22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling utama bagi seluruh umat muslim seluruh dunia. Kitab yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun ajarannya berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah, mengamalkannya berujung kebahagiaan. Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil lil’alamin, mereka memiliki kitab yang suci yaitu Al- Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang masa, ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli makanin wa zamanin). Diturunkan kepada makhluk yang sempurna perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh alam jagad raya. Oleh karena dalam makalah ini kami akan menguraikan definisi Al-Qur’an dan Hadits secara rinci, apakah Al-Qur’an mengalami menambahan dan pengurangan. 1.2 Rumusan Masalah Apa Definisi Al-Qur’an, Perbedaannya dengan Hadits Nabawi dan Qudsi?

Al-Qur'an dan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an dan hadits adalah kitab rujukan paling

utama bagi seluruh umat muslim seluruh dunia. Kitab

yang tidak mempunyai kecacatan sedikitpun ajarannya

berlaku sepanjang massa, membacanya bernilai ibadah,

mengamalkannya berujung kebahagiaan.

Agama islama adalah agama yang ajarannya rahmatil

lil’alamin, mereka memiliki kitab yang suci yaitu Al-

Qur’an. Keontetikannya terjamin sepanjang masa,

ajarannya bersifat konprehensif dan universal, sesuai

untuk segala waktu dan tempat (shalihun li kulli makanin wa

zamanin). Diturunkan kepada makhluk yang sempurna

perangainya, suci jiwanya, panutan makhluk seluruh alam

jagad raya. Oleh karena dalam makalah ini kami akan

menguraikan definisi Al-Qur’an dan Hadits secara rinci,

apakah Al-Qur’an mengalami menambahan dan pengurangan.

1.2 Rumusan Masalah

Apa Definisi Al-Qur’an, Perbedaannya dengan

Hadits Nabawi dan Qudsi?

2

Apakah Al-Qur’an itu Terbukti Keotentitasannya?

Apakah Al-Qur’an Bersifat Konfrehensif dan

sesuai untuk Segala Waktu dan Tempat?

1.3 Batasan Masalah

Dalam ruang lingkup masalah ini saya berusaha

menjelaskan atau memaparkan materi yang terdapat

dirumusan masalah saja.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah mengenai “Al-Qur’an

sebagai Sumber Hukum Islam” ini, penulis memiliki

beberapa tujuan yang penulis kelompokkan ke dalam

tujuan khusus dan tujuan umum, yaitu:

Tujuan Khusus: Sebagai tugas kelompok dalam

mata Ushul Fiqh di Sekolah Tinggi Filsafat

Islam SADRA (STFI Sadra), Semester 3 Tahun

Akademik 2014/2015.

Tujuan Umum: Mengetahui lebih dalam dan

spesifik tentang definisi Al-Qur’an sebagai

sumber hukum islam, Perbedaannya dengan

hadits, keontetikannya dan sifatnya.

2. Manfaat Penulisan

Diharapkan makalah ini bisa memberikan

kontribusi dalam perkembangan pendidikan kita.

3

Khususnya agar dapat terus menunjang pendidikan

terutama mata kuliah ushul fiqh., yang. mana

menjadi syarat untuk melanjutkan mata kuliah

(semester) selanjutnya.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penelitian yang penulis gunakan untuk

menyusun makalah ini adalah metode “studi pustaka”, yakni

metode dengan cara mengumpulkan informasi ataupun data-

data yang berkaitan dengan tema makalah penulis, baik

yang bersumber dari buku-buku maupun internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu;

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penulisan, tujuan

penulisan, rumusan masalah, batasan masalah,

metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

4

Pada Bab ini yang akan membahas berbagai macam bahasan

dimulai dari definisi, perbedaan, keotentikan, dan lain

sebagainya.

BAB III PENUTUP

Bab ini terdapat kesimpulan dari keseluruhan isi

makalah ini serta kritik dan saran bagi penulis untuk

pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisi sumber-sumber materi yang di

ambil untuk membuat makalah ini.

