View
239
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
1/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan
untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai
pengembangan dan aplikasi konsep daya saing di tingkat perusahaan. Selanjutnya
konsep tersebut dikembangkan untuk tingkat negara sebagai daya saing global,
khususnya melalui lemabaga World Economic Forum (Global competitiveness Report).
Indeks daya saing global ini telah menjadi ukuran dan referensi dari kinerja ekonomi
dan iklim investasi suatu negara.
World Economic Forum (WEF) mempublikasikan daya saing untuk level negara
yang bertajuk “Global Competitiveness Index” sejak tahun 1979.GCI (Global
Competitiveness Index ) merupakan ukuran daya saing setiap negara dengan
menggunakan 126 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar yaitu kelembagaan,
infrastruktur, lingkungan makro ekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan
tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja,
pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan
bisnis, dan inovasi.
Indonesia termasuk dalam 144 negara yang telah diukur daya saingnya oleh
World Economy Forum untuk edisi tahun 2014-2015. Lima besar dunia ditempati
berturut-turut yaitu Swiss, Singapura, Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman. Setelah
tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan peringkat, Indonesia menempati
peringkat ke 34 pada edisi 2014-2015, atau naik empat peringkat dibandingkan
edisi sebelumnya. Indonesia (peringkat 34) digolongkan dalam negara-negara yang
baru sampai tahap ketiga dari 5 tahap pengembangan daya saing, yaitu: “efficiency
driven” bersama 29 negara lainnya.
Lima pilar yang menempati peringkat tertinggi untuk Indonesia yaitu ukuranpasar (peringkat ke 15), inovasi (31), lingkungan makroekonomi (34), kecanggihan
bisnis (34), dan pengembangan pasar keuangan. Peringkat tersebut menunjukkan
bahwa Indonesia dinilai memiliki daya saing yang baik untuk aspek ekonomi. Lima pilar
dengan peringkat yang terendah yaitu efisiensi pasar tenaga kerja (110), kesiapan
teknologi (77), pendidikan dasar dan kesehatan (74), infrastruktur (56), dan
kelembagaan (53).
Meskipun demikian, Indonesia dianggap masih kalah bersaing dengan negara-
negara kawasan Asia Pasifik Lainnya. Dimana untuk wilayah Asia Pasifik, Indonesiatetap berada dibawah ; Singapura (2), Jepang (6), Hong Kong (7), Taiwan (14),
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
2/19
2
Selandia baru (17), Malaysia (20), Australia (22), Korea Selatan (26), Tiongkok (38),
Thailand (31). Dan hanya unggul dari dua negara Asia Tenggara yakni Filipina (52),
Vietnam (68).
Sementara tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi
sebagai dampak munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi ini
mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan, dimana semakin tingginya tingkat
persaingan antar negara ini, tidak hanya akan berdampak pada perekonomian
Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada
perekonomian daerah terlebih lagi setelah era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Otonomi daerah merupakan konsep penyelanggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus
rumah tangganya (daerahnya) sendiri. Penerapan otonomi daerah dan kebijakan fiskal
tersebut telah memacu satu kegairahan baru masing-masing daerah untuk
meningkatkan perekonomian daerah yang bersangkutan.Dengan adanya otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal, setiap daerah memiliki kesempatan yang besar
untukmeningkatkan kemakmuran masyarakatnya melalui inovasi, peningkatan
transparansi dan akuntabilitas, serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yanglebih
kompetitif dan berdaya saing tinggi. Daya saing daerah yang baik dengan sendirinya
akan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan perekonomian negaranya.
Pembangunan daerah penting dilakukan karena menyangkut kesejahteraah suatu
daerah. Pembangunan daerah erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Daerah
dapat tumbuh dan berkembang jika alur proses perekonomiannya berjalan dengan
lancar.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya:
1. Mengetahui konsep daya saing wilayah untuk mengembangkan ekonomi suatu
wilayah.2. Mengetahui bagaimana penerapan konsep daya saing di suatu wilayah
1.3 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penulisan makalah ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang yang membahas mengapa
diperlukan analisis penentuan sektor basis. Tujuan penulisan untuk memfokuskan
pembahasan yang terdapat dalam makalah ini, serta sistematika penulisan yang
menjelaskan bagian-bagian dari makalah secara terstruktur dan terperici.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
3/19
3
BAB II
Merupakan bab pembahasan yang berisi penjelasan konsep daya saing wilayah dan
contoh studi kasus dengan ekonomi suatu wilayah yang menerapkan konsep daya saing
wilayah.
