View
222
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan
ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai,
untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan
penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi,
pemilahan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,
analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine).
Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat
yang sesuai dan aman, baik melalui resep (prsecription) dokter berizin,
dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah,
misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada
pemakai.
Dalam bidang farmasi khususnya kimia farmasi sering dilakukan
analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah bidang kimia analitik yang membahas tentang identifikasi
zat-zat, mengenai unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu
sampel. Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat.
Dalam kimia farmasi dilakukan analisis berbagai senyawa yang
bersumber dari obat, tumbuhan, dan hewan. Salah satu senyawa yang
sering di analisis yaitu analisis antihistamin (antialergi).
Dalam makalah ini akan dibahas tentang analisis antihistamin dan
cara menganalisisnya. Dalam analisis antihistamin ini dapat diambil
sampel dari senyawa obat, tumbuhan maupun hewan.
1.1 Rumusan Masalah dan Tujuan
I.1.1 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah seperti dibawah ini:
1. Apa yang dimaksud dengan Antihistamin?
2. Bagaimana penggolongan-penggolangan antihistamin?
3. Bagaimana macam-macam antihistamin?
4. Apa yang dimaksud dengan Prometazine Hydroclorine?
5. Bagaimana Analisa Kualitatif dan Kuantitatif dari Prometazine
Hydroclorine?
I.1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah seperti bawah ini:
1. Mengetahui pengertian dari Antihistamin.
2. Mengetahui macam-macam penggolongan antihistamin.
3. Mengetahui beberapa antihistamin.
4. Mengetahui definisi dari Prometazine Hydroclorine.
5. Mengetahui bagaimana Analisa Kualitatif dan Kuantitatif dari prometazine
hydroclorine.
BAB II
ISI
II.1 Definisi Antihistamin
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau
menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal
satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor
khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2, maka secara
farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe ,yaitu reseptor-
H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat
dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonisreseptor-H1 (singkatnya
disebut H1-blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor H2 ( H2-
blockers atau zat penghambat-asam).
II.2 Penggolongan antihistamin
H1-blockers (antihistaminika klasik)
Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 di otot
licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna ,kantung kemih
dan rahim. Begitu pula melawan efekhistamine di kapiler dan ujung saraf
(gatal, flare reaction). Efeknya adalah simtomatis, antihistmin tidak dapat
menghindarkan timbulnya reaksi alergi. Dahulu antihistamin dibagi
secara kimiawi dalam 7-8 kelompok, tetapi kini digunakan penggolongan
dalam 2 kelompok atas dasar kerjanya terhadap SSP, yakni zat-zat
generasi ke-1 dan ke-2.
a. Obat generasi ke-1: prometazin, oksomemazin, tripelennamin, (klor)
feniramin, difenhidramin,klemastin (Tavegil), siproheptadin (periactin),
azelastin (Allergodil), sinarizin, meklozin, hidroksizin,ketotifen
(Zaditen), dan oksatomida (Tinset).Obat-obat ini berkhasiat sedatif
terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek antikolinergis.
b. Obat generasi ke-2: astemizol, terfenadin, dan fexofenadin, akrivastin
(Semprex), setirizin,loratidin, levokabastin (Livocab) dan emedastin
(Emadin). Zat- zat ini bersifat khasiat antihistaminhidrofil dan sukar
mencapai CCS (Cairan Cerebrospinal), maka pada dosis terapeutis tidak
bekerja sedative. Keuntungan lainnya adalah plasma t⅟2-nya yang lebih
panjang, sehingga dosisnya cukupdengan 1-2 kali sehari. Efek anti-
alerginya selain berdasarkan, juga berkat dayanya menghambatsintesis
mediator-radang, seperti prostaglandin, leukotrin dan kinin.
H2-blockers (Penghambat asma)
obat-obat ini menghambat secara efektif sekresi asam lambung
yang meningkat akibat histamine,dengan jalan persaingan terhadap
reseptor-H2 di lambung. Efeknya adalah berkurangnya hipersekresi asam
klorida, juga mengurangi vasodilatasi dan tekanan darah menurun.
