View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
PENGARUH TRADE OFF THEORY DAN PECKING ORDER THEORY
TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI INDEKS LQ45 PERIODE 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
AISHA ABDULLAH
1111081000128
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1436 H/2015 M
ii
PENGARUH TRADE OFF THEORY DAN PECKING ORDER THEORY
TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI INDEKS LQ45 PERIODE 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Aisha Abdullah
NIM : 1111081000128
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I ` Pembimbing II
(Dr. Hj. Pudji Astuty) (Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA)
NIP. 0311065805 NIP.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1436 H/2015 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 10 Maret 2015 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Aisha Abdullah
2. NIM : 1111081000128
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Trade Off Theory Dan Pecking Order Theory
Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Lq45
Periode 2010-2014”.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2015
1. Najwa Khairani, M. Sc
NIP.
2. Lili Supriadi, MM
NIP.
3. Amalia, SE., MSM
NIP.
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin 22 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
5. Nama : Aisha Abdullah
6. NIM : 1111081000128
7. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
8. Judul Skripsi : “Pengaruh Trade Off Theory Dan Pecking Order Theory
Terhadap Struktur Modal Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Lq45
Periode 2010-2014”.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 September 2015
1. Dr. Desmadi Saharuddin, MA
NIP. 19720711 200501 1 007
2. Titi Dewi Warninda ( )
NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris
3. Dr. Hj. Pudji Astuty ( )
NIP. 0311065805 Pembimbing I
4. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA ( )
NIP. Pembimbing II
5. Adhitya Ginanjar, M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aisha Abdullah
No.Induk Mahasiswa : 1111081000128
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen / Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melalukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 10 Juli 2015
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Aisha Abdullah
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 15 April 1992
Alamat : Komp. Billabong blok C1G no. 22 Kab. Bogor
16962
Status Perkawinan : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : aishabalfas@gmail.com
PENDIDIKAN
2011 – 2015 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007 – 2010 : SMAN 60 Jakarta
2004 – 2007 : SMPN 182 Jakarta
1998 – 2004 : SDN 05 Rawajati
1997 – 1998 : TK Al-Islah
PENGALAMAN ORGANISASI
1. HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) manajemen 2012-2013
PENGALAMAN KERJA
1. Staff Administrasi Kementrian Agama Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh 2015
vii
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of the pecking order theory
and trade off on the capital structure of the companies listed in LQ45 . The
sampling method used in this research is purposive sampling , which LQ45 as
research samples . The data used in this research is secondary data obtained from
the company's financial statements for 2010-2014 . The methodology used in the
formation of capital structure pecking order theory and static trade off theory.
Results of this study found the capital structure of the companies listed in LQ45
wear pecking order theory approach . Pecking order theory prefers mengunakaan
earnings to finance operations of the company .
Keywords : Pecking Order Theory, Static Trade Off Theory, Capital Structure
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh teori pecking order
dan trade off pada struktur modal perusahaan-perusahaan yang terdaftar di indeks
LQ45. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, dimana indeks LQ45 sebagai sampel penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan
keuangan perusahaan tahun 2010-2014. Metodologi yang digunakan dalam
pembentukan struktur modal adalah pecking order theory dan static trade off
theory. Hasil dari penelitian ini menemukan struktur modal perusahaan yang
terdaftar di indeks LQ45 memakai pendekatan pecking order theory. Pecking
order theory lebih mengutamakan mengunakaan laba untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan.
Kata Kunci : Pecking Order Theory, Static Trade Off Theory, Struktur Modal
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha segalanya, syukur alhamdulillah atas
karunia-Mu ya Rabb, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses
penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Trade Off Theory dan Pecking
Order Theory terhadap Struktur Modal Perusahaan yang terdaftar di
Indeks LQ45 Periode 2010-2014”, semata-mata bukanlah hasil usaha penulis
sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang memberikan bantuan, bimbingan dan
motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan rasa syukur
sebagai wujud dari rasa terima kasih kepada :
1. Orang tua yang sangat aku cintai yang memiliki peran penting dan tak
terkira, yang telah memberiku doa tulus ikhlas, dan kasih sayang serta
dukungan moril dan materil kepada penulis.
2. Untuk kakak-kakakku yang selalu membantu dan memberikan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis selama menimba ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty sebagai dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing dan
memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi hingga
akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.
6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II,
yang telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.
x
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah sabar dan ikhlas mendidik dan
memberikan ilmu yang Insya Allah dapat bermanfaat.
8. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Kawan-kawan kelas Manajemen D angkatan 2011, terutama untuk Debi,
Dede, Dina, dan Priska yang selalu memberikan semangat dan membantu
jika sedang kesulitan. Mereka merupakan teman-teman seperjuangan yang
sering menemani dalam pembuatan skripsi.
10. Kawan-kawan Kelas Manajemen Keuangan angkatan 2011 yang bersama-
sama kita suka tukar pikiran dan saling menyemangati dalam tiap belajar,
ujian bahkan sampai pengerjaan skripsi.
11. Untuk Roby Akbar yang sering menemani, membantu dan selalu
menyemangati dalam pembuatan skripsi.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca
umumnya.
Ciputat, 08 September 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .......................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ..................................................................... iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat ...................................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vi
Abstract ..............................................................................................................vii
Abstrak ...............................................................................................................viii
Kata Pengantar ................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. xi
Daftar Tabel .......................................................................................................xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................10
D. Manfaat Penelitian ......................................................................11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Modal ...........................................................................12
B. Trade Off Theory .......................................................................18
C. Pecking Order Theory ...............................................................23
D. SignallingTheory .......................................................................25
xii
E. Modigliani and Miller Theory ...................................................26
F. Agency Cost ................................................................................31
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ..................32
1. Struktur Aktiva ....................................................................32
2. Ukuran Perusahaan ..............................................................32
3. Intensitas Modal ..................................................................33
4. Likuiditas .............................................................................34
5. Profitabilitas .........................................................................35
6. Harga Saham ........................................................................36
7. Pertumbuhan Perusahaan .....................................................37
H. Penelitian Terdahulu ..................................................................39
I. Kerangka Pemikiran ..................................................................49
J. Hipotesis ....................................................................................50
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................52
B. Teknik Penentuan Sampel .........................................................53
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................56
D. Metode Analisis ........................................................................56
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................62
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Analisis .....................................................................67
1. Deskriptif Data Sampel .......................................................67
2. Analisa Data Penelitian .......................................................68
3. Analisis dan Pembahasan ....................................................81
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................98
B. Saran ..........................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................101
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu ................................................................. 44
Tabel 3.1 : Operasional Variabel Penelitian ............................................... 65
Tabel 4.1 : Daftar Nama Perusahaan yang terdaftar di LQ45..................... 68
Tabel 4.2 : Daftar Struktur Modal Perusahaan ........................................... 69
Tabel 4.3 : Daftar Struktur Aktiva Perusahaan .......................................... 71
Tabel 4.4 : Daftar Ukuran Perusahaan ....................................................... 72
Tabel 4.5 : Daftar Intensitas Modal ........................................................... 74
Tabel 4.6 : Daftar Likuiditas ...................................................................... 75
Tabel 4.7 : Daftar Profitabilitas .................................................................. 77
Tabel 4.8 : Daftar Harga Saham ................................................................. 79
Tabel 4.9 : Daftar Pertumbuhan Perusahaan ............................................... 80
Tabel 4.10 : Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test ........................................ 83
Tabel 4.11 : Hasil Uji multikolinearitas ........................................................ 85
Tabel 4.12 : Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 85
Tabel 4.13 : Hasil Analisis Regresi Berganda .............................................. 86
Tabel 4.14 : Tabel Anova ............................................................................. 88
xiv
Tabel 4.15 : Model Summary ........................................................................ 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Normal P-Plot ........................................................................... 82
Gambar 4.2 : Scatterplot ................................................................................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil output spss regresi linear berganda.................................. 104
Lampiran 2 : Hasil output spss regresi linear berganda .................................. 105
Lampiran 3 : Hasil output spss regresi linear berganda .................................. 106
Lampiran 4 : Data Perusahaan.... .................................................................... 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Dalam perusahaan, manajemen keuangan mempunyai arti penting dalam
kegiatan operasi, dan pengelolaan perusahaan. Manajemen keuangan diharapkan
bisa menangkap dan mengantisipasi perubahan di masa yang akan datang dengan
penyesuaian dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Manajemen
keuangan dapat juga dipandang sebagai suatu manajemen yang mempelajari
fungsi-fungsi dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan
memaksimumkan kemakmuran dan kekayaan pemegang saham serta
memaksimumkan harga saham, selain itu tujuan manajemen keuangan adalah
memaksimalkan nilai dari perusahaan (Zulkifli:2012). Tujuan perusahaan menurut
pandangan manajemen keuangan, pada dasarnya adalah mengoptimalkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera
pula share holdernya. Nilai perusahaan akan tercemin dari harga sahamnya
(Fama:1978, Wright & Ferris :1997, dan Walker :2000 dalam Hasmawati: 2005).
Jadi semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan
diterima oleh pemilik perusahaan.
Agar tujuan tercapai maka manajer keuangan harus dapat menjalankan
fungsi-fungsi dari manajemen dengan baik. Menurut Sutrisno (2007 : 5), fungsi
manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh
suatu perusahaan, yaitu :
2
a. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.
b. Keputusan Pendanaan
Keputusan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada
keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan
menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi
perusahaan guna mempelajari kebutuhan-kebutauhan investasi.
c. Keputusan Dividen
Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan:
1. Besarnya presentase laba yang dibagikan kepada para pemegang
saham dalam bentuk cash dividend,
2. Stabilitas dividen yang dibagikan,
3. Dividen saham (stock dividen),
4. Pemecahan saham (stock spilit), serta
5. Penarikan kembali saham beredar, yang semuanya ditujukan untuk
meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam
kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan
atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan
3
dengan komposisi hutang, saham preferen, dan saham biasa yang harus digunakan
oleh perusahaan. Manajer harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber
dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien. Secara efisien
disini dimaksudkan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang
mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Biaya
modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi
yang secara langsung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer keuangan.
Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul
sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer
menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari
dana atau modal sendiri yang digunakan.
Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan
menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi yang selanjutnya
dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Keputusan pendanaan
perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan
aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu
sendiri. Perusahaan memerlukan dana untuk investasi dan operasinya, dalam
memperoleh dana tersebut perusahaan dapat mengundang investor sebagai
investor ekuitas dan investor utang. Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan
dana, perusahaan itu bisa mengundang investor untuk menanamkan uang kas
sebagai ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas
investor itu plus tingkat bunga tetap (Brarely Myers dan Brigham,2009).
4
Sejak diterbitkannya Paket Kebijaksanaan Desember 1988, pengusaha
memperoleh kemudahan untuk mendapatkan dana melalui pasar modal yaitu
dengan dipermudahnya persyaratan untuk go public. Kemudahan tersebut telah
mendorong pengusaha untuk melakukan ekspansi guna menunjang pertumbuhan
ekonomi. Terkadang ekspansi yang digunakan perusahaan telah menyebabkan
besarnya sumber modal pinjaman dalam struktur permodalan perusahaan.
Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko
yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau
tingkat keuntungan yang diharapkan.
Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap
risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi
kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban–
kewajibannya dan kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan
perusahaan.
Perusahaan memiliki fleksibilitas yang cukup besar dalam memilih
struktur modal. Selain memutuskan kombinasi pendanaan, manajer keuangan juga
harus memutuskan secara pasti bagaimana dan dimana perusahaan akan
mendapatkan uang. Biaya-biaya yang terkait dengan melakukan pendanaan jangka
panjang bisa jadi cukup besar jumlahnya, sehingga berbagai kemungkinan harus
dievaluasi secara cermat ( Ross Westerfield Jordan, 2009:4,5).
5
Dalam proses pengambilan keputusan mengenai sumber pendanaan yang
akan digunakan, seorang manajer akan melakukan analisis mengenai sifat dan
karakteristik serta biaya yang ditimbulkan dari penggunaan sumber dana tersebut.
Manajer dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan sumber dana internal
ataupun eksternal. Sumber dana internal dapat berasal dari retained earning,
sedangkan sumber dana eksternal dapat berupa hutang atau saham. Proporsi
masing-masing sumber dana akan mempengaruhi cost of capital dari struktur
modal perusahaan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah konsekuensi baik
finansial maupun non finansial atas penggunaan sumber dana tersebut. Keputusan
pembiayaan menjadi isu yang penting bagi perusahaan utamanya berkaitan
dengan optimal financing mix dimana perusahaan berusaha mencapai proporsi
debt to equity yang mampu meminimalkan cost of capital sehingga mampu
menaikkan nilai perusahaan di pasar.
Yang jadi permasalahan dari struktur modal adalah bagaimana agar
perusahanan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang
digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya
modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Hal inilah yang
menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat komposisi sumber
pembiayaan yang paling optimal. Capital structure (struktur modal) pada intinya
terdiri dua bagian penting, yaitu debt dan equity. Nilai perusahaan didefinisikan
sebagai penjumlahan nilai dari utang dan ekuitas perusahaan. Jika tujuan
manajemen adalah membuat perusahaan semakin bernilai, maka perusahaan harus
6
menentukan debt equity ratio yang membuat pie (semacam kue bola) sebesar
mungkin. Ada dua pertanyaan penting:
a. Kenapa pemegang saham harus peduli tentang maksimalisasi nilai
perusahaan?
Mungkin mereka harus tertarik dengan strategi yang
memaksimalkan nilai pemegang saham.
b. Berapakah rasio debt to equity yang memaksimalkan nilai
pemegang saham?
Selanjutnya, perubahan pada struktur modal akan menguntungkan
pemegang saham, jika dan ahanya jika nilai perusahaan meningkat. (Rodoni dan
ali,2014:130)
Dalam mempelajari pembentukkan struktur modal perusahaan, terdapat
lima teori yang dapat diandalkan yaitu Trade-off Theory, Pecking Order Theory,
Signalling Theory, MM Theory dan Agency Cost Theory . Pemilihan alternatif
dalam sumber dana berdasarkan Trade-off Theory, didasarkan kepada
pertimbangan biaya dan manfaat antara biaya modal dan penggunaan hutang,
yaitu antara biaya kebangkrutan dan keuntungan pajak. Pemilihan alternatif dalam
sumber dana berdasarkan Pecking Order Theory, didasarkan pada hierarki
keamanan penggunaan sumber dana (dimulai dari yang paling kecil biayanya)
yakni internal (retained earning), hutang, sampai kemudian pada saham sebagai
pilihan terakhir. Dalam Signalling Theory hal tersebut didasarkan bahwa manajer
menggunakan struktur modal sebagai sinyal. Ross mengatakan bahwa nilai
7
perusahaan akan naik seiring dengan penggunaan hutang, karena peningkatan
hutang mengangkat presepsi pasar tentang nilai perusahaan (Suad Husnan dalam
Sholihah 2006). Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer,
sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi
yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham.
Informasi ini menerangkan bahwa didalam pasar selalu ditemukan informasi yang
tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga dikatakan informasi yang
didapat tidak sempurna. Penambahan hutang baru misalnya, memberikan
informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak peminjam, sedangkan
penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan sedang dalam kesultan
dalam pendanaannya. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami
perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan
mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, terjadi pertanda atau
sinyal (signalling).
Dalam teori Modigliani-Miller (1958) capital structure irrelevance
proposition, yang mengasumsikan bahwa tidak terdapatnya bankruptcy cost,
agency cost, asymetric information dan berada pada pasar yang efisien sehingga
nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan tersebut
didanai (hutang dan ekuitas) dan bagaimana kebijakan dividennya. Teori M&M
ini mempengaruhi munculnya pengembangan teori struktur modal seperti trade-
off theory dan pecking order theory (Stewart C. Myers,1984).
