25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat. Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”. 1

Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh

perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,

perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi

perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk

menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak

terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah

yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di

lingkungan yang tepat.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah

memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien.  Namun peran

spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting

terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan

mendekati sakaratul maut.

Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang

sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,  krisis spiritual, dan krisis

kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan

perhatian khusus”.

Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan

proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,

perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi

perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian

klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,

menjelang kematian, dan saat kematian.

Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani).

Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga

gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient,

Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami

penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,

1

Page 2: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang

ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)

B.     Tujuan

Untuk mengetahui Transkultural Narsing keperawatan dalam lintas budaya.

C.    Rumusan masalah

1. Pengertian transkultural

2. Konsep transkultural

3. Peran dan fungsi transkultural

4. Transkultural Narsing keperawatan dalam lintas budaya

2

Page 3: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

BAB II

PEMBAHASAN

1.      Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan

Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti

kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya

manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.

(koentjoroningrat, 1986)

Wujud-wujud kebudayaan antara lain :

1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan

2. Kompleks aktivitas atau tindakan

3. Benda-benda hasil karya manusia

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat

dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan

dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang

didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam

masyarakat.

Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam

penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan

mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu

kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.

Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada

perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku

sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan

menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan

yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.

Tujuan  dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan

menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural  dalam meningkatkan

kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,

caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan

keperawatan. Perilaku caring diberikan  kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.

3

Page 4: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi

diantara  kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2.      Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

Konsep dalam transcultural nursing adalah :

a.    Budaya

Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi

petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b.    Nilai budaya

Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang

dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan

c.       Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan

Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan

d.      Etnosentris

Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individu 

menganggap budayanya adalah yang terbaik

e.       Etnis

Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut

cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim

f.     Ras

Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.

Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.

g.      Etnografi: Ilmu budaya

Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk

mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.

h.    Care

Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu,

keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual

maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia

i.      Caring

Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan

individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk

meningkatkan kondisi kehidupan manusia

4

Page 5: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

j.      Culture care

      Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan

untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok

untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan

dan mencapai kematian dengan damai

k.    Cultural imposition

      Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai

karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.

      Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-

nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai  latar belakang budaya, terhadap

4 konsep sentral keperawatan yaitu :

·         Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma

yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut

Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada

setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

·         Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya,

terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan

dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan

seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat

mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang

sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).

·         Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu

totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk

lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau

diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim

seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari

sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan

dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di

5

Page 6: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di

lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang

menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,

bahasa dan atribut yang digunakan.

·         Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan

yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan

ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam

asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,

mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,

1991).

3.    Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang

dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan

yaitu:

· Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.

Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan

yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status

kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

· Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien

beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat

membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung

peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau

amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

· Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.

Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak

merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai

dengan keyakinan yang dianut.

6

Page 7: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan

keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise

Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat

sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,

1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan

klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).

Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:

1.      Faktor teknologi (technological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran

menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat

sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan

kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang

penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.

2.      Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )

Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para

pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran

diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh

perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab

penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3.      Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur

dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam

keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4.      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya

yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai

sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini

adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,

kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan

dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.

7

Page 8: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi

kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang

perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam

berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien

yang dirawat.

6.      Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki

untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh

perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh

keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau

patungan antar anggota keluarga.

7.      Faktor pendidikan ( educational factors )

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal

tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung

oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap

budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini

adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara

aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.

·      Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

a.    Jangan menggunakan asumsi.

b.    Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa

halus.

c.    Menerima dan memahami metode komunikasi.

d.      Menghargai perbedaan individual.

e.       Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien.

f.       Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

4.      Instrumen Pengkajian Budaya

Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa

ahli, diantaranya:

a.    Sunrise model (Leininger)

Yang terdiri dari komponen:

8

Page 9: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

1)      Faktor teknbologi (Technological Factors)

-          Persepsi sehat-sakit

-          Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan

-          Alasan mencari bantuan/pertolongan medis

-          Alasan memilih pengobatan alternative

-          Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan

2)      Faktor agama atau falsafah hidup (Religious & Philosophical factors)

-          Agama yang dianut

-          Status pernikahan

-          Cara pandang terhadap penyebab penyakit

-          Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan

3)      Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors)

-          Nama lengkap & nama panggilan

-          Umur & tempat lahir,jenis kelamin

-          Status,tipe keluarga,hubungan klien dengan keluarga

-          Pengambilan keputusan dalam keluarga

4)      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways)

-          Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas

-          Bahasa yang digunakan

-          Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan

-          Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari

5)      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)

Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi:

-          Peraturan dan kebijakan jam berkunjung

-          Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu

-          Cara pembayaran

6)      Faktor ekonomi (Economical Factors)

-          Pekerjaan

-          Tabungan yang dimiliki oleh keluarga

-          Sumber biaya pengobatan

-          Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll.