Senyawa ini banyak digunakan pada terapi tukak lambug usus guna
mengurangi sekresi HCl dan pepsin, juga sebagai zat pelindung tambahan
pada terapi dengan kortikosteroida. Lagi pula sering kali bersama suatu zat
stimulator motilitas lambung (cisaprida) pada penderita reflux.Penghambat
asam yang dewasa ini banyak digunakan adalah simetidin, ranitidine,
famotidin, nizatidin dan roksatidin yang merupakan senyawa-senyawa
heterosiklis dari histamin. Menurut struktur kimianya , antihistamin dibagi
dalam beberapa kelompok , antara lain :
1. Turunan etanolamin ( X= O)
Obat golongan ini memiliki daya kerja seperti atropin (antikolinergik)
dan bekerjaserhadap SSP (sedative). Antihistamin golongan ini antara
lain difenhidramin,dimenhidrinat, klorfenoksamin, karbinoksamin,
dan feniltoloksamin.
2. Turunan etilendiamin (X= N)
Obat golongan ini umumnya memiliki daya sedativ lemah.
Antihistamin golongan iniantara lain antazolin, tripenelamin, klemizol
, dan mepirin.
3. Turunan propilamin (X = C)
Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin
golongan ini antaralain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin,
dan tripolidin.
4. Turunan piperazin
Obat golongan ini umumnya memiliki efek long acting. Antihistamin
golongan ini antaralain siklizin, meklozin, homoklorsiklizin, sinarizin,
dan flunarizin.
5. Turunan fenotizin
Obat golongan ini memiliki efek antihistamin dan antikolinergik yang
tidak begitu kuat,tetapi memiliki daya neuroleptik kuat sehingga
digunakan pada keadaan psikosis. Selain itu juga memiliki efek
meredakan batuk, maka sering dipakai untuk kombinasi obat
batuk.Atihistamin golongan ini antara lain prometazin, tiazinamidum,
oksomemazin, danmetdilazin.
6. Turunan trisiklik lain
Obat golongan ini memiliki daya antiserotonin kuat dan menstimulir
mafsu makan , maka banyak digunakan untuk stimulant nafsu makan .
antihistamin golongan ini antara lainsiproheptadin, azatadin, dan
pizotifen.
7. Zat- zat non sedative
Obat golongan ini adalah antihistamin yang tidak memiliki efek
sedativ ( membuatmengantuk ). Antihistamin golongan ini antara lain
terfenadin, dan astemizol.
8. Golongan sisa
Antihistamin golongan ini antara lain mebhidrolin, dimetinden, dan
difenilpiralin.
II.3 Macam-macam obat antihistamin
Sejak histamin ditemukan sebagai suatu zat kimia yang
mempengaruhi banyak proses faali dan patologik dalam tubuh, maka dicari
obat yang dapat melawan khasiat histamin. Epinefrin merupakan antagonis
faali yang pertama kali digunakan, efeknya lebih cepat dan lebih efektif
daripada AH1.
1. Antihistamin generasi pertama
Sejak tahun 1937-1972, ditemukan beratusratus antihistamin dan
digunakan dalam terapi, namun khasiatnya tidak banyak berbeda. AH1 ini
dalam dosis terapi efektif untuk menghilangkan bersin, rinore, gatal pada
mata, hidung dan tenggorokan pada seasonal hay fever, tetapi tidak dapat
melawan efek hipersekresi asam lambung akibat histamin. AH1 efektif
untuk mengatasi urtikaria akut, sedangkan pada urtikaria kronik hasilnya
kurang baik. Mekanisme kerja antihistamin dalam menghilangkan gejala-
gejala alergi berlangsung melalui kompetisi dalam berikatan dengan
reseptor H1 di organ sasaran. Histamin yang kadarnya tinggi akan
memunculkan lebih banyak reseptor H1. Antihistamin tersebut
digolongkan dalam antihistamin generasi pertama (Ganiswara SG. 1995).
