Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling
utama bagi seluruh umat muslim seluruh dunia. Kitab
yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun ajarannya
berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah,
mengamalkannya berujung kebahagiaan.
Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil
lil’alamin, mereka memiliki kitab yang suci yaitu Al-
Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang masa,
ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai
untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli makanin wa
zamanin). Diturunkan kepada makhluk yang sempurna
perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh alam
jagad raya. Oleh karena dalam makalah ini kami akan
menguraikan definisi Al-Qur’an dan Hadits secara rinci,
apakah Al-Qur’an mengalami menambahan dan pengurangan.
1.2 Rumusan Masalah
Apa Definisi Al-Qur’an, Perbedaannya dengan
Hadits Nabawi dan Qudsi?
2
Apakah Al-Qur’an itu Terbukti Keotentitasannya?
Apakah Al-Qur’an Bersifat Konfrehensif dan
sesuai untuk Segala Waktu dan Tempat?
1.3 Batasan Masalah
Dalam ruang lingkup masalah ini saya berusaha
menjelaskan atau memaparkan materi yang terdapat
dirumusan masalah saja.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah mengenai “Al-Qur’an
sebagai Sumber Hukum Islam” ini, penulis memiliki
beberapa tujuan yang penulis kelompokkan ke dalam
tujuan khusus dan tujuan umum, yaitu:
Tujuan Khusus: Sebagai tugas kelompok dalam
mata Ushul Fiqh di Sekolah Tinggi Filsafat
Islam SADRA (STFI Sadra), Semester 3 Tahun
Akademik 2014/2015.
Tujuan Umum: Mengetahui lebih dalam dan
spesifik tentang definisi Al-Qur’an sebagai
sumber hukum islam, Perbedaannya dengan
hadits, keontetikannya dan sifatnya.
2. Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini bisa memberikan
kontribusi dalam perkembangan pendidikan kita.
3
Khususnya agar dapat terus menunjang pendidikan
terutama mata kuliah ushul fiqh., yang. mana
menjadi syarat untuk melanjutkan mata kuliah
(semester) selanjutnya.
1.5 Metodologi Penulisan
Metode penelitian yang penulis gunakan untuk
menyusun makalah ini adalah metode “studi pustaka”, yakni
metode dengan cara mengumpulkan informasi ataupun data-
data yang berkaitan dengan tema makalah penulis, baik
yang bersumber dari buku-buku maupun internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu;
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan, tujuan
penulisan, rumusan masalah, batasan masalah,
metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
4
Pada Bab ini yang akan membahas berbagai macam bahasan
dimulai dari definisi, perbedaan, keotentikan, dan lain
sebagainya.
BAB III PENUTUP
Bab ini terdapat kesimpulan dari keseluruhan isi
makalah ini serta kritik dan saran bagi penulis untuk
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi sumber-sumber materi yang di
ambil untuk membuat makalah ini.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Al-Qur’an
Secara etimologi menurut Al-lihyani, salah seorang
ahli Bahasa (Wafat 215) berpendapat bahwa kata Al-
Qur’an merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja
(fi’il) ا ن�� �رأ� -ق ة� رأ� � -ق رأ� � ق -ي� رأ� � .yang berarti membaca atau bacaan قKata ا ن�� �رأ� yang berwazan ق علان� bermakna ف� ول ع yakni مف� روء � yang مقberarti yang dibaca. Sedangkan menurut Az-zajjaj, kata
al-qur’an berasal dari kata رأ� � yang ألق memiliki artihimpunan. Asy’ari al-qur’an berasal dari رن� � yang قberarti menggabungkan.
Menurut Subhi As-salih, dari berbagai pendapat di
atas, pendapat Al-Lihyani lah yang didukung oleh jumhur
ulama karena dipandang paling kuat. Dengan dasar bahwa
al-qur’an sendiri juga menggunakan kata ن� رأ� � tanpa ق أل
6
dengan arti bacaan. Misalnya firman Allah SWT di dalam
QS. Al-Walqiah: 77
م ري�� ن� ك ق�رأ' ه ل ن� ,(77)أ- ون� ن� ك اب6 م ت� ي� ك (78) ف�
“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab
yang terpelihara (LauhilMahfudz)”.1
Sedangkan secara terminologis, para ulama memberi
rumusan definisi yang beragam:
1. Menurut As-shabuni adalah:
“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan
Rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan
sampai kaepada kita dengan jalan tawattur (mutawattir), membacanya
merupakan ibadah yang di awali dengan surat Al-fatihah dan diakhiri
dengan surat An-Nas”.
