View
1.046
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
0
PENGOPTIMALAN PENERAPAN METODE INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TERHADAP MATERI PELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VI SDN Cemarajaya II Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Sebagai Tindak Lanjut Kegiatan KKG BERMUTUGugus II Kecamatan Cibuaya
Oleh:
AGUS WURYANTO, S.Pd.
NIP: 19790709 200212 1 006NUPTK: 4041757658200023
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGAUPTD TK,SD KECAMATAN CIBUAYA
SDN CEMARAJAYA II
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan “agent of change” bagi peserta didik (siswa). Status
ini membawa konsekuensi bahwa seorang guru dituntut untuk mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik potensi
intelegensi, keterampilan, sosial maupun moral dan kepribadian. Dengan
demikian tugas guru tidak hanya sekedar mengajar (mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik) tetapi juga mendidik (memberikan
bimbingan moral dan kepribadian kepada peserta didik). Untuk mampu
melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk menguasai kompetensi
pendidik yang meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan
kompetensi profesional.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan mampu
mengembangkan pola pembelajaran variatif, melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan bahan ajar,
sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan
antusias dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang saat
ini sedang “booming” di lingkungan pendidikan, khususnya di Kabupaten
Karawang. Model PAKEM menuntut perubahan posisi lama guru dalam
pembelajaran, yang semula pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)
2
berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
sehingga guru harus lebih memotivasi dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Sebagai bentuk pelaksanaan model PAKEM tersebut, proses
pembelajaran yang dilaksanakan dikelas VI SDN Cemarajaya II khususnya
pada mata pelajaran IPA, menggunakan metode “interaktif”. Penerapan
metode interaktif ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk berani
bertanya kepada guru dan menyampaikan gagasannya, baik melalui forum
tanya jawab yang sengaja disediakan oleh guru maupun secara spontanitas
oleh siswa dalam pembelajaran.
Penerapan metode interaktif juga sejalan dengan PP No. 19 tahun
2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 (war2nyahoo.blogspot.com/2010/02) yang
menyatakan bahwa ‘Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.’
Meskipun pelaksanaan pembelajaran di kelas telah menggunakan
metode interaktif, namun pencapaian hasil belajar siswa ternyata belum
maksimal. Hal tersebut ditandai dengan masih rendahnya nilai yang dicapai
siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan rata-rata nilai ulangan IPA yang
telah dilaksanakan, diperoleh data bahwa dari keseluruhan siswa kelas VI
yang berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai di bawah 6,
3
9 siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan hanya 8 siswa (26%) yang
mendapat nilai di atas 7.
Kondisi ini memotivasi guru untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas dengan mengoptimalkan penerapan metode intaraktif dalam proses
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN
Cemarajaya II, Cibuaya Kabupaten Karawang.
B. Identifikasi, Analisis dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi selama proses
pembelajaran yaitu:
a. Beberapa siswa membuat suasana gaduh saat proses pembelajaran.
b. Ada beberapa siswa yang berucap spontan (menyeletuk) sehingga
mengganggu konsentrasi siswa lain.
c. Masih ada siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan
yang diberikan oleh guru meskipun sudah membaca dan
memperhatikan penjelasan guru.
d. Guru terlalu banyak membiarkan suasana kelas menjadi gaduh.
2. Analisis Masalah
Dari beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi, tindakan akan
lebih difokuskan pada 1 masalah, yaitu “Masih ada siswa yang belum bisa
menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru meskipun
sudah membaca dan memperhatikan penjelasan guru.”
4
Ada bebarapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut,
diantaranya:
a. Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran.
b. Siswa kurang konsentrasi baik pada saat membaca maupun pada saat
menerima penjelasan guru.
c. Pandangan guru lebih banyak terfokus pada siswa yang biasa aktif
(kurang meratakan pandangan kepada seluruh siswa.)
d. Kemampuan berfikir siswa rendah.
e. Siswa kurang menyukai metode interaktif yang diterapkan oleh guru.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisa masalah, peneliti merumuskan 2 (dua masalah)
yang akan difokuskan pada penelitian, yaitu:
a. Bagaimana pengaruh pengoptimalan metode interaktif terhadap
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA?
b. Sejauhmana antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
IPA?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini betujuan:
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA.