Antihistamin generasi pertama ini mudah didapat, baik sebagai
obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat dekongestan,
misalnya untuk pengobatan influensa. Kelas ini mencakup klorfeniramine,
difenhidramine, prometazin, hidroksisin dan lain-lain. Pada umumnya obat
antihistamin generasi pertama ini mempunyai efektifitas yang serupa bila
digunakan menurut dosis yang dianjurkan dan dapat dibedakan satu sama
lain menurut gambaran efek sampingnya. Namun, efek yang tidak
diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk sehingga
mengganggu aktifitas dalam pekerjaan, harus berhati-hati waktu
mengendarai kendaraan, mengemudikan pesawat terbang dan
mengoperasikan mesin-mesin berat. Efek sedatif ini diakibatkan oleh
karena antihistamin generasi pertama ini memiliki sifat lipofilik yang
dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat menempel pada reseptor
H1 di sel-sel otak. Dengan tiadanya histamin yang menempel pada
reseptor H1 sel otak, kewaspadaan menurun dan timbul rasa mengantuk.
(1,6) Selain itu, efek sedatif diperberat pada pemakaian alkohol dan obat
antidepresan misalnya minor tranquillisers. Karena itu, pengguna obat ini
harus berhati-hati. Di samping itu, beberapa antihistamin mempunyai efek
samping antikolinergik seperti mulut menjadi kering, dilatasi pupil,
penglihatan berkabut, retensi urin, konstipasi dan impotensia (Simons
FER, Simons KJ, 1994).
2. Antihistamin generasi kedua
Setelah tahun 1972, ditemukan kelompok antihistamin baru yang
dapat menghambat sekresi asam lambung akibat histamin yaitu burinamid,
metilamid dan simetidin. (2) Ternyata antihistamin generasi kedua ini
memberi harapan untuk pengobatan ulkus peptikum, gastritis atau
duodenitis. Antihistamin generasi kedua mempunyai efektifitas antialergi
seperti generasi pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit
menembus sawar darah otak. Reseptor H1 sel otak tetap diisi histamin,
sehingga efek samping yang ditimbulkan agak kurang tanpa efek
mengantuk. Obat ini ditoleransi sangat baik, dapat diberikan dengan dosis
yang tinggi untuk meringankan gejala alergi sepanjang hari, terutama
untuk penderita alergi yang tergantung pada musim. Obat ini juga dapat
dipakai untuk pengobatan jangka panjang pada penyakit kronis seperti
urtikaria dan asma bronkial. Peranan histamin pada asma masih belum
sepenuhnya diketahui. Pada dosis yang dapat mencegah bronkokonstriksi
karena histamin, antihistamin dapat meredakan gejala ringan asma kronik
dan gejala-gejala akibat menghirup alergen pada penderita dengan
hiperreaktif bronkus. Namun, pada umumnya mempunyai efek terbatas
dan terutama untuk reaksi cepat dibanding dengan reaksi lambat, sehingga
antihistamin generasi kedua diragukan untuk terapi asma kronik. Yang
digolongkan dalam antihistamin generasi kedua yaitu terfenadin,
astemizol, loratadin dan cetirizin. Terfenadin diperkenalkan di Eropa pada
tahun 1981 dan merupakan antihistamin pertama yang tidak mempunyai
efek sedasi dan diijinkan beredar di Amerika Serikat pada tahun 1985.
Namun, pada tahun 1986 pada keadaan tertentu dilaporkan terjadinya
aritmia ventrikel, gangguan ritme jantung yang berbahaya, dapat
menyebabkan pingsan dan kematian mendadak. Beberapa faktor seperti
hipokalemia, hipomagnesemia, bradikardia, sirosis atau kelainan hati
lainnya atau pemberian bersamaan dengan juice anggur, antibiotika
makrolid (misalnya eritromisin), obat anti jamur (misalnya itraconazole
atau ketoconazole) berbahaya karena dapat memperpanjang interval QT.
(8,9) Pada tahun 1997 FDA menarik terfenadin dari pasaran karena telah
ditemukannya obat sejenis dan lebih aman.
