Upload
unej
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Respirasi
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 2
1. Urifa (131510501204)
2. Ratih Ajeng (131510501221)
3. Rizky Maulidita P.H (131510501236)
4. Wildan Sukron (131510501205)
5. Ely Hidayatur R (131510501214)
6. Julik Kurnia H. (131510501216)
7. Handika Dwi A (131510501226)
8. Nabilla Hikmah (131510501231)
9. Devi Yuliana (131510501237)
10. Nurul Martha (131510501244)
11. Windy Primarta (131510501248)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti mengalami yang namanya
bernafas. Bernafas bukan hanya pertukaran udara namun
proses yang ada didalamnya. Proses yang terjadi adalah
perombakan zat-zat yang ada di dalam tubuh untuk
mendapatkan energi. Zat utama yang dirombak adalah
karbohidrat. Proses ini biasa disebut denga respirasi.
Tidak hanya manusia yang mengalami proses respirasi
namun tumbuhan juga mengalami respirasi.
Respirasi pada tumbuhan bukan hanya pertukaran O2
dan CO2 melainkan respirasi merupakan proses dari
oksidasi dan reduksi. Proses reduksi mengubah oksigen
atau O2 menjadi air dan di uapkan oleh tumbuhan.
Sedangkan poses oksidasi yaitu mengubah atau
mengoksidasi senyawa-senyawa yang ada menjadi CO2 dan
dilepaskan oleh tumbuhan. Respirasi memiliki proses
utama yaitu memobilitaskan senyawa-senyawa organik dan
mengoksidasi senyawa-senyawa tersebut secara terkontrol
atau terkendali untuk menghasilkan ATP atau energi yang
digunakan dalam perkembangan dan pemeliharaannya.
Respirsi pada tumbuhan berlangsung sepanjang waktu
karena respirasi pada tumbuhan tidak membutuhkan
cahaya. Terdapat dua macam respirasi, yitu respirasi
anaeron dan respirasi aerob. Respirasi aerob adalah
respirasi yang dalam penguraiannya membutuhkan oksigen
sehingga menghasilkan karbohidrat, air dan energi.
Sedangkan respirasi anaerob biasa disebut fermentasi
adalah respirasi yang dalam penguraiannya tidak
membutuhkan oksigen dan menghasilkan alkohol atau asam
laktat dan karbondioksida.
Respirasi aerob dalam melakukan kerjanya mlalui
empat tahap yaitu tahap glikollisis, dekarboksilasi
oksidatf piruvat, siklus krebs dan tranfor elektron.
Sedangkan fermentasi atau respirasi anaerob ada dua
yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi etanol. Laju
respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam adalah faktor yang
asalnya dari tubuh tumbuhan itu sendiri seperti jumlah
substrat respirasi, tipe tumbuhan dan jumlah plasmanya.
Sedangkan faktor luar berasal dari luar tubuh tumbuhan.
Faktor lingkungan terdiri dari suhu, jumlah O2, jumlah
CO2, kadar air dalam jaringan, cahaya, stimulus mekanik
dan luka serta garam-garam mineral yang ada disekitar.
1.2 Tujuan
1. Membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirsi
2. Menghitung volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi merupakan proses oksidasi dan reduksi.
Respirasi juga pertukaran satuan energi yang ditumpuk
dalam glukosa dg suatu perubahan kecil ATP yang lebih
praktis dan digunakan dalam pekerjaannya. Setiap
molekul glukosa di rombak menjadi karbon dioksida dan
air oleh respirasi dan menghasilkan 38 molekul ATP. CO2
merupakan fragmen molekul organik yang teroksidasi
(Campbell, 2002).
Menurut Pantastico dalam Paramita (2010),
respirasi dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu
pemecahan polisakarida menjadi gula yang sederhana,
oksidasi gula menjadi asam piruvat dan transformasi
piruvat dan asam organik secara aerobik menjadi air,
karbondioksida dan energi. Dalam pemecahan ini, lemak
dan protein berperan sebagai substrat sehingga glukosa
atau zat pati bisa mudah terurai.
Respirasi pada tumbuhan dapat dilakukan denan dua
cara yaitu proses respirasi secara aerob dan anaerob.
