37
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2016 D I S U S U N Oleh KELOMPOK II 1. AYU ASHARI 2. NURA SAFITRA 3. ARINI ITAWARI 4. SRI MULIANI 5. ISNAWATI 6. DWIFAL NUARI FATIHA 7. ROBET JADI TUA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KATARAK

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK

DI RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDANTAHUN 2016

DISUSUN

Oleh

KELOMPOK II

1. AYU ASHARI

2. NURA SAFITRA

3. ARINI ITAWARI

4. SRI MULIANI

5. ISNAWATI

6. DWIFAL NUARI FATIHA

7. ROBET JADI TUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIATAHUN2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Gerontik Pada Tn.P Dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori Katarakdi

Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi

maupun cara penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini.   

Medan,  Mei 2016

                                                                                                           Penulis

BAB 1PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

              Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini

menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan.

Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

              Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat

dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan

merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap

negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004)

memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan

mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan

meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi

usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan mengejutkan

mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

              Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada

di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di

Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok

Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia

harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata

disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,

semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.

              Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan

mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal

1

2

jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia

tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat

berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang

Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40 -

55 tahun.

              Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara

mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena

proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data

statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55

persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak

(Irawan, 2008).

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan pada

Tn.P dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di Rumah Sakit Sari Mutiara

Medan.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem

Persepsi Sensori : Katarak

3

4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

1.3. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit diharapkan laporan kasus ini sebagai bahan masukan dalam

melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan Gangguan Sistem Persepsi

Sensori : Katarak

2. Bagi pasien diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan masukan

dalam  menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P Gangguan

Sistem Persepsi Sensori : Katarak

3. Bagi institusi diharapkan hasil penulisan laporan kasus ini sebagai bahan bacaan

dengan kegiatan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.P dengan

Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

6. Manfaat bagi penulis diharapkan hasil penulisan laporan ini sebagai Matahari

pengalaman langsung dan masukan tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.P

dengan Gangguan Sistem Persepsi Sensori : Katarak

BAB 2LANDASAN TEORITIS

2.1  Katarak

2.1.1   Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya

(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah

gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum

kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau

bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang

terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.1.2        Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm,

yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat

dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata

dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare

4

5

-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar

bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan

mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan

fovea sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu

yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke

area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai

suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.1.3   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

2.1.4   Klasifikasi Katarak

              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

6

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak

monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,

dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,

katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan

terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi

dangkal.

7

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan

lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat

mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

8

PATHWAY KATARAK

     2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak

Usia lanjut dan proses penuaan

Congenital atau

bisa diturunkan.

cedera mata Penyakit metabolik(misalnya

DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier

kesekitar daerah lensa)

Hilangnya tranparansi lensa

Perubahan kimia dlm protein lensa

koagulasi

mengabutkan pandangan

Terputusnya protein lensa disertai influks air kedalam lensa

Usia meningkat

Penurunan enzim menurun

Degenerasi pd lensa

KATARAK

Gangguan penerimaan

sensori/statusorgan indera

Menurunnya ketajaman

penglihatan

Gangguan persepsi sensori-

perseptual penglihatan

Kurang pengetahuan

Tidak mengenal

sumber informasi

Kurang

terpaparterhadap

informasi tentang

prosedur tindakan

pembedahan

CEMAS

prosedur invasive pengangkatan

katarak

Resiko tinggi terhadap infeksi

Post op Nyeri

Resiko Cedera

9

              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan

tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama

bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang

lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

2.1.6        Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.1.8.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

10

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya

bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.1.9.Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan

biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari

pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,

ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling

cocok bagi masing - masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut

untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam

penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk

lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang

berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia

local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang

cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan

draping bedah.

          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :

ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya

penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang

11

menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler

lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

2.2    Asuhan Keperawatan

       2.2.1. Pengkajian

            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar

terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu

Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan

merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan

air mata.

d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair

(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan

sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,

diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan

12

vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan

endokrin, diabetes (glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok.

Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan

merubah (Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien

dengan  penyakit katarak adalah:

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

13

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan berjalan (00088) berhubungan dengan adanya gangguan penglihatan (katarak)

Hambatan berjalan akan dapat dikontrol oleh klien setelah diberikan intervensi keperawatan selama 1x24 jam

NOC:

Fall prevention behaviour

Indikator:

a. Penggunaan alat bantu dengan benar

b. Tidak ada penggunaan karpet

c. Hindari barang-barang berserakan di lantai

NIC: Fall prevention

1. Identifikasi kebiasaan dan faktor-faktor yang mengakibatkan risiko jatuh

2. Kaji riwayat jatuh pada klien dan keluarga

3. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan terjadinya risiko jatuh (lantai licin)

4. Sediakan alat bantu (tongkat, walker)

5. Ajarkan cara penggunaan alat bantu (tongkat atau walker)

6. Instruksikan pada klien untuk meminta bantuan ketika melakukan perpindahan, joka

1. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan klien yang berpotensi mengakibatkan jatuh pada klien

2. Mengetahui penyebab jatuh klien agar untuk selanjutnya dapat dihindari

3. Memodifikasi lingkungan yang berisiko menyebabkan jatuh klien

4. Membantu klien untuk berjalan, agar dapat menghindari benda yang menghalangi klien ketika berjalan

5. Agar klien dapat menggunakan alat bantu dengan tepat

6. Bantuan dibutuhkan klien untuk melakukan

14

diperlukan7. Ajarkan pada

keluarga untuk menyediakan lantai rumah yang tidak licin

8. Ajarkan pada keluarga untuk meminimalkan risiko terjadinya jatuh pada pasien

mobilitas karena terganggunya penglihatan klien karena katarak

7. Lantai rumah yang licin dapat mengakibatkan klien tergelincir dan jatuh

8. Keluarga juga harus berperan serta dalam meminimalkan risiko terjadinya jatuh pada klien

2. Ansietas berhubungan dengan stress situasional akibat prosedur medis

Ansietas klien berkurang setelah dilakukan perawatan 1x24 jam

NIC: Anxiety self control

Indikator:

1. mencari informasi untuk mengurangi ansietas

2. menggunakan koping yang efektif

3. mengontrol respon ansietas

4. menggunakan teknik relaksasi untuk mengurani ansietas

NIC: Anxiety reduction

1. Berikan informasi faktual meliputi dignosa, prognosis, dan terapi sesuai kondisi klien

2. Dampingi klien untuk mengurangi ketakutan klien

3. Kaji respon kecemasan verbal maupun non

1. Agar klien dapat memperoleh informasi yang sesuai fakta

2. Pendampingan bertujuan agar klien tidak merasa sendiri sehingga menimbulkan ketakutan

3. Respon kecemasan digunakan untuk mengetahui adanya perubahan emosi pada

15

verbal klien

4. Gunakan komunikasi terapeutik dan pendekatan yang baik pada klien

5. Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi ansietas klien

6. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian obat untuk menurunkan kecemasan klien

klien4. Komunikasi

terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan mengurangi kecemasan klien akan terapi

