaran (2003) menyebut ciri khas atau syarat penelitian ilmiah sebagai “the
hallmarks of scientific research” yang mempunyai ciri khas sebagai berikut:
Gambar 1.7 The Hallmarks of Scientific Research
THE
HALLMARKS
OF SCIENTIFIC
RESEARCH
PURPOSIVENESS
RIGOR
TESTABILITY
REPLICABILITY
PRECISION AND
CONFIDENCE
OBJECTIVITY
GENERALISABILITY
PARSIMONY
16
Purposiviness :
Sebuah penelitian ilmiah yang baik adalah penelitian yang memiliki tujuan dan
focus yang relevan, jelas dan perlu. Misalnya seorang peneliti melihat bahwa
terdapat masalah yaitu rendahnya efektivitas promosi yaitu peningkatan penjualan
tidak sesuai dengan harapan atas investasi iklan yang dilakukan, karena itu ia
ingin meneliti mengapa promosi yang dilakukan tidak efektif serta bagaimana
meningkatkan efektivitas iklan tersebut. Penelitian seperti ini adalah penelitian
dengan fokus yang relevan dengan masalah, jelas arahnya dan diperlukan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, yang secara skematis disajikan dalam gambar
berikut ini.
Gambar 1.8 Aspek Purposiviness
Contoh lainnya adalah sebagai berikut: seorang mahasiswa program sarjana strata
1 datang ke perusahaan dan ingin meneliti pengaruh marketing mix terhadap
kinerja perusahaan, sementara perusahaan tidak mengalami masalah dengan
kinerja dan maupun instrument-instrumen marketing mixnya. Penelitian semacam
ini mungkin jelas tujuannya tetapi tidak relevan dengan masalah yang dihadapi
dan karena itu tidaklah perlu atau tidak urgen untuk dilakukan. Oleh karena itu
sebuah penelitian hanya dapat dilakukan dengan tujuan yang jelas bila terdapat
masalah yang jelas yang membutuhkan sebuah penyelesaian.
PURPOSIVINESS
FOKUS
TUJUAN
RELEVAN
DENGAN
MASALAH
JUSTIFIKASI
PENTING
17
Rigor:
Sebuah penelitian ilmiah yang baik dengan tujuan yang jelas akan menjadi lebih
“rigor” bila penelitian itu dilakukan dengan dasar teoretikal yang kuat serta
rancangan metodologi yang baik dan benar. Rigor dimaksudkan sebagai sesuatu
yang dilakukan dengan hati-hati, akurat dengan derajad exactitude yang baik.
Gambar 1.9 Aspek Rigor
Hal ini menjadi sangat penting terutama pada saat proses telaah pustaka untuk
mendapatkan variable konstruk serta berbagai variable proksi atau variabel
indicator yang relevan dengan apa yang hendak diteliti.
Testability
Sebuah penelitian yang baik adalah bila ide-ide solutif yang dikembangkan dalam
penelitian itu dapat diuji tingkat “acceptance”nya atau tingkat “kebenarannya”.
Uji yang dilakukan adalah baik terhadap instrument yang digunakan, model yang
dikembangkan maupun hipotesis-hipotesis ikutannya.Pertanyaannya adalah
bagaimana menguji tingkat akseptasi konsep atau kebenaran hipotesis yang
diajukan. Teknik-teknik statistik dapat digunakan untuk menguji ide-ide dasar
yang diteliti.
RIGOR
HATI-HATI
CAREFULNESS
AKURASI
SCRUPULOUNESS
DERAJAD PASTI
DEGREE OF
EXACTITUDE
18
Gambar 1.10 Aspek Testability
Replicability
Penelitian yang baik adalah bila penelitian itu dilakukan dengan instrumen yang
sama akan menghasilkan hasil yang sama juga, sehingga disebut tingkat
replikasbilitasnya tinggi. Sebuah contoh dari Sekaran (2003) menyatakan bahwa
misalnya seorang peneliti berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan mempengaruhi tingkat
komitmen karyawan terhadap organisasi. Kita akan menjadi lebih percaya dan
yakin atas temuan dan kesimpulan penelitian itu bila kesimpulan yang sama dapat
dihasilkan pada saat penelitian yang lain dengan metode yang sama dilakukan.
