View
72
Download
7
Category
Preview:
DESCRIPTION
kedokteran
Citation preview
REFERAT
TUMOR PAROTIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Diajukan Kepada :
dr. Sunarto, Sp. B
Disusun Oleh :
Ica Trianjani S.
20100310010
BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SETJONEGORO WONOSOBO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
TUMOR PAROTIS
Telah dipresentasikan pada tanggal :
16 November 2014
Disusun oleh :
Ica Trianjani S.
20100310010
Disetujui oleh :
Dokter Pembimbing
dr. Sunarto, Sp. B
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limoahan rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam
referat untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian origram pendidikan profesi
dibagian Ilmu Bedah dengan judul :
TUMOR PAROTIS
penulis refleksi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Sunarto, Sp. B selaki dokter pembimbing dan dokter spesialis Bedah
RSUD Wonosobo.
2. dr. Dimyati Ahmad, Sp. B selaku dokter spesialis Bedah RSUD Wonosobo.
3. Teman-teman koass serta tenaga kesehtan RSUD Wonosobo yang telah
membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam penyusunan refleksi kasus ini penulis menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan. Penulis mangharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan penyususnan
refleksi kasus dimasa yang akan datang. Semoga dapat menambah pengetahuan bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. wb
Wonosobo, 16 November 2014
Ica trianjani S.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iv
A. Definisi........................................................................................................................................1
B. Anatomi.......................................................................................................................................4
C. Etiologi........................................................................................................................................8
D. Klasifikasi....................................................................................................................................8
E. Manifestasi Klinis........................................................................................................................9
F. Diagnosis.....................................................................................................................................10
G. Penatalaksanaan...........................................................................................................................10
H. Komplikasi..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................iii
TUMOR PAROTIS
A. Definisi
Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan
tetap tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan berhenti.
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar saliva.
B. Anatomi
Sistem kelenjar saliva terdiri dari kelenjar mayor dan minor. Kelejar saliva mayor
terdiri dari sublingual, submandibular dan kelenjar parotis. Sedangkan saliva
minor terdiri dari sekitar 600 hingga 1000 kelenjar saliva minor tersebar pada
submukosa dari rongga mulut,
orofaring, hipofaring, laring, ruang
parafaring dan nasofaring hingga
submukosa traktus disgetivus.
Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva
yang berpasangan, berjumlah dua.
Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva
terbesar. Masing-masing beratnya 25
gram dan bentuknya irregular,
berlobus berwarna hijau atau kuning
terletak di meatus akustikus eksternus
diantara mandibula dan muskulus
sternokleidomastoideus. Kelenjar parotis memiliki saluran untuk mengeluarkan
sekresinya yang dinamakan stensen’s duct yang bermuara di mulut dekat gigi
molar 2, lokasinya biasanya ditandai oleh papilla kecil.
Pada kelenjar parotis terdiri dari lobus superfisialis dan lobus profunda, keduanya
di pisahkan oleh nervus facialis. Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan
fascia superfisial yang mengandung cabang fasial dari nervus aurikuler, nodus
limfatikus parotis superficial dan batas bawah dari plastima. Bagian anterior
kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula dan sedikit melapisi
tepi posterior muskulus masseter. Bagian posterior kelenjar dikelilingi telinga,
prosesus mastoideus, dan tepi anterior muskulus sternokleidomastoideus. Bagian
dalam yang merupakan lobus medial meluas kerongga parafaring, dibatasi oleh
prosesus stiloideus dan ligamentum stilomandibular, muskulus digastrikus, serta
selubung karotis. Dibagian anterior lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian
pterydoideus. Bagian lateral hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak
subkutaneus.
Parotis berhubungan erat dengan struktur penting disekitarnya yaitu vena jugularis
interna beserta cabangnya, ateri karotis
eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfe,
cabang auriculotemporalis dari nervus
trigeminus dan nervus facialis.
Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari
ateri karotis eksterna dan cabang-cabang
didekat kelenjar parotis. Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna melalui
vena yang keluar dari kelenjar parotis.
Nodul kelenjar limfe ditemukan dikulit yang berada di atas kelenjar parotis
( kelenjar periaurikular) dan pada bagian kelenjar parotis sendiri. Ada 10 kelenjar
limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian besar ditemukan dibagian
superfisial dan kelenjar diatas bidang yang berhubungan dengan saraf fasialis.
Kelenjar limfe berasal dari kelenjar parotis mengalirkan isinya ke nodus
limfatikus servikal atas.
Persarafan kelenjar parotis oleh saraf pregonglionic yang berjalan pada cabang
petrosus dari nervus glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otikus.
Serabut postganglionik mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal. Nervus
kranialias VII yang berfungsi motorik untuk wajah, masuk ke eklenjar parotis dan
membaginya menjadi 2 ona surgical ( lobus superfisialis dan lobus profunda.