2. Mengetahui tingkat antusiasme siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran IPA.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa: a) lebih konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran; b)
membiasakan siswa untuk berani bertanya kepada guru; c) meningkatkan
keberanian siswa untuk menyampaikan gagasannya.
2. Bagi peneliti: a) lebih berperan aktif dalam memotivasi siswa untuk
bertanya dan menyampaikan gagasannya; b) lebih mengenal karakter
siswa; c) mampu mengembangkan berbagai tehnik untuk meningkatkan
keaktifan siswa.
3. Bagi rekan sejawat: a) dapat dijadikan sebagai motivasi untuk
mengembangkan metode pembelajaran; b) penerapan metode interaktif
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
6
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Morgan (Ngalim Purwanto, 1998:84) mengemukakan bahwa
‘belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.’
Sedangkan Dimyati Mahmud (Sri Rukmini et. All, 1997:59)
menyatakan bahwa
‘Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan
terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.’
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang,
baik berupa tingkah laku yang dapat diamati secara langsung (misal:
gerakan tubuh) maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara
langsung (karakter/sifat) dan perubahan tersebut terjadi karena
adanya proses latihan (pengalaman) yang dialami olehnya.
7
b. Bentuk-Bentuk Belajar
Syamsu Yusuf et. all. (1993:12) mengemukakan bentuk-bentuk
belajar sebagai berikut:
1) Belajar keterampilan intelektual.
2) Belajar kognitif
3) Belajar verbal
4) Belajar keterampilan motorik
5) Belajar sikap
c. Gaya Belajar
“Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi” Bobbi
De porter et. all (2005:111).
Gaya belajar seseorang belum tentu sama dengan orang lain.
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan potensi
seseorang.
Rita Dunn (Bobbi De porter et. all, 2005:110) menemukan
banyak variable yang mempengaruhi cara belajar orang. Variable
tersebut mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan
lingkungan.
Sementara Bobbi De porter et. all (2005:110) membagi gaya
belajar berdasarkan modalitas seseorang menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat)
8
b. Gaya belajar Auditorial (belajar dengan cara mendengar)
c. Gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja,
dan menyentuh.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
“Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” (M Surya, 2003:11).
Keseluruhan yang dimaksud, meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hal ini sejalan dengan taksonomi Bloom (E. Mulyana,
2001:110) yang mengelompokkan tujuan pembelajaran sebagai
berikut:
1. Domain Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Domain Afektif, meliputi: menerima, menanggapi,
menghargai, mengatur dan mengkaraktisasi.
3. Domain psikomotorik, meliputi: persepsi, mekanisme, respon
terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan orginalisasi.
b. Proses Pembelajaran
“Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi dinamis
antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan” (Syamsu Yusuf et.all, 1993:34)
9
B. PAKEM
1. Pengertian PAKEM
“PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
(akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/)
Dari kepanjangannya PAKEM Suwarto
(war2nyahoo.blogspot.com/2010/02) mengemukakan empat ciri-ciri
Pembelajaran Aktif, Kreatif , Efektif, Menyenangkan.
a. Aktif.
Ciri aktif dalam PAKEM berarti dalam pembelajaran
memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif dengan lingkungan,
memanipulasi objek-objek yang ada di dalamnya serta mengamati
pengaruh dari manipulasi yang sudah dilakukan. Guru terlibat secara
aktif dalam merancang, melaksanakan maupun mengevaluasi proses
pembelajarannya. Guru diharapkan dapat menciptakan suasana yang
mendukung (kondusif) sehingga siswa aktif bertanya.
b. Kreatif
Kreatif merupakan ciri ke-2 dari PAKEM yang artinya
pembelajaran yang membangun kreativitas siswa dalam berinteraksi
dengan lingkungan, bahan ajar serta sesama siswa lainnya terutama
dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajarannya.Gurupun dituntut
untuk kreatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Guru diharapkan mampu menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar
10
(KBM) yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa.
