Upload
sanata-dharma
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MUTU AUDIT DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Payamta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Yohana Ika Tri Juniati
NIM : 122114012
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini lingkungan bisnis entitas menjadi kompleks
dan rumit. Keanekaragaman jenis entitas tersebut harus diikuti dan dipahami
oleh pihak berkepentingan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi
terhadap suatu entitas tertentu. Keanekaragaman entitas bisnis tentunya diikuti
dengan keanekaragaman cara dalam menjalankan proses bisnis yang dapat
menimbulkan keanekaragaman kualitas dari suatu entitas perusahaan.
Salah satu indikator untuk melihat sehat atau tidaknya kualitas dari entitas
perusahaan, masyarakat dapat melihatnya dari opini auditor. Opini auditor
dibuat oleh akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik. Auditor
dalam membuat opini harus menjalankan tahapan-tahapan yang harus
dijalankan, sehingga dapat menghasilkan opini yang benar-benar sesuai
keadaan sebenarnya.
Auditor dengan profesionalnya dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap informasi dalam laporan keuangan. Opini yang
dikeluarkan auditor akan memberikan tingkat keyakinan lebih dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang berkualitas harus
memenuhi kriteria andal, relevan, dapat dipercaya, dan tepat waktu dalam
penyajiannya. Berdasarkan opini audit pihak berkepentingan akan lebih yakin
kalau laporan keuangan yang disajikan telah memenuhi kriteria tersebut.
1
2
Pemakai laporan keuangan akan lebih yakin terhadap kualitas laporan
keuangan perusahaan yang telah diaudit.
Auditor dalam menjalankan profesinya, auditor mempunyai pedoman
standar yaitu standar profesional akuntan publik yang merupakan ketentuan
dan pedoman audit yang harus dipatuhi auditor. Dalam standar ini terdapat
standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan seorang auditor. Standar pekerjaan lapangan memuat hal-hal yang
harus ada dan dikerjakan dalam suatu aktivitas audit. Standar pelaporan
memuat hal-hal yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan hasil audit.
Kantor akuntan publik dalam menjaga kualitas kinerja staf dan auditornya
menerapkan sistem pengendalian mutu, agar hasil kerja auditor tersebut sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Menurut (SPM 1:2011) dalam SA no. 220
menyatakan bahwa sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik
mencakup unsur-unsur yaitu tanggung jawab kepemimpinan kantor akuntan
publik atas mutu, ketentuan etika dan profesi yang berlaku, penerimaan dan
keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu, dan pemantauan.
Sistem pengendalian mutu harus dirancang selaras dengan kebijakan, struktur
organisasi, dan sifat praktik kantor akuntan publik.
Sistem pengendalian mutu mengendalikan tiap unsur yang terdapat di
kantor akuntan publik. Namun dengan adanya sistem pengendalian mutu ini
belum diketahui penerapannya di kantor akuntan publik serta kepatuhan
auditor dalam menjalankan standar yang terdapat dalam standar pengendalian
3
mutu. Menurut (SPAP:2011) dalam SPM seksi 100 no. 07 terdapat sembilan
unsur prosedur dalam penerapan sistem pengendalian mutu di suatu kantor
akuntan publik. Kesembilan unsur tersebut adalah independensi, penugasan
personel, konsultasi, supervisi, pemekerjaan, pengembangan profesional,
promosi, penerimaan dan keberlanjutan klien, dan inspeksi.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
penerapan dan kepatuhan auditor di kantor akuntan publik dalam menerapkan
sistem pengendalian mutu. Penelitian ini diberi judul “Evaluasi Sistem
Pengendalian Mutu Audit di Kantor Akuntan Publik Studi Kasus di Kantor
Akuntan Publik Payamta”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik
Payamta?
2. Apakah sistem pengendalian mutu yang diterapkan kantor akuntan publik
Payamta sudah sesuai dengan Standar Pengendalian Mutu yang diterapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya fokus pada penerapan sistem pengendalian mutu audit
di kantor akuntan publik Payamta.
4
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan
sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik Payamta sudah sesuai
dengan Standar Pengendalian Mutu yang diterapkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (yang selanjutnya disingkat IAPI)
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Auditor
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan kantor
akuntan publik untuk meningkatkan penerapan sistem pengendalian mutu
serta tingkat kepatuhan auditor terhadap standar pengendalian mutu yang
sudah berlaku.
2. Bagi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bacaan dan penambah ilmu
pengetahuan di bidang auditing serta penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi mahasiswa terhadap pentingnya penerapan sistem
pengendalian mutu audit di kantor akuntan publik.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan gambaran umum mengenai pentingnya
penerapan sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik dalam
melakukan perencanaan dan penugasan audit serta pentingnya kepatuhan
auditor terhadap standar yang diterapkan.
5
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam penelitian ini, disusun secara sistematis ke dalam enam
bab, dengan urutan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan sebagai
landasan di penelitian yang dilakukan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian yang dilakukan,
waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, data
yang dicari dalam penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum Kantor akuntan Publik Payamta
Bab ini berisi tentang sejarah kantor akuntan publik Payamta,
struktur organisasi dan staf pendukung, bidang usaha yang
dilakukan, dan data lain yang diperoleh dari hasil penelitian
mengenai profil kantor akuntan publik Payamta.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang analisa terhadap data-data yang telah
diperoleh dalam penelitian dengan dasar teknik analisis data.
6
Bab VI : Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis data, dan
keterbatasan dalam penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Audit
1. Pengertian Auditing
Auditing menurut Jusup (2001:11) merupakan proses sistematis
untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara
obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak berkepentingan.
Pengertian audit diatas mempunyai beberapa unsur penting yaitu
proses sistematis, mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif,
asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, tingkat
kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan.
Orang yang melakukan tindakan audit disebut dengan auditor.
Auditor dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis adalah auditor
pemerintah, auditor internal, dan auditor independen (eksternal). Auditor
pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan
Negara dan instansi-instansi pemerintah. Auditor internal adalah auditor
yang bekerja pada suatu perusahaan yang dimana posisi auditor dibawah
pihak dan pengaruh manajemen perusahaan. Sedangkan, auditor
independen (eksternal) adalah auditor yang bekerja secara independen atau
8
biasa sebagai akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik dan
memberikan jasa profesinya dengan cara mengaudit laporan keuangan
yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan secara profesional.
Walaupun terdapat perbedaan profesi dan kerja audit yang dilakukan,
ketiga klasifikasi ini harus tetap menjaga independensi dan profesionalitas
dalam menjalankan profesinya sebagai auditor.
Proses sistematis yang diterapkan dalam mengaudit tergantung
terhadap jenis audit atau bidang jasa yang dilakukan, proses sistematis ini
dipengaruhi oleh jenis klien yang sedang diaudit oleh auditor. Proses
sistematis ini mengandung implikasi yang berkaitan dengan berbagai hal,
yaitu : bahwa perencanaan audit dan perumusan strategi audit merupakan
bagian penting dari proses auditing, perencanaan audit dan strategi audit
harus berhubungan dengan pemilihan dan penilaian bukti untuk tujuan
audit tertentu, bahwa banyak tujuan audit tertentu dan bukti untuk
mencapai tujuan-tujuan audit tersebut menuntut auditor untuk membuat
banyak keputusan didalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
Mendapatkan dan mengevaluasi bukti merupakan hal yang paling
utama dalam pengauditan. Jenis bukti yang diperoleh dan kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi bukti bisa berbeda-beda antara audit yang
satu dengan audit lainnya, semua audit berfokus pada proses mendapatkan
dan mengevaluasi. Audit laporan keuangan bukti tentang tingkat
kesesuaian dengan asersi dalam laporan laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum terdiri dari data akuntansi dan informasi
9
pendukung. Bukti yang diperoleh harus diinterpretasikan dan dievaluasi
agar auditor dapat membuat pertimbangan akuntansi yang biasanya
diperlukan sebelum sampai pada kesimpulan bahwa asersi-asersi telah
sesuai dengan kriteria yang obyektif.
Asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
merupakan pernyataan yang dibuat manajemen perusahaan yang melekat
pada laporan keuangan yang akan menjadi subyek dari audit atas laporan
keuangan tersebut. Auditor juga harus memahami asersi-asersi yang tidak
diungkapkan secara tertulis dalam laporan keuangan yang akan diaudit.
Tingkat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah
ditetapkan merupakan segala sesuatu yang dilakukan selama audit
dilaksanakan memiliki satu tujuan utama, yaitu untuk merumuskan
pendapat audit mengenai asersi-asersi tentang tindakan-tindakan atau
kejadian-kejadian ekonomi yang telah diaudit. Opini auditor akan
menunjukkan seberapa jauh asersi-asersi sesuai dengan standar atau
kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil akhir dari segala macam audit adalah laporan yang berisi
informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengenai tingkat
kesesuaian asersi yang dibuat oleh klien dengan kriteria tertentu yang telah
ditetapkan untuk mengevaluasi.
10
2. Jenis-Jenis Audit
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan tersebut. Audit
laporan keuangan ini auditor menilai kewajaran laporan keuangan atas
dasar prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. Hasil audit laporan
keuangan disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan-laporan audit.
Laporan audit ini dibagikan kepada pihak-pihak berkepentingan.
b. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dalam
membuat kriteria. Audit kepatuhan umumnya dilakukan dilingkungan
pemerintahan.
c. Audit Operasional
Audit operasional adalah audit yang merupakan review sistematis dari
kegiatan organisasi atau bagian daripadanya, yang kegiatan organisasi
tersebut berhubungan dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional
adalah untuk :
1) Mengevaluasi kinerja.
2) Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
3) Membuat rekomendasi untuk perbaikan tindakan lebih lanjut.
11
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah pihak manajemen
atau pihak ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak
yang meminta dilaksanakan audit tersebut.
B. Kantor Akuntan Publik
Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang jasa
akuntan publik, kantor akuntan publik adalah badan usaha yang telah
mendapatkan ijin dari menteri keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik
dalam memberikan jasanya. Kantor akuntan publik memberikan berbagai
macam jasa bagi masyarakat. Penggolongan jasa tersebut dibagi 3 yaitu :
1. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan
mutu informasi yang diperlukan bagi pengambil keputusan. Pengambil
keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pengambil keputusan mencari
jasa assurance untuk meningkatkan mutu yang dijadikan sebagai basis
keputusan yang akan mereka lakukan.
2. Jasa Atestasi
Jasa atestasi merupakan suatu pernyataan pendapat atas pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas
sesuai dalam segala hal yang material dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi.
12
3. Jasa Nonassurance
Jasa nonassurance merupakan jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik
yang didalamnya auditor tidak memberikan pendapat, keyakinan negatif,
ringkasan temuan, atau temuan lainnya. Jasa nonassurance terdiri dari jasa
kompilasi, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi.
C. Sistem Pengendalian Mutu
Kantor akuntan publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan
menjelaskan unsur-unsur pengendalian mutu dan hal-hal terkait dengan
implementasi secara efektif sistem tersebut. Pengendalian mutu kantor
akuntan publik harus diterapkan oleh setiap kantor akuntan publik yang
melakukan jasa audit, atestasi, akuntansi, review, dan konsultasi yang
standarnya telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Kantor akuntan publik dalam perikatan jasa profesionalnya, bertanggung
jawab mematuhi Standar Profesional Akuntan Publik. Kantor akuntan publik
dalam pemenuhan tanggung jawab wajib mempertimbangkan integritas
stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya, bahwa kantor akuntan
publik dan staf kantor akuntan publik akan independen terhadap kliennya
sebagaimana diatur oleh kode etik. Kantor akuntan publik kompeten secara
profesional, obyektif, dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama (due professional care). Kantor akuntan publik
harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan
13
memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan standar profesi
akuntan publik.
1. Sistem Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik mencakup
struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang di tetapkan kantor
akuntan publik untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian
perikatan profesional dengan standar profesional akuntan publik. Sistem
pengendalian mutu harus komprehensif, dan harus dirancang selaras
dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik kantor akuntan
publik.