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Al-Qur’an

Secara etimologi menurut Al-lihyani, salah seorang

ahli Bahasa (Wafat 215) berpendapat bahwa kata Al-

Qur’an merupakan kata benda (mashdar) dari kata kerja

(fi’il) ا ن�� �رأ� -ق ة� رأ� � -ق رأ� � ق -ي� رأ� � .yang berarti membaca atau bacaan قKata ا ن�� �رأ� yang berwazan ق علان� bermakna ف� ول ع yakni مف� روء � yang مقberarti yang dibaca. Sedangkan menurut Az-zajjaj, kata

al-qur’an berasal dari kata رأ� � yang ألق memiliki artihimpunan. Asy’ari al-qur’an berasal dari رن� � yang قberarti menggabungkan.

Menurut Subhi As-salih, dari berbagai pendapat di

atas, pendapat Al-Lihyani lah yang didukung oleh jumhur

ulama karena dipandang paling kuat. Dengan dasar bahwa

al-qur’an sendiri juga menggunakan kata ن� رأ� � tanpa ق أل

6

dengan arti bacaan. Misalnya firman Allah SWT di dalam

QS. Al-Walqiah: 77

م ري�� ن� ك ق�رأ' ه ل ن� ,(77)أ- ون� ن� ك اب6 م ت� ي� ك (78) ف�

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab

yang terpelihara (LauhilMahfudz)”.1

Sedangkan secara terminologis, para ulama memberi

rumusan definisi yang beragam:

1. Menurut As-shabuni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan

Rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan

sampai kaepada kita dengan jalan tawattur (mutawattir), membacanya

merupakan ibadah yang di awali dengan surat Al-fatihah dan diakhiri

dengan surat An-Nas”.

2. Menurut Al-Zarqoni adalah:

“Al-Qur’an adalah kalam yang mengandung mu’jizat yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw. Tertulis dalam mushaf, dinukil dengan

cara mutawattir, dan membacanya bernilai ibadah”.2

1 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Al-Qur’an, Hal.1-2

2 Ibid, hal-3

7

Berdasarkan ulasan dan pengertian diatas dapat kita

simpulkan bahwa Al-qur’an adalah merupakan surat ilahi

atau kumpulan kalam Allah yang ke-4, setelah Taurat,

Zabur, dan Injil. Yang di beri nama oleh Allah dengan

sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan sekaligus

penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Diturunkan

kepada seorang Nabi bergelar “khatmun nabiyyin”, Makhluk

yang memiliki kesempurnaan, ketinggian derajat dan

kesucian jiwa, melalui malaikat Jibril. Membacanya

tentu bernilai ibadah dan mengamalkan isinya berhujung

kepada kebahagiaan zahir dan batin. Karena al-qur’an

adalah kitab yang memiliki asupan gizi yang sangat

tinggi tanpa batas bagi umat muslim bahkan diluar umat

muslim sekalipun, proteinnya tidak dapat terhitung

oleh siapapun karena bagi siapa orang yang terus

membaca, mendalami, memahami, dan mengamalkan isi

kandungannya maka jumlah protein yang masuk akan

semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan menyehatkan

anggota badan yang penuh dengan kemaksiatan. Al-Qur’an

juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW

yang bersifat permanen, keotentitasannya terjamin

terjaga, dan ajarannya bersifat konprehensif dan

universal, sesuai untuk segala waktu dan tempat (shalihun

li kulli makanin wa zamanin).

2.2 Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadits Nabawi dan Qudsi

8

Definisi Al-Qur’an telah dikemukakan di halaman

sebelumnya. Untuk mengetahui perbedaan antara Al-

Qur’an, hadits Nabawi dan hadits Qudsi, maka terlebih

dahulu kami akan mendefinisikan hadits Nabawi dan

Qudsi.

A. Hadits Nabawi

Secara bahasa bermakna “dhiddu al-qadim”(lawan

dari lama atau baru). Yang dimaksud dari hadits secara

umum adalah setiap kata-kata yang diucapkan dan dinukil

serta disampaikan oleh manusia, baik kata-kata itu

diperoleh melalui pendengaran atau wahyu ketika dalam

keadaan terjaga ataupun tidur. Dalam pengertian ini Al-

Qur’an juga bisa disebut hadits, seperti yang terdapat

dalam QS. An-nisa:87.

“Dan siapakah pula yang lebih benar perkataan (hadits)nya dari

pada Allah?’’.

Demikian juga apa yang terjadi ketika seseorang ketika

tidurnya, seperti yang termktub dalam QS.Yusuf:101

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan

kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku

sebahagian takbir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi.

9

Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam

keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh”.