Proses respirasi dan fotosintesis memiliki hubungan
yang sangat erat sehingga keduanya saling berpengaruh
satu sama lain. Menurut Barbour et al. Dalam Martin dan
Ahadiati Rohmatiah (2010). Proses fotosintesis
merupakan suatu proses yang mengubah senyawa organik
dengan bantuan sinar matahari menjadi energi kimia.
Energi yang di dapat sebagian dikeluarkan melalui
proses respirasi yang digunakan untuk melakukan proses
metabolisme tumbuhan.
Jalur utama karbon dan metabolisme energi dalam
tanaman adalah fotosintesi dan respirasi. Proses
fotosintesis memanfaatkan energi cahaya, CO2 dan H2O
untuk mensintesis karbohidrat dan melepaskan atau
mengeluarkan O2. Respirasi memanfaatkan karbohidrat
yang dihasilkan dari proses fotosintesis untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan tumbuhan melalui
penyediaan karbon, mengurangi setara dan ATP. Proses
ini, pada dasarnya hanya melepaskan O2 dan menyerap CO2
lalu mengkonversiny kembali menjadi H2O (Vanlerberghe,
2013).
Kondisi lingkungan pada dasarnya berpengaruh
terhadap tumbuhan. Kondisi lingkungan yang berubah-ubah
dapat menimbulkan perubahan CO2 yang berpengaruh besar
terhadap kelangsungan proses fotosintesis dan
respirasi. Suhu yang tinggi merupakan tempat terjadinya
proses respirasi, jika proses ini menurun hal ini
disebabkan oleh penurunan enzim dan keterbatasan
substrat (Atkin dan Tjoelker dalam N.G Smith dan J.S
Dukes, 2011).
Menurut Andrew D. B. Leakey dkk. (2009),
Signifikansi dari seluler untuk skala biogeokimia
merupakan masalah mendasar dari iklim. Perubahan iklim
dapat mempengaruhi proses respirasi pada tumbuhan.
Dimana iklim berpengaruh besar terhadap kelembaban
udara, suhu, temperatur dan lain-lain. Temperatur yang
tinggi dapat mempengaruhi proses respirasi, hal ini
dikarenakan temperatur yang tinggi dapat meningkatkan
suhu di suatu daerah (Moaed Almeselmani, 2012). Suhu
mempengaruhi laju respirasi suhu 0°C, laju respirasi
rendah atau bahkan berhenti sedangkan pada suhu 30°C-
40°C laju respirasi menjadi mkasimal. Setiap
perkembangan dan jenis tanaman respon respirasinya
terhadap suhu berbeda. Pada tanaman tropis respirasi
maksima terjadi pada suhu 40°C dan tanaman pada daerah
sedang respirasinya maksimal pada suhu 30°C (Jumin,
1989).
Suhu yang tinggi dapat meningkatkan laju respirasi
sehingga penggunaan oksigen juga meningkat. Oksigen
akan meningkat sebesar 10% apabila suhu meningkat
sebesar 1°C. Menurut Boyd dalam Mawar dkk. (2012),
melalui proses respirasi dan bahan organik semua
organisme dapat mengonsumsi oksigen. Bahan organik
dapat meningkatkan proses respirasi yang merangsang
peningkatan serapan unsur hara sehingga meningkatkan
berat kering dan pertumbuhan tumbuhan (Adrinal dan
gusmini, 2011).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Ke
l
Perlakuan Volume
CO2
Volume O2 KR
1 Kacang tanah 21 3,53 59492 Kacang tanah 19,25 3,28 5869,903 Kacang panjang 49,1 3,53 13909,354 Kacang panjang 25 3,53 7082,15
Perhitungan Kelompok 2 :
Diket : V1 = 0 V2 = 3
Tanya : V O2 ?
Jawab :
VO2 = 3, 14 x 0,75 x 0, 75 x t
t = (V2 - V1)
= 3-0
= 3
VO2 = 3,14 x 0,75 x 0,75 x 3
= 3,28
Diket : VO2 = 3,28
VCO2 = 19,25
Tanya : KR. . .?