Dalam Agency Cost Theory menyatakan bahwa dalam menentukan
struktur modal perlu pula dipertimbangkan biaya yang ditimbulkan dengan
8
adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dengan pihak manajemen
perusahaan. Berdasarkan teori ini struktur modal berpengaruh positif terhadap
kemungkinan kebangkrutan, nilai lebih arus kas, nilai likuiditas, target take over,
dan reputasi manager. Struktur modal berpengaruh yang lebih besar bagi pemberi
hutang, sehingga biaya hutang menjadi lebih besar juga. Biaya hutang yang besar
tersebut merupakan monitoring cost bagi manajemen. Karena biaya bunga
sifatnya tetap, biaya yang tinggi tersebut membuat para manager akan berusaha
untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi yang benar.
Penelitian ini mengambil perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45.
Menurut Triharjono (2013), indeks LQ45 merupakan saham likuid berkapitalisasi
pasar yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi, memiliki prospek
pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik, tidak berfluktuatif dan
secara objektif telah diseleksi oleh BEI dan merupakan saham yang aman dimiliki
karena fundamental kinerja saham tersebut yang bagus, sehingga dari sisi risikko
kelompok saham LQ45 memiliki risiko terendah dibandingkan saham-saham lain.
Dalam penelitian ini, untuk menghitung struktur modal perusahaan
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45, peneliti menggunakan DER (Debt
to Equity Ratio). Peneliti memilih menggunakan DER karena DER melihat
kekuatan modal dibagi hutang. DER juga biasa digunakan bank untuk melihat
tingkat besaran yang di berikan.
9
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah:
1. Apakah terdapat pengaruh variabel trade off theory yang terdiri
dari variabel struktur aktiva, total aktiva (ukuran perusahaan),
intensitas modal dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan
yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara
parsial dan simultan.
2. Apakah terdapat pengaruh variabel pecking order theory yang
terdiri dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga
saham, dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH) terhadap
struktur modal perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di
Bursa Efek Indonesia secara parsial dan simultan.
3. Dari kedua indikator tersebut, yaitu trade off theory yang terdiri
dari variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal
dan likuiditas pecking order theory yang terdiri dari variabel
profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham dan
pertumbuhan perusahaan (GROWTH), indikator apa yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia.
10
C. Tujuan Penelitian
Penilitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut
1. Untuk menguji pengaruh variabel trade off theory yang terdiri dari
variabel struktur aktiva, total aktiva (ukuran perusahaan), intensitas
modal dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia secara
parsial dan simultan.
2. Untuk menguji pengaruh variabel pecking order theory yang terdiri
dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham
dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH) terhadap struktur modal
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di Bursa Efek
Indonesia secara parsial dan simultan.
3. Untuk menguji ketiga indokator tersebut yaitu trade off theory
yang terdiri dari variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan,
intensitas modal dan likuiditas pecking order theory yang terdiri
dari variabel profitabilitas (ROA), intensitas modal, harga saham
dan pertumbuhan perusahaan (GROWTH), indikator apa yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap struktur modal
perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
11
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi investor dan masyarakat , dengan adanya penelitian ini
diharapkan investor serta masyarakat dapat memberikan masukan
dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan pembentukan
struktur modal untuk menghasilkan struktur modal yang optimal.
2. Dunia penelitian dan Akademis, dapat menambah literatur mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat leverage perusahaanpada
perusahaan-perusahaan yang go public di Indonesia. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memacu penelitian yang lebih baik
mengenai pengaruh faktor-faktor penentu kebijakan struktur modal
terhadap tingkat leverage perusahaan pada masa yang akan datang.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan kontribusi konseptual
bagi pengembangan literatur dan menambah referensi tetntang
kebijakan struktur modal perusahaan dan faktor yang mempengaruhi,
sehingga dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan penelitian
yang sejenis.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Modal
Struktur modal sangatlah penting bagi perusahaan karena menyangkut
kebijakan penggunaan sumber dana yang paling menguntungkan. Dalam
mendanai kebutuhan pendanaan perusahaan dapat menggunakan modal sendiri
dan modal asing atau utang. Jika menggunakan utang maka perusahaan akan
menanggung biaya tetap yaitu bunga. Masalah leverage muncul karena
perusahaan menggunakan aset yang menyebabkan harus membayar biaya tetap
dan menggunakan utang yang menyebabkan perusahaan menanggung beban tetap.
Struktur modal adalah kombinasi atau perimbangan antara utang dan
modal sendiri (saham preferen dan saham biasa) yang digunakan perusahaan
untuk merencanakan mendapatkan modal. (Ambarwati, 2010:1). Perusahaan harus
mengambil keputusan permodalan yang paling optimal sehingga antara utang dan
ekuitas benar-benar kombinasi yang dapat menghasilkan keuntungan atau return
bagi perusahaan yang akhirnya memaksimalkan nilai perusahaan.
Struktur modal (capital structure) sebuah perusahaan adalah kombinasi
spesifik ekuitas dan utang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk
mendanai operasinya. Manajer keuangan memiliki dua kepentingan dalam area ini
(Ross, Westerfield, dan Jordan, 2009:4).
13
Dalam menentukan struktur yang paling optimal, teori tersebut telah
banyak dikembangkan oleh para pakar dengan menganalisa komposisi utang dan
modal. Teori struktur modal yang dikenal pertama kali ialah yang dicetuskan oleh
Franco Modigliani dan Merton Miller (disebut teori MM). Menurutnya, dalam
struktur yang menggunakanyang menggunakan dana dari utang tidak mempunyai
pengaruh apa pun terhadap nilai perusahaan. Namun bila mulai dipertimbangkan
faktor pajak, penggunaan utang akan sellau lebih menguntungkan dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan asumsi bahwa yang dipergunakan dalam
model ini adalah: Pertama; tidak ada biaya kebangkrutan. Kedua, tidak ada biaya
transaksi. Ketiga, bunga pinjaman dan simpanan besarnya sama bagi perorangan
atau pun perusahaan.
Modigliani Miller juga menjelaskan bahwa pembiyaan modal perusahaan
yang berasal dari luar perusahaan, baik berupa penerbitan obligasi atau pun
pinjaman jangka panjang mempunyai biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan
biaya modal sendiri. Hal tersebut disebabkan karena pertama, penghasilan yang
diterima oleh pemilik modal sendiri bersifat lebih tidak pasti dibandingkan dengan
pemberian kredit. Kedua, karena dalam peristiwa likuidasi pemilik modal sendiri
akan menerima bagian paling akhir setelah kredit-kredit dilunasi. Selain itu dilihat
dari segi pajak penggunaan utang (jangka panjang), biaya bunga dapat digunakan
untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (tax deductibility of interest
payment). Menghemat pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan. Namun
yang terpenting dalam keputusan perusahaan menetukan proporsi paduan jenis
atau seumber pembiayaannya haruslah memperhatikan risiko.
14
Teori yang dikenal dengan Trade off model, mengatakan bahwa bila
perusahaan menggunakan leverage maka perusahaan akan memperoleh
keuntungan berupa penghematan pajak (tax shield). Namun disisi lain harus pula
diperhitungkan biaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan leverage tersebut,
seperti biaya kebangkrutan dan biaya keagenan (Keown, et.al:2005).
Dalam teori Asymetris information diterangkan bahwa dalam pasar selalu
ditemukan informasi yang tidak sama bagi pihak-pihak yang berbeda, sehingga
dapat dikatakan informasi yang didapattidak sempurna. Penambahan utang baru,
misalnya memberikan informasi bahwa perusahaan dapat dipercaya oleh pihak
peminjam, sedangkan penerbitan saham baru dapat dianggap bahwa perusahaan
sedang dalam kesulitan dalam hal pendanaanya. Beberapa pengujian
membuktikan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap penambahan
utang dan berpengaruh negatif terhadap penerbitan saham baru.
Dapat disimpulkan bahwa didalam menentukan struktur modal,
perusahaan harus membuat komposisi yang tepat dari paduan sumber dananya,
sehingga diharapkan tingkat pengembalian investasinya dari sumber dana tersebut
dapat mempengaruhi harga saham melalui return yang diperoleh meningkat.
Selain itu, pengaturan komposisi ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan
timbulnya risiko. Dengan kata lain struktur modal yang optimal harus membawa
keseimbangan antara risiko dan pengembalian (Rodoni dan Ali, 2014: 130)
Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan
perkembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat
perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai,
15
apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka
panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada
dampaknya. Misalnya bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar
deviden dan keputusan-keputusan kebijakan atau pengelolaan dari pemegang
saham perlu diperhatikan. Bila sumber modal dari saham preferen ada kewajiban
membayar deviden yang harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan
perusahaan likuidasi maka pemegang saham preferen akan didahulukan
pengembalian nilai sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka
panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh
tempo (Dewi Astuti, 2004: 138).dengan demikian, Manajer keuangan akan
berhubungan dengan sisi kanan neraca. Jika kita melihat pendanaan gabungan
untuk perusahaan-perusahaan dari berbagai macam industri, akan terlihat
perbedaan yang jelas. Beberapa perusahaan memiliki hutang yang lebih besar dari
perusahaan-perusahaan lain. Apakah jenis pendanaan yang dipakai memiliki
pengaruh terhadap perbedaan-perbedaan yang timbul dan apakah pendanaan
gabungan tertentu dapat memberikan hasil yang terbaik (Indo Yama dan Hemmy
Fauzan, 2006).
Struktur modal perusahaan (atau struktur keuangan) adalah campuran
antara hutang jangka panjang dan modal perusahaan yang digunakan untuk
membiayai operasinya (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 3). Menurut Van
Horne dan Wachowicz (2007: 232) dalam buku prinsip-prinsip manajemen
keuangan, struktur modal adalah bauran (atau proporsi) pendanaan permanen
16
jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan
ekuitas saham biasa.
Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal
pinjaman yang terdiri dari hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang
jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari saham preferen dan saham
biasa (Sjahrial, 2008). Struktur modal menggambarkan proporsi antar hutang
jangka panjang dan modal sendiri (Moeljadi, 2006: 236). Menurut Warsono
(2003), struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan
jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sedangkan menurut Dewi Astuti
(2004: 138), struktur modal merupakan bauran atau perpaduanhutang jangka
panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah
perpaduan antara hutang, saham preferen,saham biasa yang dikehendaki
perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal
adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.
Dalam laporan keuangan neraca sisi kredit, dapat dilihat susunan atau
struktur modal yang ada pada suatu perusahaan. Bagian dari struktur modal ini
disebut komponen modal. Jadi pos-pos yang berada pada sisi kanan neraca yang
terdiri berbagai jenis hutang, saham preferen dan ekuitas saham biasa disebut
komponen modal. Komponen modal adalah salah satu jenis modal yang
digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana (Dewi Astuti, 2004: 127).
17
Capital structure atau strukturn modal merupakan proporsi atau
perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan,
apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham
(Brigham dan Gapenski: 2003). Sedangkan menurut Keown, et.al. (2005), struktur
modal adalah panduan atau kombinasi sumber dan jangka panjang yang
digunakan oleh perusahaan. Weston dan Copeland (2005) mengatakan bahwa
struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka
panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Sedangkan menurut
Bambang Riyanto (1992) memberikan gambaran tentang pengertian struktur
modal bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana
mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Apabila struktur financial tercermin pada keseluruhan passive dalam neraca, maka
struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur-unsur modal
sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana
jangka panjang.
Berdasarkan referensi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur
modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja
perusahaan, di mana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan
sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama,
yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. (Rodoni dan Ali,2014:129)
18
B. Trade Off Theory
Model ini dikembangkan oleh Baxter (1967), Kraus and Litzenberger
(1973) dan Kaaro (2002), yang mencoba menguji pendapat MM dengan
menghubungkan asumsi-asumsi MM dengan biaya kebangkrutan (financial
distress cost) yang mana hal itu dapat meningkat sebanding dengan leverage yang
digunakan:
1. Pada tingkat leverage rendah manfaat penghematan pajak akibat
penggunaan utang dapat melebihi biaya kebangkrutan perusahaan, dan
2. Pada tingkat leverage tinggi biaya kebangkrutan justru bisa melebihi
manfaat penghematan pajak akibat penggunaan utang tersebut
3. Semakin besar penggunaan utang maka semakin besar pula keuntungan
akibat utang tersebut namun PV biaya financial distress dan agency juga
besar bahkan lebih besar.
Jadi disebut model trade-off karena struktur modal optimum terjadi jika
terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan
manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shield). Model trade-off
memang logis secara teori tapi secara empiris bukti-bukti yang mendukung model
ini kurang kuat, namun demikian MM dan Miller sangat berperan dalam
mengembangkan teori struktur modal. (Ambarwati, 2010: 49-50)
19
Menurut trade-off theory (Myers, 2001: 81) “Perusahaan akan berhutang
sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari
tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.
Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan
(bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory
dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor
antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan tetapi tetap
mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symetric information sebagai
imbangan dan manfaat penggunaan hutang.
Pengembangan teori MM adalah teori perimbangan statis (static trade-off).
Utang memiliki manfaat dan biaya. Utang menguntungkan perusahaan karena
pembayaran bunga, tidak seperti pembayaran dividen, diperhitungkan sebagai
biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang
dibayarkan berkurang (Budi Frensidy, 2008).
Disebut model trade off karena struktur modal yang optimal dapat
ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan hutang (tax shield
benefits of leverage) dengan biaya financial distress dan agency problem
(Warsono, 2003).
Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan
personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu
perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut
20
termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah.
Tetapi, apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka
hutang tidak boleh lagi ditambah (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 275).
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari
penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan.
Penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor,
jadi semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham
perusahaan. Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham
perusahaan akan dimaksimalkan jika menggunakan hutang 100 persen. Dalam
kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100 persen
karena perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2006).
Teori struktur modal yang disebut sebagai balancing theories (Myers,
1984 dan Bayles and Diltz, 1994). Disebut sebagai teori-teori keseimbangan,
karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal
sendiri. Pembicaraan balancing theories dimulai dari keadaan ekstrem, yaitu pada
kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak. Tentu saja kondisi
seperti ini tidak ada dalam dunia nyata (Husnan,2004: 324).
21
Model trade off tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang
optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat PV biaya financial distress
dan PV agency cost. Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting
(Lukas Setia Atmaja, 2008: 260):
1. Perusahaan yang meiliki aktiva yang tinggi variabilitas keuntungannya
akan memiliki probabilitas financial distress yang besar. Perusahaan
semacam ini harus menggunakan sedikit hutang.
2. Aktiva tetap yang khas (tidak umu), aktiva yang tidak nampak (intangible
assets) dan kesempatan bertumbuh akan kehilangan banyak nilai jika
terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam
ini seharusnya menggunakan sedikit hutang.
3. Perusahaan yang membayar pajak yang tinggi (dikenai tingkat pajak yang
besar) sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibanding perusahaan
yang membayar pajak lebih rendah.
Menurut (Brigham :2001) dalam Hasa (2008), hutang mempunyai keuntungan
pada:
1. Biaya bunga yang mempengaruhi penghasilan kena pajak, sehingga
hutang menjadi lebih rendah.
2. Kreditur hanya mendapatkan biaya bunga yang bersifat relatif tetap,
kelebihan keuntungan akan menjadi klaimbagi pemilik perusahaan.
22
Dalam static trade off theory, terdapat dua implikasi penting yaitu
perusahaan dengan resiko bisnis tinggi lebih baik menggunakan sedikit hutang.