Adapun secara istilah, hadits adalah apa saja yang

disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan,

perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya.3

Sementara para ahli ushul memberikan definisi

hadits yang lebih terbatas dari rumusan diatas, mereka

berpendapat bahwa hadits adalah”

“Segala perkataan Nabi saw yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan

hukum syariat”.

Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal

Nabi saw yang tidak mengandung misi kerur, makan,

minum,asulannya, seperti tentang berpakaian, berbicara,

tidur, makan, minum, atau segala yang menyangkut hal

ihwal Nabi, tidak termasuk hadits.4

B. Hadits Qudsi

Kata qudsi dinisbahkan kepada quds (kesucian).

Nisbah ini menunjukkan rasa ta’zhim (hormat akan

kebesaran dan kesuciannya), oleh karenanya kata itu

sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian secara

bahasa. Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan

3 Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.23-244 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Study Hadits, Hal.2-3

10

kepada Dzat yang Maha Suci, yaitu Allah swt. Secara

terminologis pengertian hadis qudsi terdapat dua versi.

1) Hadits qudsi merupakan kalam Allah Swt (baik dalam

substansi maupun struktur bahasanya), dan Nabi

hanya sebagai orang yang menyampaikan.

2) Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan

isi dari perkataan tersebut berasal dari Allah

SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai kalimat

الى) ع ه ي� ال ألل � ,(ق seperti contoh Hadits Qudsi yangdiriwayat oleh Abu Hurairah:

ن� Dد ظ � ا عت �� ن ع الى أ� ول ألل ه ي� ف� ه وسلم ، ي� ال رسول ألله صلي ألله علي� ه ق� ي� ألله عي� ي�Uرة� رض� و هر ب6 روى أ�ي�ر � ي� ملا� خ ه ف� � كرن ي� ملا� ذ� �ى� ف� رن� ك ن� ذ� س ي� وأ- ف� ي� ي� ه ف� � كرن س ه ذ� ف� ي� ي� �ى� ف� رن� ك ن� ذ� ا- � �ى� ق كرن� د� � ن� ن ا مع ه حي� �� ن ى� وأ� دى� ن6 عت6ه مي�

هما( حي� ي� صحي� ارى� ومسلم ف� خ� ه ألي6 رخ6 خ� 5 )أ�

C. Perbedaan ( Al-Qur’an, Hadits Nabawi, dan Qudsi)

Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan

hadits qudsi sebagai berikut:

5 http://wildanesia.blogspot.com/

11

Al-Qur’an Al-karim adalah kalam Allah yang

diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafadznya, dan

dengannya orang arab ditantang untuk membuat ayat

seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an

merupakan mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.

Sedangkan hadits qudsi tidak untuk menantang dan

tidak pula sebagai berfunsi sebagai mukjizat.

Al-Qur’an Al-karim dari Allah baik lafadz maupun

maknanya. Itulah wahyu. Adapun hadits qudsi

maknanya saja yang dari Allah, sedang lafadz

(redaksi)nya dari Rasulullah saw. Hadits qudsi itu

wahyu dalam makna, bukan dalam lafadz.

Membaca Al-Qur’an Al-karim merupakan ibadah,

karena itu dibaca dalam shalat.

“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur’an”. (QS.Al-

Muzammil:20). Untuk hadits qudsi tidak disuruh

membacanya di dalam shalat. Allah memberikan

pahala membaca hadits qudsi umum saja.6

Sedangkan hadits nabawi ada dua macam:

1. Tauqifi. Kandungannya diterima oleh Rasulull

ah dari wahyu, lalu dijelaskan kepada manusia

dengan kata-katanya.

2. Taufiqi. Yang bersifat tauqifi adalah

disimpulkan oleh Rasulullah saw, menurut

pemahamannya dalam Al-Qur’an atau mengambil

6 Syaikh Manna Al-Qatthan, Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an, hal.26-27

12

dengan istimbat dengan perenungan dan ijtihad.

Wahyu akan mendiamkannya jika simpulan itu

benar.