Astemizol (Hismanal®) merupakan antihistamin kedua yang tidak
menyebabkan sedasi diperbolehkan beredar di Amerika Serikat (Desember
1988). Obat ini secara cepat dan sempurna diabsorpsi setelah pemberian
secara oral, tetapi astemizol dan metabolitnya sangat banyak distribusinya
dan mengalami metabolism sangat lambat. Namun, karena kasus aritmia
jantung dan kematian mendadak telah diamati setelah penggunaan
astemizol pada keadaan yang serupa dengan terfenadin, maka pada
astemizole diberikan tanda peringatan dalam kotak hitam (Handley DA,
Magnetti A, Higgins A.J., 1998).
Loratadin (Claritin®) mempunyai farmakokinetik serupa dengan
terfenadin, dalam hal mulai bekerjanya dan lamanya. Seperti halnya
terfenadin dan astemizol, obat ini mula-mula mengalami metabolisme
menjadi metabolit aktif deskarboetoksi loratadin (DCL) dan selanjutnya
mengalami metabolisme lebih lanjut. Loratadin ditoleransi dengan baik,
tanpa efek sedasi, serta tidak mempunyai efek terhadap susunan saraf
pusat dan tidak pernah dilaporkan terjadinya kematian mendadak sejak
obat ini diperbolehkan beredar pada tahun 1993 (Handley DA, Magnetti A,
Higgins A.J., 1998).
3. Antihistamin generasi ketiga
Yang termasuk antihistamin generasi ketiga yaitu feksofenadin,
norastemizole dan deskarboetoksi loratadin (DCL), ketiganya adalah
merupakan metabolit antihistamin generasi kedua. Tujuan
mengembangkan antihistamin generasi ketiga adalah untuk
menyederhanakan farmakokinetik dan metabolismenya, serta menghindari
efek samping yang berkaitan dengan obat sebelumnya (Handley DA,
Magnetti A, Higgins A.J., 1998).
Feksofenadin (Telfast ®) merupakan metabolit karboksilat dari
antihistamin generasi kedua terfenadin dan diijinkan untuk dipasarkan oleh
FDA pada Juli 1996. Setelah diketahui bahwa feksofenadin tidak
berpengaruh buruk terhadap elektrofisiologi jantung dan mempunyai
efektivitas sama seperti terfenadin maka feksofenadin menggantikan
terfenadin dan telah dipasarkan di Indonesia dengan nama dagang Telfast (
di Amerika : Allegra ®). Sifat-sifat kimia feksofenadin adalah : secara oral
cepat diabsorpsi, hanya sekitar 5% mengalami metabolisme, sisanya
diekskresi dalam urin dan feses tanpa mengalami perubahan. Hasil ini
tidak dipengaruhi oleh adanya gangguan pada fungsi hati atau ginjal. Pada
penderita usia lanjut atau penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kadar
feksofenadine dalam plasma darah dapat meningkat 2 kali dari pada
normal. Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena indeks terapi obat
ini relatif tinggi. Feksofenadin tidak berpengaruh pada interval QT pada
percobaan binatang atau pada manusia yang diberi 10 kali lipat dosis standar 60
mg 2 kali sehari. Feksofenadin tidak menembus sawar darah otak sehingga tidak
mempunyai efek samping terhadap susunan saraf pusat. (Hey JA, Del Prado M,
Cuss FM, 1995).
II.4 Definisi Prometazin Hydroclorine
Prometazin merupakan antihistamin generasi pertama yang
termasuk dalam kelompok fenotiazin. Prometazin juga memiliki efek
antiemetik dan antikolinergik. Selain itu prometazin juga memiliki efek
sedatif yang cukup kuat.
Prometazin HCl merupakan senyawa kimia yang berbentuk serbuk
kristal kekuningan yang praktis tidak berbau. Kontak yang cukup lama
prometazin dengan udara dapat mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi
yang menyebabkan perubahan warna prometazin menjadi biru.
Prometazin-HCl sangat mudah larut dalam air dan agak sukar larut dalam
alkohol. Prometazin yang beredar dipasaran adalah prometazin dalam
bentuk campuran rasemat.
Prometazine Hydroclorine
Phenergan tablet adalah obat mujarab mengandung prometazin
bahan aktif, yang merupakan jenis obat yang disebut antihistamin
penenang. Ia bekerja dengan mencegah tindakan histamin.
