View
15
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG – PARANG
(Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
A.F. Fitriadi1, R. Elvyra
2, Yusfiati
3
idjan_poenya@yahoo.co.uk
1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2Bidang Struktur Perkembangan Hewan Jurusan Biologi
3Bidang Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
ABSTRACT
The aim of this study is to determine the morphometric and meristic of the parang-
parang fish (Chirocentrus dorab) male and female in Bengkalis waters and also view
the status of the fish growth. The method used is survey method. The number of
samples collected was as many as 60 Chirocentrus dorab, consisting of 15 males in
range of 448-680 cm and 15 females in range of 466-690 cm for Bengkalis Strait, and
15 males in range of 365-581 cm and 15 females in range of 370-590 cm for Malacca
strait. The result of t test shows significant differences for male fish characters which
are PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, LB and for female which are PS, PSSA,
TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, and LB. From the result, it is show that
there are no differences beetwen beetwen Chirocentrus dorab male and female in their
meristic characters.
Keyword : Chirocentrus dorab, morphometric, meristic.
PENDAHULUAN
Ikan parang-parang (C. dorab) termasuk ikan pelagis kecil, secara ekonomisnya dapat
dilihat dari pemasarannya dalam bentuk segar, asin, dan kering. Contoh pemasarannya
adalah dijadikan sebagai “kerupuk Ikan Parang” di Kelantan dengan harganya yang
sangat murah, bisa dikonsumsi oleh siapa saja, sangat ekonomis, dan tahan lama.
Jumlah didapat tidak begitu banyak tetapi hampir setiap hari ada di pasaran.
Keunggulan lainnya dapat dilihat dari kandungan Omega 3 sebesar 2,30/100 gr yang
menduduki peringkat ke 3 setelah ikan Tuna dan Sardin. Omega 3 ini sangat penting
untuk pertumbuhan otak dan kemungkinan bisa mencegah depresi, Schizoprenia, serta
hiperaktif pada anak-anak (Dahuri 2003).
Ikan C. dorab banyak digunakan sebagai ikan gamefish. Ikan ini digunakan oleh
pemancing untuk dijadikan umpan pancing dalam olahraga memancing. Ikan ini juga
banyak ditargetkan dalam perikanan di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ikan ini
biasanya ditangkap menggunakan pukat dan perangkap biasa (Herring 2011).
2
Morfometrik ikan adalah jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang
lainya. Satuan ukuran yang digunakan sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran
yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau millimeter (mm). Untuk
memperoleh ukuran yang lebih teliti, diukur dengan menggunakan jangka sorong
(caliper). Ukuran yang digunakan untuk identifikasi merupakan ukuran perbandingan
(Irfan 2009). Karakter meristik berkenaan dengan pengamatan jumlah bagian-bagian
tubuh (counting methods), antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi,
jumlah tulang saring insang, pyloric caeca, dan vertebral (Parin 1999).
Kondisi lingkungan yang berbeda antara perairan Bengkalis yang berbatasan dengan
Selat Bengkalis pada bagian Barat dan Selat Malaka pada bagian Timur akibat dari
aktifitas industri dikhawatirkan mengganggu kehidupan biota laut termasuk ikan
Parang-parang.
METODE PENELITIAN
a. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2012. Sampel
berasal dari Perairan Bengkalis yaitu Selat Bengkalis dengan area pengambilan ikan
oleh nelayan di sekitar perairan Desa Meskom dan Selat Malaka denga area
pengambilan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Desa Selatbaru. Pengukuran
morfometrik dan perhitungan meristik dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
b. Bahan dan Alat
Sampel ikan C. dorab diambil dari perairan Selat Bengkalis sebanyak 15 ekor jantan
dan 15 ekor betina dan Selat Malaka sebanyak 15 ekor jantan dan 15 ekor betina
sehingga total keseluruhan sampel berjumlah 60 ekor. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara membeli dari agen penyalur ikan. Bahan dan alat yang digunakan adalah
Formalin 4%-10%, Tissue, Penggaris/mistar, Meteran kain, Pinset, Lup, Kertas label
dan alat tulis, Kotak es, Jarum, Jangka sorong, Kaca mata, Handscoon, dan masker.
c. Prosedur Penelitian
Ikan sampel diperoleh dari nelayan yang mengambil ikan di perairan yaitu berasal dari
nelayan Desa Meskom dan Selatbaru. Pengambilan semua sampel ikan C. dorab
berdasarkan perkiraan kualitas dan kuantitas. Kualitas ikan C. dorab dimaksudkan
dalam hal kelengkapan anggota dan ukuran tubuh sedangkan kuantitas menunjukkan
jumlah ketersediaan ikan C. dorab. Semua ikan C. dorab dibedakan jenis kelaminnya. penentuan jenis kelamin spesies ikan dibedakan dengan memeriksa gonadnya apabila
spsesies tersebut tidak menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas. Beberapa jenis ikan
lainnya dapat dibedakan hanya dengan melihat ciri seksual sekunder seperti perbedaan
warna, bentuk, atau ukuran (Takahashi & Hori 2006). Hasil sampling ikan C. dorab
yang diambil dari perairan Bengkalis dimasukkan ke dalam ice box yang berisi formalin
10% dan untuk yang 4% dimasukkan kedalam bagian dalam ikan seperti mulut atau
perut dengan cara disuntik agar ikan tidak cepat membusuk bagian dalamnya dan diberi
label info untuk selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium.