Jawab : KR = (VCO2 / VO2) x 1000
= ( 19,25 / 3,28) x 1000
= 3652,83
4.2 Pembahasan
Praktikum respirasi, diawali dengan menyiapkan
bahan dan alat-alat yang akan digunakan. Hal pertama
yang kita kerjakan adalah menimbang kristal NaOH
sebanyak 2 gram, kemudian memasukkannya ke dalam
respirometer. Respirometer yang sudah berisi NaOH
ditutupi dengan kapas setelah itu mengambil 2 kecambah
kacang tanah dan memasukkannya ke dalam respirometer.
Setelah keduanya dilakukan, metutup respirometer tapi
sebelum itu tutup respirometer diolesi dengan vaselin
dengan tujuan agar CO2 yang dilepaskan kecambah kacang
tanah tetap berada didalam dan CO2 yang dari luar tidak
masuk kedalam sehingga tidak terjadi kontaminasi.
Langkah selanjutnya, mengambil tinta cina dan
menyuntikkannya ke respirometer mulai dari angka 0 dan
mengamati jarak tinta tersebut dari angka 0 selama
selang waktu 10 detik. Jarak yang dilewatinya adalah
jumlah waktu yang dibutuhan O2 dan ini dapat digunakan
untuk menghitung jumlah O2 yang dikonsumsi. Langkah
berikutnya, mencatat waktu yang dibutuhkan, kemudian
membuka tutup respirometer, mengambil kapas dari dalam
respirometer dan menambahkan CaCl2 yang berfungsi untuk
mengendapkan CO2 yang terbentuk. CO2 yang sudah
mengendap dituangkan ke dalam tisu, kamudian endapan
tersebut diletakkan di tabung Erlenmeyer, kemudian siram
atau tetesi tisu tersebut dengan aquades sebanyak 300
ml. Air tetesan yang mengandung CO2 di tetesi dengan
pp 1% sebanyak 2 tetes. PP 1% ini berfungsi untuk
mengikat O2, ketika diberi pp 1%, warna dari larutan
tadi menjadi merah, kemudian dititrasi dengan HCl
sampai warnanya menjadi bening. Banyaknya HCL yang
dibutuhkan merupakan jumlah CO2 yang diikat.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
kemampuan setiap tumbuhan dalam berrespirasi berbeda
sehingga CO2 yang dihasilkan pun berbeda. Hal ini
terlihat dari jumlah O2 yang digunakan oleh kecambah
tanaman kacang tanah berbeda dengan kacang panjang. O2
yang digunakan oleh kecambah kacang tanah rata-rata
sebesar 20,25 dan CO2 yang dihasilkan rata-rata sebesar
4,405 sedangkan jumlah O2 yang digunakan oleh kecambah
kacang panjang rata-rata sebesar 37,05 dan jumlah CO2
yang dihasilkan rata-rata sebesar 3,53. Jumlah CO2 yang
dihasilkan dalam satu jenis saja berbeda.
Percobaan yang dilakukan oleh kelompok dua
menghasilkan volume CO2 sebesar 189,25 dan volume O2
sebesar 3, sehingga KR atau Kuosien respirasinya
sebesar 5652,83, sedangkan pada kelompok tiga
menghasilkan volume CO2 sebesar 49,1, volume O2 3,53
sehingga KRnya sebesar 13909,34. Menurut dari data
tersebut dapat kita ketahui bahwa jumlah O2 yang
dikonsumsi dan jumlah CO2 yang dikeluakan berbeda
antara tumbuhan yang satu dengan yang lain meskipun
mereka sejenis dari jenis kacang-kacangan. Hal ini
menunjukkan bahwa perkecambahan hipogeal dan epigeal
laju respirsinya berbeda.
Gambar 1. Perkecambahan epigeal dan hipogeal
Menurut Mahler (2003), Kuosien respirasi dapat
menunjukkan jenis metabolisme yang terjadi dan substrat
yang dioksidasi. KR yang diperoleh kurang dari satu
makan tanaman tersebut dapat dikatakan tanaman tersebut
kekurangan O2. KR yang kurang dari satu dapat dikatakan
bahwa semua CO2 yang dihasilkan respirasi digunakan
secara langsung oleh mikroorganisme. Menurut
Puspitaningrum (2012), laju respirasi dipengaruhi oleh
suhu. Suhu yang tinggi dapat meningkatkan laju
respirasi.