2. Menurut Al-Zarqoni adalah:
“Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mu’jizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. Tertulis dalam mushaf, dinukil dengan
cara mutawattir, dan membacanya bernilai ibadah”.2
1 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Al-Qur’an, Hal.1-2
2 Ibid, hal-3
7
Berdasarkan ulasan dan pengertian diatas dapat kita
simpulkan bahwa Al-qur’an adalah merupakan surat ilahi
atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah Taurat,
Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan
sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus
penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Diturunkan
kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk
yang memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan
kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril. Membacanya
tentu bernilai ibadah dan mengamalkan isinya berhujung
kepada kebahagiaan zahir dan batin. Karena al-qur’an
adalah kitab yang memiliki asupan gizi yang sangat
tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat
muslim sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung
oleh siapapun karena bagi siapa orang yang terus
membaca, mendalami, memahami, dan mengamalkan isi
kandungannya maka jumlah protein yang masuk akan
semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan menyehatkan
anggota badan yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an
juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW
yang bersifat permanen, keotentitasannya terjamin
terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif dan
universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun
li kulli makanin wa zamanin).
2.2 Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi
8
Definisi Al-Qur’an telah dikemukakan di halaman
sebelumnya. Untuk mengetahui perbedaan antara Al-
Qur’an, hadits Nabawi dan hadits Qudsi, maka terlebih
dahulu kami akan mendefinisikan hadits Nabawi dan
Qudsi.
A. Hadits Nabawi
Secara bahasa bermakna “dhiddu al-qadim”(lawan
dari lama atau baru). Yang dimaksud dari hadits secara
umum adalah setiap kata-kata yang diucapkan dan dinukil
serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu
diperoleh melalui pendengaran atau wahyu ketika dalam
keadaan terjaga ataupun tidur. Dalam pengertian ini Al-
Qur’an juga bisa disebut hadits, seperti yang terdapat
dalam QS. An-nisa:87.
“Dan siapakah pula yang lebih benar perkataan (hadits)nya dari
pada Allah?’’.
Demikian juga apa yang terjadi ketika seseorang ketika
tidurnya, seperti yang termktub dalam QS.Yusuf:101
“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan
kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku
sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi.
9
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh”.
Adapun secara istilah, hadits adalah apa saja yang
disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan,
perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.3
Sementara para ahli ushul memberikan definisi
hadits yang lebih terbatas dari rumusan diatas, mereka
berpendapat bahwa hadits adalah”
“Segala perkataan Nabi saw yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan
hukum syariat”.
Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal
Nabi saw yang tidak mengandung misi kerur, makan,
minum,asulannya, seperti tentang berpakaian, berbicara,
tidur, makan, minum, atau segala yang menyangkut hal
ihwal Nabi, tidak termasuk hadits.4
B. Hadits Qudsi
Kata qudsi dinisbahkan kepada quds (kesucian).
Nisbah ini menunjukkan rasa ta’zhim (hormat akan
kebesaran dan kesuciannya), oleh karenanya kata itu
sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara
bahasa. Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan
3 Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.23-244 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Hadits, Hal.2-3
10
kepada Dzat yang Maha Suci, yaitu Allah swt. Secara
terminologis pengertian hadis qudsi terdapat dua versi.
1) Hadits qudsi merupakan kalam Allah Swt (baik dalam
substansi maupun struktur bahasanya), dan Nabi
hanya sebagai orang yang menyampaikan.
2) Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan
isi dari perkataan tersebut berasal dari Allah
SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai kalimat
الى) ع ه ي� ال ألل � ,(ق seperti contoh Hadits Qudsi yangdiriwayat oleh Abu Hurairah:
ن� Dد ظ � ا عت �� ن ع الى أ� ول ألل ه ي� ف� ه وسلم ، ي� ال رسول ألله صلي ألله علي� ه ق� ي� ألله عي� ي�Uرة� رض� و هر ب6 روى أ�ي�ر � ي� ملا� خ ه ف� � كرن ي� ملا� ذ� �ى� ف� رن� ك ن� ذ� س ي� وأ- ف� ي� ي� ه ف� � كرن س ه ذ� ف� ي� ي� �ى� ف� رن� ك ن� ذ� ا- � �ى� ق كرن� د� � ن� ن ا مع ه حي� �� ن ى� وأ� دى� ن6 عت6ه مي�
هما( حي� ي� صحي� ارى� ومسلم ف� خ� ه ألي6 رخ6 خ� 5 )أ�
C. Perbedaan ( Al-Qur’an, Hadits Nabawi, dan Qudsi)
Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan
hadits qudsi sebagai berikut:
5 http://wildanesia.blogspot.com/
11
Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Allah yang
diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafadznya, dan
dengannya orang arab ditantang untuk membuat ayat
seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an
merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.
