Makalah Daya Saing Wilayah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    1/19

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan

    untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai

    pengembangan dan aplikasi konsep daya saing di tingkat perusahaan. Selanjutnya

    konsep tersebut dikembangkan untuk tingkat negara sebagai daya saing global,

    khususnya melalui lemabaga World Economic Forum (Global competitiveness Report).

    Indeks daya saing global ini telah menjadi ukuran dan referensi dari kinerja ekonomi

    dan iklim investasi suatu negara.

    World Economic Forum (WEF) mempublikasikan daya saing untuk level negara

    yang bertajuk “Global Competitiveness Index” sejak tahun 1979.GCI (Global

    Competitiveness Index ) merupakan ukuran daya saing setiap negara dengan

    menggunakan 126 indikator yang dikelompokkan dalam 12 pilar yaitu kelembagaan,

    infrastruktur, lingkungan makro ekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan

    tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja,

    pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan

    bisnis, dan inovasi.

    Indonesia termasuk dalam 144 negara yang telah diukur daya saingnya oleh

    World Economy Forum untuk edisi tahun 2014-2015. Lima besar dunia ditempati

    berturut-turut yaitu Swiss, Singapura, Amerika Serikat, Finlandia, dan Jerman. Setelah

    tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan peringkat, Indonesia menempati

    peringkat ke 34 pada edisi 2014-2015, atau naik empat peringkat dibandingkan

    edisi sebelumnya. Indonesia (peringkat 34) digolongkan dalam negara-negara yang

    baru sampai tahap ketiga dari 5 tahap pengembangan daya saing, yaitu: “efficiency

    driven” bersama 29 negara lainnya. 

    Lima pilar yang menempati peringkat tertinggi untuk Indonesia yaitu ukuranpasar (peringkat ke 15), inovasi (31), lingkungan makroekonomi (34), kecanggihan

    bisnis (34), dan pengembangan pasar keuangan. Peringkat tersebut menunjukkan

    bahwa Indonesia dinilai memiliki daya saing yang baik untuk aspek ekonomi. Lima pilar

    dengan peringkat yang terendah yaitu efisiensi pasar tenaga kerja (110), kesiapan

    teknologi (77), pendidikan dasar dan kesehatan (74), infrastruktur (56), dan

    kelembagaan (53).

    Meskipun demikian, Indonesia dianggap masih kalah bersaing dengan negara-

    negara kawasan Asia Pasifik Lainnya. Dimana untuk wilayah Asia Pasifik, Indonesiatetap berada dibawah ; Singapura (2), Jepang (6), Hong Kong (7), Taiwan (14),

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    2/19

     

    2

    Selandia baru (17), Malaysia (20), Australia (22), Korea Selatan (26), Tiongkok (38),

    Thailand (31). Dan hanya unggul dari dua negara Asia Tenggara yakni Filipina (52),

    Vietnam (68).

    Sementara tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu semakin tinggi

    sebagai dampak munculnya fenomena globalisasi ekonomi. Globalisasi ini

    mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan, dimana semakin tingginya tingkat

    persaingan antar negara ini, tidak hanya akan berdampak pada perekonomian

    Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga akan berdampak langsung pada

    perekonomian daerah terlebih lagi setelah era otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

    Otonomi daerah merupakan konsep penyelanggaraan pemerintahan dan

    pembangunan daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus

    rumah tangganya (daerahnya) sendiri. Penerapan otonomi daerah dan kebijakan fiskal

    tersebut telah memacu satu kegairahan baru masing-masing daerah untuk

    meningkatkan perekonomian daerah yang bersangkutan.Dengan adanya otonomi

    daerah dan desentralisasi fiskal, setiap daerah memiliki kesempatan yang besar

    untukmeningkatkan kemakmuran masyarakatnya melalui inovasi, peningkatan

    transparansi dan akuntabilitas, serta menciptakan tata kelola ekonomi daerah yanglebih

    kompetitif dan berdaya saing tinggi. Daya saing daerah yang baik dengan sendirinya

    akan meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan perekonomian negaranya.

    Pembangunan daerah penting dilakukan karena menyangkut kesejahteraah suatu

    daerah. Pembangunan daerah erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Daerah

    dapat tumbuh dan berkembang jika alur proses perekonomiannya berjalan dengan

    lancar.

