140
EFEKTIFITAS SISTEM LAHAN BASAH BUATAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN HIAS Iris pseudoacorus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Perikanan (S.Pi) Oleh : JIMMY PRAWIRA NIM 110254242058 JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI SEPTEMBER 2015

EFEKTIVITAS SISTEM LAHAN BASAH BUATAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK MENGGUNAKAN TANAMAN HIAS Iris pseudoacorus

  • Upload
    umrah

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

EFEKTIFITAS SISTEM LAHAN BASAH BUATAN

SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK

MENGGUNAKAN TANAMAN HIAS Iris pseudoacorus

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Perikanan (S.Pi)

Oleh :

JIMMY PRAWIRA

NIM 110254242058

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

SEPTEMBER 2015

ii

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Efektivitas

Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Domestik

Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus” adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Jika kemudian hari ternyata terbukti pernyataan saya ini tidak benar dan

melanggar peraturan yang sah dalam karya tulis dan hak intelektual maka saya

bersedia ijazah yang telah saya terima untuk ditarik kembali oleh Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

iv

RINGKASAN

JIMMY PRAWIRA (110254242058). Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus. Dibimbing oleh Tengku Said Raza’i S.Pi, M.P dan Nancy Willian S.Si, M.Si

Sebagai salah satu daerah otonomi yang sedang berkembang, penerapan

pengolahan limbah di kota Tanjungpinang sebaiknya mengimplementasikan

pengolahan dengan biaya rendah dan teknologi yang mudah dioperasionalkan

mengingat kurang efektinya beberapa IPAL yang telah dibentuk dikarenakan

mahalnya biaya operasional dan rumitnya sistem pengoperasian. Untuk mencapai

tujuan tersebut, pengolahan limbah dengan prinsip ekologis sangat direkomendasikan

mengingat karakteristik limbah domestik yang pada umumnya bersifat

biodegradable. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah tersebut adalah

Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetlands).

Tujuan dari Penelitian ini adalah Mengetahui efektivitas Iris pseudoacorus

dalam menyerap polutan yang terdapat dalam limbah air domestik dengan sistem

lahan basah buatan, mengetahui pengaruh variasi detensi waktu dan variasi biomassa

Iris pseudoacorus terhadap penurunan parameter limbah cair domestik serta

menganalisis pengaruh penurunan antar parameter selama berlangsungnya penelitian.

Penelitian dilaksanakan dengan merancang unit pengolah limbah dengan

sistem lahan basah buatan skala pilot di lahan kosong yang berada di areal komplek

perumahan Griya Hang Tuah Permai, Kecamatan Kijang Kencana, Kota

Tanjungpinang dengan sampel air limbah yang berasal dari saluran kolektor

v

perumahan tersebut. Penelitian dilaksanakan melalui dua tahapan, yakni penelitian

pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 dan penelitian utama

pada periode minggu ke II hingga minggu ke III bulan Mei 2015. Analisis Parameter

kualirtas air limbah dilaksanakan pada Laboratorium Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Batam serta Laboratorium Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

Pengaruh Variasi Detensi Waktu dan Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

terhadap Sistem Lahan Basah Buatan menunjukkan adanya penurunan konsentrasi

yang signifikan dari empat perlakuan yang diberikan, dimana konsentrasi terbesar

terdapat pada perlakuan pertama dan cenderung turun hingga perlakuan ke empat.

Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar nilai BOD,

COD, Nitrat dan Fosfat telah memenuhi standar baku mutu air limbah berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 pada waktu detensi 3 hari

dengan biomassa 800 gram

vi

Penulis lahir di Tanjungpinang pada tanggal 21

September 1993 dari Pasangan Baharuddin (alm) dan

Baitir (alm) yang merupakan anak bungsu dari enam

bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD)

di SD Negeri 003 Tanjungpinang pada tahun 2005,

kemudian diteruskan ke Sekolah Menengah Pertama

(SMP) di SMP Negeri 01 Tanjungpinang dan lulus pada

tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikannya ke

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Tanjungpinang dan lulus pada tahun

2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke Universitas

Maritim Raja ali Haji pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dengan

mengambil Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.

Penulis telah melakukan Praktek Lapangan dengan Mengindetifikasi

Tingkat Kesuburan Fitoplankton di Perairan Waduk Sei Pulai Kabupaten Bintan.

Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Program

Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di Desa Malangrapat Kabupaten Bintan pada

tahun 2014. Selema perkuliahan penulis pernah turut andil menjadi Asisten Dosen

pada mata kuliah Planktonologi dan Avertebrata Air. Selain menjadi Mahasiswa

pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan UMRAH, Penulis juga

mengabdikan dirinya sebagai Staff pada Unit Layanan Pengadaan Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau. Untuk meraih gelar kesarjanaan, penulis menyusun

Skripsi dengan judul “Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai

Alternatif Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris

Pseudoacorus”

RIWAYAT HIDUP

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul

“Efektifitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan

Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus” telah

dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Jurusan Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali

Haji Tanjungpinang

Penulis menyadari sebagai manusia pasti tidak akan pernah luput dari

kesalahan dan kekurangan, maka penulis sangat terbuka atas segala kritik dan

saran yang konstruktif dan bersifat membangun, demi penyempurnaan penulisan

laporan hasil Penelitian selanjutnya. Kepada seluruh pihak yang telah memberi

bantuan baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian penulisan Skripsi

ini penulis ucapkan terima kasih. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat luas.

Tanjungpinang, September 2015

Jimmy Prawira

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis sadar bahwa selama penelitian hingga akhir skripsi ini

terselesaikan karena adanya bantuan, dorongan kasih sayang dan semangat yang

diberikan oleh berbagai pihak, dan dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini

2. Kakak dan Abang yang selama ini mendoakan, mengasuh dan menyayangi

serta memberikan motivasi dan bantuan materil dengan setulus hati.

Semoga perjuangan ini menjadi suatu kebanggaan bagi kedua almarhum

Ibu dan Bapak.

3. Dosen Pembimbing : Tengku Said Raza’i S.Pi, M.P dan Nancy Willian

S.Si, M.Si yang telah banyak memberi arahan, dukungan, semangat dan

selalu meluangkan waktu kepada penulis untuk bertukar pikiran.

4. Dosen Penguji : Winny Retna Melani S.P M.Sc dan Andi Zulfikar S.Pi,

M.P yang banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Rekan-rekan seperjuangan yaitu : Intan Fitriani, Ratih Safitri, Desi

Megawati, Dwi Sri Wahyuningsih, Dewi Susanti, Desriana, Yustika

Anggraini, Mia Larasanti, Erwanda, yang selama ini membantu dalam

penelitian dalam bentuk waktu, tenaga dan fikiran

6. Rekan-rekan Mahasiswa Sore : Nazfar Tital, Evi Morina Sihombing, Eko

Widi, Nurhidayat, Qundang Tri Wijaya, Lamria Hotmian dan Novianti

ix

atas kebersamaannya melewati perkuliahan di tengah lelahnya setelah

bekerja seharian.

7. Rekan-rekan Kerja pada Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau : Fauzi Fadlil B.Sc, Ayub S.E, M.Si, Muhammad Faisal

Al-Hafis, Dyah Triharsih S.IP, Netty Porlena, Darma Saputra. atas bantuan

dan pengertiannya bagi penulis dalam menyelesaikan studi ini.

8. Semua pihak yang banyak membantu dan tidak bisa disebutkan satu

persatu, terima kasih untuk segala bantuannya semoga Allah SWT

membalas semua bentuk kebaikan dan ketulusan yang diberikan.

Akhir kata sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi

sesama, dan sebaik-baiknya karya adalah yang dapat bermanfaat bagi manusia dan

lingkunganya. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Tanjungpinang, September 2015 Yang menyatakan

JIMMY PRAWIRA

xii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... iii RINGKASAN .............................................................................................................. iv RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................................vii UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................................ x DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi ABSTRAK ................................................................................................................ xvii ABSTRACT ............................................................................................................ xviii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Permasalahan ......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................

A. Tinjauan Umum Limbah Cair Domestik .............................................. 6

B. Karakteristik Limbah Cair Domestik .................................................... 8

1. Karakteristik Fisik........................................................................... 8

2. Karakteristik Kimia .................................................................... 11

3. Karakteristik Biologi .................................................................... 17

C. Komposisi Limbah Cair Domestik ...................................................... 18

D. Standar Baku Mutu Limbah Cair Domestik ....................................... 20

E. Sistem Lahan Basah Buatan ................................................................ 21

F. Tipe Sistem Lahan Basah Buatan ........................................................ 22

1. Free Water Surface Flow ............................................................. 22

xi

2. Subsurface Flow System ................................................................ 24

G. Prinsip Dasar Sistem Lahan Basah Buatan ......................................... 26

H. Komponen Sistem Lahan Basah Buatan ............................................. 32

I. Tanaman Iris pseudoacorus ................................................................. 35

J. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 38

III. METODE PENELITIAN ...............................................................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 39

B. Tipe Penelitian ...................................................................................... 39

C. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 41

D. Definisi Operasional ............................................................................. 42

E. Metode Penelitian ................................................................................. 42

1. Kerangka Kerja ............................................................................. 42

2. Prosedur Penelitian ....................................................................... 46

a. Perancangan Lahan Basah Buatan ....................................... 46

b. Aklimatisasi Tanaman Percobaan ........................................ 48

c. Penelitian Pendahuluan ......................................................... 49

d. Penelitian Utama ................................................................... 50

3. Rancangan Penelitian ................................................................... 51

4. Analisis data .................................................................................. 54

a. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan .............................. 54

b. Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap ......................... 54

c. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov .................................. 55

d. Uji Homogenitas Bartlett ...................................................... 56

e. Uji Beda Nyata Jujur/ Uji Tukey .......................................... 57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Limbah Cair Domestik .................................................. 58

B. Pengaruh Variasi Detensi Waktu ........................................................ 63

1. Penurunan Parameter Air Limbah .............................................. 63

xii

a. Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov .................... 65

b. Uji Homogenitas Bartlett ...................................................... 66

c. Uji One Way Anova .............................................................. 67

d. Uji Beda Nyata Jujur/ Uji Tukey .......................................... 68

e. Uji Regresi Linear Berganda ................................................ 69

2. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan ...................................... 74

C. Pengaruh Variasi Biomassa Iris Pseudoacorus ................................. 78

1. Penurunan Parameter Air Limbah ............................................... 78

a. Uji Asumsi Normalitas Kolmogorv Smirnov ....................... 79

b. Uji Homogenitas Bartlett ....................................................... 80

c. Uji One Way Anova ............................................................... 81

d. Uji Beda Nyata Jujur/ Uji Tukey ........................................... 82

e. Uji Regresi Linear Berganda ................................................. 83

2. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan ...................................... 86

D. Penerapan Sistem Lahan Basah Buatan sebagai Alternatif

Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias

Iris pseudoacorus .................................................................................. 89

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 91 B. Saran ....................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. xix

LAMPIRAN ....................................................................................................... xxii

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sifat Fisik Limbah Cair ..................................................................... 08

2.2 Perbandingan konsentrasi BOD dan COD pada beberapa Jenis Air ... 12

2.3 Jenis Zat Organik/Inorganik yang Tidak atau Dapat Dioksidasi ......... 13

3.1 Jadwal Penelitian .............................................................................. 40

3.2 Dimensi Lahan Basah Buatan............................................................ 46

3.3 Penyusunan Media Tanam ................................................................ 46

3.4 Tabel Rancangan Penelitian Variasi Detensi Waktu .......................... 52

3.5 Tabel Rancangan Penelitian Variasi biomassa Iris pseudoacorus ...... 53

3.6 Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap ............................................ 55

3.7 Tabel pembanding Kolmogorov-Smirnov ......................................... 56

4.1 Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus ....................... 58

4.2 Konsentrasi awal Beberapa Parameter Limbah Domestik .................. 60

4.3 Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan . 63

4.4 Hasil Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov ......................... 65

4.5 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Bartlett ............................................ 66

4.6 Hasil Uji One Way Anova ................................................................ 67

4.7 Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey ........................ 68

4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda parameter BOD .......................... 70

4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda pamater COD ............................. 72

4.10 Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji ...................................... 74

4.11 Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan 78

4.12 Hasil Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov ........................ 79

4.13 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Bartlett ........................................... 80

4.14 Hasil Uji One Way Anova ............................................................... 81

4.15 Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey ....................... 82

4.16 Hasil Uji Regresi Linear Berganda parameter BOD ......................... 84

4.17 Hasil Uji Regresi Linear Berganda pamater COD ............................ 85

4.18 Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji ...................................... 86

4.19 Efektfitas sistem lahan basah buatan ................................................ 88

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Komposisi Komponen Penyusun Limbah Domestik .......................... 20

2.2 Perbedaan Penggunaan Tanaman dalam Sistem Lahan Basah Buatan 23

2.3 Tipe Aliran Sistem Lahan Basah Buatan ........................................... 25

2.4 Zona Rizosfer Akar Tanaman Akuatik .............................................. 30

2.5 Zona Aerob dan Anaerob pada Sistem Perakaran Tanaman Air ......... 32

2.6 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 38

3.1 Kerangka Kerja ................................................................................. 43

3.2 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 44

3.3 Sketsa Lahan Basah Buatan............................................................... 47

3.4 Setting Perlakuan Variasi Detensi Waktu ....................... 52

3.5 Setting Perlakuan Variasi Biomassa Iris pseudoacorus...................... 52

4.1 Grafik Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus ............ 60

4.2 Grafik Tahapan/Fase Pertumbuhan Bakteri ....................................... 75

4.3 Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji ....................................... 76

4.4 Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji ....................................... 87

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Pengukuran Studi Pendahuluan ............................................... 96

2. Hasil Pengukuran Effluent Variasi Detensi Waktu .......................... 100

3. Hasil Pengukuran Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus .... 104

4. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov .......................... 109

5. Perhitungan Uji Homogenitas Bartlett .............................................. 113

6. Perhitungan Uji One Way Anova ...................................................... 117

7. Perhitungan Uji Beda Nyata Jujur ..................................................... 121

8. Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda ........................................ 125

9. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 129

ABSTRAK

Prawira, Jimmy. 2015. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris Pseudoacorus, Skripsi. Tanjungpinang : Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I : Tengku Said Raza’i S.Pi, M.P Pembimbing II : Nancy Willian S.Si M.Si

Penelitian terkait kemampuan tumbuhan air Iris pseudoacorus dalam sitem lahan basah buatan sebagai unit bioremediator diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan terkait pengolahan limbah domestik terutama pada areal pemukiman di wilayah perkotaan yang relatif terkonsentrasi. Tujuan dari Penelitian ini adalah mengetahui efektivitas Iris pseudoacorus dalam mendegradasi polutan yang terdapat dalam limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan. Penelitian tersebut dilatar belakangi oleh perlunya upaya minimasi limbah dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendapatkan berbagai alternatif teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan merancang reaktor lahan basah buatan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan biomassa tanaman Iris pseudoacorus dan perbedaan detensi waktu. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar nilai BOD, COD, Nitrat dan Fosfat telah memenuhi standar baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 pada waktu detensi 3 hari dengan biomassa 800 gram

Kata Kunci : Efektivitas, Limbah Domestik, Iris pseudoacorus

ABSTRACT

Prawira, Jimmy. 2015. Effectiveness Of Artificial Wetland Systems As An Alternative Of Domestic Waste Treatment Using Iris Pseudoacorus, Undergraduated Thesis. Tanjungpinang : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Marine Science and Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Advisor : Tengku Said Raza’i S.Pi, M.P Co-Advisor : Nancy Willian S.Si M.Si

Research on the ability of aquatic plants Iris pseudoacorus in wetland

system as a unit bioremediator, expected to resolve problems related to the processing of domestic waste , especially in residential areas in urban areas that was relatively concentrated. The aim of this study was to determine the effectiveness of Iris pseudoacorus in degrading pollutants contained in domestic waste water with artificial wetlands system. The research was motivated by the need for waste minimization efforts of aspects of science and technology in order to get a variety of alternative waste treatment technology that is effective and efficient.

This study was an experimental study by designing reactors artificial wetlands. The study used completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The treatment used the difference of detention time and Iris pseudoacorus biomass. The final results of this study showed that decreased levels of the value of BOD, COD, Nitrate and Phosphate has reach the quality standard of waste water based on the Regulation of the Minister of Environment No. 5 of 2014 in 3 days detention time with 800 grams of biomass

Key Words : Effectiveness. Domestic Waste, Iris Pseudoacorus

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota

besar sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal berupa

perumahan. Hal tersebut dikhawatirkan dapat memicu peningkatan air limbah

domestik di lingkungan pemukiman untuk masa yang akan datang, dimana hal ini

nantinya berdampak potensial terhadap pencemaran lingkungan perairan.

Meningkatnya jumlah air limbah domestik yang tidak diimbangi dengan

peningkatan badan air penerima baik dari aspek kapasitas maupun kualitasnya,

menyebabkan jumlah air limbah yang masuk ke dalam badan air tersebut dapat

melebihi daya tampung maupun daya dukungnya (Effendi, 2003).

Kota Tanjungpinang yang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau

memiliki persoalan penanganan air limbah domestik yang sama dengan kota-kota di

Indonesia. Pembangunan areal pemukiman yang cukup pesat di kota Tanjungpinang

terutama di Kecamatan Tanjungpinang Timur tentunya memerlukan penanganan air

limbah domestik yang cukup memadai.

Penanganan air limbah domestik Kota Tanjungpinang selama ini dilakukan

dengan 2 cara, yakni untuk blackwater dialirkan ke tangki septik dan greywater

dialirkan ke drainase tanpa pengolahan. Belum adanya peraturan di Indonesia yang

menjelaskan mengenai penanganan limbah greywater menyebabkan sering kali

masyarakat membuang limbah greywater ini pada saluran terbuka sehingga

menimbulkan bau tidak sedap dan genangan pada saluran drainase rumah-rumah

2

penduduk, contoh konkrit dari permasalahan ini dapat dilihat pada beberapa

kompleks Perumahan di Kota Tanjungpinang.

Untuk mengantisipasi potensi dampak tersebut, maka perlu upaya minimasi

limbah baik itu dari aspek kebijakan pemerintah daerah dalam rangka menekan

jumlah air limbah domestik yang dihasilkan maupun dari aspek ilmu pengetahuan

dan teknologi guna mendapatkan berbagai alternatif teknologi pengolahan limbah

yang efektif dan efisien.

Sebagai salah satu daerah otonomi yang sedang berkembang, penerapan

pengolahan limbah di kota Tanjungpinang sebaiknya mengimplementasikan

pengolahan dengan biaya rendah dan teknologi yang mudah dioperasionalkan

mengingat kurang efektinya beberapa IPAL yang telah dibentuk dikarenakan

mahalnya biaya operasional dan rumitnya sistem pengoperasian. Untuk mencapai

tujuan tersebut, pengolahan limbah dengan prinsip ekologis sangat

direkomendasikan mengingat karakteristik limbah domestik yang pada umumnya

bersifat biodegradable. Salah satu alternatif sistem pengolahan air limbah tersebut

adalah Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetlands).

Keberadaan lahan basah buatan dapat memberikan pengaruh yang baik

karena proses pengolahan limbah yang terjadi mencontoh proses penjernihan air

yang terjadi di lahan basah atau rawa (wetlands). Pengolahan limbah dengan sistem

lahan basah buatan melibatkan tumbuhan air yang berperan penting dalam proses

pemulihan kualitas air limbah secara alamiah melalui mekanisme absorbsi bahan-

bahan yang larut di dalam air limbah maupun kemampuannya untuk bersimbiosis

dengan mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah terutama di daerah

3

rhizosphere (Supradata, 2005). Berdasarkan rata-rata kondisi iklim Kota

Tanjungpinang yang potensial untuk mendukung pertumbuhan dan transpirasi

tanaman sepanjang tahun, maka pengolahan air limbah menggunakan sistem lahan

basah buatan diperkirakan dapat berjalan dengan optimal.

Iris pseudoacorus telah diketahui di berbagai negara sebagai aset berharga

dalam metode penjernihan air yang murah dan efektif. Berdasarkan morfologinya,

Iris pseudoacorus sangat cocok untuk pengolahan limbah dengan sistem lahan

basah buatan. Iris pseudoacorus memiliki sistem perakaran yang banyak dan cukup

kuat untuk menyerap zat organik. Selain itu Iris pseudoacorus dapat menyerap

unsur hara lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan dan

menyimpannya dalam jaringannya dibanding tanaman air lainnya (Haimin Wuet all

dalam Suswati, 2012). Sedangkan penelitian terkait efektivitas pemanfaatan Iris

pseudoacorus dengan sistem lahan basah buatan sebagai pereduksi polutan dari air

limbah domestik masih sangat sedikit.

Dengan mempertimbangkan beberapa aspek tersebut diatas maka penelitian

terkait kemampuan tumbuhan air Iris pseudoacorus dalam sitem lahan basah buatan

sebagai unit bioremediator diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan terkait

pengolahan limbah domestik terutama pada areal pemukiman di wilayah perkotaan

yang relatif terkonsentrasi. Dengan melihat kemampuan persentase eliminasi

beberapa parameter limbah domestik yang mengacu pada Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2014 maka akan dapat ditarik kesimpulan

terkait efektifitas sistem lahan basah buatan sebagai alternatif pengolahan limbah

domestik menggunakan tanaman hias Iris pseudoacorus.

4

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu belum diketahuinya kemampuan dari tanaman Iris

pseudoacorus dalam menyerap polutan dari limbah cair domestik. Atas dasar hal

tersebut, maka beberapa hal yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efektivitas Iris pseudoacorus dalam menyerap polutan yang

terdapat dalam limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan ?

2. Bagaimana pengaruh variasi detensi waktu terhadap penurunan parameter

limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan?

3. Bagaimana pengaruh variasi biomassa Iris pseudoacorus terhadap penurunan

parameter limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan?

4. Bagaimana pengaruh penurunan antar parameter selama berlangsungnya

penelitian ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektivitas Iris pseudoacorus dalam menyerap polutan yang

terdapat dalam limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan

2. Mengetahui pengaruh variasi detensi waktu terhadap penurunan parameter

limbah air domestik dengan sistem lahan basah buatan

3. Mengetahui pengaruh variasi biomassa Iris pseudoacorus terhadap

penurunan parameter limbah air domestik sistem lahan basah buatan

4. Mengetahui Pengaruh penurunan antar paramater selama berlangsungnya

penelitian.

5

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan adalah dapat dijadikan bahan masukan dalam

melakukan kajian limbah tentang pemanfaatan lahan basah untuk mengurangi

kadar polutan dalam limbah cair domestik

2. Manfaat bagi pemerintah adalah untuk pengurangan beban limbah ke

perairan, mengurangi biaya kerusakan lingkungan dan sebagai upaya

menjaga keberlanjutan lingkungan terutama sistem perairan

3. Manfaat bagi masyarakat adalah memberikan alternatif teknologi tepat guna,

aplikatif, dan murah operasional untuk mengolah air limbah dengan

mengoptimalkan penggunaan lahan disekitar perumahan.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Air Limbah Domestik

Air limbah domestik (domestic waste water) adalah air buangan dari

masyarakat, rumah tangga, industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya

(Sutapa DAI, 1999). Di dalam limbah cair terkandung zat-zat pencemar dengan

konsentrasi tertentu yang bila dimasukkan ke badan air dapat mengubah kualitas

airnya. Kualitas air merupakan pencerminan kandungan konsentrasi makhluk hidup,

energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air. Limbah cair mempunyai

efek negatif bagi lingkungan karena mengandung zat-zat beracun yang mengganggu

keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya

(Sutapa DAI, 1999).

Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air

kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran tersebut merupakan

campuran dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk

partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam

keadaan terapung dan dalam bentuk kolloid dan setengah kolloid (Martopo, 1987).

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku

Mutu Air Limbah Domestik yang dimaksud dengan air limbah domestik adalah air

limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah

makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

Volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400

liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari

rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci

7

otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair

sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan

perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah (Soeparman, 2002).

Penanggulangan pencemaran limbah domestik, terutama yang berasal dari

rumah tangga sangatlah rumit. Di satu sisi jumlah limbah terus bertambah dengan

meningkatnya jumlah penduduk, disisi lain kemampuan penjernihan air dan tempat

pembuangan sampah makin terbatas serta rendahnya pendidikan dan kebiasaan

menggunakan air tercemar dalam kegiatan sehari-hari (Soemarwoto, 1983).

Limbah domestik yang masuk ke perairan terbawa oleh air selokan atau air

hujan. Bahan pencemar yang terbawa antara lain feses, urin, sampah dari dapur

(plastik, kertas, lemak, minyak, sisa-sisa makanan), pencucian tanah dan mineral

lainnya. Perairan yang telah tercemar berat oleh limbah domestik biasanya ditandai

dengan jumlah bakteri yang tinggi dan adanya bau busuk, busa, air yang keruh dan

BOD5 yang tinggi (Mutiara, 1999).

Akibat yang ditimbulkan oleh limbah dapat bersifat langsung dan tidak

langsung. Bersifat langsung misalnya, penurunan atau peningkatan “temperatur dan

pH” yang menyebabkan terganggunya flora dan fauna serta sifat fisika atau kimia

daerah pembuangan, sedangkan akibat tidak langsung adalah defisiensi oksigen.

Dalam proses perombakan limbah diperlukan oksigen yang ada di sekitarnya,

akibatnya daerah pembuangan limbah kekurangan oksigen (Kasmidjo, 1991).

Limbah cair ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu limbah cair kakus yang

umum disebut black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water.

Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun sebagian

8

dibuang langsung ke sungai, sedangkan gray water hampir seluruhnya dibuang ke

sungai-sungai melalui saluran (Mara, 2004).

B. Karakteristik Limbah Cair Domestik

Secara umum menurut Puji dan Rahmi (2010) sifat air limbah domestik

terbagi atas tiga karakteristik, yaitu karakteristik fisik, kimia, dan biologi.

1. Karakteristik fisik

Sifat fisik limbah cair rumah tangga dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Sifat Fisik Limbah Cair Rumah Tangga

Sifat-sifat Penyebab Pengaruh Cara mengukur

Suhu

Kondisi udara sekitarnya, air panas yang dibuang kesaluran dari rumah maupun industri

Mempengaruhi kehidupan biologis kelarutan oksigen/gas lain. Juga kerapatan air, daya viskositas dan tekanan permukaan.

Skala celcius atau fahrenheit

Kekeruhan

Benda-benda tercampur seperti limbah padat, garamtanah iat, bahan organik yang halus dari buah-buahan asli, algae, organisme kecil

Memantulkan sinar, jadi mengurangi produksi oksigen yang dihasilkan tanaman. Mengotori pemandangan dan menggangu kehidupan dalam air.

Pembiasan cahaya dan enyerapan pada perubahan skala standar

Warna

Benda terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan tanaman (kulit, gula, besi), buangan industri.

Umumnya tidak berbahaya dan berpengaruh terhadap kualitas keindahan air

Penyerapan pada perubahan skala standar

Bau

Bahan volatile, gas terlarut, selalu hasil pembusukan bahan organik, minyak utama dari mikroorganisme.

Petunjuk adanya pembusukan air limbah, untuk itu perlu adanya pengolahan, merusak keindahan

Kepekaan terhadap bau dari manusia terhadap tingkat dari bau

Rasa Bahan penghasil bau, benda terlarut, dan beberapa ion.

Mempengaruhi kualitas keindahan air

Tidak di ukur pada air limbah

Benda padat Benda organik dan an organik yang terlarut ataupun tercampur

Mempengaruhi jumlah organik padat, garam, juga merupakan petunjuk pencemaran /kepekatan limbah meningkat.

Teknik analisis grafitasi, jumlah zat padat, SS, DS,TSS.

9

a. Padatan (Solid)

Limbah cair mengandung berbagai macam zat padat dari material yang kasar

sampai dengan material yang bersifat koloidal.Dalam karakterisasi limbah cair

material kasar selalu dihilangkan sebelum dilakukan analisis contoh tehadap zat

padat. Macam-macam klasifikasi padatan sebagaimana tercantum pada Tabel 2.2

Tes standart untuk padatan terendap, dengan cara memasukan contoh

kedalam kerucut imhoff, kemudian catat volume lumpur yang terendap dalam ml/L

setelah mengalami proses pengendapan selama 1 jam. Tipikal limbah cair domestik

memiliki jumlah endapan kurang lebih sebanyak 60%. (Purwanto D.S,2006).

b. Bau (Odor)

Bau merupakan petunjuk adanya pembusukan air limbah.Penyebab adanya

bau pada air limbah karena adanya bahan volatile, gas terlarut dan hasil samping

dari pembusukan bahan organik. Bau yang dihasilkan oleh air limbah pada

umumnya berupa gas yang dihasilkan dari penguraian zat organik (Nitriogen, Fosfor

dan Sulfur )yang terkandung dalam air limbah, seperti Hidrogen sulfida (H2S) dan

Amoniak (Asmadi dan Suharno, 2012).

Efek dari bau adalah stres psikologis manusia, bukan bahayanya pada

tubuh.Bau yang merangsang dan busuk dapat menyebabkan manusia kurang nafsu

makan, tidak suka minum, gangguan pernafasan, mual dan muntah.

c. Warna (Color)

Air murni tidak berwarna tetapi seringkali diwarnai oleh benda asing. Warna

yang disebabkan oleh padatan terlarut yang masih ada setelah penghilangan partikel

10

suspended disebut warna sejati. Karakteristik yang sangat mencolok pada limbah

cair adalah berwarna yang umumnya disebabkan oleh zat organik dan algae.Air

limbah yang baru biasanya berwarna abu-abu.Apabila bahan-bahan organik

mengalami dekomposisi oleh bakteri, maka DO turun sampai nol dan warna

berubah menjadi hitam disebut septic (Djabu, Udin, et.al. 1990).

d. Temperatur

Limbah cair umumnya mempunyai temperatur lebih tinggi daripada

temperatur udara setempat.Temperatur limbah cair dan air merupakan parameter

sangat penting sebab efeknya pada kehidupan dalam air.Tingginya temperatur

disebabkan oleh pengaruh cuaca, pengaruh kimia dalam limbah cair dan kondisi

bahan yang dibuang ke dalam saluran limbah.

e. Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan sifat optis air yang akan membatasi pencahayaan kedalam air.

Kekeruhan terjadi karena adanya zat-zat koloid yang melayang dan zat-zat yang

terurai menjadi ukuran yang lebih (tersuspensi) oleh binatang, zat-zat organik, jasad

renik, lumpur, tanah, dan benda-benda lain yang melayang.

Kekeruhan didalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti

lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat halus lainya. Kekeruhan

merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang

melaluinya. Tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan

kadar semua jenis zat suspensi, karena tergantung kepada ukuran dan bentuk butir

11

2. Karakteristik kimia

a. Parameter organik

1) Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis

(KOB) adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-

proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air. Angka BOD adalah jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri (aerobik) untuk menguraikan

(mengoksidasikan) hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat

organik yang tersuspensi dalam air (Alarets dan Santika, 1984).

Parameter BOD adalah parameter yang paling banyak digunakan dalam

pengujian air limbah dan air permukaan. Penentuan ini melibatkan pengukuran

oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan-

bahan organik (metcalf and eddy.1979). Hasil dari BOD ini akan digunakan untuk;

a) Menentukan jumlah perkiraan oksigen yang akan dibutuhkan secara biologis

untuk menstabilkan bahan organik yang ada.

b) Menentukan ukuran (desain) pengolahan limbah cair.

c) Mengukur efisiensi dari beberapa proses pengolahan.

Menurut Ryadi(1998), pengertian BOD adalah sejumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteria (aerobik) untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir

semua zat organis yang terlarut maupun sebagian zat-zat organis yang tersuspensi

didalam sistem air. Jika bahan organik yang belum diolah dan dibuang ke badan

air, maka bakteri akan menguraikan bahan organik dan oksigen untuk proses

pembusukanya, sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbondioksia, air dan

12

amoniak. Oksigen diambil dari yang terlarut di dalam air dan apabila pemberian

oksigen tidak seimbang dengan kebutuhanya maka oksigen yang terlarut akan turun

mencapai titik nol, dengan demikian kehidupan air akan mati. Semakin besar angka

BOD maka derajat pengotoran air limbah semakin besar (Sugiharto, 1987). Nilai

BOD air limbah dipengaruhi oleh suhu, densitas, keberadaan mikroba serja jenis

dan kandungna bahan organik dalam air limbah.

2) Chemical Oxygen Demand

Analisis COD adalah menentukan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk

mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Chemical Oxygen Demand (COD)

atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis dalam 1 liter sampel air, dimana

pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka

COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara

alamiah tidak dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan

berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara

angka COD dengan angka BOD dapat dilihat dalam Tabel 2.3, dimana tercantum

perbandingan angka tersebut untuk beberapa jenis air.

Jenis Air BOD5/COD

Air buangan domestik (penduduk) 0,40 – 0,60

Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60 Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis 0,20

Air sungai 0,10

Tabel 2.3. Perbandingan konsentrasi BOD dan COD pada Beberapa Jenis Air

13

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya

untuk air buangan penduduk (domestik) <0,20, menunjukan adanya zat-zat yang

bersifat racun bagi mikroorganisme.Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan

maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD.Pada Tabel

2.4 dibawah ini menunjukan jenis zat organik/inorganis yang tidak atau dapat

dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.

Tabel 2.4. Jenis Zat Organik/Inorganik yang Tidak atau Dapat Dioksidasi

Jenis zat organis/inorganis Dapat dioksidasikan melalui tes

BOD COD Zat organis yang “biodegradable”a

(protein, gula, dan sebagainya) X X

Selulosa dan sebagainya X -

N organis yang “biodegradable”a

(Protein dan sebaginya) X X

N organis yang “non-biodegradable” NO2,Fe2+,S2-,Mn3+ X -

NH4 bebas (nitrifikasi) - Xb

Hidrokarbon aromatik dan rantai Xc -

Keterangan :

X) Biodegradable : dapat dicerna/diuraikan.

Xb) Mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor

Xc) Dapat dioksidasikan karena adanaya katalisator Ag2So4-

Theoritical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoritis adalah

kebutuhan oksigen untuk mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung

secara teoritis. Jumlah oksigen tersebut dihitung bila komposisi zat organis terlarut

telah diketahui dan dianggap semua C,H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O

dan NH3. Untuk masing-masing jenis air (air sungai, air buangan penduduk, air

14

limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD, dan BOD yang tertentu

(Alarets dan santika. 1984). Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya

kurang dari 20 mg/L , sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200

mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 600 mg/L.

3) Protein

Protein merupakan bagian yang penting dari makhluk hidup, termasuk di

dalamnya tanaman, dan hewan bersel satu. Protein mengandung karbon, hidrogen,

dan oksigen yang mempunyai bobot molekul sangat tinggi. Struktur kimianya

sangat kompleks dan tidak stabil serta mudah terurai, sebagian ada yang larut dalam

air, tetapi ada yang tidak. Susunan protein sangat majemuk dan terdiri dari beribu-

ribu asam amino dan merupakan bahan pembentuk sel dan inti sel. Di dalam limbah

cair, protein merupakan unsur penyabab bau, karena adanya proses pembusukan dan

peruraian oleh bakteri.

4) Karbohidrat

Karbohidrat antara lain : gula, pati, sellulosa dan benang-benang kayu terdiri

dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula dalam limbah cair cenderung

terdekomposisi oleh enzim dari bakteri-bakteri tertentu dan ragi menghasilkan

alkohol dan gas CO2 melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses

peruraian metabolik dari bahan organik oleh mikroorganisme yang menghasilkan

energi dan gas, yang berlangsung dalam kondisi anaerobik. Metabolisme merupakan

peristiwa pembentukan dan peruraian zat di dalam diri makhluk hidup yang

memungkinkan berlangsungnya hidup. Pati merupakan salah satu karbohidrat yang

relatif lebih stabil, tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktivitas bakteri. Sedang

15

sellulosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling tahan terhadap dekomposisi

atau peruraian bakteri. Karbohidrat ini keberadaannya dalam limbah cair

mengakibatkan bau busuk dan turunnya oksigen terlarut, sehingga dapat

mengganggu kehidupan biota air.

5) Minyak dan Lemak

Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai komponen

utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam air. Bahan-

bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia dan bahkan ada

dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya adalah relatif stabil,

tidak mudah terdekomposisi oleh bakteri.

6) Deterjen

Deterjen termasuk bahan organik yang sangat banyak digunakan untuk

keperluan rumah tangga, hotel, dan rumah sakit. Fungsi utama deterjen adalah

sebagai pembersih dalam pencucian, sehingga tanah, lemak dan lainnya dapat

dipisahkan. Pemisahan terjadi akibat penurunan tegangan muka, sehingga kotoran-

kotoran yang menempel pada alat atau bahan dapat dipisahkan. Bahan aktif

pembersih yang terkandung dalam deterjen di Indonesia sebelum tahun 1993 masih

menggunakan ABS (Alkyl Benzene Sulfonate). ABS ini dapat menimbulkan busa

yang mempunyai sifat tahan terhadap peruraian biologis, sehingga dapat

menimbulkan masalah pencemaran air. Sejak tahun 1993, bahan aktif ini diganti

dengan LAS (Linear Alkyl Sulfonate) yang busanya dapat diuraikan, walaupun

harganya relatif lebih mahal.

16

b. Parameter Anorganik Dan Gas

1) pH

Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan

menyulitkan proses biologis, sehingga menggangu proses penjernihannya. pH yang

baik bagi air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai pH-nya, maka akan

menyebabkan air tersebut berupa asam (Sugiharto. 1987).

2) Alkalinitas

Alkalinitas atau kebasaan air limbah disebabkan oleh adanya hidroksida,

karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium, dan natrium atau kalium.

Kebasaan adalah hasil dari adanya hidroksi karbonat dan bikarbonat yang berupa

kalsium, magnesium, sodium, potasium atau amoniak. Dalam hal ini, yang paling

utama adalah kalsium dan magnesium nikarbonat. Pada umumnya air limbah adalah

basa yang diterima dari penyediaan air, air tanah, dan bahan tambahan selama

dipergunakan dirumah (Sugiharto. 1987).

3) Logam

Menentukan jumlah kandungan logam pada air limbah seperti nikel (Ni),

magnesium(Mg), timbal (Pb), kromium (Cr), kadmium (Cd), Zeng (Zn), tembaga

(Cu), besi(Fe) dan air raksa(Hg) sangat penting dikarenakan jika belebihan maka

akan bersifat racun. Akan tetapi, beberapa jenis logam biasanya dipergunakan untuk

pertumbuhan kehidupan biologis, misalnya pada pertumbuhan algae apabila tidak

ada logam pertumbuhannya akan terhambat.

4) Gas

Banyak gas-gas terdapat didalam air, oksigen (O2) adalah gas yang penting.

Oksigen terlarut selalu diperlukan untuk pernafasan mikroorganisme aerob dan

17

kehidupan lainya. Apabila oksigen berada pada ambang yang rendah, maka bau-

bauan akan dihasilkan sebab unsur karbon berubah menjadi metan termasuk CO2

dan sulfur. Belerang akan menjadi amonia (NH3) atau teroksidasi menjadi nitrit

(Sugiharto, 1987).

Menurut Tchobanoglous (1991) dalam Asmadi dan Suharno (2012), Gas

yang sering muncul dalam air limbah yang tidak diolah antara lain : Nitrogen, CO2,

H2S, NH3, dan CH4 gas-gas ini berasal dari hasil dekomposisi zat organik dalam

air limbah.

5) Nitrogen

Unsur nitrogen merupakan bagian yang penting untuk keperluan

pertumbuhan protista dan tanaman. Nitrogen ini dikenal sebagai unsur hara atau

makanan dan perangsang pertumbuhan. Nitrogen dalam limbah cair terutama

merupakan gabungan dari bahan-bahan berprotein dan urea. Oleh bakteri, nitrogen

ini diuraikan secara cepat dan diubah menjadi ammonia, sehingga umur dari air

buangan secara relatif dapat ditunjukkan dari jumlah ammonia yang ada.

6) Phospor

Unsur phospor (P) dalam air seperti juga elemen nitrogen, merupakan unsur

penting untuk pertumbuhan protista dan tanaman, yang dikenal pula sebagai nutrient

dan perangsang pertumbuhan. Phospor merupakan komponen yang menyuburkan

algae dan organisme biologi lainnya, sehingga dapat dijadikan tolak ukur kualitas

perairan.

3. Karakteristik Biologi

Menurut Qasyim (1985) dalam Asmadi dan Suharno (2012),limbah cair

biasanya mengandung mikroorganisme yang memiliki peranan penting dalam

18

pengolahan limbah cair secara biologi, tetapi ada juga mikroorganisme yang

membahayakan bagi kehidupan manusia. Mikroorganisme tersebut antara lain

bakteri, jamur, protozoa dan algae.

a. Bakteri

Menurut Tchobanoglous (1991) dalam Asmadi dan Suharno (2012), bakteri

merupakan mikroorganisme bersel tunggal dan biasanya tidak berwarna.Memiliki

berbagai bentuk seperti batang, bulat, dan spiral.Sedangkan menurut Ryadi, Slamet,

(1998) bakteri adalah suatu mikroorganisme yang hanya terdiri dari satu sel saja

yang mempunyai sifat sebagai “single-selled procaryotics eubacteria”. Bakteri

Escherichia coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan indikator polusi buangan

manusia. Bakteri in digunakan sebagai indikator dalam penentuan kualitas air

apakah terkontaminasi atau tidak pada bakteri coli

b. Jamur

Jamur sangat penting dalam penjernihan air seperti halnya dengan bakteri

mereka menggunakan partikel organik terlarut. Jamur tidak melaksanakan

fotosintesis dan dapat tumbuh pada daerah lembab dengan pH yang rendah, suatu

kondisi dimana bakteri tidak bisa hidup (Sugiharto, 1987).

c. Algae

Algae dapat memberikan ganguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa

yang tidak kita inginkan.

C. Komposisi Limbah Cair Domestik

Menurut Asmadi dan suharno (2012), air limbah rumah tangga tediri dari 3

fraksi penting :

19

1. Tinja (faeces), berpotensi mengandung mikroba pathogen

2. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Pospor, serta

kemungkinan kecil organisme

3. Grey water, merupakan air bersih cucian dapur, mesin cuci dan kamar

mandi, grey water sering juga disebut istilah sullage.

Campuran faecesdan urine disebut sebagai excerta, sedangkan campuran

excreta dengan air bilasan toilet disebut disebutsebagai black water.Mikroba

patogen banyak terdapat pada excreta.

Mikroorganisme dapat berkembang jika terdapat bahan makanan yang

sesuai dan kelembaban yang memadai serta suhu yang sesuai. Limbah domestik

menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroba terutama golongan

bakteri, serta beberapa virus dan protozoa. Kebanyakan mikroba tidak berbahaya

dan dapat dihilangkan dengan proses biologi yang mengubah zat organik menjadi

produk akhir yang stabil. Tetapi limbah domestik dapat pula mengandung

organisme patogen yang menimbulkan penyakit berasal dari excreta manusia yang

terinfeksi penyakit menularyang dapat menyebar melalui air yang terkontaminasi.

Penyakit akibat bakteri yang berasal dari air antara lain kolera, tifus dan

tuberkulosis, serta penyakit akibat virus seperti hepatitis dan disentri akibat protozoa

(Asmadi dan Suharno, 2012). Disamping itu limbah cair domestik juga mengandung

berbagai senyawa organik seperti karbon, hidrogen, nitrogen, fosfor dan sulfu dalam

bentuk protein, karbohidrat dan lipida

Komposisi bahan organik yang terdapat dalam air limbah domestik dapat

dilihat secara rinci pada gambar diagram prosentase komponen penyusun air limbah

domestik berikut ini (Effendi, H., 2003) :

20

Gambar 2.1. Komposisi Komponen Penyusun Limbah Domestik

D. Standar Baku Mutu Limbah Cair

Untuk mengadakan pemantauan terhadap limbah cair yang dibuang, maka

perlu dibandingkan dengan baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh

pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05

Tahun 2014tentang Baku Mutu Air Limbah.

Standar lain yang digunakan untuk parameter COD adalah perbandingan

antara BOD dan COD. Baik BOD maupun COD menentukan senyawa organis

dalam suatu sampel air, namun melalui metoda yang berbeda. Karena COD

menggunakan oksidasi kimiawi yang lebih kuat daripada oksidasi biologis pada

analisa BOD, maka angka BOD selalu 0,65x angka COD. Perbandingan tersebut

dapat berubah sesuai dengan jenis air. (Alarets dan Santika, 1984:44).

Dengan telah ditetapkanya baku mutu air limbah dan baku mutu badan air

maka dapat dimanfaatkan untuk :

Air (99.9%) Padatan (0.1%)

Organik (70%) Anorganik (30%)

Protein (65%)

Karbohidrat (25%)

Lemak (10%)

Garam Logam Pasir

Air Limbah

21

1. Menginterpretasikan hasil pemantauan.

2. Menginventarisasi permasalahan yang timbul.

3. Meramalkan timbulnya kasus pencemaran dalam periode tertentu.

Adapun cara menginterpretasikan hasil pemantauan adalah dengan cara

membandingkan antara hasil yang didapat dengan baku mutu yang telah ditetapkan

E. Sistem Lahan Basah Buatan

Instalasi pengolahan limbah cair biologis atau constructed wetland

merupakan instalasi pengolahan limbah cair buatan yang dirancang dan dibuat

berupa kolam atau saluran yang ditanami oleh tumbuhan-tumbuhan air dan proses

penjernihan limbah cair dilakukan secara biologis dengan bantuan mikroorganisme,

proses fisika dan kimia. Instalasi ini dirancang seperti proses penjernihan limbah

cair yang ada di alam, tetapi dengan lingkungan yang dapat dikendalikan. Instalasi

pengolahan limbah cair buatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan instalasi pengolahan limbah cair alami ( natural wetlands) yaitu lokasi bisa

dipilih sesuai dengan keinginan, ukuran lebih fleksibel, pola aliran serta waktu

tinggal bisa diatur (Brix dalam Kurniadie, 2011).

Prinsip kerja instalasi pengolahan limbah cair buatan ini meniru atau hampir

sama dengan prinsip instalasi pengolahan limbah cair alami, tetapi perbedaannya

adalah bisa dibuat di tempat-tempat yang dikehendaki, instalasi pengolahan limbah

cair buatan ini semakin popular dan mampu mengolah berbagai limbah cair seperti

limbah cair domestik, limbah cair pemotongan hewan, limbah cair pabrik kertas,

limbah cair pabrik gula, limbah cair peternakan dan berbagai limbah cair lainnya

(Wood dalam Kurniadie, 2011).

22

F. Tipe Sistem Lahan Basah Buatan

Instalasi pengolahan limbah cair atau constructed wetland diklasifikasikan

berdasarkan berbagai macam parameter, tetapi yang paling penting adalah

berdasarkan tipe aliran yaitu aliran permukaan (free water surface flow) dan aliran

bawah permukaan (subsurface water flow).

1. Free Water Surface Flow (FWS)

Instalasi pengolahan limbah cair dengan polaaliran permukaan atau free

water surface constructed wetland (FWS) terdiri dari kolam atau saluran dengan

menggunakan tanah atau medium untuk mendukung perakaran tumbuhan (jika ada)

dan air. Sistem FWS ini sangant mirip dengan kondisi wetland secara alami (natural

wetland) dan umumnya merupakan kolam yang ditanami berbagai jenis tanaman

gulma air (Kurniadie, 2011).

Masalah dari instalasi pengolahan limbah cair dengan pola aliran permukaan atau

free water surface flow ini adalah areal lahan yang diperlukan lebih luas, banyak

nyamuk, estetika kurang baik serta dapat menimbulkan bau. Berdasarkan jenis dari

gulma air, instalasi pengolahan limbah cair free surface dibagi kedalam beberapa

sistem, yaitu:

a. Sistem dengan menggunakan gulma air yang terapung bebas seperti gulma

air Elchornia crassibes, Pistia stratiotes, Lemna spp., Spirodela polyrhiza,

Wolfia spp.

b. Sistem dengan menggunakan gulma air terapung dengan akar yang

menempel pada tanah seperti gulma air Nymphaea spp., Nuphar luteadan

Nelumbo nucifera.

23

c. Sistem dengan menggunakan gulma air submerged seperti Myriophyllum

spicatum, Potamogeton pectinatus. Elodea canadansis dan Ceratophyllum.

Pada gambar berikut ini dapat dilihat secara rinci perbedaan penggunaan

tanaman dari ketiga jenis sistem Lahan Basah tersebut.

Gambar 2.2. Perbedaan Penggunaan Tanaman dalam Sistem Lahan Basah Buatan

Instalasi pengolahan limbah cair dengan pola aliran permukaan ini banyak

dibuat di negara-negara tropis, karena jenis gulmaair ini tidak tahan pada cuaca

dingin seperti negara-negara sub tropis serta tingkat pertumbuhan akan berkurang

pada temperatur dibawah 10℃. Instalasi ini banyak digunakan untuk mengolah

limbah cair industry pertanian, peternakan, industry telstil, industry logam serta

pestisida (Vymazal dan Kropfelova dalam Kurniadie, 2011).

24

2. Subsurface Flow System

Instalasi pengolahan limbah cair dengan menggunakan aliran subsurface

flow system diklasifikasikan menurut arah dari aliran baik arah horizontal (HSF) dan

arah vertical (VFS).

a. Horizontal Subsurface Flow (HSF)

Instalasi pengolahan limbah cair tipe horizontal atau constructed wetland

with a horizontal subsurface flow (HF atau HSF) merupakan instalasi pengolahan

limbah cair dimana limbah cair dimasukkan ke dalam inflow dan mengalir secara

lambat melalui media yang porous secara horizontal menuju saluran outflow.

Bahan-bahan organik pencemar didegradasi secara aerob dan anaerob oleh bakteri

yang menempel pada bagian akar dan rhizome dari tumbuhan gulma air emergent

dan permukaan media tumbuh.Oksigen yang diperlukan untuk degradasi aerobik

diberikan secra langsung dari atmosphere secara difusi atau keluarnya oksigen dari

akar dan rhizome pada bagian rhizosphere (Kurniadie, 2011).

b. Vertical Flow System (VFS)

Instalasi pengolahan limbah cair dengan menggunakan aliran vertikal atau

vertical flow system (VF) terdiri dari tanah yang digali berupa kolam dan dilapisi

lapisan kedap air berupa bahan terpal atau tanah liat dan diisi oleh batuan. Limbah

cair akan mengalir secara gradual turun ke lapisan bagian bawah dan akan

ditampung pada bak outflow. Pada sistem pengolahan limbah cair tipe vertikal ini

jumlah oksigen yang berdifusi dari udara lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah oksigen yang ditransfer dari udara melalui saluran air aerenchyma yang

dimiliki oleh gulma air emergent. Dengan merembesnya air limbah secara perlahan

25

ke bawah reaktor maka kolom air pada permukaan filter bed akan kosong, hal ini

memperbesar kemungkinan terjadinya kontak oksigen dengan populasi mikroba

pada Rhizosfer. Fungsi dari gulma air emergent adalah untuk menjaga supaya

konduktivitas hidraulik bisa terjaga, sehingga filter bed tidak mudah mampet.

