New MANAJEMEN PANEN DAN PASCAPANEN TERNAK · 2020. 4. 21. · Jika gigi seri permanennya ada 1...

Preview:

Citation preview

Fakultas PertanianUniversitas Jember

MANAJEMEN PANEN DANPASCAPANEN TERNAK

PANEN PADA TERNAK

Beberapa Hal yang harus diperhatikan

1. Larangan pemotongan betina produktif

2. Kurva pertumbuhann ternak

3. Umur ternak

4. Body Conditioning Score ( BCS )

Kurva Pertumbuhan Normal

Umur

UMUR TERNAK

• Lakukan penentuan umur sapi dengan melihat catatan kelahiran. Jika tidak ada catatan kelahiran dapat dilakukan dengan melihat gigi seri permanen dengan cara sebagai berikut :

• Posisikan badan kita tepat di samping antara kepala dan bahu depan sapi

• Buka mulut sapi secara perlahan, lihat dan amati jumlah gigi seri permanen yang ada. Jika gigi seri permanennya ada 1 pasang, sapi tersebut diperkirakan berumur antara 1,5 – 2 tahun, jika terdapat 2 pasang diperkirakan berumur 2 – 3 tahun dan jika terdapat 3 pasang diperkirakan berumur lebih dari 3 – 3,5 tahun

Body CONDITIONING SCORE ( BCS )

Suatu metoda yang mudah digunakandilapangan untuk menduga perubahanberat badan sapi dengan menilaicadangan jaringan lemak tubuh sapipada tempat-tempat tertentu denganpemberian nilai dari score 1 s/d 5.

Body Condition Scoring

BCS 1 BCS 2 BCS 3

BCS 4 BCS 5

Keterangan Body Condition Score :BCS = 1 Lekukan di sekitar pangkal ekor. Tulang pelvis dan tulang iga belakang tajam dan mudahdiraba. Tidak ada jaringan lemak di pelvis atau area loin.

BCS = 2Sedikit penutupan jaringan lemak pada pangkal ekor. Pelvis mudah diraba. Ujung dari igaterasa dan bagian atas dapat diraba dengan mudah

BCS = 3•Tidak ada legokan disekitar pangkal ekor dan jaringan lemak dapat diraba dengan mudahpada seruruh bagian. Pelvis dapat diraba dengan sentuhan.•Jaringan lemak yang melingkupi bagian permukaan tulang iga masih dapat diraba dengansedikit tekanan disekitar daerah ini.

BCS = 4Gumpalan lemak dapat dilihat disekitar pangkal ekor. Pelvis/pinggul dapat diraba denganmenekannya. Ujung iga sudah tidak dapat diraba lagi. Tidak ada tekanan disekitar daerah ini.

BCS = 5Pangkal ekor tertutup oleh jaringan lemak tebal. Tulang pelvis/panggul tidak dapat dirabalagi walu ditekan sekalipun. Ujung iga tertutup dengan jaringan lemak yang tebal.

USAHA PEMOTONGAN HEWAN

Berdasarkan luasan peredaran daging:

• Kelas A UPH kebutuhan eksport

• Kelas B antar propinsi

• Kelas C antar kabupaten

• Kelas D sekitar kabupaten / kodya.

Berdasarkan jenis kegiatan, ada 3 kategori :• Kategori I pemotongan hewan milik sendiri di RPH

sendiri

• Kategori II jasa pemotongan hewan milik orang lain

• Kategori III pemotongan hewan pada RPH milik orang lain

SYARAT-SYARAT RPH

Lokasi tidak menimbulkan gangguan di pinggir kota, Mudah dicapai, dekat jalan raya.

Kompleks RPH terdiri dari:

Bangunan utama, kandang rekondisi, antemortem

Lab sederhana, Incinerator

Isolasi tunda pemotongan

Bak pengendap limbah cair, limbah padat

Kantor, gudang alat, WC, kamar mandi

Halaman parkir

Mudah dicapai, dekat jalan raya.

Kompleks RPH harus dipagar, tidak terlihat dari luar.

……SYARAT-SYARAT RPH

Memiliki ruang :

tempat penyembelihan, pengulitan, pengeluaran jerohanpembagian karkas, pemeriksaan kesehatan daging.

tempat pembersihan dan pencucian jerohan terpisah

dinding kedap air, porselen 2 m, tidak licin.

sudut dinding lengkung, ventilasi cukup.