    1.2 TUJUAN

    Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya:

    1. Mengetahui konsep daya saing wilayah untuk mengembangkan ekonomi suatu

    wilayah.2. Mengetahui bagaimana penerapan konsep daya saing di suatu wilayah

    1.3 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

    Penulisan makalah ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

    BAB I

    Merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang yang membahas mengapa

    diperlukan analisis penentuan sektor basis. Tujuan penulisan untuk memfokuskan

    pembahasan yang terdapat dalam makalah ini, serta sistematika penulisan yang

    menjelaskan bagian-bagian dari makalah secara terstruktur dan terperici.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    3/19

     

    3

    BAB II

    Merupakan bab pembahasan yang berisi penjelasan konsep daya saing wilayah dan

    contoh studi kasus dengan ekonomi suatu wilayah yang menerapkan konsep daya saing

    wilayah.

    BAB III 

    Merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari hasil pembahasan pada Bab II dan III  

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    4/19

     

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. KONSEP DAYA SAING DAERAH 

    Terdapat berbagai konsep dan pengertian mengenai daya saing. Pengertian

    daya saing mulai berkembang setelah Porter (1990) mendefinisikan daya saing nasional

    sebagai “Luaran dari kemampuan suatu Negara untuk berinovasi dalam rangka

    mencapai, atau mempertahankan posisi yang menguntungkan dibandingkan dengan

    Negara lain dalam sejumlah sektor-sektor kuncinya”. Secara eksplisit, Porter (1990)

    menyatakan bahwa konsep daya saing yang diterapkan pada level nasional tak lain

    adalah “ produktivitas” yang didefinisikannya sebagai nilai output yang dihasilkan oleh

    tenaga kerja.World Economic Forum  (WEF), suatu lembaga Internasional yang secara rutin

    menerbitkan “Global Competitiveness Report ”,  mendefinisikan daya saing nasional

    sebagai “Kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

    yang tinggi dan berkelanjutan”. Huggins (2007) dalam publikasi “UK Competitiveness

    Index ”  mendefinisikan daya saing daerah sebagai “Kemampuan dari perekonomian

    untuk menarik dan mempertahankan perusahaan-perusahaan dengan kondisi yang

    stabil atau dengan pangsa pasar yang meningkat dalam aktivitasnya, dengan tetap

    mempertahankan atau meningkatkan standar kehidupan bagi semua yang terlibat di

    dalamnya”. Dalam pengertian daya saing ini, secara tersirat dinyatakan pula bahwa

    kondisi perekonomian yang kondusif merupakan suatu syarat mutlak untuk

    meningkatkan daya saing daerah.

    UK-DTI mendefinisikan daya saing sebagai “Kemampuan suatu daerah dalam

    menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka

    terhadap persaingan domestik maupun internasional ”. Sementara itu, CURDS

    mendefinisikan daya saing daerah sebagai “Kemampuan sektor bisnis atau perusahaan

     pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan

    yang lebih merata untuk penduduknya”.

    Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan BI (PPSK BI) menggunakan

    definisi daya saing daerah dalam penelitiannya sebagai “Kemampuan perekonomian

    daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

    berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional ”.

    Sedangkan menurut Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida S.

     Alisjahbana, MA (2012) menjelaskan bahwa daya saing daerah adalah “Kemampuan

    daerah dalam menyinergikan input, output, dan outcome secara berkelanjutan dengan

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    5/19

     

    5

    tetap memperhatikan perubahan teknologi dan institusi di daerah tersebut agar dapat

    bersaing, baik di tingkat nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan

    standar kehidupan masyarakatnya”.

    Menurut Martin (2003), konsep dan definisi daya saing suatu negara atau daerah

    mencakup beberapa elemen utama sebagai berikut.

    a. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.

    b. Mampu berkompetisi dengan daerah maupun negara lain.

    c. Mampu memenuhi kewajibannya baik domestik maupun internasional.

    d. Dapat menyediakan lapangan kerja.

    e. Pembangunan yang berkesinambungan dan tidak membebani generasi yang

    akan datang.