3
Kemudian sampel dibersihkan dan dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan
cairan formalin yang masih menempel di tubuh ikan C. dorab. Sampel diamati dengan
teliti dan menggunakan alat pelindung tubuh seperti pelindung mata, tangan, dan mulut
agar terhindar dari efek formalin. Selanjutnya ikan C. dorab yang sudah diamati akan
dilakukan pengawetan kembali. Pengawetan dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak anggota tubuh ikan seperti sirip.
Sampel ikan C. dorab dibawa ke laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam untuk dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik. Menurut
Collins (1985), mengatakan bahwa data morfometrik yang diukur melalui penyeleksian
spesimen yang memiliki karakter morfologi (ukuran tubuh) yang sudah mapan.
Pemilihan karakter morfometrik ikan menurut Haryono (2001) yang dimodifikasi sesuai
dengan karakter morfometrik ikan C. dorab yang diukur ada 22 karakter kemudian
dibandingkan dengan karakter panjang total untuk memperoleh nilai nisbah.
Penghitungan karakter meristik dilakukan untuk melihat pencirian bawaan dari ikan C.
dorab. Karakter morfometrik dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan C. dorab tidak
memiliki gurat sisi (Biosearch 2012) sehingga diganti dengan garis rusuk. Karakter
meristik diukur berdasarkan Akbar (2008) sebanyak 12 karakter. Karakter yang dihitung
dapat dilihat pada Tabel 1dan Tabel 2.
Gambar 1. Sketsa pengukuran morfometrik ikan C. dorab.
(Sumber : Myers 2013)
Gambar 2. Sketsa pengukuran morfometrik bagian anterior ikan C. dorab.
(Sumber : dokumentasi pribadi)
22
21
1
8
3
19
20
7
4
Tabel 1. Pengukuran Bagian-Bagian Morfometrik Tubuh Ikan C. dorab
No Pengukuran bagian tubuh ikan Keterangan
1 Panjang total (PT), Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka
sampai ujung jari sirip yang paling belakang.
2 Panjang standar (PS), Jarak garis lurus yang diukur dari ujung bagian kepala yang
termuka sampai ke pangkal sirip ekor.
3 Panjang kepala (PK), Jarak antara ujung bagian kepala yang termuka sampai bagian
belakang.
4 Panjang sebelum sirip dorsal (PSSD), Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka
sampai sebelum sirip dorsal.
5 Panjang sebelum sirip ventral (PSSV), Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka
sampai sebelum sirip ventral.
6 Panjang sebelum sirip anus (PSSA), Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala termuka sampai
sebelum sirip anus.
7 Tinggi kepala (TK), Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian kepala yang
tertinggi.
8 Tinggi badan (TB), Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian tubuh yang
tertinggi.
9 Tinggi pangkal ekor (TPE), Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada pangkal ekor yang
tertinggi.
10 Panjang batang ekor (PBE), Jarak garis lurus yang diukur sesudah sirip dorsal sampai ke
pangkal batang ekor.
11 Panjang dasar sirip dorsal (PDSD), Jarak garis lurus antara awal dasar sirip dorsal sampai akhir
dasar sirip dorsal.
12 Panjang dasar sirip anus (PDSA), Jarak garis lurus antara awal dasar sirip anus sampai akhir
dasar sirip anus.
13 Panjang dasar sirip ventral (PDSV), Jarak garis lurus antara awal dasar sirip ventral sampai akhir
dasar sirip ventral.
14 Panjang dasar sirip pektoral (PDSP), Jarak garis lurus antara awal dasar sirip pektoral sampai akhir
dasar sirip pektoral.
15 Panjang sirip ekor bagian atas (PSEA), Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian
belakang ekor paling atas.
16 Panjang sirip ekor bagian tengah (PSET), Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian
belakang ekor tengah
17 Panjang sirip ekor bagian bawah (PSEB), Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian
belakang ekor paling bawah.
18 Panjang moncong (PM), Jarak garis lurus dari pangkal muka sampai batasan operkulum
paling bagian terlebar.
19 Diameter mata (DM), Panjang garis tengah bola mata yang di ukur dari sisi depan ke
sisi belakang bola mata.
20 Jarak mata ke tutup insang (JMTI) Jarak garis lurus antara sisi belakang mata sampai lekukan
operkulum bagian terlebar.
21 Jarak antara dua mata (JAM), Jarak antara dua bola mata pada rongga mata terluar.
22 Lebar badan (LB) Jarak badan bagian kiri dan kanan yang paling lebar.
5
Tabel 2. Penghitungan Bagian-Bagian Meristik Tubuh Ikan C. dorab
No. Karakter meristik Keterangan
1. Jumlah jari-jari sirip dorsal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal
2. Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal
3. Jumlah jari-jari sirip ventral Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral
4. Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip pektoral
5. Jumlah jari-jari sirip caudal Jumlah jari-jari sirip caudal
6. Jumlah sisik pada garis rusuk (LL) Sisik di belakang tutup insang sampai pada
permulaan pangkal ekor
7. Jumlah sisik di atas garis rusuk (LL) Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke
bawah sampai ke garis rusuk
8. Jumlah sisik di bawah garis rusuk Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas
ke depan sampai ke garis rusuk
9. Jumlah sisik di muka sirip dorsal Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari
permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala
10. Jumlah sisik pada pipi Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang
ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum
11. Jumlah sisik sekeliling badan Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng
badan, tepat didepan sirip dorsal
12. Jumlah sisik sekeliling batang ekor Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang
ekor
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Morfologi dan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab
Ikan C. dorab di perairan Selat Bengkalis (Desa Meskom) dan Selat Malaka (Desa
Selatbaru) tidak berbeda secara morfologi antara yang jantan dan betina. Hasil analisis
nilai morfometrik ikan C. dorab jantan dan betina sebanyak 22 karakter di Selat
Bengkalis (desa Meskom) dan Selat Malaka (desa Selatbaru). Pengukuran dalam bentuk
kisaran panjang untuk melihat jarak ukuran panjang, nilai nisbah, rata-rata panjang, dan
standar deviasi untuk melihat nilai-nilai penyebaran data. Uji korelasi disajikan dalam
bentuk grafik perbandingan untuk melihat keeratan hubungan antar variabel (data
pengukuran).