5. Terapi non farmakologis digunakan untuk membuat klien nyaman sekaligus mengurangi kecemasan yang dialami klien

6. Obat-obatan digunakan jika kecemasan klien meningkat dan mengganggu kehidupan klien.

BAB 3STUDI KASUS

3.1.  PENGKAJIAN

3.1.1   Riwayat klien / Data Biologis

     Nama                                               :Tn.P

     Alamat                                             :Binjai

     Telp                                                 :-

     Tempat, Tanggal lahir/Umur            :Tanjung keliling,4 maret 1932          

Jenis kelamin                                   :Laki - Laki

     Suku                                                 :Jawa

     Agama                                              :Islam

     Status perkawinan                             :Duda

     Pendidikan                                        :-

     Alamat                                               :Binjai

     Orang yang paling dekat di hubungi   :Anak Kandung

3.1.2.Riwayat Keluarga

              Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, kemudian menantunya

mengantarkan kepanti sosial, dikarenakan tidak ada yang merawat Tn, P

dirumah.Anak perempuan sibuk bekerja dan mengurusi rumah tangganya sehingga

kurang memperhatikan Tn,P istrinya  sudah meninggal dunia dikarenakan

kelumpuhan. Setelah tinggal di panti sosial Tn.P menikah lagi dengan Ny,S yang

mana mereka bertemu dipanti sosial tersebut dan mereka pun tinggal bersama di

wisma Matahari, tetapi Tn.P mengatakan kalau dia hidup bersama dengan Ny.S hanya

sekitar 5 tahun. Karena Tn.P keluarga telah meninggal dunia pada umur 100 tahun

16

17

akibat kelumpuhan dan serangan jantung dan Tn,P keluargadikebumikan di kawasan

panti sosial tersebut.

3.1.3.Riwayat Pekerjaan

            Saat ini Tn.P tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.P bekerja

sebagai petani dan kadang - kadang Tn.P pun berjualan tape untuk memenuhi

kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.P tidak lagi sanggup

untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

3.1.4.Riwayat Lingkungan Hidup

Tn.P tinggal bersama anak dan menantunya, yang mana rumah terbuat dari

bambu dan atap dari rumbia, Rumah Tn.P tidak bertingkat, dan didalam rumah

terdapat dua kamar. Adapun jumlah orang yang ada di rumah Tn.P tersebut adalah 11

orang, yang mana 8 orang adalah cucu dari Tn.P dan 2 lagi adalah anak dan menantu

dari An.S sendiri. Tetangga terdekat Tn.P adalah Ny. A yang selalu membantu dikala

Tn.P mengalami kesulitan.

3.1.5.Riwayat Rekreasi

                 Tn.Pmempunyai hobi berjualan, Tn.P hidup dengan rukun bersama anak -

anaknya, Dalam keluarga Tn.P tidak mempunyai kegiatan rekreasi.

3.1.6.Sumber / Sistem pendukung yang di gunakan

            Bila Tn.P sakit, Tn.P berobat ke klinik yang tidak jauh dari tempat tinggal

jauh.   

3.1.7.Deskripsi hasil khusus (termasuk kebiasaan waktu tidur)

                 Sebelum tiggal dipanti, Tn,P tidak mempunyai kegiatan atau kebiasaan

waktu tidur. Setelah tinggal dipanti Tn,P tidur malam ± 7 - 8 jam dan siangnya Tn.P

menghabiskan waktunya untuk tidur dikamar dan akan bangun kalau waktu makan

saja.

18

3.1.8.Status kesehatan saat ini

                 Sejak satu tahun lalu Tn.P mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada.Tn.

Pmengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.P tidak tahu kenapa dia terus

mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah Tn.p berobat di klinik baru

Tn.Ptahu kalau Tn.P sakit hipertensi.Biasanya Tn.P mengonsumsi captopril 12, 5 mg

2x1 dan kalau sakit dadanya kumat Tn.P mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam

sehari.

                 Tn.P tidak pernah di imunisasi, danTn.P tidak ada riwayat alergi, baik

alergi terhadap obat maupun makanan.Tn.P makan 3x sehari dengan ½ porsi, Tn. P

mempunyai berat badan : 50 kg, Tn.P tidak punya masalah dalam mengkonsumsi

makanan.

3.1.9. Status kesehatan masa lalu

                 Tn.P tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di

rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.P mengatakan kalau Tn.P pernah mengalami trauma

yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.P terkena batang padi, sehingga

menyebabkan Tn.P tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.P juga mengatakan

sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.P tidak langsung berobat, karena pada waktu itu

menurut keteranganTn.P belum ada layanan kesehatan, jadi mata Tn.P hanya di obati

dengan obat kampung saja.

3.1.10. Riwayat keluarga

       Tn.P merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.Ptelah

meninggal dunia pada umur 70 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi. Dan ayah

dari Tn.P sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.P 13 tahun. Sedangkan

ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.P 35 tahun.