2.3 Otentitas Al-Qur’an Baik dari Penambahan atau

Pengurangan

Dalam KBBI autentik bermakna dapat dipercaya,

asli. Sedangkan Al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan

Malaikat Jibril. Jadi autentik Al-Qur’an ialah

semuanya adalah betul-betul dari Allah SWT murni dan

tidak ada keraguan didalamnya sesuai Firman Allah SWT

didalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat dua;

ق�رة : ن� ) ألب6 ي� ق� ه هدى للمب� ي� ي�Uب6 ف� لك� ألكث{ب6 لار (2 ذ�Artinya: Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan

padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Al-

Baqarah: 2)

Al-Qur’an merupakan perkataan Allah swt yang

diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui perantaraan

malaikat jibril, ke Autentitasan Al-Qur’an ini sudah

terbukti dari dahulu hingga sekarang, dan Allah telah

13

berjanji akan menjaga keasliannya Al-Qur’an ini sesuai

dengan firman allah swt dalam surah Al-Hijr ayat

sembilan;

ون� ) ألحج6ر : Dظ ا له لخا ف� ن� ا ألد� كروأ- لت� ر� حن� ي� ا ن� ن� (9أ- Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-

Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya. (Al-Hijr: 9)

Ummat islam semua sepakat bahwa kumpulan wahyu

Allah SWT yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW.

yang disebut Al-Qur’an dan yang termuat dalam mushaf

yang sering kita lihat dan baca baik yang terjemahan

ataupun bukan, kesemuanya itu adalah autentik (semuanya

adalah betul-betul dari Allah SWT.), dan semua wahyu

yang telah diturunkan dan diterima oleh Nabi Muhammad

SAW. dari Allah melalui Malaikat Jibril telah termuat

dalam Al-Qur’an. Keautenikan ini dapat kita buktikan

dari kehati-hatian para sahabat-sahabat Nabi SAW dalam

memeliharanya sebelum ia dibukukan dan dikumpulkan satu

persatu dari para sahabat-sahabat Nabi, dari dedaunan,

tulang belulang, pelapa kurma dan lain-lain. ini

terdapat dalam buku-buku sejarah Islam. Sebelum Al-

Qur’an ini di bukukan dan terkumpul menjadi sebuah

mushaf baik yang terjemahan ataupun bukan terjemahan.

14

Dan kehati-hatian para sahabat juga ketika

mengumpulkannya menjadi mushaf.

Al-Qur’an ini, 7”ia disampaikan dan disebarluaskan

secara periwayatan oleh orang banyak yang tidak mungkin

bersekongkol untuk berdusta. Bentuk periwayatan seperti

itu dinamai periwayatan secara mutawatir yang

menghasilkan suatu kebenaran yang tidak meragukan. Oleh

karena itu, Al-Qur’an itu bersifat autentik”.

Dalam pembukuan Al-Qur’an pada masa khalifa Abu

Bakar, pembukuan ini dilakukan secara teliti dan sangat

hati-hati, dan mencocokkan tulisan yang sudah ada

dengan Hafalan para penghafal, dan mengumpulkan para

penghafal-penghafal Al-Qur’an yang terpercaya yang ada

pada masa itu, dimana orang arab terkenal dengan

hafalan Al-Qur’an mereka yang kuat dan sangat luar

biasa, jadi wajar kalau misalkan di bumi Arab banyak

para hafiz Al-Qur’an baik anak-anak, dewasa dan orang

tua. Dan menurut sejarah, setelah pembukuan Al-Qur’an

tersebut lalu disimpan secara aman oleh Khalifah Abu

Bakar, Lalu pindah ke Tangan Umar ibn Khattab dan

setelah beliau wafat, pindah ketangan Hafsah binti

‘Umar (istri Nabi). Terakir diadakan pentashihan pada

masa khalifah ‘Usman sehingga menghasilkan satu naskah

yang autentik yang disebut mushaf Imam. Salinan dari

7 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqhi, hal 58

15

naskah (mushaf) itu dikirimkan ke kota-kota besar lain,

sedangkan yang selain dari itu, dibakar. Mushaf Imam

yang dijadikan standar itu dijadikan rujukan bagi

perbanyakan dan pentashihan berikutnya, sehingga

berkembang dalam bentuk aslinya sampai waktu ini.

Dengan demikian, dapat kita pastikan dengan seyakin

yakinnya bahwa seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam

Al-Qur’an baik dari segi lafaz dan wurud-nya adalah qath’i

(meyakinkan) serta tidak diragukan lagi.

2.4 Al-Qur’an Kitab Suci yang Konprehensif

Al-Quran merupakan kitab yang memang sudah tak

asing lagi bagi kalangan muslimin yang selalu mencari

dan menggali isi kandungan –Nya yang tak terhingga.