    Konsep Daya Saing Wilayah menurut European Commision (1999) adalah

    sebagai berikut.

    a. Kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

    kebutuhan pasar internasional, di iringi dengan kemampuan mempertahankan

    pendapatan yang tinggi dan berkelanjutan.

    b. Kemampuan wilayah untuk menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja

    yang relatif tinggi yang terlihat pada daya saing eksternal.

    Menurut Bristow (2005), diskurs mengenai daya saing regional dapat dipandang

    dari 2 (dua) sisi, yaitu:

    a. Daya saing sebagai produktivitas mikro ekonomi, yang dikaitkan dengan kinerja

    perusahaan.

    b. Daya saing sebagai kinerja makro ekonomi regional, yang merupakan kombinasi

    dari pertumbuhan kontribusi perusahaan dalam pasar dan perbaikan tingkat

    kesejahteraan komparatif.

    2.2. KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DAYA SAING

    DAERAHA. Keunggulan Komparatif

    a. Teori pertumbuhan neoklasik menekankan pada pentingnya keunggulan

    komparatif, dimana perbedaan secara regional dalam produktivitas sehubungan

    dengan berbedanya faktor-faktor anugerah bawaan (endowment ), dan khususnya

    perbedaan dalam hal kapital, tenaga kerja, dan teknologi.

    b. Dalam konsep keunggulan komparatif, keadaan ini mencerminkan adanya

    perbedaan dalam faktor-faktor anugerah (endowments), seperti tanah, tenaga

    kerja, sumber daya alam, dan capital  (Kitson, et al, 2004; Sjafrizal, 2008).

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    6/19

     

    6

    B. Keunggulan Kompetitif

    a. Menurut Porter (2000), pada hakikatnya kemampuan daya saing suatu negara

    adalah produktivitas, dimana produktivitas menjadi penentu utama standar hidup

    suatu negara dalam jangka panjang.

    b. Salah satu unsur penting yang mendukung produktivitas perusahaan menurut

    Porter adalah lokasi geografis, dimana terdapat konsentrasi geografis yang

    memberikan akses terhadap input faktor-faktor yang dianggap khusus sehingga

    mampu memberikan kinerja tinggi sehingga mendorong perusahaan-perusahaan

    membentuk suatu klaster (Ketels, 2006).

    C. Keunggulan Komparatif vs Keunggulan Kompetitif

    a. Konsep daya saing daerah merupakan upaya untuk menggabungkan keunggulan

    kompetitif pada tingkat perusahaan dan keunggulan komparatif pada tingkat

    daerah sebagai suatu kerangka tunggal (Budd dan Hirmis, 2004).

    b. Menurut Neary (2003), keunggulan komparatif selalu menentukan arah

    perdagangan, sedangkan keunggulan kompetitif mempengaruhi alokasi sumber

    daya, pola perdagangan, dan volume perdagangan.

    2.3. INDIKATOR UTAMA DAYA SAING DAERAH 

    Dari berbagai literatur, teori ekonomi, dan berbagai diskusi, indikator-indikator

    utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (i) Perekonomian

    daerah, (ii) Keterbukaan, (iii) Sistem keuangan, (iv) Infrastruktur dan sumber daya

    alam, (v) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (vi) Sumber daya manusia, (vii)

    Kelembagaan, (viii) Governance dan kebijakan pemerintah, dan (ix) Manajemen dan

    ekonomi mikro. Masing-masing indikator di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

    1. Perekonomian Daerah

    Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari

    perekonomian makro (daerah), yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasimodal, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, dan tingkat biaya hidup.

    Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-

    prinsip sebagai berikut.

    a. Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka

    pendek.

    b. Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam

     jangka panjang.

    c. Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    7/19

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    8/19

     

    8

    b. Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang

    terkandung di dalamnya juga mendorong akitivitas perekonomian daerah.

    c. Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung

    berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing.

    5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

    Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang

    mendukung nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui

    beberapa prinsip di bawah ini.

    a. Keunggulan kompetitif dapat di bangun melalui aplikasi teknologi yang sudah

    ada secara efisien dan inovatif.

    b. Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif, yakni menciptakan

    pengetahuan baru yang sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan

    pembangunan ekonomi yang lebih maju.

    c. Investasi jangka panjang berupa R&D akan meningkatkan daya saing sektor

    bisnis.