Hasil pengukuran ikan C. dorab berdasarkan kisaran panjang total perairan Selat
Bengkalis untuk ikan jantan yaitu 448-680 mm dan betina 466-690 mm sedangkan
perairan Selat Malaka untuk jantan adalah 365-581 mm dan betina 370 – 590 mm
dengan rata-rata 480-526 mm sesuai dengan ukuran Hering (2011) yaitu memiliki
panjang tubuh sekitar 3-120 cm dengan rata-rata panjang adalah 70 cm. Pengukuran
ikan C. dorab jantan dan betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka merupakan
pengukuran ikan dari ukuran yang paling kecil sampai paling besar sehingga didapat
ukuran kisaran. Ukuran kisaran berfungsi sebagai informasi dasar untuk rentang
pertumbuhan ikan.
Pada Tabel 2 merupakan data hasil nisbah pengukuran, data ini berfungsi agar data
pengukuran yang didapat bersifat universal dan tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel
ikan yang kecil atau besar. Data nisbah karakter morfometrik memberikan gambaran
kondisi dan bentuk tubuh ikan secara keseluruhan yang dilambangkan dengan huruf N.
Untuk data meristik tidak dibandingkan karena bagian meristik merupakan pencirian
dari masing-masing jenis ikan (Elvyra dan Yus 2010).
6
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Nisbah Ikan C. dorab Jantan dan Betina di Selat Bengkalis dan
Selat Malaka
Simbol
Nisbah Karakter Nisbah
Selat Bengkalis Selat Malaka
Nilai Karakter Nisbah Nilai Karakter Nisbah
Jantan Betina Jantan Betina
NI PS/PT 0.97 0.97 0.96 0.96
N2 PK/PT 0.79 0.70 0.70 0.70
N3 PSSD/PT 0.91 0.91 0.91 0.91
N4 PSSV/PT 0.85 0.85 0.85 0.85
N5 PSSA/PT 0.91 0.91 0.90 0.90
N6 TK/PT 0.64 0.64 0.62 0.62
N7 TB/PT 0.67 0.68 0.65 0.66
N8 TPE/PT 0.57 0.57 0.55 0.55
N9 PBE/PT 0.58 0.59 0.60 0.59
N10 PDSD/PT 0.59 0.59 0.58 0.58
N11 PDSA/PT 0.71 0.71 0.71 0.70
N12 PDSV/PT 0.35 0.36 0.22 0.21
N13 PDSP/PT 0.65 0.65 0.65 0.65
N14 PSEA/PT 0.73 0.71 0.72 0.72
N15 PSET/PT 0.51 0.52 0.52 0.54
N16 PSEB/PT 0.73 0.73 0.72 0.72
N17 PM/PT 0.53 0.52 0.49 0.51
N18 DM/PT 0.42 0.43 0.41 0.42
N19 JMTI/PT 0.57 0.57 0.55 0.55
N20 JAM/PT 0.41 0.41 0.40 0.39
N21 LB/PT 0.53 0.53 0.51 0.51
Rata-rata nilai nisbah ikan C. dorab jantan dan betina tidak terlalu berbeda. Nilai
tertinggi pada nisbah karakter morfometrik terdapat pada panjang standar/panjang total
ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dengan nilai panjang standar/panjang total 0.97,
sedangkan nilai terendah adalah karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total
dengan nilai 0.32, sedangkan di Selat Malaka nilai nisbah tertinggi panjang
standar/panjang total 0.96 dan nilai nisbah paling rendah adalah karakter panjang dasar
sirip ventral/panjang total dengan nilai 0.22. Untuk ikan C. dorab betina nilai nisbah
tertinggi yaitu panjang standar/panjang total dengan nilai nisbah 0.97 terdapat pada ikan
C. dorab di Selat Bengkalis dan nilai terendah yaitu 0.36 dengan karakter panjang dasar
sirip ventral/panjang total yang terdapat pada ikan C. dorab di Selat Malaka.
Nilai nisbah berkaitan erat dengan kisaran pengukuran ikan, hal ini bisa disebabkan oleh
faktor dalam dan luar, faktor luar meliputi sifat keturunan, seks, umur, penyakit dan
parasit sedangkan faktor dalam yang berpengaruh salah satunya adalah makanan. Dari
makanan terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang meliputi populasi yaitu jumlah dan
kualitas makanan, ketersediaan makanan, dan waktu pengambilan makanan oleh ikan
dalam populasi (Effendi 2002).
b. Status Hubungan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab
Menurut Effendie (2002), terdapat dua pola pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
isometrik dan allometrik. Pertumbuhan isometrik dimaksudkan sebagai perubahan terus
menerus secara proporsional antara panjang atau dengan berat dalam tubuh ikan.
7
Sedangkan pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang dan bersifat
sementara.
Pada Tabel 3 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab
jantan di Selat Bengkalis dan Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab jantan di
Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 13 karakter yaitu PSSD,
PSSV, PSSA, TK, TPE, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, dan LB
sedangkan di Selat Malaka memiliki status allometrik positif sebanyak 11 karakter yaitu
TK, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, JMTI, JAM, dan LB. Status
allometrik positif memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakter-karakter lebih
cepat dibandingkan karakter pembanding (PT).