Hal ini akan memperbesar biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga
perusahaan mengalami biaya kesulitan keuangan.
Menurut Erwin Prasetya dalam bukunya yang berjudul “hutang menjadi
untung”, dia mengungkapkan bahwa “hutang akan baik-baik saja apabila
penggunaanya baik, konseptual, dan berkomitmen” agar tidak terjebak kedalam
keputusan berhutang yang keliru, ada minimal 3 pertanyaan kunci yang perlu
diajukan sebelum memutuskan berhutang:
1. untuk apa hutang tersebut digunakan,
2. Berapa besar hutang yang ingin dan mampu anda ambil,
3. Bagaimana hutang itu bisa dilunasi dalam keadaan darurat.
Static trade off theory mengemukakan bahwa hutang mempunyai dua sisi.
Sisi positif dari hutang adalah bahwa pembayaran bunga akan mengurangi
pembayaran kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan nilai pasar
perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena adanya perbedaan
perlakuan pajak terhadap bunga dan dividen serta pembayaran bunga
diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan kena pajak, sehingga
jumlah pajak yang dibayar perusahaan perusahaan berkurang. Sebaliknya,
pembagian dividen kepada pemegang saham tidak mengurangi pembayaran
pembayaran pajak perusahaan. Jadi, dari sisi pajak akan lebih menguntungkan jika
perusahaan membiayai investasi dengan hutang karena adanya penghematan
23
pajak. Menurut teori ini, semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh
perusahaan, semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar
berkurang. Namun demikian, besarnya hutang ini dibatasi oleh besarnya biaya-
biaya kepailitan dan biaya tekanan keuntungan yang timbul menjelang perusahaan
bangkrut (cost of financial distress).
C. Pecking Order Theory
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 275) dalam buku “dasar-dasar
manajemen keuangan”, disebut sebagai pecking order theory karena teori ini
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang
paling disukai. Teori ini mendasarkan diri atas informa asimetrik (asymmetric
information), suatu istilah yang menunjukkan bahwa manajemen mempunyai
informasi yang lebih banyak (tentang prospek, risiko, dan nilai perusahaan)
daripada pemodal publik. Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak
dari pemodal karena merekalah yang mengambil keputusan-keputusan keuangan,
yang menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat
dilihat dari reaksi harga saham pada waktu manajemen mengumumkan sesuatu
(seperti peningkatan pembayaran deviden).
Menurut pecking order theory terdapat skenario urutan dalam memilih
sumber pendanaan (Smart, Megginson dan Gitman, 2004: 458-459):
1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam
atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal
24
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan.
2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang
paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas
hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham
biasa.
3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh
seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan
deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keutungan, serta
kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio
investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak
mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan
urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat
hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan
investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa
perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang kecil.
Informasi asimetrik ini mempengaruhi pilihan antara sumber dana internal
(yaitu dana dari hasil operasi perusahaan) ataukah eksternal, dan antara penerbitan
hutang baru ataukah ekuitas baru. Karena itu teori ini disebut pecking order
25
theory. Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan
mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai.
Sesuai dengan teori ini, maka investasi akan dibiayai dengan dana internal terlebih
dahulu (yaitu laba yang ditahan), kemudian baru diikuti oleh penerbitan saham
hutang baru, dan akhirnya dengan penerbitan ekuitas baru. Dengan adanya
asimetrik informasi tersebut juga akan mengakibatkan perusahaan lebih suka
pendanaan internal daripada eksternal. Penggunaan dana internal tidak
mengharuskan perusahaan mengungkapkan informasi baru kepada pemodal
sehingga dapat menurukan harga saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 278).
D. Signalling Theory
Model ketiga tentang struktur modal adalah teori signalling yang
dikembangkan Ross (1977). Model ini, seperti juga teori pecking order,
berdasarkan asumsi adanya asimetri informasi antara manajer dan investasi ( Budi
Frensidy, 2008).
Signalling Theory (Teori Persinyalan) menurut Brigham dan Houston
(2006) merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang
diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran
struktur modal yang normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan
cenderung untuk menjual sahamnya, yang artinya menarik investor-investor baru
untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Adanya pengumuman penawaran
26
saham biasanya akan dianggap sebagai suatu sinyal bahwa prospek perusahaan
seperti ayng dilihat manajemen tidak terlalu cerah. Hal ini selanjutnya
menunjukkan bahwa ketika sebuah perusahaan mengumumkan penawaran saham
baru, biasanya harga sahamnya akan menurun.
Karena asimetri ini, pemegang saham tidak mempercayai pernyataan
manajemen bahwa prospek perusahaan bagus karena manajemen perusahaan lain
juga akan berkata sama. Bukankah berbicara dan berjanji itu mudah dan murah.
Kalau mau, manajer perusahaan bagus dapat melakukan signaling yang tidak
dapat diikuti perusahaan yang tidak bagus karena berharga terlalu mahal untuk
mereka. Ross mengatakan hanya perusahaan bagus yang dapat dipercaya kreditor
untuk berhutang banyak atau memperoleh hutang baru dan tetap dapat bertahan.
Perusahaan-perusahaan jelek tidak dapat mengambil langkah ini. Kalaupun
dipaksakan, sangat mungkin mereka akan berakhir dengan kebangkrutan karena
harus membayar bunga bank/obligasi yang sangat besar.
Menurut model ini, rasio hutang itu bergantung pada bagus jeleknya
perusahaan. Perusahaan bagus akan mempunyai rasio hutang yang besar
sementara perusahaan jelek akan menjaga rasio hutangnya tetap rendah (Budi
Frensidy, 2008).
E. Modigliani and Miller Theory
Teori ini dipelopori oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958 (dalam
Karadeniz et al, 2009) berdasarkan pendekatan Modigliani dan Miller tersebut
semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan maka akan
27
semakin besar pula nilai perusahaan, karena adanya efek corporate tax rate shield.
Hal tersebut dikarenakan pada saat berada dalam pasar sempurna dan ada pajak,
pada umumnya bunga yang dibayarkan akibat penggunaan hutang dapat
digunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Pendekatan ini
akan membawa pada kesimpulan semakin banyak penggunaan hutang pada
struktur modal maka semakin besar penghematan yang diraih sehingga semakin
besar nilai perusahaan. Namun nilai perusahaan justru tidak akan maksimal
dengan penggunaan hutang 100%. Ketidaksempurnaan pasar modallah yang
menyebabkan timbulnya biaya kebangkrutan serta tingginya biaya modal baik
disebabkan rating kredit yang rendah atau bila hutang telah mencapai titik
tertentu.
Teori Modigliani dan Miller (MM) adalah teori yang berpandangan bahwa
struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka (Brigham dan
Houston, 2001) yaitu:
1. Tidak terdapat agency cost
2. Tidak ada pajak
3. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan
4. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan
5. Tidak ada biaya kebangkrutan
28
6. Earning before interest and taxes (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang
7. Para investor adalah price-takers
8. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
(market value).
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang
dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak. Preposisi I: nilai dari perusahaan yang
berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari
preposisi ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of
capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana
perusahaan memadukan hutang dan modal untuk membiayai perusahaan.
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan
atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada resiko
dari operasional perusahaan (business risk) dan tingkat hutang perusahaan
(financial risk).
Banyak penelitian yang mencoba menjelaskan tentang perilaku organisasi
dalam keputusan berkaitan dengan struktur modalnya guna merumuskan struktur
modal yang paling optimal. Struktur modal merupakan bauran antara proporsi
sumber dana eksternal yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri
(Musyafikin 2005). Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber
dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dengan cara yang akan
29
memaksimumkan harga saham perusahaan (Keown et al. 2000 dalam Rahardjo &
Hartaningrum 2006).
Teori struktur modal modern dimulai oleh Franco Modigliani dan Merton
H. Miller pada tahun 1958. Modigliani-Miller (MM) (1958) dalam Frensidy
(2008) menyatakan bahwa rasio hutang tidak relevan dan tak ada struktur modal
yang optimal. Nilai perusahaan bergantung pada arus kas yang akan dihasilkan
dan bukan pada rasio utang dan ekuitas. Inti dari teori ini adalah tidak ada rasio
hutang yang optimal dan rasio hutang yang tidak menjelaskan nilai perusahaan.
Asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah tidak ada pajak, tidak ada asimetri
informasi, dan tidak ada biaya transaksi.
Namun, teori ini dianggap kurang relevan karena adanya pengurangan
pajak penghasilan atas penggunaan hutang, kondisi pasar dengan asimetri
informasi, serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak dimasukkan ke
dalam teori MM ini (Frensidy 2008). Sisi positif dari hutang adalah hutang
menurunkan biaya keagenan (agency cost) ekuitas. Penggunaan hutang juga akan
mendisplinkan manajer untuk tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan
untuk kepentingannya karena pengawasan oleh kreditur iasanya jauh lebih ketat
dan efektif daripada pengawasan para pemegang saham diluar [erusahaan dengan
informasi yang relatif terbatas (Hartono 2004)
Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori MM tanpa
pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan erhutang atau pemegang
saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai
perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer
30
keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi
debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan.
Perusahaan menggunakan utang atau tidak ternyata nilai perusahaan dan
biaya modal perusahaan adlaah tetap. Atau dengan kata lain nilai perusahaan yang
menggunakan utang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan
utang, VL=VU . implikasinya adalah:
a. Struktur modal perusahaan menjadi tidak relevan
b. WACC perusahaan akan tetap sama apapun perimbangan utang
modal sendiri atau struktur modal yang digunakan untuk mendanai
perusahaan. (Ambarwati, 2010: 45)
Adapula teori MM dengan pajak, menurut Brigham dan Davis (2004) dan
seperti yang dikutip Lukas (1999) maka untuk melanjutkan teori ini MM
menerbitkan artikel tahun 1963 dengan mengubah asumsi adanya pajak terhadap
penghasilan perusahaan (corpoorate taxes). Menurut asumsi iini maka
penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan atau dengan kata lain
perusahaan lebih memilih mendanai perusahaan menggunakan utang
dibandingkan modal sendiri. Hal ini dikarenakan adanya penghematan
pembayaran pajak penghasilan karena adanya biaya bunga (tax-deductible). Teori
ini menyatakan bahwa penggunaaan utang akan mempengaruhi nilai perusahaan,
jika perusahaan tidak menggunakan utang maka nilai perusahaan sama dengan
nilai modal sendiri perusahaan. (Ambarwati, 2010: 46)
31
F. Agency Cost Theory
Hal yang berhubungan dekat dengan biaya kebangkrutan dekat dengan
biaya kebangkrutan dalam hal dampaknya atas struktur modal dan nilai modal
adalah biaya agensi (agency cost). Biaya keagenan adalah biaya yang timbul
karena perusahaan menggunakan utang dan melibatkan hubungan antara pemilik
perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan menggunakan utang, ada
kemungkinan pemilik perusahaan juga menggunakan utang dan menggunkannya
untuk melakukan kegiatan yang merugikan kreditur. Agency cost terdiri dari biaya
kehilangan kebebasan dan biaya untuk memonitor perusahaan. (Horne-
Wachowicsz, 2006)
Pihak manajemen dapat dianggap, sebagai agen dari pemilik perusahaan,
yaitu pemilik saham. Para pemegang saham ini, dengan harapan bahwa agen akan
bertindak demi kepentingan para pemegang saham, akan mendelegasikan otoritas
pengambilan keputusan ke pihak manajemen, agar pihak manajemen dapat
membuat keputusan yang optimal atas nama para pemegang saham, merupakaan
hal yang penting agar pihak manajemen tidak hanya mendapat insentif yang tepat
(gaji, bonus, opsi saham, dan kompensasi). Jensen dan Meckling telah
mengembangkan teori yang bagus yaitu teori biaya agensi. Di antaranya, mereka
menunjukkan bahwa siapapun yang mengeluarkan biaya pengawasan, biaya
tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham. Semakin besar
kemungkinan biaya pengawasan, semakin tinggi biaya bunga, dan semakin rendah
nilai bagi para pemegang sahamnya, jika semua hal lai dianggap tetap.
(Ambarwati, 2010: 53)
32
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1. Struktur aktiva
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap
(Riyanto, 2001). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar
dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu
yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan aktiva tetap adalah
aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam
proses produksi (Riyanto, 2001). Perusahaan yang struktur aktivanya memiliki
perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang
jangka panjang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat digunakan
sebagai jaminan hutang (Brigham & Houston, 2011:188). Dengan demikian
struktur aktiva dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar hutang jangka
panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan
besarnya struktur modal. Jadi, struktur aktiva berpengaruh positif dengan
menggunakan pendekatan teori trade off.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar
kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai
pasar saham, dan stabilitas penjualan (Hol dan Wijst, 2006). Hubungan antara
ukuran perusahaan dan leverage dipengaruhi oleh akses perusahaan ke pasar
modal. Perusahaan dengan ukuran besar lebih terdiversifikasi, sehingga
33
mengurangi risiko kebangkrutan dan akan lebih mudah mendapatkan akses
mendapatkan pinjaman, sehingga semakin besar kesempatannya untuk
menghimpun dana yang lebih cepat dan mempunyai kesempatan peminjaman
yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini diakibatkan
karena perusahaan yang besar akan membutuhkan dana yang relatif besar, oleh
karena itu dengan saham yang tersebar luas, perusahaan lebih berani dalam
ekspansi perusahaan dengan penggunaan pinjamannya dalam bentuk hutang
(Frank dan Goyal, 2003). Menurut Brigham dan Houston (2011:40), perusahaan
yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.
Biaya pengembangan untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya
untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak
mengandalkan hutang. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:299)
perusahaan yang lebih besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih
berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk
memperoleh pinjaman atau dana eksternal. Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh positif dengan pendekatan teori trade off.
3. Intensitas Modal
Menurut Myers dalam Sholihah (2006), intesitas modal mempunyai
hubungan yang positif dengan struktur modal. Pendapat ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pudji Astuty (2005), hasil penelitian menunjukkan
34
bahwa intensitas modal berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Intensitas
modal berpengaruh positif dengan menggunakan pendekatan teori pecking order.
4. Likuiditas
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham. CR (current ratio) atau rasio lancar adalah salah satu ukuran dari rasio
likuiditas. CR berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi dan
Halim, 2005).
Semakin besar R (current ratio) menunjukkan semakin tinggi kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya CR
(current ratio) menunjukkan keyakinan investor terhadap kemampuan
perusahaan: untuk membayarkan dividen yang dijanjikan (Handayani dalam
Marlina dan Danica, 2010). Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva
lancar dengan hutang lancar untuk memperkirakan seberapa besar aktiva lancar
yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya.
Ukuran lain dari rasio likuiditas adalah Cash ratio yang merupakan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current
liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan lain di
bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
cash ratio menunjukkan kemampuan kas suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983 dalam Chasanah 2008). Dengan
35
semkin meningkatnya keyakinan para investor untuk membayar dividen yang
diharapkan oleh investor.
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan didalama membayar hutang jangka pendek yang telah jatuh tempo.
Perusahaan yang dapat segera mengembalikan utang-utangnya akan mendapat
kepercayaan dari kreditur untuk menerbitka utang dalam jumlah yang besar.
Bambang Riyanto (1995:301) menyatakan bahwa kebutuhan dana untuk
aktiva lancar pada prinsipnya dibayai dengan kredit jangka pendek. Sehingga
semakin likuid suatu perusahaan, maka semakin tinggi penggunaannya. Dapat
disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif terhadap struktur
modal dengan pendekatan teori trade off.
5. Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari
investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah
perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir
dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan
dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil
pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal
dalam perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, perusahaan yang
mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi dalam menghasilkan keuntungan,
36
lebih suka untuk membiayai kegiatan operasional perusahaannya dengan profit
yang didapat yaitu laba ditahannya, oleh karena itu biasanya perusahaan
menggunakan hutang yang relatif kecil dibanding dengan total modal sendiri.
Pengertian profitabilitas menurut Agus Sartono (2008:122) adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor
penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang
tinggi akan memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada
perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar,
perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan
hutang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh
positif dengan pendekatan teori pecking order.
6. Harga Saham
Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi pula
kemakuran pemegang saham. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan
kemakmuran perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup
untuk memenuhi kebutuhannya. Kebijaksanaan struktur modal akan
mempengaruhi harga saham, menurut Brigham dan Houston (2001) dalam
Sriwardany (2006), selama tingkat hutang menaikkan laba persaham yang
diharapkan, leverage bekerja mengungkit harga saham. Namun tingkat hutang
yang lebih tinggi juga meningkatkan resiko perusahaan, yang menaikkan biaya
ekuitas dan selanjutnya menurunkan harga saham.
37
7. Pertumbuhan perusahaan (GROWTH)
Menurut Lukas Setia Atmaja (2008: 274) dalam buku teori dan praktek
manajemen keuangan, jika faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi, pada umunya lebih tergantung pada modal dari luar
perusahaan. Pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan
modal baru relatif kecil sehungga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Karena adanya
faktor “asyimmetric information” serta kenyataan bahwa floation cost berhutang
lebih rendah dari pada floation cost menerbitkan saham biasa, perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan tinggi cenderung menggunakan hutang yang lebih besar
daripada perusahaan dengan pertumbuhan rendah.
Selanjutnya berdasarkan teori pecking order, tingkat pertumbuhan
mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal, karena perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang cepat, harus lebih banyak mengandalkan pada
modal eksternal. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan
datang, semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang
akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar (Warsono, 2003).
Menurut Riyanto (2001), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi
oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah:
1. Tingkat Bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal
adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu.
38
Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik,
apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.
2. Stabilitas dari Earnings
Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat
memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan
unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada
tahun atau keadaan yang buruk.
3. Susunan dari Aktiva
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing
sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar
dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
dananya dengan hutang jangka pendek.
4. Kadar Resiko dari Aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah
tidak sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam
perusahaan, semakin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian
ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam
artian teknis masih dapat digunakan.
39
5. Besarnya Jumlah Modal yang dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan
perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas
secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang
tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja.
6. Keadaan Pasar Modal
Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena
adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up
saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham.
Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritasnya,
perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.
7. Sifat Manajemen
Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajemen yang
menyukai risiko akan cenderung menggunakan lebih banyak hutang. Sebaliknya,
manajemen yang tidak menyukai risiko akan cenderung memilih pendanaan yang
bersumber dari modal sendiri.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh
para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian
sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan
beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.
40
1. Cahyo Widodo (2013)
Pada penelitian Cahyo Widodo menganalisa tentang analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indoesia. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa size,
growth, struktur aktiva, ROA dan sales secara bersama-sama berpengaruh
terhadap LDER dengan Adjusted R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian secara parsial
menunjukkan bahwa variabel size, ROA, dan sales masing-masing berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap LDER, variabel growth berpengaruh positif dan
signifikan terhadap LDER sedangkan variabel struktur aktiva memiliki arah
hubungan yang negatif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDER.
2. Bhagas Pratyaksa Mahardika (2013)
Bhagas melakukan penelitian tentang pengujian pecking order theory dan
trade off theory pada struktur modal perusahaan consumer goods di bei 2008-
2012. Dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan antara variabel defisit
pendanaan terhadap perubahan total hutang dan perubahan hutang jangka panjang
perusahaan dalam pandangan pecking order theory dan hubungan antara variabel
tangibility assets, growth, size dan profitabilitas terhadap total hutang perusahaan
dan hutang jangka panjang perusahaan dalam pandangan trade off theory. Dalam
penelitian ini menggunakan model regresi (Pooled Ordinary Least Squares dan
fixed effect method). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
pandangan pecking order theory variabel defisit pendanaan berpengaruh terhadap
perubahan hutang jangka panjang, tetapi tidak berpengaruh terhadap perubahan
total hutang perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
41
dan menurut pandangan trade off theory tentang pengaruh faktor-faktor
determinan struktur modal terhadap total hutang, variabel profitabilitas
berpengaruh terhadap total hutang dan variabel tangibility assets, growth dan size
tidak berpengaruh terhadap total hutang perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Dumas Lusangji (2012)
Pada penelitian Dumas Lusangaji menganalisa tentang pengaruh ukuran
perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas terhadap
struktur modal. Berdasarkan hasil perhitungan dan uji regresi linier berganda,
maka dapat diketahui bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur
aktiva, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan secara parsial, hasil penelitian menunjukkan bahwa
selama periode penelitian terdapat tiga variabel saja yang signifikan, yakni ukuran
perusahaan, pertumbuhan penjualan dan profitabilitas. Serta hasil penelitian ini
juga menegaskan bahwa variabel yang perlu diperhatikan sekaligus yang
mempengaruhi struktur modal paling dominan adalah ukuran perusahaan.
Berdasarkan temuan dan hasil penelitian, maka dalam penetapan struktur
modalnya, perusahaan makanan dan minuman perlu untuk melihat variabel
ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas, terutama pada
variabel ukuran perusahaannya.
42
4. Herman Ruslim (2009)
Herman Ruslim melakukan penelitian tentang pengujian struktur modal
(teori pecking order) analisis empiris terhadap saham LQ45. Penelitian ini
menggunakan beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal, faktor tersebut
antara lain DEF, profitabilitas, dan long term debt terhadap struktur modal pada
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 yang dicerminkan dalam book
value only. Bentuk penelitian adalaha penelitian deskriptif dan verikatifkarena
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi mengenai
pengaruh profit, defisit pendanaan internal dan hutang jangka panjang perusahaan
terhadap struktur modal dinamis. Hasil penelitian ini yaitu variabel long term debt
dan variabel pendanaan internal secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel struktur modal. Secara simultan variabel-variabel tersebut berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal atas emiten non keuangan di LQ45.
Perusahaan LQ45 tidak mengikuti teori pecking order.
5. Sutapa, Hendri dan Heri (2007)
Sutapa, Hendri dan Heri melakukan penelitian sebelumnya membahas
tentang pengujian teori pecking order di Indonesia dengan studi kasus pada
emiten syariah 2001 hingga 2004. Variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini sebagian besar memberikan hasil yang konsisten dengan prediksi
teori pecking order. Variabel-variabel tersebut adalah profitabilitas dan ukuran
perusahaan. Dengan semakin tingginya tingkat keuntungan perusahaan-
perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index semakin rendah tingkat
43
hutang yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar yang
ditunjukkan dengan nilai aktiva memberikan akses yang lebih besar bagi
perusahaan-perusahaan pada Jakarta Islamic Index untuk mendapatkan hutang.
Sementara untuk variabel kesempatan bertumbuh tidak ditemukan berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (leverage). Secara umum, hasil penelitian
sebelumnya memberikan dukungan atas berlakunya teori pecking order di
Indonesia.
6. Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah (2006)
Pada penelitian Ahmad Rodoni dan Maratush Sholihah menganalisa
pengaruh teori balance, teori pecking ordr, dan teori signalling terhadap struktur
modal perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 2000 sampai 2005. Hasil penelitian pada analisis persamaan regresi
pertama untuk menguji teori balance menunjukkan ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan sedangkan intensitas modal berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil analisa persamaan regresi
kedua, untuk menguji pecking order theory dan signalling theory, menunjukkan
profitabilitas (ROA) dan tingkat pertumbuhan berpengaruh positif dan signifikan.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah perusahaan industri makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000-2005
menggunakan teori signalling dalam menentukan struktur modal.
7. Pudji Astuti (2005)
Pudji Astuti mengkaji sejauh mana pengaruh pecking order, balance dan
kebijakan makro terhadap pengambilan keputusan leverage. Menggunakan
44
sampel 92 perusahaan industri dengan dimensi waktu sebelas tahun (1991-2001)
dari data time series dan cross sectional yang digabung menjadi panel data. Hasil
penelitian tersebut diantaranya adalah ukuran perusahaan dan intensitas modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan
profitabilitas (ROA) berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1991-2001.
8. Saidi (2004)
Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004) dalam Laksmi (2010) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel
independen antara lain: ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan
perusahaan, profitabilitas dan struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan
yang menyatakan bahwa secara simultan, semua variabel independen berpengaruh
terhadap struktur modal. Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis
(business risk) berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.
Tabel 2.1 Rincian Hasil Penelitian Terdahulu
N
o
Nama Tahun Judul Hasil
1. Cahyo
Widodo
2013 analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
struktur modal
perusahaan sektor
pertambangan yang
Hasil dari penelitian ini
mengatakan bahwa size, growth,
struktur aktiva, ROA dan sales
secara bersama-sama berpengaruh
terhadap LDER dengan Adjusted
45
terdaftar di bursa efek
indoesia.
R2 sebesar 37,1%. Hasil penelitian
secara parsial menunjukkan
bahwa variabel size, ROA, dan
sales masing-masing berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
LDER, variabel growth
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap LDER sedangkan
variabel struktur aktiva memiliki
arah hubungan yang negatif tetapi
tidak berpengaruh signifikan
terhadap LDER.
2. Bhagas
Pratyaksa
Mahardika
2013 pengujian pecking
order theory dan tade
off theory pada
struktur modal
perusahaan consumer
goods di bei 2008-
2012.
pandangan pecking order theory
variabel defisit pendanaan
berpengaruh terhadap perubahan
hutang jangka panjang, tetapi
tidak berpengaruh terhadap
perubahan total hutang
perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan menurut pandangan trade off
theory tentang pengaruh faktor-
46
faktor determinan struktur modal
terhadap total hutang, variabel
profitabilitas berpengaruh
terhadap total hutang dan variabel
tangibility assets, growth dan size
tidak berpengaruh terhadap total
hutang perusahaan consumer
goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Dumas
Lusangaji
2012 pengaruh ukuran
perusahaan, struktur
aktiva, pertumbuhan
perusahaan, dan
profitabilitas terhadap
struktur modal.
secara simultan variabel ukuran
perusahaan, struktur aktiva,
pertumbuhan penjualan, dan
profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan secara parsial,
hasil penelitian menunjukkan
bahwa selama periode penelitian
terdapat tiga variabel saja yang
signifikan, yakni ukuran
perusahaan, pertumbuhan
penjualan dan profitabilitas. Serta
hasil penelitian ini juga
menegaskan bahwa variabel yang
47
perlu diperhatikan sekaligus yang
mempengaruhi struktur modal
paling dominan adalah ukuran
perusahaan.
4. Herman
Ruslim
2009 Struktur modal (teori
pecking order)
analisis empiris
terhadap saham LQ45
variabel long term debt dan
variabel pendanaan internal secara
bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel struktur modal.
Secara simultan variabel-variabel
tersebut berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal atas
emiten non keuangan di LQ45.
Perusahaan LQ45 tidak mengikuti
teori pecking order.
5. Sutapa,
Hendri
dan Heri
2007 Pengujian teori
pecking order di
Indonesia dengan
studi kasus pada
emiten syariah 2001
hingga 2004.
Variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebagian
besar memberikan hasil yang
konsisten dengan prediksi teori
pecking order.
6. Ahmad
Rodoni
2006 Pengaruh teori
balance, teori pecking
Kesimpulan dari penelitian
tersebut adalah perusahaan
48
dan
Maratush
Sholihah
order, dan teori
signalling terhadap
struktur modal
perusahaan industri
makanan dan
minuman yang
terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 2000
sampai 2005.
industri makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 2000-2005
menggunakan teori signalling
dalam menentukan struktur
modal.
7. Pudji
Astuti
2005 pengaruh pecking
order, balance dan
kebijakan makro
terhadap pengambilan
keputusan leverage.
ukuran perusahaan dan intensitas
modal berpengaruh positif dan
signifikan terhadap struktur
modal, sedangkan profitabilitas
(ROA) berpengaruh negatif
terhadap struktur modal
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta
pada tahun 1991-2001.
8. Saidi 2004 Faktor-faktor yang
mempengaruhi
struktur modal
ukuran perusahaan, risiko bisnis,
pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas dan struktur
kepemilikan, menghasilkan suatu
temuan yang menyatakan bahwa
49
secara simultan, semua variabel
independen berpengaruh terhadap
struktur modal. Namun, secara
parsial hanya variabel risiko
bisnis (business risk) berpengaruh
tidak signifikan terhadap struktur
modal.
I. Kerangka Penelitian
Kerangka peelitian merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang
berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasan
dalam penelitian ini, dimana dalam kerangka penelitian ini diberikan
skema singkat mengenai alur-alur penelitian yang menggambarkan proses
penelitian yang akan dilakukan.
50
Perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 periode 2010-
2014
J. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini merupakan pernyataan
singkat yang disimpulkan dari tinjauan pustaka dan merupakan uraian sementara
dari permasalahan yang perlu diujikan kembali. Suatu hipotesis akan diterima jika
hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu
Laporan Keuangan
Neraca Laba Rugi
Struktur Aktiva (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Intensitas Modal (X3)
Likuiditas (X4)
Profitabilitas (X5)
Harga Saham (X6)
Pertumbuhan perusahaan (X7)
Struktur Modal (Y)
Hasil Analisis
Kesimpulan
Analisis Regresi Linier
51
pula sebaliknya.
Berdasarkan telaah pustaka dan hasil penelitian terdahulu, maka hubungan
antara faktor-faktor yang diduga mempengaruhi struktur modal yang menjadi
hipotesis sementara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan pengukuran variabel trade
off theory adalah: struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal
dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
2. Hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan pengukuran variabel
pecking order theory adalah: profitabilitas, intensitas modal, harga
saham dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
struktur modal.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian diperlukan adanya penekanan batasan
lokasi, waktu atau sektor dan variabel-variabel yang dibahas agar peneliti tidak
keluar dari wilayah yang diteliti dan akan sangat berguna bagi para peneliti
pemula (Abdul Hamid, 2007:28). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Trade-off Theory dan Pecking Order Theory terhadap struktur modal
perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 yang terdaftar di bursa efek
indonesia periode 2010-2014.
Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai
tempat untuk melakukan riset. Bursa Efek Indonesia (BEI) dipilih karena
dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang
diperlukan berupa laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh BEI. Data
yang dijadikan sampel berupa laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan
yang sudah go public.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada tahun
2014 dalam indeks LQ45 dan data keuangan perusahaan sampel yang digunakan
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010-2014. Serta data-data
lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini yang bersumber dari media cetak, karya
ilmiah, dan internet.
53
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan terhadap 12 perusahaan yang konsisten
terdaftar di indeks LQ45 secara berturut-turut 5 tahun
2. Periode penelitian dari 31 desember 2010- 2014
3. Menyajikan laporan keuangan dari tahun 2010-2014
4. Laporan keuangan disajikan dalam bentuk rupiah
5. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan non bank
6. Varibel yang digunakan adalah struktur modal, struktur aktiva,
ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas
(ROA), harga saham dan pertumbuhan perusahaan.
B. Teknik Penentuan Sampel
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau
data tidak langsung. Sumber data diperoleh dari situs www.idx.co.id yang
mencantumkan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45
dari tahun 2010-2014.
2. Populasi dan Sampel
Populasi memiliki pengertian sebagai seluruh kumpulan elemen (orang,
kejadian, produk) yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan.
Populasi bisa disebut sebagai totalitas subjek penelitian (Tony Wijaya, 2013: 27).