c. Efektif
Ciri ketiga pembelajaran PAKEM adalah efektif . Maksudnya
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Menyenangkan
Menyenangkan merupakan ciri ke empat dari PAKEM dengan
maksud pembelajaran dirancang untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan. Menyenangkan berarti tidak membelenggu,
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
pembelajaran, dengan demikian waktu untuk mencurahkan perhatian
(time of task) siswa menjadi tinggi. Dengan demikian diharapkan
siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Lebih lanjut, Ahmad Sudrajat (wordpress.com/2008/01/22)
memberikan garis besar gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada
belajar melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber
11
belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan,
dan cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
2. Rambu-rambu PAKEM
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
PAKEM, yaitu :
a. Memahami sifat yang dimiliki anak,
b. Mengenal anak secara perorangan,
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar,
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
kemampuan memecahkan masalah,
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik,
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar,
h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental
(Agus Wuryanto:salam02.wordpress.com/2009/02/11)
12
3. Pelaksanaan PAKEM
Kemampuan Guru yang harus dikuasai dalam pelaksanaan
Pembelajaran PAKEM, yaitu:
a. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam,
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri Gambar, Studi kasus,
Nara sumber, Lingkungan
b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan. Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan, Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
c. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui:
Diskusi, Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
d. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
13
e. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-
hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan
sehari-hari. Menilai pembelajaran dan kemajuan belajar siswa
secara terus menerus.
f. Guru memantau kerja siswa
g. Guru memberikan umpan balik
(Agus Wuryanto:salam02.wordpress.com/2009/02/22)
C. Metode Interaktif
1. Pengertian Interaktif
Interaktif didefinisikan sebagai “kemampuan sistem/program yang bisa
menanyakan sesuatu pada pengguna (mengadakan tanya jawab), kemudian
mengambil tindakan berdasarkan respon tersebut.”
(http://www.total.or.id/info.php?kk=interactive).
Kata interaktif merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar interasi.
Interaksi didefinisiakan oleh Pius A Partanto et.all (1994:125), sebagai
“pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain.”
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode interaktif adalah
metode pembelajaran yang mengedepankan komunikasi dua arah (two ways
system) antara siswa dengan guru, sehingga semua komponen yang ada (siswa
dan guru) terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
2. Ruang Lingkup Metode Interaktif
Ihat Hatimah (2000:61) mengelompokkan jenis metode dua arah
(interaktif) sebagai berikut:
14
a. Metode Tanya Jawab
b. Metode Brainstorming
c. Metode Sambutan Melingkar
d. Metode Penugasan
e. Metode Latihan
Metode Interaktif ini sejalan dengan Model Quantum Teaching.
Bobbi De Porter et.all. (2004:5) merumuskan Model Quantum Teaching
adalah “orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di
sekitar momen belajar”.
Dijelaskan pula bahwa model “Quantum Teaching” didasarkan
pada azas utama “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan
Dunia Kita ke Dunia Mereka” serta bertumpu pada 5 (lima) prinsip
interaktif, yaitu:
1. Segalanya Berbicara.
2. Segalanya Bertujuan.
3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama.
4. Akui Setiap Usaha.
5. Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan.
(Bobbi De Porter et.all, 2004:7)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksankan adala Penelitian Tindakan Kelas.
Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh seorang guru dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.
Pengertian ini merujuk pada pendapat Ebbut (Kasihani Kasbolah,
1999:14) ang menyatakan: ‘Penelitian Tindakan merupakan study yang
sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam
pendidikan dengan melakukan tndakan praktis serta refleksi dari tindakan
tersebut.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan merujuk pad model spiral
Kemmis dan Mc. Taggart (1988), dengan rencana tindakan 2 (dua) siklus,
yang setiap siklusnya terdiri dari:
1. Perencnaan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
16
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SDN Cemarajaya II,
Cibuaya, Kabupaten Karawang pada Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun
subyek penelitian adalah siswa kelas VI.
D. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka pengumpulan data dilakukan
melalui test evaluasi hasil belajar dan lembar observasi.
E. Teknik Analisa Data
Analisa data hasil penelitian akan dilakukan dengan merujuk pada
pengelolaan data menurut Hopkin (Kanda Ruskandi, 2001:55) melalui
tahapan berikut:
1. Pengumpulan data,
2. Validasi data,
3. Interpretasi data
17
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Studi Pendahuluan
1. Kondisi Siswa Kelas VI
Siswa kelas VI SDN Cemarajaya II, Cibuaya berjumlah 31 (tiga
puluh satu) orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Dari keseluruhan siswa kelas VI, 40% berasal dari keluarga tidak mampu
dan 60% berasal dari keluarga ekonomi sedang serta rata-rata tingkat
kehadiran siswa sebesar 98% perbulan.
