Penuntun Praktikum Patologi Klinik Blok 14

Preview:

Citation preview

1

PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BLOK 14HEMATOLOGI DAN LIMFATIK

NAMA : M. ALVIN ASTIAN ANPM : 04101401016SEMESTER : LIMA (5)

BAGIAN PATOLOGI KLINIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

PALEMBANG2012

2

A. FLEBOTOMI

1. Flebotomi VenaPada orang dewasa biasanya dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti (daerah lipatan siku) misalnya v. mediana cubiti. Pada bayi dapat dipakai vena jugularis superficialis atau darah dari sinus sagittalis superior.Cara:

a. bersihkanlah kulit tempat darah akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan biarkanlah sampai menjadi kering lagi.

b. Pasanglah ikatan pembendung pada lengan atas di sebelah atas tempat yang akan diambil darahnya dan mintalah orang itu mengepal dan membuka tangannya berkali-kali agar vena jelas terlihat. Pembendungan vena tidak perlu terlalu erat, secukupnya saja untuk menonjolkan vena agar terlihat.

c. Tegangkanlah kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak dapat bergerak

d. Tusuklah kulit sampai jarum masuk ke dalam lumen vena kemudian lepaskan atau renggangkan pembendungan. Secara perlahan-lahan tarik pengisap semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapat

e. Lepaskan pembendungan jika masih terpasangf. Taruhlah kapas steril di atas tempat tusukan dan tariklah jarum dengan gerakan searahg. Mintalah orang tersebut untuk menekan tempat tusukan tersebut dengan kapas tadi hingga

darah tidak keluar lagih. Lepaskan jarum dari semprit dan alirkanlah (jangan semprotkan) darah ke dalam wadah atau

tabung yang tersedia melalui dindingnya secara perlahan-lahan, hindarilah jangan sampai terjadi buih

2. Flebotomi KapilerPada orang dewasa darah kapiler diambil di ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi dan anak kecil boleh juga diambil di tumit atau ibu jari kaki.

a. Bersihkanlah daerah yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan biarkan sampai kering lagi

b. Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang

c. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Bila memakai anak daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan sampai menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan.

d. Buanglah tetes darah pertama yang keluar dengan menggunakan kapas, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

B. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN METODE SAHLI

Prinsip: Darah ditambah asam (HCL 0,1 N) akan membentuk asam hematin yang berwarna coklat. Warna coklat yang terbentuk dibandingkan dengan warna standar.

Bahan pemeriksaan:Darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulan EDTA.

3

Alat dan reagen:1. Hemoglobinometer Sahli2. HCL 0,1 N3. aquadest.

Cara pengambilan darah kapiler (perifer): Ujung jari atau lateral tumit (untuk bayi) didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% Biarkan kering Tusuk dengan lanset ± 3 mm, penusukan tegak lurus dengan garis kulit Darah yang pertama keluar (tanpa ditekan) dibersihkan dengan kapas kering steril

Cara kerja:1. Masukkan 5 tetesHCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli2. Isap 20 l darah dengan pipet Sahli, bersihkan darah yang menempel pada bagian luar pipet.3. Masukkan darah tersebut dengan hati-hati ke dalam tabung Sahli yang sudah berisikan HCl

0,1 N.4. Bilas darah dalam pipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan HCl 0,1 N beberapa kali.5. Biarkan 4 menit agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin.6. Encerkan larutan dengan aquadest tetes demi tetes, sambil dikocok tiap kali menembahkan

aquadest, sampai warna larutan sama dengan warna standar (pembanding).7. Hasil harus dibaca dalam waktu 5 menit8. Tinggi bagian bawah meniskus menunjukkan kadar hemoglobin (g/dl)

Kerugian metode ini:1. Kurang teliti, kesalahannya besar.2. Warna asam hematin yang terbentuk tak stabil.3. Warna standar dapat berubah dalam beberapa bulan.4. Tabung yang dipakai tidak selalu sama isinya.5. Kalibrasi pada tabung sangat rapat6. Jumlah darah yang dipakai sedikit sekali sehingga kelebihan/kekurangan sedikit saja, sudah

menyebabkan kesalahan besar.

Syarat-syarat:1. Pada waktu menghisap darah dengan pipet Sahli, kolom darah tidak boleh berisi gelembung-

gelembung udara.2. pemeriksaan dilakukan dalam kamar yang terang/cahaya siang hari.