Histamin adalah substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai
bagian dari mekanisme pertahanannya. Hal ini menyebabkan gejala-gejala
reaksi alergi. Ini dapat termasuk radang saluran napas atau kulit, hidung
tersumbat, penyempitan saluran napas, ruam, dan gatal-gatal pada kulit,
mata atau hidung. Prometazin blok histamin dari mengikat ke reseptor di
berbagai bagian tubuh dan ini berhenti itu menyebabkan gejala-gejala
reaksi alergi.
Histamin dapat dilepaskan dari dan bertindak di daerah (lokal)
kecil dari tubuh seperti hidung. Atau, histamin dapat menyebabkan lebih
serius, kadang-kadang mengancam nyawa seperti reaksi anafilaksis.
Prometazin digunakan untuk mengobati alergi lokal seperti demam dan
ruam jelatang, serta lebih serius reaksi alergi seperti anafilaksis. Beberapa
efek samping umum antara lain :
a. Dyskinesia tardive
b. Kebingungan pada orang tua
c. Mengantuk, pusing, kelelahan, lebih jarang vertigo
d. Mulut kering.
e. Pernapasan depresi pada pasien di bawah usia 2 dan pada mereka
dengan fungsi paru terancam
f. Sembelit
g. Dada terasa sesak / ada tekanan. (Biasanya dalam kasus-kasus ketika
pasien sudah minum obat untuk tekanan darah tinggi)
h. Euphoria (sangat jarang, kecuali dengan dosis IV tinggi dan / atau
pemberian bersamaan dengan opioid / SSP depresan)
i. Akatisia [14]
j. Parestesia
k. Iritabilitas
Cara identifikasi prometazin menurut FI IV:
Spektrum serapan infra merah. Sampel didispersikan dalam kalium
bromida.
Menunjukan adanya reaksi klorida seperti tertera pada uji identifikasi
umum
Cara lain untuk identifikasi dapat dilakukan dengan:
KLT
KCKT
EFEK FARMAKOLOGIS YANG DITIMBULKAN PROMETAZINE
HYDROCLORINE
Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara
baik. Efeknya timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal
setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis tunggal kira-kira
4-6 jam, untuk golongan klorsiklizin 8-12 jam. Difenhidramin yang
diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal dalam darah setelah
kira-kira 2 jam dan menetap pada kadar tersebut untuk 2 jam berikutnya,
kemudian dieliminasi dengan masa paruh kira-kira 4 jam.Kadar tertinggi
terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot dan kulit
kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati,
tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. Tripelenamin mengalami
hidroksilasi dan konjugasi sedangkan klorsiklizin dan siklizinterutama
mengalami demetilasi. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24 jam,
terutama dalam bentukmetabolitnya.
Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping
walaupun jarang bersifat serius dankadang-kadang hilang bila pengobatan
diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru
menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu
banyak tidur.Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan
kewaspadaan tinggi sehinggameningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenislain mungkin
dapat mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak
atau kurangmenimbulkan sedasi.Efek samping yang berhubungan dengan
efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat,inkoordinasi,
penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor. Efek
sampingyang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan
berkurang, mual, muntah, keluhan padaepigastrium, konstipasi atau diare,
efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktumakan.Efek
samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria,
palpitasi, hipotensi,sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan.
Insidens efek samping karena efek antikolinergiktersebut kurang pada
pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.AH1 bisa menimbulkan
alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat
penggunaanlokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas
juga pernah dilaporkan terjadi. Selainitu pemberian terfenadin dengan
dosis yang dianjurkan pada pasien yang mendapat
ketokonazol,troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat
memperpanjang interval QT dan mencetuskanterjadinya aritmia
ventrikel.Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi
hati yang berat dan pasien-pasienyang peka terhadap terjadinya
perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia). Kemungkinan
adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative
dengan terjadinya aritmiayang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.