Rata-rata nilai ulangan harian pada mata pelajaran IPA yang telah
diperoleh siswa menunjukkan bahwa dari keseluruhan siswa kelas VI yang
berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai di bawah 6, 9
siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan hanya 8 siswa (26%) yang
mendapat nilai di atas 7
2. Kondisi Guru
Guru kelas VI dalam hal ini peneliti, berlatar pendidikan S-1 PGSD
tahun 2005. Peneliti mulai tugas di SDN Cemarajaya pada awal tahun
pelajaran 2008/2009. Sejak memulai tugas di SDN Cemarajaya II, peneliti
mendapat tugas sebagai guru kelas VI sampai penelitian ini dilaksanakan.
3. Kondisi Sumber Belajar
Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA, peneliti tidak
mengalami kesulitan dalam memperoleh sumber belajar. Buku sumber
18
yang digunakan adalah Buku IPA Bse Depdiknas kelas VI dengan rasio 1
buku 1 orang. Selain buku paket, tersedia pula alat peraga IPA,
diantaranya KIT IPA, minuatur tata surya, poster organ tubuh.
4. Kondisi Fasilitas Sekolah
Sejak tahun pelajaran 2008/2009 SDN Cemarajaya, berubah status
menjadi SDN-SMPN Satu Atap (SATAP), dengan jumlah ruang belajar
sebanyak 5 lokal (SD) dan 3 lokal (SMP). Selain itu terdapat pula kantor
guru, fasilitas ibadah (musholla), Aula, Perpustakaan, MCK, dan Gudang,
beserta alat peraga SD-SMP.
B. Penerapan Metode Interaktif dalam Proses Pembelajaran IPA
1. Siklus I
Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 23 Februari s.d. 3 Maret 2010
dengan tahapan sebagai berikut:
1.1 Tahap perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus I diawali dengan pengumpulan data
awal berupa rata-rata nilai ulangan harian yang telah diperoleh
siswa yang kemudian diolah dan dianalisa, dengan menentukan
nilai rata-rata kelas, median serta pencapaian kelulusan dengan
acuan KKM yang telah ditetapkan di awal semester (KKM=68).
Adapun data yang berhasil diperoleh sebagai berikut:
19
TABEL 4.1RATA-RATA NILAI ULANGAN IPA
SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYASEMESTER II, TAHUN PELAJARAN 2009/2010
KKM = 66NO NAMA SISWA RATA-RATA NILAI LULUS TIDAK
ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 35 √2 INTAN SUSENO 60 √3 PINLIAH 35 √4 SUNANTO 40 √5 CUWANDI 45 √6 FITRI KLODIA 38 √7 AHMAD MAULANA 30 √8 KRISDAYANTI 56 √9 ADE SURYANA 67 √
10 ANITA AGUSTIANI 35 √11 ENDRA MAULANA 75 12 EKA MULYANA 60 √13 INDAH HANDAYANI 75 √ 14 MUHAMAD MARTA 61 √15 MUHAMMAD SAMSUDIN 65 √16 MUHAMAD NASIR 74 √
17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 70 √
18 NURJAMAN 58 √19 NURLELAH 54 √20 RUDI BAHTIAR 40 √21 RUDI SANTOSO 76 √ 22 RENDI JULIANTO 78 √ 23 SUMA 55 √24 SAIPUL ANWAR 62 √25 SANDITA 67 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 30 √27 YANA 63 √28 ABDUL ROHMAN 46 √29 SARJANA 70 √ 30 SRI MULYANI 78 √ 31 WANDI 62 √
JUMLAH NILAI 1760 RATA-RATA NILAI 56.77 MEDIAN 60 PROSENTASE LULUS 29.03 PROSENTASE TIDAK LULUS 70.97
20
Dari data di atas terlihat bahwa dari keseluruhan siswa kelas
VI yang berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai
di bawah 6, 9 siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan
hanya 8 siswa (26%) yang mendapat nilai di atas 7, dengan median
nilai 60. Diketahui pula bahwa siswa yang lulus melampaui KKM
hanya 29,03% sedangkan yang tidak lulus mencapai 70,97%.
