View
286
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
1/28
1
BAB I
PENDAHULUAN
Keseimbangan hormon penting untuk menjaga fungsi tubuh tetap normal. Jikaterganggu, akan terjadi masalah kesehatan, termasuk penyakit gondok. Fungsikelenjar gondok yang membesar dan metabolisme tubuh yang meningkat(hipermetabolisme) juga terkadang disertai kelelahan, jari-jari gemetar atau tremordan mata menonjol. Terjadinya goiter atau penyakit gondok memang terkaitkelainan yang menyerang kelenjar tiroid yang letaknya di depan leher di bawah
jakun. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang fungsinya mengendalikan
kecepatan metabolisme tubuh seseorang. Jika kelenjar kurang aktif memproduksihormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yangdihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesarankelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok (struma endemik).Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah giziutama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Survei Pemetaan GAKYtahun 1997/1998 menemukan 354 kecamatan di Indonesia merupakan daerahendemik berat. Kekurangan iodium ini tidak hanya memicu pembesaran kelenjargondok, bisa juga timbul kelainan lain seperti kretinisme (kerdil), bisu, tuli,gangguan mental, dan gangguan neuromotor. Untuk itu, penting menerapkan polamakan sadar iodium sejak dini.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
2/28
2
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. W
Alamat : Sukarami
Usia : 30 th
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah
Suku : Rejang
Agama : Islam
Masuk RS : 06 Februari 2014
II. ANAMNESIS
Keluhan UtamaBenjolan pada leher bagian kanan sejak 1 tahun 6 bulan sebelum
masuk rumah sakit.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke poli interna RSUD Bengkulu tengah dengan keluhan
benjolan pada leher bagian kanan sejak 1 tahun 6 bulan. Os mengaku
benjolan yang dirasakan tiba-tiba mulanya sebesar kelereng, namun
semakin lama semakin membesar hingga menjadi sebesar telur ayam.
Benjolan tidak terasa nyeri ataupun nyeri bila ditekan, tidak pernah
terjadi perubahan warna kulit dan keluar cairan. Tidak ada benjolan yang
serupa pada bagian tubuh lain.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
3/28
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
4/28
4
Status Generalis
Kepala : Normocephal, tidak ada kelainan anatomis, wajah simetris
Mata : Normal, tekanan bola mata normal/palpasi, kelopak udem -/-,
pupil isokor +/+, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-Leher : Lihat status lokalis
Telinga : Daun telinga normal, tidak ada tanda peradangan, liang telinga
tidak terdapat sekret, tidak nyeri tekan pada proc. Mastoideus
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi, tidak ada krepitasi, tidak ada
sekret dan tidak ada perdarahan.
Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak terlihat hipertrofi gusi , faring tidak
hiperemis, selaput lendir basah, lidah normal, tonsil: T1-T1
Toraks depan
Inspeksi: bentuk dan pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis. Tidak terdapat kelainan kulit dan tidak ada retraksi sela iga
Palpasi: Tidak teraba adanya masa ataupun benjolan Tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada krepitasi Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri Tidak terdapat pelebaran atau penyempitan sela iga
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Batas paru hepar ICS VI garis midklavikula dextra, peranjakan paru
(+), batas paru lambung ICS VII linea axilaris anterior sinistra, batas
atas jantung di ICS II line parasternalis sinistra, batas kiri jantung di
ICS V lineasternalis sinistra, batas kanan jantung di ICS VI linea
midklavikula dextra.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
5/28
5
Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-, murmur(-),gallop(-)
Toraks Belakang
Inspeksi : Simetris, tidak terlihat tanda kelainan tulang belakang Palpasi : Nyeri tekan (-), masa dan benjolan (-), fremitus vokal
dan taktil simetris kanan dan kiri. Perkusi : Sonor pada semua lapang paru, nyeri ketok CVA (-/-) Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Abdomen Inspeksi : Perut sedikit cembung, simetris, tidak ada tanda-tanda