    6. Sumber Daya Manusia

    Indikator Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini ditujukan untuk mengukur

    ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini

    mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

    a. Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya

    saing suatu daerah.

    b. Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningkatkan

    tenaga kerja yang berkualitas.

    c. Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing

    daerah tersebut.

    d. Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah

    tersebut begitu juga sebaliknya.7. Kelembagaan

    Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial,

    politik, hukum, dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas

    perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing

    daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut.

    a. Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik

    merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang

    berdaya saing.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    9/19

     

    9

    b. Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa

    adanya sistem hukum yang baik serta penegakan hukum yang independen.

    c. Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal

    tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif.

    8. Indikator  Governance  dan Kebijakan Pemerintah

    Indikator Governance  dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran

    dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka

    menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum,

    pengaruh faktor governance  dan kebijakan pemerintah bagi daya saing daerah

    dapat didasarkan pada prisip-prinsip sebagai berikut.

    a. Dengan tujuan menciptakan iklim persaingan yang sehat intervensi pemerintah

    dalam perekonomian sebaiknya diminimalkan.

    b. Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi

    serta berperan pula dalam meminimalkan resiko.

    c. Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur

    dan aturan-aturan yang berpengaruh terhadap daya saing ekonomi.

    d. Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan

    informasi tertentu pada sektor swasta mendukung daya saing suatu daerah.

    e. Fleksibilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi

    merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung peningkatan daya saing

    daerah.

    9. Manajemen dan Ekonomi Mikro

    Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan

    dikaitkan dengan pertanyaan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan

    cara yang inovatif, menguntungkan, dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang

    relevan terhadap daya saing daerah diantaranya adalah sebagai berikut.

    a. Rasio harga atau kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan

    kemampuan managerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu daerah.b. Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya

    saing daerah dimana perusahaan tersebut berada.

    c. Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan

    menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang

    kompetitif.

    d. Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa awal.

    e. Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian

    dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    10/19

     

    10

    Dalam konsep daya saing World Economic Forum (WEF), dijelaskan beberapa

    indikator daya saing yang bisa dimulai dari yang relevan dengan pembangunan di

    tingkat daerah.

    1. Institusi

    Baik institusi publik maupun swasta. Institusi publik perlu membangun tata kelola

    yang baik. Saat ini instrumen Teknologi Informasi (TI) telah mampu membantu

    pemerintah untuk melayani publik secara lebih akuntabel dan responsif. Namun,

    ke depan cakupannya perlu diperluas. Adapun institusi swasta, perlu ada

    dorongan untuk menegakkan praktik  Good Corporate Governance (GCG).

    Dalam hal ini, pemerintah daerah bisa memberikan stimulus atau insentif.

    2. Infrastruktur

    Infrastruktur merupakan jantung ekonomi. Kapasitas fiskal daerah untuk

    pembangunan infrastruktur jelas terbatas. Karena itu, dibutuhkan cara baru.

    Misalnya, kemitraan bersama masyarakat dan dunia usaha. Infrastruktur jalan,

    bandara, pelabuhan, dan kereta api di daerah seyogyanya diperkuat. Salah satu

    yang urgen adalah mengupayakan jalur ganda Kereta Api sampai wilayah timur

    Jawa dan berbagai daerah luar Jawa. Dalam konteks Indonesia, 2 (dua) bidang

    infrastruktur yang tidak boleh dilupakan adalah pertanian dan energi.

    Infrastruktur pertanian, seperti sumber daya air harus dibangun agar sektor

    penyerap tenaga kerja terbesar di republik ini bisa terbantu.

    3. Kondisi Makroekonomi

    Kontribusi daerah dalam hal ini, antara lain soal pengelolaan inflasi. Keberadaan

    Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sangat membantu karena penyumbang

    inflasi di tiap daerah berbeda sehingga membutuhkan solusi unik. Peran daerah

    sangat sentral karena menentukan inflasi secara nasional. Butuh banyak inovasi

    di TPID (yang anggotanya termasuk Pemerintah Daerah) untuk memastikan

    masalah dan solusi inflasi bisa dipetakan.