Setelah melakukan pengolahan dan analisa data awal,
langkah selanjutnya adalah membuat scenario pembelajaran,
sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan persebaran
prestasi siswa merata pada setiap kelompok, serta pembagian
jumlah anggota kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.2
Pembagian Kelompok Siklus I
KELOMPOKJUMLAH
ANGGOTA KETUA KELOMPOKI 5 Rendi JII 5 Rudi SIII 5 Indah HIV 5 Sri MulyaniV 5 M NasirVI 6 Endra M
b. Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan
dipelajari, yaitu KD: Menyajikan informasi tentang
perpindahan dan perubahan energy listrik.
c. Membuat RPP.
21
d. Mempersiapkan instrument penilaian, berupa lembar observasi
dan tes evaluasi hasil belajar siswa.
1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan mengacu
pada rencana pembelajaran yang telah dibuat (RPP).
b. Observasi
Observasi dilakukan oleh rekan sejawat pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Obyek observasi adalah guru dan
siswa.
1.3 Tahap Refleksi
Secara teknis tahap ini terbagi menjadi 2 sub, yaitu a) tahap
pengolahan data, b) tahap analisa data (refleksi).
a) Tahap pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sebagai berikut:
TABEL 4.3NILAI EVALUASI HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYAPTK SIKLUS I
KKM = 66NO
NAMA SISWARATA-RATA NILAI LULUS TIDAK
ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 40 √2 INTAN SUSENO 69 √ 3 PINLIAH 40 √4 SUNANTO 46 √5 CUWANDI 52 √6 FITRI KLODIA 44 √7 AHMAD MAULANA 35 √8 KRISDAYANTI 64 √
22
9 ADE SURYANA 77 √ 10 ANITA AGUSTIANI 40 √11 ENDRA MAULANA 86 √ 12 EKA MULYANA 69 √ 13 INDAH HANDAYANI 86 √ 14 MUHAMAD MARTA 70 √ 15 MUHAMMAD SAMSUDIN 75 √ 16 MUHAMAD NASIR 85 √
17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 80 √
18 NURJAMAN 67 √ 19 NURLELAH 62 √20 RUDI BAHTIAR 46 √21 RUDI SANTOSO 87 √ 22 RENDI JULIANTO 90 √ 23 SUMA 63 √24 SAIPUL ANWAR 71 √ 25 SANDITA 77 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 35 √27 YANA 73 √ 28 ABDUL ROHMAN 53 √29 SARJANA 81 √ 30 SRI MULYANI 90 √ 31 WANDI 71 √
JUMLAH NILAI 2024 RATA-RATA NILAI 65.29 MEDIAN 69 PROSENTASE LULUS 58.06 PROSENTASE TIDAK LULUS 41.94
b) Tahap Refleksi
Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan
rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan
bahwa pnerapan metode interaksi belum optimal dilaksanakan.
Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung ada
beberapa siswa yang aktif negative (tampak aktif, tapi tidak
memperhatikan penjelasan guru dan kurang disiplin dalam
melaksanakan tugas). Selain itu keaktifan siswa masih
23
didominasi oleh beberapa siswa, sedangkan sebagian besar
siswa lainnya belum menunjukkan keberaniannya untuk aktif
berinteraksi dan menyampaikan gagasannya kepada guru
maupun kepada sesama anggota kelompok.
Meskipun data hasil observasi belum menunjukkan
perubahann yang signifikan terhadap keaktifan siswa, namun
data hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang diperoleh siswa pada PTK siklus I dibandingkan dengan
nilai yang mereka peroleh sebelum peaksanaan metode
interaktif.
TABEL 4.4PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN SEBELUM PTK PTK SIKLUS I1 JUMLAH NILAI 1760 20242 RATA-RATA NILAI 56,77 65,293 MEDIAN 60 694 PROSENTASE LULUS 29,03 58,065 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil
belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus I dibandingkan
dengan nilai sebelum pelaksanaan PTK. Terjadi peningkatan
yang cukup signifikan pada nilai median dan prosentase
kelulusan, namun rata-rata nilai siswa belum menunjukkan
peningkatan yang tinggi. Hal tersebut mencerminkan adanya
perbedaan nilai yang cukup mencolok diantara siswa.