Proses utama penjernihan limbah cair pada instalasi pengolahan limbah cair

tipe vertikal adalah sama dengan pada instalasi pengolahan limbah cair horizontal,

tetapi filter bed pada sistem vertikal lebih bersifat aerob dibandingkan dengan

sistem horizontal, sehingga proses nitrifikasi dan penurunan BOD lebih cepat, tetapi

proses penurunan suspended solid lebih baik pada sistem pengolahan limbah cair

tipe horizontal.

Perbedaan sistem aliran dari kedua sistem Lahan Basah tersebut dapat dilihat

secara rinci pada gambar 2.3.berikut ini :

Gambar 2.3. Tipe Aliran Sistem Lahan Basah Buatan

Proses eliminasi bahan organik dan unsur hara pencemar pada instalasi ini

terjadi melalui proses (Kurniadie, 2011):

a) Adsorpsi dari koloid-koloid oleh media atau substrat

b) Pengikatan kapasitas kation dan anion pada mineral liat dan oksida Fe

c) Transformasi dari nutrisi/unsur hara bahan organik pencemar oleh

mikroorganisme

26

d) Penghisapan oleh tanaman

Platzer dan Mauch dalam Kurniadie (2011) mengatakan bahwa instalasi

pengolah limbah cair subsurface water flow system dengan aliran vertikal dibuat

dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi penurunan parameter limbah serta

bahan yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan instalasi pengolah limbah

cair subsurface water flow system dengan aliran horizontal. Selain itu Flasche dalam

Kurniadie (2011) melaporkan bahwa instalasi pengolah limbah cair subsurface

water flow system dengan aliran vertikal mempunyai efesiensi pembersih lebih

tinggi terhadap NH4N dan COD dibandingkan dengan instalasi pengolah limbah

cair subsurface water flow system dengan aliran horizontal.

G. Prinsip Dasar pada Sistem Lahan Basah Buatan

Mengacu dari definisi Wetlands dari Met Calf & Eddy (1993), maka proses

pengolahan limbah pada Lahan Basah Buatan dapat terjadi secara fisik, kimia

maupun biologi. Proses secara fisik yang terjadi adalah proses sedimantasi, filtrasi,

adsorpsi oleh media tanah yang ada. Menurut Wood dalam Tangahu &

Warmadewanthi (2001), dengan adanya proses secara fisik ini hanya dapat

mengurangi konsentrasi COD & BOD solid maupun TSS, sedangkan COD & BOD

terlarut dapat dihilangkan dengan proses gabungan kimia dan biologi melalui

aktivitas mikroorganisme maupun tanaman.

Hal tersebut dinyatakan juga oleh Haberl dan Langergraber (2002), bahwa

proses eliminasi polutan dalam air limbah terjadi melalui proses secara fisik, kimia

dan biologi yang cukup komplek yang terdapat dalam asosiasi antara media,

tumbuhan makrophyta dan mikroorganisme, antara lain :

27

Pengendapan untuk zat padatan tersuspensi

Filtrasi dan pretipitasi kimia pada media

Transformasi kimia

Adsorpsi dan pertukaran ion dalam permukaan tanaman maupun media

Transformasi dan penurunan polutan maupun nutrient oleh mikroorganisme

maupun tanaman

Mengurangi mikroorganisme pathogen

Mekanisme penyerapan polutan pada Lahan Basah Buatan, menurut USDA

and ITRC dalam Halverson (2004) menyebutkan bahwa secara umum melalui

proses abiotik (Fisik dan kimia) atau biotik (mikrobia dan tanaman) dan gabungan

dari kedua proses tersebut. Proses pengolahan awal (primer) secara abiotik, antara

lain melalui :

Settling & sedimentasi, efektif untuk menghilangkan partikulat dan padatan

tersuspensi.

Adsorpsi dan absorpsi, merupakan proses kimiawi yang terjadi pada

tanaman, substrat, sediment maupun air limbah, yang berkaitan erat dengan

waktu retensi air limbah.

Oksidasi dan reduksi, efektif untuk mengikat logam-logam B3dalam Lahan

Basah Buatan.

Photodegradasi/oxidasi, degradasi (penurunan) berbagai unsur polutan yang

berkaitan dengan adanya sinar matahari.

Volatilisasi, penurunan polutan akibat menguap dalam bentuk gas.

28

Proses secara biotik, seperti biodegradasi dan penyerapan oleh tanaman juga

merupakan bentuk pengurangan polutan seperti halnya pada proses abiotik.

Beberapa proses pengurangan polutan yang dilakukan oleh mikrobia dan tanaman

dalam Lahan Basah, antara lain sebagai berikut :

Biodegradasi secara Aerobik/anaerobik, merupakan proses metabolisme

mikroorganisme yang efektif menghilangkan bahan organik dalam Lahan

Basah. Dalam proses ini, tanaman mengeluarkan senyawa organik dan

enzim melalui akar (disebut eksudat akar) sehingga daerah rhizodfer

merupakan lingkungan yang sangat baik untuk tempat tumbuhnya mikroba.

Mikroba di daerah rhizosfer akan mempercepat biodegradasi kontaminan.

Phyto-akumulasi, proses pengambilan dan akumulasi bahan anorganik oleh

tanaman. Akar tanaman dapat menyerap kontaminan bersamaan dengan

penyerapan nutrient dan air. Massa kontaminan tidak dirombak, tetapi

diendapkan di bagian trubus dan daun tanaman. Metode ini digunakan

terutama untuk menyerap limbah yang mengandung logam berat.

Phyto-stabilisasi, merupakan bentuk kemampuan sebagian tanaman untuk

memisahkan bahan anorganik pada akar tanaman. Dalam proses stabilisasi,

berbagai senyawa yang dihasilkan oleh tanaman dapat mengimobilisasi

kontaminan. Sehingga diubah menjadi senyawa yang stabil. Tanaman juga

mencegah migrasi polutan secara mekanis dengan mengurangi run off, erosi

permukaan, dan aliran bawah tanah

Phyto-degradasi, tanaman dapat menghasilkan enzim yang dapat memecah

bahan organik maupun anorganik dari polutan sebelum diserap, selama

29

proses transpirasi.Dalam proses metabolisme, tanaman dapat merombak

kontaminan di dalam jaringan tanaman menjadi molekul yang tidak bersifat

toksik

Rhizo-degradasi dinamakan pula fitostimulasi atau biodegradasi rhizosfer

dimana akar tanaman dapat melakukan penyerapan bahan polutan dari hasil

degradasi bahan organik yang dilakukan oleh mikrobia. Mikrobia

berkembang pada rhizosfer sebagai akibat suplai oksigen dan enzim oleh

akar tanaman tumbuhan itu sendiri.

Phyto-volatilisasi / evapotranspirasi, penyerapan dan transpirasi, dalam

proses ini, tanaman menyerap air yang mengandung kontaminan organic

melalui akar, diangkut ke bagian daun, dan mengeluarkan kontaminan yang

sudah didetoksifikasi ke udara melalui daun.

Proses penurunan polutan dalam bentuk bahan organik tinggi, merupakan

nutrient bagi tanaman. Melalui proses dekomposisi bahan organik oleh jaringan akar

tanaman akan memberikan sumbangan yang besar terhadap penyediaan C, N, dan

energi bagi kehidupan mikrobia (Handayanto, E. dan Hairiah, K., 2007). Mikrobia

secara tidak langsung juga turut memberikan keuntungan bagi tanaman karena

mampu melarutkan berbagai macam mineral dan menghasilkan enzim pertumbuhan.

Adapun gambaran umum tentang mekanisme pergerakan senyawa kimia

antara akar tanaman, zona rizosfer dan substrat disekelilingnya, menurut Faulkner

dan Richardson dalam Khiatuddin, (2003), adalah sebagai berikut:

30

Gambar 2.4. Zona Rizosfer Akar Tanaman Akuatik.

Aktivitas mikroorganisme maupun tanaman dalam penyediaan oksigen yang

terdapat dalam sistem pengolahan limbah Lahan Basah Aliran Bawah Permukaan

(SSF-Wetlands) ini, secara prinsip terjadi akibat adanya proses fotosintesis maupun

proses respirasi.

Menurut Brix dalam Khiatuddin (2003), menyatakan bahwa dibawah

permukaan tanah, akar tumbuhan akuatik mengeluarkan oksigen, sehingga

terbentuk zona rizosfer yang kaya akan oksigen diseluruh permukaan rambut akar.

Oksigen tersebut mengalir keakar melalui batang setelah berdufusi dari atmosfir

melalui pori-pori daun.Pendapat tersebut diperkuat dengan penyataan Tangahu dan

Warmadewanthi (2001), bahwa pelepasan oksigen di sekitar akar (rizosfer) tersebut

sangat dimungkinkan karena jenis tanaman hydrophyta mempunyai ruang antar sel

atau lubang saluran udara(aerenchyma) sebagai alat transportasi oksigen dari

atmosfer ke bagian perakaran.

31

Menurut Reed, et al. dalamKhiatuddin, M (2003), diperkirakan, oksigen

yang dilepas oleh akar tanaman air dalam 1 hari berkisar antara 5 hingga 45 mg/M2

luas akar tanaman.Percobaan yang dilakukan oleh Brix, et al. di Australia

menemukan bahwa tanaman-tanaman air mampu memasok oksigen ke dalam tanah

dibawah permukaan air dalam kisaran antara 0,2 – 10 cm(Khiatuddin, M., 2003).

Menurut Amstrong dalam Tangahu dan Warmadewanthi, (2001),

menyebutkan bahwa jumlah oksigen yang dilepaskan oleh tanaman Hydrophyta

sebesar 12 g O2/m2/hari, dengan sistem perakaran tiap batangnya mempunyai 10

akar adventif, dimana tiap akar adventif berisi 600 akar lateral. Sedangkan menurut

Hindarko (2003), menyebutkan bahwa berdasarkan pengalaman, kadar oksigen

yang dipasok melalui daun, batang maupun akar tanaman yang terdapat dalam SSF-

Wetlands rata-rata sebesar 20 g O2/m2/hari. Disamping itu zona rhizosfer juga

menyediakan berbagai bahan organik yang umumnya menstimulir pertumbuhan

mikroba seperti eksudat akar, sekresi akar, lisat akar, musigel dan berbagai enzim.

Pelepasan oksigen oleh akar tanaman air menyebabkan air/tanahdisekitar

rambut akar memiliki oksigen terlarut yang lebih tinggi dibandingkan dengan

air/tanah yang tidak ditumbuhi tanaman air, sehingga memungkinkan organisme

mikro pengurai seperti bakteri aerob dapat hidup dalam lingkungan lahan basah

yang berkondisi anaerob (Khiatuddin, 2003).

Menurut Suriawiria (1993), kelompok mikroorganisme yang berada di

daerah rhizosphere atau sering disebut mikroba rhizosfera, tidak hanya jenis bakteri,

namun juga beberapa jenis dari kelompok jamur. Mikroba rhizosferaini hidup secara

32

simbiosa disekitar akar tanaman dan kehadirannya secara khas tergantung pada akar

tanaman tersebut.

Pada gambar 2.5.berikut ini dapat dilihat secara rinci bahwa sistem

perakaran tanaman air (Rhizosfer) yang menghasilkan oksigen akan membentuk

zona aerob dan yang jauh dari sistem perkaran tersebut akan membentuk zona

anaerob.

Gambar 2.5. Zona Aerob dan Anaerob pada Sistem Perakaran Tanaman Air H. Komponen-komponen Sistem Lahan Basah Buatan

Menurut Puspita, et.al (2005), faktor-faktor yang beperan dalam proses

pengolahan limbah pada lahan basah buatan adalah sebagai berikut:

1. Mikroorganisme

Mikroorganisme pada lahan basah buatan biasanya melekat pada permukaan

perakaran dan substrat/media membentuk biofilm.Mikroorganisme berperan sangat

penting dalam sistem lahan basah buatan karena mikroorganisme melaksanakan

penguraian bahan-bahan organik baik secara aerobik maupun anaerobik.

Mikroorganisme juga berperan dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi.

33

2. Tanaman

Tanaman adalah komponen terpenting yang berfungsi sebagai pendaur ulang

bahan pencemar dalam air limbah untuk menjadi biomassa yang bernilai ekonomis

dan menyuplai oksigen ke dasar air atau ke dalam substrat yang berkondisi

anaerobik. Tanaman menggunakan energi matahari untuk menggerakan reaksi

biokimia di dalam selnya, sehingga manusia tidak perlu lagi memasok energi listrik

dalam proses pembersihan air limbah (Khiatuddin, 2003).

Tanaman pada lahan basah buatan berperan:

a. Penyedia oksigen bagi proses penguraian zat pencemar

b. Media tumbuh dan berkembangnya mokroorganisme

c. Penahan laju aliran sehingga memudahkan proses sedimentasi padatan,

membantu proses filtrasi (terutama bagian perakaran tanaman) dan

mencegah erosi.

d. Penyerap nutrient dan bahan-bahan pencemar lainnya

e. Pencegah pertumbuhan virus dan bakteri pathogen dengan mengeluarkan

zat-zat tertentu semacam antibiotik.

Tanaman air yang biasa digunakan di dalam lahan basah buatan dan telah

terbukti mempunyai kemampuan baik dalam proses pengolahan air limbah/air

tercemar dapat dikelompokkan menjadi:

a. Tanaman yang mencuat ke permukaan air (emergent aquatic macrophyte),

merupakan tanaman air yang berakar dibawah air dan berdaun di atas air.

b. Tanaman yang mengambang dalam air (submergent aquatic macrophyte),

merupakan tanaman air yang keseluruhannya berada di dalam air.

34

c. Tanaman yang mengapung di permukaan air (floating plant), merupakan

tanaman yang mempunyai akar di dalam air dengan daun di atas air.

3. Substrat/media

Substrat/media berperan sebagai tempat menempelnya mikroorganisme

sehingga memperluas permukaan sistem lahan basah buatan. Selain itu, substrat

juga berperan untuk menyokong tumbuhan air, membantu proses filtrasi (terutama

pada lahan basah buatan beraliran bawah permukaan/subsurface flow) dan

menampung sedimen. Jenis substrat sangat mempengaruhi waktu detensi, oleh

karena itu pemilihan substrat yang tepat sangat menentukan keberhasilan sistem

dalam mengolah air limbah.

Menurut Kurniadie (2011) substrat/media tumbuh tanaman merupakan salah

satu faktor pendukung utama dalam instalasi penjernih limbah cair. Hal ini

disebabkan karena proses biologi, kimia dan fisika dalam penjernihan limbah cair

terjadi pada substrat yang ditanami dengan berbagai macam tumbuhan gulma air

emergent. Jenis substrat yang digunakan sangat berpengaruh pada efisiensi

pembersih dari instalasi pengolahan limbah cair.Sebelumnya banyak instalasi

pengolahan limbah cair yang menggunakan tanah sebagai substrat (media tumbuh)

tetapi banyak menimbulkan masalah terutama adanya aliran permukaan,

pertumbuhan gulma air emergent yang kurang baik serta efisiensi pembersih yang

kurang baik.

Beberapa fungsi dari media tumbuh atau substrat adalah sebagai berikut

(Wood dalam Kurniadie, 2011):

35

a. Media tumbuh gulma air emergent merupakan tempat menempel

mikroorganisme anaerob (dan atau anoxic juka terdapat nitrat) untuk

dekomposisi bahan organik pencemar.

b. Mempengaruhu retention time (waktu tinggal).

c. Memberikan kesempatan bagi mikroorganisme untuk mendekomposisi

bahan pencemar pada limbah cair.

d. Tersedianya oksigen yang kesemuanya akan berpengaruh pada efisiensi

pembersih dari instalasi pengolahan limbah cair.

4. Kolom air

Kolom air dalam lahan basah buatan berperan penting, karena apabila kolom

air terlalu dalam akan berpengaruh terhadap efisiensi lahan basah buatan.

I. Tanaman Iris pseudacorus

Iris pseudoacorus adalah salah satu tanaman herba.Bunganya memiliki bibir

(labellum) yang merupakan modifikasi dari salah satu petal (mahkota bunga) seperti

halnya anggrek.Namun berbeda dengan tanaman anggrek yang tumbuh epifit

menempel pada dahan pohon, tanaman iris mampu tumbuh dengan media tanah.

Sebagai tanaman semak yang berumpun, iris baik digunakan sebagai border pada

tempat yang mendapat cahaya matahari. Sering juga dipakai sebagai pengisi bak

tanaman atau bidang di bawah jendela kamar. Secara alami, daun anggrek tanah

tumbuh menjuntai membentuk rangkaian yang mampu menutupi dinding dan

permukaan tanah. Tangkai bunga muncul di antara daun-daunnya.

Bunga iris banyak dibudidayakan di berbagai belahan bumi di seluruh dunia.

Bunga ini termasuk bunga “perennial” yang artinya salah satu bunga yang dapat

36

hidup lebih dari 2 tahun.Panjang akar biasanya 4 – 8 inci (10-20 cm) dan memiliki

getah berwarna hitam. Setiap individu menghasilkan 10 daun yang ditutupi oleh

lapisan lilin berwarna putih dan abu-abu. Daunya berbentuk pedang dengan panjang

50 – 100 cm dan lebarnya 10 – 30 cm. Berkembang biak setiap bulan secara

vegetatif melalui sistem perakaran maupun secara generatif melalui biji yang

terletak diujung batang pada pangkal daun.

Tanaman Iris juga telah banyak digunakan sebagai tanaman holtikultura,

karena tanaman ini dapat beradaptasipada kondisi oksigen yang rendah. Tanaman

tersebut dapat hidup pada area-area yang memiliki kandungan zat organic terlarut

yang sangat tinggi dan tanaman ini dapat menurunkan zat organic terlarut hingga

25% lebih dari satu tahun. Dalam 24 jam, dapat menurunkan E.coli sebesar 50%,

Salmonela hingga 70%, dan Entercoli hingga 60%. Hal tersebut dapat membuktikan

bahwa tanaman Iris dapat menurunkan logam berat pada air limbah secara efisien

dan ekonomis, karena kemampuan tanaman ini dalam menyerap logam serta dapat

bertahan dalam kondisi tidak baik (Jacobs, Graves & Mangold, 2010).

Tanaman Iris dapat tumbuh di berbagai jenis tanah misalnya pada tanah

berkerikil di pantai dimana akar-akar menembus ke dasar tanah, hingga pada tanah

liat yang tergenang.Biasanya, tanaman tersebut tumbuh di daerah-daerah yang

memiliki kandungan air tanah yang cukup tinggi, tetapi tidak harus terendam, serta

dapat tumbuh pada tanah berpasir yang kering.Tanaman ini dapat membentuk

lapisan yang mengambang di air, tumbuh di daerah gambut dan terendam oleh tanah

organic dan anorganik secara permanen.Di negara eropa, tanaman ini tetap berada

pada daerah yang lebih tinggi dari rawa dan muara dengan salinitas hingga 24%.

37

Tanaman ini sering ditemukan di rawa-rawa, dengan pH 3,6 – 7,7 dan

membutuhkan kandungan nitrogen yang tinggi (Jacobs, Graves & Mangold, 2010).

Adapun klasifikasi tanaman " iris " (Iris pseudoacorus) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (berbiji)

Divisi : Magnoliophyta (berbunga)

Klas : Liliopsida (monokotil)

Sub-kelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Familia : Iridaceae

Genus : Iris

Spesies : Iris pseudoacorus

Tanaman Iris pseudacorus memiliki kapasitas serapan hara lebih tinggi

disbanding Typha orientalis, Pharagmites australis (Haimin Wu et all dalam

Suswati, 2012).

38

J. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan

Penduduk Daya tampung badan air

penerima semakin berkurang Kurang efektifnya

IPAL

Pencemaran Limbah Domestik

Upaya Minimalisasi Limbah

Sistem Laham Basah Buatan

Variasi Detensi Waktu

Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

Persentase Eliminasi beberapa Parameter Limbah

Efektivitas Lahan Basah Buatan

Waktu Optimal

Biomassa Optimal

PROSES

OUTPUT

INPUT

Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran

39

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan merancang unit pengolah limbah dengan

sistem lahan basah buatan skala pilot di lahan kosong yang berada di areal komplek

perumahan Griya Hang Tuah Permai, Kecamatan Kijang Kencana, Kota

Tanjungpinang dengan sampel air limbah yang berasal dari saluran kolektor

perumahan tersebut. Penelitian dilaksanakan melalui dua tahapan, yakni penelitian

pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan April – Mei 2015 dan penelitian utama

pada periode minggu ke II hingga minggu ke III bulan Mei 2015. Analisis

Parameter kualirtas air limbah dilaksanakan pada Laboratorium Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Batam serta

Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali

Haji Tanjungpinang.Tabel 3.1 menyajikan jadwal penelitian yang telah dirancang..

B. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen pengolahan air limbah

domestik secara eksitu. Menurut Yatim Riyanto (1996), penelitian eksperimen

merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti dalam melakukan control

terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian

dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap

kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-

kondisi yang dapat dikontrol.

40

41

C. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat yang digunakan dalam Penelitianyaitu :

1. Media Percobaan berupa ember sebanyak dua belas buah yang telah di

rancang sedemikian rupa sehingga memiliki inlet pada bagian bawahnya

2. IBC tank berukuran 1 m3 sebanyak 1 buah

3. Drum plastik sebanyak 1 buah

4. Pipa PVC berdiameter 1”

5. Pipa PVC berdiameter 6”

6. Selang plastic diameter 0.5 cm

7. Pompa Akuarium SZ-208B

8. Saringan pasir ukuran 1 mm & 5 mm

9. pH meter & DO Meter

10. Botol Plastik ukuran 500 ml & 1000 ml

Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitianmeliputi :

1. Air limbah domestik yang berasal dari Komplek Perumahan Hang Tuah

Permai Kota Tanjungpinang

2. Tanaman Hias Iris pseudoacorusdengan tinggi rata- rata 30 cm

3. Media tanam jenis lumpur, kerikil dan pasir

4. Bahanuntuk analisa parameter BOD (Biologocal Oxigen Demand), COD

(Chemistry Oxigen Demand), Nitrat dan Fosfat.

5. Larutan pengawet H2SO4

6. Kertas alumunium foil

42

D. Definisi Operasional

Beberapa definisi operasional terkait penelitian ini meliputi :

1. Pada penelitian ini, air limbah domestik diwakili oleh air limbah yang

berasal dari saluran kolektor pada Komplek Perumahan Hang Tuah Permai

Kota Tanjungpinang.

2. Air limbah diambil pada pagi hari sekitar jam 7.30 WIB dan sore hari sekitar

jam 17.30 WIB.

3. Kinerja reaktor hanya berdasarkan kajian terhadap penurunan parameter

BOD, COD, Nitrat dan Fosfat.

E. Metode Penelitian

1. Kerangka Kerja

Langkah – langkah pokok dalam penelitian eksperimen ini adalah

Melakukan survey kepustakaan yang relevan mengenai limbah cair

domestic, lahan basah buatan, serta tanaman Iris pseudoacorus

Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah mengenai perlunya

pengelolaan limbah cair domestik

Merumuskan hipotesis awal, berdasarkan atas penelaahan kepustakaan

Mengidentifikasi pengertian-pengertian dasar dan variable-variabel utama

Mengambil data primer (konsentrasi BOD, COD dan TSS limbah cair

domestic yang berasal dari komplek Perumahan Hang Tuah permai Kota

Tanjungpinang.

Menyusunrencana penelitian eksperimen

Melakukan penelitian eksperimen

43

Mengatur data yang diambil selama penelitian sehingga dapat

mempermudah analisis selanjutnya dengan menempatkan dalam rancangan

yang memungkinkan untuk memgamati efek yang diperkirakan ada

Identifikasi Masalah Studi Literatur

Pengumpulan data primer

(Konsentrasi BOD, COD dan TSS dari air

limbah komplek Perumahan Hang Tuah

Permai

Desain Penelitian dan Persiapan

Penelitian

Lahan Basah Buatan

Sampling dan Pengujian

Analisis Data Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja

44

Sampel limbah cair

Pengujian Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 112Tahun 2003

BOD

COD > 0.6 Pretreatment

BML ?

BOD

COD > 0.6

Pengolahan Biologis

Lahan Basah Buatan dengan Tanaman Iris Pseudoacorus

BML ?