inflamasi dan kelainan kulit. Palpasi : Dinding perut supel, nyeri tekan epigastrium (-), Hati,
limpa, ginjal tidak teraba pembesaran, Shifting dullnes (-) Perkusi : Timpani pada ke empat kuadran abdomen Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas atas Edema pada kedua tungkai (-) pitting udema (-) Sianosis (-) Akral hangat Otot : eutrofi Sendi : Tophi (-) Gerakan: Aktif Fungsi sensoris: Baik Tremor: (-) Kuku : CRT
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
6/28
6
Ekstremitas bawah Edema pada kedua tungkai (-) pitting udema (-) Sianosis (-) Akral hangat Otot : eutrofi Sendi : Tophi (-) Gerakan: Aktif Fungsi sensoris: Baik Tremor: (-) Kuku : CRT
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
7/28
7
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan darah (06 Februari 2014) Haemaglobin : 11.7 gr/dl Hematokrit : 37% Leukosit : 6.600 /mm 3 Trombosit : 245.000 /mm 3
Pemeriksaan endokrinologi (04 Februari 2014)
TSHs : 0,279 (N: 2,70 - 4,7) T3 : 0,91 (N: 0,6 1,52) T4 : 9,17 (N: 4,65 9,3)
V. Diagnosis Kerja
Struma Nodusa Non-Toksik
VI. Diagnosis Banding
- Tiroiditis
- Karsinoma Tiroid
VII. Penatalaksanaan
Isthmolobektomi Dextra
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
8/28
8
IX. Analisis Kasus
Pada anamnesis didapatkan data bahwa pasien wanita yang berusia 30
tahun ini mengalami benjolan pada daerah leher sebelah kanan yang telah
berlangsung selama 1 tahun 6 bulan, semakin lama semakin membesar, tidak
nyeri, tidak demam dan tanpa ada riwayat trauma dapat menyingkirkan
kemungkinan penyebab penyakit adalah infeksi atau trauma. Kemungkinan
bahwa kasus ini adalah hipertiroidisme disangkal karena pada penderita
tidak ditemukan tanda hipertiroidisme seperti tremor, tangan berkeringat,
atau jantung berdebar-debar. Pada anamnesis lebih lanjut diketahui bahwa
pembengkakan pada leher yang dialami tidak mengganggu pernafasan, suara
pasien tidak mengalami gangguan bicara dan tidak sulit menelan. Tidak
adanya riwayat sakit serupa pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sebuah nodul soliter, berukuran
sebesar telur ayam, konsistensi lunak, permukaan rata, terfiksir, ikut dalam
gerakan menelan, tanpa disertai nyeri. Disimpulkan bahwa penyakit yang
diderita pasien ini adalah suatu pembesaran kelenjar yang tidak terfiksir,dapat menyingkirkan malignansi dan perluasan kelenjer ke mediastinum
ataupun infiltrasi ke jaringan setempat. Tidak didapatkannya nodul lain baik
di servikal, jugular, submandibular, aksila ataupun ekstremitas
memungkinkan bahwa kemungkinan benjolan tersebut merupakan
neoplasma jinak atau dapat juga ganas namun belum mengalami metastase
jauh.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium darah dan pemeriksaan endokrinologi, tidak ditemukan
kelainan laboratorium termasuk TSAh, T3 dan T4 normal terlihat bahwa
tidak adanya gangguan pada produksi hormon tiroid.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
9/28
9
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja pasien ini adalah Struma
Nodosa non-Toksik (SNNT). Penatalaksanaan dapat dilakukan
isthmolobektomi. Prognosis quo ad vitam ad bonam dan quo ad fungsionamad bonam karena penyakit pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda
keganasan, tidak membahayakan jiwa dan tidak menimbulkan kelainan
fungsi tubuh.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
10/28
10
BAB IIIFORMAT PORTOFOLIO
Nama Peserta Dr. Sandro WijayaNama Wahana RSUD Bengkulu TengahTopik Struma Nodosa Non ToksikTanggal (kasus) 06 Februari 2014Nama Pasien Ny. W No. RM 00-80-25
Tanggal Presentasi Pendamping
1. dr. Sayboy N. Siregar,MM
2. dr. Imelda J.S.Tampubolon
3. dr. Hery KurniawanTempat Presentasi RSUD Bengkulu Tengah
Objektif Presentasi Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi Perempuan datang ke IGD dengan kepala pusing, sakit di daerah tengkuk belakang
Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan hipertensi
Bahan Bahasan Tinjauan
Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan
Diskusi E -mail Pos
Data Pasien Nama : Ny. A No. Registrasi : Nama RS : RSUD Bengkulu Tengah Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Perempuan datang ke IGD dengan keluhan benjolan pada leher bagiankanan, nyeri (-), pus(-), cairan(-).
2. Riwayat Pengobatan : os tidak pernah berobat
3.