BAB III
Merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari hasil pembahasan pada Bab II dan III
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
4/19
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP DAYA SAING DAERAH
Terdapat berbagai konsep dan pengertian mengenai daya saing. Pengertian
daya saing mulai berkembang setelah Porter (1990) mendefinisikan daya saing nasional
sebagai “Luaran dari kemampuan suatu Negara untuk berinovasi dalam rangka
mencapai, atau mempertahankan posisi yang menguntungkan dibandingkan dengan
Negara lain dalam sejumlah sektor-sektor kuncinya”. Secara eksplisit, Porter (1990)
menyatakan bahwa konsep daya saing yang diterapkan pada level nasional tak lain
adalah “ produktivitas” yang didefinisikannya sebagai nilai output yang dihasilkan oleh
tenaga kerja.World Economic Forum (WEF), suatu lembaga Internasional yang secara rutin
menerbitkan “Global Competitiveness Report ”, mendefinisikan daya saing nasional
sebagai “Kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan berkelanjutan”. Huggins (2007) dalam publikasi “UK Competitiveness
Index ” mendefinisikan daya saing daerah sebagai “Kemampuan dari perekonomian
untuk menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang
stabil atau dengan pangsa pasar yang meningkat dalam aktivitasnya, dengan tetap
mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat di
dalamnya”. Dalam pengertian daya saing ini, secara tersirat dinyatakan pula bahwa
kondisi perekonomian yang kondusif merupakan suatu syarat mutlak untuk
meningkatkan daya saing daerah.
UK-DTI mendefinisikan daya saing sebagai “Kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan domestik maupun internasional ”. Sementara itu, CURDS
mendefinisikan daya saing daerah sebagai “Kemampuan sektor bisnis atau perusahaan
pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan
yang lebih merata untuk penduduknya”.
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI (PPSK BI) menggunakan
definisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai “Kemampuan perekonomian
daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan
berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional ”.
Sedangkan menurut Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida S.
Alisjahbana, MA (2012) menjelaskan bahwa daya saing daerah adalah “Kemampuan
daerah dalam menyinergikan input, output, dan outcome secara berkelanjutan dengan
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
5/19
5
tetap memperhatikan perubahan teknologi dan institusi di daerah tersebut agar dapat
bersaing, baik di tingkat nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan
standar kehidupan masyarakatnya”.
Menurut Martin (2003), konsep dan definisi daya saing suatu negara atau daerah
mencakup beberapa elemen utama sebagai berikut.
a. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
b. Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara lain.
c. Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional.
d. Dapat menyediakan lapangan kerja.
e. Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi yang
akan datang.
Konsep Daya Saing Wilayah menurut European Commision (1999) adalah
sebagai berikut.
a. Kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan pasar internasional, di iringi dengan kemampuan mempertahankan
pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan.
b. Kemampuan wilayah untuk menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja
yang relatif tinggi yang terlihat pada daya saing eksternal.
Menurut Bristow (2005), diskurs mengenai daya saing regional dapat dipandang
dari 2 (dua) sisi, yaitu:
a. Daya saing sebagai produktivitas mikro ekonomi, yang dikaitkan dengan kinerja
perusahaan.
b. Daya saing sebagai kinerja makro ekonomi regional, yang merupakan kombinasi
dari pertumbuhan kontribusi perusahaan dalam pasar dan perbaikan tingkat
kesejahteraan komparatif.
2.2. KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DAYA SAING
DAERAHA. Keunggulan Komparatif
a. Teori pertumbuhan neoklasik menekankan pada pentingnya keunggulan
komparatif, dimana perbedaan secara regional dalam produktivitas sehubungan
dengan berbedanya faktor-faktor anugerah bawaan (endowment ), dan khususnya
perbedaan dalam hal kapital, tenaga kerja, dan teknologi.
b. Dalam konsep keunggulan komparatif, keadaan ini mencerminkan adanya
perbedaan dalam faktor-faktor anugerah (endowments), seperti tanah, tenaga
kerja, sumber daya alam, dan capital (Kitson, et al, 2004; Sjafrizal, 2008).