Gambar 1.11 Aspek Replicability
TESTABILITY
UJI KESESUAIAN
INTRUMEN
UJI AKSEPTANSI
MODEL
UJI KEBENARAN
HIPOTESIS
REPLICABILITY
KESIMPULAN
YANG SAMA
PADA
SITUASI
YANG SAMA
KESIMPULAN
YANG SAMA
DENGAN
METODE
YANG SAMA
PENERIMAAN
HIPOTESIS
BUKAN
KARENA
KEBETULAN
TETTAPI
KARENA
“THE TRUE
STATE OF
AFFAIR”
19
Dengan replikabilitas berarti hipotesis yang sama berkali-kali diuji pada situasi
yang sama menghasilkan kesimpulan yang sama. Karena kemampuan replikasinya
itulah, kita dapat menyimpulkan bahwa hipotesis yang kita kembangkan benar-
benar diterima bukan secara kebetulan (supported by chance) tetapi ia benar-benar
telah mencerminkan “the true state of affair” dalam populasi.Replikabilitas itu
juga dapat menghasilkan peluang penelitian yang lebih luas akibat dari rendahnya
tingkat replikabilitas suatu penelitian. Misalnya dua buah penelitian menghasilkan
kesimpulan yang tidak sama seperti yang disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 1.12 Research Gap
Sepintas terlihat bahwa tingkat replikabilitas instrumen penelitian diatas rendah,
karena penelitian pertama (gambar a) menghasilkan temuan yang signifikan
sedangkan pada penelitian yang kedua (gambar b) menghasilkan temuan yang
tidak signifikan. Bila terjadi demikian, mungkin saja kedua penelitian itu
menhasilkan sebuah research gap baru yang dapat diteliti lebih lanjut dengan
masalah penelitian mengapa terjadi hasil yang kontradiksi. Hassilnya mungkin
akan muncul sebuah penelitian baru seperti yang dicontohkan dalam gambar
berikut ini.
Gambar 1.13 Pengembangan Research Gap
H1
Signifikan
(a)
H1
Tidak
Signifikan
(b)
INTENSITAS
PROMOSI
KINERJA
PENJUALAN
INTENSITAS
PROMOSI
KINERJA
PENJUALAN
H1 INTENSITAS
PROMOSI
DAYA BELI
MASYARAKAT
KINERJA
PENJUALAN
20
Model penelitian diatas menjawab research gap yang muncul karena tingkat
replikabilitas yang rendah dari dua penelitian diatas, yang memberikan sebuah car
apandang baru bahwa pengaruh intensitas promosi terhadap kinerja penjualan
bersifat “kontingensi” bergantung pada tinggi rendahnya daya beli masyarakat.
Model ini lalu dikembangkan dalam bentuk moderasi yang menyatakan bahwa
intensitas promosi akan kuat pengaruhnya terhadap kinerja penjualan bila terjadi
pada saat atau ditempat dimana masyarakat memiliki daya beli yang tinggi.
Precision & Confidence
Dalam penelitian manajemen sangat jarang kita dapat dengan mudah nebdapatkan
kesimpulan yang definitive dan pasti, antara lain karena sulitnya melakukan studi
universe, melainkan hanya melalui sampel, apalagi sangat boleh jadi sampel juga
tidak dapat merefleksikan karakteristik dari fenomena secara eksakt. Dengan
perkataan lain sangat boleh jadi terdapat “measurement error” dan error ini yang
harus diperkecil agar kita dapat menyaksikan penelitian yang lebi dekat ke
realitas. Dua hal yang harus menjadi perhatian peneliti adalah derajad presisi dan
derajad konfidens dari penelitiannya, seperti pada gambar.
Gambar 1.13 Aspek Precision & Confidence
PRECISION &
CONFIDENCE
HASILNYA
MENDEKATI
REALITAS
(CONFIDENCE
INTERVAL)
KEMUNGKINAN
BENAR: TINGGI,
KEMUNGKINAN
SALAH: RENDAH
(CONFIDENCE LEVEL)
21
Presisi adalah konsep yang menjelaskan mengenai temuan penelitian kita dengan
realitas (the closeness of the findings to “reality”) atas dasar sampel yang
digunakan. Misalnya hasil penelitian mengestimasi jumlah hari produksi yang
hilang dalam setahun adalah 30-40 hari sementara dalam kenyataannya adalah 35,
sedangkan penelitian yang lain mengestimasi 20-50. Tentu penelitian pertama
(30-40) lebih mendekati kenyataan (35) daripada penelitian kedua (20-50).