Dilengkapi alat-alat peralatan lengkap mulai persiapan –pengerek – pakaian khusus.

peralatan pemotong dan pemeriksaan daging

air bersih

penerangan

alat pemelihara kebersihan

khusus utk babi, persediaan air hangat utk perontokan bulu.

Tenaga Kesmavet Terpisah dari RPH babi

Komplek RPH untuk suplai daging antar kabupaten

Harus dilengkapi:

• kandang istirahat berlantai semen

• lab identifikasi kuman

• tempat pemotongan darurat dan ruang penahanan daging

• instalasi pengolahan limbah.

• tempat pelayuan dengan dinding bag dalam kedap air, 2 m +

exhauster.

• timbangan karkas + rel pengangkut.

Komplek RPH untuk suplai daging antar provinsi

Harus dilengkapi :

• lab pemeriksaan residu antibiotika

• IPAL fisik dan biologis

• tempat parkir pengangkut daging

• kandang istirahat berjarak > 50m dari bangunan utama

• incinerator

• bangunan khusus pencucian jerohan

• ruang pelayuan , porselin, 18o C.

• Ruang pelepasan daging dari tulang, 18o C.

• Air panas pencuci peralatan

• ruang ganti pakaian karyawan

• kendaraan angkutan daging , pendingin

Drh keswan dan daging

RPH untuk eksport

Harus dilengkapi :

• RPH utk kebutuhan eksport ditambah

• ruang pendingin dengan pisau pengaman anti karat

• ruang pelepasan daging dan tulang, 10o C.

• ruang pengepakan

• lab pemeriksaan hormone

• ruang ganti pakaian, locker istirahat, kantin

• kendaraan pengangkut daging, pengatur suhu

Perizinan

UPH dapat dilakukan perorangan atau badan hukum

Izin usaha: Kelas A, B Dirjen Pet

Kelas C Gubernur

Kelas D Bupati, Walikota

• Katagori I, II, III ada izin dengan batas maksimum jumlah

pemotongan./bln serta persyaratan perizinan lainnya.

• Jangka waktu perizinan : 20 tahun (kategori I dan II), 5 tahun

(katagori III)

RUANG LINGKUP

I. DASAR HUKUM

II. PENJAMINAN ASUH

III. KESEJAHTERAAN HEWAN

IV. HIGIEN SANITASI

V. RUMAH POTONG HEWAN RUMINANSIA

VI. GOOD SLAUGHTERING PRACTICES SAPI

VII.RUMAH POTONG HEWAN UNGGAS

VIII.GOOD SLAUGHTERING PRACTICES UNGGAS

I. DASAR HUKUM

• Undang-undang RI No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuanPokok Peternakan dan Kesehatan Hewan disempurnakan menjadiUndang-undang RI No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan danKesehatan Hewan

• Undang-undang RI N0. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan• Undang-undang RI No 18 Tahun 2012 tentang Pangan• Undang-undang RI No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen• PP Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan

Kesejahteraan Hewan.• SK. Mentan No. 413/Kpts/TN.3110/7/1992 tentang Pemotongan Hewan

Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya• SK. Mentan N0. 306/Kpts/TN.330/4/1994 tentang Pemotongan Unggas

dan Penanganan Daging Unggas serta Hasil Ikutannya• SK. Mentan No. 557/Kpts/TN.210/1987 tentang Syarat-syarat Rumah

Potong Unggas dan Ijin Usaha Pemotongan Unggas• SK Mentan No. 13 Tahun 2010 tentang Persyaratan Rumah Potong

Hewan (RPH) Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat CuttingPlant)

• SNI 01-6159-1999 (RPH)• SNI 01-6160-1999 (RPU)• Draft Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Penerapan Persyaratan

Rumah Potong Hewan Ruminansia

Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) adalah “Segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia”

Kesejahteraan Hewan adalah “Segala urusan yang berhubungandengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilakualami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungihewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewanyang dimanfaatkan manusia”

Beberapa istilah penting :