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
6/19
6
B. Keunggulan Kompetitif
a. Menurut Porter (2000), pada hakikatnya kemampuan daya saing suatu negara
adalah produktivitas, dimana produktivitas menjadi penentu utama standar hidup
suatu negara dalam jangka panjang.
b. Salah satu unsur penting yang mendukung produktivitas perusahaan menurut
Porter adalah lokasi geografis, dimana terdapat konsentrasi geografis yang
memberikan akses terhadap input faktor-faktor yang dianggap khusus sehingga
mampu memberikan kinerja tinggi sehingga mendorong perusahaan-perusahaan
membentuk suatu klaster (Ketels, 2006).
C. Keunggulan Komparatif vs Keunggulan Kompetitif
a. Konsep daya saing daerah merupakan upaya untuk menggabungkan keunggulan
kompetitif pada tingkat perusahaan dan keunggulan komparatif pada tingkat
daerah sebagai suatu kerangka tunggal (Budd dan Hirmis, 2004).
b. Menurut Neary (2003), keunggulan komparatif selalu menentukan arah
perdagangan, sedangkan keunggulan kompetitif mempengaruhi alokasi sumber
daya, pola perdagangan, dan volume perdagangan.
2.3. INDIKATOR UTAMA DAYA SAING DAERAH
Dari berbagai literatur, teori ekonomi, dan berbagai diskusi, indikator-indikator
utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (i) Perekonomian
daerah, (ii) Keterbukaan, (iii) Sistem keuangan, (iv) Infrastruktur dan sumber daya
alam, (v) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (vi) Sumber daya manusia, (vii)
Kelembagaan, (viii) Governance dan kebijakan pemerintah, dan (ix) Manajemen dan
ekonomi mikro. Masing-masing indikator di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Perekonomian Daerah
Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari
perekonomian makro (daerah), yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasimodal, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, dan tingkat biaya hidup.
Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-
prinsip sebagai berikut.
a. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka
pendek.
b. Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam
jangka panjang.
c. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
7/19
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
8/19
8
b. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya juga mendorong akitivitas perekonomian daerah.
c. Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung
berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang
mendukung nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui
beberapa prinsip di bawah ini.
a. Keunggulan kompetitif dapat di bangun melalui aplikasi teknologi yang sudah
ada secara efisien dan inovatif.
b. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif, yakni menciptakan
pengetahuan baru yang sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan
pembangunan ekonomi yang lebih maju.
c. Investasi jangka panjang berupa R&D akan meningkatkan daya saing sektor
bisnis.
6. Sumber Daya Manusia
Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini ditujukan untuk mengukur
ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini
mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
a. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya
saing suatu daerah.
b. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan
tenaga kerja yang berkualitas.
c. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing
daerah tersebut.
d. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah
tersebut begitu juga sebaliknya.7. Kelembagaan
Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial,
politik, hukum, dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas
perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing
daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut.
a. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik
merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang
berdaya saing.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
9/19
9
b. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa
adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.
c. Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal
tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.
8. Indikator Governance dan Kebijakan Pemerintah
Indikator Governance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran
dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka
menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum,
pengaruh faktor governance dan kebijakan pemerintah bagi daya saing daerah
dapat didasarkan pada prisip-prinsip sebagai berikut.
a. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah
dalam perekonomian sebaiknya diminimalkan.
b. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi
serta berperan pula dalam meminimalkan resiko.
c. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur
dan aturan-aturan yang berpengaruh terhadap daya saing ekonomi.
d. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan
informasi tertentu pada sektor swasta mendukung daya saing suatu daerah.
e. Fleksibilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi
merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung peningkatan daya saing
daerah.
9. Manajemen dan Ekonomi Mikro
Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan
dikaitkan dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan
cara yang inovatif, menguntungkan, dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang
relevan terhadap daya saing daerah diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Rasio harga atau kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan
kemampuan managerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu daerah.b. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya
saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.
c. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan
menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang
kompetitif.
d. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa awal.
e. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian
dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
10/19
10
Dalam konsep daya saing World Economic Forum (WEF), dijelaskan beberapa
indikator daya saing yang bisa dimulai dari yang relevan dengan pembangunan di
tingkat daerah.