Bahkan tak sedikit non-muslim juga yang ikut andil

dalam mempelajari pengenalan  Al-Quran secara lebih

dalam. Sehingga, mereka mampu menerima karunia dan

rahmat tuhan dengan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Semuanya itu karena keagungan Al-Quran yang tak

ternilai dan  terhingga akan kekuasaan ilmu didalamnya.

Ada suatu perumpamaan yang menggambarkan bahwa

“Seandainya lautan dijadikan cairan tinta untuk

menuliskan isi kandungan ayat-ayat dalam Al-Quran maka

air laut itu pun tak akan pernah cukup  untuk

16

menuliskannya”. Itulah alasan, mengapa al-quran

dijadikan sumber utama untuk mendapatkan petunjuk dalam

kehidupan sehari-hari dan merupakan pedoman yang

berkompetensi untuk menanamkan keimanan serta

memudahkan setiap halnya dalam melakukan amar ma’ruf

Nahi mungkar dan hal-hal yang berkenaan dengan amal

sholeh. Dengan begitu selama kita mampu dan

berkeinginan untuk selalu berpegang teguh pada ajaran

al-quran yang haqiqi.

Al-quran memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan

segala sesuatu yang diberikan semaksimal mungkin tanpa

harus menyia-nyiakannya, bahkan umat manusia dituntun

untuk mengisi seluruh waktunya untuk mempelajari,

mentadabburi, dan mentafakkuri isi kandungan ayat al-

quran sehingga menimbulkan keinginan berintrospeksi

diri untuk selalu mendekatkan diri kepada sang maha

pencipta dengan melakukan berbagai amal kebaikan dan

menjauhi segala bentuk kemungkaran.

Sebelum kita menginjak pada pembahasan tentang

pentingnya al-quran menjadi sumber komprehensif

sepanjang masa dan tak kenal tempat dimana al-quran

didakwahkan atau diserukan, kemanapun al-quran

didakwahkan oleh setiap orangnya, setidaknya ada hal

yang perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya kita memahami

pentingnya waktu untuk digunakan dalam memperbanyak

amal ibadah, karena inilah kesempatan setiap orang

17

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana

yang telah dijanjikaan oleh Allah bahwa barang siapa

yanag berbuat kebaikan dengan mendekatkan diri kepada

Allah maka layaklah untuknya ridho-Nya dan memberi

kewenangan kepada orang tersebut untuk berbuat apa

saja  sepanjang ia berdzikir kepada Allah dan masih

mampu menjauhi kema’siatan, karena tuahan selalu

mengawasi kemanapun kita pergi dan dimanapun kita

berada.

            Sungguh, ridho Allah atas amal sholeh yang

telah dilakuakan merupakan sesuatu yang paling berharga

yang dapaat diberikan kepada seluruh manusia yanag

taat. Begitu juga dengan ilmu pengethuan dalam al-quran

yang telah disediakan bagi kalangan umat yang mau

berfikir itu dirancang oleh al-quran dengan melibatkan

akal dan qolbu. Oleh karena itu, Al-quran sebagai kitab

terpadu, mengahadapi dan memperlakukan manusia dengan

memperhatikan seluruh unsur manusiawi, jiwa, akal dan

jasmaninya.

            Disisi lain agar manusia tidak larut dalam

alam material, Al-quran menggunakan benda alam sebagai

tali penghubung untuk mengingatkan manussia akan

kehadiran Allah SWT dan bahwa segala sesuatu yang

terjadi sekecil apapun adalah dibwah kekusaan,

pengetahuan dan  pengaturan yang maha kuasa.

18

            Al-Quran menempuh berbagai cara untuk

mengantarkan manusia kepda kesempurnaan kemanusiaanya

antara lain dengan mengemukakan kisah afaktual dan

simbolik. Ada beberapa tujuan diturunkannnya Al-Quran

adalah  sebagai berikut :

1. Untuk membersihkan akal dan menyucikan jiwa

manusia dari segala bentuk kemungkaran serta

memntapakan keyakianan tentang keesaan yang

sempurna Tuhaan semesta alam.

2. Untuk mengajarkan kemnusiaan yang adil dan

beradab, yakni manusia meruoakan suatu umat yang

seharusnya dapat bekerja sama dalam pengbdian

kepada Allah dan tugas pengkholifahan.