Produk hewan adalah semua bahan yang berasal dari hewan yangmasih segar dan/atau telah diolah atau diproses untuk keperluankonsumsi, farmakoseutika, pertanian, dan/atau kegunaan lain bagipemenuhan kebutuhan dan kemaslahatan manusia

Produk Pangan Asal Hewan (PPAH) adalah produk hewan yang dapatdikonsumsi manusia meliputi daging, susu dan telur dalam bentuk segarmaupun bentuk yang telah mengalami pemrosesan atau pengolahan

Produk Hewan Non Pangan (PHNP) adalah produk hewan yang tidakdikonsumsi oleh manusia melainkan digunakan sebagai bahan baku produk nonpangan. Contoh PHNP antara lain :a. Bahan baku kulit (kulit mentah, kulit mentah diawet, kulit jadi, dll.b. Bahan baku pakan ternak (tepung tulang, tepung daging, tepung darah,

tepung bulu, dll).c. Pakan untuk hewan kesayangan (petfood yang mengandung bahan asal

ruminansia atau unggas).d. Daging untuk pakan hewan/satwa kebun binatang (daging kangguru).

Bahan baku industri garment (bulu unggas, bulu ruminansia, bulu kuda,dll).

II. PENJAMINAN

ASUH

UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Pasal 56 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)

Kesmavet merupakan penyelenggaraan kesehatan hewan dalam bentuk:a. pengendalian dan penanggulangan zoonosis;b. penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan produk

hewan;c. penjaminan higiene dan sanitasi;d. pengembangan kedokteran perbandingan; dane. penanganan bencana.

Pemerintah bertanggung jawab dalam menjamin pangan asal hewan (PAH)yang beredar untuk konsumsi masyarakat harus memenuhi persyaratanaman, sehat, utuh, dan halal (ASUH)

Pasal 61 Ayat 1

Pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus :a. dilakukan di rumah potong; dan

b. mengikuti cara penyembelihan yangmemenuhi kaidah kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan

- Teknis kehalalan- Produk hewan

“Halalan Thoyyibban”

ASUH

PP 95 Tahun 2012 tentang Kesmavet dan Kesejahteraan Hewan

upacara keagamaan

upacara adat

pemotongan darurat

HARUS DIBAWAH PENGAWASAN DOKTER HEWAN BERWENANG KAB/KOTA

belum memiliki rumah potongHewan

kapasitas pemotongan di rumah potong Hewan yang ada tidak memadai.

mengalami kecelakaan

korban Bencana Alam nonbiologi yang mengancam jiwanya.

Pasal 11 : Penyembelihan di Luar RPH-R

III. KESEJAHTERAAN

HEWAN

Kesejahteraan hewan adalah kondisi fisik dan psikologi hewan yang dipandang dari sudut pemenuhan kebutuhan dasar dan lingkungannya ::

Bebas dari rasa lapar dan hausBebas dari rasa tidak nyaman Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit Bebas dari rasa takut dan tertekan Bebas untuk menampilkan perilaku alaminya

Tujuan kesrawan :Melindungi sumberdaya hewan dari perlakuan orang ataubadan hukum yang dapat mengancam kesejahteraan dankelestarian hewanPada hakekatnya untuk kesejahteraan manusia

Pasal 66

Untuk kepentingan kesejahteraan

hewan dilakukan tindakan yang

berkaitan dengan penangkapan danpenanganan; pengangkutan;pemotongan dan pembunuhan; sertaperlakuan dan pengayoman yang wajarterhadap hewan

Dilakukan secara manusiawisehingga hewan bebas dari rasalapar dan haus, rasa sakit,penganiayaan dan penyalahgunaanserta rasa takut dan tertekan

UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Pasal 67

Penyelenggaraan kesejahteraan

hewan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 66 ayat (1) dan ayat

(2) dilaksanakan oleh Pemerintah

dan Pemerintah Daerah bersama

masyarakat

Pelaksanaan kesejahteraanhewan diutamakan pada upayapeningkatan kesadaran danpartisipasi masyarakat melaluipendidikan, pelatihan danpenyuluhan

Manfaat Penerapan KESRAWAN Pada Ternak

Manfaat Pada Hewan: produksi meningkat

karena hewan dipelihara dengan baik

Manfaat Pada Peternak: terjaminnya

kontinuitas produksi, meningkatnya skala usaha dan tumbuhnya kepercayaan konsumen

Manfaat Pada Konsumen: adanya

jaminan keamanan, kualitas dan kehalalan produk

Arah Kebijakan Kesejahteraan Hewan Produksi

Penerapan prinsip kesejahteraan hewan produksi

adalah untuk menghasilkan produk hewan yang

aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)

Pedoman Kesrawan OIE (Guidelines OIE)

diadopsi namun dengan tetap mempertimbangkan

aspek budaya / agama / sosial /ekonomi / adat

masyarakat yang bersifat positif serta keamanan

pangan Harmonisasi .