II.5 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif
II.2.1 Analisis Kualitiataif
Analisis kualitatif adalah suatu proses dalam mengidentifikasi
keberadaan suatu senyawa kimia dalam suatu larutan/sampel yang tidak
diketahui. Analisis kualitatif disebut juga analisa jenis yaitu suatu cara
yang dilakukan untuk menentukan macam, jenis zat atau komponen-
komponen bahan yang dianalisa. Dalam melakukan analisa kualitatif yang
dipergunakan adalah sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun
sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia,
bila ingin mengetahui tentang kandungan sampel cair itu maka yang harus
dilakukan adalah menganalisa kualitatif terhadap sampel cairan itu.
Tujuan analisis kualitatif adalah untuk memisahkan dan mengidentifikasi
sejumlah unsur/senyawa. Analisis kualitatif berhubungan dengan
penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Analisis
kualitatif digunakan untuk menganalisa komponen atau jenis zat yang ada
dalam suatu larutan. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya
dalam larutan.
Ada 3 pendekatan analisis kualiataif yaitu; pertama perbandingan
antara data retensi solute yang tidak diketahui dengan data retensi baku
yang sesuai pada kondisi yang sama. Kedua dengan cara spiking, yaitu
dilakukan dengan menambah sampel yang mengandung senyawa tertentu
yang akan diselidiki pada senyawa baku pada kondisi yang sama. Ketiga
dengan nggabungkan alat kromatografi dengan spectrometer massa
(Gandjar, 2007).
II.2.2 Analisis Kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk
mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan
dengan penetapan beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung
dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang sering kali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang di analisis (Day dan Underwood,
2002).Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan
untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau
campuran bahan (Sumardjo, 1997).
Macam-Macam Analisa Kuantitatif
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis
kuantitatif dibagi menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif
instrumental, yaitu metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-
alat instrumen, dan analisa kimia konvensional. Metode dalam analisa
kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian: metode gravimeter, yaitu
penetapan kadar suatu unsur atau senyawa berdasarkan berat, tetapnya
dengan cara penimbangan. Cara dilakukan dengan unsur atau senyawa
yang diselidiki dan bahan yang menyusunnya. Bagian terbesar yang
dilakukan metode gravimetri adalah perubahan unsur berat tetapnya. Berat
senyawa selanjutnya dapat dianalisa berdasarkan jenis senyawa (khoppar,
1990).. Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif yang dilakukan
dengan cara menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih diketahui
kadarnya. Dengan mengetahui jumlah larutan baru yang ditambahkan dan
reaksinya berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis
dapat dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).
Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan
dengan zat lainnya telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu
titik ekuivalensi hingga kepekatan zat yang kita cari dapat
dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan teliti disebut
larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam
erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan
titrasi. Titik dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi.
Titik ini seharusnya jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit
karena kesulitan dalam mencari indikator yang pH intervalnya mendekati
pH ekuivalen. Perbedaan antara titik ekuivalen dengan titik titrasi disebut
kesalahan titrasi (Day dan Underwood, 2002). Indikator adalah asam
organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi
sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak
terionisasi (Sumardjo, 1994).
Analisis volumetri merupakan suatu analisa untuk menentukan
suatu volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya untuk
mengukur volume larutan standar tersebut harus ditambahkan dengan
melalui alat yang disebut buret. Proses penambahan larutan standar ke
dalam larutan yang ditentukan sampai terjadi reaksi yang sempurna
disebut titrasi (Lehninger, 1995).
Reaksi dalam volumetri dibedakan menjadi 3: (1) Reaksi
netralisasi adalah suatu proses terbentuknya garam dari reaksi asam dan
basa. Contoh reaksi: HCl + NaOH NaCl + H2O. (2) Reaksi
pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks. Reaksi meliputi
pembentukan ion-ion kompleks atau pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan (Khoppar, 1990). Contoh reaksi: AgNO3 +
NaCl AgCl + NaNO3, KCN + AgNO3 K{Ag(CN)2} +
KNO3, K{Ag(CN)2} + AgNO3 Ag{(CN)2} + KNO3. (3) Reaksi oksidasi-
reduksi (redoks). Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung secara serentak,
dimana jumlah elektron yang dilepaskan pada oksidasi harus sama dengan
elektron yang didapatkan pada reduksi, Contoh reaksi: 2FeCl3 +
SnCl2 2FeCl2 + SnCl4. (Surakiti, 1989).