3.  Untuk menciptakaan persatuan dan kesatuan, bukan

hanya antara suku bangsa, tettapi kesatuan alam

semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,

natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman

dan  rasio, kebenaran, kepribadian manusiaa,

kemerdekaan dan determinisme, sosial, politik dan

ekonomi, semuanya itu berada dalam kekuasaan Allah

SWT.

4.  Untuk mengajaka maanuisa berfikir dan bekerja

sama dalam bidang kehidupan bermasyarakat dan

bernegara melalui musyawarah dan mufakat yang

dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan.

19

5. Untuk mebasmi kemiskinan material dan spiritual,

kebodhan, penyakit, dan penderitaan hidup, serta

pemerasan manusia dalam bidang politik,

ekonomi,  dan juga agama.

6. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan

rahmat dn kasih sayaang dengaan menjadikan

keaadlian sosial sebaagai landasan pokok

kehidupaan masyarakat maanusia.

7. Untuk memberi jalan tengah antara falsafah

monopoli kapitalisme dengan falsfah kolektif

komunisme, mserta menciptakan manusia yanag ingin

menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

8.  Untuknmenekankan peranan ilmu dan tekonologi,

demi menciptakan satu peradaban yanag sejalan

dengan jati dir manusia dengan panduan dan paduaan

Nur Ilahi.8

8 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagai persoalan.

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Qur’an adalah sumber semua aspek kehidupan.

Berdasarkan pembahasan dan berbagai pengertian diatas

dapat kita simpulkan bahwa Al-qur’an adalah merupakan

surat ilahi atau kumpulan kalam Allah yang ke-4,

setelah Taurat, Zabur, dan Injil. Yang di beri nama

oleh Allah dengan sebutan Al-Qur’an. Kitab Penutup dan

sekaligus penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.

Diturunkan kepada seorang Nabi bergelar “khatmun

nabiyyin”, Makhluk yang memiliki kesempurnaan,

ketinggian derajat dan kesucian jiwa, melalui malaikat

Jibril. Membacanya tentu bernilai ibadah dan

mengamalkan isinya berhujung kepada kebahagiaan zahir

dan batin. Karena al-qur’an adalah kitab yang memiliki

asupan gizi yang sangat tinggi tanpa batas bagi umat

muslim bahkan diluar umat muslim sekalipun, proteinnya

tidak dapat terhitung oleh siapapun karena bagi siapa

21

orang yang terus membaca, mendalami, memahami, dan

mengamalkan isi kandungannya maka jumlah protein yang

masuk akan semakin menyadarkan jiwa yang hampa dan

menyehatkan anggota badan yang penuh dengan

kemaksiatan. Al-Qur’an juga merupakan salah satu

mukjizat Nabi Muhammad SAW yang bersifat permanen,

keotentitasannya terjamin terjaga, dan ajarannya

bersifat konprehensif dan universal, sesuai untuk

segala waktu dan tempat, apapun aspek atau permasalahan

yang kita dapat di alam dunia ini resep penyembuhan dan

sekaligus penyelesaiannya ada dalam Al-Qur’an Al-karim.

3.2 Kritik dan Saran

Penulis bukan yang selalu benar, maka oleh karena

itu penulis haus sekali dengan kritik dan saran yang

dapat membangun karakter penulis untuk lebih baik lagi

dalam menulis. Jika pembaca menemukan kesalahan dalam

penulisan atau pengetikan dan lain sebagainya, penulis

berharap kepada pembaca agar tidak sungkan-sungkan

untuk mengkritik sekaligus memberikan saran.

Penulis dapat dihubungi melalui email:

[email protected], [email protected],

[email protected].

22

DAFTAR PUSTAKA

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Al-Qur’an”.Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 1-3.

Sunan Ampel Tim Penyusun MKD IAIN.”Study Hadits”. Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press, 2011, hlm. 3-4.

Al-Qatthan, Syaikh Manna. “ Pengantar Study Ilmu Al-Qur’an”.Jakarta: Al-kaustar, 2006 hal. 23-24.

Web, Hadits. “Kumpulan dan Referensi Belajar Hadits”.http://wildanesia.blogspot.com/

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas pelbagaipersoalan. Jakarta: Lentera Hati. 1998. Hal.-(ebook).

Syarifuddin, Amir. “Ushul Fiqhi”. Jakarta: Kencana, 2009hal. 58