1. Institusi
Baik institusi publik maupun swasta. Institusi publik perlu membangun tata kelola
yang baik. Saat ini instrumen Teknologi Informasi (TI) telah mampu membantu
pemerintah untuk melayani publik secara lebih akuntabel dan responsif. Namun,
ke depan cakupannya perlu diperluas. Adapun institusi swasta, perlu ada
dorongan untuk menegakkan praktik Good Corporate Governance (GCG).
Dalam hal ini, pemerintah daerah bisa memberikan stimulus atau insentif.
2. Infrastruktur
Infrastruktur merupakan jantung ekonomi. Kapasitas fiskal daerah untuk
pembangunan infrastruktur jelas terbatas. Karena itu, dibutuhkan cara baru.
Misalnya, kemitraan bersama masyarakat dan dunia usaha. Infrastruktur jalan,
bandara, pelabuhan, dan kereta api di daerah seyogyanya diperkuat. Salah satu
yang urgen adalah mengupayakan jalur ganda Kereta Api sampai wilayah timur
Jawa dan berbagai daerah luar Jawa. Dalam konteks Indonesia, 2 (dua) bidang
infrastruktur yang tidak boleh dilupakan adalah pertanian dan energi.
Infrastruktur pertanian, seperti sumber daya air harus dibangun agar sektor
penyerap tenaga kerja terbesar di republik ini bisa terbantu.
3. Kondisi Makroekonomi
Kontribusi daerah dalam hal ini, antara lain soal pengelolaan inflasi. Keberadaan
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sangat membantu karena penyumbang
inflasi di tiap daerah berbeda sehingga membutuhkan solusi unik. Peran daerah
sangat sentral karena menentukan inflasi secara nasional. Butuh banyak inovasi
di TPID (yang anggotanya termasuk Pemerintah Daerah) untuk memastikan
masalah dan solusi inflasi bisa dipetakan.
4. Kesehatan dan Pendidikan DasarKesehatan dan pendidikan merupakan pilar Sumber Daya Manusia (SDM).
Ingat, pembangunan dimulai dari SDM, bukan dari mesin. Soal kesehatan,
program-program yang meningkatkan inklusi pelayanan perlu ditingkatkan dan
disinergikan dengan aspek administrasi kependudukan. Program BPJS perlu
didorong agar aksesibilitas rakyat terhadap layanan kesehatan semakin besar.
Di bidang pendidikan, hambatan soal pendidikan dasar bukan hanya masalah
ekonomi. Sehingga, untuk hambatan non ekonomi juga perlu dicarikan solusi.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
11/19
11
5. Pendidikan Tinggi dan Pelatihan
Kuncinya adalah peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan serta
pelatihan ke daerah-daerah. Pendirian politeknik di daerah-daerah bisa menjadi
jawaban. Beasiswa dan pelatihan menjadi kebutuhan mutlak yang mesti
digalakkan.
6. Kesiapan Teknologi
Poin penting dalam hal ini adalah bagaimana layanan teknologi meluas ke
daerah dalam beragam bentuk, baik untuk pelayanan publik, industri, maupun
penguasaan ilmu. Tingkat kematangan teknologi wajib ditingkatkan dengan terus
mendorong dunia usaha meningkatkan nilai tambah produk dengan sentuhan
teknologi.
7. Kompleksitas Bisnis
Peningkatan skala sebuah bisnis (mulai kuantitas, kualitas, sentuhan teknologi
produksi, porsi nilai tambah, hingga pemasaran) menjadi pekerjaan rumah
bersama. Pemerintah Pusat dan Daerah bisa membantu dunia usaha,
khususnya UMKM, untuk mewujudkan bisnis terintegrasi.
8. Inovasi
Spirit inovasi selayaknya diinternalisasi ke tubuh institusi publik, swasta,
universitas, dan masyarakat secara umum. Ketersediaan ilmuwan dan engineer
di daerah perlu diperbanyak agar ekonomi bernilai tambah.
2.4 STUDI KASUS
Penulis mengambil salah satu jurnal karya Evita Khairani Nasution dan Paidi
Hidayat, Se., M.Si dengan judul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tanjungbalai”.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing di Kota Tanjungbalai, Sumatra Utara.