Stop

Stop

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian

Tidak

45

Sebagaimana disajikan dalam bagan alir di atas, langkah awal dari penelitian

ini adalah memeriksa parameter BOD, COD dan TSS dari sampel limbah cair

domestic yang berasal dari komplek perumahan Hang Tuah Permai untuk kemudian

dibandingkan dengan Baku Mutu Lingkungan, dalam hal ini Baku Mutu Limbah

Cair Domestik yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 112 Tahun 2003. Jika hasil pemeriksaan yang diperoleh memenuhi baku

mutu limbah cair domestik yang disyaratkan maka penelitian dihentikan, akan tetapi

jika hasil pemeriksaan sampel tidak memenuhi baku mutu limbah cair domestic

maka langkah selanjutnya adalah mencari rasio BOD : COD

Rasio BOD : COD harus lebih besar dari 0.6 agar dapat diolah di dalam

rekator lahan basah buatan. Hal ini merupakan syarat dari pengolahan biologis

karena jika rasio BOD : CODtidak mencapai 0.6 menandakan air limbah bersifat

toxic, hal ini dapat mengganggu pengolahan biologis karena dapat menyebabkan

kematian mikroorganisme yang seharusnya mendagradasi pencemar dalam air

limbah. Semakintinggi rasioBOD : COD maka semakin tinggi biodegradibilitas dari

air buangan (Papadopoulos et.al., 2001). Langkah yang dilakukan jika rasio BOD :

COD tidak mencapai0.6 adalah dengan melakukan pengolahan pendahuluan

(pretreatment), dalam penelitian ini digunakan bak ekualisasi sampai nilai rasio

BOD : COD lebih besar dari 0.6 untuk kemudian dialirkan ke dalam reactor lahan

basah buatan. Selanjutnya akan dilakukan pengujian air limbah yang telah diolah

dalam reaktor lahan basah buatan untuk kembali dibandingkan dengan baku mutu

limbah cair domestik berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05

Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

46

2. Prosedur penelitian

a. Perancangan Lahan Basah Buatan

Pembuatan dan penempatan lahan basah buatan dilakukan di lahan kosong

yang berada di areal komplek perumahan Griya Hang Tuah Permai tempat dimana

sampel air limbah tersebut berasal. Dimensi lahan basah buatan dengan skala model

akan dibuat dengan spesifikasi seperti pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2 Dimensi Lahan Basah Buatan

No. Spesifikasi Ukuran (m) Keterangan

1 Tinggi 0.6

2 Diameter 0.3

3 Kedalaman air (dari dasar media) 0.5

4 Jenis aliran Vertical subsurface

5 Lumpur – ketebalan Pasir – ketebalan Kerikil – ketebalan

0.1 0.2 0.2

Sumber : Evasari (2012) dengan modifikasi

Media tanam disusun sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu kerikil

berfungsi sebagai filter dan rongga yang tersusun antar kerikil memungkinkan

oksigen masuk sampai kedasar.Sedangkan lumpur berfungsi untuk pertumbuhan

mikroorganisme dan tanaman air.

Persiapan media tanam disusun dari bawah ke atas sebagai berikut:

No. Spesifikasi Kedalaman (m) Keterangan

1 Lumpur Menggunakan lumpur dari kolam ikan yang dicampur kompos

2 Pasir Pasir berdiameter 1- 5 mm

3 Kerikil Kerikil berukuran3 cm3 Sumber : Evasari (2012) dengan modifikasi

Tabel 3.3 Penyusunan Media Tanam

47

Setelah konstruksi lahan basah selesai, dilakukan pelapisan dasar reaktor

dengan lumpur, pasir dan kerikil. Selanjutnya dilakukan penanaman Echinodorus

palaefolius. Penggunaan lumpur dimaksudkan untuk mengoptimalkan pengolahan

mengingat dalam lumpur mengandung sejumlah besar bakteri, jamur, protozoa dan

algae yang berfungsi mendekomposisi bahan seperti bahan organic kimia, pathogen

dan juga logam berat. Gambar 3.6 menunjukkan sketsa lahan basah buatan yang

akan dibangun.

Sumber : Muhajir (2013) dengan modifikasi

60 cm

30 cm Bak penampung effluent

Bak ekualisasi

Lumpur 10 cm

Pasir 20 cm

Kerikil 20 cm

Iris Pseudoacorus

Gambar 3.3 Sketsa Lahan Basah Buatan

48

b. Aklimatisasi Tanaman Percobaan

Setelah unit lahan basah buatan selesai dan telah dilakukan penanaman Iris

pseudoacorusselama 1 bulan pada beberapa polybaghingga mencapai ketinggian 30

cmmaka dapat dilakukan pemilihan tanaman yang memungkinkan untuk digunakan

dalam penelitian. Sehubungan dengan tidak adanya kriteria khusus terkait usia

tanaman yang baik digunakan dalam pengolahan limbah, pertimbangan dalam

penentuan ketinggian ini didasarkan pada kebutuhan dari penelitian yang akan

dilakukan terkait ukuran diameter bak reaktor yang digunakan.

Tahap berikutnya adalah aklimtisasi agar sistem menjadi stabil terutama

tanaman Iris pseudoacorussebagai penyerap utama pencemar. Aklimatisasi

dimaksudkan untuk mengadaptasikan unit penelitian untuk proses pengolahan

limbah. Pada unit lahan basah buatan ditumbuhkan tanaman Iris pseudoacorus agar

mikroorganisme dapat berkembang dengan baik selama 5 hari.

Untuk mencegah terjadinya shock loading maka dilakukan pentahapan

pengisian air limbah, dengan komposisi awal berupa 20 % air limbah dan 80 % air

bersih selama satu hari. Selanjutnya pada hari kedua ditambahkan air limbah

sehingga komposisinya menjadi 50 % air limbah dan 50 % bersih. Pada hari ketiga

dilakukan aklimatisasi ulang dengan air limbah rumah tangga yang sama dengan

konsentrasi 100 %. Setelah dua hari, air limbah dibuang dan dialiri dengan air

sumur selama 1(satu) jam, kemudian dilakukan Penelitian Pendahuluan.

49

c. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan diperlukan untuk mengetahui karakteristik limbah

cair yang sesuai untuk penelitian utama dengan melihat laju pertumbuhan relatif

atau relative growth rate dari tanaman Iris Pseudoacorus yang diberi perlakuan

berbeda dalam kurun waktu satu minggu. Adapun beberapa perlakuan yang

diberikan yaitu

25 % limbah dan 75% air sumur

50 % air limbah dan 50 % air sumur

75 % air limbah dan 25 % air sumur, dan

100 % air limbah

Rumus perhitungan RGR yang diacu dari Mitchell (1974) adalah sebagai

berikut :

푅퐺푅 = ln푋푡 − ln푋표

Keterngan :

RGR : pertumbuhan spesifik harian (gram/hari)

Xt : biomassa setelah waktu ke-t

Xo : biomassa awal

T : waktu pengamatan ke-t

Perlakuan yang dianggap layak untuk diteruskan pada penelitian utama

adalah perlakuan dengan persentase air limbah terbesar dengan nilai rata-rata RGR

> 0. Tahap selanjutnya adalah penentuan konsentrasi beberapa parameter limbah

cair pada perlakuan tersebut sebagai gambaran awal kualitas limbah cair yang akan

digunakan pada penelitian utama.

50

d. Penelitian Utama

Pemasangan saringan kasar dan halus pada saluran air sebelum air masuk ke

bak ekualisasi untuk menyaring sampah-sampah yang terbawa bersama air

limbah domestic agar tidak menggangu kinerja reactor

Air limbah rumah tangga yang diambil dari komplek perumahan Hang Tuah

Permai, Tanjungpinang pada saat pagi (sekitar jam 7.30 WIB) dan sore

(sekitar jam 17.30 WIB) dihomogenkan ke dalam bak ekualisasi untuk

dilakukan pre treatment (bila diperlukan). Disamping itu hal ini bertujuan

agar volume air limbah yang masuk ke lahan basah buatan dapat dibuat

seragam mengingat limbah cair yang dihasilkan berfluktuatif dalam 1 hari.

Pengisian air limbah pada masing-masing media yang telah ditanami Iris

pseudoacorus dengan berat tanaman 2 kg dan dilakukan pengamatan dengan

variasi hari ke 1, ke 2, ke 3 dan ke 4 hari. Perlakuan selanjutnya

menggunakan tanaman Iris pseudoacorus dengan variasi berat 200g, 400g,

600g, 800kg dengan waktu yang optimum. Waktu optimum adalah waktu

dimana reaktor mampu menurunkan kadar BOD, COD, Nitrat dan Fosfat

hingga memenuhi Baku Mutu Lingkungan sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2014

Dilakukan pengukuran suhu dan pH air limbah dengan menggunakan alat

pH-meter merk SCHOTT dan hasilnya di catat.

Pengambilan sampel air limbah dan ditempatkan dalam botol plastik,

sebanyak 500 ml untuk pengujian parameter COD & TSS dan botol sampel

51

COD ditambahkan larutan H2SO4 konsentrasi 90 %,sebanyak 1 ml untuk

pengawetan (fiksasi).

Untuk pengujian BOD, pengambilan sampel menggunakan botol plastik

ukuran 1000 ml.

Pengukuran suhu dan pH air limbah serta pengambilan sampel, dilakukan

pada saat pengisian media (t=0) dan dilakukan pengukuran maupun

pengambilan sampel ulang pada jam yang sama dengan pengambilan

pertama (t=0).

Dilakukan analisis laboratorium terhadap parameter air limbah sesuai

dengan standard, yaitu :

- Untuk BOD sesuai dengan SNI 06-2503-1991

- Untuk COD sesuai dengan SNI 19-4243-1989

- Untuk Nitrat sesuai dengan SNI 6989.79:2011

- Untuk Fosfat sesuai dengan SNI 06-6989.31-2005

Pengujian dilakukan di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit, Jln. RE Martadinata no 16 Sekupang, Batam

3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah perbedaan

biomassa tanaman air yang direplikasikan melalui jumlah polybagserta perbedaan

detensi waktu yang direplikasikan melalui waktu tinggal limbah dalam media

reaktor. Percobaan ini dinamakan RAL karena unit percobaan yang digunakan

relatif homogen (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Tabel rancangan penelitian dapat

dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5

52

Tabel 3.4. Tabel Rancangan Penelitian Variasi Detensi Waktu

Ulangan Perlakuan

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari

1 PH11 PH21 PH31 PH41 2 PH12 PH22 PH32 PH42 3 PH13 PH23 PH33 PH43

Perlakuan dalam penentuan waktu optimum terdiri atas empat perlakuan,

yaitu limbah cair dengan waktu tinggal 1 hari (PH1), 2 hari (PH2), 3 hari (PH3) dan

4 hari (PH4). Selanjutnya gambar setting perlakuan detensi waktu dapat dilihat pada

gambar 3.2

Gambar 3.4 Setting Perlakuan Variasi Detensi Waktu

PH1 PH2 PH3 PH4

PT1 PT2 PT3 PT4

Gambar 3.5 Setting Perlakuan Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

53

Sedangkan perlakuan dalam penentuan biomassa tanaman yang efektif juga

terdiri atas empat perlakuan, yaitu limbah cair dengan penambahan tanaman dengan

rata-rata biomassa 200 gr/bak (PT1), 400 gr/bak (PT2), 600 gr/bak (PT3) dan 800

g/bak (PT4). Gambar setting perlakuan variasi biomass Iris pseudoacorus dapat

dilihat pada gambar 3.3

Tabel 3.5. Tabel Rancangan Penelitian Variasi biomassa Iris pseudoacorus

Ulangan Perlakuan

200 gr/bak 400 gr/bak 600 gr/bak 800 gr/bak

1 PT11 PT21 PT31 PT41 2 PT12 PT22 PT32 PT42 3 PT13 PT23 PT33 PT43

Model linier Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan pada

penelitian ini mengacu pada Mattjik dan Sumertajaya (2006) sebagai berikut.

Yij = μ + τi + ɛij

Keterangan:

Yij : Nilai parameter kualitas air yang diamati terhadap perbedaan biomassa

dan/atau kerapatan tanaman airserta perbedaan detensi waktu ke-i; i=1,2,3

dan ulangan (wadah) ke-j;j=1,2,3

μ : rataan umum

τi : pengaruh perlakuan jumlah pot tanaman air ke-i

ɛij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

54

4. Analisis Data

a. Efektivitas Lahan Basah Buatan

Efektivitas penyisihan polutan dalam reaktor lahan basah buatan tergantung

dari karakteristik air limbah dan kemampuan tanaman dalam mereduksi zat

pencemar.Efektivitas lahan basah buatan ditunnjukkan dengan persentase reduksi

polutan. Perhitungan persentase reduksi pencemar dalam lahan basah buatan dengan

menggunakan rumus (Evasari, 2012) :

Dimana :

Co = nilai tiap parameter dari karakteristik limbah sebelum perlakuan

Ct = nilai tiap parameter dari karakteristik limbah sesudah perlakuan

b. Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ. Analisis data

menggunakan Rancangan Acak Lengkap umumnya disajikan dalam bentuk tabel

sidik ragam. Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari tabel sidik ragam tersebut.

1. Jika nilai Fhitung>Ftabel, maka tolak H0, berarti minimal ada satu perlakuan yang

memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap perubahan kualitas air limbah

(τ1 ≠ τ2 ≠ τ3), dan

2. Jika nilai Fhitung<Ftabel, maka gagal tolak H0, berarti tidak ada perlakuan yang

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perubahan kualitas air

limbah (τ1 = τ2 = τ3).

55

H0 : tidak ada pengaruh faktor biomassa rata-rata dan/atau kerapatan tanaman

air terhadap nilai parameter kualitas air

H1 : ada pengaruh faktor biomassa rata-rata dan/atau kerapatan tanaman air

terhadap nilai parameter kualitas air

Tabel 3.6. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

(JK)

Kuadrat Tengah

(KT) F hitung F tabel

Perlakuan p-1 JKP KTP KTP/KTS (dbp,dBS)

Sisa p(q-1) JKS KTS

Total pq -1 JKT

c. Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah

dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan

distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah

ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi

sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji

normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika

signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika

signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan

pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti

data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal

baku, berarti data tersebut tidak normal.Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05

maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji

dengan data normal baku

56

Signifikansi metode Kolmogorov-Smirnov umumnya menggunakan tabel

pembanding Kolmogorov-Smirnov di bawah ini.

Tabel 3.7. Tabel pembanding Kolmogorov-Smirnov

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference

Statistik Var I

N Sampel Mean

Simpangan Baku Dn =

KS Tabel Normal/Tidak Normal

d. Uji Homogenitas Bartlett

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa

sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal

dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Uji Bartlett digunakan untuk

menguji homogenitas varians lebih dari dua kelompok data)

Rumus Uji Bartlett yaitu:

X2 = (ln n) { B - ∑dk log si2 }

Dimana :

N = jumlah data

B = (∑dk) log s2 ; yang mana s2 = ∑( )∑

si2 = Varians data untuk setiap kelompok ke-i

dk = derajat bebas

57

Hipotesis pengujian :

Ho = σ12 = σ2

2= σ32 = σ4

2

Ha = paling sedikit salah satu tanda tidak sama

Kriteria Pengujian :

Jika X2 hitung ≥ X2 tabel, maka Tolak Ho

Jika X2 hitung < X2 tabel, maka Terima Ho

e. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey

Uji Tukey biasa juga disebut uji beda nyata jujur (BNJ) atau honestly

significance diffirence (HSD), diperkenalkan oleh Tukey (1953). Uji Tukey

digunakan untuk membandingkan seluruh pasangan rata-rata perlakuan setelah uji

Analisis Ragam di lakukan. Formulasi perhitungan nilai kritis uji Tukey HSD

adalah sebagai berikut :

BNJα = q(p, v, α) .

Dengan :

P = jumlah perlakuan

v = derajat bebas galat

α = taraf nyata

r = banyaknya ulangan

q = nilai kritis diperoleh dari tabel wilayah nyata.

KTG = kuadran tengah galat

58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Limbah Cair Domestik

Toksisitas air limbah dapat diekspresikan dengan besarnya konsentrasi

BOD, COD serta unsur hara lainnya seperti Nitrat dan Fosfat. Tingginya beberapa

parameter kualitas air limbah tersebut diperikirakan dapat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman yang menjadi agen bioremediator dalam penelitian ini.

Akumulasi nitrat dan fosfat berlebih dalam batang dapat menjadi racun bagi

tanaman (Ikeda, 1991), sedangkan kadar BOD dan COD yang tinggi dapat

menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut pada reaktor uji. Oleh karena

itu perlu dilakukan uji pendahuluan dengan cara memaparkan air limbah pada

tanaman uji dengan konsentrasi yang berbeda dalam kurun waktu satu minggu,

perbedaan konsentrasi diaplikasikan melalui perbandingan antara air limbah dan air

sumur. Tujuan dari uji pendahuluan ini adalah untuk memperkirakan konsentrasi

maksimum polutan limbah yang masih dapat ditolerir oleh kemampuan adaptasi

dari tanaman Iris pseudoacorus untuk kemudian digunakan pada penelitian utama.

Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus

NO PERBANDINGAN KOMPOSISI

ULAN-GAN

BIOMASSA AWAL (gr)

BIOMASSA 7 HARI (gr)

PERTUMBUHAN

RELATIF

RGR RATA RATA

1 25 % - 75 % 1 200,7 248,2 0,030

0,032 2 201,1 251,6 0,032 3 200,4 252,5 0,033

2 50 % - 50 % 1 200,4 234,6 0,023

0,021 2 200,2 232,7 0,021 3 200,4 229,9 0,020

3 75 % - 25 % 1 201,2 213,5 0,008

0,012 2 200,9 220,1 0,013 3 200,6 223,9 0,016

4 100 % - 0 % 1 200,2 188,6 -0,009

-0,009 2 200,1 191,4 -0,006 3 200,1 182,5 -0,013

59

Berdasarkan Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus selama

uji pendahuluan diketahui bahwa perbandingan komposisi air limbah yang sesuai

untuk digunakan pada penelitian utama adalah perbandingan 75 % air limbah dan

25 % air sumur (perlakuan 3) dengan Nilai Laju Pertumbuhan Relatif (RGR)

sebesar 0.012 gram/hari. Perlakuan tersebut merupakan perlakuan dengan

komposisi air limbah terbesar yang masih dapat di tolerir oleh kemampuan adaptasi

dari tanaman Iris pseudoacorus. Nilai Laju Pertumbuhan Relatif (RGR) terbesar

didapat pada perlakuan pertama dengan perbandingan 25 % air limbah dan 75 % air

sumur. Perlakuan ini tidak dapat dilanjutkan pada Penelitian Utama karena

komposisi air limbah yang digunakan tidak mempresentasikan kualitas air limbah

yang sebenarnya meskipun memiliki nilai Laju Pertumbuhan Relatif terbesar yakni

0.032 gram/hari. Sedangkan Perlakuan dengan Nilai Laju Pertumbuhan Relatif

terkecil yakni -0.009 gram/hari juga tidak dapat dilanjutkan pada utama karena

perlakuan tersebut mengindikasikan adanya penurunan bobot basah tanaman Iris

pseudoacorus sebagai respon dari ketidakmampuan tanaman tersebut untuk

beradaptasi dengan tingginya unsur pencemar dari air limbah yang dipaparkan.

Gambar 4.1 menunjukkan adanya penurunan Laju Pertumbuhan Relatif Iris

pseudoacorus seiring dengan bertambahnya komposisi air limbah yang digunakan.

hal ini menunjukkan bahwa toksisitas dari air limbah yang digunakan dalam

penelitian cukup tinggi sehingga mampu mempengaruhi Nilai Laju Pertumbuhan

Relatif Iris pseudoacorus secara signifikan. Pengaruh yang muncul dapat berupa

gangguan pada proses fotosintesis, transportasi nutrisi dan energi serta gangguan

struktur tanaman di tingkat sel karena keberadaan unsur hara yang berlebihan.

60

Gambar 4.1. Grafik Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus

Kandungan bahan organik yang terdapat dalam air limbah pada perlakuan 3

dengan konsentrasi awal BOD sebesar 565 mg/L dan COD sebesar 96 mg/L

menurut Rump dan Krist (1992), merupakan air limbah dengan tingkat pencemaran

berat. Tingginya kandungan BOD dan COD dalam air limbah tersebut diperkirakan

sebagai hasil dari proses perombakan bahan organik yang terakumulasi dari

beberapa aktivitas yang potensial menimbulkan polutan dalam jumlah yang besar

dan atau dengan konsentrasi cukup tinggi, seperti perumahan dan pusat pertokoan.

Tabel 4.2. Konsentrasi awal Beberapa Parameter Limbah Domestik

0,032

0,021

0,012

-0,009

-0,02

-0,01

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Rati

o Gr

owth

Rat

e

Perlakuan Perbandingan Konsentrasi Air Limbah

Laju Pertumbuhan Relatif Iris pseudoacorus

NO PERBANDINGAN KOMPOSISI

ULAN-GAN

BIOMASSA AWAL (gr)

BIOMASSA 7 HARI (gr)

PERTUMBUHAN

SPESIFIK

RGR RATA RATA

1 75 % - 25 % 1 201,2 213,5 0,008

0,012 2 200,9 220,1 0,013 3 200,6 223,9 0,016

No Parameter Hasil Uji

Rasio BOD : COD Keterangan

1 BOD 565 0,589 Perlu

Pratreatment 2 COD 960 3 Nitrat 23,228 4 Pospat 20,417

61

Konsentrasi COD yang jauh lebih tinggi dari BOD dengan Rasio sebesar

0.589 mengindikasikan bahwa air limbah masih bersifat non-biodegradable

sehingga perlu dilakukan pra-treatment, hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai

Laju Pertumbuhan Relatif Iris Pseudoacorus, dengan rata rata pertambahan

biomassa tanaman hanya berkisar diantara 10 hingga 20 gram selama uji

pendahuluan. Adapun pra-treatment yang dilakukan untuk meningkatkan rasio

BOD:COD sehingga melebihi 0.6, yang merupakan batas rasio bagi air limbah

untuk dapat diolah secara biologis adalah penyaringan (screening) material kasar

untuk kemudian disalurkan tangki ekualisasi yang di lengkapi aerator untuk

meredam variasi debit air limbah sehingga mampu meningkatkan performa proses

biologi akibat tidak adanya shock loading. Penambahan aerator dimaksudkan untuk

mencegah terbentuknya kondisi septik yang dapat menimbulkan bau serta

menghindari pengendapan padatan semaksimal mungkin. Disamping itu digunakan

suatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat

teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut

grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah

sehingga partikel – partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus

dialirkan untuk proses selanjutnya.

Hasil analisa kandungan awal bahan organik lainnya pada air limbah

tersebut adalah 23.22 mg/l untuk parameter Nitrat dan 20.41 mg/l untuk Parameter

Fosfat. Berdasarkan konsentrasi kedua parameter tersebut maka air limbah dengan

komposisi 75 % air limbah dan 25 % air sumur masih termasuk golongan air limbah

dengan tingkat pencemaran yang tinggi (Rump dan Krist, 1992).

62

Sesuai dengan keputusan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 05

tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, telah mempersyaratkan bahwa

kandungan BOD, COD dan Nitrat dalam air limbah domestik yang boleh dibuang

ke perairan umum masing masing adalah 150 mg/L, 300 mg/L dan 30 mg/L.

Berdasarkan hal tersebut, maka limbah cair yang berasal dari Perumahan Griya

Hang Tuah Permai tersebut masih perlu dilakukan pengolahan sehingga kualitas air

limbah yang akan dibuang ke badan air dapat memenuhi baku mutu yang

dipersyaratkan. Dengan polutan sebagian besar berupa bahan organik, tingkat

pencemarannya yang relatif tinggi dan debit limbah yang fluktuatif, maka sistem

pengolahan limbah dapat menggunakan sistem yang sederhana, namun harus

memiliki efektifitas yang tinggi dengan cara modifikasi beberapa komponen

pengolahan limbah yang telah ada. Disamping itu, agar sistem pengolah limbah

tersebut dapat terpelihara dengan baik, maka diperlukan sistem pengolahan limbah

yang mudah dan murah opersionalnya. Salah satu alternatif sistem tersebut adalah

sistem lahan basah buatan. Sistem pengolah limbah lahan basah buatan ini hanya

membutuhkan bak-bak sederhana, sehingga tidak membutuhkan biaya besar untuk

membuat instalasi bangunannya.

Pengolahan limbah dengan sistem lahan basah buatan mengandalkan kinerja

tanaman dan mikroba yang bekerja secara alamiah, sehingga tidak membutuhkan

sistem pengoperasian rumit dan dapat menekan biaya operasionalnya. Keunggulan

lain dari sistem ini adalah relatif tahan dengan debit limbah yang bervariasi,

sehingga cocok untuk digunakan untuk pengolahan air limbah perumahan.

63

B. Pengaruh Variasi Detensi Waktu terhadap Sistem Lahan Basah Buatan

1. Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan

Setelah dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui perbandingan

komposisi air limbah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman Iris pseudoacorus,

yang kemudian dilanjutkan dengan proses karakterisasi air limbah tersebut untuk

menganalisa konsentrasi beberapa paremeter air limbah, maka tahap selanjutnya

adalah melakukan Penelitian Utama dengan cara memaparkan sebanyak 200 gram

tanaman Iris pseudoacorus kepada air limbah domestik dengan lama waktu

penanaman yang berbeda guna mendapatkan waktu yang optimum bagi sistem

lahan basah untuk dapat mengolah air limbah yang memenuhi baku mutu air

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2014.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter uji (BOD, COD, Nitrat

dan Fosfat)) setiap hari selama 4 hari, maka terjadi penurunan konsentrasi parameter

uji dengan rincian untuk masing-masing paramater uji sebagaimana tersaji pada

Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan

NO parameter Satuan Baku Mutu

Waktu Penanaman 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari

1 COD mg/L 300 832 677 325 272 2 BOD mg/L 150 517 432 299 149 3 Nitrat mg/L 30 21.088 16.969 9.441 7.203 4 Fosfat mg/L - 14.583 12.222 10.194 9.722

Semua paramater uji menunjukkan adanya penurunan konsentrasi yang

signifikan dari empat perlakuan yang diberikan, dimana konsentrasi terbesar

terdapat pada perlakuan pertama dan cenderung turun hingga perlakuan ke empat

yang memiliki konsentrasi terkecil. Adapun nilai maksimum masing-masing

64

parameter uji pada perlakuan pertama adalah 832 mg/L untuk COD, 517 mg/L

untuk BOD, 21.088 mg/L untuk Nitrat dan 14.583 mg/L untuk Fosfat, sedangkan

nilai minimum parameter uji pada perlakuan ke-empat berturut-turut yakni 272

mg/L, 149 mg/L, 7.203 mg/L dan 9.722 mg/L.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan penurunan

konsentrasi parameter uji sejalan dengan lamanya waktu penanaman. hal ini dapat

dimengerti mengingat penurunan parameter limbah domestik sangat bergantung

pada aktivitas organisme dan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara,

oleh karena itu semakin lama waktu penanaman maka semakin besar materi organik

yang tereliminasi melalui mekanisme biodegradasi.