Sedangkan hadits qudsi tidak untuk menantang dan
tidak pula sebagai berfunsi sebagai mukjizat.
Al-Qur’an Al-karim dari Allah baik lafadz maupun
maknanya. Itulah wahyu. Adapun hadits qudsi
maknanya saja yang dari Allah, sedang lafadz
(redaksi)nya dari Rasulullah saw. Hadits qudsi itu
wahyu dalam makna, bukan dalam lafadz.
Membaca Al-Qur’an Al-karim merupakan ibadah,
karena itu dibaca dalam shalat.
“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”. (QS.Al-
Muzammil:20). Untuk hadits qudsi tidak disuruh
membacanya di dalam shalat. Allah memberikan
pahala membaca hadits qudsi umum saja.6
Sedangkan hadits nabawi ada dua macam:
1. Tauqifi. Kandungannya diterima oleh Rasulull
ah dari wahyu, lalu dijelaskan kepada manusia
dengan kata-katanya.
2. Taufiqi. Yang bersifat tauqifi adalah
disimpulkan oleh Rasulullah saw, menurut
pemahamannya dalam Al-Qur’an atau mengambil
6 Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.26-27
12
dengan istimbat dengan perenungan dan ijtihad.
Wahyu akan mendiamkannya jika simpulan itu
benar.
2.3 Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau
Pengurangan
Dalam KBBI autentik bermakna dapat dipercaya,
asli. Sedangkan Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan
Malaikat Jibril. Jadi autentik Al-Qur’an ialah
semuanya adalah betul-betul dari Allah SWT murni dan
tidak ada keraguan didalamnya sesuai Firman Allah SWT
didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat dua;
ق�رة : ن� ) ألب6 ي� ق� ه هدى للمب� ي� ي�Uب6 ف� لك� ألكث{ب6 لار (2 ذ�Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Al-
Baqarah: 2)
Al-Qur’an merupakan perkataan Allah swt yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui perantaraan
malaikat jibril, ke Autentitasan Al-Qur’an ini sudah
terbukti dari dahulu hingga sekarang, dan Allah telah
13
berjanji akan menjaga keasliannya Al-Qur’an ini sesuai
dengan firman allah swt dalam surah Al-Hijr ayat
sembilan;
ون� ) ألحج6ر : Dظ ا له لخا ف� ن� ا ألد� كروأ- لت� ر� حن� ي� ا ن� ن� (9أ- Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-
Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. (Al-Hijr: 9)
Ummat islam semua sepakat bahwa kumpulan wahyu
Allah SWT yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW.
yang disebut Al-Qur’an dan yang termuat dalam mushaf
yang sering kita lihat dan baca baik yang terjemahan
ataupun bukan, kesemuanya itu adalah autentik (semuanya
adalah betul-betul dari Allah SWT.), dan semua wahyu
yang telah diturunkan dan diterima oleh Nabi Muhammad
SAW. dari Allah melalui Malaikat Jibril telah termuat
dalam Al-Qur’an. Keautenikan ini dapat kita buktikan
dari kehati-hatian para sahabat-sahabat Nabi SAW dalam
memeliharanya sebelum ia dibukukan dan dikumpulkan satu
persatu dari para sahabat-sahabat Nabi, dari dedaunan,
tulang belulang, pelapa kurma dan lain-lain. ini
terdapat dalam buku-buku sejarah Islam. Sebelum Al-
Qur’an ini di bukukan dan terkumpul menjadi sebuah
mushaf baik yang terjemahan ataupun bukan terjemahan.
14
Dan kehati-hatian para sahabat juga ketika
mengumpulkannya menjadi mushaf.
Al-Qur’an ini, 7”ia disampaikan dan disebarluaskan
secara periwayatan oleh orang banyak yang tidak mungkin
bersekongkol untuk berdusta. Bentuk periwayatan seperti
itu dinamai periwayatan secara mutawatir yang
menghasilkan suatu kebenaran yang tidak meragukan. Oleh
karena itu, Al-Qur’an itu bersifat autentik”.