3.1.11. Pemeriksaan Fisik

19

a.         Vital sign

       TD    :190/100 Mmhg

       RR    :         28 x/i

       Pols   :         84 x/i

       Temp:          36 c

b.        Pemeriksaan lain

   Kepala

Bentuk kepala Tn.P bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak - acakan

dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau yang khas.Dan

Tn.P juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal pada kulit kepala.

    Mata

Tn.Pmengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan mata Tn.P

hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya trauma yang terjadi pada

Tn.P sehingga mengakibatkan mata kanannya tidak lagi berfungsi.Tn.Ptidak

menggunakan kacamata, sehingga dengan begitu Tn.Ptidak terlalu bisa melihat

dengan baik.

Fungsi penglihatan : terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah

kanan dan mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia

lanjut.

         Telinga

Pendengaran Tn.Ptidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.P tidak bisa mendengar

detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam telinga Tn.P tidak ada

keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.P juga tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

20

Fungsi pendengaran : tidak terlalu baik, karna Tn.P tidak lagi bisa mendengar

dengan baik dikarenakan usia Tn.P yang semakin bertambah.

           Hidung

Tn.P dapat mencium dengan baik.Didalam hidung tidak terdapat polip dan tidak

ada obstruksi didalam hidung.Dan didalam hidung Tn.P juga tidak ditemukan

adanya pendarahan maupun peradangan.

Fungsi Penciuman : baik, karna Tn.P masih bisa mencium dengan baik.

           Mulut

Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.P hanya tinggal 3 batang itu

pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak kotor dan pucat.Tn.P

mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan Tn.P mengalami kesulitan menelan.

Fungsi pengecapan : terganggu karna Tn.P sulit untuk mengunyah dikarenakan

gigi yang semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.P

           Leher

Pada leher Tn.Ptidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.Nyeri tidak

ada, dan pada leher Tn.P juga tidak ditemukan benjolan.

           Payudara

Ukuran dan bentuk payudara Tn.P normal. Dan tidak ditemukan adanya kelainan

pada payudara Tn.P Dan pada payudara Tn.P juga tidak ditemukan adanya

benjolan dan pembengkakan serta tidak ada keluar cairan dari putting susu.

           Pernapasan

Inspeksi : simetris kedua lapangan paru

Perkusi  : sonor kedua lapangan paru

Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru

Auskultasi :vesikuler kedua lapangan paru

21

           Kardiovaskuler

Tn.P sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.P sering

mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.P meminum neo

napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.P tidak lagi dapat berjalan

dengan baik, Tn.P berjalan bungkuk dan terdapat perubahan warna kaki pada Tn.P

           Gastrointestinal

Tn.P mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan Tn.Pjuga

mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati. Tetapi walaupun

Tn.Pmengalami disfagia tetapi Tn.P masih dapat mencerna makanan dengan baik,

walaupun sedikit demi sedikit.

           Musculoskeletal

Tn.Pmengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.P tidak mempunyai

masalah dengan cara berjalan. Tn.P masih bisa berjalan sendiri tanpa

menggunakan alat bantu seperti tongkat.

           Sistem saraf pusat

Tn.P mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.P mengatakan kalau

dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung. Karena semakin

meningkatnya usia maka Tn.P mengalami masalah pada memorinya, sehingga

Tn.P tidak mampu mengingat semua masa lalunya.

           Sistem endokrin

Tn.P mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat kembali jika

diberi respon, dan Tn.P juga menagalami perubahan pada rambut, rambut Tn.P

putih dengan uban.

           Integument

22

Tn.P mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu dikarenakan

karena Tn.P tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan dirinya, sehingga kulitnya

sering mengalami gatal - gatal.

           Psikososial

Tn.P mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.P juga

mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan hidupnya. Dan

Tn.P juga mengatakan kalau dia sering mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi.

3.2. Analisa Data

No                      Data            Etiologi      Masalah1. Ds : Klien mengatakan

pandangan tidak jelas, pandangan berkabut.