Menurut Tangahu dan Warmadewanthi (2001) aktivitas mikroorganisme

dalam reaktor mampu mendegradasi sebagian besar bahan organik dalam air limbah

berupa Nitrat dan Fosfat yang akan mempengaruhi konsentrasi BOD dan COD pada

effluent air limbah.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Darmayanti (2002) yang menyatakan

bahwa untuk perpanjangan waktu reaksi akan menghasilkan penyisihan organik

yang lebih baik karena kontak antara mikroorganisme dengan limbah berlangsung

cukup lama. Hal serupa juga terjadi pada penelitian yang dilakukan Rina et.al

(2011) dimana efisiensi reduksi zat organik terlarut pada waktu retensi 5 hari lebih

rendah daripada yang dihasilkan dengan waktu retensi 10 hari. Hal ini menunjukkan

bahwa dampak penahanan atau retensi memberikan pengaruh terhadap kinerja

sistem lahan basah buatan.

65

a. Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan apakah sebuah

variabel memiliki sebaran data yang berdistribusi normal atau tidak yang

merupakan salah satu syarat untuk uji statistik parametris. Konsep dasar dari uji

normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data

(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Seperti pada uji

beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang

signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang

signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah dengan

membandingkan antara nilai kolmogorov hitung dengan kolmogorov tabel.

Tabel 4.4. Hasil Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov

NO parameter N Sampel Mean Simpangan

Baku KS Hit KSTab Ket

1 COD 12 526.6 246.1 0.281 0.393 Normal 2 BOD 12 349.3 148.9 0.115 0.393 Normal 3 Nitrat 12 13.67 5.855 0.249 0.393 Normal 4 Fosfat 12 11.68 2.009 0.262 0.393 Normal

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa penurunan parameter air

limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan dengan variasi detensi waktu yang berbeda

memiliki sebaran data yang berdistribusi normal. Pada derajat kepercayaan 95%

dengan banyaknya sampel 12 buah didapat nilai Kolmogorov Smirnov (KS) Tabel

sebesar 0.393. Adapun nilai Kolmogorov Smirnov (KS) Hitung untuk parameter

COD sebesar 0.281, BOD 0.115, Nitrat 0.249 dan Fosfat 0.262, dimana nilai

Kolmogorov Smirnov (KS) Hitung semua parameter tersebut lebih kecil dari nilai

Kolmogorov Smirnov (KS) Tabel, Oleh karenanya berarti data Berdistribusi

Normal.

66

b. Uji Asumsi Homogenitas Bartlett

Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa

sekumpulan data yang dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal

dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya. Uji Bartlett digunakan untuk

menguji homogenitas varians lebih dari dua kelompok data. Uji bartlett dapat

digunakan apabila data yang digunakan sudah di uji normalitas dan datanya

merupakan data normal. Konsep dasar dari Uji Asumsi Homogenitas Bartlett adalah

membandingkan nilai CQ hitung dengan CQ tabel dengan kriteria pengujian jika

CQ hitung < CQ tabel maka terima H0 yang berarti semua data bersifat homogen.

Tabel 4.5. Hasil Uji Asumsi Homogenitas Bartlett

NO parameter N Sampel Mean Varians

Gabungan CQ

Hitung CQ Tabel

0.95(3) Ket

1 COD 12 526.6 246.1 1.74 7.81 Homogen 2 BOD 12 349.3 148.9 6.49 7.81 Homogen 3 Nitrat 12 13.67 5.855 6.96 7.81 Homogen 4 Fosfat 12 11.68 2.009 5.50 7.81 Homogen

Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa penurunan parameter air

limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan dengan variasi detensi waktu yang berbeda

relatif bersifat homogen. Pada derajat kepercayaan 95% dengan banyaknya sampel

12 buah didapat nilai CQ Tabel sebesar 7.81. Adapun nilai CQ hitung masing-

masing parameter yakni 1.74 untuk parameter COD, 6.49 untuk BOD, 6.96 untuk

Nitrat serta 5.50 untuk parameter Fosfat. Dimana nilai CQ hitung semua parameter

tersebut lebih kecil dari nilai CQ tabel, Oleh karenanya berarti data berasal dari

populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya dan memenuhi syarat untuk uji

statistik parametris.

67

c. Uji One Way Anova ( Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap)

Analisis variansi satu arah atau yang sering disebut sebagai rancangan acak

lengkap adalah suatu prosedur untuk menguji perbedaan rata-rata/ pengaruh

perlakuan dari beberapa populasi (lebih dari dua) dari suatu percobaan yang

menggunakan satu faktor,dimana satu faktor tersebut memiliki 2 atau lebih level,

dengan tujuan menguji apakah rata-rata lebih dari dua sampel tersebut berbeda

secara signifikan atau tidak. Dalam penelitian ini populasi diwakili oleh jumlah

pengulangan sedangkan faktor diwakili oleh perlakuan detensi waktu yang berbeda.

Tabel 4.6. Hasil Uji One Way Anova

NO parameter N Sampel Mean P-Value F

Hit F

Tab Keterangan

1 COD 12 526.6 4.06 e-10 741.02 4.07 Berbeda Nyata 2 BOD 12 349.3 1.09 e-05 55.13 4.07 Berbeda Nyata 3 Nitrat 12 13.67 8.12 e-13 3515.26 4.07 Berbeda Nyata 4 Fosfat 12 11.68 1.38 e-10 971.83 4.07 Berbeda Nyata

Hasil analisis one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05)

menunjukkan rata-rata penurunan parameter air limbah pada Sistem Lahan Basah

Buatan untuk tiap harinya berbeda secara nyata dimana hasil signifikansi semua

parameter uji berkisar diantara 1.09 e-05 - 8.12 e-13 (p<0.05). Disamping itu

perbandingan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel juga menunjukkan hal yang

tidak jauh berbeda, yakni adanya perbedaan yang signifikan terhadap penurunan

parameter air limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan untuk semua parameter uji

(F hit > F tab). Nilai F tabel yang didapat dari Analisis Ragam Rancangan Acak

Lengkap sebesar 4.07 sedangkan nilai F hitung masing-masing parameter uji adalah

741.02 untuk parameter COD, 55.13 untuk BOD, 3515.26 untuk Nitrat, serta

971.83 untuk parameter fosfat.

68

d. Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey

Uji beda nyata jujur (BNJ) sering juga disebut uji Turkey (Honestly

Significant Difference = HSD). Uji Tukey digunakan untuk membandingkan seluruh

pasangan rata-rata perlakuan setelah uji Analisis Ragam di lakukan. Konsep

pengujian Uji Tukey adalah membandingkan nilai mutlak selisih kedua rata-rata

yang akan dlihat perbedaannya dengan nilai HSD.

Tabel 4.7. Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey

NO parameter Perlakuan Mean Nilai BNJ Mean + BNJ Notasi Keterangan

1 COD

1 Hari 832 45.1 877 D Setiap Perlakuan Berbeda secara

Signifikan

2 Hari 677 45.1 722 C 3 Hari 325 45.1 370 b 4 Hari 272 45.1 317 a

2 BOD

1 Hari 517 98.1 615 c Perlakuan 1 dan 2 tidak

berbeda secara

signifikan

2 Hari 432 98.1 530 c 3 Hari 299 98.1 397 b 4 Hari 149 98.1 247 a

3 Nitrat

1 Hari 21.088 0.523 21.611 d Setiap Perlakuan Berbeda secara

Signifikan

2 Hari 16.969 0.523 17.492 c 3 Hari 9.441 0.523 9.964 b 4 Hari 7.203 0.523 7.726 a

4 Fosfat

1 Hari 14.583 0.369 14.952 d Setiap Perlakuan Berbeda secara

Signifikan

2 Hari 12.222 0.369 12.591 c 3 Hari 10.194 0.369 10.563 b 4 Hari 9.722 0.369 10.091 a

Berdasarkan analisis Uji Lanjut yang dilakukan didapat Nilai BNJ untuk

setiap parameter berbeda sesuai dengan Derajat Bebas Galat hasil dari Analisis

Ragam Rancangan Acak Lengkap. Adapun nilai BNJ untuk parameter COD sebesar

45.1, BOD sebesar 98.1, Nitrat 0.523 dan Fosfat 0.369. hasil perbandingan rata-rata

perlakuan dan nilai BNJ untuk paramater COD, Nitrat dan Fosfat menunjukkan

bahwa setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda secara signifikan atau

69

dengan kata lain penurunan parameter COD, Nitrat dan Fosfat pada Sistem Lahan

Basah Buatan tidak sama antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya yang

ditandai dengan berbedanya notasi antar perlakuan. Sedikit berbeda untuk parameter

BOD dimana hasil perbandingan rata-rata perlakuan dan nilai BNJ pada perlakuan

ke-1 dan ke-2 memiliki notasi yang sama, hal ini menunjukkan bahwa penurunan

parameter BOD pada Sistem Lahan Basah Buatan untuk hari ke-1 dan ke-2 tidak

jauh berbeda, sedangkan hari ke-2 dan ke-3 berbeda secara signifikan.

e. Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua

atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).

dimana tujuannya adalah mengetahui arah hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen

apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Dalam penelitian ini Analisis regresi linier berganda digunakan untuk

mengetahui hubungan antar parameter yang terjadi selama berlangsungnya

penelitian. Adapaun hubungan yang ingin diketahui adalah Hubungan paramater

Nitrat dan Fosfat terhadap parameter BOD dan COD. Adapun asumsi dasar yang

digunakan dalam kajian hubungan antar parameter ini yaitu : tinggi rendahnya

kandungan nitrat dan fosfat akan mempengaruhi konsentrasi BOD dan COD yang

merupakan tolok ukur dari tinggi rendahnya tingkat pencemar suatu limbah

domestik. Adapun hubungan yang terbentuk adalah hubungan yang berbanding

lurus dimana semakin tinggi konsentrasi nitrat dan fosfat makan semakin tinggi pula

konsentrasi BOD dan COD air limbah serta sebaliknya, sehingga kajian hubungan

70

parameter ini juga dapat menggambarkan efektifitas dari lahan basah yang

digunakan.

1. Pengaruh paramater Nitrat dan Fosfat terhadap parameter BOD

Hasil perhitungan hubungan antara variabel terikat yaitu penurunan

parameter BOD dengan variabel bebas yaitu penurunan parameter Nitrat dan Fosfat

dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.8. Hasil Uji Regresi Linear Berganda parameter BOD

Perlakuan Variabel Bebas Variabel

terikat Predicted BOD Residuals Adjusted

R Square Nitrat Fosfat BOD 1 21,088 14,583 517 513.18 3,811

0.84 ≈ 84 %

2 16,969 12,222 432 448.76 -16,768 3 9,441 10,194 299 249.46 49,537 4 7,203 9,722 149 185.58 -36,580

Coefficients 36.08 -35.66 272.43 P Value 0.229

Persamaan Regresi Linear Berganda :

BOD = 272.43 + 36.08 Nitrat – 35.66 Fosfat

a. Bila nilai Nitrat bertambah satu satuan maka nilai BOD naik sebesar 36.08

satuan dengan asumsi nilai Fosfat tetap

b. Bila nilai Fosfat bertambah satu satuan maka nilai BOD turun sebesar 35.66

satuan dengan asumsi nilai Nitrat tetap

Nilai R2 (koefisien determinasi/ Adjusted R Square) ≈ 84 % yang artinya

84% variasi penurunan BOD dapat dijelaskan oleh variasi nilai varibel bebas yakni

penurunan Nitrat dan Fosfat.

71

Dari table 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan parameter Nitrat

dan Fosfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan parameter BOD,

dimana konsentrasi BOD menurun seiring dengan semakin rendahnya konsentrasi

Nitrat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Basma (2012) dimana

penurunan nilai BOD dan konsentrasi nitrat mempunyai kecenderungan yang

similar. Hubungan yang berkorelasi positif ini dapat dijelaskan mengingat Nitrat

merupakan salah satu makro nutrien yang dibutuhkan tanaman dalam

metabolismenya sehingga selama berlangsungnya penelitian terjadi penurunan

konsentrasi nitrat sebagai akibat dari proses absorbsi pada akar tanaman. Semakin

rendahnya kandungan nitrat dalam air limbah maka proses penguraian oleh bakteri

(Denitrifikasi) juga akan semakin sedikit sehingga kebutuhan oksigen untuk

penguraian materi organik (BOD) tidak terlalu banyak.

Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen (N2) secara

biologis. Bakteri yang bertanggung jawab dalam proses denitrifikasi adalah jenis

heterotrof fakultatif dimana nitrat berperan sebagai akseptor electron. Bakteri yang

melakukan proses denitrifikasi meliputi Achromobacter, aerobacter, alcaligenes,

bacillus, brevibacterium, flavobacterium, micrococcus, proteus, pseudomonas dan

spirillum. Dengan melepaskan nitrat sebagai nitrogen yang mudah menguap,

denitrifikasi dapat meminimasi fiksasi nitrogen pada pengolahan limbah cair untuk

menekan pertumbuhan alga ketika air limbah akan dilepaskan ke danau atau sungai.

Hal yang sedikit berbeda terkait hubungan yang terbentuk antara penurunan

parameter fosfat dan BOD, dimana nilai BOD cenderung bertambah ketika

konsentrasi fosfat dalam air limbah berkurang atau dengan kata lain hubungan yang

72

terbentuk adalah hubungan yang berbanding terbalik. Hal ini dapat dipahami apabila

kita merujuk pada siklus fosfor dimana tidak ada peran mikroorganisme yang

signifikan pada proses penguraian senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).

Reduksi senyawa fosfat sebagian besar diakomodir oleh proses penyerapan oleh

tanaman. Sehingga tinggi rendahnya kandungan fosfat dalam air limbah tidak akan

mempengaruhi secara langsung kebutuhan oksigen biologis dalam menguraikan

materi organik.

2. Pengaruh paramater Nitrat dan Fosfat terhadap parameter COD

Hasil perhitungan hubungan antara variabel terikat yaitu penurunan

parameter BOD dengan variabel bebas yaitu penurunan parameter Nitrat dan Fosfat

dapat dilihat pada tebl 4.0 dibawah ini.

Tabel 4.9. Hasil Uji Regresi Linear Berganda parameter COD

Perlakuan Variabel Bebas Variabel

terikat Predicted BOD Residuals Adjusted

R Square Nitrat Fosfat COD

1 21,088 14,583 832 833.89 -1.8940 0.98 ≈ 98 %

2 16,969 12,222 677 668.66 8.3326 3 9,441 10,194 325 349.61 -24.615 4 7,203 9,722 272 253.82 18.177

Coefficients 44.39 -7.474 6.712 P Value 0.06

Persamaan Regresi Linear Berganda :

COD = 6.712 + 44.39 Nitrat – 7.474 Fosfat

a. Bila nilai Nitrat bertambah satu satuan maka nilai BOD naik sebesar 44.39

satuan dengan asumsi nilai Fosfat tetap

b. Bila nilai Fosfat bertambah satu satuan maka nilai BOD turun sebesar 7.474

satuan dengan asumsi nilai Nitrat tetap

73

Nilai R2 (koefisien determinasi/ Adjusted R Square) ≈ 98 % yang artinya

98% variasi penurunan BOD dapat dijelaskan oleh variasi nilai varibel bebas yakni

penurunan Nitrat dan Fosfat.

Dari table 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan parameter Nitrat

dan Fosfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan parameter COD,

dimana konsentrasi COD menurun seiring dengan semakin rendahnya konsentrasi

Nitrat. Sedangkan fosfat membentuk hubungan yang berbanding terbalik. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kurniasih (2013) yang menyatakan bahwa

kandungan COD memiliki hubungan yang positif terhadap kandungan Fosfat dan

Nitrat. Namun lebih lanjut uji Regresi Linear yang terbentuk pada penelitian

tersebut menyatakan bahwa variabel prediktor yang berpengaruh pada nilai COD

hanyalah kandungan Nitrat. Sedangkan model Geographically Weighted Regression

menjelaskan bahwa COD akan naik sebesar 3,64 mg/l jika kandungan Nitrat dalam

air meningakat sebesar 1 mg/l. Disamping itu Hairul (2014) mengatakan bahwa

terdapat hubungan antara konsentrasi nitrat dengan efisiensi penyisihan COD pada

pengolahan limbah tahu secara denitrifikasi biologis.

Meningkatnya kandungan Nitrat yang berasal dari limbah rumah tangga

menyebabkan air menjadi tercemar dimana kadar bahan buangan oraganik maupun

non-oraganik dalam air meningkat, sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan buangan dalam air sungai secara kimia atau yang biasa disebut

COD ikut meningkat (Kurniasih, 2013).

74

2. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter uji (BOD, COD, Nitrat

dan Fosfat) setiap hari selama 4 hari, maka terjadi penurunan konsentrasi parameter

uji dengan rincian untuk masing – masing parameter uji sebagaimana tersaji pada

tabel 4.10. berikut ini :

Tabel 4.10. Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji

Perlakuan COD % Reduksi BOD %

Reduksi Nitrat % Reduksi Fosfat %

Reduksi Sampel Awal 981 597 23.182 20.264

1 Hari 832 15.2 % 517 13.4 21.088 9.03 14.583 28.03 2 Hari 677 31.0 % 432 27.7 16.969 26.80 12.222 39.68 3 Hari 325 66.8 % 299 50.0 9.441 59.28 10.194 49.69 4 Hari 272 72.3 % 149 75.0 7.203 68.93 9.722 52.02

Berdasarkan data hasil penelitian sebagaimana tersaji pada Tabel 4.10 diatas,

maka dapat diperoleh efektivitas dari sistem lahan basah buatan dalam mereduksi

berbagai parameter limbah, dimana semakin lama waktu penanaman semakin besar

penurunan kadar BOD, COD, Nitrat dan Fosfat. Tiga parameter uji menunjukkan

trend penurunan yang hampir sama dimana penurunan maksimal terjadi pada

perlakuan 3 dengan waktu penanaman yang berlangsung selama 3 hari. Adapun

parameter tersebut adalah BOD, COD dan Nitrat. Sedangkan persentase reduksi

terbesar untuk parameter fosfat terjadi pada perlakuan pertama yakni 1 hari.

Beberapa hal yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan berbagai

parameter uji dalam Sistem Lahan Basah Buatan tersebut, menurut Wood dalam

Tangahu & Warmadewanthi (2001) adalah karena adanya mekanisme aktivitas

mikroorganisme dan tanaman, proses oksidasi oleh bakteri aerob yang tumbuh

75

disekitar rhizosphere tanaman maupun kehadiran bakteri heterotrof didalam air

limbah mampu menurunkan konsentrasi bahan organik dalam sistem tersebut.

Menurut Metcalf & Eddy (2003) kharakteristik pertumbuhan bakteri dalam

reaktor sistem Batch, berdasarkan waktu ada 4 tahapan/fase pertumbuhan

sebagaimana tersaji dalam grafik berikut ini :

Gambar 4.2. Grafik Tahapan/Fase Pertumbuhan Bakteri

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peran utama mikroorganisme dalam

mendegradasi bahan organik dalam sistem lahan basah tersebut, akan dapat

menjelaskan trend/kecenderungan penurunan bahan organik dari hasil percobaan.

Singkatnya proses aklimatisasi tanaman sebelum penelitian dilakukan, tidak

memberikan kesempatan yang cukup pada bakteri yang terdapat di rhizosphere

untuk tumbuh dan beradaptasi, sehingga lag-phase tidak hanya terjadi saat proses

aklimatisasi tersebut melainkan juga pada tahap awal penelitian yakni pada

perlakuan pertama. Dengan demikian maka pertumbuhan eksponesial (Exponential

growth phase) diperkirakan terjadi pada perlakuan ke-II dan ke-III. Kondisi tersebut

76

1 Hari

2 Hari

3 Hari

4 Hari

% Redukdsi 15,2% 31,0% 66,8% 72,3%

0,0%20,0%40,0%60,0%80,0%

Persentase Reduksi Parameter COD

1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari

% Reduksi 13,4% 27,7% 50,0% 75,0%

0,0%20,0%40,0%60,0%80,0%

Persentase Reduksi Parameter BOD

1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari

% Reduksi 9,00% 26,80% 59,20% 68,93%

0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%

Persentase Reduksi Parameter Nitrat

1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari

% Reduksi 28,0% 39,6% 49,6% 52,0%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

Persentase Reduksi Parameter Fosfat

yang dapat menjelaskan mengapa penurunan beberapa parameter air limbah secara

tajam terjadi pada perlakuan ke-III seperti yang terlihat pada grafik 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3. Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji

Grafik diatas menunjukkan bahwa persentase penurunan parameter uji pada

hari pertama cukup besar dan cenderung meningkat hingga hari ke-III, sedangkan

pada akhir waktu percobaan % penurunan paramateter uji relatif kecil. Terjadinya

penurunan tajam pada awal percobaan diduga dipengaruhi oleh kandungan nutrient

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroorganisme cukup melimpah, sehingga

akan terjadi fase pertumbuhan dipercepat (Exponential growth phase). Mengingat

percobaan dilakukan dengan sistem curah (batch), maka dalam bak reaktor tidak

ada penambahan nutrient baru yang dapat mendukung kehidupan mikroorganisme,

sehingga pada pertengahan waktu penelitian (hari ke-3) pertumbuhan

77

mikroorganisme telah mencapai titik maksimal terhadap ketersediaan nutrient.

Kondisi ini menyebabkan terjadi keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian

mikroorganisme/ bakteri atau sering disebut sebagai statuionary phase

Disamping itu, kecenderungan penurunan konsentrasi COD sejalan dengan

penurunan konsentrasi BOD secara bertahap mengindikasikan bahwa bahan organik

yang terkandung dalam air limbah sebagian besar merupakan bahan organik yang

bersifat biodegradable (dapat terdegradasi secara biologis). Hal senada juga

dinyatakan oleh Tebbut (1977), bahwa komposisi padatan yang terdapat dalam

limbah domestik 70% merupakan bahan organik.

Hasil penelitian ini menunjukkan kadar nilai BOD, COD, Nitrat dan Fosfat

mengalami penurunan namun belum memenuhi standar baku mutu air limbah

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 . Berdasarkan

waktu tinggal penanaman, maka penggunaan tanaman air jenis Iris pseudoacorus

memiliki efektivitas / kinerja yang tidak jauh berbeda dengan jenis tanaman yang

telah umum digunakan dalam sistem lahan basah buatan.

Hasil yang sama diperoleh oleh Masturah (2014) bahwa tanaman Alisma

plantago mampu menurunkan nilai BOD dan COD sebesar 64% dan 67% selama 4

hari waktu tinggal. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu perlakuan untuk

menghasilkan penurunan yang lebik baik yaitu dengan merubah variasi berat

tanaman Iris pseudoacorus dengan waktu penanaman optimum untuk menghasilkan

penurunan yang lebih baik.

78

C. Pengaruh Variasi Biomassa Iris Pseudoacorus terhadap Sistem Lahan Basah Buatan

1. Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan

Setelah didapat waktu penanaman optimum bagi sistem lahan basah buatan

untuk mereduksi berbagai parameter limbah domestik, maka dilakukan penelitian

selanjutnya guna mengetahui pengaruh variasi biomassa Iris Pseudoacorus terhadap

penurunan parameter air limbah domestik dengan cara memaparkan tanaman uji

tersebut pada air limbah selama 3 hari (waktu optimum) dengan variasi berat

tanaman 200 gram, 400 gram, 600 gram dan 800 gram.

Berdasarkan hasil pengukuran terhadap parameter uji (BOD, COD, Nitrat

dan Fosfat)) setiap hari selama 3 hari dengan biomassa Iris Pseudoacorus yang

berbeda, maka terjadi penurunan konsentrasi parameter uji dengan rincian untuk

masing-masing paramater uji sebagaimana tersaji pada Tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11. Penurunan Parameter Air Limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan

NO parameter Satuan Baku Mutu

Waktu Penanaman 200 gr 400 gr 600 gr 800 gr

1 COD mg/L 300 395 331 283 117 2 BOD mg/L 150 315 288 187 80 3 Nitrat mg/L 30 9.985 7.521 5.163 3.711 4 Fosfat mg/L - 10.306 9.736 8.806 8.222

Semua paramater uji menunjukkan adanya penurunan konsentrasi yang

signifikan dari empat perlakuan yang diberikan, dimana konsentrasi terbesar

terdapat pada perlakuan pertama dan cenderung turun hingga perlakuan ke empat

yang memiliki konsentrasi terkecil. Adapun nilai maksimum masing-masing

parameter uji pada perlakuan pertama adalah 395 mg/L untuk COD, 315 mg/L

untuk BOD, 9.985 mg/L untuk Nitrat dan 10.306 mg/L untuk Fosfat, sedangkan

79

nilai minimum parameter uji pada perlakuan ke-empat berturut-turut yakni 117

mg/L, 80 mg/L, 3.711 mg/L dan 8.222 mg/L.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan penurunan

konsentrasi parameter uji sejalan dengan bertambahnya biomassa tanaman yang

digunakan, hal ini dapat dimengerti mengingat proses dekomposisi tidak hanya

terjadi dari dekomposer air limbah tetapi juga dibantu oleh dekomposer yang

berasal dari tanaman air. Pendapat ini sesuai dengan Brix (1993) dalam Apriadi

(2008), bahwa makrofita yang berada di perairan menyediakan lingkungan yang

sesuai untuk mikroorganisme yang dapat mendekomposisi bahan pencemar.