Riwayat Kesehatan / Penyakit : Tidak ada yang berhubungan.4. Riwayat Keluarga : Didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang mengidap penyakit yang sama
dengan pasien
5. Riwayat Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : ibu tinggal bersama suaminya dan dua anaknya.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
11/28
11
7. Lain-lain : -Daftar Pustaka :
1. Anonim, 1994., Struma Nodusa Non Toksik., Pedoman Diagnosis dan Terapi., Lab/UPFIlmu Bedah., RSUD Dokter Sutomo., Surabaya
2. Davis, Anu Bhalla., 2005, Goiter, Toxic Nodular., eMedicine.,http://www.emedicine.com/med/topic920.htm
3. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC., Jakarta4. Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya. Dalam: Suyono,
Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .,FKUI., Jakarta5. Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm 6. Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta Kedokteran.,
Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta7. Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and Parathyroid., In :Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery . Vol 2., 7 th Ed., McGraw-Hill., Newyork.
Hasil Pembelajaran :1. Definisi Struma Nodusa Non Toksik2. Patofisiologi Struma Nodosa Non Toksik3. Diagnosis Struma Nodosa Non Toksik4. Klasifikasi Struma Nodosa Non Toksik5. Manifestasi klinis Struma Nodosa Non Toksik6. Penatalaksanaan Struma Nodosa Non Toksik7. Pencegahan Struma Nodosa Nodosa Non Toksik
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif :
Pasien datang ke poli bedah RSUD Bengkulu tengah dengan keluhan ke
rumah sakit. Os mengaku benjolan yang dirasakan tiba-tiba mulanya sebesar
kelereng, namun semakin lama semakin membesar hingga menjadi sebesar telur
ayam. Benjolan tidak terasa nyeri ataupun nyeri bila ditekan, tidak pernah terjadi
perubahan warna kulit dan keluar cairan. Tidak ada benjolan yang serupa pada
bagian tubuh lain.
Perubahan suara menjadi serak tidak ada, tidak ada nyeri ataupun susah
menelan, sesak nafas tidak dirasakan dan demam juga tidak dirasakan. Pasien
http://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htm8/10/2019 preskas SNNT Bedah
12/28
12
menyangkal timbulnya gejala-gejala seperti jantung berdebar-debar, gemetaran,
tangan sering berkeringat ataupun nyeri ulu hati. Tidak ada keluhan seperti sering
cemas, sulit tidur, penurunan berat badan, peningkatan nafsu makan dan gangguan
menstruasi.
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Semenjak
sakit pasien belum pernah berobat ditempat lain selain RSUD Bengkulu tengah.
2. Objektif :a. Vital sign Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 83 x/ menit Respirasi : 23 x/menit Suhu : 36,5 oC Berat badan : 45 kg Tinggi badan : 155 cm sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)
b. Pemeriksaan sistemik Kepala dan leher
a. Kepala Bentuk : bulat lonjong, simetris Rambut : hitam kemerahan, tipis, lurus, tidak mudah dicabut Mata
Sklera : ikterus (-/-), hiperemia (-/-) Konjungtiva : anemis (-/-) Edema palpebra : (-/-) Pupil :refleks pupil (+/+),D 2/2 mm,
leukokoria (-/-) Hidung : sekret (-/-), bau (-), perdarahan (-/-), pernafasan cuping
hidung (-/-), edema (-/-). Telinga : sekret (-/-), bau (-/-), perdarahan (-/-), edema (-/-) Mulut : sianosis (-), bau (-); Lidah : lidah kotor (+), pecah-pecah
(+) ; Faring: Dinding faring tampak bercak putih tipis,difus (-), bergumpal (-) ; tonsila palatina (T1 hiperemis(-) / T1 hiperemis (-)).
b. Leher Tiroid : pembesaran (+/-)
InspeksiTampak benjolan bulat di region colli anterior dextra. Warna sama dengan
kulit disekitarnya, tidak ditemukan tanda peradangan pada kulit. Benjolan
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
13/28
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
14/28
14
T3 : 0,91 (N: 0,6 1,52) T4 : 9,17 (N: 4,65 9,3)
3. Assesment (penalaran klinis) :
Pada anamnesis didapatkan data bahwa pasien wanita yang berusia 30 tahun ini
mengalami benjolan pada daerah leher sebelah kanan yang telah berlangsung selama
1 tahun 6 bulan, semakin lama semakin membesar, tidak nyeri, tidak demam dan
tanpa ada riwayat trauma dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab penyakit
adalah infeksi atau trauma. Kemungkinan bahwa kasus ini adalah hipertiroidisme
disangkal karena pada penderita tidak ditemukan tanda hipertiroidisme seperti tremor,
tangan berkeringat, atau jantung berdebar-debar. Pada anamnesis lebih lanjutdiketahui bahwa pembengkakan pada leher yang dialami tidak mengganggu
pernafasan, suara pasien tidak mengalami gangguan bicara dan tidak sulit menelan.