Sistem pengendalian mutu memiliki keterbatasan bawaan yang
dapat berpengaruh terhadap efektivitas. Perbedaan kinerja antara staf dan
pemahaman persyaratan profesional dapat mempengaruhi tingkat
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu kantor
akuntan publik yang kemudian mempengaruhi efektivitas sistem tersebut.
Sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik harus dapat
memberikan keyakinan memadai bahwa bagian dari perikatan suatu kantor
akuntan publik yang dilaksanakan oleh kantor cabang, kantor afiliasi, atau
kantor koresponden telah dilaksanakan sesuai standar yang terdapat dalam
standar profesional akuntan publik.
14
2. Penetapan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu
Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh
kantor akuntan publik tergantung pada berbagai faktor antara lain ukuran
kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan kepada stafnya dan
kantor-kantor cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, dan
mempertimbangkan biaya dan manfaat.
Kantor akuntan publik wajib mempertimbangkan setiap unsur
pengendalian mutu yang dibahas berikut ini, sejauh yang diterapkan dalam
praktiknya, penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.
Unsur-unsur pengendalian mutu berhubungan satu sama lain. Oleh karena
itu, praktik pemekerjaan kantor akuntan publik memengaruhi kebijakan
pelatihan. Praktik pelatihan memengaruhi kebijakan promosi. Praktik
kedua kategori tersebut memengaruhi kebijakan supervisi. Praktik
supervisi memengaruhi kebijakan pelatihan dan promosi. Kantor akuntan
publik wajib membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai:
a. Independensi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pada
setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan
independensi sebagaimana diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan
Publik secara rinci, kode etik No. 1 tentang integritas, objektivitas, dan
independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk
akuntan publik.
15
b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa
penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki
tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam
proses penugasan personel sifat dan lingkup supervisi harus
dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel semakin cakap dan
berpengalaman maka supervisi secara langsung terhadap personel
tersebut semakin tidak dibutuhkan.
c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan bahwa personel akan
memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari
orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, dan
pertimbangan (judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan
tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran kantor akuntan
publik, tingkat pengetahuan, kompetensi, dan pertimbangan yang
dimiliki oleh staf pelaksana perikatan.
d. Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksana
perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh kantor
akuntan publik. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu
kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan
masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi
yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab kantor
akuntan publik untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi
berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk
16
merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan
tertentu.
e. Pemekerjaan (hiring), prosedur yang memberikan keyakinan memadai
bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat
sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara
kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan kantor akuntan publik tergantung
kepada integritas, kompetensi, dan motivasi personel yang
melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena
itu, program pemekerjaan kantor akuntan publik menjadi salah satu
unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan kantor akuntan
publik.
f. Pengembangan profesional, personel memiliki pengetahuan memadai
sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya.
Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan sarana
bagi kantor akuntan publik untuk memberikan kepada personelnya
pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan
kemajuan karier mereka di kantor akuntan publik.
g. Promosi, semua personel terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi
seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi.
Praktik promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan
kantor akuntan publik. Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi
harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada karakter, intelegensi,
pertimbangan, dan motivasi.
17
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien, perikatan dari klien akan diterima
atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang
manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya keharusan bagi
kantor akuntan publik untuk menetapkan prosedur dengan tujuan
seperti tersebut, tidak berarti bahwa kantor akuntan publik bertugas
untuk menentukan integritas atau keandalan klien, dan tidak juga
berarti bahwa kantor akuntan publik berkewajiban kepada siapa pun,
kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak atau
mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip
pertimbangan hati-hati, kantor akuntan publik disarankan selektif
dalam menentukan hubungan profesionalnya.
i. Inspeksi, prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur
pengendalian mutu telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi
dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak
mewakili kepentingan manajemen kantor akuntan publik. Jenis
prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada
pengendalian yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik dan
penetapan tanggung jawab di kantor akuntan publik untuk
melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.
18
3. Penetapan Tanggung Jawab
Kantor akuntan publik dapat menetapkan tanggung jawab kepada
personelnya, agar personelnya dapat melaksanakan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutunya secara efektif. Hal-hal yang harus mendapatkan
pertimbangan memadai dalam penetapan tanggung jawab adalah
kompetensi individu, penetapan wewenang, dan lingkup supervisi yang
diberikan.
4. Komunikasi
Kantor akuntan publik wajib mengkomunikasikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu kepada personelnya dengan suatu cara yang
akan memberikan keyakinan memadai bahwa kebijakan dan prosedur
tersebut dapat dipahami. Bentuk dan lingkup komunikasi tersebut harus
cukup komprehensif sehingga komunikasi tersebut dapat menyampaikan
kepada personel kantor akuntan publik informasi mengenai kebijakan dan
prosedur pengendalian yang berhubungan dengan mereka. Pada umumnya,
komunikasi akan lebih baik apabila dilakukan secara tertulis. Namun,
efektivitas sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik tidak
terpengaruh oleh ketiadaan dokumentasi kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang telah ditetapkan oleh kantor akuntan publik.
Ukuran, struktur, dan sifat praktik kantor akuntan publik harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakah dokumentasi kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu diperlukan, dan jika diperlukan, seberapa luas
dokumentasi tersebut dilaksanakan. Umumnya, dokumentasi kebijakan
19
dan prosedur pengendalian mutu pada kantor akuntan publik besar akan
lebih ektensif dibanding pada kantor akuntan publik kecil.
5. Pemantauan
Kantor akuntan publik diharuskan memantau efektivitas sistem
pengendalian mutu dengan cara mengevaluasi secara rutin kebijakan dan
prosedur pengendalian mutunya, penetapan tanggung jawab, dan
komunikasi kebijakan dan prosedurnya. Ukuran, struktur, dan sifat praktik
kantor akuntan publik memengaruhi keterbatasan dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh fungsi pemantauan kantor akuntan publik. Tersirat
dalam fungsi pemantauan adalah perubahan rutin yang terjadi dalam
kebijakan dan prosedur, penetapan tanggung jawab, dan bentuk serta
lingkup komunikasi. Karena adanya perubahan keadaan, seperti perluasan
praktik atau pembukaan kantor baru, penggabungan kantor akuntan publik
atau pemerolehan praktik. Inspeksi yang merupakan salah satu unsur
pengendalian mutu termasuk dalam kegiatan pemantauan.
6. Perumusan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, sebagaimana
dijelaskan dalam SPM Seksi 100 (PSPM No. 1) sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik mencakup kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu, penetapan tanggung jawab, komunikasi, dan pemantauan. Seksi ini
memberikan pedoman dalam perumusan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu, berdasarkan paragraph 06 dan 07 SPM seksi 100
tersebut.
20
Kedua paragraf dalam seksi tersebut menyatakan bahwa jenis dan
lingkup kebijakan dan prosedur pengendalian mutu kantor akuntan publik
tergantung atas beberapa faktor antara lain : ukuran kantor akuntan publik,
tingkat otonomi yang diberikan kepada personel dan kantor-kantor
cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, dan pertimbangan biaya
dan manfaat.
Kantor akuntan publik dituntut untuk mempertimbangkan setiap
unsur pengendalian mutu sejauh unsur pengendalian mutu tersebut dapat
diterapkan dalam praktiknya, dalam merumuskan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu. Beberapa unsur pengendalian mutu berkaitan satu
sama lain. Oleh karena itu, praktik pemekerjaan (hiring) di suatu kantor
akuntan publik memengaruhi kebijakan pelatihannya. Praktik pelatihan
karyawan kantor akuntan publik memengaruhi kebijakan promosi. Praktik
pemekerjaan (hiring) dan praktik promosi tersebut memengaruhi
kebijakan supervisi. Sebaliknya, praktik supervisi memengaruhi kebijakan
pelatihan dan promosi.
Seksi ini, definisi istilah kantor akuntan publik, standar profesional
akuntan publik (SPAP), dan personel, sama dengan definisi istilah tersebut
dalam SPM seksi 100 (PSPM No. 1). Istilah kebijakan berkaitan dengan
tujuan dan sasaran kantor akuntan publik untuk menjadikan unsur
pengendalian mutu tersebut efektif. Istilah prosedur berkaitan dengan
langkah-langkah yang diambil untuk melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan.
21
Unsur pengendalian mutu, sebagaimana terdapat dalam SPM seksi
100 (PSPM No. 1) sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik akan
dibahas dalam seksi ini berdasarkan pengelompokan berikut ini:
a. Independensi
b. Penugasan Personel
c. Konsultasi
d. Supervisi
e. Pemekerjaan (hiring)
f. Pengembangan Profesional
g. Promosi
h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien
i. Inspeksi
Kantor akuntan publik juga harus mempertimbangkan perumusan
kebijakan pada bidang yang diidentifikasi dalam setiap unsur pengendalian
mutu dalam seksi ini sejauh kebijakan tersebut juga dapat diterapkan pada
praktiknya. Contoh untuk memberikan gambaran mengenai prosedur
dirancang untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, juga disajikan
dalam seksi ini. Prosedur yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik tidak
harus mencakup semua contoh tersebut atau juga tidak harus dibatasi
hanya pada contoh tersebut.
22
Suatu kantor akuntan publik bergabung (merger) dengan atau
mengakuisisi praktik kantor akuntan publik lain, kantor akuntan publik
gabungan tersebut harus memberikan perhatian khusus kepada aspek
pengendalian mutunya. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu kantor
akuntan publik gabungan harus dievaluasi untuk menentukan apakah
kebijakan dan prosedur tersebut tetap dapat diterapkan dalam kondisi
lingkungan yang telah berubah. Perhatian khusus tersebut juga harus
diberikan kepada aspek pengendalian mutu apabila kantor akuntan publik
berpisah.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus
adalah penelitian dengan cara mengamati langsung secara menyeluruh pada
kondisi sebenarnya dari berbagai sumber data. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan mutu audit di kantor
akuntan publik Payamta.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah staf auditor junior atau senior, dan manajer
yang bekerja di kantor akuntan publik Payamta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penerapan sistem pengendalian mutu audit di
kantor akuntan publik Payamta.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor akuntan publik Dr. Payamta Jl. Ir.
Sutami No. 25 Sekarpace, Surakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016
24
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil wawancara.
Sedangkan, data sekunder berupa data yang berada di kantor akuntan publik
tersebut yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung untuk
analisis data. Data sekunder berupa gambaran umum dan sejarah kantor
akuntan publik, struktur organisasi, visi dan misi kantor akuntan publik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara menurut Arikunto (1996:144) merupakan dialog lisan yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang
terwawancara. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh informasi yang
lebih luas mengenai objek yang akan diteliti. Sumber data yang ada dalam
penelitian ini diperoleh melalui wawancara terhadap informan yang terdiri
atas:
a. Bapak Payamta sebagai pemilik dari kantor akuntan publik yang
memiliki tugas dan wewenang dalam penerapan sistem pengendalian
mutu audit di kantor akuntan publik.
25
b. Tiga orang auditor yang terdiri dari auditor senior atau junior yang
bekerja di kantor akuntan publik Payamta. Ketiga orang ini memiliki
tugas dan fungsi untuk menerapkan sistem pengendalian mutu di setiap
audit.
Wawancara dalam penelitian ini akan membahas topik yang berhubungan
dengan penerapan sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik dan
kesesuaian sistem pengendalian yang diterapkan di kantor akuntan publik
dengan standar pengendalian mutu yang ditetapkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia. Topik dalam penelitian ini menggunakan beberapa
elemen yang memengaruhi sistem pengendalian mutu kantor akuntan
publik yang berkaitan dengan standar pengendalian mutu yang ditetapkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yaitu:
a. Independensi
b. Penugasan Personel
c. Konsultasi
d. Supervisi
e. Pemekerjaan (hiring)
f. Pengembangan Profesional
g. Promosi
h. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien
i. Inspeksi
26
Pedoman wawancara di lampiran diambil dari kuesioner penelitian yang
dilakukan oleh Bagus Wibowo ( 2007) dengan judul Penilaian Kepatuhan
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Standar Auditing
dan Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik ( Studi Kasus
Pada Enam Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta). Daftar pertanyaan
didalam kuesioner yang kemudian di perbaiki menjadi daftar pertanyaan
didalam pedoman wawancara.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menelusuri data-data yang berada dikantor akuntan publik yang
tersedia dalam bentuk gambaran umum kantor akuntan publik, struktur
organisasi, dan visi misi dari kantor akuntan publik.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif adalah teknik analisis data yang digunakan
untuk menjelaskan dan mengumpulkan data dari objek yang diteliti.
1. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
yang pertama dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memilih, merangkum, dan mendeskripsikan data atau informasi yang
telah diperoleh dari informan yang kemudian difokuskan berdasarkan
masalah yang akan diungkap tentang kebijakan kantor akuntan publik
dalam mempertimbangkan penerapan unsur-unsur pengendalian mutu
dalam setiap audit.
27
b. Menyajikan data tentang sistem pengendalian mutu yang dilakukan
oleh kantor akuntan publik Payamta, data ini disajikan dalam bentuk
uraian singkat yang dideskripsikan dalam bentuk naratif.
c. Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan analisis data
mengenai unsur-unsur penerapan sistem pengendalian mutu di kantor
akuntan dan cara penerapan sistem pengendalian mutu oleh auditor
yang bekerja di kantor akuntan publik.
2. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah
yang kedua dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membandingkan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan
dokumentasi mengenai penerapan sistem pengendalian mutu di kantor
akuntan publik Payamta dengan kajian teori yang ada.
b. Menyajikan data tentang perbandingan penerapan sistem pengendalian
mutu di kantor akuntan publik Payamta dengan kajian teori yang ada
ke dalam bentuk uraian singkat yang dideskripsikan dalam bentuk
naratif dan tabel.
c. Penarikan kesimpulan yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan
hasil perbandingan dan analisis data mengenai kesesuaian penerapan
sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik Payamta dengan
kajian teori yang ada. Jika ditemukan ketidaksesuaian akan di analisis
dan di cari penyebab atau bagian mana yang menimbulkan tidak
sesuai.
28
Penelitian ini menggunakan beberapa elemen yang memengaruhi sistem
pengendalian mutu kantor akuntan publik yang berkaitan dengan standar
pengendalian mutu yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
yaitu:
a. Independensi, suatu prosedur yang memberikan keyakinan memadai
bahwa, pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional
mempertahankan independensi sebagaimana diatur dalam Kode Etik
Profesi Akuntan Publik secara rinci, Kode Etik No. 1, Integritas,
objektivitas, dan independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang
berlaku untuk akuntan publik.
b. Penugasan personel, yang memberikan keyakinan memadai bahwa
penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki
tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam
proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus
dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan
semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung
terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.
c. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personel
akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan
dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, dan
pertimbangan yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas
beberapa faktor, antara lain ukuran kantor akuntan publik dan tingkat
29
pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf
pelaksana perikatan.
d. Supervisi, prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa
pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh
kantor akuntan publik. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada
suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor antara lain
kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup
konsultasi yang tersedia dan telah digunakan tanggung jawab kantor
akuntan publik untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi
berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk
merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan
tertentu.
e. Pemekerjaan, prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa
semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga
memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten.
f. Pengembangan profesional, suatu prosedur yang memberikan
keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan memadai
sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya.
Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana
bagi kantor akuntan publik untuk memberikan kepada personelnya
pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan
untuk kemajuan karier mereka di kantor akuntan publik.
30
g. Promosi, prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa
semua personel terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti
disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik
promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan kantor
akuntan publik.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien, memberikan keyakinan memadai
bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk
meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak
memiliki integritas.
i. Inspeksi, suatu prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa
prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu
telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan
dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan
manajemen kantor akuntan publik.
31
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil dan Sejarah Kantor Akuntan Publik
Kantor akuntan publik Dr. Payamta, CPA terletak di Jalan Ir. Sutami 25,
Surakarta ini berdiri sejak tahun 1999. Kantor ini didirikan oleh Dr. Payamta,
SE, MSi, Ak, CA, CPA. Beliau akuntan profesional yang juga aktif sebagai
akademisi dan praktisi di bidangnya. Pengalamannya sebagai auditor telah
dirintis sejak awal tahun 1990-an di kantor akuntan publik Hadori cabang
Surakarta dan kantor akuntan publik Djaka Surasa dan rekan. Selain sebagai
auditor beliau juga konsultan dibeberapa perusahaan di Surakarta. Sebagai
seorang akdemisi beliau dipercaya sebagai direktur program magister
akuntansi fakultas ekonomi universitas sebelas maret (UNS), juga aktif
sebagai peneliti dan dosen pada program magister manajemen, program
doktor ilmu ekonomi, dan program profesi akuntansi di universitas sebelas
maret (UNS).
Kantor akuntan publik ini terdaftar pada kementerian keuangan yang
telah dipercaya sebagai auditor rekanan pada berbagai lembaga keuangan
baik badan pemeriksa keuangan, Bank Indonesia, bank-bank BUMN, bank
swasta nasional, perusahaan yang bergerak diberbagai bidang industri skala
kecil maupun besar, dan kantor pelayanan pajak di Indonesia.
32
Izin praktik akuntan publik diperoleh dari Menteri Keuangan RI Nomor:
KEP. 379/KMK.17/1999 dan nomor AP: 99.1.0695, yang telah diperbarui
dengan nomor AP. 0420, pada Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Terdaftar sebagai anggota aktif pada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
dengan nomor IAPI: 1067, Terdaftar juga sebagai Certified Public Accountant
(CPA). Kantor akuntan publik mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan
Nomor: KEP-338/KM.17/2000, yang diperbarui dengan surat keputusan
Menteri Keuangan RI No: 111/KM.1/2010. Tercatat sebagai anggota
profesional akuntan pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan nomor
register akuntan 11.D9858, dan telah mendapat pengakuan akuntan
profesional akuntan dengan sebutan Chartered Accountant (CA).
B. Tim Manajemen dan Staf Pendukung
Kantor akuntan publik Payamta dalam memberikan jasanya di dukung
oleh beberapa staf profesional yang berkompeten dibidangnya masing-masing
berjumlah 14 orang. Mereka terbagi menjadi 2 yaitu sebanyak 5 orang staf
merupakan karyawan tetap dan bergabung dalam tim manajerial di kantor
akuntan publik Payamta dan sisanya sebanyak 9 orang merupakan staf
pendukung yang berkompeten dibidangnya masing-masing. Daftar staf tetap
dan staf pendukung kantor akuntan publik Payamta dapat dilihat pada Tabel 1.
Tim manajemen kantor akuntan publik Payamta terdiri dari direktur
utama, office manager, dan direktur divisi. Ada dua divisi utama yaitu divisi
audit dan divisi konsultasi dan SIM, Selain dua divisi utama kantor akuntan
publik Payamta juga memiliki divisi lain yaitu divisi jasa training dan diklat.
33
Daftar tim manajemen kantor akuntan publik Payamta dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 1. Daftar Staf Tetap dan Staf Pendukung Kantor Akuntan publik Payamta
No
.Nama
No
.Nama
1 Dr. Payamta, SE, M.Si,Ak,CA,CPA
8 Dr. Bandi, M.Si, Ak
2 Vidya Ria Shintawati, SE, Ak 9 Veni Prabasita, SE, M.Si, Ak
3 Agus Widodo, SE, M.Si, Ak 10 Drs. Jaka Winarna, M. Si, Ak
4 Ahmad Ridwan, SE, M.Si, Ak 11 Taufik Arifin, SE, M.Sc, Ak
5 Mamin Suparmin, SE 12 Dr. Mulyanto, SE, M.Ek
6 Drs. Soetarman, M.Si, BKP 13 Sutaryo, SE, M.Si
7 Dr. Slamet Haryono, M.Si, Ak 14 Heru Najib, SE, Ak
Sumber : Kantor Akuntan Publik Payamta
Tabel 2. Daftar Tim Manajeman Kantor Akuntan Publik Payamta
1 Direktur Utama Dr. Payamta, SE, M.Si,Ak,CA,CPA2 Direktur Div. Audit Vidya Ria Shintawati, SE, Ak3 Direktur Div. Jasa Training dan Diklat Agus Widodo, SE, M.Si, Ak4 Direktur Div. Jasa Konsultasi dan SIM Ahmad Ridwan, SE, M.Si, Ak5 Office Manager Mamin Suparmin, SE
Sumber : Kantor Akuntan Publik Payamta
34
C. Bidang Usaha
Kantor akuntan publik Payamta menyediakan berbagai layanan jasa
dibidang audit, jasa akuntansi dan pelaporan keuangan, penyusunan sistem
informasi manajemen, sistem informasi akuntansi, komputerisasi, sistem
akuntansi dan perpajakan, accurate accounting system, manajemen keuangan
dan perpajakan, riset bisnis yang meliputi:
1. Jasa Penyusunan Laporan Keuangan
Jasa ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan yang tidak mempunyai
sistem akuntansi atau sumber daya yang memadai dalam penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Penyusunan laporan keuangan tersebut meliputi neraca, laporan laba rugi
atau penghitungan hasil usaha (koperasi), laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, kebijakan akuntansi yang diterapkan dan catatan atas
laporan keuangan yang mendukung. Jasa ini juga diberikan untuk
membantu penyusunan laporan keuangan Pemda/SKPD/unit-unit lembaga
pemerintah, sekolah, badan layanan umum, rumah sakit, perguruan tinggi,
dan yayasan.
2. Jasa Perancangan Sistem Informasi Akuntansi dan SIM
Jasa yang diberikan kantor akuntan publik Payamta terbagi dalam dua
scope yaitu scope luas dan sempit. Dalam scope yang sempit, jasa yang
diberikan kantor akuntan publik Payamta hanya menyangkut sistem
informasi akuntansi. Sedangkan, dalam scope luas, jasa yang diberikan
35
kantor akuntan publik Payamta meliputi sistem informasi manajemen,
sistem informasi yang dikembangkan dapat berbentuk sistem informasi
manual maupun sistem informasi komputer yang berbasis accurate
software.
3. Jasa Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Pegawai
Jasa ini diberikan kepada perusahaan untuk pengembangan sumber daya
manusia dalam bentuk pendidikan dan pelatihan terutama yang berkaitan
dengan tugas-tugas di bidang akuntansi, perpajakan, informasi keuangan,
internal audit. Selain jasa untuk pengembangan sumber daya manusia,
kantor akuntan publik Payamta juga menyediakan bantuan jasa rekruitmen
pegawai. Beberapa bidang yang diberikan dalam jasa ini diantaranya:
akuntansi keuangan dasar, analisis laporan keuangan, akuntansi syariah,
penganggaran sektor publik, audit kinerja perusahaan, perencanaan pajak
perusahaan, dan lain sebagainya dengan estimasi anggaran biaya training
atau diklat yang dapat berubah sewaktu-waktu dan terkena pajak yang
berlaku di kawasan Surakarta meliputi:
Tabel 3. Estimasi Anggaran Biaya Training Atau Diklat
Perincian Anggaran Biaya Pelatihan (Dalam Rupiah)Fee Instruktur (2 hari x 8 jam x Rp 600.000) Rp 9.600,000Pengadaan Materi ( 8 sesi x 20 orang x Rp 15.000) Rp 2.400,000Transportasi dan Akomodasi ( 2 hari/ sesi/@ Rp 400.000) Rp 400.000Sertifikat (20 orang x Rp 15.000) Rp 300.000Sumber : Kantor akuntan publik Payamta
36
4. Jasa Appraisal Atau Penilaian Bisnis Properti
Jasa ini diberikan untuk membantu penilaian atas properti atau aset-aset
pribadi atau perusahaan yang berguna untuk membantu menaksir nilai
wajar atas suatu aset. Jasa ini dilakukan oleh appraisal yang independen
yang terdaftar dalam Departemen Keuangan. Untuk memberikan jasa ini
kantor akuntan publik Payamta sudah berafiliasi dengan KJPP Sihwiryadi
dan Rekan.
5. Jasa Penyusunan Proposal Atau Studi Kelayakan Bisnis
Jasa ini dimaksudkan untuk membantu manajemen perusahaan dalam
mengembangkan usaha yang telah ada atau manajemen perusahaan yang
ingin mendirikan usaha baru.