Analisa volumetri dapat dibedakan menjadi:
1. Asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri: bila yang diketahui
konsentrasi asamnya. Alkalimetri adalah apabila
konsentrasi basanya diketahui.
2. Oksidimetri dibagi menjadi dua yaitu permanganametri dan
kromatometri. Permanganametri sebagai oksidatornya
adalah KMnO4. Reaksinya: MnO4- + 8H+ Mn2
+ + 4H2O.
Kromatometri bila kita mamakai oksidator
K2Cr2O7. Reaksinya: Cr2O72- + 14H+ Cr.
3. Kalorimetri adalah titrasi dengan iodium secara tidak
langsung. Iodometri adalah titrasi dengan iodium secara
langsung. Reaksinya: I2 + 2S2O32- 2I- +S4O6
2- I2 +
2e- 2I- I + e- I- .
Sifat Antihistamin
Sifat-sifat yang dimiliki antihistamin antara lain sebagai berikut :
Umumnya histamin seperti alkaloida mempunyai pH 8-11
Tidak larut dalam air, larut dalam asam encer dan alkalis
Identifikasi Antihistamin
Antihistamin dapat diidentifikasikan dengan beberapa cara :
Titik leleh, contoh titik leleh dari Difenhidramin berkisar 1660 – 1670
Reaksi Warna (gunakan asam pekat) :
Dengan H2SO4 pekat → semua memberikan warna, kecuali antistin dan
chlortrimeton
Beberapa warna yang dihasilkan adalah :
1. Multergan : Rosa
2. Phenergan : Rosa merah
3. Histaphen : Kuning tua
4. Avil : Kuning
5. Neo-antergan: Merah
6. Neo-benodin : Kuning dengan bintik jingga
7. Benadryl : Jingga + coklat + merah
8. Fenatiazin : merah + jingga + hijau
Dengan HNO3 pekat
Beberapa warna yang dihasilkan :
1. Histaphen : Kuning dengan bintik jingga
2. Antergan : Kuning
3. Neo-benodin : kekuningan
4. Avil : Kuning + gas
Masing-masing zat + H2SO4 pekat/HCl pekat/HNO3 pekat -> berwarna +
air -> berubah (kemungkinan alkaloid 80%), jika tetap kemungkinan
alkaloid, tapi beberapa alkaloid juga bisa menyebabkan perubahan warna
(tergantung posisi N). Perlu dilakukan reaksi pendukung lainnya.
Mandelin
Pereaksi : NH – Vanadat % dalam air + H2SO4 pekat
Frohde
Pereaksi : Larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
Beberapa warna yang dihasilkan :
1. Phenergan : Merah violet
2. Neo-antergan : Merah ungu
3. Neo-benodin : Kuning kenari
4. Multergan : Ungu
5. Histaphen : kuning dengan bintik coklat
6. Fenotiazin : Coklat hijau violet
7. Benadryl : Merah jingga
Marquis
Pereaksi : larutan encer formalin (formalin 0,1% – 1%) + H2SO4 pekat
Beberapa warna yang dihasilkan :
1. Benadryl : ungu
2. Avil : Kekuningan
3. Multergen : Ungu
4. Antistin : lama lama akan berwarna ungu
FeCl3
AgNO3
Reaksi Kristal
Beberapa pereaksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. AuCl3
2. PtCl3
3. Asam Pikrat
4. Asam Pikrolon
5. Garam Reinekat
Proses kerja : zat dilarutkan dalam HCL 0,2 N kemudian ditambahkan
pereaksi → endapan, dipanaskan dalam api kecil hingga larut,
dinginkan→ mengkristal
Pengecualian untuk pereaksi asam pikrat: pada gelas objek, zat
diberi air kemudian ditetesi asam pikrat, jangan ditambah HCl
(dengan HCl, yang keluar adalah kristal asam pikrat sendiri
Pengecualian untuk asam pikrolon : Tidak perlu dipanaskan dalam
api kecil
Mayer (pada plat tetes)
Pereaksi : HgCl2 + lautan KI 5% + H2SO4 pekat
Proses kerja : zat + HCl 0,2 N + pereaksi
Contoh : Benadryl → ungu muda
Dragendorff
Pereaksi : Larutan bismut nitrat basa dalam air/asam asetat glasial dengan
KI dalam air
Proses kerja : zat + peraksi
Reaksi Korek Api
Proses kerja ada 2 cara :
Batang korek api dicelupkan kedalam campuran (zat dalam HCl), lalu
dibasahi dengan HCl pekat, atau
Batang korek api dibasahi dengan HCl pekat, keringkan lalu celupkan
kedalam campuran (zat dalam HCl) untuk penentuan amin aromatis
primer (berwarna jingga).
