Upload
khangminh22
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING
SKRIPSI PERANCANGAN
Tugas Akhir – 477D5106
Perode I
Tahun 2013-2014
Sebagai Persyaratan Untuk Ujian
Sarjana Arsitektur
OLEH :
ANDI MAEYANTI
D 511 07 022
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
“GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING”
Mahasiswa :
E-mail: [email protected]
ABSTRACT : Olahraga Panjat Tebing merupakan salah satu olahraga yang
memiliki perkembangan cukup cepat di Indonesia, hal ini ditandai dengan terbentuknya
FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) di 32 provinsi dan lebih dari 237 kabupaten/kota
di seluruh Indonesia. Dalam hal ini tebing ata sarana panjat yang digunakan adalah tebing
buatan yang dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan grade pemanjatan yang sama
dengan yang ada pada tebing alami.
Kendala utama pengembangan olahraga ini terkhusus nya di Makassar adalah tidak
tersedianya tempat latihan terpusat yang cukup layak, serta manajemen terhadap sarana
yang sudah ada kurang diperhatikan sehingga seringkali sarana olahraga panjat tidak
terawat dan akhirnya rusak. Terlebih lagi jika sarana panjat tersebut berada di luar
ruangan, Maka akan lebih cepat rusak. Oleh karena itu sebuah Gedung Olahraga Panjat
Tebing yang mewadahi kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembinaan hingga kompetisi
serta kegiatan-kegiatan yang menunjang olahraga ini dapat menjadi solusi dari
permasalahan tersebut.
Gedung olahraga panjat tebing ini direncanakan akan di bangun di kecamatan
rappocini Makassar dengan luas 1,4 Ha. Gedung ini di rencanakan akan mewadahi
seluruh kegiatan yang mendukung pengembangan dan peningkatan olahraga panjat
tebing.
Keyword : Panjat Tebing, Gedung Olahraga, Bangunan Bentang lebar.
ANDI MAEYANTI
D 511 07 022
Mahasiswa S1 Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10
Kampus Tamalanrea, Makassar 90245, Sul-Sel
Pembimbing I :
Baharuddin Hamzah, ST.,MT.,Ph.D
Dosen Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10
Kampus Tamalanrea,
Makassar 90245, Sul-Sel
Pembimbing II :
Rahmi Amin Ishak, ST.,MT
Dosen Jurusan Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10
Kampus Tamalanrea,
Makassar 90245, Sul-Sel
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat-Nya lah sehingga penyusunan laporan perancangan
tugas akhir ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Penulisan ini
merupakan syarat untuk mengikuti ujian akhir pada Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Program Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan
perancangan ini masih terdapat berbagai kekurangan yang mungkin
belum terkoreksi mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga
sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian diharapkan
mampu memenuhi standar persyaratan sebagai tugas akhir Jurusan
Arsitektur dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Atas dukungan, dorongan dan semangat yang tiada henti-hentinya
sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini, untuk itu dengan penuh
rasa rasa hormat dan ketulusan hati, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,Ph.D selaku Dosen
Pembimbing I dan Ibu Rahmi Amin Ishak ST., MT selaku Dosen
Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberikan arahan
dan masukan selama penulisan.
Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Ir. H. Muh. Fathien
Azmy, Msi selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin
atas segala ilmu yang telah diberikan, serta Segenap staf dan
karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Ayahanda Andi Saad dan Ibunda Asmawati Spd.i, saudari-
saudariku Andi Zakinah dan Andi Naila dan Reskiawati serta
seluruh keluarga besar yang tak henti-hentinya memberi dorongan,
semangat, kasih sayang, harapan dan doa yang tak pernah putus.
Pihak pengelola FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia)
Makassar, yang telah berbagi pengetahuan dalam penyempurnaan
penulisan ini.
Mapala 09 FT-UH sebagai taman belajar dan bermain terima kasih
atas ilmu yang tak terkira dan keluarga zakinah yang telah diberikan.
Teman-teman Ananaka tawwa performance 2007 (Eb12), Teknik
2007 yang selalu ada disaat saya membutuhkan bantuan dimanapun
dan kapanpun.