Pengelolaan proses dalam penelitian ini disebut mengelola “confidence interval”.
Konfidens adalah probabilitas bahwa estimasi yang dilakukan benar. Dalam
penelitian adalah penting bahwa bukan saja hasil yang didapatkan memiliki
presisi yang tinggi, tetapi juga bahwa peneliti dalam mengklaim dengan yakin
bahwa bila diulang-ulang 95% dari peristiwa pengulangan itu akan memunculkan
hasil yang benar dan hanya 5% yang memunculkan hasil yang salah. Dalam
penelitian, hal ini disebut derajad kepercayaan-confidence level.
Objectivity
Objektif artinya kesimpulan yang ditarik haruslah didasarkan pada fakta dari
temuan yang diturunkan dari data yang actual dan bukan pendapat subyektif.
Misalnya peneliti menghipotesiskan bahwa partisipasi yang tinggi dalam
pengambilan keputusan akan meningkatkan komitmen organisasional dan
hipotesis ini tidak terbukti, maka peneliti tidak dapat berargumentasi lagi bahwa
bagaimanapun juga peningkatkan partisipasi karyawan adalah penting. Hal ini
karena argument seperti itu adalah bukan berdasarkan fakta-temuan penelitian
berbasis data, melainkan hanyalah opini pribadi peneliti karena itu derajad
objektivitasnya rendah. Sekaran menulis: “the more objective the interpretation of
the data, the more scientific the research investigation becomes”.
Generalizability
Generalizability adalah kemampuan sebuah penelitian menghasilkan lingkup
aplikasi yang luas dari satu organisasi ke organisasi lain. Dengan demikian
semakin luas rentang aplikasi dari solusi yang dihasilkan sebuah penelitian maka
akan semakin berguna penelitian itu bagi pemakainya.
22
Parsimony
Parsimony berhubungan dengan derajat kerumitan sebuah penelitian berikut
variabel-variabel penelitian serta interrelasinya. Simplisitas dalam menjelaskan
sebuah fenomena dan dalam menghasilkan solusi terhadap sebuah masalah tentu
saja lebih dikehendaki dibandingkan dengan yang kompleks atau rumit. Misalnya
dengan 3 variabel kita telah dapat menjelaskan 45% variabilitas dalam kinerja
penjualan, sementara memperluas kerangka model yang sama diperoleh 10
variabel yang mampu menjelaskan 47% variabilitas dalam kinerja penjualan,
maka kita akan mengatakan bahwa model yang pertama dengan 3 variabel adalah
lebih baik daripada model yang kedua.
Lain halnya kalau dengan model yang kedua dapat menjelaskan 88% variabilitas
dari variabel dependen dalam hal ini kinerja penjualan. Untuk mendapatkan
tingkat parsimony yang baik dalam penelitian, kuncinya terletak pada pemahaman
peneliti atas maslah dan spesifikasi model yaitu mana variabel-variabel yang
sdcara teoritis adalah yang paling penting dan berpengaruh besar berdasarkan
telaah pustaka yang luas dan mendalam serta panel ahli yang luas dan terarah.
1.5 Jenis-Jenis Penelitian Bisnis
Jenis-jenis penelitian dapat dibedakan sesuai dengan sifat dari tujuan penelitian,
sifat eksplanasi yang diarah oleh penelitian serta orientasi bangunan teori yang
didasari oleh penelitian tersebut, seperti yan disajikan dalam gambar berikut ini.
23
Gambar 1.4 Jenis Penelitian
SIFAT EKSPLORASI ILMU
Seperti digambarkan diatas ditinjau dari sifat kedalaman
eksplorasi ilmu, maka penelitian dapat dibedakan atas
penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan
(applied research).