24
Kondisi ini mendorong peneliti untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode interaktif
pada siklus II dengan lebih memperhatikan perbedaan individu
siswa yang selanjutnya memotivasi mereka untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Siklus II
2.1. Tahap Perencanaan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 13 Maret 2010.
Setelah melakukan pengolahan dan analisa data hasil PTK
siklus I, langkah selanjutnya adalah membuat scenario
pembelajaran, sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan persebaran
prestasi siswa merata pada setiap kelompok, serta pembagian
jumlah anggota kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.5
Pembagian Kelompok Siklus II
KELOMPOKJUMLAH
ANGGOTA KETUA KELOMPOKI 4 Indah HII 4 Sri MulyaniIII 4 M NasirIV 4 Endra MV 4 SarjanaVI 4 M Ardianto DVII 4 Rudi SVIII 3 Rendi J
25
b. Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan
dipelajari, yaitu KD: Mengidentifikasi kegunaan energi listrik
dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Membuat RPP.
d. Mempersiapkan instrument penilaian, berupa lembar observasi
dan tes evaluasi hasil belajar siswa.
1.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan mengacu
pada rencana pembelajaran yang telah dibuat (RPP).
b. Observasi
Observasi dilakukan oleh rekan sejawat pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Obyek observasi adalah guru dan
siswa.
1.5 Tahap Refleksi
Seperti pada siklus I, refleksi pada siklus II pun secara teknis
terbagi menjadi 2 sub, yaitu a) tahap pengolahan data, b) tahap
analisa data (refleksi).
a) Tahap pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sebagai berikut:
26
TABEL 4.6NILAI EVALUASI HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VI SDN CEMARAJAYAPTK SIKLUS II
KKM = 66NO
NAMA SISWARATA-RATA NILAI LULUS TIDAK
ULANGAN HARIAN SISWA LULUS1 ACHMAD RIANDI BAHRI 42 √2 INTAN SUSENO 72 √ 3 PINLIAH 42 √4 SUNANTO 48 √5 CUWANDI 54 √6 FITRI KLODIA 46 √7 AHMAD MAULANA 36 √8 KRISDAYANTI 67 √ 9 ADE SURYANA 80 √
10 ANITA AGUSTIANI 42 √11 ENDRA MAULANA 90 √ 12 EKA MULYANA 72 √ 13 INDAH HANDAYANI 90 √ 14 MUHAMAD MARTA 73 √ 15 MUHAMMAD SAMSUDIN 78 √ 16 MUHAMAD NASIR 89 √
17MUHAMMAD ARDIANTO DINATA 84 √
18 NURJAMAN 69 √ 19 NURLELAH 65 √20 RUDI BAHTIAR 48 √21 RUDI SANTOSO 91 √ 22 RENDI JULIANTO 94 √ 23 SUMA 66 √ 24 SAIPUL ANWAR 74 √ 25 SANDITA 80 √ 26 YUYUNG DAMAYANTI 36 √27 YANA 76 √ 28 ABDUL ROHMAN 55 √29 SARJANA 84 √ 30 SRI MULYANI 94 √ 31 WANDI 74 √
JUMLAH NILAI 2111 RATA-RATA NILAI 68.10 MEDIAN 72 PROSENTASE LULUS 64.52 PROSENTASE TIDAK LULUS 35.48
27
b) Tahap Refleksi
Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan
rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan
bahwa penerapan metode interaksi sudah menghasilkan adanya
perubahan sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa
yang aktif negative mulai berkurang. Siswa mulai terkondisi
dan tampak antusias dalam melaksanakan pembelajaran secara
interaktif.
Data hasil evaluasi pun menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang cukup signifikan diperoleh siswa pada PTK siklus II
dibandingkan dengan nilai yang mereka peroleh pada
pelaksanaan PTK Siklus I.
TABEL 4.7PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN PTK SIKLUS I PTK SIKLUS II
JUMLAH NILAI 2024 2111 RATA-RATA NILAI 65,29 68,10 MEDIAN 69 72 PROSENTASE LULUS 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 41,94 35,48
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil
belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus II dibandingkan
dengan nilai pada pelaksanaan PTK siklus I. Terjadi
28
peningkatan yang cukup signifikan pada nilai median,
prosentase kelulusan. Meskipun peningkatan rata-rata nilai
siswa tidak terlalu tinggi, hal tersebut tetap mengindikasikan
bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada
pelaksanaan PTK siklus II.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Secara Keseluruhan
Perbandingan pencapaian hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan
PTK dengan pencapaian setelah PTK siklus I dan siklus II secara ringkas
tersaji pada table berikut:
TABEL 4.8PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN SEBELUM PTKPTK SIKLUS
IPTK SIKLUS
II JUMLAH NILAI 1760 2024 2111 RATA-RATA NILAI 56,77 65,29 68,10 MEDIAN 60 69 72 PROSENTASE LULUS 29,03 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94 35,48
Dari table tersebut tampak adanya peningkatan secara berkala nilai
hasil belajar siswa.