Teman-teman Nindya Karlina, Asni Amaliah Nuchri, Rachmiati
Nurdin, Liza Marzaman atas bantuan dan semangat nya selama
penyelesaian tugas akhir ini.
Teman-teman seperjuangan selama berada di studio akhir periode 1
tahun 2013/2014 terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya.
Hasbullah Anas sebagai teman orang terkasih yang senantiasa
memberikan dukungan penuh baik moril dan materil sehingga tugas
ini terselesaikan.
Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan jika
ada hal yang tidak berkenan. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Makassar, November 2013
ANDI MAEYANTI
D511 07 022
iv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii
DAFTAR SKEMA ............................................................................. viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Ungkapan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan ........................................................................... 4
D. Sasaran Pembahasan .................................................... 5
E. Lingkup Pembahasan .................................................... 6
F. Metode Pembahasan ..................................................... 6
G. Sistematika Pembahasan…………………………………. 6
BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................... 8
A. Tinjauan Panjat Tebing/ Climbing .................................. 8
1. Sejarah Singkat Panjat Tebing Dunia ....................... 8
2. Perkembangan Panjat Tebing di Indonesia .............. 9
3. Pengertian Panjat Tebing/Climbing .......................... 11
4. Klasifikasi Panjat Tebing/Climbing ............................ 11
5. Peralatan Panjat Tebing ........................................... 12
B. Tinjauan Gedung Olahraga Panjat Tebing ..................... 15
1. Pengertian Gedung Olahraga ................................... 15
2. Pengertian Panjat Tebing Indoor .............................. 16
3. Jenis-jenis Panjat Tebing Indoor ............................... 17
4. Pelaku Gedung Olahraga Panjat Tebing .................. 21
v
5. Persyaratan Panjat Tebing Indoor ............................ 22
6. Studi Banding…………………………………………... 22
BAB III TINJAUAN KHUSUS GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING
DI MAKASSAR ................................................................... 32
A. Analisis Umum Kota Makassar ...................................... 32
1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ............................... 32
2. Letak dan Batas Geografis Kota Makassar ................ 34
3. Keadaan Fisik Topografi Kota Makassar…………… .. 34
4. Keadaan Iklim Kota Makassar…………………………. 34
5. Rencana Umum RTRW Kota Makassar tahun 2010.. 34
6. Jumlah Pertumbuhan Penduduk……………………… 37
B. Tinjauan Gedung Olahraga Panjat Tebing di Kota
Makassar…….. .............................................................. 38
1. Perkembangan Olahraga Panjat Tebing di Makassar 38
2. Sarana Olahraga Panjat Tebing di Makassar ............. 41
3. Prestasi Olahraga dan Frekuensi Event Panjat Tebing di
Makassar ................................................................... 45
C. Analisis Pendekatan Pengembangan Gedung Olahraga
Panjat Tebing……………………………………………… . 48
1. ..................................................................................... Penge
lolaan Gedung Olahraga Panjat Tebing……… .......... 48
2. ..................................................................................... Lingku
p Pelayanan dan Kapasitas Tampung Gedung Olahraga
Panjat Tebing………………………………... ............... 49
3. ..................................................................................... Jenis
dan Pengelompokan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat
Tebing…………………………………………… ........... 53
4. ..................................................................................... 4.