2.1 Penelitian Dasar (Basic Research)
Tujuan penelitian yang pertama adalah mengembangkan ilmu (to generate a body
of knowledge) untuk mencari jawaban baru atas masalah manajemen tertentu yang
terjadi dalam organisasi, perusahaan atau masyarakat. Hasil penelitian ini
berotensi untuk digunakan oleh organisasi atau perusahaan disuatu waktu di masa
yang akan datang, pada saat mereka menghadapi masalah seperti yang diteliti oleh
penelitian ini.
Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian dasar (basic research atau
fundamental research atau pure research) yang sasarannya adalah pada
pengembangan ilmu atau bidang ilmu tertentu dengan derajat“contribution to the
JENIS
PENELITIAN
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
NONCASUAL-
COMPARATIVE
RESEARCH
CASUAL
RESEARCH
APPLIED
RESEARCH
BASIC RESEARCH
METODE
EKSPLANASI
ILMU
EKSPLANASI
ILMU
EKSPLORASI
ILMU
HYPOTHESIS
TESTING
RESEARCH
24
body of knowledge” tertentu. Penelitian seperti inilah yang dilakukan oleh para
mahasiswa jenjang strata satu, dua, dan tiga diperguruan tinggi, walaupun tidak
tertutup kemungkinan bahwa penelitian seperti ini juga menjadi bidang penelitian
utama dari banyak perusahaan konsultan dalam bidang manajemen. Temuan dari
penelitian seperti ini adalah pengembangan ilmu atau bagian ilmu tertentu dalam
bidang manajemen.
2.2 Penelitian Terapan (Applied Research)
Sifat tujuan yang kedua adalah penelitian terapan. Penelitian jenis ini dilakukan
dengan tujuan untuk memecahkan sebuah masalah yang saat ini dihadapi oleh
manajemen atau organisasi perusahaan tertentu. Misalnya sebuah perusahaan
sedang menghadapi masalah yaitu rendahnya dampak yang dihasilkan oleh
promosi periklanan yang telah dilakukan secara intensif dan mahal melalui
tayangan televisi lokal.
Menghadapi masalah ini perusahaan ingin segera mengetahui apa penyebab dari
gagalnya iklan intensif yang baru saja dilakukan atau rendahnya dampak dari
iklan yang intensif tersebut. Dengan demikian diharapkan diperoleh informasi
yang baik mengenai penyebab rendahnya dampak iklan ini dan karena itu
perusahaan dapat merencanakan langkah-langkah perbaikan selanjutnya.
Penelitian ini disebut penelitian terapan (applied research). Penelitian seperti ini
sangat jarang dilakukan mahasiswa pendidikan strata formal, biasanya dilakukan
oleh para konsultan penelitian atau bagian penelitian dan pengembangan
perusahaan (R&D).
Penelitian ilmiah dapat dilakukan baik untuk penelitian terapan maupun penelitian
dasar. Walaupun harapan utama dari sebuah penelitian dasar adalah menghasilkan
“kemampuan generalisasi” yang cukup dan luas, penelitian terapan juga
mempunyai peluang untuk dapat digeneralisasi pada organisasi atau perusahaan
yang lain. Kemampuan digeneralisasi itu bergantung pada seberapa besar
perbedaan yang ada dari organisasi yang lain terhadap obyek penelitian misalnya
25
perbedaan dalam ukuran, lingkungan kerja, karakteristik karyawan, struktur
organisasi dan sebagainya. Oleh karena itu penelitian terapan juga harus dilakukan
melalui sebuah proses yang terorganisasi dan sistematik dimana masalah
diidentifikasi dengan baik dan benar, data dikumpulkan dan dianalisis secara
ilmiah serta kesimpulan ditarik secara obyektif untuk pengambilan keputusan
yang efektif.
SIFAT EKSPALANASI ILMU
Penelitian ilmiah dapat juga dilakukan sesuai dengan
cakupan dan jenis eksplanasi atau jenis penjelasan ilmu
yang akan dihasilkan oleh suatu penelitian. Sesuai dengan
cakupan eksplanasinya penelitian dapat dibedakan atas
penelitian kausalitas serta penelitian nonkausalitas
komparatif.
2.3 Penelitian Kausalitas
Penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam
bentuk hubungan sebab-akibat (cause-effect) antar beberapa konsep atau beberapa
variabel atau beberapa strategi yang dikembangkan dalam manajemen. Penelitian
ini diarahkan untuk menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat antara
beberapa situasi yang digambarkan dalam variabel, dan atas dasar itu ditariklah
sebuah kesimpulan umum.