Respirasi adalah proses dimana semua organisme
memperoleh energi dari zat organik dalam kondisi aerobik
maupun anaerobik. Respirasi bias dibilang sebagai proses
pengambilan oksigen dari udara, yang digunakan untuk
mengurai rantai karbonhidrat didalam tanaman menjadi air dan
karbon. Karbon dioksida itu akan dilepas dan dikeluarkan ke
udara. Proses ini menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Proses ini akan terus berlangsung dan tidak dapat dihentikan
meskipun tanaman tersebut telah dipisahkan dari tanaman
induknya. Secara umum, proses respirasi digambarkan sebagai
berikut :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Glukosa + Oksigen Karbon dioksida + Air +
Energi
Respirasi pada tanaman bisa dilakukan secara aerob dan
anaerob. Proses respirasi aerob diperlukan O2 yang
dihasilkan oleh CO2 dan energi. Saat dalam keadaan
kekurangan oksigen (anaerob), jaringan pada tumbuhan
akan melakukan respirasi secara anaerob seperti pada
akar yang tergenang air.
Tahapan dalam proses respirasi tanaman dapat
dibedakan menjadi dua yaitu secara aerob dan anaerob.
Proses respirasi secara aerob dalam melakukan prosesnya
membutuhkan oksigen . Proses respirasi secara aerob
terdiri dari proses glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif piruvat, siklus kreb, dan transfer elektron.
Sedangkan, proses respirasi secara anaerob merupakan
proses respirasi yang tidak membutuhkan oksigen yang
bias adisebut dengan fermentasi. Proses respirasi ini
ada dua macam yaitu proses fermentasi alcohol dan
fermentasi etanol.
Tahap pertama dalam proses respirasi aerob, yaitu
glikolisis. Glikolisis adalah serangkaian reaksi yang
terjadi di sitosol, pada semua sel hidup. Reaksi
glikolisis terdiri atas sembilan tahap, dan dapat
dikelompokkan menjadi dua fase utama, yaitu fase yang
membutuhkan ATP dalam proses respirasinya dan fase yang
menghasilkan ATP. Tahap glikolisis tidak membutuhkan
oksigen. Proses glikolisis dijelaskan pada gambar
berikut :
Tahap pertama glikolisis diawali dengan
fosforilasi glukosa membentuk glukosa-6 fosfat (reaksi
1 ). Proses ini dapat dikatalis oleh dua macam enzim
yang berbeda. Glukosa-6 fosfat mengalami isomerisasi
menjadi fruktosa-6 fosfat (reaksi 2), kemudian
mengalami fosforilasi menjadi fruktosa-1,6-difosfat
(reaksi tiga). Fruktosa 1,6-difosfat dengan bantuan
aldolase, dipecah menjadi dua senyawa, yaitu
gliseraldehida 3-fosfat dan dehidroksiaseton fosfat,
yang mana nantinya senyawa dehidroksiaseton fosfat
mengalami isomerisasi menjadi gliseraldehida-3-fosfat
(reaksi 4).
Fase ke dua adalah oksidasi terhadap
gliseraldehida-3-fosfat menjadi 1,3 difosfogliserat
(reaksi 5). Reaksi ini menggunakan NAD+ sebagai
koenzimnya, dan mereduksinya menjadi NADH + H+. 1,3-
difosfogliserat merupakan senyawa berenergi tinggi
sehingga dengan bantuan fosfogliserat kinase dapat
membentuk 3-fosfogliserat dan ATP (reaksi 6). 3-
fosfogliserat kemudian berisomerisasi menjadi 2-
fosfogliserat (reaksi 7), yang selanjutnya diubah
menjadi fosfoenolpiruvat (reaksi 8). Akhirnya,
fosfoenol piruvat memindahkan fosfat energi tinggi pada
ADP membentuk ATP dan asam piruvat (reaksi 9).