Populasi adalah seluruh elemen yang dapat digunakan untuk membuat beberapa
kesimpulan (Uma Sekaran, 2006:121). Populasi merupakan gabungan dari seluruh
54
elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang
serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang
sebagai semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45 di BEI periode
2010-2014. Pemilihan populasi perusahaan yang terdaftar di LQ45 adalah karena
tingkat pertumbuhan laba yang bagus. Sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil/ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu (Tony Wijaya,
2013: 27). Sampel adalah menyeleksi bagian dari elemen-elemen populasi atau
kesimpulan tentang keseluruhan populasi yang diperoleh (Uma Sekaran,
2006:123). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan yang
terdaftar dalam indeks LQ45 yang terdapat laporan keuangannya di BEI selama
periode 2010-2014.
Munculnya ide sampling disebabkan sampel yang sifatnya ekonomis dan
cepat, jika populasinya besar, dengan menyeleksi bagian dari elemen-elemen
(unsur) populasi, maka kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh
sebaik seperti jika menggunakan populasi (generalisasi), hasilnya lebih baik,
cermat dan akurat, jika populasi homogen. Teknik sampling dikelompokkan
menjadi dua bagian yaitu non probabilitas dan probabilitas (Tony Wijaya, 2013:
27).
Sampling non probabilitas adalah semua elemen dalam populasi tidak
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Kesimpulan dari
teknik ini tidak dapat digeneralisasi. Beberapa jenis sampel non probabilitas yaitu:
55
Sampel mudah (convenience) atau sampel kebetulan (accidential)
yaitu peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang
ditemui untuk dijadikan responden, jenis ini memiliki bias yang
tinggi.
Sampel bertujuan (purposive) yaitu sampel yang memiliki tujuan
untuk memahami informasi tertentu pada sumber tertentu. Sampel
in dapat dikelompokkan menjadi sampel keputusan (judgement)
yang memilih anggota-anggota sampel yang sesuai dengan
beberapa kriteria tertentu atas dasar catatan yang lalu atau tujuan
penelitian yang ingin dicapi, dan sampel kuota (quota sampling)
yaitu sampel dipilih berdasarkan kuota atau kategori tertentunya,
memilih responden atas karakteristik relevan tertentu yang
menggambarkan dimensi-dimensi (proporsi) populasi misalnya
konsumen berdasarkan jenis kelamin (Tony Wijaya, 2013: 28).
Penelitian sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
3. Metode Sampling
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodesampel bertujuan
(purposive sampling), yaitu metode penetapan sampel dengan cara menetukan
target elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan
datanya, artinya data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI), studi kepustkaan,
seperti jurnal, buku, website, skripsi, tesis dan lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
56
Penelitian ini dilakukan pada 26 perusahaan yang terdaftar di indeks LQ45
di BEI selama periode 2010-2014 yang go public dan memiliki laporan keuangan
yang telah diaudit.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangkan memperoleh data yang diperlukan, maka pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan metode:
1. Data Primer
Mengumpulkan data-data dari laporan keuangan perusahaan yang telah
diaudit di BEI per 31 desember 2010-2014. Data-data laporan keuangan diperoleh
dari laporan keuangan yang diterbitkan ICMD, www.yahoofinance.com dan
www.idx.co.id.
2. Data Sekunder
Dalam penelitian ini peneliti melengkapi penelitiam dengan membaca dan
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penelitian melalui buku, jurnal,
dan skripsi.
D. Metode Analisis
Tujuan dari analisis data adalah mendapatkan informasi relevan yang
terkandung di dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan
suatu masalah (Ghozali, 2009).
1. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:
57
Variabel Endogen
Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel eksogen dan merupakan variabel antara. Variabel
endogen dalam penelitian ini adalah struktur modal (Y).
Variabel Eksogen
Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas
berpengaruh terhadap variabel endogen. Variabel eksogen
dalam penelitian terdiri dari variabel struktur aktiva(X1),
ukuran perusahaan (X2), intensitas modal (X3), likuiditas (X4),
profitabilitas (X5), harga saham (X6), dan pertumbuhan
perusahaan (X7).
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewnes (kemencengan distribusi).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan analisis regresi berganda dalam
pengujian hipotesis. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh
antara variabel independen yaitu ukuran perusahaan, intesitas modal, profitabilitas
dan likuiditas terhadap struktur modal perusahaan yang terdaftar di BEI sebagai
Variabel dependen. Persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut:
58
Rumus:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e
Y = Debt to equity ratio
α = Konstanta
β1,2,3,4,5,6,7 = Penaksiran koefisien regresi
X1 = struktur aktiva
X2 = ukuran perusahaan
X3 = intensitas modal
X4 = likuiditas
X5 = profitabilitas
X6 = harga saham
X7 = pertumbuhan perusahaan
E = Variabel Residual (tingkat kesalahan)
4. Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam regresi
menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif maka model yang
digunakan tersebut harus memenuhi uji asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik
yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
59
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil (Ghozali, 2009). Secara statistik ada dua komponen
normalitas yaitu skewness dan kurtosisi. Skewness berhubungan dengan simetri
distribusi. Skewed variabel (variabel menceng) adalah variabel yang nilai mean-
nya tidak di tengah-tengah distribusi. Sedangkan kurtosis berhubungan dengan
puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai
skewnees dan kurtosis sama dengan nol. Dengan melihat pada normal probability
plot data dikatakan normal jika ada penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal
dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sebaliknya, apabila data
menyebar jauh dari garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2009). Cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji
Durbin Watson (DW test). Pengambilan keputusan menurut Ghozali (2006) ada
tidaknya autokorelasi:
Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4–
du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi positif.
60
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autukorelasi
positif.
Bila nilai DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4–dl),
maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi
negatif.
Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terlatak antara (4–du) dan (4–dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2009), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan analisis grafik scatterplot. Hal ini
bisa dilakukan dengan melihat plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED),
dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan dasar analisis:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
61
Dalam uji heteroskedastisitas ada beberapa cara lain, yaitu:
Uji Park
Park menemukakan metode bahwa variance (s2) merupakan fungsi dari
variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan sbb:
σ2i = α + β LnXi + vi
karena s2i umumnya tidak diketahui, maka dapat ditaksir dengan menggunakan
residual Ut sebagai proksi, sehingga persamaan menjadi:
LnU2i = α + β LnXi + vi
Uji Glejser
Seperti uji Park, Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen (Gujarati, 2003) dengan persamaan regresi :
| Ut| = α + βXt + vt
Uji White
Pada dasarnya uji White mirip dengan kedua uji Park dan Glejser. Menurut
White, uji ini dapat dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U2t) dengan
variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian (interaksi)
variabel independen. Misalkan kita punya dua variabel independen X1 dan X2,
maka persamaan regresinya sbb:
U2t = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X1
2 + b4X2
2 + b5X1X2
62
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, model yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas
(Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
Memiliki korelasi antar variabel bebas yang sempurna (lebih dari
0,9), maka terjadi problem multikolinearitas.
Memiliki nilai VIF lebih dari 10 (>10) dan nilai tolerance kurang
dari 0,10 (<0,10). Maka model terjadi problem multikolinearitas.
Cara mengatasi masalah multikolinearitas antara lain:
Menggabungkan data cross section dan time series
Mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang
mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan indentifikasikan
variabel independen lainnya untuk membentu prediksi
Melakukan transformasi variabel. Tranformasi dapat dilakukan
dalam bentuk Logaritma Natural (LN)
E. Operasional Varibel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat 2 jenis variabel yaitu endogen dan
eksogen. Berikut ini rincian variabel endogen dan eksogen:
1. Variabel endogen adalah variabel antara atau variabel terikat.
Dalam variabel ini variabel endogen (Y) adalah stuktur modal yang dihitung
menggunakan rumus DER (debt to equity ratio). Mengacu pada penelitian
63
Bramantyo Arief (2011) untuk mengukur tingkat hutang yang digunakan
perusahaan maka dalam penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio (DER),
yaitu suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui total
hutang dan total ekuitas (equity).
Rumus : Struktur Modal =
Dimana:
Total Debt: total hutang
Total Equity: total hutang
2. Variabel Independen (Independent Variabel)
Variabel independen disebut juga variabel prediktor (predictor variable)
yang biasa dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Jika terdapat variabel
independen, variabel dependen juga ada, dan dengan setiap unit kenaikan dalam
variabel independen, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel
dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Struktur Aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva
tetap dengan total aktiva. Jadi, struktur aktiva merupakan susunan
dari penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan,
yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan total aktiva (Riyanto,
2001).
Rumus : Struktur Aktiva =
64
b. Ukuran perusahaan adalah variabel yang mengukur besarnya
perusahaan, dalam penelitian ini diukur dengan total aktiva dari tiap-
tiap perusahaan yang diteliti.
c. Intensitas modal adalah perbandingan dari total aktiva dibagi dengan
penjualan yang diukur dengan rumusan sebagai berikut:
Rumus: Intensitas Modal=
d. Likuiditas (Menurut Dewi Astuti: 2005 : 11) yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek
perusahaan seperti melunasi hutangnya yang jatuh tempo dalam
jangka pendek. Dalam penelitian ini saya menggunakan rasio lancar
(current ratio) yang membandingkan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar.
Rumus: Current Ratio:
e. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
memperoleh laba. Ukuran profitabilitas yang digunakaan dalam
penelitian ini adalah ROA. ROA yaitu perbandingan antara laba
setelah pajak dan total aktiva
Rumus: ROA:
f. Harga Saham
Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan
(closing price) akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi
objek penelitian (Michell Suharli, 2006).
65
g. Pertumbuhan perusahaan (GROWTH)
Tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dihitung dengna
menggunakan perubahan total asset (total aktiva) atau perubahan
total sales (penjualan) (Titman dan Wessels, 1988 dalam Darminto,
2007). Dalam penelitian ini digunakan perubahan total aset dengan
perhitungan sebaga berkut:
Rumus: I=
Tabel 3.1
Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Penelitian
Variabel Definisi Pengukuran
Struktur Modal Kemampuan perusahaan dalam
memenuhi total hutang (total debt)
berdasarkan total modal sendiri (total
shareholder equity)
Struktur Aktiva Hasil bagi antara aktiva dengan total
aktiva
Ukuran
perusahaan
Dilihat dari nilai total aktiva Total Aktiva
Intensitas Modal Perbandingan antara total aktiva
dengan penjualan
66
Likuiditas Rasio yang didapatkan dari
perbandingan curretn asset dengan
current liabilities
Profitabilitas Rasio yang didapat dari perbandingan
antara EAT dengan total aktiva
Harga Saham Dilihat dari closing price setiap akhir
tahunnya
Closing Price
Pertumbuhan
perusahaan
Dilihat dari peningkatan aset dari
tahun sebelumnya ke tahun sekarang
I=
67
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
A. Deskriptif Analisis
1. Deskriptif Data Sampel
Berdasarkan pengambian sampel secara purposive sample maka dapat diperoleh
populasi sebagai berikut:
Perusahaan yang terdaftar secara berturut-turut 5 tahun di indeks LQ45
pada tahun 2010-2014 sebanyak 21 perusahaan.
Dari 21 perusahaan tersebut diseleksi lagi dan diambil perusahaan yang
non bank sebagai sampel dalam penelitian ini.
Dari daftar tersebut peneliti mengambil 16 perusahaan sebagai sampel
yang teliti.
Dari 16 data perusahaan peneliti menyeleksi lagi dan yang diambil hanya
perusahaan-perusahaan yang menyajikan laporan keuangan yang telah
diaudit dalam bentuk rupiah.
Data yang terkumpul sebanyak 12 perusahaan.
68
Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian
Sumber: data diolah
2. Analisis Data Penelitian
Data-data yang diperoleh dari variabel abserved/indicator
yang diteliti diantaranya adalah:
a. Struktur Modal
Struktur modal perusahaan adalah campuran antara hutang jangka panjang
dan modal perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasinya (Ross,
Westerfield, dan Jordan, 2006: 3, Van Horne dan Machowicz 2007: 232).semakin
besar rasio struktur modal, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang
No. Kode Emiten
1. AALI Astra Argo Lestari Tbk
2. ASII ASTRA Internasional Tbk
3. GGRM Gudang Garam Tbk
4. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
5. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk
6. JSMR Jasa Marga Tbk
7. KLBF Kalbe Farma Tbk
8. LPKR Lippo Karawaci Tbk
9. LSIP Pp London Sumatra Indonesia Tbk
10. PTBA PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
11. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk
12. TINS Timah Tbk
69
cukup tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih banyak memanfaatkan hutang.
Tetapi kalau dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah,
maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga saham, adalah struktur modal yang
terbaik.
Tabel 4.2 Struktur Modal Emiten LQ45 Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Struktur Modal
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,037 0,037 0,048 0,091 0,220
2 ASII 0,301 0,387 0,426 0,345 0,351
3 GGRM 0,044 0,041 0,041 0,043 0,036
4 INDF 0,506 0,289 0,354 0,534 0,534
5 INTP 0,069 0,060 0,047 0,039 0,034
6 JSMR 0,971 1,015 0,850 1,196 1,411
7 KLBF 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023
8 LPKR 0,612 0,701 0,865 0,866 0,815
9 LSIP 0,085 0,072 0,076 0,084 0,095
10 SMGR 0,075 0,148 0,198 0,169 0,162
11 PTBA 0,176 0,175 0,288 0,247 0,296
12 TINS 0,097 0,120 0,128 0,105 0,113
MIN 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023
MAX 0,971 1,015 0,865 1,196 1,411
RATA-RATA 0,249 0,255 0,279 0,312 0,341
Sumber: data diolah
Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur
modal paling kecil pada tahun 2010-2014 adalah KLBF (Kalbe Farma Tbk)
sebesar 0.020, 0.020, 0.021, 0.021, 0.023. Sedangkan perusahaan yang memiliki
struktur modal paling besar pada tahun 2010 adalah TINS (Timah Tbk) sebesar
0.971. Pada tahun 2011, 2013 dan 2014 adalah JSMR (Jasa Marga Tbk) sebesar
70
1.015, 1.196, dan 1.411. Pada tahun 2012 adalah LPKR (Lippo Karawaci Tbk)
sebesar 0.865.
Sedangkan nilai rata-rata struktur modal perusahaan yang terdaftar sebagai
emiten LQ45 pada 2010-2014 sebesar 0.249, 0.255, 0.279, 0.312, 0.341. Hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
dananya tidak menggunakan hutang jangka panjang..
b. Struktur Aktiva
Struktur aktiva yang diukur oleh proporsi aktiva tetap terhadap total
aktiva, memiliki hubungan yang positif terhadap struktur modal. Artinya apabila
struktur aktiva mengalami peningkatan maka semakn tinggi pula jumlah utang
dan semakin tinggi pula struktur modal perusahaan. Karena perusahaan yang
struktur aktivanya memiliki perbandingan aktiva tetap yang lebih tinggi akan
cenderung menggunakan hutang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada dapat
digunakan sebagai jaminan hutang (Weston dan Brigham, 1993). Data mengenai
struktur aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat
pada tabel 4.3 dibawah ini.