Membersihkan alat-alat:1. sesudah dipakai, alat dicuci dengan air lalu dibilas dengan aquadest kemudian keringkan

dengan kain yang tersedia.2. pipet dibersihkan berturut-turut dengan:

a. aquadestb. asetonc. ether atau alkohol

4

3. keringkan dengan air pengering4. alat dalam keadaan bersih diserahkan kembali kepada asisten.

Hasil Praktikum:

Sampel darah (Agus Salim, 22 tahun). Pada pemeriksaan didapatkan kadar hemoglobin 13,9 gr/dl.

Interpretasi: Nilai normal hemoglobin pada laki laki adalah 13,5 – 17,5 gr/dl berarti nilai hemoglobin

pada sampel darah NORMAL.

Pembahasan: Nilai rujukan normal hemoglobin pada pria adalah 13,5-17,5 gr/dl, sedangkan pada wanita

12-16 gr/dl. Namun pada saat praktikum bisa saja terjadi beberapa kesalahan. Kesalahan pada waktu

pemeriksaan dapat berupa alat pemeriksaan yang kurang sempurna ( pipet tidak tepat 20 ul, warna

standar sudah pucat atau kadar larutan hcl yang salah) atau kesalah dari pemeriksa (pemngambilan

darah yang tidak benar, pembacaan hasil yang salah, penerangan yang kurang).

Hb yang rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak dapat cukup O2, sedangkan Hb

yang tinggi berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD.

C. Menghitung Sel-Sel Darah

1.Menghitung Jumlah RBC (Eritrosit)

Alat-alat:1. alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:2. kapas - kamar hitung3. hemolet - kaca penutup4. Cairan Hayem atau Gower - pipet eritrosit 5. mikroskop - pipet karet

Cara:1. Isap darah kapiler dengan pipet eritrosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah yang

melekat di ujung luar pipet.2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Hayem (atau Gower) sampai tanda 101, sambil memutar-

mutar pipetnya, lepaskan karetnya.3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam kamar

hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.5. Hitung di bawah mikroskop dengan:

Kamar hitung Improved Neubauer:Eritrosit : dengan HPF dalam 80 kotak kecil atau dalam 5 x 16 kotak kecil dan hasilnya

dikalikan dengan 10.000 (4 angka 0)

Hasil Praktikum: Sampel darah yang digunakan : darah Adriansyah, 20 tahun. Dari hasil pemeriksaan

didapatkan jumlah eritrosit pada 5 kotak besar di Kamar Hitung Improved Neubauer adalah :

5

1. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (1) : 82 eritrosit

2. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (2) : 93 eritrosit

3. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (3) : 115 eritrosit

4. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (4) : 72 eritrosit

5. Kotak Besar di Tengah Kamar Hitung : 54 eritrosit

Maka total dari jumlah eritrosit kelima kamar besar di sudut kamar hitung adalah = 416

eritrosit, sehingga didapatkan hasil jumlah eritrosit dalam 1 µl darah adalah sebesar 500 eritrosit x

10.000 = 4,16 juta eritrosit/mm3

Interpretasi: Nilai normal kadar eritrosit dalam 1 µl darah untuk laki-laki adalah 4,5 juta – 5,5

juta/mm3 dan perempuan 4 juta – 5 juta/mm3. Kadar eritrosit pada 1 µl darah sampel termasuk

dalam kadar normal.

Pembahasan: Nilai Rujukan:

Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)

Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)

Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)

Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)

Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)

Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis,

mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan.

Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit

kardiovaskuler

2. Menghitung Jumlah WBC (Leukosit)

Alat-alat:1. alkohol 70% 6. Hemocytometer lengkap:2. kapas - kamar hitung3. hemolet - kaca penutup4. Cairan Turk - pipet leukosit 5. mikroskop - pipet karet

Cara:1. Isap darah kapiler dengan pipet leukosit sampai tanda 0.5, hapuslah kelebihan darah yang

melekat di ujung luar pipet.2. Isap ke dalam pipet (1) cairan Turk sampai tanda 11, sambil memutar-mutar pipetnya,

lepaskan karetnya.