Menurut hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam
neraca daya saing daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat ke-108 secarakeseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Berdasarkan
input perekonomian daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat 103. Peringkat ini
masih di bawah kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Utara seperti Kabupaten
Asahan yang berada di peringkat 73, Kabupaten Deli Serdang di peringkat 95, dan Kota
Medan di peringkat 23. berdasarkan input SDM dan ketenagakerjaan, kota Tanjung
Balai berada di peringkat 209. Berdasarkan input infrastruktur, SDA, dan lingkungan,
berada di peringkat 237. Dan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja, kota
Tanjung Balai berada di peringkat 376. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat
pengangguran di kota Tanjung Balai dan infrastruktur yang masih belum memadai.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
12/19
12
Persaingan antar daerah yang semakin ketat, membuat pemerintah daerah tak
terkecuali kota Tanjung Balai dituntut untuk lebih menyiapkan daerahnya sebaik
mungkin agar dapat menarik investasi ke kota Tanjung Balai. Dengan demikian untuk
meningkatkan daya saing ekonomi daerah perlu dikembangkan sentra-sentra ekonomi
daerah. Serta kesiapan pemerintah daerah secara sungguh-sungguh dalam menata
pengembangan kelembagaan, mempertajam kebijakan pemerintah daerah,
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) , memperbaiki birokrasi, hingga
pemberdayaan ekonomi daerah secara menyeluruh merupakan kunci dalam
pembangunan ekonomi daerah yang memiliki daya saing yang tinggi pada era
globalisasi ekonomi ini.
Berikut adalah faktor-faktor penentu daya saing ekonomi daerah Kota Tanjung
Balai yang berhasil disintesiskan oleh peneliti.
Gambar 2.1 Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi DaerahSumber: Jurnal Analisis, 2016
Peneliti mengambil sebanyak 30 responden (15 laki-laki dan 15 perempuan) yang
terdiri dari kelompok masyrakat seperti pelajar, dosen/guru, tokoh masyarakat, birokrasi,
perbankan, non perbankan, dan pengusaha. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling dan metode analisa data yang digunakan adalah
Analytical Hierarchy Prosses. Dengan karakterisik responden sebagai berikut.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
13/19
13
Gambar 2.2 Karakteristik RespondenSumber: Jurnal Analisis, 2016
Setalah dilakukan analisis menggunakan software Expert Chocie, dikeluarkan hasil
analisis sebagai berikut.
Gambar 2.3 Hasil AHP Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing EkonomiSumber: Jurnal Analisis, 2016
Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama
penentu daya saing ekonomi Kota Tanjung Balai adalah faktor infrastruktur fisik diikuti
oleg faktor tenaga kerja dan produktivitas, kemudian faktor perekonomian daerah, faktor
kelembagaan dan faktor sosial politik. Dalam faktor infrastruktur yang paling penting
adalah variabel kualitas infrastruktur, dmn yg perlu diperhatikan adalah kualitas jalan,kualitas pelabuhan laut dan ketersediaan pelabuhan udara yang belum ada.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
14/19
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
15/19
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada BAB II dapat disimpulkan bahwa:
• Daya saing daerah juga banyak diartikan sebagai kemampuan perusahaan pada
suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan
yang lebih merata untuk penduduknya.
• Konsep daya saing pada umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu
perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau
meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan.
• Daya saing tempat (loyalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi danmasyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi warga.
• Daya saing (competitiveness) merupakan salah satu kata kunci yang lekat dengan
pembangunan ekonomi lokal/daerah.
• Faktor ukuran daya saing
• KEBIJAKAN PEMERINTAH
• KEMAMPUAN
• KELEMBAGAAN
• BIROKRASI
• Indikator-indikator utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (i)
Perekonomian daerah, (ii) Keterbukaan, (iii) Sistem keuangan, (iv) Infrastruktur dan
sumber daya alam, (v) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (vi) Sumber daya manusia,
(vii) Kelembagaan, (viii) Governance dan kebijakan pemerintah, dan (ix) Manajemen
dan ekonomi mikro.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
16/19
16
DAFTAR PUSTAKA
Bardi, Diviya. Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tebing Tinggi. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Vol. 3 No. 7. (tahun penerbitan tidak ditemukan)
Nasution, Evita Khairani. Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tanjungbalai. Jurnal Ekonomi
dan Keuangan Vol. 3 No. 2. (tahun penerbitan tidak ditemukan)
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
17/19
17
LAMPIRAN PERTANYAAN
Pertanyaan Joshua A.
1. Bagaimanakah bentuk daya saing wilayah yang sehat?
2. Apakah boleh antar wilayah mempunyai aspek sama untuk diunggulkan menjadi nilai
dalam daya saing wilayah seperti misalnya Bekasi dengan Bandung?