Hipotesis-hipotesis yang disajikan disini adalah hipotesis kausalitas. Studi kausal
seperti ini akan dilakukan misalnya untuk meneliti bagaimana pengaruh strategi
bersaing terhadap kinerja penjualan. Dapat juga dilakukan dalam jenjang yang
lebih luas misalnya seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan sebab
akibat antara orientasi pasar- kualitas strategi- dan kinerja pemasaran.
Berdasarkan telaah pustaka yang mendalam ia berpandangan bahwa derajat
orientasi pasar akan mempengaruhi tingkat kualitas dari strategi yang
dikembangkan dari strategi yang bermutu pada gilirannya akan menghasilkan
26
kinerja pemasaran yang baik. Penelitian seperti ini dapat disebut sebagai
penelitian kausalitas.
2.4 Penelitian Non Kausalitas – Komparatif
Penelitian ini dilakukan tidak untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab
akibat, teteapi melakukan perbandingan antara beberapa situasi dan atas dasar itu
dilakukan sebuah dugaan mengenai apa penyebab perbedaan situasi yang terjadi.
Studi non kausal seperti ini dapat dilakukan misalnya untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan dalam cara memandang “perilaku bohong –
bluffing behaviour” antara para manajer pemasaran dibandingkan dengan para
manajer SDM.
Dapat juga penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
tingkat kompetensi antara dua situasi yaitu situasi sebelum dilatih dan setelah
dilatih. Misalnya peneliti melakukan eksperimen terhadap tenaga penjualan untuk
melihat apakah pelatihan salesmanship yang dilakukan memberi dampak pada
kinerja salestalk (wawancara penjualan) yang dilakukan oleh seorang tenaga
penjualan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan kinerja salestalk sebelum
dan sesudah pelatihan salesmanship. Penelitian seperti ini adalah penelitian yang
bukan mengeksplanasi kausalitas tetapi mengeksplanasi perbedaan antara dua
situasi tersebut.
SIFAT METODE EKSPLANASI ILMU
Penelitian dapat dibedakan sesuai dengan metode
eksplanasi ilmu dalam bangunan teori yang tercakup dalam
kegiatan penelitian tersebut. Menurut metode eksplanasi
bangunan teori yang dikembangkan, penelitian dapat
dibedakan atas penelitian yang bertujuan membangun
proposisi dan hipotesis (hypothesis generating research) serta
penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis
(hypothesis testing research).
27
2.5 Penelitian untuk Membangun Hipotesis
Dalam dunia penelitian akademik, banyak sekali penelitian yang
orientasinyahanya untuk membangun konsepsi teori melalui apa yang disebut
proposisi dari hipotesis. Salah satu contoh yang dapat disajikan untuk jenis
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Bharadwaj, S.G.,
Varadarajan, P.R., & Fahy, J. (1993) berjudul “Sustainable Competitive
Advantage in Service Industries: A Conceptual Model and Research
Proposition”, yang dimuat dalam Journal of Marketing, 57(October). pp. 83-100.
Hasil pengembangan modelnya disajikan dalam gambar berikut ini.
Gambar 1.5 Model Kontingensi dari Bharadwaj dkk. mengenai
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan dalam Industri Jasa
Karakteristik Jasa dan Industi
Jasa
Kinerja
Jangka
Panjang
Sumber Potensial bagi
Keunggulan Bersaing
(resources and skills)
Keunggulan
Posisional
Bersaing
Karakteristik
Perusahaan Jasa
Hambatan Peniruan
atas Resources &
Skills (High-Low)
Sustainabilitas
dari
Keunggulan
Posisional
Bersaing
Reinvestasi
atas
Resources
& Skills
28
Penelitian Bharadwaj dan kawan-kawannya ini tidak sampai pada pengujian
empiris tetapi hanya menyajikan model konseptual yang dibangun dengan
berbagai proposisi – hipotesis.
2.6 Penelitian untuk Menguji Hipotesis
Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang sangat banyak diminati dan
dilakukan oleh para mahasiswa dan peneliti yang tujuannya adalah
mengembangkan hipotesis dan menguji secara empirik hipotesis yang
dikembangkan tersebut.