6

3. Kocok pipet 10-15 detik dalam posisi horizontal sambil diputar-putar.4. Kocok lagi selama 3 menit, buanglah 4 tetesan yang pertama lalu diisikan ke dalam kamar

hitung yang bersih, biarkan 2-3 menit.5. Hitung di bawah mikroskop dengan:

Kamar hitung Improved Neubauer:Leukosit : dengan HPF dalam 64 kotak kecil atau dalam 4 x 16 kotak kecil dan hasilnya

dikalikan dengan 50

Hasil Praktikum: Sampel darah yang digunakan pada pemeriksaan ialah darah dari Adriansyah, 20

tahun. Dari hasil pemeriksaan, didapatkan jumlah leukosit pada 4 kotak besar di Kamar Hitung

Improved Neubauer adalah :

1. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (1) : 28 leukosit

2. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (2) : 31 leukosit

3. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (3) : 15 leukosit

4. Kotak Besar di Sudut Kamar Hitung (4) : 41 leukosit

Maka total dari jumlah leukosit keempat kamar besar di sudut kamar hitung adalah = 115

leukosit, sehingga didapatkan hasil jumlah leukosit dalam 1 µl darah adalah sebesar 115 leukosit x 50

= 6.900 leukosit

Interpretasi: Nilai normal kadar leukosit dalam 1 µl darah adalah 5.000-10.000/mm3. Kadar leukosit

pada 1 µl darah sampel termasuk dalam kadar normal.

Pembahasan: Nilai rujukan :

1. Leukosit normal:

Dewasa : 5.000-10.000/

Neonatus : 10.000-25.000/

1-7 tahun : 6.000-18.000/

8-12 tahun : 4.500-13.500/

2.Leukosit Abnormal:

>10.000/ : leukositosis

< 5.000/ : leukopenia

10.000-15.000/ : leukositosis ringan

15.000-20.000/ : leukositosis sedang

20.000-50.000/ : leukositosis berat

>50.000/ : reaksi leukomoid

7

Leukosit yang tinggi artinya tubuh kita sedang melawan infeksi. sedangkan nilai leukosit yang rendah

artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit yang rendah disebut leukopenia atau sitopenia

yang berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi.

D. LED (Laju Endap Darah)

a. Cara Wintrobe

1. Dengan memakai pipet Wintrobe masukkanlah darah yang telah dicampur dengan antikoagulan ke dalam tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm. Jagalah jangan sampai terjadi gelembung hawa atau busa.

2. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak-lurus selama 60 menit3. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai laju

endap darah

b. Cara Westergreen

1. Isaplah 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% yang steril dalam spuit yang steril juga2. Lakukanlah pungsi vena dengan spuit itu dan isaplah 1,6 ml darah sehingga mendapatkan

campuran sebanyak 2,0 ml3. Masukkanlah campuran itu ke dalam tabung dan campurlah baik-naik4. Isaplah darah itu ke dalam pipet Westergreen sampai garis bertanda 0 mm, kemudian biarkan

pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak Westergreen selama 60 menit5. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan laporkanlah angka itu sebagai laju

endap darah

Sangat penting untuk menaruh pipet atau tabung laju endap darah dalam sikap tegak-lurus benar karena selisih kecil dari garis vertikal sudah dapat berpengaruh banyak terhadap hasil laju endap darah.

Hasil Praktikum:

Sampel A (Ny. Mistri), cara wintrobe : LED= 35 mm/jam.

Sampel B (Ny.Suci), cara westergreen : LED= 7 mm/jam.

Interpretasi:

Sampel A, Tinggi. (normal 0-15 mm/jam)

Sampel B, Normal. (normal 0-20 mm/jam)

Pembahasan: Nilai rujukan normal LED dengan metode wintrobe pada pria 0-9 mm/jam dan wanita 0-15

mm/jam. Sedangkan nilai rujukan normal metode westergreen pada pria 0-15 mm/jam dan wanita

0-20 mm/jam.

Pada praktikum ini, digunakan sampel darah yang berbeda pada kedua metode sehingga

didapatkan hasil yang sangat berbeda.

8

Hasil pemeriksaan LED dengan metode westergreen didapatkan nilai normal, sedangkan pada

metode wintrobe didapatkan hasil LED yang tinggi. Nilai LED yang tinggi ini bisa dikarenakan

kesalahan pada waktu pemeriksaan; ketidak-akuratan dalam memasukkan darah kedalam tabung

wintrobe atau tabung wintrobe tidak tegak lurus sehingga mempercepat laju endapan. Nilai LED

yang tinggi juga bisa karena adanya infeksi dalam tubuh seperti influenza atau viral syndrome,

radang tenggorokan, atau infeksi kulit. LED yang tinggi juga didapatkan pada beberapa jenis penyakit

seperti artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal),

penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis

hati, inflamasi panggul akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis.