Tabel 3. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Jantan di
Selat Bengkalis dan Malaka.
Karakter
Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b log x Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau
mendekati 1)
Selat Bengkalis Selat Malaka
Persamaan Regresi Status Allometrik Persamaan Regresi Status Allometrik
PS = - 0.172 + 1.031 PT Isometrik = - 0.078 + 0.993 PT Isometrik
PK = - 0.702 + 0.954 PT Allometrik Negatif = - 0.828 + 1.009 PT Isometrik
TK = - 1.393 + 1.151 PT* Allometrik Positif = - 1.168 + 1.054 PT* Allometrik Positif
PM = - 1.995 + 1.260 PT* Allometrik Positif = - 1.565 + 1.077 PT* Allometrik Positif
DM = - 1.373 + 0.927 PT Allometrik Negatif = - 0.848 + 0.731 PT Allometrik Negatif
JMTI = - 1.057 + 0.961 PT* Isometrik = - 1.575 + 1.142 PT* Allometrik Positif
JAM = - 1.562 + 0.986 PT Isometrik = - 2.260 + 1.242 PT Allometrik Positif
TB = - 0.868 + 0.988 PT* Isometrik = 0.361 + 0.512 PT* Allometrik Negatif
TPE = - 1.734 + 1.203 PT* Allometrik Positif = - 1.023 + 0.933 PT* Isometrik
PBE = - 1.512 + 1.141 PT Allometrik Positif = - 1.480 + 1.148 PT Allometrik Positif
PSSD = - 0.765 + 1.190 PT Allometrik Positif = - 0.014 + 0.913 PT Allometrik Negatif
PSSV = - 0.788 + 1.141 PT Allometrik Positif = - 0.310 + 0.967 PT Allometrik Negatif
PSSA = - 0.798 + 1.205 PT* Allometrik Positif = - 0.319 + 1.018 PT* Isometrik
LB = - 2.062 + 1.283 PT* Allometrik Positif = - 1.550 + 1.085 PT* Allometrik Positif
PDSD = - 1.839 + 1.265 PT Allometrik Positif = - 1.507 + 1.143 PT Allometrik Positif
PDSP = - 1.128 + 1.067 PT Allometrik Positif = - 1.110 + 1.067 PT Allometrik Positif
PDSV = - 3.438 + 1.617 PT* Allometrik Positif = - 4.202 + 1.786 PT* Allometrik Positif
PDSA = - 0.786 + 1.003 PT Isometrik = - 0.769 + 0.993 PT Isometrik
PSEA = - 1.087 + 1.125 PT Allometrik Positif = - 0.876 + 1.045 PT Allometrik Positif
PSET = - 5.013 + 2.350 PT Allometrik Positif = - 2.006 + 1.271 PT Allometrik Positif
PSEB = - 0.362 + 0.863 PT Allometrik Negatif = - 0.649 + 0.965 PT Allometrik Negatif
Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil
analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048.
Bagian sirip terlihat lebih banyak percepatan pertumbuhan dibandingkan panjang total,
diduga dalam siklus hidup ikan harus bertahan hidup dengan cara mengembangkan
fungsi-fungsi sirip menjadi lebih cepat panjang untuk lebih cepat mendapatkan makanan
dan menghindari pemangsa.
Di Selat Bengkalis, ikan C. dorab jantan memiliki status allometrik negatif sebanyak 3
karakter yaitu PK, PSEB, dan DM sedangkan Selat Malaka memiliki status allometrik
negatif sebanyak 2 karakter yaitu PSSD, PSSV, TB, PSEB, dan DM. Allometrik negatif
menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakter-karakter yang diamati lebih lambat
dibandingkan panjang karakter pembanding (PT).
Pada Tabel 4 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab
betina di Selat Bengkalis dan Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di
Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 5 karakter yaitu PSSV,
8
PSSA, TK, JAM, dan LB sedangkan di Selat Malaka status allometrik positif sebanyak
6 karakter yaitu TB, TPE, PDSD, PDSV, JAM, dan LB. Status allometrik positif
memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakter-karakter lebih cepat dibandingkan
karakter pembanding (PT). Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat
Bengkalis memiliki status isometrik sebanyak 3 karakter yaitu PSSD, PDSP, dan JMTI
sedangkan di Selat Malaka status isometrik sebanyak 7 karakter yaitu PS, PSSD, PSSA,
PDSA, PDSP, PSEA, dan PSET. Status isometrik berarti pertambahan karakter-karakter
pengukur dibandingkan dengan karakter pembanding adalah sama.
Tabel 4. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Betina di
Selat Bengkalis dan Malaka.