Identifikasi Pelaku Kegiatan Gedung Olahraga Panjat
Tebing…………………………………………………… 54
vi
5. ..................................................................................... Identifi
kasi Kegiatan Gedung Oahraga Panjat Tebing ......... 55
6. ..................................................................................... Penge
lompokan Fasilitas Gedung Olahraga Panjat
Tebing …………………………………………………… 60
7. ..................................................................................... Pola
hubungan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat
Tebing ………………………………………………… ... 61
8. ..................................................................................... Akseb
ilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing………. ........... 61
9. ..................................................................................... Sasar
an Pelayanan……………………………………. .......... 62
D. Persyaratan Fisik dan Non Fisik………………………….. 63
1. ..................................................................................... Pende
katan Konsep Perancangan Makro…………… .......... 63
2. ..................................................................................... Pende
katan Konsep Perancangan Mikro……………. .......... 64
E. Kesimpulan…………………………………………………. 68
1. ..................................................................................... Kesim
pulan Umum…………………………………….. .......... 68
2. ..................................................................................... Kesim
pulan Khusus……………………………………. .......... 70
BAB IV TATA FISIK ......................................................................... 71
A. Konsep Perencanaan Makro ........................................... 71
1. Penentuan Lokasi ....................................................... 71
2. Pemilihan Site/Tapak .................................................. 74
3. Pendekatan Pengolahan Tapak ................................. 77
4. Pola Tata Ruang Luar ................................................ 85
5. Bentuk dan Penampilan Bangunan ............................ 90
B. Konsep Dasar Tata Ruang Mikro ................................... 93
1. Kebutuhan Ruang ....................................................... 93
vii
2. Pola Hubungan Ruang ............................................... 95
3. Besaran Ruang ........................................................... 99
4. Persyaratan Ruang ..................................................... 114
5. Tata Fisik Bangunan ................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Clinton Thomas Dent, Aiguille Du Dru 3.754 meter 8
Gambar 2. Salah satu kegiatan di Brooklyn boulder 19
Gambar 3. Tampak depan Brooklyn Boulder 22
Gambar 4. Beberapa arena panjat dalam Brooklyn Boulder 23
Gambar 5. Kelas pemula 24
Gambar 6. Yoga 25
Gambar 7. Lokasi The Rock Club dan Arena Pemanjatan 27
Gambar 8. Peki-peki 29
Gambar 9. Earth Trek 30
Gambar 10. Earth Trek 30
Gambar 11. Analisis minat masyarakat terhadap panjat tebing indoor 40
Gambar 12. Dinding panjat Mapala 09 FT-UH 41
Gambar 13. Dinding panjat PU 42
Gambar 14. Dinding panjat Barombong 42
Gambar 15. Dinding panjat Korpala Unhas 43
Gambar 16. Boulder SAR Unhas 44
Gambar 17. Boulder Stimik Handayani 46
Gambar 18. Grafik presentasi raihan medali emas FPTI Sulsel 45
Gambar 19. Grafik presentasi raihan medali perak FPTI Sulsel 46
Gambar 20. Grafik presentasi raihan medali perunggu FPTI Sulsel 47
Gambar 21. Survey tingkat kebutuhan olahraga dan rekreasi 63
Gambar 22. Arena pemanjatan Boulder 64
Gambar 23. Arena pemanjatan lead dan speed 65
Gambar 24. Tipikal ruang pimpinan 65
Gambar 25.tipikal ruang rapat/konferensi 65
Gambar 26. Standar ruang kelas/ruang belajar 66
Gambar 27. Standar layout restauran 67
Gambar 28. Contoh ruang fitness 67
Gambar 29. Layout standar untuk sauna 68
Gambar 30. Alternatif pemilihan lokasi 73
Gambar 31. Alternatif 1 75
Gambar 32. Alternatif 2 75
Gambar 33. Foto udara tapak 77
Gambar 34. Foto udara tapak 77