Pengaruh obat juga dapat meningkatkan LED seperti; Dextran, metildopa (Aldomet), metilsergid

(Sansert), penisilamin (Cuprimine), prokainamid (Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A.

E. Hematokrit

a. Makrometode menurut Wintrobe1. Tabung Wintrobe yang sudah dipakai pada (b) diputar selama 10 menit dengan kecepatan

3000 rpm2. Perhatikan: - berapa hematokrit

- buffy coat- plasma untuk icterus index

b. Mikrometode1. Isilah tabung mikrokapiler yang khusus dibuat untuk penetapan mikrohematokrit dengan

darah2. Tutuplah ujung satu dengan nyala api ( atau dengan bahan penutup khusus)3. Masukkan tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge khusus yang mencapai kecepatan besar,

yaitu lebih dari 16.000 rpm (sentrifuge mikrohematokrit).4. Pusinglah selama 3-5 menit5. Bacalah hematokrit dengan menggunakan grafik atau alat khusus

Hasil Praktikum : Kadar hematokrit, Irawan, 19 tahun yaitu 45 %.

9

Interpretasi : Kadar hematokrit normal pada pria berkisar 40-52%, pada probandus kadar

hematokritnya normal.

Pembahasan:Nilai rujukan normal hematokrit pada pria 40-52% sedangkan pada wanita 35-47%. Pada

pemeriksaan ini, kadar hematokrit dari saudara irawan, 45%, normal.

Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah semakin kental, dan

diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh darah hingga berlanjut pada kondisi

syok hipovolemik. Kenaikan kadar hematokrit dapat terjadi pada pasien yang menderita

dehidrasi/hipovolemia, diare berat, polisitemia vera, eritrositosis, diabetes asidosis, emfisema

pulmonar tahap akhir, iskemia serebrum sementara, eklampsia, pembedahan, luka bakar.

Penurunan kadar hematokrit dapat terjadi pada pasien yang menderita anemia (aplastik,

hemolitik, defisiensi asam folat, pernisiosa, sideroblastik, sel sabit), leukemia (limfositik, mielositik,

monositik), penyakit Hodgkin, limfosarkoma, malignansi organ, mieloma multipel, sirosis hati,

malnutrisi protein, defisiensi vitamin (tiamin, vitamin C), fistula lambung atau duodenum, ulkus

peptikum, gagal, ginjal kronis, kehamilan, SLE. Pengaruh obat : antineoplastik, antibiotik

(kloramfenikol, penisilin).

Ada juga beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar hematokrit, seperti;

- Jika sampel darah diambil pada daerah lengan yang terpasang jalur intra-vena, nilai

hematokrit cenderung rendah karena terjadi hemodilusi.

- Pemasangan tali turniket yang terlalu lama berpotensi menyebabkan hemokonsentrasi,

sehingga nilai hematokrit bisa meningkat.

- Pengambilan darah kapiler : tusukan kurang dalam sehingga volume yang diperoleh

sedikit dan darah harus diperas-peras keluar, kulit yang ditusuk masih basah oleh

alkohol sehingga darah terencerkan, terjadi bekuan dalam tetes darah karena lambat

dalam bekerja.

F. MEMBUAT PREPARAT APUS DARAHAlat-alat:1. alkohol 70% 9. Wright stain 17, gelas ukur 10 cc2. kapas 10. pipet tetes 6 buah3. hemolet 11. sol buffer4. kaca objek 12. kertas saring5. rak pengecatan 13. mikroskop6. methyl alkohol 14. minyak imersi7. Giemsa stain 15. xylol8. aquadest 16. kain pembersih

Cara membuat preparat apus:

10

1. Sediakan beberapa kaca benda yang bersih di atas meja (bersihkan dengan alkohol) lalu keringkan dengan kain.

2. Ambillah darah kapiler (ujung jari dan hemolet di-disinfeksi terlebih dulu).3. Buatlah sediaan yang cukup tipis, tunjukkan kepada asisten apakah sudah memenuhi syarat.4. Sediaan yang memenuhi syarat dikeringkan di udara lalu diwarnai.

a. Pengecatan menurut Giemsa1. fiksasi dengan metil alkohol 3-5 menit2. bilasi dengan aquadest3. encerkan Giemsa stain 1 cc menjadi 10 cc dengan aquadest4. cat dengan (3) selama 30 menit5. cat dibuang, dibilasi dengan aquadest lalu dengan air mengalir.

b. Pengecatan menurut Wright1. Ratakan 10 tetes Wright stain di atas sediaan, biarkan 2-3 menit, kalau akan mengering tetesi

lagi catnya.2. Tambahkan tetesan sol buffer yang sama jumlahnya dengan tetesan Wright yang dipakai

sampai rata bercampur dengan (1), biarkan 5-10 menit. Warna hijau mengkilat menunjukkan pengecatan telah cukup.