Pelaksanaan kesejahteraan hewan secara

bertahap dengan pola pemberdayaan masyarakat

melalui upaya peningkatan kesadaran dan

partisipasi masyarakat

Kesrawan Budidaya

( GFP )

Kesrawan Penyembelihan

( GSP )

FARM RPH/RPUPengangkutan /

Pasar Hewan

PENERAPAN KESRAWAN PADA RANTAI PRODUKSI

Kesrawan Transportasi

( GTP )

GFP : Good Farming Practices ; GTP : Good Transportation Practices ; GSP : Good Slaughtering Practices

Penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya

Pemeliharaan, pengamanan, perawatan dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan.

Pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan

Pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan dan penyalahgunaan

Keterangan : - Manusiawi tindakan yang merujuk pada etika dan nilai kemanusiaan.- Penganiayaantindakan yang memperlakukan hewan diluar batas

kemampuan biologis dan fisiologis hewan- Penyalahgunaan tindakan memperlakukan hewan secara tidak wajar

dan/atau tidak sesuai dengan peruntukan atau kegunaan hewan tersebut

Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan

TINDAKAN YANG MELANGGAR KESRAWAN DI RPH

• Transportasi yang tidak benar• Menganiaya dan menyakiti hewan serta

membiarkan kelaparan saat pengangkutan• Pemberian air minum yang berlebihan (glonggong)

dengan tujuan meningkatkan berat badan• Memotong bagian-bagian tertentu saat ternak

masih hidup dengan tujuan memudahkanpenyembelihan

• Penusukan jantung saat ayam masih hidup dengantujuan mempercepat kematian dan pengeluarandarah.

IV. HIGIEN SANITASI

PEMENUHAN SARANA PRASARANA

PERUBAHAN PERILAKU

V. RPH RUMINANSIA

Rumah Pemotongan Hewan

(RPH)

Kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan tekhnis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong bagi konsumsi masyarakat

KOMPLEKS RPH RUMINANSIA

SISTEM PEMOTONGAN TERNAK

Model I

• Terlalu banyak orang didalam ruang RPH

• Sulit pengawasannya• Cenderung kotor

Model II

• Spesialisasi pekerjaan• Sedikit orang di dalam

ruang RPH• Mudah pengawasannya

• Lebih ASUH

VI. GOOD SLAUGHTERING

PRACTICES (SAPI)

PROSES PEMOTONGAN SAPI

SEBELUM

PENYEMBELIHAN

Penanganan ternak yang dibawa masuk ke RPH

Pemeriksaan Ante Mortem

Sanitasi Ruangan dan Higien Personal

PENYEMBELIHAN

Penanganan ternak ke ruang penyembelihan

Ruang Kotor

Penanganan kebersihan hewan

Fiksasi Hewan

Penyembelihan ternak

Pemisahan kepala dan ekstremitas

Penggantungan ternak pasca penyembelihan

Pengulitan ternak

Pengeluaran isi rongga dada dan perut

Ruang

bersihPembelahan karkas

Pemeriksaan post mortem

Pemberian cap

PASCA

PENYEMBELIHAN

PelayuanRuang

bersihPemotongan karkas

Penyimpanan daging

1. PENANGANAN TERNAK SAPI YANG DIBAWAMASUK KE RUANG RPH

2. PEMERIKSAAN ANTE MORTEM

Mengamati dengan seksama :• Sikap hewan potong pada saat berdiri dan bergerak yang

dilihat dari segala arah.• Lubang kumlah (hidung, telinga, anus) serta selaput lendir

mulut, mata dan cermin hidung.• Kulit serta kelenjar getah bening (lymphogladula, lg.)

submaxillaris, parotidea, prae scapularis dan inguinalis.• Indikasi pemberian hormon dan antibiotika.• Pengukuran suhu tubuh.• Dilaksanakan uji laboratorik jika terdapat kecurigaan tentang

adanya penyakit yang tidak dapat diketahui dalampengamatan.