Gambar 35. Existing condition 78
Gambar 36. Orientasi matahari 79
Gambar 37. Ukuran tapak 79
Gambar 38. Sirkulasi dan pencapaian 81
Gambar 39. Penzoningan 82
Gambar 40. View 83
Gambar 41. Kebisingan/noise 85
Gambar 42. Rumput sebagai penutup tanah 86
Gambar 43. Detail penanaman palem 87
Gambar 44. Penanaman pohon/detail pemancangan 87
Gambar 45. Penanaman pohon 88
Gambar 46. Rencana pengerasan dalam tapak 88
Gambar 47. Rencana bangku taman 89
Gambar 48. Pendekatan sculpture 89
Gambar 49. Rencana lampu taman 89
Gambar 50. Rencana area parkir 90
Gambar 51. Bentuk dasar denah 92
Gambar 52. Rencana tampak 92
Gambar 53. Pola hubungan ruang 99
Gambar 54. Skema sistem pengkondisian udara 117
Gambar 55. Potongan desain dinding ganda 118
Gambar 56. Space frame dan plat beton 119
Gambar 57. Penangkal petir sistem Faraday 126
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Struktur organisasi pengelola GOPT 48
Skema 2. Pola kegiatan pengelola 56
Skema 3. Pola kegiatan pendidikan 56
Skema 4. Pola kegiatan belajar praktek 57
Skema 5. Pola kegiatan pemeriksaan kesehatan 57
Skema 6. Pola kegiatan penelitian 57
Skema 7. Pola kegiatan latihan ketahanan fisik 58
Skema 8. Pola kegiatan latihan peningkatan prestasi 58
Skema 9. Pola kegiatan akomodasi 58
Skema 10. Pola kegiatan perlombaan 59
Skema 11. Pola kegiatan rekreasi 59
Skema 12. Jaringan distribusi air bersih 121
Skema 13. Sistem distribusi air kotor 122
Skema 14. Skema jaringan listrik 122
Skema 15. Sistem pembuangan sampah 123
Skema 16. Sistem pemadam kebakaran 124
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat-alat Panjat Tebing 12
Tebel 2. Perbandingan ukuran nominal dan ukuran sebenarnya 19
Tabel 3. Ukuran balok/jarak balok 20
Tabel 4. Studi Banding 30
Tabel 5. Penentuan fungsi detail DTRK Kota Makassar 35
Tabel 6. Nama-nama klub pencinta alam di Makassar 38
Tabel 7. Analisis tingkat minat terhadap panjat tebing 40
Tabel 8. Frekuensi pelaksanaan olahraga panjat tebing 40
Tabel 9. Analisa penentuan site berdasarkan pembobotan 76
Tabel 10. Bentuk dasar bangunan 91
Tabel 11. Pembobotan massa bangunan 91
Tabel 12. Fasilitas pendidikan dan pelatihan 110
Tabel 13. Fasilitas pembinaan atlit 110
Tabel 14. Fasilitas Pengelola 111
Tabel 15. Fasilitas kegiatan hiburan dan penunjang 111
Tabel 16. Kegiatan utama panjat tebing 111
Tabel 17. Fasilitas kegiatan kompetisi 112
Tabel 18. Besaran ruang 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan meningkatnya problema kehidupan kota,
mengakibatkan pola kehidupan masyarakat ikut berubah, hal ini ditandai
dengan adanya ketidak seimbangan pola hidup sehat dengan tingkat
kesibukan masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan jasmani. Dimana
semakin menurunnya aktivitas olahraga yang disebabkan batasan waktu
dan fasilitas. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan fasilitas-fasilitas baru yang dapat diperoleh dan digunakan dengan
mudah.
Salah satu fasilitas terbesar yang dibutuhkan masyarakat sekarang
ini yaitu fasilitas olahraga, terutama fasilitas olahraga khusus. Olahraga
yang membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini dikarenakan adanya
kecenderungan masyarakat untuk menikmati fasilitas secara penuh dan
tidak tercampur dengan fasilitas lain.
Salah satu olahraga khusus yang sekarang ini membutuhkan
wadah yaitu panjat tebing. Olahraga ini masih diperjuangkan untuk
menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dalam olimpiade
oleh UIAA ( International Mountaineering and Climing Federation). Pada
SEA GAMES 2011 perhelatan olahraga se Asia Tenggara, Indonesia
sebagai tuan rumah memiliki hak untuk mengatur sendiri jenis olahraga
yang diperlombakan sesuai kemampuan atlitnya dan memasukkan panjat
tebing sebagai salah satu cabang yang diperlombakan untuk meraih
medali. Ini menandakan bahwa Indonesia memiliki potensi atlit di bidang
panjat tebing. Sedangkan pada PON (pekan olahraga nasional) panjat
tebing resmi menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan
pada tahun 1996 PON ke XIV di Jakarta.