3. Siram dengan aquadest 30 detik lalu siram dengan air mengalir4. Keringkan miring di udara pada kertas saring

11

Pemeriksaan Sediaan:1. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaan lemah (10 x /LPF) untuk melihat apakah

pengecatan memuaskan:a. bila nukleus (inti) belum ter-cat, ulangi pengecatan seperti di atas.b. bila ada presipitasi, tambahkan cat Wright dan segera dibilasi aquadest.c. bila nukeus (inti) belum ter-cat kontras dengan sitoplasma, granula eosinofil ter-cat

kemerahan dan sitoplasma eritrosit ter-cat merah muda, berarti pengecatan sempurna

2. Periksa dengan minyak imersi mulai dari daerah sediaan yang tipis, apakah sediaan dan pengecatan sudah memenuhi syarat.

3. Sediaan yang baik diberi etiket dengan:o nama penderitao tanggal pembuatano nama sediaan lalu diserahkan kepada asisten.

12

Pembahasan (beserta hasil hitung jenis leukosit, lebih baik jika dilengkapi gambar):

JENIS LEUKOSITJUMLAH

BASOFIL - - - - - - - - - - 0

EUSINOFIL - - 1 - - - - - - - 1

NETROFIL BATANG 1 - - - 1 - 1 2 - - 5

NETROFIL SEGMEN 6 9 7 6 8 4 4 7 4 3 58

LIMFOSIT 3 1 1 4 - 5 4 1 6 7 32

MONOSIT - - 1 - 1 1 1 - - - 4

JUMLAH 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Interpretasi

Kadar normal Hitung Jenis :Basofil : 0-1 %Eusinofil : 0-3 %Netrofil batang : 2-10 %Netrofil Segmen : 50-70%Limfosit : 20-40%Monosit : 2-8%

G. MENGUKUR BLEEDING TIME (WAKTU PERDARAHAN)H. MENGUKUR CLOTING TIME (WAKTU PEMBEKUAN)I. FRAGILITET KAPILER ( TES TOURNIQUET)J. GOLONGAN DARAH

Alat-alat:1. Alkohol 70%2. Kapas3. Hemolet4. Kertas Saring5. Semprit 5 cc

6. Tabung serologis7. Kain Pengering8. Tensimeter9. Stetoskop10. Stopwatch

(G) Mengukur Waktu Perdarahan1. Cara Ivy

a. Bersihkanlah bagian volar lengan bawah dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagib. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan ata dan pompalah sampai tekanan 40

mmHg. Selama percobaan berlangsung tekanan tetap setinggi ituc. Tegangkanlah kulit lengan bawah dengan sebelah tangan dan tusuklah dengan lanset

darah pada satu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 mm dalamnya.d. Jika terlihat darah mulai keluar, jalankanlah stopwatche. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik memakai sepotong kertas saring,

jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah.f. Catatlah waktu darah tidak dapat diisap lagi.

13

2. Cara Duke

a. Bersihkan anak daun telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.b. Tusuklah pinggir anak daun telinga itu dengan lanset darah sedalam 2 mmc. Teruskan percobaan seperti cara Ivy langkah 4, 5 dan 6

Hasil Praktikum:

M Alvin 20 tahun. Bleeding time cara Duke 2 menit.

Interpretasi: NORMAL. Waktu pendarahan yang normal (bleeding time) dengan cara duke berkisar

1-3 menit.

Pembahasan: Nilai bleeding time dengan cara duke berkisar 1-3 menit. Pada pemeriksaan ini, bleeding

time probandus normal.

Bleeding time yang lebih dari 3 menit menunjukkan terjadinya masa perdarahan yang

abnormal. Masa perdarahan yang memanjang ini petunjuk bahwa adanya defisiensi trombosit (<

100.000 mm3). Keadaan ini dapat ditemukan pada pasien trombositopenia, penyakit von willbrand,

atau karena pengaruh obat aspirin.