Dalam pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifa Abu
Bakar, pembukuan ini dilakukan secara teliti dan sangat
hati-hati, dan mencocokkan tulisan yang sudah ada
dengan Hafalan para penghafal, dan mengumpulkan para
penghafal-penghafal Al-Qur’an yang terpercaya yang ada
pada masa itu, dimana orang arab terkenal dengan
hafalan Al-Qur’an mereka yang kuat dan sangat luar
biasa, jadi wajar kalau misalkan di bumi Arab banyak
para hafiz Al-Qur’an baik anak-anak, dewasa dan orang
tua. Dan menurut sejarah, setelah pembukuan Al-Qur’an
tersebut lalu disimpan secara aman oleh Khalifah Abu
Bakar, Lalu pindah ke Tangan Umar ibn Khattab dan
setelah beliau wafat, pindah ketangan Hafsah binti
‘Umar (istri Nabi). Terakir diadakan pentashihan pada
masa khalifah ‘Usman sehingga menghasilkan satu naskah
yang autentik yang disebut mushaf Imam. Salinan dari
7 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqhi, hal 58
15
naskah (mushaf) itu dikirimkan ke kota-kota besar lain,
sedangkan yang selain dari itu, dibakar. Mushaf Imam
yang dijadikan standar itu dijadikan rujukan bagi
perbanyakan dan pentashihan berikutnya, sehingga
berkembang dalam bentuk aslinya sampai waktu ini.
Dengan demikian, dapat kita pastikan dengan seyakin
yakinnya bahwa seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam
Al-Qur’an baik dari segi lafaz dan wurud-nya adalah qath’i
(meyakinkan) serta tidak diragukan lagi.
2.4 Al-Qur’an Kitab Suci yang Konprehensif
Al-Quran merupakan kitab yang memang sudah tak
asing lagi bagi kalangan muslimin yang selalu mencari
dan menggali isi kandungan –Nya yang tak terhingga.
Bahkan tak sedikit non-muslim juga yang ikut andil
dalam mempelajari pengenalan Al-Quran secara lebih
dalam. Sehingga, mereka mampu menerima karunia dan
rahmat tuhan dengan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Semuanya itu karena keagungan Al-Quran yang tak
ternilai dan terhingga akan kekuasaan ilmu didalamnya.
Ada suatu perumpamaan yang menggambarkan bahwa
“Seandainya lautan dijadikan cairan tinta untuk
menuliskan isi kandungan ayat-ayat dalam Al-Quran maka
air laut itu pun tak akan pernah cukup untuk
16
menuliskannya”. Itulah alasan, mengapa al-quran
dijadikan sumber utama untuk mendapatkan petunjuk dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan pedoman yang
berkompetensi untuk menanamkan keimanan serta
memudahkan setiap halnya dalam melakukan amar ma’ruf
Nahi mungkar dan hal-hal yang berkenaan dengan amal
sholeh. Dengan begitu selama kita mampu dan
berkeinginan untuk selalu berpegang teguh pada ajaran
al-quran yang haqiqi.
Al-quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan
segala sesuatu yang diberikan semaksimal mungkin tanpa
harus menyia-nyiakannya, bahkan umat manusia dituntun
untuk mengisi seluruh waktunya untuk mempelajari,
mentadabburi, dan mentafakkuri isi kandungan ayat al-
quran sehingga menimbulkan keinginan berintrospeksi
diri untuk selalu mendekatkan diri kepada sang maha
pencipta dengan melakukan berbagai amal kebaikan dan
menjauhi segala bentuk kemungkaran.
Sebelum kita menginjak pada pembahasan tentang
pentingnya al-quran menjadi sumber komprehensif
sepanjang masa dan tak kenal tempat dimana al-quran
didakwahkan atau diserukan, kemanapun al-quran
didakwahkan oleh setiap orangnya, setidaknya ada hal
yang perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya kita memahami
pentingnya waktu untuk digunakan dalam memperbanyak
amal ibadah, karena inilah kesempatan setiap orang
17
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana
yang telah dijanjikaan oleh Allah bahwa barang siapa
yanag berbuat kebaikan dengan mendekatkan diri kepada
Allah maka layaklah untuknya ridho-Nya dan memberi
kewenangan kepada orang tersebut untuk berbuat apa
saja sepanjang ia berdzikir kepada Allah dan masih
mampu menjauhi kema’siatan, karena tuahan selalu
mengawasi kemanapun kita pergi dan dimanapun kita
berada.
Sungguh, ridho Allah atas amal sholeh yang
telah dilakuakan merupakan sesuatu yang paling berharga
yang dapaat diberikan kepada seluruh manusia yanag
taat. Begitu juga dengan ilmu pengethuan dalam al-quran
yang telah disediakan bagi kalangan umat yang mau
berfikir itu dirancang oleh al-quran dengan melibatkan
akal dan qolbu. Oleh karena itu, Al-quran sebagai kitab
terpadu, mengahadapi dan memperlakukan manusia dengan
memperhatikan seluruh unsur manusiawi, jiwa, akal dan
jasmaninya.