    4. Kesehatan dan Pendidikan DasarKesehatan dan pendidikan merupakan pilar Sumber Daya Manusia (SDM).

    Ingat, pembangunan dimulai dari SDM, bukan dari mesin. Soal kesehatan,

    program-program yang meningkatkan inklusi pelayanan perlu ditingkatkan dan

    disinergikan dengan aspek administrasi kependudukan. Program BPJS perlu

    didorong agar aksesibilitas rakyat terhadap layanan kesehatan semakin besar.

    Di bidang pendidikan, hambatan soal pendidikan dasar bukan hanya masalah

    ekonomi. Sehingga, untuk hambatan non ekonomi juga perlu dicarikan solusi.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    11/19

     

    11

    5. Pendidikan Tinggi dan Pelatihan

    Kuncinya adalah peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan serta

    pelatihan ke daerah-daerah. Pendirian politeknik di daerah-daerah bisa menjadi

     jawaban. Beasiswa dan pelatihan menjadi kebutuhan mutlak yang mesti

    digalakkan.

    6. Kesiapan Teknologi

    Poin penting dalam hal ini adalah bagaimana layanan teknologi meluas ke

    daerah dalam beragam bentuk, baik untuk pelayanan publik, industri, maupun

    penguasaan ilmu. Tingkat kematangan teknologi wajib ditingkatkan dengan terus

    mendorong dunia usaha meningkatkan nilai tambah produk dengan sentuhan

    teknologi.

    7. Kompleksitas Bisnis

    Peningkatan skala sebuah bisnis (mulai kuantitas, kualitas, sentuhan teknologi

    produksi, porsi nilai tambah, hingga pemasaran) menjadi pekerjaan rumah

    bersama. Pemerintah Pusat dan Daerah bisa membantu dunia usaha,

    khususnya UMKM, untuk mewujudkan bisnis terintegrasi.

    8. Inovasi

    Spirit inovasi selayaknya diinternalisasi ke tubuh institusi publik, swasta,

    universitas, dan masyarakat secara umum. Ketersediaan ilmuwan dan engineer  

    di daerah perlu diperbanyak agar ekonomi bernilai tambah.

    2.4 STUDI KASUS

    Penulis mengambil salah satu jurnal karya Evita Khairani Nasution dan Paidi

    Hidayat, Se., M.Si dengan judul “Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tanjungbalai”.

    Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi daya

    saing di Kota Tanjungbalai, Sumatra Utara.

    Menurut hasil penelitian PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE-UNPAD (2008) dalam

    neraca daya saing daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat ke-108 secarakeseluruhan dalam daya saing daerah dari 434 neraca daya saing daerah. Berdasarkan

    input perekonomian daerah, kota Tanjung Balai berada di peringkat 103. Peringkat ini

    masih di bawah kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Utara seperti Kabupaten

     Asahan yang berada di peringkat 73, Kabupaten Deli Serdang di peringkat 95, dan Kota

    Medan di peringkat 23. berdasarkan input SDM dan ketenagakerjaan, kota Tanjung

    Balai berada di peringkat 209. Berdasarkan input infrastruktur, SDA, dan lingkungan,

    berada di peringkat 237. Dan berdasarkan output tingkat kesempatan kerja, kota

    Tanjung Balai berada di peringkat 376. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat

    pengangguran di kota Tanjung Balai dan infrastruktur yang masih belum memadai.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    12/19

     

    12

    Persaingan antar daerah yang semakin ketat, membuat pemerintah daerah tak

    terkecuali kota Tanjung Balai dituntut untuk lebih menyiapkan daerahnya sebaik

    mungkin agar dapat menarik investasi ke kota Tanjung Balai. Dengan demikian untuk

    meningkatkan daya saing ekonomi daerah perlu dikembangkan sentra-sentra ekonomi

    daerah. Serta kesiapan pemerintah daerah secara sungguh-sungguh dalam menata

    pengembangan kelembagaan, mempertajam kebijakan pemerintah daerah,

    meningkatkan sumber daya manusia (SDM) , memperbaiki birokrasi, hingga

    pemberdayaan ekonomi daerah secara menyeluruh merupakan kunci dalam

    pembangunan ekonomi daerah yang memiliki daya saing yang tinggi pada era

    globalisasi ekonomi ini.