Proses dekarboksilasi oksidatif juga terdapat pada
respirasi aerob. Ada tigga tahapan reaksi dalam proses
ini, yaitu pertama pelepasan CO2 dari asam piruvat,
kemudian proses oksidasi dengan melepaskan H2 yang
digunakan untuk mereduksi NAD+, dan terakhir
penggabungan dengan koenzim A.
Selain proses glikolisis dan pada respirasi aerob
terdapat Siklus kreb. Reaksi pertama siklus kreb ialah
penggabungan asetil KoA yang berasal dari dekarbonasi.
Oksidasi dengan asam oksaloasetat yang membentuk asam
sitrat dan membebaskan koenzim A. Selanjutnya, melalui
serangkaian reaksi yang melibatkan empat proses
oksidasi, asam oksaloasetat diregenerasi dari asam
nitrat. Berikut gambar penjelasan dari reaksi siklus :
Gambar diatas menjelaskan proses ini, untuk 1
asetil-KoA yang memasuki siklus kreb, dihasilkan 3 NADH
+ H+, 1 FADH2, 1 ATP (GTP), dan 2 CO2. Jadi, untuk 2
senyawa asetil-KoA yang memasuki siklus Krebs
dihasilkan 6 NADH + H+, 2 FADH2, 2 ATP (GTP), dan 4 CO2.
Tahap terakhir dari respirasi seluler aerob adalah
sistem transfer elektron. Tahap ini terjadi pada ruang
intermembran dari mitokondria. Tahap reaksi ini,
oksigen dapat terlibat langsung dalam reaksi. Reaksi
pertama, NADH mentransfer sepasang elektron kepada
molekul flovoprotein (FP). Transfer elekron mereduksi
flovoprotein, sedangkan NADH teroksidasi kembali
menjadi ion NAD+. Elektron bergerak dari flovoprotein
menuju sedikitnya enam akseptor elektron yang berbeda.
Akhirnya, elektron mencapai akseptor protein terakhir
berupa sitokrom a dan a3- Perhatikan gambar berikut :
Terlihat pada gambar, akseptor terakhir dari
rantai reaksi merupakan oksigen. Elektron berenergi
tinggi dari NADH dan FADH2 memasusiki sitem. Energi
elektron tersebut mengalami penurunan energi yang
digunakan untuk proses fosforilasi ADP menjadi ATP
sehingga satu molekul NADH setara dengan 3 ATP dan satu
molekul FADH2 setara dengan 2 ATP.
Selain respirasi aerob masih terdapat respirasi
anaerob. Respirasi anaerob merupakan proses repirasi
yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Respirasi
anaerob sering dinamakan fermentasi. Respirasi biasanya
terdapat pada tanaman dan persediaannya O2 bebas di
bawah minimum. Hasil dari respirasi anaerob pada
tanaman adalah berupa asam malat, asam oksalat, asam
lartarat, asam sitrat , asam susu.
Suatu proses respirasi pada dasarnya dipengaruhi
oleh dua faktor yang mempengaruhi laju respirasi yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
datangnya berasal dalam tumbuhan itu sendiri, dan juga
faktor eksternal yang berasal dari luar. Laju faktor
yang mempengaruhi meliputi ketersediaan substrat,
ketersediaan oksigen, suhu, yang mana kesemuanya
merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal
meliputi tipe dan umur tumbuhan itu sendiri.
Tumbuhan yang memiliki jumlah subtract yang
rendah, laju respirasi yang digunakan juga rendah,
begitu juga sebaliknya jumlah subtract yang tinggi laju
respirasi juga tinggi. Namun, ketersediaan subtrat yang
tidak diimbangi dengan aktivitas enzim laju respirasi
akan menurun kembali. Ketersediaan oksigen juga
mempengaruhi laju respirasi. Jumlah oksigen di dalam
udara tidak memiliki pengaruh yang banyak dalam
respirasi. Hal ini dikarenakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk melakukan proses respirasi lebih
sedikit dari pada jumlah oksigen yang ada di udara
namun tetap berpengaruh terhadap laju respirasi. Suhu
juga berpengaruh terhadap laju respirasi dan suhu
biasanya berkaitan dengan Q10, dimana laju reaksi
respirasi akan meningkat 10 kal setiap kenaikan 10
derajat C. Namun hal ini tergantung pada spesiesnya.
Sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan,
Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara
5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30
atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih
lambat, jadi Q10 mulai menurun.
Factor internal yaitu fakor tipe dan umur
tumbuhan. Antar spesies tumbuhan yang satu dengan yang
lain memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan
tumbuhan untuk berrespirasi berbeda. Tumbuhan muda
memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua.
BAB 5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Respirasi merupakan proses dimana semua organisme
memperoleh energi dari zat organik dalam kondisi aerobik
maupun anaerobik. Respirasi biasa dibilang sebagai proses
pengambilan oksigen dari udara, yang digunakan untuk
mengurai rantai karbonhidrat didalam tanaman menjadi air dan
karbon. Tahapan dalam proses respirasi ada dua yaitu
secara aerob dan anaerob. Proses respirasi secara aerob
adalah respirasi yang dalam melakukan prosesnya
membutuhkan oksigen. Proses respirasi secara aerob
terdiri dari proses glikolisis, dekarboksilasi
oksidatif piruvat, siklus kreb, dan transfer elektron.
Sedangkan, proses respirasi secara anaerob merupakan
proses respirasi yang tidak membutuhkan oksigen yang
biasa disebut dengan fermentasi( fermentasi alkohol dan
fermentasi etanol). Faktor yang mempengaruhi laju
respirasi yaitu faktor internal meliputi ketersediaan
substrat, ketersediaan oksigen, suhu dan faktor
eksternal meliputi tipe dan umur tumbuhan itu sendiri.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengumpulan laporan diberikan
selang waktu yang tidak terlalu pendek dan untuk bahan
DAFTAR PUSTAKA
Adrinal dan Gusmini. 2011. Pengaruh Pupuk Fosfor,Molibdenum Dan Pupuk Kandang Terhadap Serapan HaraNitrogen Dan Fosfor Serta Pertumbuhan TanamanKacang Tanah Pada Ultisol. Jerami 4 (1) 8-16
Leakey, Andrew D. B., Elizabeth A. Ainsworth, Carl J.Bernacchi, Alistair Rogers Stephen P. Long andDonald R. Ort. 2009. Elevated CO Effects On PlantCarbon, Nitrogen, And Water Relations: SixImportant Lessons From face. Experimental Botani 60(10) : 2859-2876
Campbell, Neil. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga
Jumin, H. Basri. 1989. Ekologi Tanaman Suara PendekatanFisiologis. Jakarta : CV Rajawali
Martin Luito dan A. Rohmatiah. 2013. Estimasi Biomassadan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun (Kasus KawasanTanaman Jati Unggul Nusantara (JUN) Desa Krowe,Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan). Agri-tek 14(1) : 1-23
Moed Almeselmani, P. S. D. dan Viswanathan C. 2012.Effects of Prolonged High Temperature Stress onRespiration, Photosynthesis and Gene Expression inWheath (Triticum aestivum L.) Varieties Differing intheir Thermotolerance. Plant Stress 6 (1) : 25-32
Paramita, Octavianti. 2010. Pengaruh Memar terhadapPerubahan Pola Respirasi, Produksi Etilen danJaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L.) Var GedongGincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan. Kompetisi Teknik2 (1) : 29-30
Puspitaningrum, Mawar, Munifatul I., dan Sri H. 2012.Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut oleh
Beberapa Tumbuhan Air. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20(1) : 47-55
Smith, Nicholas G. dan Dukes J. S. 2011. Plantrespiration and photosynthesis in global-scalemodels: incorporating acclimation to temperatureand CO2. Global Change Biology 19, (1) : 45–63
Vanlerberghe, G. C.. 2013. Alternative Oxidase: AMitochondrial Respiratory Pathway to MaintainMetabolic and Signaling Homeostasis during Abioticand Biotic Stress in Plants. Int. J. Mol. Sci.14 : 6805-6847
DOKUMENTASI
Gambar 1. Kecambah kacang panjangyang digunakan sebagaibahan percobaan