Karakter
Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b
log x Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau mendekati 1)
Selat Bengkalis Selat Malaka
Persamaan Regresi Status Allometrik Persamaan Regresi Status Allometrik
PS = - 0.030 + 0.978 PT* Allometrik negatif = - 0.069 + 0.990 PT Isometrik*
PK = - 0.386 + 0.837 PT Allometrik negatif = - 0.698 + 0.957 PT Allometrik negatif
TK = - 1.157 + 1.062 PT* Allometrik positif = - 0.942 + 0.969 PT Allometrik negatif*
PM = - 1.060 + 0.913 PT* Allometrik negatif = - 0.881 + 0.835 PT Allometrik negatif*
DM = - 0.465 + 0.596 PT Allometrik negatif = - 1.407 + 0.943 PT Allometrik negatif
JMTI = - 1.198 + 1.01 PT* Isometrik = - 1.455 + 1.095 PT Allometrik negatif*
JAM = - 2.089 + 1.172 PT Allometrik positif = - 1.846 + 1.081 PT Allometrik positif
TB = - 0.742 + 0.947 PT* Allometrik negatif = - 1.112 + 1.070 PT Allometrik positif*
TPE = - 1.068 + 0.959 PT* Allometrik negatif = - 1.351 + 1.057 PT Allometrik positif*
PBE = - 0.851 + 0.905 PT Allometrik negatif = - 0.996 + 0.961PT Allometrik negatif
PSSD = - 0.248 + 0.999 PT Isometrik = - 0.258 + 1.002 PT Isometrik
PSSV = - 1.581 + 1.428 PT Allometrik positif = - 0.610 + 1.078 PT Allometrik positif
PSSA = - 0.435 + 1.068 PT* Allometrik positif = - 0.373 + 1.038 PT Isometrik*
LB = - 2.248 + 1.351 PT* Allometrik positif = - 1.595 + 1.106 PT Allometrik positif*
PDSD = - 0.365 + 0.724 PT Allometrik negatif = - 1.228 + 1.042 PT Allometrik positif
PDSP = - 1.024 + 1.028 PT Isometrik = - 0.959 + 1.009 PT Isometrik
PDSV = - 1.641 + 0.963 PT* Allometrik negatif = - 6.360 + 2.592 PT Allometrik positif*
PDSA = 0.353 - 0.584 PT* Allometrik negatif = - 0.861 + 1.026 PT Isometrik*
PSEA = 4.042 - 0.774 PT Allometrik negatif = - 0.753 + 0.997 PT Isometrik
PSET = - 0.910 + 0.849 PT Allometrik negatif = - 1.313 + 1.031 PT Isometrik
PSEB = - 0.581 + 0.946 PT* Allometrik negatif = - 0.646 + 0.964 PT Allometrik negatif*
Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil
analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048.
Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status
allometrik negatif sebanyak 13 karakter yaitu PS, PK, TB, TPE, PBE, PDSD, PDSA,
PDSV, PSEA, PSET, PSEB, PM, dan DM sedangkan di Selat Malaka status allometrik
negatif sebanyak 7 karakter yaitu PK, TK, PBE, PSEB, PM, DM, dan JMTI. Allometrik
negatif menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakter-karakter yang diamati lebih
lambat dibandingkan panjang karakter pembanding (PT).
Pengukuran morfometrik jantan dan betina untuk karakter lebar badan di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka tidak berstatus isometrik melainkan allometrik positif yang
berarti pertumbuhan lebar badan lebih cepat dibandingkan panjang total. Morfologi ikan
C. dorab lebih terlihat lebar badan dari bagian tengah badan hingga dorsal sesuai
dengan nama daerahnya ikan Parang-parang yang terlihat gemuk di bagian yang tumpul
atau berbentuk seperti anak panah.
Status karakter tinggi badan pada ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan Selat Malaka
lebih mengarah ke isometrik dan allometrik negatif diduga status pertumbuhannya lebih
lambat sehingga mempertahankan bentuk tubuh yang memanjang tetapi untuk C. dorab
9
(b) (a)
betina di Selat Malaka berstatus allometrik positif sehingga pertumbuhan tinggi badan
lebih cepat dibandingkan panjang total, diduga pertumbuhan yang lebih cepat ini
disebabkan oleh aktifitas ikan betina yang tidak seagresif yang jantan seperti mencari
makanan atau menghindari pemangsa lainnya dikarenakan di Selat Malaka tersedia
makanan yang mudah dicari.
c. Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Jantan
Data hasil persamaan regresi linier 21 grafik ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis
dan Selat Malaka dapat dilihat kekuatan hubungan antar karakter yang diukur dengan
karakter pembandingnya (PT). Grafik regresi mencerminkan nilai determinan (R2) dan
korelasi (r). Adapun nilai keeratan hubungan karakter ditandai dengan nilai korelasi.
Nilai korelasi berdasarkan Razak (2005).
Hubungan persamaan regresi linier panjang total dan karakter pembandingnya
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang total terhadap karakter
bagian kepala, badan dan sirip. Karakter pembanding di bagian kepala seperti
hubungan panjang total terhadap tinggi kepala (Gambar 3.a) memiliki persamaan
regresi linier untuk ikan C. dorab daerah Selat Bengkalis adalah TK = -1.393 + 1.151
PT. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi pertambahan ukuran panjang
total sebanyak 1.151 log maka pertambahan ukuran akan terjadi untuk tinggi kepala
sebanyak 1.393 log, sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki persamaan regresi
linier TK = - 1.168 + 1.054 PT yang menunjukkan bahwa setiap pertambahan panjang
total sebanyak 1.054 log maka pertambahan TK ikut tumbuh sebanyak 1.168 log.
Persamaan untuk karakter bagian kepala lainnya (DM, JMTI, dan JAM) ikan C. dorab
jantan pada dasarnya memiliki nilai hubungan yang sama seperti karakter TK (Gambar
1). Hubungan persamaan regresi linier antara panjang total terhadap karakter
pembanding bagian badan ikan C. dorab jantan yaitu karakter TB, PBE, dan LB.
Penjelasan persamaan regresi untuk setiap karakter pembanding ini memiliki arti yang
sama seperti bagian kepala yaitu jika pertambahan total bertambah maka pertambahan
karakter pembanding juga ikut bertambah, hanya saja nilai log panjang total dan
karakter pembanding yang berbeda. Grafik untuk pertambahan panjang total dengan
karakter pembanding bagian badan dapat dilihat pada Gambar 4.e, 4.f, dan 4.g.
Nilai korelasi antara PT dengan TB, PBE dan LB ikan C. dorab untuk daerah Selat
Bengkalis dan Selat Malaka yang terdapat pada nilai (r) yaitu TB (SB = kuat, SM =
lemah), PBE (SB = sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat).