    Berikut adalah faktor-faktor penentu daya saing ekonomi daerah Kota Tanjung

    Balai yang berhasil disintesiskan oleh peneliti.

    Gambar 2.1 Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi DaerahSumber: Jurnal Analisis, 2016

    Peneliti mengambil sebanyak 30 responden (15 laki-laki dan 15 perempuan) yang

    terdiri dari kelompok masyrakat seperti pelajar, dosen/guru, tokoh masyarakat, birokrasi,

    perbankan, non perbankan, dan pengusaha. Metode pengambilan sampel yang

    digunakan adalah purposive sampling  dan metode analisa data yang digunakan adalah

     Analytical Hierarchy Prosses. Dengan karakterisik responden sebagai berikut.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    13/19

     

    13

    Gambar 2.2 Karakteristik RespondenSumber: Jurnal Analisis, 2016

    Setalah dilakukan analisis menggunakan software Expert Chocie, dikeluarkan hasil

    analisis sebagai berikut.

    Gambar 2.3 Hasil AHP Nilai Bobot dari Faktor Penentu Daya Saing EkonomiSumber: Jurnal Analisis, 2016

    Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama

    penentu daya saing ekonomi Kota Tanjung Balai adalah faktor infrastruktur fisik diikuti

    oleg faktor tenaga kerja dan produktivitas, kemudian faktor perekonomian daerah, faktor

    kelembagaan dan faktor sosial politik. Dalam faktor infrastruktur yang paling penting

    adalah variabel kualitas infrastruktur, dmn yg perlu diperhatikan adalah kualitas jalan,kualitas pelabuhan laut dan ketersediaan pelabuhan udara yang belum ada.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    14/19

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    15/19

     

    15

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Dari hasil pembahasan pada BAB II dapat disimpulkan bahwa:

    •  Daya saing daerah juga banyak diartikan sebagai kemampuan perusahaan pada

    suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan

    yang lebih merata untuk penduduknya.

    •  Konsep daya saing pada umumnya dikaitkan dengan kemampuan suatu

    perusahaan, kota, daerah, wilayah atau negara dalam mempertahankan atau

    meningkatkan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan.

    •  Daya saing tempat (loyalitas dan daerah) merupakan kemampuan ekonomi danmasyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standar hidup bagi warga.

    •  Daya saing (competitiveness) merupakan salah satu kata kunci yang lekat dengan

    pembangunan ekonomi lokal/daerah.

    •  Faktor ukuran daya saing

    •  KEBIJAKAN PEMERINTAH

    •  KEMAMPUAN

    •  KELEMBAGAAN

    •  BIROKRASI

    •  Indikator-indikator utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (i)

    Perekonomian daerah, (ii) Keterbukaan, (iii) Sistem keuangan, (iv) Infrastruktur dan

    sumber daya alam, (v) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (vi) Sumber daya manusia,

    (vii) Kelembagaan, (viii) Governance dan kebijakan pemerintah, dan (ix) Manajemen

    dan ekonomi mikro.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    16/19

     

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    Bardi, Diviya. Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tebing Tinggi. Jurnal Ekonomi dan

    Keuangan Vol. 3 No. 7. (tahun penerbitan tidak ditemukan)

     Nasution, Evita Khairani. Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Tanjungbalai. Jurnal Ekonomi

    dan Keuangan Vol. 3 No. 2. (tahun penerbitan tidak ditemukan)

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    17/19

     

    17

    LAMPIRAN PERTANYAAN

    Pertanyaan Joshua A.

    1. Bagaimanakah bentuk daya saing wilayah yang sehat?

    2. Apakah boleh antar wilayah mempunyai aspek sama untuk diunggulkan menjadi nilai

    dalam daya saing wilayah seperti misalnya Bekasi dengan Bandung?

    Jawaban.

    1. Daya saing wilayah yang sehat adalah bentuk daya saing antar wilayah yang saling

    terintegrasi. Daya saing tidaklah hanya berorientasi pada indikator ekonomi saja,

    tetapi lebih jauh lagi yaitu daya saing tersebut diartikan sebagai kemampuan daerah

    untuk menghadapi tantangan dan persaingan global untuk peningkatan

    kesejahteraan hidup rakyat yang nyata dan berkelanjutan serta secara politis, sosial

    dan budaya dapat diterima oleh seluruh masyarakat.