Tidak adanya riwayat sakit serupa pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sebuah nodul soliter, berukuran sebesar telur
ayam, konsistensi lunak, permukaan rata, terfiksir, ikut dalam gerakan menelan, tanpa
disertai nyeri. Disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien ini adalah suatu
pembesaran kelenjar yang tidak terfiksir, dapat menyingkirkan malignansi dan
perluasan kelenjer ke mediastinum ataupun infiltrasi ke jaringan setempat. Tidak
didapatkannya nodul lain baik di servikal, jugular, submandibular, aksila ataupun
ekstremitas memungkinkan bahwa kemungkinan benjolan tersebut merupakan
neoplasma jinak atau dapat juga ganas namun belum mengalami metastase jauh.
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium
darah dan pemeriksaan endokrinologi, tidak ditemukan kelainan laboratorium
termasuk TSAh, T3 dan T4 normal terlihat bahwa tidak adanya gangguan pada
produksi hormon tiroid.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa diagnosis kerja pasien ini adalah Struma Nodosa non-
Toksik (SNNT). Penatalaksanaan dapat dilakukan isthmolobektomi. Prognosis quo ad
vitam ad bonam dan quo ad fungsionam ad bonam karena penyakit pada pasien ini
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
15/28
15
tidak ditemukan tanda-tanda keganasan, tidak membahayakan jiwa dan tidak
menimbulkan kelainan fungsi tubuh.
4. Plan :
Diagnosis klinis : Struma Nodosa Non Toksik
Pengobatan : untuk pengobatan pada saat ini dapat di lakukan Isthmolobektomidextra dan pemberian garam beryodium.Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa penyebab yang palingtersering pada penyakit ini akibat kekurangan yodium sehingga di harapkan
pasien dan kelurganya dapat mencukupi kebutuhan yodium dalam kehidupansehari-harinya.
Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya kontrol dan berobat. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga.
EvaluasiUsulan : konsul dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis bedah, dapat dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
16/28
16
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I. Memahami dan menjelaskan mengenai Struma
1. Definisi
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran
kelenjar tiroid.
2. Etiologi
Adanya struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat terjadi oleh karena ukuran
sel-selnya bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan
sekitarnya yang bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Yang
mendasari proses itu ada 4 hal utama yaitu :
a) Gangguan perkembangan, seperti terbentuknya kista (kantongan berisi
cairan) atau jaringan tiroid yang tumbuh di dasar lidah (misalnya pada kista
tiroglosus atau tiroid lingual)
b) Proses radang atau gangguan autoimun seperti penyakit Graves dan penyakit
tiroiditisHashimoto.
c) Gangguan metabolik (misal, defisiensi yodium) serta hiperplasia, misalnya
pada struma koloid dan struma endemik.
d) Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor atau neoplasia meliputi adenoma
(sejenis tumor jinak) dan adenokarsinoma (suatu tumor ganas).
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
17/28
17
3. Klasifikasi
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan), menurut American
society for Study of Goiter membagi :
a. Struma Non Toxic Diffusa
b. Struma Non Toxic Nodusa
c. Stuma Toxic Diffusa
d. Struma Toxic Nodusa
Istilah Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi fungsiyaitu:
- Hipotiroid
- Eutiroid
- Hipertiroid
Sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada perubahan bentuk anatomi.
a. Struma Non Toxic Diffusa
Etiologi:
Defisiensi Iodium (Mulinda, 2005) Tiroiditis autoimun: Hashimoto atau postpartum thyroiditis Kelebihan iodium (efek Wolff-Chaikoff) atau ingesti lithium, dengan
penurunan pelepasan hormon tiroid.
Stimulasi reseptor TSH oleh TSH dari tumor hipofisis, resistensi hipofisis
terhadap hormon tiroid, gonadotropin, dan/atau tiroid-stimulating
immunoglobulin.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
18/28
18
Inborn errors metabolisme yang menyebabkan kerusakan dalam biosintesis
hormone tiroid.