6. Jasa Pemeriksaan Keuangan
Jasa ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan, perbankan, industri,
koperasi, dan lain sebagainya untuk menilai tingkat kewajaran pelaporan
keuangan historis.
7. Jasa Audit Khusus
Jasa ini diberikan kantor akuntan publik kepada klien untuk melakukan
penilaian apakah manajemen suatu perusahaan atau badan usaha koperasi
telah berjalan secara efektif dan efisien. Jasa ini juga sering disebut
sebagai audit atas kinerja perusahaan.
37
8. Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa ini dimaksudkan untuk membantu dalam mengelola badan usaha
dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan membantu badan
usaha tersebut dalam mencarikan serta mengimplementasikan solusi untuk
pemecahan masalah tersebut.
9. Jasa Konsultasi Perpajakan
Jasa ini dimaksudkan untuk membantu pengelolaan badan usaha dalam
kaitannya dengan perhitungan pajak yang harus dibayar serta pengisian
SPT tahunan, komputerisasi jasa perpajakan khususnya PPN dan PPh
badan.
D. Visi dan Misi Kantor Akuntan Publik Payamta
1. Visi
Menjadi kantor akuntan publik yang amanah dan profesional.
2. Misi
Memberikan jasa audit dan jasa-jasa lain dibidang akuntansi dan
manajemen terkait dengan tujuan untuk membantu klien meningkatkan
pengelolaan dan kinerja perusahaan yang telah akuntabel, transparan,
jujur, dan bertanggung jawab berlandaskan pada sifat-sifat
profesionalisme, saling menghormati, dan setia kepada komitmen.
38
E. Rekanan
Kantor akuntan publik Payamta memiliki jaringan dan rekanan yang luas
untuk membantu dalam memberikan pelayanan kepada klien yaitu:
1. Bank Indonesia.
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia.
3. Bank-Bank Pemerintah dan Bank Swasta (Bank BNI, BCA, dan BRI)
4. Terdaftar sebagai auditor dana kampanye di IAPI.
5. PPA fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS).
6. Program Magister Akuntansi FE UNS.
7. KJPP Sihwiryadi dan Rekan.
8. KKP Sutarman, M. Si, BPK.
9. Kantor-Kantor Pelayan Pajak.
10. Kantor Dinas Koperasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
39
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Wawancara
1. Kualifikasi apa saja yang dimiliki auditor yang bekerja di kantor akuntan
publik Payamta?
a. Responden A: minimal pendidikan S1 akuntansi, memiliki keahlian
yang cukup sebagai auditor.
b. Responden B: pengalaman kerja 3 tahun, memiliki pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor, memiliki independen disetiap mental.
c. Responden C: minimal pendidikan S1 akuntansi, pengalaman kerja 3
tahun, memiliki independen dalam setiap mental.
d. Responden D: menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat
dan seksama sebagai auditor, memiliki keahlian dan pelatihan teknis.
e. Responden E: memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor, memiliki sikap independen dalam setiap mental,
menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama.
f. Rangkuman: Kualifikasi auditor yang bekerja di kantor akuntan publik
Payamta terdiri dari : pendidikan minimal S1 akuntansi, pengalaman
kerja minimal 3 tahun, memiliki sikap independen dalam setiap
mental, memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
auditor, dan menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama sebagai seorang auditor.
40
2. Mengapa semua auditor pada setiap tingkat organisasi diwajibkan untuk
mematuhi ketentuan independensi yang diatur oleh IAPI?
a. Responden A: auditor dituntut mematuhi independensi yang diatur
oleh IAPI karena itu berkaitan dengan kode etik.
b. Responden B: saya mematuhi kode etik profesi akuntan publik yang
mengatur mengenai integritas, objektivitas,dan kompetensi.
c. Responden C: karena hal tersebut terkait dengan kode etik profesi
akuntan publik.
d. Responden D: saat memberikan jasa audit sebagai auditor saya dituntut
untuk menjalankan kode etik profesi akuntan publik dan aturan etika
profesi.
e. Responden E: kami dalam memberikan jasa profesional selalu
mengikuti prinsip dasar dan aturan etika profesi yang ditetapkan oleh
kode etik profesi akuntan publik.
f. Rangkuman: Auditor pada setiap tingkat organisasi diwajibkan untuk
mematuhi ketentuan tentang independensi yang diatur oleh IAPI
karena setiap memberikan jasa profesionalnya ataupun jasa audit
mereka dituntut mematuhi kode etik profesi akuntan publik yang
menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi mengenai integritas,
objektivitas, dan kompetensi.
41
3. Bagaimana cara auditor mempertahankan sikap independensi?
a. Responden A: memakai pakaian yang rapi dan sopan , dan berupaya
meningkatkan kemampuan independensi.
b. Responden B: auditor harus memiliki kecakapan (due care) dengan
kecakapan ini diharapkan auditor melaksanakan tanggung jawab
profesional dengan kecakapan dan ketekunan. Hal ini memperlihatkan
dalam memberikan pelayanan yang profesional untuk mendapatkan
kemampuan auditor yang memperhatikan kepentingan utama dari
setiap pelayanan/ jasa yang diadakan dan konsisten dengan tanggung
jawab profesi bagi masyarakat.
c. Responden C: semua auditor harus tekun dalam melaksanakan
tanggung jawabnya terhadap klien, pekerjaan, dan masyarakat.
Ketekunan membuat pelayanan yang tepat dan teliti secara
keseluruhan dan memperhatikan standar profesi yang dapat dipakai
dan etika.
d. Responden D: auditor harus memperhatikan standar teknik profesi dan
etika, berusaha meningkatkan kemampuan independensi, dan dilihat
dari kemampuan atau kompetisi yang didapat auditor dari perpaduan
pendidikan dan pengalaman. Dimulai dengan penguasaan pendidikan
umum bagi penunjukkan sebagai auditor independen. Pemeliharaan
kemampuan mengharapkan suatu komitmen untuk mempelajari dan
meningkatkan kemampuan profesional yang merupakan tanggung
jawab auditor dalam semua penugasan dan tanggung jawabnya. Setiap
42
anggota harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin
bahwa kualitas pelayanan auditor telah sesuai dengan tingkat
profesional yang dituntut oleh standar profesi.
e. Responden E: memiliki kecakapan profesional yang meminta auditor
untuk merencanakan dan mengawasi dengan cukup aktivitas
profesional untuk pertanggung jawaban mereka, dan memakai pakaian
rapi dan sopan pada setiap penugasan dan bertemu klien.
f. Rangkuman: Auditor mempertahankan sikap independensi dilakukan
dengan cara : auditor harus memperhatikan standar teknik profesi dan
etika, berpakaian rapi dan sopan setiap penugasan dan bertemu klien,
auditor harus berupaya terus meningkatkan kemampuan independensi,
memiliki kecakapan, ketekunan, kecakapan profesional, dan
kemampuan atau kompetisi yang didapat dari pendidikan dan
pengalaman.
4. Bagaimana cara kantor akuntan publik membuat perencanaan dalam setiap
penugasan?
a. Responden A: perencanaan audit dimulai dengan tahapan pendahuluan
perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi,
pemahaman struktur PI, penetapan risiko, analisis awal, tentukan
tingkat materialitas, program audit, risk assessment atas akun, dan
fraud discussion dengan manajemen.
43
b. Responden B: tahapan pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis
klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman struktur PI,
penetapan risiko, analisis awal, tentukan tingkat materialitas, program
audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion dengan
manajemen.
c. Responden C: perencanaan audit setiap penugasan ditetapkan sesuai
prosedur yang telah ditentukan.
d. Responden D: pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien,
pemahaman proses akuntansi, pemahaman struktur PI, penetapan
risiko, analisis awal, tentukan tingkat materialitas, program audit, risk
assessment atas akun, dan fraud discussion dengan manajemen.
e. Responden E: perencanaan audit setiap penugasan ditetapkan sesuai
prosedur yang telah ditentukan yaitu: pendahuluan perencanaan,
pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, pemahaman
struktur PI, penetapan risiko, analisis awal, tentukan tingkat
materialitas, program audit, risk assessment atas akun, dan fraud
discussion dengan manajemen.
f. Rangkuman: Perencanaan audit yang dibuat kantor akuntan publik
payamta di setiap penugasan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
yaitu: pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman
proses akuntansi, pemahaman struktur PI, penetapan risiko, analisis
awal, tentukan tingkat materialitas, program audit, risk assessment atas
akun, dan fraud discussion dengan manajemen.
44
5. Bagaimana cara kantor akuntan publik membentuk tim penugasan yang
bertanggung jawab dalam penugasan?
a. Responden A: memilih tim penugasan yang terdiri dari partner,
manajer, staf asisten atau auditor.
b. Responden B: partner yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian
keseluruhan perikatan audit, manajer yang akan mengkoordinasi dan
mengawasi pelaksanaan program audit, dan staf asisten atau auditor
yang melaksanakan berbagai prosedur yang diperlukan dalam
pelaksanaan program audit.
c. Responden C: tim penugasan biasanya terdiri dari partner, satu/ lebih
manajer, dan auditor
d. Responden D: menentukan tim audit terdiri dari seorang partner yang
bertanggung jawab terhadap penyelesaian perikatan audit, satu atau
lebih manajer yang bertugas mengkoordinasi dan mengawasi, dan staf
asisten atau auditor yang melaksanakan berbagai prosedur audit.
e. Responden E: membentuk tim untuk melaksanakan penugasan
biasanya tim tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu partner, manajer, dan
auditor yang mempunyai tugas berbeda.
f. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta membentuk tim audit
yang bertanggung jawab dalam penugasan terdiri dari: seorang partner
yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian keseluruhan perikatan
audit, satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan
mengawasi pelaksanaan program audit, dan staf asisten atau auditor
45
yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang diperlukan dalam
pelaksanaan program audit.
6. Bagaimana cara kantor akuntan publik dalam menetapkan fee atas jasa
auditnya?
a. Responden A: setahu saya fee audit ditetapkan oleh bapak Payamta.
b. Responden B: mengenai berapa jumlah fee atas jasa yang sudah
diberikan itu merupakan otorisasi bapak Payamta.
c. Responden C: fee audit mengacu surat keputusan yang dikeluarkan
oleh IAPI
d. Responden D: penetapan fee atas jasa audit diotorisasi oleh saya dan
mengacu pada surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang
kebijakan penentuan fee audit yang diterbitkan oleh ketua umum
Institut Akuntan Publik Indonesia.
e. Responden E: penetapan fee audit mengacu pada surat keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008.
f. Rangkuman: Penetapan fee atas jasa audit yang diberikan kepada
perusahaan atau klien merupakan otorisasi dari bapak Payamta selaku
pemilik kantor akuntan publik dan mengacu pada surat keputusan No.
KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit yang
diterbitkan oleh ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia.
46
7. Mengapa auditor harus berkonsultasi dengan pihak berwenang mengenai
masalah yang komplek dan tidak biasa?
a. Responden A: konsultasi ada 2 cara yaitu mengidentifikasi kondisi
khusus dan risiko luar biasa, dan mengevaluasi kemungkinan
ketersediaan laporan keuangan calon klien yang diaudit. Dengan cara
ini auditor dapat mempertimbangkan untuk menerima atau menolak
perikatan.
b. Responden B: untuk mendapatkan informasi mengenai calon kliennya.
c. Responden C: agar auditor dapat mengevaluasi ketersediaan laporan
keuangan calon klien dan mempertimbangkan perikatan audit.
d. Responden D: mendapatkan informasi mengenai kondisi kliennya.
e. Responden E: mendapatkan informasi mengenai calon kliennya
misalnya informasi mengenai kesulitan keuangan yang dapat
menyebabkan manajemen melakukan salah saji material. Selain itu,
dengan berkonsultasi dapat membantu pertimbangan kami untuk
membuat suatu perikatan audit.
f. Rangkuman: Auditor harus berkonsultasi dengan pihak berwenang
mengenai kondisi khusus atau komplek karena auditor akan
mendapatkan informasi mengenai calon kliennya yang dapat
digunakan untuk mempertimbangkan perikatan dan auditor dapat
mengevaluasi ketersediaan laporan keuangan calon klien diaudit.