Hal penting dalam penelitian jenis ini adalah telaah pustaka yang dilakukan untuk
menghasilkan hipotesis sehingga penelitiannya tidak bersifat “reinventing the
wheel” dengan mengembangkan hipotesis yang memang diperlukan, karena
belum cukupnya penjelasan empiris mengenai konsepsi yang terkandung dalam
hipotesis tersebut. Setelah hipotesis dikembangkan proses penelitian dilanjutkan
dengan pengembangan instrumen penelitian, pengumpulan data serta analisis data
untuk pengujian hipotesis dan atas dasar itu temuan penelitian disajian sebagai
jawaban atas masalah penelitian.
lasifikasi di atas tidak dimaksudkan untuk menunjukkan jenis
penelitian yang tidak saling overlapping, karena dalam kenyataannya
akan terjadi overlapping antar beberapa jenis penelitian yang
diklasifikasikan tersebut. Oleh karena itu sesuai dengan klasifikasi di atas, seorang
peneliti dapat memilih satu dari beberapa jenis penelitian seperti yang disajikan
dalam gambar berikut ini.
K
29
Gambar 1.6 Pilihan Penelitian
1.6 Klasifikasi dan Ruang Lingkup Penelitian Bisnis
Berdasarkan metode penelitian yang dilakukan, penelitian dapat diklasifikasikan
menjadi penelitian historis, penelitian deskriptif, penelitian korelasional,
penelitian kausal komparatif, dan penelitian eksperimental (Kuncoro, 2003).
Berikut ini akan diuraikan masing-masing jenis penelitian ini.
1.6.1 Penelitian Historis
Penelitian historis meliputi kegiatan penyelidikan, pemahaman, dan penjelasan
keadaan yang telah lalu. Tujuan penelitian historis adalah sampai dengan suatu
kesimpulan mengenai sebab-sebab, dampak, atau perkembangan dari kejadian
yang telah lalu yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang,
dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Penelitian historis pada umumnya
tidak mengumpulkan data kejadian yang telah ada. Sumber data yang digunakan
dapat bersumber dari data primer maupun sekunder. Contoh sumber data primer
adalah salopan saksi mata dan dokumen original. Sumber data sekunder misalnya
deskripsi yang disusun orang lain namun bukan saksi mata.
BASIC
RESEARCH
BASIC
RESEARCH
BASIC
RESEARCH
BASIC
RESEARCH
APPLIED
RESEARCH
APPLIED
RESEARCH
CASUAL
RESEARCH
COMPARATIVE
RESEARCH
COMPARATIVE
RESEARCH
CASUAL
RESEARCH
COMPARATIVE
RESEARCH
CASUAL
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
GENERATING
RESEARCH
HYPOTHESIS
TESTING
RESEARCH
HYPOTHESIS
TESTING
RESEARCH
HYPOTHESIS
TESTING
RESEARCH
HYPOTHESIS
TESTING
RESEARCH
30
Evaluasi data historis meliputi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal
berhubungan dengan keotentikan data, sementara kritik internal berhubungan
dengan nilai dari data tersebut. Nilai dapat ditentukan oleh tingkat akurasi dan
reliabilitas serta dukungan kepada hipotesis. Beberapa contoh penelitian historis
antara lain:
Perkembangan industri kecil selama puluhan tahun terakhir.
Dampak deregulasi terhadap ekspor non migas.
1.6.2 Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau
menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang
paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap atau pendapat
terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Contoh dari penilaian
ini antara lain adalah survey pasar. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan
melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara, ataupun observasi.
Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif terutama dalam
formalitas pembetukannya. Penelitian eksploratif ditandai dengan fleksibilitas,
sementara penelitian deskriptif berupaya untuk memperoleh deskripsi yang
lengkap dan akurat dari suatu situasi (Boyd, at all, 1989: 129). Desain formal
diperlukan untuk meyakinkan bahwa deskripsi mencakup semua tahapan yang
diinginkan. Desain ini juga diperlukan untuk mencegah dikumpulkannya data
yang tidak perlu. Kendati penekanan analisisnya adalah pada deskripsi data, studi
semacam ini tidak hanya mengumpulkan fakta.