Do :visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

Penurunan tajam penglihatan

Penurunan persepsi sensori :

Penglihatan

2. Ds : Pasien mengatakan cemas dan takut.

Do : Nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit

Ansietas

3. Ds : Klien mengatakan tidak bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur.

Do : Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidakrapidan tampak acak - acakan.

Penurunan fungsi penglihatan

Gangguan perawatan diri

23

4. Ds : Klien mengatakan pedih di daerah mata.

Do: Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata

Luka dimata Nyeri

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4. Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha

memegang daerah mata.

24

3.4 Catatan Perkembangan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan

           3 April 2012 Penurunan persepsi sensori Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

S:   pasien mengatakan pandangan masih tak jelas

O:masih terdapat penurunan ketajaman penglihatan dan visus berkurang

A: masalah belum teratasiP : intervensi dilanjutkan

I :- Kaji ketajaman penglihatan

klien- Identifikasikan alternatif untuk

optimalisasi sumber rangsangan

- Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruangan

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat

- Berikan pencahayaan cukup- Letakkan alat ditempat yang

tetap- Hindari cahaya yang

menyilaukan - Anjurkan penggunaan

alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil.

E : masalah belum teratasiR : R/T dilanjutkan

S:pasien mengatakan sedikit tenang

O : pasien sudah  tenangA : masalah sedikit teratasiP : intervensi dilanjutkanI :

- Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.

- Gunakan suatu sistem pendekatan yang tenang dan meyakinkan klien.

- Jelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh klien, dan

25

Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.

berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya.

- Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara jujur dan berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya.

- Ingatkan pasien untuk minum obat tepat waktu.

E : masalah sedikit teratasiR : R/T dilanjutkan.

S : klien mengatakan pandangan masih kabur

O : klien tidak bisa bergerak banyak

A : masalah belum teratasiP : intervensi dilanjutkan.I :

- Terangkan pentingnya perawatan dan kebersihan diri pada klien

- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi.

- Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.

E : masalah belum teratasiR : intervensi dilakukan

S : pasien mengatakan pedih daerah mata

O : pasien meringis menahan sakitA : masalah sedikit teratasiP : intervensi dilanjutkanI :

- Kaji skala nyeri setiap hari- Anjurkan untuk melaporkan

perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak

- Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba - tiba yang dapat memprovokasi nyeri

- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi kepada klien

- Lakukan tindakan kolaboratif

26

untuk pemberian analgesic topical/sistemik.

E : masalah sedikit teratasiR : intervensi dilanjutkan

           4 April 2012 Penurunan persepsi sensori Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan pada lensa mata.

Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d nadi meningkat, tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering melamun.

S:   pasien mengatakan pandangan masih tak jelas

O:masih terdapat penurunan ketajaman penglihatan dan visus berkurang

A : masalah belum teratasiP : intervensi dilanjutkanI :

- Kaji ketajaman penglihatan klien

- Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi sumber rangsangan

- Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

- Orientasikan klien terhadap ruangan

- Letakkan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat

- Berikan pencahayaan cukup- Letakkan alat ditempat yang

tetap- Hindari cahaya yang

menyilaukan - Anjurkan penggunaan

alternatif rangsang lingkungan yang dapat diterima : auditorik, taktil.

E : masalah belum teratasiR : R/T dilanjutkan

S : pasien mengatakan sedikit tenang

O : pasien sudah  tenangA : masalah sedikit teratasiP : intervensi dilanjutkanI :

- Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.

- Gunakan suatu sistem pendekatan yang tenang dan meyakinkan klien.

- Jelaskan mengenai penyakit

27

Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

Nyeri b/d luka dimata d/d Wajah meringis menahan sakit, klien berusaha memegang daerah mata.

yang dialami oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk membangkitkan semangat hidupnya.

- Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara jujur dan berikan waktu untuk klien mengekspresikan perasaannya.

- Ingatkan pasien untuk minum obat tepat waktu.

E : masalah sedikit teratasiR : R/T dilanjutkan.

S : klien mengatakan pandangan masih kabur

O : klien tidak bisa bergerak banyak

A : masalah belum teratasiP : intervensi dilanjutkan.I :

- Terangkan pentingnya perawatan dan kebersihan diri pada klien

- Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah mandi.