Disamping itu dengan bertambahnya biomassa, maka akan terjadi peningkatan

proses absorbsi unsur hara oleh tanaman itu sendiri.

a. Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov

Setelah diketahui bahwa pengaruh variasi detensi waktu terhadap sistem

lahan basah buatan menghasilkan data penurunan parameter yang berdistribusi

normal, maka perlu juga dilakukan Uji Asumsi Normalitas pada data penurunan

parameter limbah sebagai hasil dari pengaruh variasi biomassa Iris pseudoacorus

yang digunakan guna memenuhi persyaratan uji statistik parametris.

Tabel 4.12. Hasil Uji Asumsi Normalitas Kolmogorov Smirnov

NO parameter N Sampel Mean Simpangan

Baku KS Hit KSTab Ket

1 COD 12 281.3 110.9 0.142 0.393 Normal 2 BOD 12 217.3 99.4 0.139 0.393 Normal 3 Nitrat 12 6.595 2.489 0.213 0.393 Normal 4 Fosfat 12 9.267 0.845 0.179 0.393 Normal

80

Berdasarkan tabel 4.12 diatas diketahui bahwa penurunan parameter air

limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan dengan variasi biomassa Iris

pseudoacorus yang berbeda memiliki sebaran data yang berdistribusi normal. Pada

derajat kepercayaan 95% dengan banyaknya sampel 12 buah didapat nilai

Kolmogorov Smirnov (KS) Tabel sebesar 0.393. Adapun nilai Kolmogorov

Smirnov (KS) Hitung untuk parameter COD sebesar 0.142, BOD 0.139, Nitrat

0.213 dan Fosfat 0.179, dimana nilai Kolmogorov Smirnov (KS) Hitung semua

parameter tersebut lebih kecil dari nilai Kolmogorov Smirnov (KS) Tabel, Oleh

karenanya berarti data Berdistribusi Normal

b. Uji Asumsi Homogenitas Bartlett

Penurunan paremeter limbah sebagai hasil dari pengaruh variasi detensi

waktu dapat dikatakan relatif homogen sehingga layak untuk dilakukan uji statistik

lanjutan. Sedangkan Uji Asumsi Homogenitas terhadap data penurunan parameter

limbah hasil dari pengaruh variasi biomassa Iris pseudoacorus yang digunakan

dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini

Tabel 4.13. Hasil Uji Asumsi Homogenitas Bartlett

NO parameter N Sampel Mean Varians

Gabungan CQ

Hitung CQ Tabel

0.95(3) Ket

1 COD 12 281.3 1109.3 2.06 7.81 Homogen 2 BOD 12 217.3 746.6 1.87 7.81 Homogen 3 Nitrat 12 6.595 0.001 0.70 7.81 Homogen 4 Fosfat 12 9.267 0.007 0.74 7.81 Homogen

Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui bahwa penurunan parameter air

limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan dengan variasi biomassa Iris

pseudoacorus yang berbeda relatif bersifat homogen. Pada derajat kepercayaan 95%

dengan banyaknya sampel 12 buah didapat nilai CQ Tabel sebesar 7.81. Adapun

81

nilai CQ hitung masing-masing parameter yakni 2.06 untuk parameter COD, 1.87

untuk BOD, 0.70 untuk Nitrat serta 0.74 untuk parameter Fosfat. Dimana nilai CQ

hitung semua parameter tersebut lebih kecil dari nilai CQ tabel, Oleh karenanya

berarti data berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya dan

memenuhi syarat untuk uji statistik parametris.

c. Uji One Way Anova ( Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap)

Hasil Uji One Way Anova pada data penurunan Limbah hasil dari pengaruh

variasi detensi waktu menunjukkan setiap perlakuan memberikan hasil yang

berbeda secara signifikan antara satu dan lainnya. dengan rancangan dan jumlah

variabel yang sama maka Uji One Way Anova terhadap data penurunan parameter

limbah hasil dari pengaruh variasi biomass Iris pseudoacorus dapat dilihat pada

Tabel 4.14 dibawah ini .

Tabel 4.14. Hasil Uji One Way Anova

NO parameter N Sampel Mean P-Value F Hit F

Tab Ket

1 COD 12 281.3 4.42 e-05 38.02 4.07 Berbeda Nyata 2 BOD 12 217.3 2.19 e-05 45.90 4.07 Berbeda Nyata 3 Nitrat 12 6.595 1.45 e-15 17101.55 4.07 Berbeda Nyata 4 Fosfat 12 9.267 5.16 e-10 391.15 4.07 Berbeda Nyata

Hasil analisis one way anova dengan selang kepercayaan 95% (p=0,05)

menunjukkan rata-rata penurunan parameter air limbah pada Sistem Lahan Basah

Buatan untuk tiap variasi biomassa berbeda secara nyata, dimana hasil signifikansi

semua parameter uji berkisar diantara 1.45 e-15 - 5.16 e-10 (p<0.05). Disamping itu

perbandingan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel juga menunjukkan hal yang

tidak jauh berbeda, yakni adanya perbedaan yang signifikan terhadap penurunan

parameter air limbah pada Sistem Lahan Basah Buatan untuk semua parameter uji

82

berdasarkan perlakuan biomassa Iris pseudoacorus yang berbeda (F hit > F tab).

Nilai F tabel yang didapat dari Analisis Ragam Rancangan Acak Lengkap sebesar

4.07 sedangkan nilai F hitung masing-masing parameter uji adalah 38.02 untuk

parameter COD, 45.90 untuk BOD, 17101.55 untuk Nitrat, serta 391.15 untuk

parameter fosfat.

d. Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) / Uji Tukey

Sebagian besar data penurunan parameter limbah hasil dari pengaruh variasi

detensi waktu menunjukkan adanya perbedaan setelah dilakukan Uji Lanjut Beda

Nyata Jujur, dimana setiap perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda pada tiga

parameter uji yakni COD, Nitrat dan Fosfat. Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Jujur

(BNJ) terhadap penurunan parameter limbah hasil dari pengaruh variasi Biomassa

Iris pseudoacorus dapat dilihat pada Tabel 4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15. Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/ Uji Tukey

NO parameter Perlakuan Mean Nilai BNJ

Mean + BNt Notasi Keterangan

1 COD

200 gr 395 87.1 482 c Perlakuan 400 & 600 gr tidak berbeda

signifikan

400 gr 331 87.1 418 b 600 gr 283 87.1 370 b 800 gr 117 87.1 204 a

2 BOD

200 gr 315 71.4 386 c Perlakuan 200 & 400 gr tidak berbeda

signifikan

400 gr 288 71.4 359 c 600 gr 187 71.4 258 b 800 gr 80 71.4 151 a

3 Nitrat

200 gr 9.985 0.09 10.080 d Setiap Perlakuan Berbeda secara

Signifikan

400 gr 7.521 0.09 7.616 c 600 gr 5.163 0.09 5.258 b 800 gr 3.711 0.09 3.806 a

4 Fosfat

200 gr 10.306 0.26 10.567 d Setiap Perlakuan Berbeda secara

Signifikan

400 gr 9.736 0.26 9.997 c 600 gr 8.806 0.26 9.067 b 800 gr 8.222 0.26 8.483 a

83

Berdasarkan analisis Uji Lanjut yang dilakukan didapat Nilai BNJ untuk

setiap parameter berbeda sesuai dengan Derajat Bebas Galat hasil dari Analisis

Ragam Rancangan Acak Lengkap. Adapun nilai BNJ untuk parameter COD sebesar

87.1, BOD sebesar 71.4, Nitrat 0.09 dan Fosfat 0.26. hasil perbandingan rata-rata

perlakuan dan nilai BNJ untuk paramater Nitrat dan Fosfat menunjukkan bahwa

setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda secara signifikan atau dengan kata

lain penurunan parameter Nitrat dan Fosfat pada Sistem Lahan Basah Buatan

dengan biomassa Iris pseudoacorus yang berbeda tidak sama antara satu perlakuan

dengan perlakuan lainnya yang ditandai dengan berbedanya notasi antar perlakuan.

Sedangkan hasil perbandingan rata-rata perlakuan dan nilai BNJ untuk

parameter COD dan BOD memiliki kesamaan pada beberapa perlakuan, yakni

perlakuan ke-2 dan ke-3 untuk parameter COD serta perlakuan ke-1 dan ke-2 untuk

parameter BOD. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan parameter COD pada

Sistem Lahan Basah Buatan dengan Biomassa Iris pseudoacorus 400 gram dan 600

gram tidak berbeda nyata dan penurunan parameter BOD pada Sistem Lahan Basah

Buatan dengan Biomassa Iris pseudoacorus 400 gram dan 600 gram juga tidak jauh

berbeda.

e. Uji Regresi Linear Berganda

Hasil Analisis Regresi linear berganda parameter Nitrat dan Fosfat terhadap

BOD dan COD pada data penurunan parameter limbah hasil dari pengaruh variasi

detensi waktu menunjukkan bahwa adanya hubungan yang terbentuk antar

parameter tersebut selama berlangsungnya penelitian, dimana tinggi rendahnya

konsentrasi Nitrat dan Fosfat dapat mempengaruhi konsentrasi BOD dan COD air

84

limbah. Untuk mengetahui hubungan antar parameter pada data hasil dari pengaruh

variasi biomassa Iris pseudoacorus yang digunakan maka dilakukan Uji Regresi

Linear Berganda pada data tersebut.

1. Pengaruh paramater Nitrat dan Fosfat terhadap parameter BOD

Hasil perhitungan hubungan antara variabel terikat yaitu penurunan

parameter BOD dengan variabel bebas yaitu penurunan parameter Nitrat dan Fosfat

dapat dilihat pada tabell 4.16 dibawah ini.

Tabel 4.16. Hasil Uji Regresi Linear Berganda parameter BOD

Perlakuan Variabel Bebas Variabel

terikat Predicted BOD Residuals Adjusted

R Square Nitrat Fosfat BOD

1 9.985 10.306 315 314.71 0.2885 0.96 ≈ 96 %

2 7.521 9.736 288 294.89 -6.8931 3 5.163 8.806 187 170.15 16.840 4 3.711 8.222 80 90.235 -10.235

Coefficients -55.58 275.06 -1965.05 P Value 0.112

Persamaan Regresi Linear Berganda :

BOD = -1965.05 - 55.58 Nitrat + 275.06 Fosfat

a. Bila nilai Nitrat berkurang satu satuan maka nilai BOD turun sebesar

1965.05 satuan dengan asumsi nilai Fosfat tetap

b. Bila nilai Fosfat berkurang satu satuan maka nilai BOD naik sebesar 275.06

satuan dengan asumsi nilai Nitrat tetap

Nilai R2 (koefisien determinasi/ Adjusted R Square) ≈ 96 % yang artinya

96% variasi penurunan BOD dapat dijelaskan oleh variasi nilai varibel bebas yakni

penurunan Nitrat dan Fosfat.

85

Dari table 4.16 diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan parameter Nitrat

dan Fosfat memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan parameter BOD,

dimana konsentrasi BOD menurun seiring dengan semakin rendahnya konsentrasi

Nitrat. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil Analisis Regresi linear berganda

pada data penurunan parameter limbah hasil dari pengaruh variasi detensi waktu.

Konsentrasi Nitrat dan Fosfat yang terus menurun akibat proses absorpsi oleh

tanaman berkontribusi terhadap rendahnya materi organik pada air limbah sehingga

kebutuhan oksigen biologis untuk menguraikan zat pencemar tersebut relatif sedikit.

Hasil penelitian Sudthanom (2011) dalam Thesisnya juga menyatakan bahwa

“Nitrat berbanding lurus dengan nilai BOD” dimana hasil analisis menggunakan

Principal Component Analysis (PCA) terhadap limbah perkotaan menunjukkan

konsentrasi BOD cenderung mengikuti konsentrasi Nitrat sedangkan “Fosfat dan

BOD independent satu sama lain”

2. Pengaruh paramater Nitrat dan Fosfat terhadap parameter COD

Hasil perhitungan hubungan antara variabel terikat yaitu penurunan

parameter BOD dengan variabel bebas yaitu penurunan parameter Nitrat dan Fosfat

dapat dilihat pada tebl 4.17 dibawah ini.

Tabel 4.17. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Parameter COD

Perlakuan Variabel Bebas Variabel

terikat Predicted COD Residuals Adjusted

R Square Nitrat Fosfat COD

1 9.985 10.306 395 394.07 0.9271 0.68 ≈ 68 %

2 7.521 9.736 331 353.14 -22.144 3 5.163 8.806 283 228.89 54.101 4 3.711 8.222 117 149.88 -32.883

Coefficients -34.574 221.26 -1541.02 P Value 0.32

86

Persamaan Regresi Linear Berganda :

COD = -1541.02 – 34.574 Nitrat + 221.26 Fosfat

a. Bila nilai Nitrat berkurang satu satuan maka nilai BOD turun sebesar 34.574

satuan dengan asumsi nilai Fosfat tetap

b. Bila nilai Fosfat berkurang satu satuan maka nilai BOD naik sebesar 221.26

satuan dengan asumsi nilai Nitrat tetap

Nilai R2 (koefisien determinasi/ Adjusted R Square) ≈ 68 % yang artinya

68% variasi penurunan BOD dapat dijelaskan oleh variasi nilai varibel bebas yakni

penurunan Nitrat dan Fosfat.

Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa penurunan parameter

Nitrat dan Fosfat juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan

parameter BOD. Hal ini sejalan dengan penelitian Kamble et.al (2011) yang

menyatakan “COD menunjukkan korelasi yang positif dengan fosfat dan nitrat”.

2. Efektivitas Sistem Lahan Basah Buatan

Tabel 4.18. Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji

Perlakuan COD % Reduksi BOD %

Reduksi Nitrat % Reduksi Fosfat %

Reduksi Sampel Awal 960 581 23.167 20.375

200 gr 395 58.9 % 315 45.9 % 9.985 56.90 % 10.306 49.42 % 400 gr 331 65.6 % 288 50.5 % 7.521 67.54 % 9.736 52.22 % 600 gr 283 70.6 % 187 67.9 % 5.163 77.72 % 8.806 56.78 % 800 gr 117 87.8 % 80 86.2 % 3.711 83.98 % 8.222 59.65 %

Berdasarkan hasil penelitian, persentase reduksi beberapa parameter limbah

cenderung semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya biomassa Iris

pseudoacorus yang digunakan. Dengan waktu penanaman yang sama yakni 3 hari

87

200 gr

400 gr

600 gr

800 gr

% Redukdsi 58,9% 65,6% 70,6% 87,8%

0,0%

50,0%

100,0%

Persentase Reduksi Parameter COD

200 gr

400 gr

600 gr

800 gr

% Reduksi 45,9% 50,5% 67,9% 86,2%

0,0%

50,0%

100,0%

Persentase Reduksi Parameter BOD

200 gr

400 gr

600 gr

800 gr

% Reduksi 56,90% 67,54% 77,72% 83,98%

0,00%

50,00%

100,00%

Persentase Reduksi Parameter Nitrat

200 gr

400 gr

600 gr

800 gr

% Reduksi 49,4% 52,2% 56,8% 59,7%

0,0%20,0%40,0%60,0%80,0%

Persentase Reduksi Parameter Fosfat

sistem lahan basah buatan dengan biomassa 800 gram mampu mereduksi polutan

jauh lebih besar daripada sistem lahan basah dengan biomassa 200 gram.

Gambar 4.4. Persentase Reduksi berbagai Parameter Uji

Beberapa hal yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan berbagai

parameter uji dalam Sistem Lahan Basah Buatan hasil dari pengaruhi biomassa Iris

pseudoacorus yang berbeda adalah karena adanya berbagai mekanisme penyerapan

polutan baik melalui proses abiotik (fisik dan kimia) maupun biotik (mikrobia dan

tanaman) serta gabungan dari kedua proses tersebut. Proses secara biotik seperti

biodegrdasi dan penyerapan oleh tanaman merupakan proses utama dalam

mereduksi polutan.

Menurut Brix dalam Khiatuddin (2003), menyatakan bahwa dibawah

permukaan tanah, akar tumbuhan akuatik mengeluarkan oksigen, sehingga

88

terbentuk zona rizosfer yang kaya akan oksigen diseluruh permukaan rambut akar.

Oksigen tersebut mengalir keakar melalui batang setelah berdufusi dari atmosfir

melalui pori-pori daun. Pendapat tersebut diperkuat dengan penyataan Tangahu dan

Warmadewanthi (2001), bahwa pelepasan oksigen di sekitar akar (rizosfer) tersebut

sangat dimungkinkan karena jenis tanaman hydrophyta mempunyai ruang antar sel

atau lubang saluran udara (aerenchyma) sebagai alat transportasi oksigen dari

atmosfer ke bagian perakaran. Pelepasan oksigen oleh akar tanaman air

menyebabkan air/tanah disekitar rambut akar memiliki oksigen terlarut yang lebih

tinggi dibandingkan dengan air/tanah yang tidak ditumbuhi tanaman air, sehingga

memungkinkan organisme mikro pengurai seperti bakteri aerob dapat hidup dalam

lingkungan lahan basah yang berkondisi anaerob (Khiatuddin, 2003).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar nilai BOD, COD,

Nitrat dan Fosfat telah memenuhi standar baku mutu air limbah berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 pada perlakuan ke-IV.

Dengan demikian efektfitas sistem lahan basah buatan menggunakan tanaman hias

Iris pseudoacorus didapat pada waktu detensi 3 hari dengan biomassa 800 gram

dengan persentase reduksi masing-masing parameter uji sebagai berikut :

Tabel 4.19. Efektfitas Sistem Lahan Basah Buatan Menggunakan Tanaman

Hias Iris Pseudoacorus

Parameter Sampel awal Detensi Waktu 3 Hari Iris pseudoacorus

800 gr nilai % reduksi nilai % reduksi nilai % reduksi

COD 960 - 325 66.8 % 117 87.8 %

BOD 560 - 299 50.0 % 80 86.2 %

Nitrat 23,22 - 9.441 59.28 % 3.711 83.98 %

Fosfat 20,41 - 10.19 49.69 % 8.222 59.65 %

89

D. Penerapan Sistem Lahan Basah Buatan sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Tanaman Hias Iris pseudoacorus

Dari hasil pengukuran berbagai parameter limbah selama penelitian,

mengindikasikan bahwa penerapan Sistem Lahan Basah Buatan dengan

memanfaatkan tanaman hias Iris pseudoacorus mampu untuk mengolah limbah

domestik secara efektif. Variasi detensi waktu dan biomassa Iris pseudoacorus yang

digunakan berpengaruh besar terhadap efisiensi penyisihan konstituen organik.

Fokus utama penggunaan tanaman hias dalam penelitian ini ialah agar

penerapan sistem lahan basah buatan tersebut dapat diselaraskan dengan upaya

menambah keindahan lansekap, dimana sistem tersebut selain dipakai sebagai

pengolah limbah biologis juga dapat dimanfaatkan sebagai taman. Karena sistem ini

sangat tergantung pada tumbuh-tumbuhan yang hijau dan simbiosisnya dengan

mikroba, maka sistem ini akan lebih bagus dalam kondisi hangat dengan intensitas

cahaya matahari yang tinggi, dengan demikian pendekatan ini sangat ideal untuk

daerah-daerah yang beriklim sejuk dan daerah tropis.

Berbagai model reaktor sistem lahan basah buatan dapat dirancang

tergantung pada jenis aliran yang digunakan, namun reaktor dengan jenis aliran

vertikal jauh lebih ekonomis mengingat reaktor jenis ini hanya memanfaatkan gaya

gravitasi sehingga mengurangi kebutuhan pompa dan listrik. Mengingat efektivitas

Sistem Lahan Basah menggunakan tanaman hias Iris pseudoacorus memerlukan

waktu detensi yang cukup lama yakni selama 3 hari, maka model reaktor dapat

dimodifikasi dengan cara menambah volume atau memperluas dimensi reaktor

sehingga potensi kontak air limbah dengan substrat dan akar tanaman jauh lebih

besar. Disamping itu penambahan jumlah biomassa Iris pseudoacorus yang

90

digunakan juga dapat mempersingkat waktu tinggal air limbah dalam reaktor.

Dengan asumsi bahwa peningkatan biomassa Iris pseudoacorus secara tidak

langsung akan memperluas zona rhizosfer sehingga kebutuhan oksigen yang

diperlukan mikroba untuk mendegradasi materi organik dapat terpenuhi.

Penambahan jumlah biomassa juga akan meningkatkan proses remediasi oleh

tanaman itu sendiri baik melalui mekanisme phito-akumulasi, phito-degradasi,

phito-stabilisasi, phito-volatilisasi dan sebagainya

Berbagai jenis air limbah dapat diolah menggunakan Sistem Lahan Basah

Buatan, dengan syarat memenuhi kriteria agar dapat diolah dengan unit pengolah

limbah biologis yakni Rasio BOD:COD harus lebih besar dari 0.6. Besarnya rasio

yang dibutuhkan karena kinerja unit pengolah limbah biologis sangat tergantung

pada proses biodegrdasi bahan organik, sehingga rentang antara Kebutuhan Oksigen

Kimiawi tidak boleh terlalu besar dengan Kebutuhan Oksigen Biologi karena dapat

menyebabkan limbah bersifat toksis bagi mikroba. Namun apabila limbah domestik

yang dihasilkan memiliki rasio BOD:COD yang kecil, maka dapat dilakukan pra-

treatment dengan menggunakan berbagai macam pengolahan pendahuluan..

Pemeliharaan Sistem Lahan Basah Buatan cukup sederhana yakni dengan

melakukan pembersihan secara berkala pada reaktor karena adanya kemungkinan

biomassa tanaman yang layu serta mati, disamping itu ketinggian air limbah perlu

diperiksa secara periodik agar debit limbah yang masuk ke dalam sistem lahan

basah buatan tidak melebihi volumen reaktor. Sedangkan pemeliharaan tanaman

cukup dengan pemangkasan apabila biomassa tanaman sudah terlalu banyak dan

menutupi reaktor.

91

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan Laju Pertumbuhan Relatif tanaman Iris pseudoacorus selama

uji pendahuluan diketahui bahwa perbandingan konsentrasi air limbah yang

sesuai untuk digunakan pada penelitian utama adalah perbandingan 75 % air

limbah dan 25 % air sumur dengan Nilai Laju Pertumbuhan Relatif (RGR)

sebesar 0.012 gram/hari. Adapun konsentrasi awal BOD sebesar 565 mg/L,

COD sebesar 96 mg/L, Nitrat sebesar 23.22 mg/L dan Fosfat sebesar 20.41

mg/L

2. Pengaruh Variasi Detensi Waktu terhadap Sistem Lahan Basah Buatan

menunjukkan adanya penurunan konsentrasi yang signifikan dari empat

perlakuan yang diberikan, dimana konsentrasi terbesar terdapat pada

perlakuan pertama dan cenderung turun hingga perlakuan ke empat. Adapun

persentase reduksi terbesar terdapat pada perlakuan ke-III dengan waktu

penanaman yang berlangsung selama 3 hari.

3. Sistem lahan basah buatan dengan variasi biomassa Iris pseudoacorus dan

waktu detensi 3 hari mampu menurunkan kadar BOD dengan persentase

reduksi sebesar 86.2 %, COD 87.8 %, Nitrat 83.9 % dan Fosfat 59.6 %,

dimana persentase reduksi beberapa parameter limbah cenderung semakin

meningkat seiring dengan semakin besarnya biomassa Iris pseudoacorus

yang digunakan.

92

4. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan kadar nilai BOD,

COD, Nitrat dan Fosfat telah memenuhi standar baku mutu air limbah

berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014.

Dengan demikian efektifitas sistem lahan basah buatan menggunakan

tanaman hias Iris pseudoacorus didapat pada waktu detensi 3 hari dengan

biomassa 800 gram

B. Saran

Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang dapat di rekomendasikan dan

dikembangkan antara lain :

1. Sistem lahan basah buatan menggunakan tanaman hias Iris pseudoacorus

berpotensi digunakan untuk pengolahan air limbah domestik sehingga

kedepan dapat diaplikasikan dalam skala yang lebih besar untuk mengatasi

masalah terkait pencemaran limbah domestik

2. Mengingat luasnya kebutuhan lahan untuk sistem lahan basah buatan

tersebut, maka perlu penataan lahan dan penggunaan tanaman hias sehingga

sistem pengolahan air limbah tersebut dapat dimanfaatkan pula sebagai

taman dalam suatu kawasan.

3. Untuk mendapatkan kualitas air limbah domestik yang sesuai dengan standar

baku mutu, maka dibutuhkan waktu tinggal optimal yang disesuaikan

dengan dimensi reaktor serta kemampuan tanaman yang digunakan.