71
Tabel 4.3 Struktur Aktiva Emiten LQ45 Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Struktur Aktiva
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,767 0,815 0,857 0,887 0,870
2 ASII 0,586 0,572 0,584 0,587 0,588
3 GGRM 0,255 0,223 0,278 0,318 0,338
4 INDF 0,575 0,543 0,558 0,578 0,523
5 INTP 0,512 0,432 0,359 0,367 0,443
6 JSMR 0,784 0,809 0,817 0,865 0,886
7 KLBF 0,284 0,276 0,316 0,337 0,346
8 LPKR 0,242 0,255 0,217 0,233 0,207
9 LSIP 0,734 0,623 0,657 0,749 0,785
10 SMGR 0,528 0,611 0,690 0,676 0,661
11 PTBA 0,238 0,230 0,315 0,445 0,499
12 TINS 0,301 0,302 0,356 0,363 0,328
MIN 0,238 0,223 0,217 0,233 0,207
MAX 0,784 0,815 0,857 0,887 0,886
RATA-RATA 0,484 0,474 0,500 0,534 0,539
Tabel 4.3 menunjukkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva paling
kecil pada tahun 2010 adalah PTBA (PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk)
sebesar 0.238. Pada tahun 2011 adalah GGRM (Gudang Garam Tbk) sebesar
0.223. Pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah LPKR (Lippo Karawaci Tbk)
sebesar 0.217, 0.233, dan 0.207. Sedangkan perusahaan yang memiliki struktur
aktiva paling besar pada tahun 2010 dan 2014 adalah JSMR (Jasa Marga Tbk)
sebesar 0.784 dan 0.886. Pada tahun 2011- 2013 adalah AALI (Astra Agro Lestari
Tbk) sebesar 0.815, 0.857, dan 0.887.
Sedangkan nilai rata-rata struktur Aktiva perusahaan tahun 2010-2014
sebesar 0.484, 0.474, 0.500, 0.534, 0.539. Hal ini menunjukkan rata-rata aset
perusahaan diinvestasikan dalam bentuk harta tetap (seperti tanah, bangunan,
72
mesin, kendaraan dll) sekitar 48-53% dari total harta yang dimiliki. Dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir terjadi kenaikan rasio struktur aktiva perusahaan yang
terdaftar sebagai emiten di LQ45.
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total
aktiva yang dimiliki perusahaan (Titman dan Wessels, 1988 dalam Rudiana,
Firdaus dan Garnia 2007). Adapun data mengenai total aktiva perusahaan yang
terdaftar sebagai emiten LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Ukuran Perusahaan Tahun 2010-2014 (dalam Jutaan Rupiah)
No. Nama
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 8791799 10240495 12419820 14963190 18558329
2 ASII 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000
3 GGRM 30741679 39088705 41509325 50770251 58220600
4 INDF 47275955 53585933 59324207 77611416 85938885
5 INTP 15346146 18151331 22755160 26607241 28884973
6 JSMR 18952129 20915891 24753551 28058582 31857948
7 KLBF 7032497 8274554 9417957 11315061 12425032
8 LPKR 16155385 18259171 24869296 31300362 37761221
9 LSIP 5561433 6791859 7551796 7974876 8655146
10 SMGR 15562999 19661603 26579084 30792884 34314666
11 PTBA 8718394 11510262 12728981 11677155 14812023
12 TINS 5881108 6569807 6101007 8244019 9752477
MIN 5561433 6569807 6101007 7974876 8655146
MAX 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000
RATA-RATA 24448460 30614051 35857015 42775753 48100858
Sumber: data diolah
Tabel 4.4 menunjukan perusahaan yang mempunyai total aktiva paling
kecill pada tahun 2010, 2013 dan 2014 adalah LSIP (Pp London Sumatra
Indonesia Tbk) sebesar 5,561,433, 7,974,876, dan 8,655,146. Pada tahun 2011
73
dan 2012 adalah TINS (Timah Tbk) sebesar 6,569,807 dan 6,101,007. Sedangkan
perusahaan yang mempunyai total aktiva paling besar pada tahun 2010-2014
adalah ASII (Astra Internasional Tbk) sebesar 113,362,000, 154,319,000,
182,274,000, 213,994,000 dan 236,029,000.
Sedangkan jumlah rata-rata total aktiva perusahaan yang terdaftar sebagai
emiten di LQ45 pada tahun 2010-2014 sebesar 24,448,460, 30,614,051,
35,857,015, 42,775,754, 48,100,858. Berdasarkan hasil, dapat diinterpretasikan
bahwa dalam kurun waktu tersebut rata-rata total aktiva perusahaan terjadi
peningkatan. Semakin besar total aktiva menunjukkan semakin besar pula ukuran
perusahaan tersebut.
d. Intensitas Modal
Intensitas modal adalah rasio antara total aktiva dengan penjualan
(Commanor dan Wilson, 1967, Porter, 1979). Data mengenai intensitas modal
perusahaan yang terdaftar sebagai emiten di LQ45 dapat dilihat pada tabel 4.5.
74
Tabel 4.5 Intensitas Modal Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Intensitas Modal
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,9941 0,9506 1,0740 1,1805 1,1381
2 ASII 0,8721 0,9493 0,9693 1,1037 1,1702
3 GGRM 0,8156 0,9333 0,8466 0,9158 0,8931
4 INDF 1,2310 1,1821 1,1851 1,3953 1,3514
5 INTP 1,3778 1,3070 1,3161 1,4235 1,4445
6 JSMR 4,4012 3,2249 2,7291 2,7317 3,4721
7 KLBF 0,6877 0,7583 0,6906 0,7071 0,7154
8 LPKR 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,2399
9 LSIP 1,5480 1,4493 1,7931 1,9292 1,8312
10 SMGR 1,0850 1,2004 1,3562 1,2568 1,2715
11 PTBA 1,1023 1,0878 1,0979 1,0417 1,1326
12 TINS 0,7052 0,7509 0,7799 1,4086 1,3230
MIN 0,6877 0,7509 0,6906 0,7071 0,7154
MAX 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,4721
RATA-RATA 1,6658 1,5127 1,4896 1,6491 1,5819
Sumber: data diolah
Tabel 4.5 menunjukkan perusahaan yang mempunyai intensitas modal
paling kecil pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 adalah KLBF (Kalbe Farma
Tbk) sebesar0.6877, 0.6906, 0.7071, 0.7154. Pada tahun 2011 adalah TINS
(Timah Tbk) sebesar 0.7509. Sedangkan perusahaan yang mempunyai intensitas
modal paling besar pada tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah LPKR (Lippo
Karawaci Tbk) sebesar 5.1692, 4.3582, 4.0371, dan 4,6954. Pada tahun 2014
adalah JSMR (Jasa Marga Tbk) sebesar 3.4721.
Sedangkan nilai rata-rata intensitas modal perusahaan-perusahaan tersebut
pada tahun 2010-2014 sebesar 1.6658, 1.5127, 1.4896, 1.6491, 1.5819. Hal ini
dapat diinterpretasikan selama kurun waktu 5 tahun terjadi kenaikan dan
75
penurunan intensitas modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di LQ45.
Semakin kecil rasio intensitas modal maka akan semakin baik, karena terjadi
peningkatan penjualan pada akhirmya akan memaksimalkan laba.
e. Likuiditas
Dalam penelitian ini untuk mengukur rasio likuiditas digunakan current
ratio atau rasio lancar. Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki. Data mengenai likuiditas perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Likuiditas Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Likuiditas
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 1,932 1,259 0,685 0,450 0,585
2 ASII 1,273 1,344 1,399 1,242 1,323
3 GGRM 2,701 2,245 2,170 1,722 1,620
4 INDF 2,036 1,910 2,003 1,683 1,807
5 INTP 5,554 6,982 6,028 6,148 4,934
6 JSMR 1,650 0,982 0,682 0,778 0,844
7 KLBF 4,393 3,676 3,405 2,839 3,404
8 LPKR 4,219 6,037 5,599 4,960 5,233
9 LSIP 2,383 4,819 3,273 2,485 2,491
10 SMGR 2,917 2,647 1,706 1,882 2,209
11 PTBA 5,786 4,618 4,924 2,866 2,075
12 TINS 3,237 3,224 4,094 2,152 1,865
MIN 1,273 0,982 0,682 0,450 0,585
MAX 5,786 6,982 6,028 6,148 5,233
RATA-RATA 3,173 3,312 2,997 2,434 2,366
Sumber: data diolah
76
Tabel 4.6 menunjukkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling
kecil pada tahun 2010 adalah ASII (Astra Internasional Tbk) sebesar 1.273. Pada
tahun 2011 dan 2012 adalah JSMR (Jasa Marga Tbk) sebesar 0.982 dan 0.682.
Pada tahun 2013 dan 2014 adalah AALI (Astra Argo Lestari Tbk) sebesar 0.450,
0.585. Sedangkan perusahaan yang mempunyai likuiditas paling besar pada tahun
2010 adalah PTBA (PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk) sebesar 5.786.
Pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah INTP (Indocement Tunggal Prakasa
Tbk) sebesar 6.982, 6.028, 6.148. Pada tahun 2014 adalah MNCN sebesar 9.717.
Sedangkan jumlah rata-rata likuiditas perusahaan-perusahaan tahun 2010-
2014 sebesar 3.173, 3.312, 2.997, 2.434, 2.366. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa terjadi kenaikan dan penurunan tingkat likuiditas selama 5 tahun terakhir.
Semakin kecil tingkat likuiditas menunjukkan penurunan penggunaan modal yang
diperoleh dari hutang atau dengan kata lain perusahaan mengalami penurunan
dalam menggunakan hutang sebagai dana pengoperasian. Semakin besar tingkat
likuiditas menunjukkan perusahaan semakin banyak menggunakan hutang dalam
pengoperasiannya.
f. Profitabilitas (ROA)
Rasio probilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan. Rasio probabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas,
pengelolaan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil dari operasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ROA untuk mengukur probabilitas
perusahaan. ROA atau pengembalian atas total aktiva adalah rasio antara laba
77
bersih terhadap total aktiva yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak (Van Horne dan
Wachowizc, 2007, Higgins, 2004: 35, Ross, Westerfield, dan Jordan, 2006: 65).
Data mengenai profitabilitas (ROA) perusahan yang terdaftar di LQ45 dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Profitabilitas (ROA) Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Profitabilitas
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,229 0,244 0,198 0,127 0,141
2 ASII 0,127 0,137 0,125 0,104 0,094
3 GGRM 0,135 0,127 0,098 0,086 0,093
4 INDF 0,062 0,091 0,081 0,063 0,056
5 INTP 0,210 0,198 0,209 0,188 0,183
6 JSMR 0,062 0,056 0,062 0,033 0,038
7 KLBF 0,183 0,184 0,188 0,174 0,171
8 LPKR 0,033 0,045 0,053 0,051 0,083
9 LSIP 0,186 0,251 0,148 0,096 0,106
10 SMGR 0,233 0,201 0,185 0,174 0,162
11 PTBA 0,229 0,268 0,229 0,159 0,136
12 TINS 0,161 0,137 0,071 0,075 0,065
MIN 0,033 0,045 0,053 0,033 0,038
MAX 0,233 0,268 0,229 0,188 0,183
RATA-RATA 0,154 0,162 0,137 0,111 0,111
Sumber: data diolah
Tabel 4.7 menunjukkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling
kecil pada tahun 2010-2012 adalah LPKR (Lippo Karawaci Tbk) sebesar 0.033,
0.045, 0.053. Pada tahun 2013 dan 2014 adalah JSMR (Jasa Marga Tbk) sebesar
0.033, 0.038. Sedangkan perusahaan yang mempunyai profitabilitas paling besar
pada tahun 2010 adalah SMGR (Semen Gresik Tbk) sebesar 0.233. Pada tahun
2011 dan 2012 adalah PTBA (PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk) sebesar
78
0.268, 0.299. Pada tahun 2013-2014 INTP (Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)
adalah 0.188, 0.183.
Sedangkan jumlah rata-rata profitabilitas perusahaan-perusahaan tahun
2010-2014 sebesar 0.154, 0.162, 0.137, 0.111, 0,111. hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan ROA selama 5 tahun
terakhir. Semakin kecil nilai ROA menunjukkan penurunan profitabilitas (laba
bersih) yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya, semakin tinggi ROA
menunjukkan peningkatan profitabilitas (laba bersih) yang diperoleh perusahaan.
g. Harga Saham
Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
(closing price) akhir tahun dari tiap-tiap perusahaan yang menjadi objek
penelitian. Apabila harga saham perusahaan meningkat, maka semakin tinggi
harga saham, dan akan berdampak pada kemakmuran pemegang saham yang
tinggi pula. Kemakmuran pemegang saham juga merefleksikan kemakmuran
perusahaan, artinya perusahaan mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi
kebutuhannya. Adapun data mengenai harga saham perusahaan manufaktur dapat
diliat pada tabel 4.8
79
Tabel 4.8 Harga Saham Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Harga Saham
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 26200 21700 19700 25100 24250
2 ASII 5455 7400 7600 6800 7425
3 GGRM 40000 62050 56300 42000 60700
4 INDF 4875 4600 5850 6600 6750
5 INTP 15950 17050 22450 20000 25000
6 JSMR 3425 4200 5450 4725 7050
7 KLBF 3250 3400 1060 1250 1830
8 LPKR 680 660 1000 910 1020
9 LSIP 1285 2250 2300 1930 1890
10 SMGR 9450 11450 15700 14150 16200
11 PTBA 22950 17350 15100 10200 12500
12 TINS 2750 1670 1540 1600 1230
MIN 680 660 1000 910 1020
MAX 40000 62050 56300 42000 60700
RATA-RATA 11355,8 12815 12837,5 11272,1 13820,4
Sumber: data diolah
Tabel 4.8 menunjukkan perusahaan yang mempunyai harga saham paling
kecil pada tahun 2010 sampai 2014 adalah LPKR (Lippo Karawaci Tbk) sebesar
680, 660, 1000, 910, dan 1020. Sedangkan perusahaan yang mempunyai harga
saham paling besar pada tahun 2010 sampai 2014 adalah GGRM (Gudang Garam
Tbk) sebesar 40000, 62050, 56300, 42000, dan 60700.
Sedangkan jumlah rata-rata harga saham sebesar 11355.8, 12815, 12837.5,
11272.1, dan 13820.4. Harga saham setiap perusahaan mencerminkan nilai
perusahaan tersebut. Jika harga saham naik, menunjukkan nilai perusahaan
tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata harga saham perusahaan yang terdaftar di
LQ45 yang menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5 tahun
80
terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan
penurunan.
h. Pertumbuhan Perusahaan
Nilai pertumbuhan perusahaan perusahaan ini diliat dari nilai selisih aset
tahun n dikurang nilai aset tahun dasar. Nilai pertumbuhan perusahaan
mencerminkan adanya pertumbuhan atau penurunan nilai perusahaan.
Tabel 4.9 Pertumbuhan Perusahaan Tahun 2010-2014
No. Nama
Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,161 0,165 0,213 0,205 0,240
2 ASII 0,275 0,361 0,181 0,174 0,103
3 GGRM 0,129 0,272 0,062 0,223 0,147
4 INDF 0,171 0,133 0,107 0,308 0,107
5 INTP 0,156 0,183 0,254 0,169 0,086
6 JSMR 0,172 0,104 0,183 0,134 0,135
7 KLBF 0,085 0,177 0,138 0,201 0,098
8 LPKR 0,332 0,130 0,362 0,259 0,206
9 LSIP 0,148 0,221 0,112 0,056 0,085
10 SMGR 0,737 0,462 0,527 0,135 0,089
11 PTBA 0.079 0,320 0,106 -0,083 0,268
12 TINS 0,211 0,117 -0,071 0,351 0,183
MIN 0,085 0,104 -0,071 -0,083 0,085
MAX 0,737 0,462 0,527 0,351 0,268
RATA-RATA 0,234 0,220 0,181 0,178 0,146
Sumber: data diolah
Tabel 4.9 menunjukkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan
perusahaan paling kecil pada tahun 2010 adalah KLBF (Kalbe Farma Tbk)
sebesar 0.085. Pada tahun 2011 adalah JSMR (Jasa Marga Tbk) sebesar 0.104.