Hasil pemeriksaan ante mortem adalah suatu keputusan yang berlakuhanya 24 jam sejak waktu pemeriksaan yaitu :

1. Hewan diijinkan untuk disembelih tanpa syarat jika hewan tersebutsehat serta tidak bunting atau tidak produktif untuk ternak betina,

2. Hewan diijinkan untuk disembelih dengan syarat apabila menderitaatau menunjukkan gejala penyakit (tabel 1)

3. Hewan ditunda untuk disembelih karena menderita suatu penyakityang belum jelas penyakitnya (dubius); diikuti dengan tindakan isolasi,pengamatan seksama dan uji laboratorik. Kandang isolasi harus jauhdari kandang penampungan dan bangunan utama RPH serta dibangundi bagian yang lebih rendah dari bangunan lainnya.

4. Hewan ditolak untuk disembelih dan harus dimusnahkan apabilamenunjukkan gejala penyakit hewan menular dan atau penyakit eksotik(tabel 2)

3. FIKSASI HEWAN

4. PEMINGSANAN HEWAN

Pemingsanan Hewan Sebelum Pemotongan (Stunning)

Pemingsanan secara mekanis:Alat yang digunakan:• Captive bolt pistol

(penetrative, non-penetrative)

• Untuk sapi, kerbau, babi, domba

• Pemukul khusus (misalnya kayu): di Indonesia

• Untuk babi• Jika jarak waktu (interval)

antara pemingsanan dan pengeluaran darah relatif lama menyebabkan blood splashing (hemoragi).

Pemingsanan dengan Gas:

Gas yang digunakan CO2 berkadar 65 – 70%

Pemingsanan dengan Listrik:

Pertama kali digunakan tahun 1930-an

Menggunakan arus listrik bolak-balik atau AC (alternating current)

Arus listrik yang digunakan: >250 mA dan > 75 Volt, selama 10 detik (yang dianjurkan):

1. Low-voltage electrical stunning

Dua elektrode dijepit pada kedua sisi kepala.

75 V (50Hz), <7 detik

2. High-voltage electrical stunnin 300 V, 2-3 detik

Aplikasi: head-to-back/leg stunning, biasanyamenggunakan restrainer conveyor.

Butuh tenaga terampil dan terlatih (karena menggunakanarus listrik sehingga resiko tinggi): masalah keselamatankerja.

Hewan harus segera disembelih atau dikeluarkandarahnya setelah pemingsanan jika tidak, akan terjadiblood splashing.

Diterapkan pada babi, sapi, domba/kambing

5. PENYEMBELIHAN HEWAN

Penyembelihan Hewan

Persyaratan teknis penyembelihan sesuai dengan Fatwa MUI

Penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam pada bagian ventral leher (8-10 cm di belakang lengkung rahang bawah) sehingga trachea, vena jugularis - arteria communis dan oesophagus terpotong sekaligus.

Skema PENAMPANG MELINTANG LEHER

a. vertebralis

a. carotis communis dextra

v. jugularis dextra

oesophagus

v. jugularis sinistra

a. carotis communis sinistra

os cervicalis

trachea

Hilangnya respon otak

(referens)

2 a. Carotis + v. jugularis 14 detik

2 v. jugularis 70 detik

Jantung yg diinduksi listrik 298 detik

Berhentinya kerja jantung 28 detik

Mati Sempurna : Kematian fungsi otak hilangnya respon reflek palpebrae / kelopak mata

6. PEMOTONGAN KEPALA DAN EKSTREMITAS

7. PENGULITAN

a

8. Pengeluaran jeroan

9. Pembelahan karkas

10. PEMERIKSAAN POST MORTEM

Keputusan hasil pemeriksaan post mortem yaitu :1. Daging dapat diedarkan untuk konsumsi jika sehat dan aman yaitu :

a. Daging berasal dari hewan potong yang tidak menderitapenyakit.

b. Daging berasal dari hewan potong yang menderita penyakitarthritis, hernia, fraktura, absces, actinomycosis, actinobacillosisdan mastitis serta penyakit lain yang bersifat lokal setelahbagian-bagian yang tidak layak untuk konsumsi manusia dibuang.