4. Perlunya pelaksanaan penelitian lanjutan untuk mengolah limbah cair

domestik menggunakan tanaman jenis lain atau kombinasi dari beberapa

jenis tanaman untuk mendapatkan efektifitas yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts G., & S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Indonesia.

Apriadi. 2008. Kombinasi Bakteri dan Tumbuhan Air sebagai Biomediator dalam

mereduksi bahan organik limbah kantin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar – Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.

Gosyen Publishing : Yogyakarta.

Dindra Putera, Basma, Proses Denitrifikasi Aerob Limbah Radioaktif Cair Yang

Mengandung Asam Nitrat. Program Studi Teknik Lingkungan Universitas

Diponegoro, Semarang

Dhamayanthie, I., 2000, Pengolahan Limbah Cair Industri Textile dengan Proses

Anaerob, Thesis Master, Program Studi Teknik Kimia, Program Proses

Sarjana ITB Bandung.

Djabu, Udin, Kusmantoro, Hary, (1990/1991) Pembuangan Tinja dan Air Limbah

pada Industri, Jakarta: Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan.

Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Evasari Johanna. 2012. “Pemanfaatan Lahan Basah Buatan Dengan Menggunakan

Tanaman Typha Latifolia Untuk Mengelola LimbahCair Domestik (Studi

Kasus: LimbahCair Kantin Fakultas Teknik Universitas Indonesia)”.

Skripsi.Universitas Indonesia. Depok.

Haberl, R., and Langergraber, H., 2002, Constructed wetlands: a chance to solve

wastewater problems in developing countries. Wat. Sci. Technol. 40:11–17.

Halverson, Nancy V., 2004, Review of Constructed Subsurface Flow vs. Surface

Flow Wetlands, U.S. Department of Energy, Springfield, USA.

Hindarko, S., 2003, Mengolah Air Limbah : Supaya Tidak Mencemari Orang Lain,

Penerbit ESHA, Jakarta.

Ikeda. Hideo, 1991. Utilization of Nitrogen by Vegetable Crops, JARQ 25, hal 1 I 7-

124

Jacobs, J., M. Graves and J. Mangold. 2010. Plant Guide for Paleyellow Iris (Iris

pseudacorus). USDA-Natural Resources Conservation Service,

MontanaState Office : Montana.

Kamble. 2011. Monitoring of Physico Chemical Parameters and Quality

Assessment of Water from Bhandaradara Reservoir, Department of

Environmental Science, College Pravaranagar, Ahmednagar, M. S. India

Kasmidjo, R.B. 1991. Penanganan Limbah Pertanian, Perkebunan, dan Industri

Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Khiatuddin, M., 2003, Melestarikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa

Buatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kurniadie, Denny. 2011.Teknologi Pengoloahan Air limbah Cair secara Biologis.

Widya Padjajaran.

Kurniasih, Asih. 2013. Pemodelan Chemical Oxygen Demand (COD)Sungai di

Surabaya Dengan Metode Mixed Geographically Weighted Regression.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Mara, D. 2004. Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries.

Towbridge : Cromwell Press.

Mattjik, A.A. dan Sumertajaya, I.M., 2002, Perancangan Percobaan dengan

Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I, Bogor: IPB Press

Martopo, S. 1987. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan. Bahan Diskusi Kursus

Singkat Penanganan Limbah Secara Hayati. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada

Masturah. A. 2014. Pengolahan Air Limbah Domestik Menggunakan Tanaman

Alisma Plantago Dalam Sistem Lahan Basah Buatan Aliran Bawah

Permukaan (SSF - WETLAND), Pekanbaru : Universitas Riau

Metcalf & Eddy, 1993, Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse,

McGraw-Hill Comp

Purwanto, 2005, Permodelan Rekayasa Proses dan Lingkungan, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang.

Puspita, Lani. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia. Wetlands International –

Indonesia Programme. Bogor.

Rina. S. Soetopo, Sri Purwati, Yusup Setiawan, Krisna Adhytia.W. 2011. Efektivitas

proses kontinyu digestasi anaerobic dua tahap pada pengolahan lumpur

biologi industri kertas.JurnalrisetindustriVol V No.2

Rump dan Krist, H. H and Krist, H. 1992. Laboratory Manual for The Examination

of Water, Wastewater and Soil. Germany. Weinheim

Sa’adah, Nur Rahmi dan Winarti, Puji. 2010. Pengolahan Limbah Cair Domestik

Menggunakan Lumpur Akif Proses Anaerob. Jurusan Teknik Kimia,

Universitas Diponegoro

Sudhatanom, J . 2011 .To Analyze The Relationship between BOD, Nitrogen And

Phosphorus Contents at Constant Dissolved Oxygen Concentration In

Municipal Wastewater Treatment. Malardalen University, Sweden.

Soemarwoto, Otto, 1983, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta,

Penerbit Djambatan.

Sugiharto, 1987, Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, UI-PRESS, Jakarta.

Suriawiria, U., 1993, Mikrobiologi Air, Penerbit Alumni, Bandung.

Suriawiria, U., 1996, Air dalam Lingkungan yang Sehat, Penerbit Alumni, Bandung.

Suswati, Anna., dll. 2012. Analisis Luasan Constructed Wetland Menggunakan

Tanaman Iris dalam Mengolah Air Limbah Domestik (Greywater)

Indonesian Green Technology Journal Vol. 1 No. 3.

Sudthanom. 2011, To Analyze The Relationship between BOD, Nitrogen And

Phosphorus Contents at Constant Dissolved Oxygen Concentration In

Municipal Wastewater Treatment, Mälardalen University, School of

Sustainable Development of Society and Technology.

Sutapa D. AI. 1999. Lumpur Aktif : Alternatif Pengolah Limbah Cair, Jurnal Studi

Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, No.3; 25-38.

Tangahu, B.V. dan Warmadewanthi, I.D.A.A., 2001, Pengelolaan Limbah Rumah

Tangga Dengan Memanfaatkan Tanaman Cattail (Typha angustifolia)

dalam Sistem Constructed Wetland, Purifikasi, Volume 2 Nomor 3, ITS –

Surabaya.

Tebbut, T. H. Y. 1977. Principles of Water Quality Control. 2-nd Ed. University of

Birmigham, England.

Vymazal, J. 2010. Constructed Wetlands for Wastewater Treatment, Journal Water

2010, 2, 530-549, ISSN 2073-4441

PERBANDINGAN KONSENTRASI

ULANGAN BIOMASSA AWAL (gr)

BIOMASSA 7 HARI (gr)

ln X0 ln Xt PERTUMBUHAN SPESIFIK HARIAN

P R X0 Xt RGR1 200,7 248,2 5,302 5,514 0,0302 201,1 251,6 5,304 5,528 0,0323 200,4 252,5 5,300 5,531 0,0331 200,4 234,6 5,300 5,458 0,0232 200,2 232,7 5,299 5,450 0,0213 200,4 229,9 5,300 5,438 0,0201 201,2 213,5 5,304 5,364 0,0082 200,9 220,1 5,303 5,394 0,0133 200,6 223,9 5,301 5,411 0,0161 200,2 188,6 5,299 5,240 -0,0092 200,1 191,4 5,299 5,254 -0,0063 200,1 182,5 5,299 5,207 -0,013

PERBANDINGAN KONSENTRASI

ULANGAN BIOMASSA AWAL (gr)

BIOMASSA 7 HARI (gr)

ln X0 ln Xt PERTUMBUHAN SPESIFIK HARIAN

P R X0 Xt RGR1 201,2 213,5 5,304 5,364 0,0082 200,9 220,1 5,303 5,394 0,0133 200,6 223,9 5,301 5,411 0,016

No Parameter Hasil Uji Rasio BOD : COD Keterangan1 BOD 5652 COD 9603 Nitrat 23,2284 Pospat 20,417

Perlu treatment

50 % - 50 %

3 75 % - 25 %

NO

0,589

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Studi Pendahuluan

RGR RATA RATA

1 75 % - 25 % 0,012

NORGR RATA

RATA

4 0 % - 100 %

0,032

0,021

0,012

-0,009

1 25 % - 75 %

2

Parameter Ulangan vol titrasi sampel

vol titrasi blanko

N FAS Be O2 Pengenceran Volume sampel

COD COD Rata-rata

1 2,08 2,68 0,1 8000 10 5 9602 2,07 2,68 0,1 8000 10 5 9763 2,09 2,68 0,1 8000 10 5 944

Parameter Ulangan vol titrasi N FAS Be O2 Pengenceran Volume sampel

DO BOD BOD Rata-rata

DO0 2,45 0,1 8000 10 5 3920DO5 2,08 0,1 8000 10 5 3328DO0 2,30 0,1 8000 10 5 3680DO5 1,95 0,1 8000 10 5 3120DO0 2,36 0,1 8000 10 5 3776DO5 2,02 0,1 8000 10 5 3232

Parameter Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppm

Kosentrasi rata-rata

1 1,285 23,2652 1,279 23,1293 1,286 23,288

Parameter Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppm

Kosentrasi rata-rata

1 0,527 20,5002 0,523 20,3333 0,525 20,417

Lanjutan Lampiran 1. Rincian Teknis Perhitungan Parameter Limbah Hasil Studi Pendahuluan

BOD

1

565

COD 960

2

3

592

560

544

Nitrat 23,228

20,417Fosfat

Hal. 2 Dari 2 hal. SERTIFIKAT HASIL UJI

Lampiran Surat No.KM.03.01.VIII.5. /2015

Pengujian Kimia Dan Fisika : No Contoh Uji : 00117/K/A.4.1/2015 Jenis Contoh Uji : Air Limbah Asal Contoh Uji : JIMMY PRAWIRA Titik Pengambilan Contoh Uji : Perum Griya Hang Tuah Permai - Tanjungpinang Pengambilan Contoh Uji : Diantar (Pengambilan sampel tanggungjawab konsumen) Tgl. Diambil/Diterima : -/ 26 April 2015 Tgl. Pengujian : 26 April s/d 01 mei 2015 Uraian : -

No Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu *) Metode Uji

1 BOD mg/l 565 150 SNI 6989.72:2009 2 COD mg/l 960 300 SNI 6989.73:2009 3 Nitrat mg/l 23.228 30 SNI 6989.79:2011 4 Fosfat mg/l 20.417 - SNI 6989.31-2005

*) Persyaratan Kualitas Air Limbah Menurut : - Kep-51/MENLH/10/1995 Catatan :

KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

KELAS I BATAM Kelurahan Sei Binti – Kecamatan Sagulung – Batam 29434

Telepon : (0778) 8075096, Faximili : (0778) 8075097, Email : [email protected] Website : http://bktlbatam.or.id

1. Untuk contoh uji yang diantar, penyimpangan hasil karena kesalahan dalam pengambilan contoh uji bukan tanggungjawab laboratorium

2. Sertifikat Hasil Uji ini tidak boleh digandakan tanpa izin Manajer Puncak laboratorium BTKL PP Kelas I Batam Kecuali secara lengkap.

98

Hal. 2 Dari 2 hal. SERTIFIKAT HASIL UJI

Lampiran Surat No.KM.03.01.VIII.5./ /2015

Pengujian Kimia Dan Fisika : No Contoh Uji : 00119 s/d 00123/K/A.4.1/2015 Jenis Contoh Uji : Air Limbah ( Effluent Variasi Detensi Waktu) Asal Contoh Uji : JIMMY PRAWIRA Titik Pengambilan Contoh Uji : Perum Griya Hang Tuah Permai - Tanjungpinang Pengambilan Contoh Uji : Diantar (Pengambilan sampel tanggungjawab konsumen) Tgl. Diambil/Diterima : 04 Mei s/d 07 Mei 2015/ 04 Mei s/d 07 Mei 2015 Tgl. Pengujian : 04 Mei 2015 s/d 12 Mei 2015 Uraian : -

No Jenis Sampel Satuan Hasil Uji

COD Baku Mutu BOD Baku

Mutu Nitrat Baku Mutu Fosfat Baku

Mutu

00119

Sampel Awal Sampel 1

mg/l 976

300 592

150 23.175

30 20.333

- Sampel 2 992 576 23.152 20.250 Sampel 3 976 624 23.220 20.208

00120

Detensi Waktu 1 Hari Sampel 1

mg/l 848

300 528

150 21.020

30 14.542

- Sampel 2 832 512 20.930 14.625 Sampel 3 816 512 21.315 14.583

00121

Detensi Waktu 2 Hari Sampel 1

mg/l 656

300 432

150 16.780

30 12.417

- Sampel 2 672 416 17.052 12.000 Sampel 3 704 448 17.075 12.250

00122

Detensi Waktu 3 Hari Sampel 1

mg/l 320

300 336

150 9.751

30 10.125

- Sampel 2 336 320 9.229 10.208 Sampel 3 320 240 9.342 10.250

00123

Detensi Waktu 4 Hari Sampel 1

mg/l 272

300 208

150 7.211

30 9.833

- Sampel 2 256 128 7.188 9.708 Sampel 3 288 122 7.211 9.625

Catatan :

KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

KELAS I BATAM Kelurahan Sei Binti – Kecamatan Sagulung – Batam 29434

Telepon : (0778) 8075096, Faximili : (0778) 8075097, Email : [email protected] Website : http://bktlbatam.or.id

1. Untuk contoh uji yang diantar, penyimpangan hasil karena kesalahan dalam pengambilan contoh uji bukan tanggungjawab laboratorium

2. Sertifikat Hasil Uji ini tidak boleh digandakan tanpa izin Manajer Puncak laboratorium BTKL PP Kelas I Batam Kecuali secara lengkap.

*) Persyaratan Kualitas Air Limbah menurut : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

99

Hal. 2 Dari 2 hal. SERTIFIKAT HASIL UJI

Lampiran Surat No.KM.03.01.VIII.5./ /2015

Pengujian Kimia Dan Fisika : No Contoh Uji : 00125 s/d 00129/K/A.4.1/2015 Jenis Contoh Uji : Air Limbah ( Effluent Variasi Biomassa Iris Pseudoacorus) Asal Contoh Uji : JIMMY PRAWIRA Titik Pengambilan Contoh Uji : Perum Griya Hang Tuah Permai - Tanjungpinang Pengambilan Contoh Uji : Diantar (Pengambilan sampel tanggungjawab konsumen) Tgl. Diambil/Diterima : 16 Mei 2015/ 16 Mei 2015 Tgl. Pengujian : 16 Mei 2015 s/d 21 Mei 2015 Uraian : -

No Jenis Sampel Satuan Hasil Uji

COD Baku Mutu BOD Baku

Mutu Nitrat Baku Mutu Fosfat Baku

Mutu

00125

Sampel Awal Sampel 1

mg/l 976

300 608

150 23.129

30 20.417

- Sampel 2 960 544 23.175 20.333 Sampel 3 944 592 23.197 20.375

00126

Biomassa Iris Pseudoacorus 200 gr Sampel 1

mg/l 432

300 336

150 10.023

30 10.250

- Sampel 2 384 336 9.955 10.292 Sampel 3 368 272 9.977 10.375

00127

Biomassa Iris Pseudoacorus 400 gr Sampel 1

mg/l 320

300 256

150 7.528

30 9.833

- Sampel 2 288 288 7.483 9.750 Sampel 3 384 320 7.551 9.625

00128

Biomassa Iris Pseudoacorus 600 gr Sampel 1

mg/l 272

300 176

150 5.193

30 8.708

- Sampel 2 272 208 5.147 8.875 Sampel 3 304 176 5.147 8.833

00129

Biomassa Iris Pseudoacorus 800 gr Sampel 1

mg/l 96

300 64

150 3.673

30 8.208

- Sampel 2 112 96 3.696 8.167 Sampel 3 144 80 3.764 8.292

Catatan :

KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

KELAS I BATAM Kelurahan Sei Binti – Kecamatan Sagulung – Batam 29434

Telepon : (0778) 8075096, Faximili : (0778) 8075097, Email : [email protected] Website : http://bktlbatam.or.id

1. Untuk contoh uji yang diantar, penyimpangan hasil karena kesalahan dalam pengambilan contoh uji bukan tanggungjawab laboratorium

2. Sertifikat Hasil Uji ini tidak boleh digandakan tanpa izin Manajer Puncak laboratorium BTKL PP Kelas I Batam Kecuali secara lengkap.

*) Persyaratan Kualitas Air Limbah menurut : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah

104

Perlakuan Ulangan vol titrasi sampel

vol titrasi blanko

N FAS Be O2 Pengenceran Volume sampel

COD COD Rata-rata

1 2,07 2,68 0,1 8000 10 5 9762 2,06 2,68 0,1 8000 10 5 9923 2,07 2,68 0,1 8000 10 5 9761 2,15 2,68 0,1 8000 10 5 8482 2,16 2,68 0,1 8000 10 5 8323 2,17 2,68 0,1 8000 10 5 8161 2,27 2,68 0,1 8000 10 5 6562 2,26 2,68 0,1 8000 10 5 6723 2,24 2,68 0,1 8000 10 5 7041 2,48 2,68 0,1 8000 10 5 3202 2,47 2,68 0,1 8000 10 5 3363 2,48 2,68 0,1 8000 10 5 3201 2,51 2,68 0,1 8000 10 5 2722 2,52 2,68 0,1 8000 10 5 2563 2,5 2,68 0,1 8000 10 5 288

Contoh Perhitungan COD = (A -B) x N Fas x Be O2 x P

Vol Sampel : 5 mL = ( 2,68 mL - 2,08 mL ) X 0,1 x 8000 x 10Vol Blanko : 2,68 mL (A)Vol Titrasi : 2,08 mL (B) = 976 mg/L

981

1 832

sampel awal

272

2 677

3

Vol Sampel

5 mL

Lanjutan Lampiran 2. Rincian Teknis Perhitungan Parameter COD Effluent Variasi Detensi Waktu

4

325

biomassa Ulangan vol titrasi sampel

vol titrasi blanko

N FAS Be O2 Pengenceran Volume sampel

COD COD Rata-rata

1 2,07 2,68 0,1 8000 10 5 9762 2,08 2,68 0,1 8000 10 5 9603 2,09 2,68 0,1 8000 10 5 9441 2,41 2,68 0,1 8000 10 5 4322 2,44 2,68 0,1 8000 10 5 3843 2,45 2,68 0,1 8000 10 5 3681 2,48 2,68 0,1 8000 10 5 3202 2,50 2,68 0,1 8000 10 5 2883 2,44 2,68 0,1 8000 10 5 3841 2,51 2,68 0,1 8000 10 5 2722 2,51 2,68 0,1 8000 10 5 2723 2,49 2,68 0,1 8000 10 5 3041 2,62 2,68 0,1 8000 10 5 962 2,61 2,68 0,1 8000 10 5 1123 2,59 2,68 0,1 8000 10 5 144

Contoh Perhitungan COD = (A -B) x N Fas x Be O2 x P

Vol Sampel : 5 mL = ( 2,68 mL - 2,41 mL ) X 0,1 x 8000 x 10Vol Blanko : 2,68 mL (A)Vol Titrasi : 2,41 mL (B) = 432 mg/L

5 mL

sampel awal

200 gr

Lanjutan Lampiran 3. Rincian Teknis Perhitungan Parameter COD Effluent Variasi Biomasa Iris pseudoacorus

Vol Sampel

283

117

400 gr

600 gr

800 gr

960

395

331

106

Hari Ulangan Parameter

vol titrasi

N FAS Be O2Pengencer

anVolume sampel

DO BOD BOD Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11DO0 2,42 0,1 8000 10 5 3872DO5 2,05 0,1 8000 10 5 3280DO0 2,29 0,1 8000 10 5 3664DO5 1,93 0,1 8000 10 5 3088DO0 2,33 0,1 8000 10 5 3728DO5 1,94 0,1 8000 10 5 3104DO0 2,49 0,1 8000 10 5 3984DO5 2,16 0,1 8000 10 5 3456DO0 2,46 0,1 8000 10 5 3936DO5 2,14 0,1 8000 10 5 3424DO0 2,38 0,1 8000 10 5 3808DO5 2,06 0,1 8000 10 5 3296DO0 2,42 0,1 8000 10 5 3872DO5 2,15 0,1 8000 10 5 3440DO0 2,29 0,1 8000 10 5 3664DO5 2,03 0,1 8000 10 5 3248DO0 2,33 0,1 8000 10 5 3728DO5 2,05 0,1 8000 10 5 3280DO0 2,39 0,1 8000 10 5 3824DO5 2,18 0,1 8000 10 5 3488DO0 2,40 0,1 8000 10 5 3840DO5 2,20 0,1 8000 10 5 3520DO0 2,44 0,1 8000 10 5 3904DO5 2,29 0,1 8000 10 5 3664DO0 2,40 0,1 8000 10 5 3840DO5 2,27 0,1 8000 10 5 3632DO0 2,39 0,1 8000 10 5 3824DO5 2,31 0,1 8000 10 5 3696DO0 2,39 0,1 8000 10 5 3824DO5 2,32 0,1 8000 10 5 3712

Contoh Perhitungan Vol Titrasi : DO0 = 2,42 / DO5 = 2,05

BOD = DO0 - DO5 DO0 = 2,42 x 0,1 x 8000 x 10 DO5 = 2,05 x 0,1 x 8000 x 10 = 3872 - 3280 = 592 mg/L = 3872 mg/L = 3280 mg/L

3

2

Lanjutan Lampiran 2. Rincian Teknis Perhitungan Parameter BOD Effluent Variasi Detensi Waktu

5 5

4

3

1

2

3

3

1

2

1

sampel awal

1

2

3

2 597

517

432

299

576

624

592

528

512

240

1

1

2

3

149

208

128

112

512

432

416

448

336

320

106

Biomassa Ulangan parameter

vol titrasi

N FAS Be O2Pengencer

anVolume sampel

DO BOD BOD Rata-rata

DO0 2,43 0,1 8000 10 5 3888DO5 2,05 0,1 8000 10 5 3280DO0 2,28 0,1 8000 10 5 3648DO5 1,94 0,1 8000 10 5 3104DO0 2,32 0,1 8000 10 5 3712DO5 1,95 0,1 8000 10 5 3120DO0 2,42 0,1 8000 10 5 3872DO5 2,21 0,1 8000 10 5 3536DO0 2,45 0,1 8000 10 5 3920DO5 2,24 0,1 8000 10 5 3584DO0 2,51 0,1 8000 10 5 4016DO5 2,34 0,1 8000 10 5 3744DO0 2,55 0,1 8000 10 5 4080DO5 2,39 0,1 8000 10 5 3824DO0 2,52 0,1 8000 10 5 4032DO5 2,34 0,1 8000 10 5 3744DO0 2,49 0,1 8000 10 5 3984DO5 2,29 0,1 8000 10 5 3664DO0 2,49 0,1 8000 10 5 3984DO5 2,38 0,1 8000 10 5 3808DO0 2,42 0,1 8000 10 5 3872DO5 2,29 0,1 8000 10 5 3664DO0 2,50 0,1 8000 10 5 4000DO5 2,39 0,1 8000 10 5 3824DO0 2,52 0,1 8000 10 5 4032DO5 2,48 0,1 8000 10 5 3968DO0 2,55 0,1 8000 10 5 4080DO5 2,49 0,1 8000 10 5 3984DO0 2,56 0,1 8000 10 5 4096DO5 2,51 0,1 8000 10 5 4016

Contoh Perhitungan Vol Titrasi : DO0 = 2,42 / DO5 = 2,21

BOD = DO0 - DO5 DO0 = 2,42 x 0,1 x 8000 x 10 DO5 = 2,21 x 0,1 x 8000 x 10 = 3872 - 3536 = 336 mg/L = 3872 mg/L = 3536 mg/L

Lanjutan Lampiran 3. Rincian Teknis Perhitungan Parameter BOD Effluent Variasi Biomasa Iris pseudoacorus

5 5

608

544

592

336

336

272

256

288

320

176

208

176

sampel awal

1

5812

3

200 gr

1

3152

3

400 gr

1

2882

3

600 gr

1

1872

3

800 gr

1

802

3

96

80

64

108

Perlakuan Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppmKosentrasi rata-rata

1 1,281 23,1752 1,280 23,1523 1,283 23,2201 1,186 21,0202 1,182 20,9303 1,199 21,3151 0,999 16,7802 1,011 17,0523 1,012 17,0751 0,689 9,7512 0,666 9,2293 0,671 9,3421 0,577 7,2112 0,576 7,1883 0,577 7,211

Contoh Perhitungan

Kurva Kalibrasi Y = 0,0441X + 0,2591 Nitrat = y - 0,2591a = 0,2591 0,441b = 0,0441 = 1,281 - 0,2591

Absorbansi Sampel (y) = 1,281 0,441

= 23,175 mg/L

Lanjutan Lampiran 2. Rincian Teknis Perhitungan Parameter Nitrat Effluent Variasi Detensi Waktu

2

3

sampel awal

1

23,182

21,088

16,969

9,441

4 7,203

y = 0,044x + 0,259R² = 0,994

0

0,5

1

1,5

0 10 20 30

Axis

Titl

e

Axis Title

ABSORBANS LARUTAN STANDAR

Series1

Linear (Series1)

108

biomassa Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppm Kosentrasi rata-rata

1 0,523 20,3332 0,521 20,2503 0,520 20,2081 0,384 14,5422 0,386 14,6253 0,385 14,5831 0,333 12,4172 0,323 12,0003 0,329 12,2501 0,278 10,1252 0,280 10,2083 0,281 10,2501 0,271 9,8332 0,268 9,7083 0,266 9,625

Contoh Perhitungan

Kurva Kalibrasi Y = 0,024X + 0,035 Fosfat = y - 0,035a = 0,035 0,024b = 0,024 = 0,523 - 0,035