Pada tahun 2012 adalah TINS (Timah Tbk) sebesar -0.071. Pada tahun 2013
81
adalah PTBA (PT tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk) sebesar -0.083. Pada
tahun 2014 adalah LSIP (Pp London Sumatra Indonesia Tbk) sebesar 0.085.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai pertumbuhan perusahaan paling
besar pada tahun 2010-2012 adalah SMGR (Semen Gresik Tbk) sebesar 0.737,
0.462, 0.527. Pada tahun 2013 adalah TINS (Timah Tbk) sebesar 0.351. Pada
tahun 2014 adalah PTBA (PT Tambang Batu Bara Bukit Asam) sebesar 0.268.
Sedangkan jumlah rata-rata pertumbuhan perusahaan sebesar 0.234, 0.220,
0.181, 0.178, 0.146. Pertumbuhan perusahaan setiap perusahaan mencerminkan
nilai perusahaan tersebut. Jika aset tiap tahunnya naik, menunjukkan nilai
perusahaan tersebut meningkat. Dari nilai rata-rata pertumbuhan perusahaan yang
terdaftar di LQ45 menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir, dapat dikatakan nilai perusahaan juga terdapat peningkatan dan
penurunan.
3. Analisis dan Pembahasan
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan pengujian
analisis Regresi Linier berganda maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang kita
gunakan dalam penelitian ini berdistribusi norma atau tidak. Data yang baik
adalah data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk mengetahui data
82
tersebut berdistribusi nornal atau tidak dapat dilihat didalam Normal P plot. Jika
titik-titiknya mendekati garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal.
Gambar 4.1
Sumber: data diolah
Gambar 4.1 dapat menjelaskan bahwa tidak terjadi masalah normalitas
karena titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga dapat dijelaskan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
Selain dengan normal p-plot, uji normalitas dapat diuji juga dengan
kolmogorov smirnov, seperti berikut ini:
83
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardi
zed
Residual
N 58
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation ,70885076
Most Extreme
Differences
Absolute ,118
Positive ,118
Negative -,080
Kolmogorov-Smirnov Z ,899
Asymp. Sig. (2-tailed) ,394
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi sebesar
0.394 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji
berdistribusi normal.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah ketidaksamaan varian dalam fungsi regresi.
Data yang baik adalah data yang memiliki kesamaan varian (homoskedastisitas).
Salah satu cara untuk mengetahui atau mendeteksi heteroskedastisitas adalah
melihat scatterplot nya.
84
Gambar 4.2
Sumber: data diolah
Hasil dari scatterplot diatas menunjukkan bahwa data yang diperoleh
lolos uji heteroskedastisitas atau data tersebut dapat dibilang homoskedastisitas
yang artinya variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap
dalam model regresi ini.
c. Multikolinearitas
Terjadi ketika variabel bebasnya saling berkolerasi satu dengan yang lain.
Data regresi yang baik, variabel bebasnya tidak boleh berkolerasi satu sama lain.
Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah dengan melihat nilai
tolerance dan VIF.
Jika nilai Tollerance > 0,1 dan VIF < 10 maka tidak ada masalah multikolinearitas
Jika nilai Tollerance < 0,1 dan VIF > 10 maka ada masalah multikolinearitas.
85
Tabel 4.11
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
,289 3,463
,743 1,347
,297 3,368
,212 4,719
,664 1,506
,235 4,264
,822 1,217
Sumber: data diolah
Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinearitas
karena nilai Tollerancenya lebih dari 0,1 dan nilai VIFnya kurang dari 10.
d. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin
Watson. Menurut Singgih Santoso nilai Durbin-Watson harus diantara -2 sampai
dengan 2. Output SPSS uji Durbin Watson disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.12
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,819a ,671 ,624 ,75685 ,772
a. Predictors: (Constant), ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
b. Dependent Variable: ln_der
Sumber: data diolah
Tabel diatas menunjukkan nilai Durbin-Watson 0,772 artinya penelitian
ini lolos uji autokorelasi karena nilainya berada diantara -2 sampai 2. Tidak ada
86
autokorelasi postif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi
(Ghozali, 2009).
2. Analisis Regresi Berganda
Dalam bagian ini disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh
selama pelaksanaan penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian data
tersebut dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda karena ingin
mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada
perusahaan yang terdaftar di LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014.
Tabel 4.13
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. 95,0%
Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta Lower
Bound
Upper
Bound
1
(Constant) -3,848 1,817 -2,118 ,039 -7,498 -,198
ln_sa ,492 ,409 ,182 1,203 ,235 -,329 1,313
ln_up ,034 ,054 ,059 ,624 ,536 -,075 ,143
ln_im ,918 ,348 ,393 2,636 ,011 ,219 1,618
ln_roa -,914 ,387 -,416 -2,361 ,022 -1,691 -,136
ln_hargasaha
m -,036 ,099 -,036 -,362 ,719 -,234 ,163
ln_likuiditas -,144 ,314 -,077 -,458 ,649 -,773 ,486
ln_pp ,313 ,116 ,242 2,702 ,009 ,080 ,546
a. Dependent Variable: ln_der
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka model regresi penelitian ini
dapat ditulis sebagai berikut:
87
DER= -3.848 + 0.492 Struktur Aktiva + 0.034 Ukuran Perusahaan + 0.918
Intensitas Modal - 0.144 Likuiditas - 0.914 ROA - 0.036 Harga Saham + 0.313
Pertumbuhan Perusahaan
Model regresi tersebut dapat di interpretasi sebagai berikut:
a. β0 = -3.848 artinya jika variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan,
intensitasl modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham, dan pertumbuhan
perusahaan nol maka nilai DER menurun sebanyak 3.848%.
b. β1 = 0.492 artinya jika variabel struktur aktiva naik sebanyak satu persen
sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.492%.
c. β2 = 0.034 artinya jika variabel ukuran perusahaan naik sebanyak satu
triliun sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER
sebanyak 0.034%.
d. β3 = 0.918 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen
sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.918%.
e. β4 = -0.144 artinya jika variabel profitabilitas naik sebanyak satu persen
sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.144%.
f. β5 = -0.914 artinya jika variabel harga saham naik sebanyak seribu
sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.914%.
88
g. β6 = -0.036 artinya jika variabel likuiditas naik sebanyak satu persen
sedangkan variabel lain tetap maka akan menurunkan nilai DER sebanyak
0.036%.
h. β7 = 0.313 artinya jika variabel intensitas modal naik sebanyak satu persen
sedangkan variabel lain tetap maka akan menaikkan nilai DER sebanyak
0.313%.
Pengujian secara serentak (simultan)
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
secara bersama-sama variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan,
intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan
perusahaan terhadap struktur modal perusahaan dengan menggunakan uji
F. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal.
Tabel 4.14
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 58,309 7 8,330 14,542 ,000b
Residual 28,641 50 ,573
Total 86,950 57
a. Dependent Variable: ln_der
b. Predictors: (Constant), ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
1) Pengaruh simultan seluruh variabel bebas terhadap struktur modal
Pengaruh simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel
terikat ini menggunakan hipotesis nol: variabel stuktur aktiva, ukuran
89
perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan
pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama.
Jika probabilitas dari nilai F < tingkat signifikansi (α) maka Ho
ditolak. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh Fhitung =
14,542 dengan sig (α) = 0.000 sedangkan F tabel menunjukkan angka 2,09
pada tingkat df1=7 dan df2=112, maka dapat disimpulkan 14,542 > 2,09.
Pada tingkat signifikansi α=5%; maka Fhitung tersebut signifikan (tidak
dapat diabaikan), karena sig (α) = 0.000 < 0.05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas
modal, likuiditas, profitabilitas, harga saham dan pertumbuhan perusahaan
terhadap struktur modal secara bersama-sama berpengaruh terhadap
struktur modal.
Sehingga secara bersama-sama faktor-faktor tersebut memiliki
pengaruh terhadap struktur modal pada perusahan yang terdaftar di indeks
LQ45 yang terdaftar di BEI 2010-2014.
Tabel 4.15
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,819a ,671 ,624 ,75685 ,772
a. Predictors: (Constant), ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
b. Dependent Variable: ln_der
90
Koefisien determinan sebesar 0.624 atau 62.4% artinya variabel Y
(struktur modal) dapat dijelaskan oleh variabel struktur aktiva, ukuran
perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas harga saham dan
pertumbuhan perusahaan terhadap variabel struktur modal secara bersama-
sama berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan 37.6% sisanya
disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak tercakup dalam
penelitian ini seperti tingkat suku bunga dan nilai kurs mata uang.
2) Pengujian parsial variabel bebas terhadap struktur modal
i. Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal
Variabel struktur aktiva pada penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai t-hitung sebesar 1.203 dan koefisien regresi untuk variabel struktur
aktiva β = 0.182 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.235. Struktur
aktiva secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari
hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa struktur aktiva tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
ii. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal
Variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai t-hitung sebesar 0.624 dan koefisien regresi untuk variabel
ukuran perusahaan β = 0.059 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.536.
Ukuran perusahaan secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas lebih dari
91
0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal.
iii. Pengaruh intensitas modal terhadap struktur modal
Variabel intensitas modal pada penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai t-hitung sebesar 2.636 dan koefisien regresi untuk variabel intensitas
modal β = 0.393 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.011. Intensitas
modal secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas modal mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
iv. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal
Variabel likuditas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-
hitung sebesar -0.458 dan koefisien regresi untuk variabel likuiditas β = -
0.077 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.649. Likuiditas secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
karena tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap struktur modal.
92
v. Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap struktur modal
Variabel ROA pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-
hitung sebesar -2.361 dan koefisien regresi untuk variabel profitabilitas β =
-0.416 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.022. ROA secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal karena
tingkat probabilitas kurang dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt
disimpulkan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
struktur modal.
vi. Pengaruh harga saham terhadap struktur modal
Variabel harga saham pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
t-hitung sebesar -0.362 dan koefisien regresi untuk variabel harga saham β
= -0.036 dengan probabilitas tingkat kesalahan 0.719. Harga saham secara
parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal
karena tingkat probabilitas lebih dari 0.05. Sehingga dari hasil tersebut
dapt disimpulkan bahwa harga saham tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal.
vii. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal
Variabel pertumbuhan perusahaan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa nilai t-hitung sebesar 2.702 dan koefisien regresi untuk variabel
pertumbuhan perusahaan β = 0.242 dengan probabilitas tingkat kesalahan
0.009. Pertumbuhan perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang
93
signifikan terhadap struktur modal karena tingkat probabilitas kurang dari
0.05. Sehingga dari hasil tersebut dapt disimpulkan bahwa pertumbuhan
perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.
Jadi dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial terlihat varibael
intensitas modal, probabilitas (ROA), likuiditas dan pertumbuhan perusahaan
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahan yang
terdaftar di LQ45. Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang struktur modal yaitu
pecking order theory. Teori ini lebih menyukai pendanaan dari dalam (internal)
dari pada pendanaan dari luar (eksternal).
Dalam penelitian ini menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal yaitu
1. Faktor struktur aktiva terhadap struktur modal
Dalam penelitian saya ini struktur aktiva tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap struktur modal, ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Soni Abimanyu Tarigan dan Hasan Sakti Siregar
yang menunjukkan hasil yang sama. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh
Masdar Mas’ud (2008 : 156), Hasa Nurrohim KP (2008 : 16)
menunjukkan hasil bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal.
2. Faktor ukuran perusahaan terhadap struktur modal
Dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, ini
94
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi (2010). Yang
menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal. Ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Saidi (2004) dalam Laksmi (2010) yang
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Chen (2004), Huang dan Song (2006), Fraser Donald
R (2006) dan Delcoure (2006), Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma
(2005). Dan berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili
Hidayat, Imam Ghozali dan Dwisetio Poerwono (2001) dalam Laksmi
(2010) yang menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh signifikan terhadap struktur modal dan penelitian yang dilakukan
oleh Masdar Mas’ud (2008 : 156) yang menunjukkan hasil bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh negatif.
3. Faktor profitabilitas terhadap struktur modal
Hasil pengujian hipotesis kelima menyatakan bahwa profitabilitas
(ROA) berpengaruh signifikan dan memiliki arah koefisien negatif
terhadap struktur modal (LDER). Hasil pengujian hipotesis kelima dalam
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Rafiq et al. (2008), Joni dan Lina (2010), Awan et al. (2011), dan
Febriyani dan Srimindarti (2010). Profitabilitas (ROA) merupakan salah
satu variabel yang paling tidak bisa diabaikan pengaruhnya terhadap
struktur modal (LDER). Profitabilitas mengindikasikan bahwa suatu
95
perusahaan memiliki stabilitas dan sumber daya keuangan yang baik.
Tingkat profitabilitas (ROA) yang tinggi atas investasi pada perusahaan
yang terdaftar di LQ45 memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana internal yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sumber daya keuangan internal yang baik akan
cenderung mendorong perusahaan sektor pertambangan untuk mengurangi
proporsi hutang dengan tujuan untuk mengurangi risiko kebangrutan,
agency cost serta mengantisipasi potensi ketidakpastian. Sesuai dengan
pecking order theory, penggunaan sumber dana yang dihasilkan secara
internal berupa laba ditahan lebih diminati perusahaan karena memiliki
resiko yang jauh lebih rendah dibanding dengan pendanaan dari sumber
eksternal.
4. Faktor pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal
Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa pertumbuhan
aktiva (GROWTh) berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien positif
terhadap struktur modal (LDER). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005),
Rafiq et al. (2008), Joni dan Lina (2010), Firnanti (2011) dan
Hestuningrum dan Darsono (2012). Perusahaan yang terdaftar di LQ45
dengan tingkat pertumbuhan yang besar sangat memungkinkan mengalami
kekurangan pendanaan kegiatan investasi perusahaan. Pecking order
theory mengemukakan bahwa ketika dana yang bersumber dari internal
perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai investasi, maka perusahaan
96
memerlukan dana eksternal. Perusahaan yang sedang bertumbuh akan
cenderung memilih menggunakan hutang terlebih dahulu dibanding
menerbitkan saham baru. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pertumbuhan
perusahaan akan semakin tinggi pula peluang adanya asimetris informasi.
Kondisi seperti ini menyebabkan biaya penerbitan hutang jangka panjang
dianggap lebih rendah dibanding biaya penerbitan saham baru. Perusahaan
sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan tinggi menandakan
perusahaan tersebut memiliki prospek yang menguntungkan. Oleh sebab
itu, perusahaan sektor pertambangan pada kondisi tersebut akan
menghindari pendanaan dengan penerbitan saham baru dan cenderung
menggunakan pendanaan yang bersumber dari hutang. Bagi pemegang
saham, penerbitan saham baru dinilai akan merugikan dan mengurangi
besarnya bagian keuntungan yang diterima atas prospek yang
menguntungkan di masa depan. Myers (1984) mengemukakan bahwa
perusahaan akan lebih memilih menggunakan hutang untuk memperkecil
peluang terjadinya asimetri informasi. Hal ini didasari oleh signaling
theory yang berpendapat bahwa perusahaan dapat mengomunikasikan
prospek pertumbuhan yang baik di masa depan dengan menggunakan
hutang. Hutang dapat menjadi sinyal positif bagi investor eksternal, hal ini
dikarenakan semakin banyak penggunaan hutang, maka investor meyakini
bahwa perusahaan memiliki kemampuan finansial yang baik dan memiliki
prospek dengan pengembalian yang tinggi di masa yang akan datang.
Sedangkan penerbitan saham baru cenderung memberikan sinyal negatif
97
bagi publik sehingga akan berpotensi menurunkan harga pasar saham yang
dapat menurunkan nilai perusahaan sektor pertambangan. Penjelasan
tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ross
(1977).