Nervus fasialis didalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu :
1. Cabang temporal ke otot frontalis.
2. Cabang igoma ke oto orbicularis oculi
3. Cabang bucal ke otot wajag dan bibir atas.
4. Cabang mandibular ke otot bibir bawah dagu.
5. Cabang cervical ke otot plastisma.
C. Fisiologi
Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama:
1. Sekresi serous yang mengandung ptyalin (suatu α-amilase), yang
merupakan enzim untuk mencernakan serat, dan
2. Sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan
perlindungan permukaan.
Kelenjar parotis seluruhnya menyekresi tipe serous, dan kelenjar sublingualis
dan submandibularis menyekresi tipe mucus maupun serous. Kelenjar bukalis
hanya menyekresi mucus. Saliva mempunyai pH antara 6,0 dan 7,4, suatu
kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dan ptyalin.
Pada kondisi basal, sekitar 0,5 mililiter saliva, hampir seluruhnya dari tipe
mucus, disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat
sekresi menjadi sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam
mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Saliva membantu
mencegah proses kerusakan jaringan mulut yang dapat disebabkan oleh bakteri
dengan cara membantu membuang bakteri pathogen juga partikel-partikel
makanan yang memberi dukungan metabolic bagi bakteri dan saliva juga
mengandung beberapa factor yang menghancurkan bakteri, salah satunya
adalah ion tiosianat dan lainnya adalah enzim proteolitik terutama lizozim.
Terakhir, saliva juga mengandung sejumlah besar antibodi protein yang dapat
menghancurkan bakteri rongga mulut, termasuk yang menyebabkan karies gigi.
Setiap hari satu sampai dua liter air liur diproduksi dan hampir semuanya
ditelan dan direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom.
Makanan dalam mulut merangsang serabut saraf yang berakhir pada nukleus
pada traktus solitaries dan pada akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak
tengah. Pengeluaran air liur juga dirangsang oleh penglihatan, penciuman
melalui impuls dari kerja korteks pada nukleus saliva batang otak. Aktivitas
simpatis yang terus menerus menghambat produksi air liur seperti pada
kecemasan yang menyebabkan mulut kering.
D. Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai
adalnya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi
dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma
mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu faktor
pemicu timbulnya tumor limfoepitelial kelenjar liur. Kelenjar genetik,
misalnya monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai faktor timbunya
tumor kelenjar liur.
E. Klasifikasi
Klasifikasi histopatologi WHO/AJCC
1. Benign
Pleomorfik adenoma ( mixed benign tumor)
Warthin’s tumor
Lymphoepithelial lesion
Oncocytoma
Monomorphic adenoma
Benign cysts
2. Malignant
Mucoepidermoid carcinoma
Adenoid cytic carcinoma
Adenocarcinoma
Aclinic cell carcinoma
Epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma
a. Tumor jinak
Pleomorfik adenoma ( mixed benign tumor)
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi pada
kelenjar parotis. Pertumbuhannya lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak. Karateristik histologi biasanya terlihat seperti
gambaran lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau
stellata. Penetalaksanaannya berupa eksisi bedah dari kelenjar terkena.
Warthin’s tumor
Tumor tampak rata, lunak, memiliki kapsul apabila terlekat dikelenjar
parotis, terdiri atas kista multiple. Histologi berupa memiliki stroma
limfoid dan sel epitel asini. Lebih sering ditemukan di kelejar mayor.
b. Tumor ganas
Mucoepidermoid carcinoma
Kebanyakan pada kelenjar parotis dan biasanya memiliki gradasi rendah.
Sering terjadi pada orang dewasa dan wanita > laki-laki dekade 30-40
tahun. Mempunyai gejalan membengkak, rasa sakit dan sebagian kecil
dengan paralisi nervis facialis.
Kista adenoma karsinoma
Paling banyak terjadi pada kelenjar minor. Pertumbuhan lambat dan
kebanyakan memiliki gradasi rendah. Melibatkan umur 40- 60 tahun.
Adenokarsinoma
Terdapat beberapa tipe :
1.) Karsinoma sel asinik
Paling banyak dikelenjar parotis dan pertumbuhannya lambat.
2.) Adenokarsinoma polimorfik grade rendah
Kebanyakan berasal dari kelenjar minor.
3.) Adenokarsinoma yang tidak dispesifikasikan
Sering berasal pada kelenjar parotis dan kelenjar minor.
F. Diagnosis banding
1. Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit
yang tumbuh lambat, berbentuk lobul masa lunak yang dilapisi oleh
pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.
Penyebab lipoma belum diketahui dengan pasti, akan tetapi ada
kecenderungan lipoma dapat diturunkan. Beberapa jenis lipoma dapat
terjadi akibat trauma tumpul. Pada pemeriksaan secara mikroskopis akan
ditemukan suatu tumor yang berbentuk lobulus yang mengandung sel
lemak yang normal. Pada pemeriksaan secara sitogenetik, lipoma sering
sekali berhubungan dengan alterasi dari kromosom 12q, 6p, dan 13q
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak
nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas.
Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga
mencapai lebih dari diameter 6 cm.
2. Kista Ateroma
Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih
bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea),
dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut.
Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat
pada kulit di atasnya. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang
disertai bau asam. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan.