Absorbansi Sampel (y) = 0,523 0,024

= 20,333 mg/L

12,222

3 10,194

4 9,722

Lanjutan Lampiran 2. Rincian Teknis Perhitungan Parameter Fosfat Effluent Variasi Detensi Waktu

sampel awal 20,264

1

2

14,583

y = 0,024x - 0,035R² = 0,998

00,10,20,30,40,50,60,7

0 10 20 30

Axis

Titl

e

Axis Title

ABSORBANS LARUTAN STANDAR

Series1

Linear (Series1)

108

biomassa Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppmKosentrasi rata-rata

1 1,279 23,1292 1,281 23,1753 1,282 23,1971 0,701 10,0232 0,698 9,9553 0,699 9,9771 0,591 7,5282 0,589 7,4833 0,592 7,5511 0,488 5,1932 0,486 5,1473 0,486 5,1471 0,421 3,6732 0,422 3,6963 0,425 3,764

Contoh Perhitungan

Kurva Kalibrasi Y = 0,0441X + 0,2591 Nitrat = y - 0,2591a = 0,2591 0,441b = 0,0441 = 1,279 - 0,2591

Absorbansi Sampel (y) = 1,279 0,441

= 23,129 mg/L

200 gr

400 gr

sampel awal 23,167

3,711

9,985

7,521

5,163

Lanjutan Lampiran 3. Rincian Teknis Perhitungan Parameter Nitrat Effluent Variasi Biomasa Iris pseudoacorus

600 gr

800 gr

y = 0,044x + 0,259R² = 0,994

0

0,5

1

1,5

0 10 20 30

Axis

Titl

e

Axis Title

ABSORBANS LARUTAN STANDAR

Series1

Linear (Series1)

108

biomassa Ulangan Absorbansi Konsentrasi ppm Kosentrasi rata-rata

1 0,525 20,4172 0,523 20,3333 0,524 20,3751 0,281 10,2502 0,282 10,2923 0,284 10,3751 0,271 9,8332 0,269 9,7503 0,266 9,6251 0,244 8,7082 0,248 8,8753 0,247 8,8331 0,232 8,2082 0,231 8,1673 0,234 8,292

Contoh Perhitungan

Kurva Kalibrasi Y = 0,024X + 0,035 Fosfat = y - 0,035a = 0,035 0,024b = 0,024 = 0,281 - 0,035

Absorbansi Sampel (y) = 0,281 0,024

800 gr 8,222

400 gr 9,736

600 gr 8,806

Lanjutan Lampiran 3. Rincian Teknis Perhitungan Parameter Fosfat Effluent Variasi Biomasa Iris pseudoacorus

sampel awal 20,375

200 gr 10,306

y = 0,024x - 0,035R² = 0,998

00,10,20,30,40,50,60,7

0 10 20 30

Axis

Titl

e

Axis Title

ABSORBANS LARUTAN STANDAR

Series1

Linear (Series1)

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I112 1 1 0,08333333 -1,5930771 0,05557145 0,02776189 N Sampel 12128 1 2 0,16666667 -1,4856787 0,06868207 0,0979846 Mean 349,333208 1 3 0,25 -0,9486864 0,17139007 0,07860993 Simpangan Baku 148,978240 1 4 0,33333333 -0,7338895 0,23150806 0,10182528 Dn = 0,115320 1 5 0,41666667 -0,1968972 0,421954 0,00528734 KS Tabel 0,393336 1 6 0,5 -0,0894987 0,46434279 0,03565721416 1 7 0,58333333 0,44749357 0,67274064 0,0894073432 1 8 0,66666667 0,55489203 0,71051574 0,04384908448 1 9 0,75 0,66229048 0,74610746 0,00389254512 1 10 0,83333333 1,09188431 0,86255802 0,02922469512 1 11 0,91666667 1,09188431 0,86255802 0,05410864528 1 12 1 1,19928277 0,88479099 0,11520901

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I64 1 1 0,08333333 -1,5419172 0,06154686 0,02178648 N Sampel 1280 1 2 0,16666667 -1,3810215 0,08363618 0,08303049 Mean 217,33396 1 3 0,25 -1,2201258 0,1112086 0,1387914 Simpangan Baku 99,443

176 1 4 0,33333333 -0,4156472 0,33883407 0,00550074 Dn = 0,139176 1 5 0,41666667 -0,4156472 0,33883407 0,07783259 KS Tabel 0,393208 1 6 0,5 -0,0938558 0,46261184 0,03738816256 1 7 0,58333333 0,38883129 0,65129953 0,06796619272 1 8 0,66666667 0,549727 0,70874668 0,04208002288 1 9 0,75 0,71062271 0,76134097 0,01134097320 1 10 0,83333333 1,03241413 0,84906092 0,01572759336 1 11 0,91666667 1,19330984 0,88362597 0,03304069336 1 12 1 1,19330984 0,88362597 0,11637403

Normal

Normal

Lanjutan Lampiran 4. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorv Smirnov

Normalitas Parameter BOD Effluent Variasi Detensi Waktu

Normalitas Parameter BOD Effluent Variasi biomassa Iris pseudoacorus

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I9,625 1 1 0,08333333 -1,0230123 0,153151 0,06981767 N Sampel 129,708 1 2 0,16666667 -0,9815389 0,16316354 0,00350313 Mean 11,6819,833 1 3 0,25 -0,9193287 0,17896185 0,07103815 Simpangan Baku 2,009

10,125 1 4 0,33333333 -0,7741715 0,21941469 0,11391864 Dn = 0,26210,208 1 5 0,41666667 -0,732698 0,23187131 0,18479535 KS Tabel 0,39310,250 1 6 0,5 -0,7119613 0,23824437 0,2617556312,000 1 7 0,58333333 0,15898165 0,56315833 0,02017512,250 1 8 0,66666667 0,28340207 0,61156568 0,0551009912,417 1 9 0,75 0,36634901 0,64294767 0,1070523314,542 1 10 0,83333333 1,42392259 0,92276556 0,0894322314,583 1 11 0,91666667 1,44465932 0,9257232 0,0090565314,625 1 12 1 1,46539606 0,92859355 0,07140645

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I8,167 1 1 0,08333333 -1,3018987 0,09647551 0,01314217 N Sampel 128,208 1 2 0,16666667 -1,2526155 0,10517284 0,06149383 Mean 9,2678,292 1 3 0,25 -1,154049 0,12424004 0,12575996 Simpangan Baku 0,8458,708 1 4 0,33333333 -0,6612167 0,25423668 0,07909665 Dn = 0,1798,833 1 5 0,41666667 -0,513367 0,30384731 0,11281935 KS Tabel 0,3938,875 1 6 0,5 -0,4640838 0,32129387 0,178706139,625 1 7 0,58333333 0,4230144 0,66385762 0,080524299,750 1 8 0,66666667 0,5708641 0,71595412 0,049287459,833 1 9 0,75 0,66943056 0,74838957 0,0016104310,250 1 10 0,83333333 1,16226288 0,87743565 0,0441023210,292 1 11 0,91666667 1,21154611 0,88715691 0,0295097510,375 1 12 1 1,31011257 0,90492112 0,09507888

Normal

Normal

Lanjutan Lampiran 4. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorv Smirnov

Normalitas Parameter Fosfat Effluent Variasi Detensi Waktu

Normalitas Parameter Fosfat Effluent Variasi biomassa Iris pseudoacorus

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I7,188 1 1 0,08333333 -1,10788 0,13395683 0,05062349 N Sampel 127,211 1 2 0,16666667 -1,1040074 0,13479496 0,0318717 Mean 13,6757,211 1 3 0,25 -1,1040074 0,13479496 0,11520504 Simpangan Baku 5,8559,229 1 4 0,33333333 -0,759348 0,22382221 0,10951112 Dn = 0,2499,342 1 5 0,41666667 -0,7399851 0,22965452 0,18701214 KS Tabel 0,3939,751 1 6 0,5 -0,6702787 0,25134008 0,24865992

16,780 1 7 0,58333333 0,53022045 0,70202045 0,1186871217,052 1 8 0,66666667 0,57669138 0,71792602 0,0512593617,075 1 9 0,75 0,58056396 0,71923282 0,0307671820,930 1 10 0,83333333 1,2389022 0,89230914 0,0589758121,020 1 11 0,91666667 1,25439251 0,89515031 0,0215163521,315 1 12 1 1,30473602 0,90400862 0,09599138

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I3,673 1 1 0,08333333 -1,1736056 0,12027653 0,03694319 N Sampel 123,696 1 2 0,16666667 -1,1644961 0,12211152 0,04455515 Mean 6,5953,764 1 3 0,25 -1,1371676 0,12773411 0,12226589 Simpangan Baku 2,4895,147 1 4 0,33333333 -0,5814889 0,28045549 0,05287784 Dn = 0,2135,147 1 5 0,41666667 -0,5814889 0,28045549 0,13621117 KS Tabel 0,3935,193 1 6 0,5 -0,5632699 0,28662554 0,213374467,483 1 7 0,58333333 0,35678824 0,63937483 0,05604157,528 1 8 0,66666667 0,37500721 0,64617245 0,020494227,551 1 9 0,75 0,3841167 0,64955402 0,100445989,955 1 10 0,83333333 1,34972231 0,91144746 0,078114139,977 1 11 0,91666667 1,3588318 0,91290005 0,0037666110,023 1 12 1 1,37705077 0,91575172 0,08424828

Normal

Normal

Lanjutan Lampiran 4. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorv Smirnov

Normalitas Parameter Nitrat Effluent Variasi Detensi Waktu

Normalitas Parameter Nitrat Effluent Variasi biomassa Iris pseudoacorus

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I256 1 1 0,0833333 -1,0997172 0,1357277 0,0523944 N Sampel 12272 1 2 0,1666667 -1,0347093 0,1504024 0,0162643 Mean 526,667288 1 3 0,2500000 -0,9697013 0,1660977 0,0839023 Simpangan Baku 246,124320 1 4 0,3333333 -0,8396855 0,2005424 0,1327910 Dn = 0,281320 1 5 0,4166667 -0,8396855 0,2005424 0,2161243 KS Tabel 0,393336 1 6 0,5000000 -0,7746776 0,2192651 0,2807349656 1 7 0,5833333 0,5254806 0,7003754 0,1170421672 1 8 0,6666667 0,5904885 0,7225684 0,0559017704 1 9 0,7500000 0,7205043 0,7643927 0,0143927816 1 10 0,8333333 1,1755597 0,8801146 0,0467812832 1 11 0,9166667 1,2405676 0,8926172 0,0240494848 1 12 1,0000000 1,3055755 0,9041515 0,0958485

Var I Freq Cumul Sn(x) Z-Score F(x) Difference Statistik Var I96 1 1 0,08333333 -1,6704607 0,04741412 0,03591921 N Sampel 12

112 1 2 0,16666667 -1,5262483 0,06347402 0,10319265 Mean 281,333144 1 3 0,25 -1,2378234 0,10789077 0,14210923 Simpangan Baku 110,947272 1 4 0,33333333 -0,0841239 0,46647895 0,13314562 Dn = 0,142272 1 5 0,41666667 -0,0841239 0,46647895 0,04981229 KS Tabel 0,393288 1 6 0,5 0,06008852 0,52395743 0,02395743304 1 7 0,58333333 0,20430095 0,58094084 0,0023925320 1 8 0,66666667 0,34851339 0,63627267 0,030394368 1 9 0,75 0,7811507 0,78264307 0,03264307384 1 10 0,83333333 0,92536314 0,82261148 0,01072186384 1 11 0,91666667 0,92536314 0,82261148 0,09405519432 1 12 1 1,35800045 0,91276823 0,08723177

Normal

Normal

Lampiran 4. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorv Smirnov

Normalitas Parameter COD Effluent Variasi Detensi Waktu

Normalitas Parameter COD Effluent Variasi biomassa Iris pseudoacorus

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari1 14,542 12,417 10,125 9,8332 14,625 12,000 10,208 9,7083 14,583 12,250 10,250 9,625

Jumlah 43,750 36,667 30,583 29,167N 3 3 3 3Rerata 14,583 12,222 10,194 9,722St Deviasi 0,04167 0,20972 0,0636469 0,1048588varians 0,00174 0,04398 0,0040509 0,0109954

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 0,001736 0,00 -2,76 -5,522 hari 2 0,5 0,043981 0,09 -1,36 -2,713 hari 2 0,5 0,004051 0,01 -2,39 -4,784 hari 2 0,5 0,010995 0,02 -1,96 -3,92

8 0,12 -16,940,015 -1,818

-14,5475,50 2,3897,81

Homogenitas Parameter Fosfat Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

200 gr 400 gr 600 gr 800 gr1 10,250 9,833 8,708 8,2082 10,292 9,750 8,875 8,1673 10,375 9,625 8,833 8,292

Jumlah 30,917 29,208 26,417 24,667N 3 3 3 3Rerata 10,306 9,736 8,806 8,222St Deviasi 0,06365 0,10486 0,0867361 0,0636469varians 0,00405 0,011 0,0075231 0,0040509

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 0,004051 0,01 -2,39 -4,782 hari 2 0,5 0,010995 0,02 -1,96 -3,923 hari 2 0,5 0,007523 0,02 -2,12 -4,254 hari 2 0,5 0,004051 0,01 -2,39 -4,78

8 0,05 -17,730,007 -2,177

-17,4150,74 0,3207,81

Lanjutan Lampiran 5. Perhitungan Uji Homogenitas Bartlett

Homogenitas Parameter Fosfat Effluent Variasi Detensi Waktu

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log varians

Log Varians Gabungan

Homogen

Ulangan Perlakuan

Varians GabunganNilai BHarga Chi QuadratChi Quadrat Tabel 095(3)

Perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Ulangan Perlakuan

Chi Quadrat Tabel 095(3)

perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Varians GabunganNilai BHarga Chi Quadrat nilai B - dk log varians

Homogen

115

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari1 21,020 16,780 9,751 7,2112 20,930 17,052 9,229 7,1883 21,315 17,075 9,342 7,211

Jumlah 63,265 50,907 28,322 21,610N 3 3 3 3Rerata 21,088 16,969 9,441 7,203St Deviasi 0,20155 0,16404 0,2743046 0,0130918varians 0,04062 0,02691 0,075243 0,0001714

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 0,040621 0,081242 -1,39 -2,782 hari 2 0,5 0,026909 0,053818 -1,57 -3,143 hari 2 0,5 0,075243 0,150486 -1,12 -2,254 hari 2 0,5 0,000171 0,000343 -3,77 -7,53

8 0,29 -15,700,026 -1,585

-12,6806,96 3,0227,81

Homogenitas Parameter Nitrat Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

200 gr 400 gr 600 gr 800 gr1 10,023 7,528 5,193 3,6732 9,955 7,483 5,147 3,6963 9,977 7,551 5,147 3,764

Jumlah 29,955 22,562 15,488 11,134N 3 3 3 3Rerata 9,985 7,521 5,163 3,711St Deviasi 0,03464 0,03464 0,0261837 0,0472033varians 0,0012 0,0012 0,0006856 0,0022282

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 0,001200 0,00 -2,92 -5,842 hari 2 0,5 0,001200 0,00 -2,92 -5,843 hari 2 0,5 0,000686 0,00 -3,16 -6,334 hari 2 0,5 0,002228 0,00 -2,65 -5,30

8 0,01 -23,320,001 -2,877

-23,0140,70 0,3027,81

Lanjutan Lampiran 5. Perhitungan Uji Homogenitas Bartlett

Homogenitas Parameter Nitrat Effluent Variasi Detensi Waktu

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log varians

Log Varians Gabungan

Homogen

Ulangan Perlakuan

Ulangan Perlakuan

Perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Varians GabunganNilai BHarga Chi QuadratChi Quadrat Tabel 095(3)

Chi Quadrat Tabel 095(3)

perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Varians GabunganNilai BHarga Chi Quadrat nilai B - dk log varians

Homogen

114

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari1 528 432 336 2082 512 416 320 1283 512 448 240 112

Jumlah 1552 1296 896 448N 3 3 3 3Rerata 517 432 299 149St Deviasi 9 16 51 51varians 85 256 2645 2645

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 85,333 170,667 1,93 3,862 hari 2 0,5 256,000 512,000 2,41 4,823 hari 2 0,5 2645,333 5290,667 3,42 6,844 hari 2 0,5 2645,333 5290,667 3,42 6,84

8 11264,00 22,371408,000 3,149

25,1896,49 2,8207,81

Homogenitas Parameter BOD Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

200 gr 400 gr 600 gr 800 gr1 336 256 176 642 336 288 208 963 272 320 176 80

Jumlah 944 864 560 240N 3 3 3 3Rerata 315 288 187 80St Deviasi 37 32 18 16varians 1365 1024 341 256

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 1365,333 2730,667 3,14 6,272 hari 2 0,5 1024,000 2048,000 3,01 6,023 hari 2 0,5 341,333 682,667 2,53 5,074 hari 2 0,5 256,000 512,000 2,41 4,82

8 5973,33 22,17746,667 2,87322,985

1,87 0,8117,81

Lanjutan Lampiran 5. Perhitungan Uji Homogenitas Bartlett

Homogenitas Parameter BOD Effluent Variasi Detensi Waktu

Homogen

Ulangan Perlakuan

Ulangan Perlakuan

Perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Varians GabunganNilai BHarga Chi QuadratChi Quadrat Tabel 095(3)

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log varians

Harga Chi QuadratChi Quadrat Tabel 095(3)

perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Varians GabunganNilai B

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log variansHomogen

114

113

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari1 848 656 320 2722 832 672 336 2563 816 704 320 288

Jumlah 2496 2032 976 816N 3 3 3 3Rerata 832 677 325 272St Deviasi 16 24 9 16varians 256 597 85 256

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 256,000 512,000 2,41 4,822 hari 2 0,5 597,333 1194,667 2,78 5,553 hari 2 0,5 85,333 170,667 1,93 3,864 hari 2 0,5 256,000 512,000 2,41 4,82

8 2389,33 19,05298,667 2,47519,801

1,74 0,7547,81

200 gr 400 gr 600 gr 800 gr1 432 320 272 962 384 288 272 1123 368 384 304 144

Jumlah 1184 992 848 352N 3 3 3 3Rerata 395 331 283 117St Deviasi 33 49 18 24varians 1109 2389 341 597

dk 1/dk varians dk. Varians log varians dk log varians1 hari 2 0,5 1109,333 2218,667 3,05 6,092 hari 2 0,5 2389,333 4778,667 3,38 6,763 hari 2 0,5 341,333 682,667 2,53 5,074 hari 2 0,5 597,333 1194,667 2,78 5,55

8 8874,67 23,471109,333 3,045

24,3602,06 0,8957,81

Lampiran 5. Perhitungan Uji Homogenitas Bartlett

Homogenitas Parameter COD Effluent Variasi Detensi Waktu

Homogenitas Parameter COD Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log varians

Log Varians Gabungan

nilai B - dk log variansHomogen

Varians GabunganNilai BHarga Chi Quadrat

PerlakuanUlangan

Perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Chi Quadrat Tabel 095(3)

Varians GabunganNilai BHarga Chi QuadratChi Quadrat Tabel 095(3)

perlakuan Tabel Homogenitas Varians

Homogen

Ulangan Perlakuan

SUMMARY OUTPUTPerlakuan Nitrat Fosfat BOD Regression Statistics

1 21,088 14,583 517 Multiple R 0,9733095542 16,969 12,222 432 R Square 0,9473314893 9,441 10,194 299 Adjusted R Square 0,8419944664 7,203 9,722 149 Standard Error 63,93549869

Observations 4

ANOVAdf SS MS F Significance F

Regression 2 73525,00201 36762,5 8,993338 0,229496212Residual 1 4087,747993 4087,748Total 3 77612,75

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%Intercept 272,437 621,8191889 0,438129 0,737115 -7628,524872 8173,398971 -7628,524872 8173,398971Nitrat 36,08096 29,83477026 1,209359 0,439853 -343,0057432 415,1676549 -343,0057432 415,1676549Fosfat -35,6667 87,02939548 -0,40982 0,752389 -1141,480034 1070,146599 -1141,480034 1070,146599

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUTObservationPredicted bod ResidualsStandard Residuals Percentile bod

1 513,1883 3,811674658 0,103261 12,5 1492 448,7686 -16,76859696 -0,45427 37,5 2993 249,4629 49,53709773 1,34199 62,5 4324 185,5802 -36,58017543 -0,99098 87,5 517

BOD = 272,43 + 36,08 Nitrat - 35,66 Fosfat

Lampiran 8. Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda

Uji Regresi Parameter Nitrat dan Fosfat Terhadap Parameter BOD Effluent Variasi Detensi Waktu

SUMMARY OUTPUTPerlakuan Nitrat Fosfat COD Regression Statistics

1 21,088 14,583 832 Multiple R 0,9977173722 16,969 12,222 677 R Square 0,9954399553 9,441 10,194 325 Adjusted R Square 0,9863198664 7,203 9,722 272 Standard Error 31,77073493

Observations 4

ANOVAdf SS MS F Significance F

Regression 2 220343,6204 110171,8 109,148 0,067528104Residual 1 1009,379598 1009,38Total 3 221353

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%Intercept 6,712374 308,993486 0,021723 0,986173 -3919,422121 3932,846868 -3919,422121 3932,846868Nitrat 44,39332 14,8254506 2,994399 0,20519 -143,9818916 232,7685295 -143,9818916 232,7685295Fosfat -7,47455 43,24652049 -0,17284 0,891046 -556,9736979 542,0245889 -556,9736979 542,0245889

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUTObservationPredicted Cod ResidualsStandard Residuals Percentile Cod

1 833,8941 -1,894091822 -0,10326 12,5 2722 668,6674 8,332626789 0,454271 37,5 3253 349,6159 -24,61590248 -1,34199 62,5 6774 253,8226 18,17736751 0,990979 87,5 832

COD = 6,71 + 44,39 Nitrat - 7,47 Fosfat

Lanjutan Lampiran 8. Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda

Uji Regresi Parameter Nitrat dan Fosfat Terhadap Parameter COD Effluent Variasi Detensi Waktu

SUMMARY OUTPUTPerlakuan Nitrat Fosfat BOD Regression Statistics

1 9,985 10,306 315 Multiple R 0,9936268972 7,521 9,736 288 R Square 0,9872944113 5,163 8,806 187 Adjusted R Square 0,9618832344 3,711 8,222 80 Standard Error 20,87981965

Observations 4

ANOVAdf SS MS F Significance F

Regression 2 33877,03313 16938,52 38,85276 0,11271907Residual 1 435,9668688 435,9669Total 3 34313

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%Intercept -1965,05 726,9356266 -2,7032 0,225567 -11201,64307 7271,542728 -11201,64307 7271,542728Nitrat -55,5876 34,86696668 -1,59428 0,356641 -498,6144154 387,4392189 -498,6144154 387,4392189Fosfat 275,0634 102,984813 2,670913 0,228068 -1033,482684 1583,609553 -1033,482684 1583,609553

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUTObservationPredicted BOD ResidualsStandard Residuals Percentile BOD

1 314,7114 0,288581068 0,023939 12,5 802 294,8931 -6,893103212 -0,57181 37,5 1873 170,1597 16,84033445 1,396962 62,5 2884 90,23581 -10,2358123 -0,84909 87,5 315

BOD = -1965,05 - 55,58 Nitrat + 275,06 Fosfat

Uji Regresi Parameter Nitrat dan Fosfat Terhadap Parameter BOD Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

Lanjutan Lampiran 8. Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda

SUMMARY OUTPUTPerlakuan Nitrat Fosfat COD Regression Statistics

1 9,985 10,306 395 Multiple R 0,945444392 7,521 9,736 331 R Square 0,8938650943 5,163 8,806 283 Adjusted R Square 0,6815952834 3,711 8,222 117 Standard Error 67,07897822

Observations 4

ANOVAdf SS MS F Significance F

Regression 2 37895,41068 18947,71 4,210985 0,325783526Residual 1 4499,58932 4499,589Total 3 42395

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%Intercept -1541,02 2335,369743 -0,65986 0,628676 -31214,70141 28132,67076 -31214,70141 28132,67076Nitrat -34,5741 112,0144014 -0,30866 0,809409 -1457,851984 1388,70385 -1457,851984 1388,70385Fosfat 221,2605 330,8513265 0,668761 0,624744 -3982,604233 4425,125149 -3982,604233 4425,125149

RESIDUAL OUTPUT PROBABILITY OUTPUTObservationPredicted COD ResidualsStandard Residuals Percentile COD

1 394,0729 0,927102028 0,023939 12,5 1172 353,1449 -22,14493841 -0,57181 37,5 2833 228,8984 54,1016372 1,396962 62,5 3314 149,8838 -32,88380082 -0,84909 87,5 395

COD = -1541,02 - 34,57 Nitrat + 221,26 Fosfat

Lanjutan Lampiran 8. Perhitungan Uji Regresi Linear Berganda

Uji Regresi Parameter Nitrat dan Fosfat Terhadap Parameter COD Effluent Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Saluran Kolektor Perumahan Griya Hang Tuah Permai

Aklimatisasi Tanaman Iris pseudoacorus

Penimbangan Biomassa Iris pseudoacorus

Media Sistem Lahan Basah Buatan

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan Sampel pada Sistem Lahan Basah Buatan

Effluent Hasil Pengolahan Sistem Lahan Basah Buatan Variasi Detensi Waktu

Effluent Hasil Pengolahan Variasi Biomassa Iris pseudoacorus

1 2

3

4

200 gr 400 gr 600 gr 800 gr