(H) Mengukur waktu pembekuan1. Sediakan dalam rak 3 tabung berdiameter 7-8 mm2. Lakukanlah punksi vena dengan semprit 5 atau 10 ml; pada saat darah kelihatan masuk dalam

semprit, jalankanlah stopwatch (catatlah waktu itu). Isaplah 5 ml darah.3. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkanlah perlahan-lahan kira-kira 1 ml darah ke dalam tiap

tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah

terjadi pembekuan. Dalam tindakan itu jagalah jangan sampai tabung lain terganggu.5. Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik juga

terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktu ini.

14

6. Tindakan sama dilakukan berturut-turut ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua dan ketiga. Masa pembekuan itu dilaporkan dengan dibulatkan sampai ½ menit

Hasil Praktikum: Sampel darah (M. Alvin Astian, 20 tahun).

Tabung pertama masa pembekuannya 6 menit 12 detik.

Tabung kedua masa pembekuannya 9 menit 38 detik.

Tabung ketiga 11 menit.

Masa pembekuan rata-ratanya; (6 menit 12 detik + 9 menit 38 detik + 11 menit) :3 = 15 menit 50

detik.

Interpretasi: Masa pembekuan yang normal <10 menit. Pada pemeriksaan ini, masa pembekuan

probandus normal, tidak ada gangguan dalam proses pembekuan darah.

Pembahasan: Nilai clotting time yang normal kurang dari 10 menit. Pada pemeriksaan ini, clotting time

probandus normal.

Clotting time yang lebih dari 10 menit menunjukkan terjadinya masa perdarahan yang

abnormal. Masa perdarahan yang memanjang ini petunjuk bahwa adanya defisiensi trombosit (<

100.000 mm3). Keadaan ini dapat ditemukan pada pasien trombositopenia, penyakit von willbrand,

atau karena pengaruh obat aspirin.

(I) Fragilitet Kapiler1. Pasanglah ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai tekanan di

tengah-tengah nilai sistolik dan diastolik.2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit.3. Lepaskanlah ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda stasis darah lenyap lagi.4. Carilah adanya dan hitunglah banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris

tengah kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.

15

Hasil Praktikum: Agus Salim, 22 tahun ditemukan >10 petechiae di daerah lengan kanan yang dilakukan percobaan.

Interpretasi: Positif.

Pembahasan: Normal : bila dalam waktu 10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan atau timbul

petechiae kurang dari 5 buah.

Positif : bila dalam waktu 10 menit timbul 10 atau lebih petechiae

Negatif : bila dalam waktu 10 menit atau lebih tidak timbul petechiae atau kurang dari 10 buah.

(J). PENENTUAN GOLONGAN DARAH

Cara dengan kaca objek:1. Taruhlah di sebelah kiri kaca objek 1 tetes serum anti-A dan di sebelah kanan 1 tetes serum

Anti-B. Dianjurkan menggunakan serum Anti-A,B juga di sampingnya untuk mendapatkan subgrup A yang lemah yang tidak bereaksi dengan serum Anti-A. Kaca objek yang dipakai harus bersih benar, tak boleh ada sisa-sisa zat kimia atau darah karena pencemaran akan menyebabkan aglutinasi palsu

2. Setetes kecil darah diteteskan kepada serum itu dan dicampur dengan ujung lidi. Darah yang dipakai boleh darah kapiler segar atau darah vena.

3. Goyangkan kaca dengan membuat gerakan lingkaran4. Perhatikan adanya aglutinasi dengan mata dan pastikan juga dengan menggunakan

mikroskop

Tafsiran hasil: (+ aglutinasi)Anti-A Anti-B Anti-A,B Golongan Darah

- - - O+ - + A- + + B+ + + AB

Hasil Praktikum: Sampel darah : M. Alvin Astian, 20 tahun. Dari hasil pemeriksaan, penggumpalan

terjadi pada anti A, anti AB dan anti Rh.

16

Interpretasi: Menurut tabel diatas, jika penggumpalan terjadi pada anti A, anti AB maka golongan

darah A. Penggumpalan pada anti Rh menunjukkan Rh positif. Sehingga, golongan darah saya A

dengan rhesus positif.

Pembahasan : Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang

terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan

membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.