Korelasi keeratan karakter berbeda pada tiap karakter.
Gambar 3. Grafik hubungan PT dengan (a). TK ikan Chirocentrus dorab Jantan di
Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
TK = - 1.393 + 1.151 PTR² = 0.792 r = 0.89
TK = - 1.168 + 1.054 PTR² = 0.934 r = 0.97
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,4 2,6 2,8 3
Log
TK
Log PT
DM = - 1.373 + 0.927 PTR² = 0.672 r = 0.82
DM = - 0.848 + 0.731 PTR² = 0.828 r = 0.91
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
2,4 2,6 2,8 3
Log
DM
Log PT
SB
SM SB
SM
10
(c)
(d)
(h)
(i) (j)
(c)
(e) (f)
(g)
Gambar 4. Grafik hubungan PT dengan (c). JMTI (d). JAM (e). TB (f). PBE (g). LB
(h). PDSV (i). PDSP (j). PSEB ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka.
Hubungan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding bagian sirip
yaitu PDSV, PDSP, dan PSEB ikan C. dorab jantan memiliki arti yang sama seperti
karakter pembanding bagian kepala dan badan yaitu jika panjang total bertambah maka
karakter pembanding ikut bertambah juga dengan nilai log panjang total dan karakter
pembanding yang disesuaikan pada saat penghitungan nilai nisbah.
JMTI= - 1.057 + 0.961 PTR² = 0.758 r= 0.87
JMTI= - 1.575 + 1.142 PTR² = 0.905 r = 0.95
11,11,21,31,41,51,61,7
2,4 2,6 2,8 3
Log
JMTI
Log PT
JAM = - 1.562 + 0.986 PTR² = 0.391 r = 0.63
JAM = - 2.260 + 1.242 PTR² = 0.690 r = 0.83
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
2,45 2,65 2,85
Log
JAM
Log PT
TB = - 0.868 + 0.988 PTR² = 0.667 r = 0.82
TB = 0.361 + 0.512 PTR² = 0.158 r = 0.40
1
1,3
1,6
1,9
2,2
2,4 2,6 2,8 3
Log
TB
Log PT
PBE = - 1.512 + 1.141 PTR² = 0.177 r = 0.42
PBE = - 1.480 + 1.148 PTR² = 0.776 r = 0.88
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,52 2,72
Log
PB
E
Log PT
LB = - 2.062 + 1.283 PTR² = 0.697 r = 0.83
LB = - 1.550 + 1.085 PTR² = 0.915 r = 0.96
11,11,21,31,41,51,61,7
2,45 2,65 2,85
Log
LB
Log PT
PDSV = - 3.438 + 1.617 PTR² = 0.456 r = 0.68
PDSV = - 4.202 + 1.786 PTR² = 0.541 r = 0.74
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
2,4 2,6 2,8 3
Log
PD
SV
Log PT
PDSP = - 1.128 + 1.067 PTR² = 0.700 r = 0.84
PDSP = - 1.110 + 1.067 PTR² = 0.954 r = 0.98
1,6
1,65
1,7
1,75
1,8
1,85
1,9
1,95
2,4 2,6 2,8 3
Log
PD
SP
Log PT
PSEB= - 0.362 + 0.863 PTR² = 0.703 r = 0.84
PSEB= - 0.649 + 0.965 PTR² = 0.870 r = 0.87
1,8
1,85
1,9
1,95
2
2,05
2,1
2,4 2,6 2,8 3
Log
PSE
B
Log PT
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM SB
SM
11
Hubungan korelasi antara panjang total terhadap PDSV, PDSP, dan PSEB (Gambar 4.h,
4.i, dan 4.j) yang terdapat di Selat Bengkalis dan Selat Malaka yaitu PDSV (SB =
sedang, SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan PSEB (SB = kuat, SM =
sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama adalah pada karakter PDSP
dan PSEB untuk Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
d. Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Betina
Persamaan regresi linier dari 21 grafik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat
Malaka terdapat 5 grafik yang memiliki pertumbuhan sangat kuat yaitu PS, PSSD,
PSSA, TB, dan TPE. Variasi pertumbuhan ada sebanyak enam belas grafik ikan C.
dorab betina. Hubungan panjang total dengan karakter PK, TK, PM, DM, JMTI, dan
JAM dapat dilihat pada Gambar 5. Hubungan persamaan regresi linier panjang total dan
karakter pembandingnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang
total terhadap karakter bagian kepala, badan dan sirip. Karakter pembanding di bagian
kepala seperti hubungan panjang total terhadap panjang kepala (Gambar 5.a) memiliki
persamaan regresi linier yaitu PK = - 0.386 + 0.837 PT. Persamaan ini memiliki arti
bahwa jika panjang total bertambah sebanyak 0.837 log, maka pertambahan panjang
kepala akan ikut bertambah sebanyak 0.386 log sedangkan untuk daerah Selat Malaka
memiliki persama regresi yaitu PK = 0.698 + 0.957 PT. Persamaan ini menunjukkan
bahwa jika panjang total bertambah 0.957 log maka panjang kepala ikut bertambah
sebanyak 0.698 log. Hubungan panjang total dengan karakter pembanding lain bagian
kepala (TK, PM, DM, JMTI, dan JAM) untuk ikan C. dorab betina daerah Selat
Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 5.b, 5.c, 5.d, 5.e, dan 5.f) memiliki arti yang sama
yaitu jika panjang total bertambah maka karakter pembanding akan ikut bertambah
sesuai dengan karakter yang diukur sehingga yang berbeda adalah nilai log saja.