Kelemahan utama dalam penelitian deskriptif adalah kurangnya tanggapan subjek
penelitian. Kelalaian subjek penelitian untuk mengembalikan daftar pertanyaan
atau data ketempat wawancara yang telah ditentukan menyebabkan rendahnya
tanggapan terhadap penelitian yang dilakukan. Jika tanggapan yang ada rendah,
31
simpulan yang benar atau valid tidak dapat ditemukan. Beberapa contoh
pertanyaan dari penelitian deskriptif antara lain adalah:
Bagaimanakah tingkat kepuasan karyawaan pada perusahaan swasta?
Bagaimanakah tanggapan karyawan terhadap peraturan absensi kerja yang
baru?
Bagaimanakah tanggapan mahasiswa Administrasi Bisnis terhadap
pelayanan perpustakaan dan bagian pengajaran ?
Bagaimanakah karakter dan jenis pekerjaan para alumni program magister
manajemen?
Setidaknya ada dua manfaat penggunaan penelitian deskriptif. Pertama, untuk
studi dalam bidang bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis. Kedua, studi deskriptif di perlukan untuk mengenali distribusi
dan perilaku data yang kita miliki. Dalam pemasaran misalnya, setelah
menganalisis data, para peneliti akan berusaha memprediksi hasil dari beberapa
langkah bisnis. Sebagai contoh:
Peneliti ingin mengamati apakah fokus iklan pada kelompok masyarakat
berpenghasilan menengah keatas akan meningkatkan volume penjualan.
Peneliti ingin mengetahui profil dari konsumen utama suatu produk, yang
diperinci menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan,
tempat tinggal, jumlah anggota keluarga, frekuensi penggunaan produk,
dan lain-lain karakter konsumen.
1.6.3 Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan
(asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada di
antara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep
yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Contoh variabel adalah
pendapatan, umur, tingkat pendidikan, motivasi dan keberhasilan.
32
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan
sebab akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan
antara variabel yang diteliti. Kalau dalam suatu penelitian diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang kuat antara biaya penjualan dengan jumlah
penjualan, belum diketahui hubungan kausalitasnya. Sebagai contoh: Apakah
biaya penjualan yang mempengaruhi penjualan, ataukah sebaliknya. Beberapa
contoh dari penelitian korelasional adalah:
Hubungan antara produktivitas dan struktur tugas.
Hubungan antara kekhawatiran dan ketelitian.
Penggunaan tes kecerdasan untuk memprediksi keberhasilan dalam
pekerjaan.
Untuk keperluan mengukur asosiasi ini, ada beberapa alternatif teknik, yaitu:
korelasi bivariat, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kanonikal, dan
analisis frekuensi multiarah (multiway frequency analysis) (Tabachnick & Fidell,
1996: 20-21). Mana teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang
diamati, macam data yang digunakan (kontinyu atau diskrit), dan apakah variabel
independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa
variabel independen diukur setelah dampak variabel independen lain dihilangkan).
Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antarvariabel,
tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.
Korelasi bivariat merupakan jenis korelasi yang paling popular. Korelasi bivariat
menjelaskan hubungan linier antara 2 variabel, x dan y. Korelasi antara x dan y
secara numerik dapat dihitung dengan koefisien korelasi Pearson product moment
(rxy), sebagai berikut:
rxy = (SSXY)/ √SSxxSSyy
Nilai rxyadalah antara -1 dan +1. Nilai korelasi yang positif berarti arah hubungan
antara x dan y adalah satu arah: bila y naik maka x juga naik, bila y turun maka x
juga turun. Nilai korelasi yang negatif berarti arah hubungan antara x dan y
berkebalikan: bila y turun maka x naik, bila y naik maka x turun.
33
Untuk mengetahui hubungan sebab akibat, diperlukan analisis lebih jauh terhadap
perilaku masing-masing variabel yang diteliti. Walaupun hubungan sebab-akibat
belum diketahui, namun adanya hubungan yang kuat di antara variabel
memungkinkan adanya penyusunan prediksi. Sebagai contoh, adanya hubungan
kuat antara Indeks Prestasi (IP) dengan kesuksesan studi. Jika seorang siswa
selalu mempunyai IP yang tinggi, dapat diprediksi bahwa siswa tersebut kelak
akan memperoleh kesuksesan studi manakala menjadi mahasiswa.