Terpapar radiasi
Penyakit deposisi Resistensi hormon tiroid Tiroiditis Subakut (de Quervain thyroiditis) Silent tiroiditis Agen-agen infeksi Suppuratif Akut : bacterial
Kronik: mycobacteria, fungal, dan penyakit granulomatosa parasit Keganasan Tiroid.
b. Struma non toxic nodusa
Adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa gejala-gejala
hipertiroid.
Etiologi : Penyebab paling banyak dari struma non toxic adalah kekurangan
iodium. Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis,
penyebabnya belumdiketahui. Struma non toxic disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :
Kekurangan iodium: Pembentukan struma terjadi pada difesiensi sedang
yodium yang kurang dari 50 mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium
adalah kurang dari 25 mcg/d dihubungkan dengan hypothyroidism dan
cretinism.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
19/28
19
Goitrogen :
- Obat : Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, aminoglutethimide,
expectorants yang mengandung yodium.
- Agen lingkungan : Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal dari tambang batu dan batubara.
- Makanan, Sayur - Mayur jenis Brassica (misalnya, kubis, lobak cina,
Brussels kecambah), padi-padian, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.
Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosintetik hormon kelejar tiroid Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-
kanak mengakibatkan nodul benigna dan maligna (Lee, 2004)
c. Struma Toxic Nodusa
Etiologi : (Davis, 2005)
Defisiensi iodium yang mengakibatkan penurunan level T4 Aktivasi reseptor TSH Mutasi somatik reseptor TSH dan Protein G Mediator-mediator pertumbuhan termasuk: Endothelin-1 (ET-1), insulin
likegrowth factor-1, epidermal growth factor, dan fibroblast growth factor.
d. Struma Toxic Diffusa
Yang termasuk dalam struma toxic difusa adalah grave desease, yang
merupakanpenyakit autoimun yang masih belum diketahui penyebab pastinya
(Adediji,2004).
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
20/28
20
4. Patofisiologi Struma
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis:
Gangguan pada jalur TRH-TSH hormon tiroid ini menyebabkan perubahan
dalam struktur dan fungsi kelenjar tiroid gondok. Rangsangan TSH reseptor tiroid
oleh TSH, TSH-Resepor Antibodi atau TSH reseptor agonis, seperti chorionic
gonadotropin, akan menyebabkan struma diffusa. Jika suatu kelompok kecil sel
tiroid, sel inflamasi, atau sel maligna metastase ke kelenjar tiroid, akan
menyebabkan struma nodusa (Mulinda, 2005)
Defesiensi dalam sintesis atau uptake hormon tiroid akan menyebabkan
peningkatan produksi TSH. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan jumlah
dan hiperplasi sel kelenjar tyroid untuk menormalisir level hormon tiroid. Jika
proses ini terus menerus, akan terbentuk struma. Penyebab defisiensi hormon tiroid
termasuk inborn error sintesis hormon tiroid, defisiensi iodida dan goitrogen
(Mulinda, 2005)
Struma mungkin bisa diakibatkan oleh sejumlah reseptor agonis TSH. Yangtermasuk stimulator reseptor TSH adalah reseptor antibodi TSH, kelenjar hipofise
yang resisten terhadap hormon tiroid, adenoma di hipotalamus atau di kelenjar
hipofise, dan tumor yang memproduksi human chorionic gonadotropin (Mulinda,
2005).
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
21/28
21
5. Diagnosis
Anamnesa
a. Bukti adanya hipersekresi ataukah insufisiensi
b. Penekanan tiroid pada striktur-struktur disekitarnya misalnya disfagia, disfonia,
dispnea, atau terasa tercekik.
c. Lama timbulnya masa, kecepatan pertumbuhan dan nyeri.
d. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi dosis rendah
e. Konsumsi obat-obat goitrogenik
f. Riwayat keluarga dan lingkungan.
Pemeriksaan Fisik
a.Massa atau perbesaran yang terlihat
b. Deviasi trakea
c. Palpasi dari muka dan belakang pasien untuk mengetahui ukuran, konstitensi,
dan kelenjer limfe regional.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
22/28
22
d. Bruit
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi (Mansjoer, 2001) :
a. Pemeriksaan sidik tiroid
Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah ukuran, bentuk lokasi, dan yang
utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada pemeriksaan ini pasien diberi Nacl
peroral dan setelah 24 jam secara fotografik ditentukan konsentrasi yodium
radioaktif yang ditangkap oleh tiroid. Dari hasil sidik tiroid dibedakan 3 bentuk :
Nodul dingin
Bila penangkapan yodium nihil atau kurang dibandingkan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan sekitarnya.