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian (analisis) dan pembahasan dalam permasalahan yang
penulis kemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Secara individual (parsial) variabel intensitas modal, likuiditas,
probabilitas, dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh
positif terhadap struktur modal. Sedangkan variabel struktur aktiva,
ukuran perusahaan dan harga saham mempunyai pengaruh negatif
terhadap struktur modal.
2. Secara simultan (bersama-sama) semua variabel yaitu struktur aktiva,
ukuran perusahaan, intensitas modal, likuiditas, profitabilitas, harga
saham dan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh signifikan
terhadap struktur modal dengan koefisien determinasi sebesar 0.624
atau 62.4% artinya variabel Y (struktur modal) dapat dijelaskan oleh
variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, intensitas modal,
profitabilitas dan likuiditas terhadap variabel struktur modal secara
bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan 37.6%
atau 0.376 sisanya disebabkan oleh variabel-variabel lainnya yang
tidak tercakup dalam penelitian ini.
3. Secara teori, hasil penelitian ini mengacu pada teori pecking order
karena dilihat dari variabel yang signifikan yaitu intensitas modal,
profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan yang berpengaruh
99
signifikan terhadap struktur modal. Hal ini dikuatkan oleh teori-teori
yang menjelaskan pecking order theory. Menurut Myers dalam
Sholihah (2006), intensitas modal mempunyai hubungan yang positif
dengan struktur modal. Menurut Riyanto (2001), perusahaan yang
mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi dalam menghasilkan
keuntungan, cenderung untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaannya dengan profit yang didapat yaitu laba ditahannya, oleh
karena itu biasanya perusahaan menggunakan hutang yang relatif kecil
dibanding dengan total modal sendiri. Sedangkan, pertumbuhan aktiva
(GROWTH) berpengaruh signifikan dan memiliki koefisien positif
terhadap struktur modal (LDER). Hasil penelitian ini dikuatkan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma
(2005), Rafiq et al. (2008), Joni dan Lina (2010), Firnanti (2011) dan
Hestuningrum dan Darsono (2012). Perusahaan yang terdaftar di LQ45
dengan tingkat pertumbuhan yang besar sangat memungkinkan
mengalami kekurangan pendanaan kegiatan investasi perusahaan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mencoba mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat:
1. Bagi perusahaan, manajemen harus memperhatikan variabel-variabel
intensitas modal, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan dalam
100
menentukan struktur modal perusahaan karena variabel-variabel
tersebut sangat besar pengaruhnya.
2. Bagi investor, investor harus memperhatikan variabel-variabel
intensitas modal, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan dalam
menentukan keputusan investasi karena variabel-variabel tersebut
dapat mencerminkan nilai perusahaan.
3. Bagi peneliti, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang
dianggap mempengaruhi keputusan struktur modal dan dapat lebih
memperbanyak jumlah sample atau menambah periode penelitian agar
didapat hasil yang lebih akurat.
101
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, pudji, “Pengaruh Pecking Order, Balance, dan Kebijakan Makro
terhadap Pengambilan Keputusan Leverage Perusahaan Industri Go Public
di BEJ Periode 1991-2001”, Disertasi, Universitas Borobudur, Jakarta,
2005.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia : Jakarta,
2004.
Atmaja, Lukas Setia. “Teori dan Praktek Manajemen Keuangan”, Penerbit Andi,
Yogyakarta, 2008.
Brigham dan Houston. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Buku 1, Edisi 10,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Brigham, Eugene F and Joel F. Houston. “Fundamentals of Financial
Management”, 10th
Edition, 2001.
Brealey, Myers, and Marcus. “Fundamentals of Corporate Finance”, Edisi 3,
McGraw-Hill, New York, 2001.
Frensidy, Budi. “Rasio Utang Yang Optimal”, artikel diakses tanggal 25
Desember 2014, dari http://web.bisnis.com/kolom/2id1334.html
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Denan Program SPSS”, Edisi
Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FE UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2007.
Husnan, Suad dan Pedjiastuti, Enny. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”,
Edisi Empat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004.
102
Husnan, dan Misanto. “The Effect of Operating Leverage, Cyclicality, and Firm
Size on Business Risk”, Gajah Mada International Journal of Business,
1999.
Keown dkk. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta,
2000.
Moeljadi. “Manajemen Keuangan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”, Jilid
1, Bayumedia Publishing, Malang, 2006.
Nasarudin, Indo Yama dan Fauzan, Hemmy. “Pengantar Bisnis dan
Manajemen”, UIN Jakarta Press, Jakarta, 2006.
Prasetya, Erwin. “Utang Menjadi Untung, Jangan Takut Ambil Kredit”,
Katabuku, Edisi 1 Jakarta, 2010.
Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, BPFE,
Yogyakarta, 2001.
Rodoni, Ahmad dan Sholihah, Maratush. “Pengujian Empiris Balance Theory,
Pecking Order Theory dan Signaling Theory pada Struktur Modal
Perusahaan di Indonesia”, Vol.5, No.1, Laporan Penelitian, FE UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Ross, Westerfield, dan Jordan. “Fundamentals of Corporate Financial”. 7th
edition, McGraw-Hill, New York, 2006.
Ross, Westerfield, dan Jordan. “Pengantar Keuangan Perusahaan”. 8th
edition,
McGraw-Hill, New York, 2009.
Setia Lukas Atmaja. “Teori Praktek Manajemen Keuangan”, Andi:Yogyakarta,
2008.
103
Sjahrial, Dermawan. “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2008.
Van Horne, James C. Dan Wachowicz, John M., Jr. “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan”, Buku 2, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
Warsono. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Bayumedia Publishing, Malang,
2003.
104
Lampiran 1
Hasil output spss regresi linear berganda
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ln_der -1,9218 1,23508 58
ln_sa -,7705 ,45619 58
ln_up 30,1449 2,14542 58
ln_im ,3100 ,52811 58
ln_roa -2,1351 ,56268 58
ln_hargasaham 8,7776 1,24446 58
ln_likuiditas ,8473 ,66024 58
ln_pp -1,6409 ,95358 58
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 58
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation ,70885076
Most Extreme
Differences
Absolute ,118
Positive ,118
Negative -,080
Kolmogorov-Smirnov Z ,899
Asymp. Sig. (2-tailed) ,394
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,819a ,671 ,624 ,75685 ,772
a. Predictors: (Constant), ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
b. Dependent Variable: ln_der
105
Lampiran 2
Hasil output spss regresi linear berganda
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 58,309 7 8,330 14,542 ,000b
Residual 28,641 50 ,573
Total 86,950 57
a. Dependent Variable: ln_der
b. Predictors: (Constant), ln_pp, ln_im, ln_likuiditas, ln_up, ln_hargasaham, ln_sa, ln_roa
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. 95,0%
Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Lower
Bound
Upper
Bound
Toler
ance
VIF
1
(Constant) -3,848 1,817 -2,118 ,039 -7,498 -,198
ln_sa ,492 ,409 ,182 1,203 ,235 -,329 1,313 ,289 3,463
ln_up ,034 ,054 ,059 ,624 ,536 -,075 ,143 ,743 1,347
ln_im ,918 ,348 ,393 2,636 ,011 ,219 1,618 ,297 3,368
ln_roa -,914 ,387 -,416 -2,361 ,022 -1,691 -,136 ,212 4,719
ln_hargasaham -,036 ,099 -,036 -,362 ,719 -,234 ,163 ,664 1,506
ln_likuiditas -,144 ,314 -,077 -,458 ,649 -,773 ,486 ,235 4,264
ln_pp ,313 ,116 ,242 2,702 ,009 ,080 ,546 ,822 1,217
a. Dependent Variable: ln_der
106
Lampiran 3
Hasil output spss regresi linear berganda
Hasil scatterplot untuk uji heteroskedastisitas
107
Lampiran 4
Data Perusahaan
No. Nama
Perusahaan
Struktur Modal
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,037 0,037 0,048 0,091 0,220
2 ASII 0,301 0,387 0,426 0,345 0,351
3 GGRM 0,044 0,041 0,041 0,043 0,036
4 INDF 0,506 0,289 0,354 0,534 0,534
5 INTP 0,069 0,060 0,047 0,039 0,034
6 JSMR 0,971 1,015 0,850 1,196 1,411
7 KLBF 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023
8 LPKR 0,612 0,701 0,865 0,866 0,815
9 LSIP 0,085 0,072 0,076 0,084 0,095
10 SMGR 0,075 0,148 0,198 0,169 0,162
11 PTBA 0,176 0,175 0,288 0,247 0,296
12 TINS 0,097 0,120 0,128 0,105 0,113
MIN 0,020 0,020 0,021 0,021 0,023
MAX 0,971 1,015 0,865 1,196 1,411
RATA-RATA 0,249 0,255 0,279 0,312 0,341
No. Nama
Perusahaan
Struktur Aktiva
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,767 0,815 0,857 0,887 0,870
2 ASII 0,586 0,572 0,584 0,587 0,588
3 GGRM 0,255 0,223 0,278 0,318 0,338
4 INDF 0,575 0,543 0,558 0,578 0,523
5 INTP 0,512 0,432 0,359 0,367 0,443
6 JSMR 0,784 0,809 0,817 0,865 0,886
7 KLBF 0,284 0,276 0,316 0,337 0,346
8 LPKR 0,242 0,255 0,217 0,233 0,207
9 LSIP 0,734 0,623 0,657 0,749 0,785
10 SMGR 0,528 0,611 0,690 0,676 0,661
11 PTBA 0,238 0,230 0,315 0,445 0,499
12 TINS 0,301 0,302 0,356 0,363 0,328
MIN 0,238 0,223 0,217 0,233 0,207
MAX 0,784 0,815 0,857 0,887 0,886
RATA-RATA 0,484 0,474 0,500 0,534 0,539
108
No. Nama
Perusahaan
Ukuran Perusahaan
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 8791799 10240495 12419820 14963190 18558329
2 ASII 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000
3 GGRM 30741679 39088705 41509325 50770251 58220600
4 INDF 47275955 53585933 59324207 77611416 85938885
5 INTP 15346146 18151331 22755160 26607241 28884973
6 JSMR 18952129 20915891 24753551 28058582 31857948
7 KLBF 7032497 8274554 9417957 11315061 12425032
8 LPKR 16155385 18259171 24869296 31300362 37761221
9 LSIP 5561433 6791859 7551796 7974876 8655146
10 SMGR 15562999 19661603 26579084 30792884 34314666
11 PTBA 8718394 11510262 12728981 11677155 14812023
12 TINS 5881108 6569807 6101007 8244019 9752477
MIN 5561433 6569807 6101007 7974876 8655146
MAX 113362000 154319000 182274000 213994000 236029000
RATA-RATA 24448460 30614051 35857015 42775753 48100858
No. Nama
Perusahaan
Intensitas Modal
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,9941 0,9506 1,0740 1,1805 1,1381
2 ASII 0,8721 0,9493 0,9693 1,1037 1,1702
3 GGRM 0,8156 0,9333 0,8466 0,9158 0,8931
4 INDF 1,2310 1,1821 1,1851 1,3953 1,3514
5 INTP 1,3778 1,3070 1,3161 1,4235 1,4445
6 JSMR 4,4012 3,2249 2,7291 2,7317 3,4721
7 KLBF 0,6877 0,7583 0,6906 0,7071 0,7154
8 LPKR 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,2399
9 LSIP 1,5480 1,4493 1,7931 1,9292 1,8312
10 SMGR 1,0850 1,2004 1,3562 1,2568 1,2715
11 PTBA 1,1023 1,0878 1,0979 1,0417 1,1326
12 TINS 0,7052 0,7509 0,7799 1,4086 1,3230
MIN 0,6877 0,7509 0,6906 0,7071 0,7154
MAX 5,1692 4,3582 4,0371 4,6954 3,4721
RATA-RATA 1,6658 1,5127 1,4896 1,6491 1,5819
109
No. Nama
Perusahaan
Likuiditas
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 1,932 1,259 0,685 0,450 0,585
2 ASII 1,273 1,344 1,399 1,242 1,323
3 GGRM 2,701 2,245 2,170 1,722 1,620
4 INDF 2,036 1,910 2,003 1,683 1,807
5 INTP 5,554 6,982 6,028 6,148 4,934
6 JSMR 1,650 0,982 0,682 0,778 0,844
7 KLBF 4,393 3,676 3,405 2,839 3,404
8 LPKR 4,219 6,037 5,599 4,960 5,233
9 LSIP 2,383 4,819 3,273 2,485 2,491
10 SMGR 2,917 2,647 1,706 1,882 2,209
11 PTBA 5,786 4,618 4,924 2,866 2,075
12 TINS 3,237 3,224 4,094 2,152 1,865
MIN 1,273 0,982 0,682 0,450 0,585
MAX 5,786 6,982 6,028 6,148 5,233
RATA-RATA 3,173 3,312 2,997 2,434 2,366
No. Nama
Perusahaan
Profitabilitas
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,229 0,244 0,198 0,127 0,141
2 ASII 0,127 0,137 0,125 0,104 0,094
3 GGRM 0,135 0,127 0,098 0,086 0,093
4 INDF 0,062 0,091 0,081 0,063 0,056
5 INTP 0,210 0,198 0,209 0,188 0,183
6 JSMR 0,062 0,056 0,062 0,033 0,038
7 KLBF 0,183 0,184 0,188 0,174 0,171
8 LPKR 0,033 0,045 0,053 0,051 0,083
9 LSIP 0,186 0,251 0,148 0,096 0,106
10 SMGR 0,233 0,201 0,185 0,174 0,162
11 PTBA 0,229 0,268 0,229 0,159 0,136
12 TINS 0,161 0,137 0,071 0,075 0,065
MIN 0,033 0,045 0,053 0,033 0,038
MAX 0,233 0,268 0,229 0,188 0,183
RATA-RATA 0,154 0,162 0,137 0,111 0,111
110
No. Nama
Perusahaan
Harga Saham
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 26200 21700 19700 25100 24250
2 ASII 5455 7400 7600 6800 7425
3 GGRM 40000 62050 56300 42000 60700
4 INDF 4875 4600 5850 6600 6750
5 INTP 15950 17050 22450 20000 25000
6 JSMR 3425 4200 5450 4725 7050
7 KLBF 3250 3400 1060 1250 1830
8 LPKR 680 660 1000 910 1020
9 LSIP 1285 2250 2300 1930 1890
10 SMGR 9450 11450 15700 14150 16200
11 PTBA 22950 17350 15100 10200 12500
12 TINS 2750 1670 1540 1600 1230
MIN 680 660 1000 910 1020
MAX 40000 62050 56300 42000 60700
RATA-RATA 11355,8 12815 12837,5 11272,1 13820,4
No. Nama
Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
2010 2011 2012 2013 2014
1 AALI 0,161 0,165 0,213 0,205 0,240
2 ASII 0,275 0,361 0,181 0,174 0,103
3 GGRM 0,129 0,272 0,062 0,223 0,147
4 INDF 0,171 0,133 0,107 0,308 0,107
5 INTP 0,156 0,183 0,254 0,169 0,086
6 JSMR 0,172 0,104 0,183 0,134 0,135
7 KLBF 0,085 0,177 0,138 0,201 0,098
8 LPKR 0,332 0,130 0,362 0,259 0,206
9 LSIP 0,148 0,221 0,112 0,056 0,085
10 SMGR 0,737 0,462 0,527 0,135 0,089
11 PTBA 0.079 0,320 0,106 -0,083 0,268
12 TINS 0,211 0,117 -0,071 0,351 0,183
MIN 0,085 0,104 -0,071 -0,083 0,085
MAX 0,737 0,462 0,527 0,351 0,268
RATA-RATA 0,234 0,220 0,181 0,178 0,146
111
Recommended