47
8. Bagaimana cara penyelesaian perbedaan pendapat antara auditor dengan
spesialis.?
a. Responden A: berbicara atau berdiskusi.
b. Responden B: mengemukakan pendapat masing-masing apakah sudah
sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu selama proses audit.
c. Responden C: diskusi
d. Responden D: mendiskusikan pendapat masing-masing kemudian
disesuaikan dengan temuan-temuan selama proses audit
e. Responden E: untuk penyelesaian perbedaan pendapat biasanya
dilakukan dengan diskusi dan mengemukakan pendapat masing-
masing.
f. Rangkuman: Penyelesaian pendapat dengan spesialis dilakukan auditor
dengan cara berdiskusi mengenai masing-masing pendapat yang
dikemukakan sudah sesuai dengan kriteria atau temuan tertentu yang
ditemukan selama proses audit.
9. Bagaimana cara auditor mendokumentasikan tentang hasil konsultasi
mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan adanya
konsultasi?
a. Responden A: dokumentasi hasil konsultasi masalah khusus dilakukan
dengan cara pengarsipan.
b. Responden B: dibuat arsip mengenai evaluasi integritas manajemen
yang kami tanyakan kepada auditor pendahulu.
48
c. Responden C: pengarsipan terutama masalah eveluasi integritas
manajemen yang kami lakukan untuk mendapat keyakinan bahwa
manajemen klien dapat dipercaya dan laporan keuangan yang diaudit
bebas dari salah saji material.
d. Responden D: arsip mengenai evaluasi integritas manajemen yang
dilakukan dengan review terhadap pengelaman auditor dimasa lalu
dalam berhubungan dengan klien yang bersangkutan missal lancar atau
tidaknya proses audit dulu, apakah ada kendala dalam proses audit.
e. Responden E: meminta keterangan pihak ketiga bisa berupa penasihat
hukum, bank, dan pihak lain dalam masyarakat keuangan dan bisnis
yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien.
f. Rangkuman: Auditor mendokumentasikan tentang hasil konsultasi
mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan adanya
konsultasi dengan cara membuat arsip tentang evaluasi terhadap
integritas manajemen. Evaluasi ini bertujuan agar auditor mendapatkan
keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya.
Sehingga, laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji
material. Hal ini dilakukan dengan cara: Komunikasi dengan auditor
pendahulu dengan cara meminta keterangan kepada auditor pendahulu
mengenai masalah-masalah yang spesifik terkait dengan hasil audit,
melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam
berhubungan dengan klien yang bersangkutan, misal: lancar atau
tidaknya proses audit dulu, apakah ada kendala dalam proses audit, dan
49
meminta keterangan kepada pihak ketiga. Bisa berupa penasihat
hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat keuangan dan
bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien.
10. Apa ada prosedur yang dibuat mengenai supervisi?
a. Responden A: ada
b. Responden B: ada prosedur supervisi
c. Responden C: ada prosedur yang dibuat untuk supervisi itu
d. Responden D: ada
e. Responden E: ada
f. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta membuat prosedur untuk
supervisi.
11. Bagaimana prosedur untuk perencanaan perikatan?
a. Responden A,B,C,D,E: prosedur perencanaan perikatan terdiri dari
identifikasi calon klien, analisis kondisi bisnis klien, dan ditentukan
diterima atau tidaknya perikatan.
b. Rangkuman: Prosedur perencanaan perikatan kantor akuntan publik
Payamta terdiri dari identifikasi calon klien, analisis kondisi bisnis
klien, dan ditentukan diterima atau tidaknya perikatan.
12. Bagaimana kantor akuntan publik mempertahankan standar mutu untuk
kegiatan auditnya?
a. Responden A: jaga kualitas audit dan integritas auditor
b. Responden B: menjaga kepercayaan dari klien dan menjaga kualitas
audit
50
c. Responden C: menjaga kualitas auditnya, menjaga integritas auditor
dan kepercayaan dari klien.
d. Responden D: menjaga integritas kami selaku auditor dan kepercayaan
dari klien.
e. Responden E: semua auditor harus menjaga kualitas auditnya,
integritasnya dan kepercayaan dari klien.
f. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta mempertahankan standar
mutu untuk kegiatan auditnya dilakukan dengan cara menjaga kualitas
auditnya, menjaga integritas, dan kepercayaan dari klien.
13. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk mereview kertas kerja dan laporan
perikatan?
a. Responden A,B,C,D,E: untuk mereview kertas kerja dan laporan
perikatan dilakukan melalui supervisi oleh senior.
b. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta mereview kertas kerja
dan laporan perikatan dilakukan melalui supervisi oleh senior.
14. Apa kualifikasi yang harus dimiliki auditor jika akan bekerja di kantor
akuntan publik Payamta?
a. Responden A: kualifikasi bagi calon karyawan dibagi menjadi 2 yaitu
untuk supervisor dan auditor atau ketua tim audit. Supervisor harus
mempunyai pengalaman sebagai ketua tim audit atau auditor selama 5
tahun. Sedangkan, untuk posisi ketua tim audit atau auditor
pengalaman kerja sebagai staf asisten selama 3 tahun.
51
b. Responden B: kualifikasi lainnya untuk menjadi supervisor dan auditor
atau ketua tim yaitu mempunyai pengetahuan teknis yang cukup
minimal S1 untuk supervisor dan D3/S1 untuk posisi auditor/ ketua tim
audit.
c. Responden C: untuk menjadi seorang auditor atau supervisor harus
mempunyai kemampuan analitis dan judgemental dan mempunyai
kemahiran memimpin dan melatih serta komunikasi.
d. Responden D: mempunyai kemampuan dalam menjaga hubungan
dengan klien dan mempunyai sikap mental pribadi dan profesional
(karakter, intelegensi, motivasi, dan pertimbangan)
e. Responden E: calon karyawan yang dibutuhkan dikantor ini harus
mempunyai sikap kepemimpinan, pengamalan kerja minimal 3-5
tahun, pendidikan minimal D3 atau S1 dan mempunyai kemampuan
analitis.
f. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta memiliki kualifikasi
untuk auditor yang akan bekerja. Kualifikasi ini dibagi menjadi 2
yaitu: kualifikasi untuk supervisor dan kualifikasi untuk ketua tim
audit atau auditor. Kualifikasi untuk supervisor yaitu: mempunyai
pengetahuan teknis yang cukup, minimal S1 Akuntansi, mempunyai
pengalaman kerja sebagai ketua tim atau auditor minimal 5 tahun,
mempunyai kemampuan analitis dan judgemental, mempunyai
kemahiran memimpin dan melatih serta berkomunikasi, mempunyai
kemampuan dalam menjaga hubungan dengan klien, dan mempunyai
52
sikap mental pribadi dan profesional (karakter, intelegensi, motivasi,
dan pertimbangan). Kualifikasi untuk ketua tim audit atau auditor yang
akan bekerja di kantor akuntan publik Payamta yaitu: mempunyai
pengetahuan teknis yang cukup, minimal S1 atau D3 Akuntansi,
mempunyai pengalaman kerja asisten audit minimal 3 tahun,
mempunyai kemampuan analitis dan judgemental, mempunyai
kemahiran memimpin dan melatih serta berkomunikasi, mempunyai
kemampuan dalam menjaga hubungan dengan klien, dan mempunyai
sikap mental pribadi dan profesional (karakter, intelegensi, motivasi,
dan pertimbangan).
15. Program atau pelatihan apa saja yang dirancang kantor akuntan publik
untuk memperoleh auditor berkemampuan?
a. Responden A: pelatihan audit
b. Responden B: perpajakan
c. Responden C: pelatihan audit dan perpajakan
d. Responden D: perpajakan dan audit intern
e. Responden E: pelatihan audit
f. Rangkuman: Pelatihan yang dirancang untuk mendapatkan auditor
berkemampuan adalah pelatihan audit, perpajakan, dan audit intern.
53
16. Bagaimana kantor akuntan publik menginformasikan kepada pelamar dan
auditor baru mengenai semua kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
kantor akuntan publik?
a. Responden A,B,C,D,E: pada saat interview atau wawancara.
b. Rangkuman: Auditor baru dan pelamar memperoleh informasi
mengenai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan pada saat interview
atau wawancara.
17. Bagaimana kantor akuntan publik Payamta dalam menentukan dan
memilih staff?
a. Responden A,B,C,D,E: staff ditentukan melalui program seleksi
tertulis dan wawancara.
b. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta dalam menentukan dan
memilih staff melalui program seleksi tertulis dan wawancara.
18. Program apa saja yang dibutuhkan auditor dalam mengembangkan
profesionalitas selama bekerja dikantor akuntan publik?
a. Responden A,B: program pelatihan audit dan perpajakan yang paling
penting untuk meningkatkan kemampuan
b. Responden C: program pelatihan sistem informasi dan perpajakan
c. Responden D: audit dan accurate accounting system.
d. Responden E: perpajakan dan audit
e. Rangkuman:Program yang dibutuhkan auditor dalam mengembangkan
profesionalitas adalah pelatihan perpajakan, pelatihan audit, sistem
informasi, dan accurate accounting system.
54
19. Bagaimana cara kantor akuntan publik dalam mengembangkan
profesionalitas bagi auditor yang bekerja di kantor akuntan publik
tersebut?
a. Responden A,B,C,D,E: lewat seminar dan pelatihan atau training
b. Rangkuman: Auditor yang bekerja diberi pelatihan dan seminar untuk
mengembangkan profesionalitasnya.
20. Pelatihan apa saja yang dilakukan di tempat kerja (on the job training)
selama pelaksanaan perikatan?
a. Responden A,B,C,D,E: pelatihan mengenai cara mengevaluasi
integritas manajemen klien dan membuat surat perikatan audit.
b. Rangkuman: On the job training yang dilakukan selama pelaksanaan
perikatan adalah membuat surat perikatan dan pelatihan mengenai cara
mengevaluasi integritas manajemen klien.
21. Bagaimana cara kantor akuntan memberikan informasi terkini dalam
standar professional bagi auditor untuk terlibat dalam aktivitas
pengembangan diri?
a. Responden A,B,C,D,E: mengikuti seminar dan membaca buku.
b. Rangkuman: Kantor akuntan memberikan informasi terkini dengan
cara mengikuti seminar dan membaca buku.
22. Kriteria apa saja yang dibutuhkan auditor dalam mengembangkan karirnya
selama bekerja dikantor akuntan publik?
a. Responden A: memiliki pengetahuan teknis yang cukup dan
mempunyai kemampuan analitis dan judgement.
55
b. Responden B: jenjang pendidikan minimal S1 akuntansi, mempunyai
pengalaman audit, dan memiliki pengetahuan yang cukup
c. Responden C: mempunyai kemampuan analitis dan judgement,
mempunyai pengalaman, dan mempunyai kemahiran memimpin
d. Responden D: dapat menjaga hubungan dengan klien, jenjang
pendidikan minimal S1 akuntansi, dan mempunyai pengalaman yang
cukup.
e. Responden E: jenjang minimal S1 akuntansi, mempunyai pengalaman,
mempunyai kemampuan analitis dan pengetahuan teknis yang cukup,
dan memiliki kemampuan judgement.
f. Rangkuman: Kriteria yang dibutuhkan auditor untuk mengembangkan
karirnya adalah : jenjang pendidikan minimal S1 akuntansi,
mempunyai pengalaman audit, memiliki pengetahuan teknis yang
cukup, memiliki kemampuan analitis dan judgement, dapat menjaga
hubungan dengan klien, dan mempunyai kemahiran memimpin.
23. Apa ada batasan yang dibuat kantor akuntan publik Payamta mengenai
pengembangan karir auditornya?
a. Responden A,B,C,D,E: tidak ada batasan yang dibuat
b. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta tidak membuat batasan
untuk pengembangan karir auditornya.
56
24. Bagaimana kantor akuntan publik mengevaluasi kinerja auditornya dan
secara periodik memberitahu auditor tersebut untuk kemajuan auditor?
a. Responden A,B,C,D,E: kantor akuntan publik Payamta dalam
mengevaluasi kinerja auditornya secara periodik dilihat dari
pengalaman selama masa kerja.
b. Rangkuman: Cara mengevaluasi kinerja auditornya dilihat dari
pengalaman selama masa kerja auditornya.