Jawaban.
1. Daya saing wilayah yang sehat adalah bentuk daya saing antar wilayah yang saling
terintegrasi. Daya saing tidaklah hanya berorientasi pada indikator ekonomi saja,
tetapi lebih jauh lagi yaitu daya saing tersebut diartikan sebagai kemampuan daerah
untuk menghadapi tantangan dan persaingan global untuk peningkatan
kesejahteraan hidup rakyat yang nyata dan berkelanjutan serta secara politis, sosial
dan budaya dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Secara konsep, daya saing menunjukkan kemampuan suatu daerah
dibandingkan dengan daerah lain dalam menetapkan strategi yang tepat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Daerah harus mencari dan mengenal
potensi yang akan dikembangkan dan dapat berdampak pada meningkatnya
kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi dengan semakin terbukanya pasar
bebas yang memungkinkan produk impor masuk ke daerah-daerah, tentunya usaha-
usaha yang dilakukan daerah harus lebih nyata dan terukur. Ukuran keberhasilannyaadalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Setiap daerah
dituntut untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif yang dapat menciptakan ide-
ide baru, perbaikan-perbaikan yang dapat mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru,
industri baru, lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkeadilan.
2. Tidak menutup kemungkinan beberapa daerah mempunyai aspek yang diunggulkan
untuk meningkatkan daya saing adalah sama apabila dilihat dari potensi dan SDMyang dimiliki. Sehingga pemerintah pusat berperan dalam menentukan kluster-
kluster aspek yang diunggulkan di setiap daerah supaya lebih terspesialisasi dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata.
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
18/19
18
Pertanyaan Anak Agung Istri Witari
1. Bagaimanakah perbedaan bentuk daya saing wilayah yang menggunakan daya
saing kompetitif dengan daya saing komparatif?
2. Apakah faktor ukuran daya saing harus digunakan semua?
Jawaban.
1. Perbedaan bentuk daya saing wilayah yang kompetitif dengan wilayah yang
menggunakan daya saing wilayah yang komparatif adalah:
a. Daya Saing Wilayah yang menggunakan keunggulan kompetitif
Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan suatu wilayah untuk
memasarkan produknya keluar wilayah. Dalam analisis ekonomi suatu wilayah,
keunggulan kompetitif dimaknai sebagai suatu kemampuan daya saing kegiatan
ekonomi suatu wilayah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di wilayah
lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya dalam suatu kurun waktu
tertentu.
b. Daya Saing Wilayah yang menggunakan keunggulan komparatif
Keunggulan komparatif pada awalnya disampaikan oleh David Ricardo (dalam
Salvatore, 1996) yang digunakan untuk menganalisis perdagangan antara dua
wilayah. Ricardo membuktikan bahwa apabila dua wilayah yang saling
berdagang, masing-masing mengkonsentrasikan diri (berspesialisasi) untuk
mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif maka kedua wilayah
tersebut akan mendapatkan keuntungan. Pengetahuan mengenai keunggulan
komparatif suatu wilayah dapat digunakan para penentu kebijakan untuk
mendorong perubahan struktur ekonomi suatu wilayah kearah sector yang
memiliki keunggulan komparatif.
Dalam kaitannya dengan daya saing yang umumnya adalah keunggulan kompetitif,
maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertandaawal bahwa kegiatan ekonomi tersebut mempunyai prospek memiliki keunggulan
kompetitif. Jika suatu sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya
potensi sektor tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan
kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan
kompetitif.
2. Tidak harus terdapat kelima faktor penentu daya saing ekonomi daerah di tiap-tiap
daerah, seperti Faktor Kelembagaan, Sosial Politik, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja
dan Produktivitas, serta Infrastruktur Fisik. Dikarenakan untuk faktor penentu daya
8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah
19/19
19
saing ekonomi daerah disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap daerah, sehingga
antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya bisa berbeda disesuaikan
dengan karakteristik dari daerah-daerah tersebut. Jadi, belum tentu di suatu daerah
terdapat kelima faktor tersebut, bisa saja keenam faktor daya saing daerah yang
lainnya, seperti Faktor Keterbukaan, Sistem Keuangan, Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Sumber Daya Manusia, Governance dan Kebijakan Pemerintah, serta
Manajemen dan Ekonomi Mikro.
Recommended