1.6.4 Penelitian Kausal Komparatif dan Eksperimental
Berbeda dengan korelasi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, studi kausalitas juga menunjukkan arah hubungan antara variabel.
RANGKUMAN
Penelitian adalah proses investigasi ilmiah terhadap sebuah masalah yang
dilakukan secara teroganisir, sistematik, berdasarkan pada data yang
terpercaya, bersifat kritikal dan objektif yang mempunyai tujuan untuk
menemukan jawaban atau pemecahan atas satu atau beberapa masalah
yang diteliti.
Penelitian ilmiah tidak dapat dilakukan menggunakan data yang diperoleh
melalui proses yang tidak obyektif. Berbagai sumber atau pendekatan
untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai suatu fenomena
atau situasiantara lain takhayul (superstition), intuisi (intutition), atau
otoritas (authority), rasionalisme (rationalism), pengalaman empiris
(empiricism), dan sains (science).
Aplikasi Metode Ilmiah Dalam Bisnis. Penerapan metode ilmiah oleh
para manajer berorientasi kepada pengambilan keputusan untuk menjawab
permasalahan dalam lingkup bisnis. Perbedaan utama dari penelitian bisnis
dengan penelitian ilmiah yang lain adalah sifat dari fenomena yang
34
dipelajari. Penelitian bisnis lebih dititikberatkan pada upaya menjawab
permasalahan manajerial
Metode ilmiah memiliki karakteristik umum sebagai berikut (Daviz &
Consenza, 1993: 37): bersifat kritis dan analitis, logis, objektif, konseptual,
empiris, dan sistematis.
Ciri khas atau syarat penelitian ilmiah oleh Sekaran (2003) disebut sebagai
“the hallmarks of scientific research”terdiri atas purposiveness, rigor,
testability, replicability, precision and confidence, objectivity,
generalizability, parsimony
Jenis-Jenis penelitian bisnis dibedakan sesuai sifat dari tujuan penelitian,
sifat eksplanasi yang diarah oleh penelitian serta orientasi bangunan teori
yang didasari oleh penelitian tersebut.
o Ditinjau dari sifat eksplorasi ilmu dibedakan atas penelitian dasar
(basic research) dan penelitian terapan (applied research).
o Ditinjau dari sifat ekspalanasi ilmu dibedakan atas penelitian
kausalitas serta penelitian nonkausalitas komparatif.
o Dintinjau dari sifat metode eksplanasi ilmu dibedakan atas
penelitian yang bertujuan membangun proposisi dan hipotesis
(hypothesis generating research) serta penelitian yang bertujuan
untuk menguji hipotesis (hypothesis testing research).
Berdasarkan metode penelitian yang dilakukan, penelitian dapat
diklasifikasikan menjadi penelitian historis, penelitian deskriptif,
penelitian korelasional, penelitian kausal komparatif, dan penelitian
eksperimental (Kuncoro, 2003).
LATIHAN/TUGAS/PERCOBAAN
1. Jelaskan mengapa dunia bisnis butuh riset atau penelitian?
2. Sebut dan jelaskan sumber-sumber pengetahuan?
3. Jelaskan definisi metode penelitian bisnis?
4. Sebut dan jelaskan syarat-syarat penelitian dikatakan ilmiah?
35
5. Sebut dan jelaskan klasifikasi jenis penelitian bisnis?
6. Sebut dan jelaskan klasifikasi penelitian berdasarkan metodenya?
PUSTAKA RUJUKAN
1. Burhan Bungin, 2010. Metodologi Penelitian Sosial; Format-faormat
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
2. Haris Herdiansyah,2010. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba
Humanika. Jakarta.
3. Emzir, 2010. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali
Pers.
4. Sofian Effendi, 2012. Metode Penelitian Survei. LP3ES.
5. Anselm Strauss & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian
Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data. Pustaka
Pelajar.
6. Nur Indriantoro & Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
BPFE. Yogjakarta.
7. Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler.2006. Business Research
Methods. Mc Graw Hill.
8. Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
9. Uma Sekaran, 2003. Research Methods For Business. John Wiley &
Sons. Inc.
10. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit Erlangga, Jakarta
11. Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Recommended