25. Apa pertimbangan kantor akuntan publik dalam menerima klien?
a. Responden A,B,C,D,E: setiap calon klien harus dievaluasi terlebih
dahulu sebelum diterima menjadi klien, meliputi: review informasi
keuangan calon klien, review informasi manajemen calon klien atau
pihak ketiga, komunikasi dengan auditor pendahulu, pertimbangan
keadaan yang mungkin kantor akuntan publik memerlukan perhatian
khusus atau risiko yang tidak wajar, dan evaluasi independensi dan
komunitas dan kemampuan kantor akuntan publik untuk menyediakan
jasa bagi calon klien seperti kebutuhan dan keahlian khusus.
b. Rangkuman: Pertimbangan kantor akuntan publik dalam menerima
klien adalah setiap calon klien harus dievaluasi terlebih dahulu
sebelum diterima menjadi klien, meliputi: review informasi keuangan
calon klien, review informasi manajemen calon klien atau pihak ketiga,
komunikasi dengan auditor pendahulu, pertimbangan keadaan yang
mungkin kantor akuntan publik memerlukan perhatian khusus atau
57
risiko yang tidak wajar, dan evaluasi independensi dan komunitas dan
kemampuan kantor akuntan publik untuk menyediakan jasa bagi calon
klien seperti kebutuhan dan keahlian khusus.
26. Apa ada prosedur yang dibuat berkaitan dengan dengan penilaian terhadap
klien?
a. Responden A: ada.
b. Responden B: ada.
c. Responden C: ada berkaitan dengan integritas manajemen klien
d. Responden D: penilaian dilakukan berkaitan dengan manajemen klien,
penilaian ini berguna menyakinkan auditor bahwa manajemen
perusahaan dapat dipercaya.
e. Responden E: ada penilaian untuk manajemen klien yang digunakan
untuk menyakinkan auditor terhadap integritas manajemen perusahaan
tersebut dapat dipercaya dan penilaian tersebut digunakan untuk bahan
pertimbangan menerima atau menolak perikatan.
f. Rangkuman: Prosedur penilaian dibuat untuk menilai integritas
manajemen klien. Penilaian ini digunakan untuk menyakinkan auditor
bahwa manajemen perusahaan dapat dipercaya dan penilaian tersebut
diigunakan untuk bahan pertimbangan menerima atau menolak
perikatan.
58
27. Bagaimana kantor akuntan publik menentukan keberlanjutannya dengan
klien?
a. Responden A,B,C,D,E: untuk menentukan keberlanjutannya dengan
klien dilakukan dengan cara mengikuti prosedur pra perikatan yang
telah disepakati.
b. Rangkuman: Keberlanjutan hubungan dengan klien ditentukan dengan
mengikuti prosedur pra perikatan yang telah disepakati.
28. Apa ada rancangan yang dibuat mengenai inspeksi?
a. Responden A,B,C,D,E: ada rancangan yang dibuat mengenai inspeksi.
b. Rangkuman: Kantor akuntan publik Payamta memiliki rancangan
mengenai inspeksi.
29. Jenis prosedur inspeksi apa yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
Payamta?
a. Responden A,B,C,D,E: wewenang supervisor
b. Rangkuman: Jenis prosedur inspeksi merupakan wewenang supervisor.
30. Bagaimana kantor akuntan menetapkan isi dan batas lingkup program
inspeksi?
31. Bagaimana implementasi hasil dari inspeksi yang dilakukan oleh kantor
akuntan publik?
59
a. Jawaban untuk pertanyaan no 30 dan 31 merupakan tahapan dari
prosedur inspeksi secara keseluruhan. Jawaban dari responden
A,B,C,D,E yaitu:
guna memperoleh hasil inpeksi yang optimal. Beberapa tahapan yang
harus diikuti yaitu:
1) Persiapan
Persiapan memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi akan
menghasilkan hasil inspeksi yang memuaskan. Pada tahap ini
beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi
seolah mencari-cari kesalahan.
b) Mengetahui apa yang akan dicapai.
c) Mempersiapkan daftar periksa (checklist).
d) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
2) Inspeksi
Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a) Menggunakan rencana awal yang telah ditentukan.
b) Menggunakan daftar periksa (checklist).
c) Menekankan segi positif.
d) Mengambil tindakan perbaikan sementara sebelum perbaikan
permanen dilakukan.
e) Mengklasifikasi risiko.
60
3) Mengembalikan langkah perbaikan
Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-
langkah perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak
pilihan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang
tidak memenuhi standar, yang sangat bervariasi baik dalam biaya,
efektifitas maupun metode kontrolnya. Beberapa diantaranya
mampu mengurangi peluang dan besarnya kerugian apabila
kecelakaan yang auditor duga benar-benar terjadi.
4) Tindak lanjut perbaikan
Rekomendasi yang dibuat jika tidak diikuti tindak lanjut tidak akan
memberikan bobot terhadap inspeksi. Oleh karena itu, kantor
akuntan publik perlu memeriksa sistem formal yang berpola dan
mampu memonitor pelaksanaan rekomendasi. Rekomendasi
hendaknya memuat siapa petugas yang bertanggung jawab
melakukan tindakan koreksi dan tetapkan target penyelesaiannya.
Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena suatu
hal tidak dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis
tertulis. Karena hal ini perlu didiskusikan dengan ketua tim yang
bersangkutan sebagai tindak lanjut rekomendasi yaitu:
a) Mengeluarkan perintah kerja.
b) Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya
perbaikan.
c) Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan.
61
d) Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses
konstruksi atau modifikasi.
e) Memeriksa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah
selesai dilakukan secara memadai (sesuai waktu yang
ditentukan). Misalnya, dengan memeriksa peralatan,
melakukan evaluasi pelatihan yang diperlukan, atau menelaah
prosedur yang ada.
f) Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan
efektifitas tindakan perbaikan, kendala atau kemungkinan
timbulnya efek samping.
5) Pelaporan inspeksi
Laporan inspeksi merupakan bagian penting karena laporan ini
dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik pada
peralatan, material, dan orang-orang yang dibutuhkan dalam semua
unsur-unsur program. Seperti: pelatihan, salinan laporan yang
dibagi-bagikan, dan informasi. Laporan ini dibuat secara tertulis
agar auditor dapat melihat lebih baik mengenai penggolongan
risiko, informasi tentang kondisi-kondisi dan praktek yang dibawah
standar. Laporan tertulis mendorong auditor untuk ingat apa yang
harus mereka lakukan. Laporan mendokumentasikan semua
tindakan sehingga tidak terulang lagi. Tindakan korektif yang tidak
teratur sering menimbulkan konflik dan pemborosan.
62
b. Rangkuman : prosedur inspeksi terbagi menjadi 5 tahapan yaitu
persiapan, inspeksi, mengembalikan langkah perbaikan, tindak lanjut
perbaikan, dan pelaporan inspeksi. Tahapan persiapan untuk
menentukan isi dan batas lingkup inspeksi. Sedangkan, tahapan
mengembalikan perbaikan sampai pelaporan merupakan implementasi
dari hasil inspeksi.
63
B. Deskripsi Sistem Pengendalian Mutu di Kantor Akuntan Publik Payamta yang
berkaitan dengan Standar Pengendalian Mutu IAPI.
1. Mendeskripsikan Sikap Independensi
Auditor yang bekerja di kantor akuntan publik Payamta harus memiliki
pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun.
Selain itu, auditor yang bekerja juga dituntut untuk memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor, juga harus memiliki
sikap independen dalam setiap mental disamping itu auditor yang bekerja
dituntut untuk menggunakan keahlian profesional dengan cermat dan
seksama sebagai seorang auditor.
Kode etik akuntan publik ditetapkan sebagai prinsip dasar dan aturan etika
profesi oleh setiap individu yang bekerja di kantor akuntan publik dalam
memberikan jasa profesionalnya. Kode etik ini terdiri dari dua bagian
yaitu: bagian A dan bagian B. Bagian A menjelaskan mengenai prinsip-
prinsip dasar etika profesi yaitu: integritas, objektivitas, dan kompetensi.
Selain itu, terdapat juga sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional,
prinsip kerahasiaan, dan perilaku profesional. Bagian B menjelaskan
mengenai konsep ancaman dan pencegahan serta memberikan pedoman
mengenai aturan etika berbagai situasi yang mencakup benturan
kepentingan, penunjukan praktisi atau KAP, pendapat kedua, imbalan jasa
profesional dan bentuk remunerasi lainnya, pemasaran jasa profesional,
penerimaan hadiah atau bentuk keramah tamahan lainnya, penyimpanan
64
aset milik klien, objektivitas dalam semua jasa profesional, dan
independensi dalam perikatan assurance. Kode etik inilah yang menjadi
alasan auditor harus mematuhi ketentuan independensi yang diatur IAPI.
Auditor dalam mempertahankan sikap independensi dilakukan dengan cara
auditor harus memperhatikan penampilan dengan berpakaian rapi dan
sopan saat bekerja, memperhatikan standar teknik profesi dan etika, dan
berupaya terus untuk meningkatkan kemampuan independensi meliputi:
a. Kecakapan (due care), diharapkan anggota melaksanakan tanggung
jawab profesional dengan ketekunan dan kecakapan. Hal ini
memperlihatkan suatu kewajiban dalam pengadaan dan pelayanan
yang profesional untuk mendapatkan kemampuan anggota yang
memperhatikan kepentingan utama dari pelayanan atau jasa yang
diadakan dan konsisten dengan tanggung jawab profesi bagi
masyarakat.
b. Kemampuan atau kompetisi didapatkan dari perpaduan pendidikan dan
pengalaman. Dimulai dengan penguasaan pendidikan umum bagi
penunjukkan sebagai auditor independen. Pemeliharaan kemampuan
mengharapkan suatu komitmen untuk mempelajari dan meningkatkan
kemampuan profesional yang merupakan tanggung jawab anggota.
Dalam semua penugasan dan tanggung jawab setiap anggota harus
berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin bahwa kualitas
pelayanan anggota telah sesuai dengan tingkat professional yang
dituntut oleh standar profesi. Setiap anggota bertanggung jawab
65
menilai kemampuan mereka, mengevaluasi apakah pendidikan,
pengalaman, dan pertimbangannya cukup untuk suatu bentuk tanggung
jawab yang dimaksudkan.
c. Semua anggota harus tekun dalam melaksanakan tanggung jawab
terhadap klien. Ketekunan membuat suatu pelayanan yang tepat dan
teliti secara keseluruhan dan memperhatikan standar profesi yang
dapat dipakai dan etika.
d. Kecakapan profesional meminta auditor merencanakan dan mengawasi
dengan cukup aktivitas profesional untuk pertanggung jawaban
mereka.
2. Penugasan Personel
Perencanaan audit merupakan suatu tahapan terperinci yang menyangkut
prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan
suatu audit. Dalam mengaudit laporan keuangan auditor harus benar-benar
merencanakan audit agar efektif dan efisien.
Tahap perencanaan audit yang dilakukan kantor akuntan publik Payamta
untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan cara:
pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman proses
akuntansi, pemahaman struktur pengendalian internal, penetapan risiko
pengendalian, melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas,
membuat program audit, risk assessment atas akun, dan fraud discussion
dengan manajemen.
66
Tahap selanjutnya adalah tahap menentukan tim audit yang terdiri dari:
a. Seorang partner yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian
keseluruhan perikatan audit.
b. Satu atau lebih manajer yang bertugas mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit.
c. Staf asisten yang bertugas melaksanakan berbagai prosedur audit yang
diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
Penetapan fee atas jasa audit yang dilakukan kantor akuntan publik
Payamta merupakan otorisasi dan wewenang Bapak Payamta dan mengacu
pada Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan
Penentuan Fee Audit yang diterbitkan oleh ketua umum Institut Akuntan
Publik Indonesia.