Korelasi panjang total dengan panjang kepala ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis
(5.a) yaitu R² = 0.767 r = 0.88. Nilai (r) menunjukkan korelasi hubungan yang kuat
sedangkan di Selat Malaka yaitu R² = 0.960 r = 0.98. Nilai (r) menunjukkan korelasi
yang sangat kuat. Korelasi hubungan panjang total terhadap karakter pembanding lain di
bagian kepala yaitu TK (SB = kuat, SM = sangat kuat), PM (SB = sedang, SM = kuat),
DM (SB = kuat, SM = sedang), JMTI (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan JAM (SB =
kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter TK, JMTI, dan JAM yaitu kuat dan sangat
kuat.
Hubungan panjang total terhadap karakter pembanding pada bagian badan yaitu PSSV,
PBE, dan LB ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 5.g,
5.h, 6.i). Persamaan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding ikan
C. dorab betina sama halnya dengan panjang total terhadap panjang kepala (PK).
Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian badan di Selat
Bengkalis dan Selat Malaka yaitu PSSV(SB = kuat, SM = sangat kuat), PBE (SB=
sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi karakter
yang sama antara Selat Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter PSSV dan LB yang
memiliki korelasi kuat dan sangat kuat.
Persamaan regresi linier antara karakter panjang total terhadap karakter pembanding
bagian sirip seperti PDSD, PDSA, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, dan PSEB ikan C.
12
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
dorab betina terdapat persamaan perhitungan bentuk regresi sama seperti panjang total
terhadap panjang kepala (PK) atau pada perhitungan persamaan regresi pada karakter
lain yaitu jika panjang total bertambah maka panjang kepala juga ikut bertambah,
perbedaan terletak pada nilai log karakter sesuai dengan penghitungan masing-masing
karakter. Pada grafik terlihat persamaan regresi masing-masing karakter (Gambar 6.j,
6.k, 6.l, 6.m, 6.n, 6.o, dan 6.p)
Gambar 5. Grafik hubungan PT dengan (a). PK (b). TK (c). PM (d). DM (e). JMTI (f)
JAM (g). PSSV (h). PBE ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis
dan Selat Malaka.
PK = - 0.386 + 0.837 PTR² = 0.767 r = 0.88
PK = - 0.698 + 0.957 PTR² = 0.960 r = 0.98
1,7
1,75
1,8
1,85
1,9
1,95
2
2,05
2,46 2,66 2,86
Log
PK
Log PT
TK= - 1.157 + 1.062 PTR² = 0.643 r = 0.80
TK= - 0.942 + 0.969 PTR² = 0.953 r = 0.98
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2
2,55 2,65 2,75 2,85Lo
g TK
Log PT
PM = - 1.060 + 0.913 PTR² = 0.409 r = 0.64
PM = - 0.881 + 0.835 PTR² = 0.515 r = 0.72
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
2,55 2,65 2,75 2,85
Log
PM
Log PT
DM = - 0.465 + 0.596 PTR² = 0.510 r = 0.71
DM = - 1.407 + 0.943 PTR² = 0.459 r = 0.68
0,8
1
1,2
1,4
1,6
2,45 2,65 2,85
Log
DM
Log PT
JMTI = - 1.198 + 1.01 PTR² = 0.673 r = 0.82
JMTI= - 1.455 + 1.095 PTR² = 0.928 r = 0.96
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2,45 2,65 2,85
Log
JMTI
Log PT
JAM = - 2.089 + 1.172 PTR² = 0.632 r = 0.79
JAM = - 1.846 + 1.081 PTR² = 0.853 r = 0.97
0,8
0,9
1
1,1
1,2
1,3
2,55 2,75
Log
JAM
Log PT
PSSV= - 1.581 + 1.428 PTR² = 0.613 r = 0.78
PSSV= - 0.610 + 1.078 PTR² = 0.976 r = 0.99
1,8
2
2,2
2,4
2,6
2,45 2,65 2,85
Log
PSS
V
Log PT
PBE = - 0.851 + 0.905 PTR² = 0.433 r = 0.66
PBE = - 0.996 + 0.961 PTR² = 0.731 r = 0.85
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
1,9
2,45 2,65 2,85
Log
PB
E
Log PT
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
13
(i) (j)
(k) (l)
(i) (j)
(m) (n)
(o) (p)
Gambar 6. Grafik hubungan PT dengan (i). LB (j). PDSD (k). PDSA (l). PDSV (m).
PDSP (n). PSEA (o). PSET (p). PSEB ikan Chirocentrus dorab betina di
Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip adalah PDSD
(SB = sedang, SM = kuat), PDSA (SB = kuat, SM = sangat kuat), PDSV (SB = sedang,
SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), PSEA (SB = lemah, SM = sangat
kuat), PSET (SB = sedang, SM = kuat), dan PSEB (SB = kuat, SM = sangat kuat).