-          Patungan antar anggota keluarga

7)      Faktor Pendidikan (Educational Factors)

9

Page 10: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

-          Tingkat pendidikan klien

-          Jenis pendidikan

-          Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif

-          Pengetahuan tentang sehat-sakit

b.    Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar

Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu

kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:

1)        Komunikasi (Communication)

Bahasa yang digunakan,intonasi dan kualitas suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan

bahasa non verbal,penggunaan ‘diam’

2)        Space (ruang gerak)

Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak

dan pergerakan tubuh.

3)        Orientasi social (social orientastion)

Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu luang,persahabatan dan

kegiatan social keagamaan.

4)        Waktu (time)

Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin

hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang.

5)        Kontrol lingkungan (environmental control)

Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.

6)        Variasi biologis (Biological variation)

Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan

genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit

tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.

c.       Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle

Komponen-komponenya meliputi:

1)        Identitas budaya

2)        Ethnohistory

3)        Nilai-nilai budaya

4)        Hubungan kekeluargaan

5)        Kepercayaan agama dan spiritual

6)        Kode etik dan moral

7)        Pendidikan

10

Page 11: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

8)        Politik

9)        Status ekonomi dan social

10)    Kebiasaan dan gaya hidup

11)    Faktor/sifat-sifat bawaan

12)    Kecenderungan individu

13)    Profesi dan organisasi budaya

Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien,

Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal,

non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan

kesejahteraan klien.

5.       Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat

dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,

1995).

Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan

transkultural yaitu :

a.       gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur

b.      gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural

c.       ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

6.       Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses

keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi

yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang

budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,

1995) yaitu :

·         mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan

kesehatan,

·         mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan

·         merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a.       Cultural care preservation/maintenance

1)    Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat

2)    Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

11

Page 12: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

3)    Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b.      Cultural careaccomodation/negotiation

1)    Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2)    Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3)    Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan

pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c.       Cultual care repartening/reconstruction

1)    Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan

melaksanakannya

2)    Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3)     Gunakan pihak ketiga bila perlu

4)    Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami

oleh klien dan orang tua

5)    Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses

akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya

akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka

akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien

akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan

menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

7.       Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang

mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak

sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat

bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan

keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

12

Page 13: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar

dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya dengan

menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, keoercayaan dan

tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khussnya budaya

atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Model konseptual yang

dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya

digambarkan dalam bentuk matahari terbit.

B.     Saran

untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis yaitu

dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan taraf insulin yang benat

atau tepat dosi.

13

Page 14: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

DAFTAR PUSTAKA

Askep Diabetik Ketoacidosis.www.blogger-blogspot-com (diakses pada tanggal

21Mei 2011 pukul 18.39 WIB).

Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC: Jakarta

Doengoes, E. Marilynn.1989. Nursing Care Plans, Second Edition. FA Davis:

Philadelphia

Fisher,JN., Shahshahani,MN., Kitabchi,AE., Diabetic ketoacidosis: low-dose insulin

therapy by various routes. www.content.nejm.org (diakses pada tanggal 21 mei 2010

pukul 19.34 WIB).

Hardern,R.D., Quinn,N.D. Emergency management of diabetic ketoacidosis in adults.

www.ncbi.nlm.nih.gov (diakses pada tanggal 22 mei 2011 pukul 18.45).

Hidayat. Ketoasidosis DM.www.hidayat2.wordpress.com (diakses pada tanggal 22

Mei 2011 pukul 19.02 WIB).

HighBeam. Article: The clinical management of diabetic ketoacidosis in adults.

(Clinical).www.highbeam.com (diakses pada tanggal 21 mei 2011 pukul 18.32 WIB).

KATA PENGANTAR

14

Page 15: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

 Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TRANSKULTURAL

NARSING KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA” ini dengan lancar.

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen

pengampu mata kulia Ilmu Keperawatan Dasar I.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Raha, Desember 2014

Penyusun

15

Page 16: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan

2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural

3. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya

4. Instrumen Pengkajian Budaya

5. Diagnosa keperawatan

6. Perencanaan dan Pelaksanaan

7. Evaluasi

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

B.     Saran

16ii

Page 17: Makalah transkultural narsing keperawatan lintas budaya

MAKALAH TRANSKULTURAL NARSING

KEPERAWATAN LINTAS BUDAYA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

1. RISNAWATI

2. KURNIA

3. ERWIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MAKASSAR

2014

17