3. Konsultasi
Auditor harus berkonsultasi dengan pihak berwenang mengenai kondisi
khusus dan luarbiasa karena auditor dapat mengidentifikasi kondisi khusus
dan resiko luarbiasa tersebut dan mempertimbangkan untuk menolak
perikatan audit, jika auditor mendapatkan informasi dari pihak berwenang
tentang calon kliennya. Seperti, calon kliennya mempunyai masalah
kesulitan keuangan yang dapat mendorong manajemen melakukan salah
saji material dalam pelaporan keuangaan untuk menutupi masalah
keuangan tersebut. Selain itu, auditor dapat mengevaluasi kemungkinan
ketersediaan laporan keuangan calon klien yang akan diaudit seperti:
67
ketersediaan catatan akuntansi penting (jurnal, buku besar, buku besar
pembantu, ketersediaan dokumen pendukung transaksi yang dicatat dalam
catatan akuntansi, memadainya pengendalian internal yang diterapkan
dalam perusahaan calon klien).
Auditor dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dengan para spesialis
dilakukan dengan cara berdiskusi tentang masing-masing pendapat yang
dikemukakan sudah sesuai dengan kriteria tertentu yang ditemukan selama
proses audit.
Auditor mendokumentasikan tentang hasil konsultasi mengenai masalah
atau situasi khusus yang mengharuskan adanya konsultasi dengan cara
membuat arsip tentang evaluasi terhadap integritas manajemen. Evaluasi
ini bertujuan agar auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen
perusahaan klien dapat dipercaya. Sehingga, laporan keuangan yang
diaudit bebas dari salah saji material. Hal ini dilakukan dengan cara:
a. Komunikasi dengan auditor pendahulu dengan cara meminta
keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang
spesifik terkait dengan hasil audit.
b. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam
berhubungan dengan klien yang bersangkutan, misal: lancar atau
tidaknya proses audit dulu, apakah ada kendala dalam proses audit.
c. Meminta keterangan kepada pihak ketiga. Bisa berupa penasihat
hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat keuangan dan
bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien.
68
4. Supervisi
Kantor akuntan publik Payamta mempunyai prosedur yang dibuat tentang
supervisi. Prosedur ini mengatur tentang perencanaan perikatan, standar
mutu untuk kegiatan audit, review kertas kerja dan laporan perikatan.
Prosedur yang dilakukan kantor akuntan publik Payamta dalam
perencanaan perikatan dilakukan dengan cara: identifikasi calon klien,
analisis kondisi bisnis klien untuk diterima atau tidaknya perikatan. Dalam
menpertahankan standar mutu kantor akuntan publik Payamta berusaha
menjaga kualitas auditnya, menjaga integritas dan kepercayaan dari klien.
Review kertas kerja dan laporan perikatan dilakukan melalui supervisi oleh
senior.
5. Pemekerjaan
Kantor akuntan publik Payamta memiliki kualifikasi untuk auditor yang
akan bekerja. Kualifikasi ini dibagi menjadi 2 yaitu: kualifikasi untuk
supervisor dan kualifikasi untuk ketua tim audit atau auditor. Kualifikasi
untuk supervisor yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan teknis yang cukup, minimal S1 Akuntansi.
b. Mempunyai pengalaman kerja sebagai ketua tim atau auditor, minimal
5 tahun.
c. Mempunyai kemampuan analitis dan judgemental.
d. Mempunyai kemahiran memimpin dan melatih serta berkomunikasi.
e. Mempunyai kemampuan dalam menjaga hubungan dengan klien.
69
f. Mempunyai sikap mental pribadi dan profesional (karakter,
intelegensi, motivasi, dan pertimbangan).
Kualifikasi untuk ketua tim audit atau auditor yang akan bekerja di kantor
akuntan publik Payamta yaitu:
a. Mempunyai pengetahuan teknis yang cukup, minimal S1 atau D3
Akuntansi.
b. Mempunyai pengalaman kerja asisten audit, minimal 3 tahun.
c. Mempunyai kemampuan analitis dan judgemental.
d. Mempunyai kemahiran memimpin dan melatih serta berkomunikasi.
e. Mempunyai kemampuan dalam menjaga hubungan dengan klien.
f. Mempunyai sikap mental pribadi dan profesional (karakter,
intelegensi, motivasi, dan pertimbangan).
Kantor akuntan publik Payamta memberikan pelatihan audit, perpajakan,
dan audit intern untuk memperoleh auditor berkemampuan. Melalui
program seleksi yang bersifat tertulis dan wawancara inilah kantor akuntan
publik Payamta dapat memilih dan menentukan staf yang akan bekerja.
Pada saat interview biasanya digunakan kantor akuntan publik Payamta
untuk menginformasikan semua kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
kepada pelamar dan auditor baru.
70
6. Pengembangan profesional
Program pelatihan audit, perpajakan, sistem informasi, dan accurate
accounting system merupakan program yang dibutuhkan auditor untuk
mengembangkan profesionalitas selama bekerja di kantor akuntan publik.
Bagi auditor yang bekerja di kantor akuntan publik Payamta mereka diberi
training atau pelatihan dan seminar agar dapat mengembangkan
profesionalitasnya. Pelatihan mengenai cara mengevaluasi integritas
manajemen klien dan membuat surat perikatan diberikan oleh kantor
akuntan publik Payamta sebagai pelatihan di tempat kerja (on the job
training) selama pelaksanaan perikatan. Dengan mengikuti seminar dan
membaca buku inilah auditor yang bekerja dikantor akuntan publik
Payamta mendapatkan informasi terkini mengenai standar professional
untuk aktivitas pengembangan dini.
7. Promosi
Auditor jika ingin mengembangkan karirnya selama bekerja di kantor
akuntan publik Payamta harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan teknis yang cukup.
b. Jenjang pendidikan minimal S1 akuntansi.
c. Mempunyai pengalaman audit.
d. Memiliki kemampuan analitis dan judgement.
e. Dapat menjaga hubungan dengan klien
f. Mempunyai kemahiran memimpin
71
Kantor akuntan publik Payamta tidak membuat batasan mengenai auditor
yang ingin mengembangkan karirnya. Untuk mengevaluasi kinerja dan
kemajuan auditornya kantor akuntan publik Payamta dapat melihat dari
pengalaman masa kerja dan evaluasi ini dilakukan secara periodik
8. Penerimaan Dan Keberlanjutan Klien
Kantor akuntan publik Payamta mengevaluasi setiap calon klien terlebih
dahulu sebelum diterima menjadi klien, evaluasi ini meliputi:
a. Review informasi keuangan calon klien.
b. Review informasi manajemen calon klien atau pihak ketiga.
c. Komunikasi dengan auditor pendahulu.
d. Pertimbangan keadaan yang mungkin kantor akuntan publik
memerlukan perhatian khusus atau risiko yang tidak wajar.
e. Evaluasi independensi dan komunitas dan kemampuan kantor akuntan
publik untuk menyediakan jasa bagi calon klien seperti kebutuhan dan
keahlian khusus.
Selain mengevaluasi calon klien kantor akuntan publik Payamta juga
membuat penilaian terhadap integritas manajemen calon klien. Penilaian
ini digunakan untuk menyakinkan auditor bahwa manajemen perusahaan
dapat dipercaya dan memutuskan untuk menerima atau tidaknya sebuah
perikatan. Keberlanjutan hubungan dengan klien ditentukan dengan
mengikuti prosedur pra perikatan yang telah disepakati.
72
9. Inspeksi
Inspeksi yang dilakukan kantor akuntan publik Payamta memerlukan
beberapa tahapan guna memperoleh hasil inpeksi yang optimal. Beberapa
tahapan yang harus diikuti yaitu:
a. Persiapan
Persiapan memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi akan
menghasilkan hasil inspeksi yang memuaskan. Pada tahap ini beberapa
hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi
seolah mencari-cari kesalahan.
2) Mengetahui apa yang akan dicapai.
3) Mempersiapkan daftar periksa (checklist).
4) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
b. Inspeksi
Pada tahap ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Menggunakan rencana awal yang telah ditentukan.
2) Menggunakan daftar periksa (checklist).
3) Menekankan segi positif.
4) Mengambil tindakan perbaikan sementara sebelum perbaikan
permanen dilakukan.
5) Mengklasifikasi risiko.
73
c. Mengembalikan langkah perbaikan
Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-
langkah perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak
pilihan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak
memenuhi standar, yang sangat bervariasi baik dalam biaya, efektifitas
maupun metode kontrolnya. Beberapa diantaranya mampu mengurangi
peluang dan besarnya kerugian apabila kecelakaan yang auditor duga
benar-benar terjadi.
d. Tindak lanjut perbaikan
Rekomendasi yang dibuat jika tidak diikuti tindak lanjut tidak akan
memberikan bobot terhadap inspeksi. Oleh karena itu, kantor akuntan
publik perlu memeriksa sistem formal yang berpola dan mampu
memonitor pelaksanaan rekomendasi. Rekomendasi hendaknya
memuat siapa petugas yang bertanggung jawab melakukan tindakan
koreksi dan tetapkan target penyelesaiannya.
Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena suatu hal
tidak dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis tertulis.
Karena hal ini perlu didiskusikan dengan ketua tim yang bersangkutan
sebagai tindak lanjut rekomendasi yaitu:
1) Mengeluarkan perintah kerja.
2) Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya
perbaikan.
3) Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan.
74
4) Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses
konstruksi atau modifikasi.
5) Memeriksa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah
selesai dilakukan secara memadai (sesuai waktu yang ditentukan).
Misalnya, dengan memeriksa peralatan, melakukan evaluasi
pelatihan yang diperlukan, atau menelaah prosedur yang ada.
6) Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan
efektifitas tindakan perbaikan, kendala atau kemungkinan
timbulnya efek samping.
e. Pelaporan inspeksi
Laporan inspeksi merupakan bagian penting karena laporan ini dapat
membantu membuat keputusan yang lebih baik pada peralatan,
material, dan orang-orang yang dibutuhkan dalam semua unsur-unsur
program. Seperti: pelatihan, salinan laporan yang dibagi-bagikan, dan
informasi. Laporan ini dibuat secara tertulis agar auditor dapat melihat
lebih baik mengenai penggolongan risiko, informasi tentang kondisi-
kondisi dan praktek yang dibawah standar. Laporan tertulis mendorong
auditor untuk ingat apa yang harus mereka lakukan. Laporan
mendokumentasikan semua tindakan sehingga tidak terulang lagi.
Tindakan korektif yang tidak teratur sering menimbulkan konflik dan
pemborosan.
75
C. Pembahasan Evaluasi Sistem Pengendalian Mutu di Kantor Akuntan Publik Payamta dengan Komponen Sistem Pengendalian
Mutu Menurut IAPI
No Teori Kantor Akuntan Publik Payamta Sudah di terapkan/Tidak
Diterapkan/ Diterapkan Sebagian
1 Independensi,
Suatu prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa, pada setiap lapis organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi sebagaimana diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik secara rinci, Kode Etik No. 1, Integritas, objektivitas, dan independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk akuntan publik.
Auditor yang bekerja dituntut mematuhi kode etik profesi akuntan publik yang terdiri dari prinsip-prinsip dasar etika profesi yaitu integritas, objektivitas, dan kompetensi setiap menjalankan perikatannya.Auditor juga harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika untuk meningkatkan kemampuan independensi.
Sudah Diterapkan
2 Penugasan personel, Kantor akuntan publik Payamta membuat prosedur Sudah Diterapkan
76
Prosedur yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.
perencanaan audit yang terdiri dari pendahuluan perencanaan, pemahaman bisnis klien, pemahaman proses akuntansi, struktur pengendalian internal, penetapan risiko pengendalian, melakukan analisis awal, menentukan tingkat materialitas, membuat program audit, risk assessment atas akun dan fraud discussion dengan manajemen.Penetapan tim audit yang terdiri dari seorang partner, satu atau lebih manajer, staf asisten.Penetapan fee atas audit berdasarkan Surat Keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit.
3 Konsultasi,
Personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, danpertimbangan yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran kantor akuntan publik dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana perikatan.