LB= - 2.248 + 1.351 PTR² = 0.761 r = 0.87
LB = - 1.595 + 1.106 PTR² = 0.935 r =
11,11,21,31,41,51,61,7
2,47 2,67 2,87
Log
LB
Log PT
PDSD = - 0.365 + 0.724 PTR² = 0.207 r = 0.45
PDSD = - 1.228 + 1.042 PTR² = 0.645 r = 0.8
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
1,8
2,55 2,75
Log
PD
SD
Log PT
PDSA = 0.353 - 0.584 PTR² = 0.530 r = 0.73
PDSA = - 0.861 + 1.026 PTR² = 0.941 r = 0.97
1,75
1,8
1,85
1,9
1,95
2
2,05
2,4 2,6 2,8 3
Log
PD
SA
Log PT
PDSV = - 1.641 + 0.963 PTR² = 0.280 r = 0.53
PDSV = - 6.360 + 2.592 PTR² = 0.808 r =
0
0,5
1
1,5
2,4 2,6 2,8 3
Log
PD
SV
Log PT
PDSP = - 1.024 + 1.028 PTR² = 0.750 r = 0.87
PDSP = - 0.959 + 1.009 PTR² = 0.928 r = 0.96
1,6
1,65
1,7
1,75
1,8
1,85
1,9
1,95
2,45 2,65 2,85
Log
PD
SP
Log PT
PSEA = 4.042 - 0.774 PTR² = 0.048 r = 0.22
PSEA = - 0.753 + 0.997 PTR² = 0.907 r = 0.95
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2,2
2,45 2,65 2,85
Log
PSE
A
Log PT
PSET = -0.910+0.849 PTR² = 0.363 r= 0.79
PSET = - 1.313+1.031 PTR² = 0.53 r= 0.89
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
2,45 2,65 2,85
Log
PSE
T
Log PT
PSEB = - 0.581+ 0.946 PTR² = 0.768 r = 0.88
PSEB = - 0.646 + 0.964 PTR² = 0.943 r = 0.97
1,8
1,85
1,9
1,95
2
2,05
2,1
2,15
2,4 2,6 2,8 3
Log
PSE
B
Log PT
SB
SM SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
SB
SM
14
e. Meristik Ikan C. dorab
Meristik adalah jumlah bagian luar tubuh ikan, seperti perhitungan jumlah jari-jari sirip
dan sisik ikan (Tabel 5).
Tabel 5. Karakter Meristik Ikan Parang-parang (C. dorab) di Selat Bengkalis dan Selat
Malaka.
Karakter Meristik ( ∑ jari – jari dan sisik) Lokasi
Selat Bengkalis Selat Malaka
Sirip punggung XI. 6-8 XI. 6-8
Sirip dada X. 3-4 X. 3-4
Sirip perut 5-7 5-7
Sirip anus 24-33 24-33
Sirip ekor 15-18 15-18
Jumlah sisik pada batang ekor 70 - 75 70 - 75
Hasil perhitungan karakter meristik menunjukkan bahwa sirip punggung (dorsal)
memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 11 dan jari-jari lemah berkisar antara 6 sampai
8, sirip dada (pektoral) memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 10 dan jari-jari lemah 3
sampai 4, sirip perut (ventral) memiliki jumlah jari-jari lemah 5 sampai 7, sirip anus
(anal) memiliki jumlah jari-jari lemah sebanyak 24-33, dan sirip ekor (caudal) memiliki
jari-jari lemah sebanyak 15-18. Untuk penghitungan sisik berkisar antara 70 – 75 pada
bagian batang ekor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Morfologi ikan parang-parang (C. dorab) yang berada di Selat Bengkalis dan Selat
Malaka tidak memiliki perbedaan. Status hubungan pertumbuhan ikan C. dorab jantan
maupun betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka memiliki status hubungan
allometrik positif , isometrik, dan allometrik negatif. Hasil uji t pada ikan C. dorab
jantan menunjukkan terdapat perbedaan nyata dari 8 karakter pada jantan yaitu PSSA,
TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, dan LB dan 10 karakter pada betina yaitu PS, PSSA,
TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, dan LB. Karakter meristik ikan Parang-
parang (C. dorab) jantan dan betina tidak berbeda. Diharapkan selanjutnya untuk ikan
yang sama dilakukan penelitian di lokai lain sehingga bisa mewakili karakter-karakter
ikan Parang-parang secara umum karena ikan perairan ini termasuk dalam tingkat ikan
konsumsi terbesar.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Betok(anabas testudineus
bloch) di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. [Skripsi]:
Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Biosearch. 2012. Chirocentrus dorab (Forsskål, 1775). http: //www. biosearch.in/
publicOrganismPage.php?id=2747. [accessed date : 2 Desember 2012].
Collins, M.R. 1985. Species profiles: life histories and environmental requirements of
coastal fishes and invertebrates (south Florida): white mullet. U.S. Fish and
Wildlife Service Biological Report 82(11.39). 7 pp.
15
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 halaman.
Effendi. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Elvyra R dan Yus Y. 2010. Karakterisasi Morfometrik dan Meristik Kryptopterus spp.
Di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun II. Lembaga
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru.
Haryono. 2001. Variasi Morologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius lateristriga) di
Sumatera. Jurnal Biota VI (3):109-116. ISSN 0853-8670.
Herring, M. 2011. Chirocentrus dorab. http: //animaldiversity. ummz. umich. edu/
accounts/Chirocentrus_dorab/. [accessed date : 06 Januari 2013].
Irfan. 2009. Ciri morfometrik pada ikan. http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/1932304-ciri-morfometrik-pada-ikan/. [accessed date : 12
April 2012].
Myers, P., R. Espinosa et al. 2013. http:// animal diversity. ummz. umich. Edu
/collections/contributors/Grzimek_fish/Clupeiformes/Chirocentrus_dorab/.
[accessed date : 06 Januari 2013].
Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H Niem (eds.).
FAO Species Identification Guide for Fishery Purpose. The living Marine-
Resources of Western Central Pasific. Volume 4. Bony Fishes (Mugilidae to
Carangidae). FAO, Rome.
Razak, A. 2005. Statistika pengolahan data sosial sistem manual. Autografika.
Pekanbaru.
Takahashi, T., Hori, M. Description of a new Lake Tanganyikan cichlid fish of the
genus Cyprichromis (Perciformes: Cichlidae) with note on sexual dimorphism.
Journal of Fish Biology 68(Supplement B):174-192, (2006).
Recommended