Disisi lain agar manusia tidak larut dalam
alam material, Al-quran menggunakan benda alam sebagai
tali penghubung untuk mengingatkan manussia akan
kehadiran Allah SWT dan bahwa segala sesuatu yang
terjadi sekecil apapun adalah dibwah kekusaan,
pengetahuan dan pengaturan yang maha kuasa.
18
Al-Quran menempuh berbagai cara untuk
mengantarkan manusia kepda kesempurnaan kemanusiaanya
antara lain dengan mengemukakan kisah afaktual dan
simbolik. Ada beberapa tujuan diturunkannnya Al-Quran
adalah sebagai berikut :
1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa
manusia dari segala bentuk kemungkaran serta
memntapakan keyakianan tentang keesaan yang
sempurna Tuhaan semesta alam.
2. Untuk mengajarkan kemnusiaan yang adil dan
beradab, yakni manusia meruoakan suatu umat yang
seharusnya dapat bekerja sama dalam pengbdian
kepada Allah dan tugas pengkholifahan.
3. Untuk menciptakaan persatuan dan kesatuan, bukan
hanya antara suku bangsa, tettapi kesatuan alam
semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,
natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman
dan rasio, kebenaran, kepribadian manusiaa,
kemerdekaan dan determinisme, sosial, politik dan
ekonomi, semuanya itu berada dalam kekuasaan Allah
SWT.
4. Untuk mengajaka maanuisa berfikir dan bekerja
sama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan
bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan.
19
5. Untuk mebasmi kemiskinan material dan spiritual,
kebodhan, penyakit, dan penderitaan hidup, serta
pemerasan manusia dalam bidang politik,
ekonomi, dan juga agama.
6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan
rahmat dn kasih sayaang dengaan menjadikan
keaadlian sosial sebaagai landasan pokok
kehidupaan masyarakat maanusia.
7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah
monopoli kapitalisme dengan falsfah kolektif
komunisme, mserta menciptakan manusia yanag ingin
menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
8. Untuknmenekankan peranan ilmu dan tekonologi,
demi menciptakan satu peradaban yanag sejalan
dengan jati dir manusia dengan panduan dan paduaan
Nur Ilahi.8
8 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Qur’an adalah sumber semua aspek kehidupan.
Berdasarkan pembahasan dan berbagai pengertian diatas
dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an adalah merupakan
surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4,
setelah Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama
oleh Allah dengan sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan
sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun
nabiyyin”, Makhluk yang memiliki kesempurnaan,
ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat
Jibril. Membacanya tentu bernilai ibadah dan
mengamalkan isinya berhujung kepada kebahagiaan zahir
dan batin. Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki
asupan gizi yang sangat tinggi tanpa batas bagi umat
muslim bahkan diluar umat muslim sekalipun, proteinnya
tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi siapa
21
orang yang terus membaca, mendalami, memahami, dan
mengamalkan isi kandungannya maka jumlah protein yang
masuk akan semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan
menyehatkan anggota badan yang penuh dengan
kemaksiatan. Al-Qur’an juga merupakan salah satu
mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,
keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya
bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk
segala waktu dan tempat, apapun aspek atau permasalahan
yang kita dapat di alam dunia ini resep penyembuhan dan
sekaligus penyelesaiannya ada dalam Al-Qur’an Al-karim.
3.2 Kritik dan Saran
Penulis bukan yang selalu benar, maka oleh karena
itu penulis haus sekali dengan kritik dan saran yang
dapat membangun karakter penulis untuk lebih baik lagi
dalam menulis. Jika pembaca menemukan kesalahan dalam
penulisan atau pengetikan dan lain sebagainya, penulis
berharap kepada pembaca agar tidak sungkan-sungkan
untuk mengkritik sekaligus memberikan saran.
Penulis dapat dihubungi melalui email:
22
DAFTAR PUSTAKA
Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Al-Qur’an”.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 1-3.
Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Hadits”. Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 3-4.
Al-Qatthan, Syaikh Manna. “ Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an”.Jakarta: Al-kaustar, 2006 hal. 23-24.
Web, Hadits. “Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits”.http://wildanesia.blogspot.com/
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagaipersoalan. Jakarta: Lentera Hati. 1998. Hal.-(ebook).
Syarifuddin, Amir. “Ushul Fiqhi”. Jakarta: Kencana, 2009hal. 58