Contoh : avil → jingga
Analisa Kualitatif
Uji Analisa Kualitatif Phenargan HCl atau prometazin HC yaitu:
Pemerian :
o tablet couting (biru hijau), tidak berbau, dan rasanya sangat
pahit
o kelarutan Þ mudah larut dalam air, spiritus,dan kloroform
Reaksi :
zat + FeCl3→ rosa jingga
zat + HNO3p → merah marganta → panaskan di W.B akan berwarna
kuning
zat + H2SO4p → rosa merah + air → rosa
zat + KMNO4 + NaOH → hijau coklat kotor
zat + pereaksi frohde → merah violet· zat + pereaksi nillon → rosa
(kekuningan)
zat + DAB-HCl → jingga
zat + H2SO4p + Cr 2O7→ hijau
zat + pereaksi marquis → merah marganta
zat berfluroresensi → kuning
Analisa Kuantitatif
Penetapan kadar prometazine dalam sediaan tablet dilakukan dengan
metode spektrofotometri ultraviolet secara multikomponen, Pometazin
Hydroclorine di ukur menggunakan blanko dapar fosfat pH 6,4 pada
panjang gelombang 230 nm dan 266 nm, sehingga didapatkan panjang
gelombang serapan maksimum. Diukur validitasnya berdasarkan
parameter akurasi (metode penambahan baku) dan presisi.
Spektrum peresapan ultra violet larutan 0,0005 % b/v setebal 2cm
pada daerah 220 nm sampai 350 nm menunjukkan maksimum pada 251
nm dan maksimum yang kurang jelas pada lebih kurang 301 nm,resapan
pada 251 nm lebih kurang 0,91.
Pada spectrum peresapan inframerah,menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama dan mempunyai intensitas relative
yang sama seperti promethazine hydroclorida PK.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin
(penghambatan saingan). Prometazin adalah antihistamin generasi pertama
dari golongan fenotiazin. Obat ini mengandung anti-mabuk, anti emetik, dan
efek antikolinergik, serta efek sedatif yang kuat dan di beberapa negara yang
diberikan untuk insomnia ketika benzodiazepin dikontraindikasikan.
Phenergan tablet adalah obat mujarab mengandung prometazin bahan aktif,
yang merupakan jenis obat yang disebut antihistamin penenang. Ia bekerja
dengan mencegah tindakan histamin. Prometazin digunakan untuk mengobati
alergi lokal seperti demam dan ruam jelatang, serta lebih serius reaksi alergi
seperti anafilaksis.
Rumus promethazine hydrochlorine C17 H 20 N 2 S .HCl
3.2 Saran
Dengan mengetahui tentang promethazine baik dari indikasi/kontra
indikasi, efek farmakologis, analisa kualitatif dan kuantitatif,metabolisme
promethazine dalam tubuh diharapkan penulis ataupun pembaca mampu
memahami dan mampu mempelajari serta mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce jammes, Colin Baker, dkk. 2006. Prinsip - Prinsip Sains Untuk Keperawatan ( principles of science for nurses ): Jakarta
Keenan, Charles W, kleinfelter, dkk., 1994. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.
Sumardjo, damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program strata 1 Fakultas Bioeksata. Semarang. http://wiro-pharmacy.blogspot.com/search?q=analisis+kualitatif.html . Diakses 30 Maret 2012.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Roman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI.1974.Ekstra Farmakope Indonesia. Jakarta: PT FARITEX
Digregorio & Ruch, 1980; Moolenaar et al, 1981
Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995)
Schwinghammer et al, 1984
Taylor et al. 1983
Recommended