Konsultasi dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi khusus atau risiko luarbiasa yang dialami oleh klien seperti informasi tentang kesulitan keuangan. Kondisi ini dapat menjadi pertimbangan auditor untuk menolak perikatan audit. Selanjutnya, mengevaluasi kemungkinan ketersediaan laporan keuangan calon klien yang diauditKantor akuntan publik Payamta juga melakukan komunikasi kepada auditor pendahulu, meminta keterangan pihak ketiga (penasihat hukum, bank), melakukan review terhadap auditor terdahulu
Sudah Diterapkan
4 Supervisi, Prosedur perencanaan perikatan yang meliputi: identifikasi calon klien, analisis kondisi bisnis klien
Sudah Diterapkan
77
Pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi yang tersedia dan telah digunakan tanggung jawab kantor akuntan publik untuk menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan tertentu.
untuk diterima atau tidaknya perikatan.Mempertahankan standar mutu dilakukan dengan cara: menjaga kualitas auditnya, menjaga integritas dan kepercayaan dari klienMereview kertas kerja dan laporan perikatan melalui supervise oleh senior
5 Pemekerjaan (hiring),Semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan kantor akuntan publik tergantung kepada integritas, kompetensi, dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan kantor akuntan publik menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan kantor akuntan publik.
Kantor akuntan publik Payamta menetapkan kualifikasi bagi calon auditor yang akan bekerja. Kualifikasi tersebut dibedakan untuk 2 posisi yaitu posisi supervisor dan posisi ketua tim audit atau auditorKebijakan dan prosedur yang ada di kantor diinformasikan pada saat interview.Pelatihan audit dan perpajakan merupakan program yang dibuat untuk memperoleh auditor berkemampuan
Sudah Diterapkan
6 Pengembangan profesional, Kantor akuntan publik Payamta dalam mengembangkan profesionalitas bagi auditor
Sudah Diterapkan
78
Personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan sarana bagi kantor akuntan publik untuk memberikan kepada personelnya pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan kemajuan karier mereka di kantor akuntan publik.
dilakukan dengan cara memberikan pelatihan atau training dan seminarPelatihan mengenai cara mengevaluasi integritas manajemen klien dan membuat surat perikatan merupakan pelatihan yang diberikan di tempat kerja (On The Job Training)Informasi mengenai perkembangan terkini dalam standar profesional diberikan dengan cara membaca buku dan mengikuti seminar
7 Promosi,
Semua personel terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan kantor akuntan publik. Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas pada karakter, intelegensi, pertimbangan, dan motivasi.
Kantor akuntan publik Payamta menetapkan kualifikasi bagi auditornya yang ingin mengembangkan karirnya ke tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi Evaluasi kinerja auditor dilaksanakan secara periodik dilihat dari pengalaman selama masa kerja Sudah Diterapkan
8 Penerimaan dan keberlanjutan klien,
Perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan
Setiap calon klien dievaluasi terlebih dahulu sebelum diterima menjadi klien. Evaluasi tersebut meliputi: review informasi keuangan calon klien, review informasi manajemen calon klien atau pihak ketiga,
Sudah Diterapkan
79
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya keharusan bagi kantor akuntan publik untuk menetapkan prosedur dengan tujuan seperti tersebut, tidak berarti bahwa kantor akuntan publik bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien, dan tidak juga berarti bahwa kantor akuntan publik berkewajiban kepada siapa pun, kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati, kantor akuntan publik disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya.
komunikasi dengan auditor pendahulu, pertimbangkan keadaan yang memerlukan situasi khusus, dan evaluasi independensi dan kemampuan KAP untuk menyediakan jasa bagi calon klien seperti keahlian khusus dan kebutuhan
9 Inspeksi,
Prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu telah diterapkan secara efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh individu yang bertindak
Prosedur inspeksi yang ditetapkan kantor akuntan publik Payamta melalui beberapa langkah: persiapan, inspeksi, mengembalikan langkah perbaikan, tindak lanjut perbaikan, dan pelaporan inspeksi
Sudah Diterapkan
80
mewakili kepentingan manajemen kantor akuntan publik. Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada pengendalian yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik dan penetapan tanggung jawab di kantor akuntan publik untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.
81
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil perbandingan teori mengenai sistem
pengendalian mutu di kantor akuntan publik Payamta :
Sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik Payamta melibatkan
prosedur independensi, prosedur penugasan personel, prosedur konsultasi,
prosedur supervisi, prosedur pemekerjaan, prosedur pengembangan profesional,
prosedur promosi, prosedur penerimaan dan keberlanjutan klien, prosedur
inspeksi. Berdasarkan temuan yang ada prosedur-prosedur yang diterapkan sudah
menjalankan fungsinya dengan baik.
Prosedur independensi diterapkan kepada seluruh auditor yang bekerja
agar auditor mematuhi standar teknik dan kode etik profesi akuntan publik dalam
menjalankan setiap perikatannya dan meningkatkan kemampuan independensi.
Prosedur penugasan personel digunakan kantor akuntan publik Payamta dalam
menetapkan perencanaan audit, pemilihan tim audit, dan penetapan fee. Prosedur
konsultasi dilakukan kantor akuntan publik payamta dengan cara mengidentifikasi
situasi khusus, mengevaluasi ketersediaan laporan keuangan calon klien, dan
mencari informasi dengan berkomunikasi dengan pihak ketiga. Prosedur supervisi
digunakan kantor akuntan publik Payamta dalam mempertahankan standar mutu
kegiatan auditnya yang dilakukan dengan cara menjaga kualitas audit, integritas,
dan kepercayaan dari klien. Selain itu, prosedur supervisi juga digunakan dalam
membuat perencanaan perikatan. Prosedur pemekerjaan (hiring) yang diterapkan
kantor akuntan publik Payamta meliputi kualifikasi untuk calon auditor, pelatihan
yang dirancang, informasi kebijakan dan prosedur ke calon auditor, dan cara
menentukan staf. Prosedur pengembangan profesional diterapkan kantor akuntan
82
publik untuk memperoleh auditor berkemampuan, prosedur ini meliputi program
yang dibutuhkan auditor, cara kantor akuntan publik Payamta mengembangkan
profesionalitas auditornya, pelatihan ditempat kerja, dan informasi tentang standar
profesional terkini. Prosedur promosi meliputi kualifikasi-kualifikasi bagi auditor
yang ingin mengembangkan karirnya selama bekerja, cara mengevaluasi kinerja
auditor. Prosedur yang berkaitan dengan penerimaan dan keberlanjutan klien
meliputi pertimbangan kantor akuntan publik dalam menerima calon klien,
penilaian terhadap calon klien. Prosedur inspeksi diterapkan kantor akuntan
publik mulai dari persiapan, inspeksi, mengembalikan langkah perbaikan, tindak
lanjut perbaikan, dan pelaporan inspeksi.
Kantor akuntan publik Payamta dalam menerapkan prosedur-prosedur
untuk sistem pengendalian mutunya tidak lepas dari komponen-komponen sistem
pengendalian mutu yang terdapat dalam standar pengendalian mutu yang
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
83
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi atas penelitian yang dilakukan di kantor
akuntan publik Payamta, maka dapat disimpulkan:
Sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik Payamta melibatkan
prosedur independensi, prosedur penugasan personel, prosedur konsultasi,
prosedur supervisi, prosedur pemekerjaan (hiring), prosedur pengembangan
profesional, prosedur promosi, prosedur penerimaan dan keberlanjutan klien,
prosedur inspeksi. Prosedur-prosedur yang diterapkan sudah menjalankan
fungsinya dengan baik. Dan sistem pengendalian mutu yang ada di kantor
akuntan publik Payamta sudah sesuai dengan komponen sistem pengendalian
mutu menurut Institut Akuntan Publik Indonesia.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah tidak adanya data yang memadai
mengenai prosedur supervisi dan prosedur penerimaan dan keberlanjutan
klien.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa
saran yang diajukan untuk peneliti mendatang yaitu:
1. Menambah indikator pengukur yang lain dan lebih luas, tentunya
menggunakan Standar Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan IAPI.
2. Menambah sampel penelitian yang lebih luas tidak hanya di Surakarta.
Daftar Pustaka
Hartono, Jogiyanto. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Keenam. BPFE, Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat, Jakarta.
Jusup, Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.
Menteri Keuangan, Peraturan Menteri Keuangan No 17/PMK/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.
Nasution, Putrama Buntoro. 2008. “Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Panduan Penulisan Skripsi Program Studi Akuntansi. Universitas Sanata Dharma. 2010. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Pradipto, Agustinus Adhi Yudho. 2010. “Analisis Perencanaan Audit Laporan Keuangan Pada Kantor Akuntan Publik Joachim Sulistyo dan Rekan”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Pembangunan nasional Veteran, Yogyakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
Spillane, J, James. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tuanakotta, Theodorus. 2013. Audit Berbasis ISA. Salemba Empat, Jakarta.
Wibowo, Bagus. 2007. ”Penilaian Kepatuhan akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Standar Auditing dan Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lampiran Pertanyaan Wawancara
1. Independensi
a. Kualifikasi apa saja yang dimiliki auditor yang bekerja di KAP
Payamta?
b. Mengapa semua auditor pada setiap tingkat organisasi diwajibkan
untuk mematuhi ketentuan independensi yang diatur oleh IAPI?
c. Bagaimana cara auditor mempertahankan sikap independensi?
2. Penugasan Personel
a. Bagaimana cara kantor akuntan publik membuat perencanaan dalam
setiap penugasan?
b. Bagaimana cara kantor akuntan publik membentuk tim penugasan
yang bertanggung jawab dalam penugasan?
c. Bagaimana cara kantor akuntan publik dalam menetapkan fee atas jasa
auditnya?
3. Konsultasi
a. Mengapa auditor harus berkonsultasi dengan pihak yang berwenang
mengenai masalah yang komplek dan tidak biasa?
b. Bagaimana cara menyelesaian perbedaan pendapat antara auditor
dengan para spesialis?
c. Bagaimana cara auditor mendokumentasikan tentang hasil konsultasi
mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan adanya
konsultasi?
4. Supervisi
a. Apa ada prosedur yang dibuat mengenai supervisi?
b. Bagaimana prosedur untuk perencanaan perikatan?
c. Bagaimana kantor akuntan publik mempertahankan standar mutu
untuk kegiatan auditnya?
d. Prosedur apa saja yang dilakukan untuk mereview kertas kerja dan
laporan perikatan?
5. Pemekerjaan
a. Apa kualifikasi yang harus dimiliki auditor jika akan bekerja di KAP
Payamta?
b. Program atau pelatihan apa saja yang dirancang kantor akuntan
publik untuk memperoleh auditor berkemampuan?
c. Bagaimana kantor akuntan publik menginformasikan kepada pelamar
dan auditor baru mengenai semua kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh kantor akuntan publik?
d. Bagaimana KAP Payamta dalam menentukan dan memilih staff ?
6. Pengembagan Profesional
a. Program apa saja yang dibutuhkan auditor dalam mengembangkan
profesionalitas selama bekerja di kantor akuntan publik?
b. Bagaimana cara kantor akuntan publik dalam mengembangkan
profesionalitas bagi auditor yang bekerja di kantor akuntan publik
tersebut?
c. Pelatihan apa saja yang dilakukan di tempat kerja (on the job training)
selama pelaksanaan perikatan?
d. Bagaimana cara kantor akuntan memberikan informasi terkini dalam
standar profesional bagi auditor untuk terlibat dalam aktivitas
pengembangan diri?
7. Promosi
a. Kriteria apa saja yang dibutuhkan auditor dalam mengembangkan
karirnya selama bekerja di kantor akuntan publik?
b. Apa ada batasan yang dibuat KAP Payamta mengenai pengembangan
karir auditornya?
c. Bagaimana kantor akuntan publik mengevaluasi kinerja auditornya dan
secara periodik memberitahu auditor tersebut untuk kemajuan auditor?
8. Penerimaan Dan Keberlanjutan Klien
a. Apa pertimbangan kantor akuntan publik dalam menerima klien?
b. Apa ada prosedur yang dibuat berkaitan dengan penilaian terhadap
klien?
c. Bagaimana kantor akuntan publik menentukan keberlanjutan
hubungannya dengan klien?
9. Inspeksi
a. Apa ada rancangan yang dibuat mengenai inspeksi?
b. Jenis prosedur inspeksi apa yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
Payamta?