Jumlah nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar 264
dari jumlah nilai sebelum PTK, yaitu dari 1.760 menjadi 2.024 dan pada
siklus II mengalami kenaikan sebesar 87 dari jumlah nilai PTK siklus I, yaitu
dari 2.024 menjadi 2.111. Peningkatan jumlah nilai pada siklus II tidak terlalu
29
signifikan, hal ini terjadi karena pada siklus I jumlah ilai siswa telah
mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Rata-rata nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar
8,52 dari rata-rata nilai sebelum PTK, yaitu dari 56,77 menjadi 65,29 dan
pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,81 dari rata-rata nilai PTK siklus
I, yaitu dari 65,29 menjadi 68,10. Peningkatan rata-rata nilai pada siklus II
lebih rendah dari pada peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus I, hal ini
tentunya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah nilai siswa.
Demikian pula pada pencapaian median dan prosentase kelulusan
siswa pada pelaksanaan PTK siklus I lebih besar dari pada peningkatan
median dan prosentase kelulusan pada pelaksanaan PTK siklus II.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dengan
mengacu pada rumusan masalah yang dikemukakan pada bab I, peneliti
menyimpulkan:
1. Pengoptimalan penerapan metode interaktif mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA. Adanya
peningkatan pemahaman terhadap materi IPA tercermin pada peningkatan
nilai hasil evaluasi belajar siswa, baik pada pelaksanaan PTK siklus I
maupun pada siklus II.
2. Antusiasme siswa dalam mengikoti proses pembelajaran IPA mengalami
peningkatan dengan diterapkannya metode interaktif pada proses
pembelajaran. Kesimpulan ini didasarkan dari data hasil observasi rekan
sejawat yang menjadi observer pada pelaksanaan pembelajaran, baikpada
siklus I maupun pada siklus II. Hal ini juga berkorelasi dengan
meningkatnya pencapaian hasil belajar siswa.
B. Saran
31
Mengacu pada kesimpulan di atas, maka metode interaktif dapat
dijadikan sebagai metode alternative untuk meningkatkan partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Kepada rekan sejawat (guru) diharapkan mampu mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif
siswa melalui pembelajaran yang interaktif.
2. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kiranya Bapak Kepala Sekolah
dan Pengawas TK/SD perlu memberikan bimbingan secara berkala kepada
guru, terutama untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran. Perju juga
kiranya untuk mensosialisasikan keberhasilan penerapan metode interaktif
di SDN Cemarajaya II kepada rekan guru di wilayah Cibuaya, sebagai
perbandingan dan sharing pengetahuan dalam membimbing siswa.
3. Kepada peneliti berikutnya yang akan menerapkan metode yang sama,
diharapkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi dan perbandingan. Termasuk memberikan saran
konstrujtif dan mengoreksi kelemahan yang terdapat pada laporan PTK
ini, untuk kemajuan pendidikan di Cibuaya.
32
DAFTAR PUSTAKA
De Porter Bobbi. et.all. (2005). Quantum Learning, Bandung: PT Mizan Pustaka.
De Porter Bobbi. et.all. (2004). Quantum Teaching, Bandung: PT Mizan Pustaka.
Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Andira.
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rukmini, S. et.all. (1997). Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIP
Yogyakarta.
Ruskandi, K. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning, Tesis: Bandung tidak diterbitkan.
Sudrajat, A. (2008) Konsep PAKEM, (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem)
Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.
Warnyoto, (2010). Konsep PAKEM, (Online), (http://war2nyahoo.blogspot.com/2010/02/konsep-pakem-1.html)
Wuryanto, A. (2009). Pakem. (Online), (http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem, http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem-2, http://salam02.wordpress.com/2009/02/22/pakem-3)
http://www.total.or.id/info.php?kk=interactive
33
34
Recommended