Nodul panas
Bila penangkapan yodium lebih banyak dari pada sekitarnya. Keadaan ini
memperlihatkan aktivitas yang berlebih.
Nodul hangat
Bila penangkapan yodium sama dengan sekitarnya. Ini berarti fungsi nodul
sama dengan bagian tiroid yang lain.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara padat, cair, dan beberapa bentuk
kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti ganas atau jinak. Kelainan
yang dapat didiagnosis dengan USG:
kista adenoma
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
23/28
23
kemungkinan karsinoma tiroiditis
c. Biopsi aspirasi jarum halus ( Fine Needle Aspiration /FNA)
Mempergunakan jarum suntik no. 22-27. Pada kista dapat juga dihisap cairan
secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul (Noer, 1996). Dilakukan khusus
pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus
tidak nyeri, hampir tidak menyababkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian
pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang
tepat, teknik biopsi kurang benar, pembuatan preparat yang kurang baik atau
positif palsu karena salah interpretasi oleh ahli sitologi.
d. Termografi
Metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran suhu kulit pada suatu tempat
dengan memakai Dynamic Telethermography . Pemeriksaan ini dilakukan khusus
pada keadaan yang mencurigakan suatu keganasan. Hasilnya disebut panas apabila
perbedaan panas dengan sekitarnya > 0,9 o C dan dingin apabila o C. Pada
penelitian Alves didapatkan bahwa pada yang ganas semua hasilnya panas.
Pemeriksaan ini paling sensitif dan spesifik bila dibanding dengan pemeriksaan
lain.
e. Petanda Tumor
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (Tg) serum.
Kadar Tg serum normal antara 1,5-3,0 ng/ml, pada kelainan jinak rataa-rata 323
ng/ml, dan pada keganasan rata-rata 424 ng/ml.
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
24/28
24
7. Penatalaksanaan
a. Operasi
Tindakan operasi yang dikerjakan tergantung jumlah lobus tiroid yang
terkena. Bila hanya satu sisi saja dilakukan subtotal lobektomi, sedangkan kedua
lobus terkena dilakukan subtotal tiroidektomi. Bila terdapat pembesaran kelenjar
getah bening leher maka dikerjakan juga deseksi kelenjar leher fungsional atau
deseksi kelenjar leher radikal/modifikasi tergantung ada tidaknya ekstensi dan
luasnya ekstensi di luar kelenjar getah bening.
b. Radiasi
Radioterapi diberikan pada keganasan tiroid yang :
1. inoperabel
2. kontraindikasi operasi
3. ada residu tumor setelah operasi
4. metastase yang non resektabel
c. Terapi Hormonal
Hormonal terapi dengan ekstrak tiroid diberikan selain untuk suplemen juga
sebagai supresif untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasca bedah
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
25/28
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
26/28
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
27/28
27
nodul (Noer, 1996). Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan
terjadinya suara parau (Tim penyusun, 1994).
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher
sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjargetah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau
penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase
karsinoma tiroid pada kranium (Tim penyusun, 1994).
4. Penatalaksanaan
Penanganan struma lama adalah subtotal tiroidektomi dengan indikasi yang
tepat.Jika struma terletak padadorsal a.subklavia, pembedahan dilakukan dengan
torakotomi.
Indikasi tindakan bedah untuk struma non-toksik:
- Kosmetik
- Eksisi nodulus tunggal (curiga ganas)
- Struma multinoduler berat
- Struma yang menyebabkan kompresi laring/struktur leher lain
- Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain
8/10/2019 preskas SNNT Bedah
28/28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994., Struma Nodusa Non Toksik., Pedoman Diagnosis dan Terapi.,
Lab/UPF Ilmu Bedah., RSUD Dokter Sutomo., Surabaya
Davis, Anu Bhalla., 2005, Goiter, Toxic Nodular., eMedicine.,
http://www.emedicine.com/med/topic920.htm
De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 1998., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi., EGC.,
Jakarta
Djokomoeljanto, 2001., Kelenjar Tiroid Embriologi, Anatomi dan Faalnya. Dalam:Suyono, Slamet (Editor)., 2001., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam .,FKUI.,Jakarta
Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta
Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta
Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and
Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery . Vol 2.,7th Ed., McGraw-Hill., Newyork.
http://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic919.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic920.htmRecommended