2. Daging dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat sebelumperedaran jika daging menunjukkan gejala penyakit tertentu (lihattabel)

3. Daging dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat selamaperedaran (lihat tabel).

4. Daging dilarang diedarkan untuk konsumsi karena berbahaya bagikonsumsi manusia sehingga harus dimusnahkan (liat tabel).

11. Pemberian cap

VII. RPH

UNGGAS

KOMPLEKS RPH UNGGAS

RPH-U (line conveyor system)

Bleeding time ( 3 menit )

VIII. GOOD

SLAUGHTERING

PRACTICES (AYAM)

PROSES PEMOTONGAN UNGGAS

SEBELUM

PENYEMBELIHAN

Penanganan ternak yang dibawa masuk ke RPULuar

Bangunan

RPU

Pemeriksaan Ante Mortem

Sanitasi Ruangan dan Higien Personal

Penimbangan Ternak Unggas (hidup)

PENYEMBELIHAN

Penggantungan unggas (hidup)

Ruang sembelih

Ruang kotor

Pemingsanan unggas

Penyembelihan unggas

Pencelupan ke dalam air panas

Ruang

pencabutan bulu

Pencabutan bulu

Pemotongan kepala dan leher

Pemotongan ceker

Pemotongan kloakaRuang

pengeluaran

jeroan

Pengeluaran jeroan

Pembuangan kloaka

Pencucian

PASCA

PENYEMBELIHAN

Penirisan

Ruang

bersih

Seleksi

Pemotongan bagian karkas

Pendinginan

1. PENANGANAN TERNAK AYAM YANG DIBAWAMASUK KE RUMAH POTONG UNGGAS

2. PEMERIKSAAN ANTE MORTEM

Mengamati kondisi fisik, suara dan bulu serta gejala klinis.

Dilakukan paling lama 24 jam sebelum penyembelihan.

Hasil pemeriksaan ante mortem :• Hewan diijinkan disembelih : Dilakukan hanya pada unggas yang

sehat. Keputusan pemeriksaan ini berlaku 24 jam post pemeriksaan• Hewan ditolak untuk disembelih :

– Unggas dalam keadaan mati– Unggas tersebut menderita atau menunjukkan salah satu gejala penyakit

Salmonellosis, Ornithosis, Avian Tuberculosis, ektoparasit pada unggasErysipelas pada Unggas.

– Unggas tidak disertai dokumen SKH.

3. PENGGANTUNGAN TERNAK UNGGAS (HIDUP)

4. PEMINGSANAN UNGGAS

5. PENYEMBELIHAN UNGGAS

6. BLEEDING TIME

7. PENCELUPAN KE DALAM AIR PANAS

8. PENCABUTAN BULU

9. Pemotongan kepala dan leher, kloaka,pengeluaran jeroan

10. PEMERIKSAAN POST MORTEMHasil pemeriksaan post mortem daging unggas adalah sebagai berikut :1. Daging dapat diedarkan dan dikonsumsi tanpa syarat :

a. Daging berasal dari unggas sehat.b. Daging mengandung residu bahan hayati, bahan kimia, logam berat,

antibiotika dan obat lainnya dibawah ambang batas yang ditetapkan di Indonesia.

2. Daging dapat dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat sebelumperedaran :

- Daging berasal dari unggas yang menderita arthritis, fraktura, absces danephitelimia serta penyakit yang bersifat lokal setelah bagian yang tidaklayak dikonsumsi dibuang

3. Daging dilarang diedarkan dan harus dimusnahkan :a. Daging dengan warna, konsistensi dan bau tidak normal, sepsis,

cachexia, hydrops dan oedema.b. Daging berasal dari unggas yang menderita Salmonellosis, Ornithosis,

Avian Tuberculosis, Ektoparasitosis, Aspergillosis dan Erysipelas padaunggas.

c. Daging mengandung residu bahan hayati, bahan kimia, logam berat, antibiotika dan obat lainnya diatas ambang batas yang ditetapkan di Indonesia.

10. PENCUCIAN KARKAS