    Secara konsep, daya saing menunjukkan kemampuan suatu daerah

    dibandingkan dengan daerah lain dalam menetapkan strategi yang tepat untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Daerah harus mencari dan mengenal

    potensi yang akan dikembangkan dan dapat berdampak pada meningkatnya

    kesejahteraan masyarakat setempat. Apalagi dengan semakin terbukanya pasar

    bebas yang memungkinkan produk impor masuk ke daerah-daerah, tentunya usaha-

    usaha yang dilakukan daerah harus lebih nyata dan terukur. Ukuran keberhasilannyaadalah meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu. Setiap daerah

    dituntut untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif yang dapat menciptakan ide-

    ide baru, perbaikan-perbaikan yang dapat mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru,

    industri baru, lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang

    berkeadilan.

    2. Tidak menutup kemungkinan beberapa daerah mempunyai aspek yang diunggulkan

    untuk meningkatkan daya saing adalah sama apabila dilihat dari potensi dan SDMyang dimiliki. Sehingga pemerintah pusat berperan dalam menentukan kluster-

    kluster aspek yang diunggulkan di setiap daerah supaya lebih terspesialisasi dan

    mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata.

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    18/19

     

    18

    Pertanyaan Anak Agung Istri Witari

    1. Bagaimanakah perbedaan bentuk daya saing wilayah yang menggunakan daya

    saing kompetitif dengan daya saing komparatif?

    2. Apakah faktor ukuran daya saing harus digunakan semua?

    Jawaban.

    1. Perbedaan bentuk daya saing wilayah yang kompetitif dengan wilayah yang

    menggunakan daya saing wilayah yang komparatif adalah:

    a. Daya Saing Wilayah yang menggunakan keunggulan kompetitif

    Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan suatu wilayah untuk

    memasarkan produknya keluar wilayah. Dalam analisis ekonomi suatu wilayah,

    keunggulan kompetitif dimaknai sebagai suatu kemampuan daya saing kegiatan

    ekonomi suatu wilayah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di wilayah

    lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan

    ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya dalam suatu kurun waktu

    tertentu.

    b. Daya Saing Wilayah yang menggunakan keunggulan komparatif

    Keunggulan komparatif pada awalnya disampaikan oleh David Ricardo (dalam

    Salvatore, 1996) yang digunakan untuk menganalisis perdagangan antara dua

    wilayah. Ricardo membuktikan bahwa apabila dua wilayah yang saling

    berdagang, masing-masing mengkonsentrasikan diri (berspesialisasi) untuk

    mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif maka kedua wilayah

    tersebut akan mendapatkan keuntungan. Pengetahuan mengenai keunggulan

    komparatif suatu wilayah dapat digunakan para penentu kebijakan untuk

    mendorong perubahan struktur ekonomi suatu wilayah kearah sector yang

    memiliki keunggulan komparatif.

    Dalam kaitannya dengan daya saing yang umumnya adalah keunggulan kompetitif,

    maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertandaawal bahwa kegiatan ekonomi tersebut mempunyai prospek memiliki keunggulan

    kompetitif. Jika suatu sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya

    potensi sektor tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan

    kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan

    kompetitif.

    2. Tidak harus terdapat kelima faktor penentu daya saing ekonomi daerah di tiap-tiap

    daerah, seperti Faktor Kelembagaan, Sosial Politik, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja

    dan Produktivitas, serta Infrastruktur Fisik. Dikarenakan untuk faktor penentu daya

  • 8/18/2019 Makalah Daya Saing Wilayah

    19/19

     

    19

    saing ekonomi daerah disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap daerah, sehingga

    antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya bisa berbeda disesuaikan

    dengan karakteristik dari daerah-daerah tersebut. Jadi, belum tentu di suatu daerah

    terdapat kelima faktor tersebut, bisa saja keenam faktor daya saing daerah yang

    lainnya, seperti Faktor Keterbukaan, Sistem Keuangan, Ilmu Pengetahuan dan

    Teknologi, Sumber Daya Manusia, Governance dan Kebijakan Pemerintah, serta

    Manajemen dan Ekonomi Mikro.