G. Manifestasi klinik
a. Gejala
Pada tumor parotis banigna biasanya asimtomatis, nyeri didapatkan pada
sebagian pasien dan paralisis nervus facialis. Biasanya paralisis nervus
facialis sering ditemukan pada pasien yang terkena tumor parotis maligna,
tetapi paralisis nervus facialis lebih sering berhubungan dengan Bell Palsy.
Bengkak biasanya mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap
rangsang (painless) dan menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan.
b. Tanda
Tumor benigna biasanya bisa digerakkan, soliter dan keras. Pada tumor
maligna diperoleh benjolan terfiksasi dengan jaringan sekitarnya,
konsistensi keras, dan cepat bertambah besar.
H. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Keluhan
Umunya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro
aurikula (tumor parotis), atau di submandibula (tumor submandibula)
atau di intraoral (tumor kelenjar liur minor). Rasa nyeri sedang atau
sampat berat ( pada keganasan parotis atau submandibula). Paralisis
nervus facialis ( keganasan parotis ). Disfagia, sakit ternggorokan,
gangguan perdengaran ( lobus profundus parotis terlibat). Paralisis n.
Glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus ( pada
karsinoma parotis lanjut ), pembesaran getah bening leher ( metastase)
b. Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit )
c. Faktor etiologi dan resiko ( radioterapi, kepala leher dan eksposur
radiasi)
d. Pengobtan yang terlah dilakukan serta bagaimana hasil
pengobantannya.
e. Berapa lama kelambatan.
f. Keluhan lain yang menyertai.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
Pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai kaki :
Penamilan
Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa kepala, thorak, abdomen, ekstermitas,
vetebra, pelvis.
Apakah ada tanda dan gejala kearah metastase jauh ( paru tulang,
tengkorak, dll)
b. Status lokal
Inspeksi ( lokasi benjolan, ada tanda peradangan atau tidak)
Palpasi ( ukuran, konsistensi keras atau lunak, mobile pada jaringan
sekitar atau tidak, nyeri tekan atau tidak, batasnya bagaimana tegas
atau tidak )
Pemeriksaan fungsi nervus VII, VIII, IX, X, XI, XII
c. Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening atau kelenjar
limfe leher ipsilateral dan kontralateral. Bila ada pembesaran tentuka
lokasinya, ukuran, jumlahnya, dan mobilitasnya.
I. Pemeriksaan penunjang
a. Imaging
Foto polos
Foto polos sekarang jarang untuk mengevaluasi glandula saliva mayor.
Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya radioopaque ada
sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto mandibula AP/Eisler
dikerjakan bila tumor melekat tulang. Sialografi dibuat bila ada diagnosis
banding kista parotis atau submandibula. Foto thorak untuk melihat
sejauh mana metastase.
USG
USG berguna untuk evaluasi kelainan vaskuler dan pembesaran jaringan
lukan dari leher dan wajah termasuk kelenjar saliva dan kelenjar limfe.
Juga untuk membedakan massa yang padat atau kistik.
CT Scan
Pemeriksaan tumor parotis dengan CT adalah untuk mengetahui lokasi
dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi, kontras
antara lesi dengan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi.
MRI
Membantu untuk membedakan massa parotis yang bersifat benign atau
maligna.
PET
Menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai
fluorodeoxyglucosa (FGD) yang mampu mendiagnosis kanker dengan
cepat dan dalam stadium.
FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy)
Merupakan salah satu pemeriksaan sederhana dan akurat untuk
mendeteksi tumor pada kelenjar parotis maligna atau banigna.
b. Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium rutin, seperti : darah rutin, urine, SGOT/SGPT,
alkasi fosfat, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
hemostasis. Untuk menulai keadaan umum dan persiapan operasi.
J. Penatalaksanaan
Tumor kelenjar saliva jinak yang harus di eksisi secara komplit
(parotidektomi total ataupun parotidektomi superfisial ) untuk mencegah
rekurensi lokal. Luas diseksi saraf fasialis dab reseksi jaringan parotis
tergantung dari ukuran, lokasi, derajat invasi, adanya metastase regional, dan
histologi tumor. Secara umum prinsip dasar dalam pembedahan tumor parotis
terdiri dari 2 komponen utama yaitu eksisi tumor secara adekuat dan
mempertahankan fungsi dari nervus.
Radioterapi dapat dilakukan pasca operasi untuk high grade
malignancy yang memiliki tanda invasi perineural ekstraglandular, invasi
langsung jaringan sekitar, metastase regional, kanker stadium T3 dan T4
terdapat KGB yang mengandung metastase lebih dari 1, ada pertumbuhan
ektra kapsul atau diameter KGB lebih dari 3 cm.
Kemoterapi sebagai adjuvan atau paliatif pada kasus-kasus yang sudah
bermetastase, tumor ganas rekuren yang tidak dapat dioperasi dan tipe
histologi tertentu, antara lain keganasan jenis sel asinus, karsinoma
mukoepidermoid, dan adenokarsinoma high grade.
Bila saraf fasialis tidak dipertahankan, dapat dilakukan rehabilitasi
dengan nerve graft untuk membantu mempethankan tonus fasia.
Recommended