View
226
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
analisis fonologis dan kajian usaha yang relevan
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah.
Seorang peneliti harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai
dengan data-data yang kuat seperti, buku-buku, skripsi, tesis, ataupun disertasi
yang ada hubungannya dengan yang diteliti.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengambil hasil penelitian yang berjudul Bahasa Melayu Dialek
Deli Medan (1984). Buku ini menulis tentang morfologi secara lengkap yang
terdiri atas bentuk terikat, perulangan, kata majemuk. Dalam buku ini bentuk
terikat terdiri atas bentuk terikat awalan, bentuk terikat akhiran, bentuk terikat
bergandengan, bentuk terikat ganda. Perulangan terdiri atas jenis dan arti
perulangan, perulangan kata kerja, perulangan kata keadaan yang terdiri atas
perulangan seluruhnya, perulangan sebagian, perulangan dengan bubuhan,
perulangan dengan bubuhan varian fonem.
Skripsi Azain (1999) yang berjudul Proses Morfologi Bahasa Melayu
Dialek Perak : Suatu Analisis Deskriptif di Daerah Perak Tengah Negeri Perak
Malaysia. Menurut beliau proses morfologis bahasa Melayu Dialek Perak terdapat
(1). afiksasi yang terdiri atas prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan proses
pengimbuhan afiks gabung yang ditinjau dari segi bentuk, distribusi, fungsi dan
nosi. (2). Reduplikasi yang terdapat dalam bahasa Melayu dialek Perak terdiri atas
Universitas Sumatera Utara
8
reduplikasi secara utuh (murni), sebagian, bervariasi (berubah bunyi), dan
brimbuhan. (3). Komposisi atau pemajemukan yang ditinjau dari segi ciri, bentuk
dan sifat.
Adapun penelitian saya mengkaji tentang Morfofonemik Bahasa Melayu
Dialek Hamparan Perak, yang penulis batas tentang Afiksasi saja yang masih
sedikit dilakukan penelitiannya.
2.2 Teori yang Digunakan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Ramlan (2009) dengan
judul Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi, ditambah beberapa buku pendukung
lainnya seperti buku karangan Chaer (2008) yakni Morfologi Bahasa Indonesia.
Sesuai dengan judul yang penulis bicarakan Morfofonemik Bahasa
Melayu Dialek Hamparan Perak, tentunya tidak terlepas dari apa yang disebut
morfologi. Untuk itu penulis akan menguraikan pengertian morfologi sebagai
berikut:
Ramlan (2009:21) mengatakan, “Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun
fungsi semantik”. Menurut Verhaar (2006:52) morfologi adalah bidang linguistik
yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Menurut
Kridalaksana (2008:159) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi-kombinasinya. Menurut Chaer (2008:3) morfologi adalah
ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata.
Universitas Sumatera Utara
9
Dari beberapa pendapat ahli bahasa dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
morofologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata.
Kata morfofonemik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu morfem
dan fonem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat
membedakan makna (Chaer, 2007:137). Ramlan (2009:32) mengatakan morfem
ialah satuan gramatik yang paling kecil: satuan gramatik yang tidak mempunyai
satuan lain sebagai unsurnya. Morfofonemik dapat diartikan sebagai kajian
morfologi yang menjelaskan perubahan fonologis yang terjadi karena morfem
yang satu dengan morfem yang lain dalam rangka pembentukan kata.
Morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-
fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian
tanda-tandanya (Samsuri,1980:201). Morfofonemik (disebut juga morfonologi
atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau
perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses
afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi Chaer (2008:43).
Kridalaksana (2007:183) mendefinisikan bahwa proses morfofonemik adalah
peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem.
Proses morfologi adalah suatu cara pembentukan kata-kata dari satuan lain
merupakan bentuk dasar dengan menghubungkan satu dengan yang lainnya.
Dalam tata bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis, yaitu (1) proses
pembentukan afiks (afiksasi), (2) proses pengulangan (reduplikasi), (3) proses
Universitas Sumatera Utara
10
pemajemukan. Dalam penelitian ini hanya membahas proses pembentukan afiks
(afiksasi), yaitu terdiri atas : (1) prefiks (awalan), (2) sufiks (akhiran), (3) konfiks
(imbuhan gabung).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
morfofonemik adalah proses berubahnya sebuah fonem dalam pembentukan kata
yang terjadi karena proses morfologis.
Menurut Chaer (2008:43) morfofonemik adalah kajian mengenai
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya
proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses
komposisi. Menurut Ramlan (2009:83) morfofonemik adalah mempelajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem
dengan morfem lain. Chaer (2008:43) membagi beberapa jenis perubahan fonem
dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi.
2.2.1 Jenis Morfofonemik
Chaer (2008:43) membagi jenis perubahan fonem dalam morfofonemik ini
dalam lima wujud, yaitu pemunculan fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem,
perubahan fonem dan pergeseran fonem.
1. Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses
morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses
pengimbuhan prefiks me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi
sengau [m] yang semula tidak ada.
me + baca membaca.
Universitas Sumatera Utara
11
Dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada dasar hari akan muncul bunyi
semi vokal [y]
Hari + an hariyan.
2. Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi.
Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang,
maka bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Dalam proses
pengimbuhan akhiran –wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada
dasar sejarah itu dilesapkan.
ber + renang berenang
sejarah + wan sejarawan
3. Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan
dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam
pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat
itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada
prefiks me- itu.
me + sikat menyikat
pe + sikat penyikat
prefiks pe- pada bentuk dasar sikat, maka fonem /s/ pada sikat itu
diluluhkan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks pe-.
4. Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi,
sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Contoh, dalam pengimbuhan
prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, diman fonem /r/
berubah menjadi fonem /l/.
ber + ajar belajar.
Universitas Sumatera Utara
12
Dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi perubahan
fonem, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
ter + anjur terlanjur.
5. Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari suku kata ke
dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –i
pada dasar lompat, terjadi pergeseran di mana fonem /t/ yang semula
berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.
lompat + i me.lom.pati.
Dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Di sini fonem /b/ yang
semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku
kata ban.
ja.wab + an ja.wa.ban.
2.2.2 Kaidah Morfofonemik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaidah adalah aturan yang sudah
pasti (2010). Kaidah morfofonemik ialah aturan-aturan tertentu mengenai proses
morfofonemik itu. Kridalaksana (2008:102) mengatakan, kaidah morfofonemik
adalah kaidah menguraikan variasi tiap-tiap anggota suatu morfem.
1. Kaidah morfofonemik afiks meN-
meN- mem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/b, f, p/.
Misalnya :
meN- + bawa membawa
meN- + fitnah memfitnah
meN- + paksa memaksa
Universitas Sumatera Utara
13
meN- men- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c,
d, j, t/.
Misalnya :
meN- + cari mencari
meN- + dasar mendasar
meN- + jaga menjaga
meN- + tulis menulis
meN- meny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal fonem /s/.
Misalnya :
meN- + sapu menyapu
meN- + sambal menyambal
meN- + sayur menyayur
meN- meng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/a, e, g, h, i, k, o, u /.
Misalnya :
meN- + aku mengaku
meN- + ekor mengekor
meN- + gali menggali
meN- + halau menghalau
meN- + ikat mengikat
meN- + khususkan mengkhususkan
meN- + karang mengarang
meN- + operasi mengoperasi
Universitas Sumatera Utara
14
meN- + uap menguap
meN- me- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,
m, n, r, w, y/.
Misalnya :
meN- + lupakan melupakan
meN- + maafkan memaafkan
meN- + naik menaik
meN- + ramal meramal
meN- + warisi mewarisi
meN- + yakinkan meyakinkan
meN- menge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem
/c, l/.
Misalnya :
meN- + cat mengecat
meN- + las mengelas
2. Kaidah morfofonemik afiks peN-
peN- pem- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /b,
p/.
Misalnya :
peN- + bawa pembawa
peN- + pakai pemakai
Universitas Sumatera Utara
15
peN- pen- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /c,
d, t/.
Misalnya :
peN- + cari pencari
peN- + dorong pendorong
peN- + tulis penulis
peN- peny- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/.
Misalnya :
peN- + saring penyaring
peN- peng- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /g,
h, k/.
Misalnya :
peN- + gali penggali
peN- + halau penghalau
peN- + khianat pengkhianat
peN- + karang pengarang
peN- pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, m,
r, w/.
Misalnya :
peN- + lupa pelupa
peN- + malas pemalas
peN- + ramal peramal
peN- + waris pewaris
Universitas Sumatera Utara
16
peN- penge- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal /b, c, l/.
Misalnya :
peN- + bor pengebor
peN- + cat pengecat
peN- + las pengelas
3. Kaidah morfofonemik afiks ber-
ber- be- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, r/.
Misalnya :
ber- + kerja bekerja
ber- + runding berunding
ber- + rantai berantai
ber- bel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/.
Misalnya :
ber- + ajar belajar
ber- ber- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /k, s,
t/.
Misalnya :
ber- + kata berkata
ber- + sejarah bersejarah
ber- + tugas bertugas
4. Kaidah morfofonemik afiks per-
per- pe- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/.
Universitas Sumatera Utara
17
Misalnya :
per- + ringanan peringanan
per- pel- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /a/.
Misalnya :
per- + ajar pelajar
per- per- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t/.
Misalnya :
per- + tiga pertiga
2.2.3 Fungsi
Proses pembubuhan afiks meliputi fungsi dan arti. Fungsi ialah
kemampuan morfem untuk membentuk kelas kata tertentu (Muslich, 2008
: 94). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan morfem yang membentuk
kelas kata itu adalah morfem imbuhan.
Contoh :
Bentuk dasar gergaji yang berkelas kata benda apabila mendapatkan
morfem imbuhan meN- akan menjadi kelas kata kerja menggergaji. Dari
contoh ini dapat diketahui bahwa prefiks meN- berfungsi untuk
membentuk kata kerja.
2.2.4 Nosi
Arti atau nosi adalah arti yang ditimbulkan oleh proses afiksasi. Arti ini
timbul sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain.
Muslich (2008 : 66) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan arti
bukanlah arti suatu kata yang terdapat dalam kamus, arti leksikal, tetapi
Universitas Sumatera Utara
18
arti sebagai akibat bergabungnya morfem satu dengan yang lain, arti
struktural atau arti gramatikal. (Yasin, 1987 : 40) menyatakan bahwa nosi
ialah arti yang timbul sebagai akibat proses morfologi.
Contoh :
Prefiks meN- mempunyai arti melakukan tindakan seperti yang tersebut
pada bentuk dasarnya. Misalnya, dalam kata membaca, menendang,
mengantar.
Universitas Sumatera Utara
Recommended