- Secara bertahap libatkan klien dalam memenuhi kebutuhan diri.

E : masalah belum teratasiR : intervensi dilakukan

S : pasien mengatakan pedih daerah mata

O : pasien meringis menahan sakitA : masalah belum teratasiP : intervensi dilanjutkan.I :

- Kaji skala nyeri setiap hari- Anjurkan untuk melaporkan

perkembangan nyeri setiap hari atau segera saat terjadi peningkatan nyeri mendadak

- Anjurkan klien untuk tidak melakukan gerakan tiba - tiba yang dapat memprovokasi nyeri

- Ajarkan teknik distraksi dan

28

relaksasi kepada klien- Lakukan tindakan kolaboratif

untuk pemberian analgesic topical/sistemik.

E : masalah sedikit teratasiR : intervensi dilanjutkan

BAB 4PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis

jumpai antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada

Tn.P Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak diWisma Matahari UPT

Pelayanan Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan. Selanjutnya penulis akan

memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan asuhan keperawatan yang

meliputi : pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1  Pengkajian

Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam

mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun data

lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis

mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat, dan dokter yang merawat pasien atau

tim terkait.

4.2  Diagnosa keperawatan

        Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang  jelas tentang

masalah kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan.

Berdasarkan kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada

kasus dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.

Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :

1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,

kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

30

3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya

ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan

b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan

kognitif.

Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :

1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan b/d penurunan ketajaman penglihatan

d/d visus berkurang, penurunan ketajaman penglihatan, dan terdapat kekeruhan

pada lensa mata

2. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit d/d Nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, wajah tampak gelisah, wajah murung dan sering

melamun.

3. Gangguan perawatan diri b/d Penurunan fungsi penglihatan d/d Klien tidak dapat

banyak bergerak, kondisi tubuh tidak rapi dan tampak acak - acakan.

4.3 Perencanaan

              Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan

yang teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di

tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah

merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di yang

dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindaakan ini.

              Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan

kesulitan di karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan

orang -orang disekitar klien.

31

4.4.       Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh

perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung

adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat

oleh perawat.

Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan

berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan

penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien

selanjutnya.

4.5  Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan

dalam menggunakan proses keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam tahap

ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat d lihat

dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat berhasil

dengan baik.

BAB 5PENUTUP

5.1. Kesimpulan

            Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan

Keperawatan pada Tn.P dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak Di Wisma

Matahari UPT Pelayananan sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan hambatan

dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis. Hal ini

dikarenakan adanya kerjasama yang baik dari klien, orang terdekat dan tim medis

lainnya.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah

kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam tinjauan

teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan dalam tinjauan

kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.Karena selama tahap

pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan antara diagnosa dari

tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak dialami sepenuhnya oleh

pasien yang di kaji oleh penulis.

3. Intervensi

Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang sesuai

dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam melakukan 

perencanaan ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan kesulitan dikarenakan

semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah

disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan keadaan dan kondisi pasien.

33

4. Implementasi

Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis melanjutkan

kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan

dengan perencanaan yang berarti.Karena rencana tindakan yang dibuat dapat

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana dengan baik

dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang terdekat klien, dan

tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh sarana dan prasarana yang

ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan.

5. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap ini

penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat respon

dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan keperawatan yang di

berikan.Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi namun asuhan keperawatan

yang diberikan telah banyak membantu dalam mengatasi masalah pasien.

5.2.   Saran

1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya. Dan

kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura disarankan

untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya, pola

istirahatnya, dan sebagainya.

2. Kepada perawat  yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita

Wilayah Binjai - Medan. Disarankan untuk lebih teliti dan lebih memperhatikan

kondisi pasien. Serta selalu memantau kondisi pasien. Terutama dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan adanya kecermatan dan ketelitian

terhadap tindakan yang akan dilakukan.

34

3. Kepada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai - Medan

diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan dan memenuhi segala perawatan yang dibutuhkan oleh pasien.

4. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat

menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.

Salemba Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal

Bedah.EGC : Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html