Perkembangan olahraga panjat tebing ini, juga ditandai dengan
terbentuknya FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) di 32 provinsi dan
237 kabupaten/kota sudah eksis di seluruh Indonesia. FPTI sendiri masuk
2
menjadi anggota UIAA pada tahun 1992 dan menjadi anggota KONI yang
ke 50 pada tahun 1994. (sumber : profil FPTI). Panjat tebing merupakan
cabang olahraga masa depan, yang saat ini memiliki populasi atlet untuk
kompetisi nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 (2002) atlet yang
terdiri dari 270 atlit putra dan sisanya 133 atlit putri. Dengan karakternya
yang penuh petualangan. Olahraga ini merupakan olahraga yang sangat
diminati oleh kalangan muda terutama mahasiswa dan pelajar.
Salah satu kota yang memiliki pertumbuhan atlit panjat tebing yang
tergolong cepat yaitu kota Makassar. Kota yang sudah memiliki penduduk
sebanyak 1.272.349 jiwa (tahun 2010) ini tercatat memiliki jumlah atlit
sebanyak 90 orang (tahun 2002) yang terbagi atas kelompok
umum/professional. Pertumbuhan atlit panjat tebing di kota ini
diasumsikan sebesar 25% pertahun sehingga diasumsikan sekarang
(tahun 2013), Kota Makassar sudah memiliki 337 atlit profesional (yang
dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan membawa nama daerah)
termasuk yang sudah pensiun dan yang masih aktif (sumber : FPTI
Makassar). Dan jumlah ini belum termasuk di dalamnya pemanjat secara
umum yang menggeluti olahraga ini sebagai hobi.
Respon masyarakat akan olahraga panjat tebing ini cukup besar,
terutama golongan mahasiswa. Dari hasil survey pribadi terdapat 32
sampel klub pencinta alam di beberapa universitas dan sekolah tinggi
serta sekolah menengah, hampir semuanya memiliki fasilitas olahraga
panjat tebing. Namun, fasilitas panjat tebing yang dimiliki sangatlah
terbatas dan sebagian besar merupakan panjat tebing luar ruangan/
outdoor, sehingga kerap kali keterbatasan dan rasa tidak aman terhadap
fasilitas yang ada ini yang mengurungkan peminat olahraga ini untuk
menggelutinya. Kegiatan panjat tebing ini juga hanya dapat dilakukan
pada pagi dan sore hari karena terhalangi teriknya matahari yang cukup
menguras kalori bahkan sebelum olahraga dimulai. Selain itu, jika hujan
turun kegiatan olahraga panjat tebing tidak dapat dilakukan karena resiko
kerusakan alat dan bahaya jatuh, serta tidak adanya fasilitas penunjang
3
lainnya seperti peralatan fitness, ruang ganti, WC/kamar ganti dll. Oleh
karena kendala-kendala tersebut terdapat batasan waktu dalam
melakukan olahraga ini. Dan untuk memenuhi kebutuhan akan olahraga
yang sangat memerlukan nyali dan keberanian serta tenaga yang luar
biasa ini diperlukan sebuah fasilitas pemanjatan dalam ruangan atau
sebuah gedung olahraga panjat tebing.
Gedung olahraga panjat tebing merupakan fasilitas olahraga panjat
tebing yang dilakukan dalam ruangan. Fasilitas ini juga mewadahi
kegiatan pembinaan atlit, pelatihan bagi para remaja dan anak anak yang
ingin memiliki keahlian dalam olahraga panjat tebing, sarana kompetisi
dan berbagai sarana penunjang seperti peralatan fitness, toko peralatan
panjat tebing, café, sauna, ruang ganti, kamar mandi dll. Selain sebagai
olahraga, pemanjat atau climber yang sudah tak lagi menggeluti kegiatan
ini untuk mengikuti perlombaan, ataupun bagi sebagian masyarakat
penggiat panjat tebing, sering pula panjat tebing dijadikan sebagai
olahraga rekreasi sekedar untuk mengisi waktu luang atau sekedar untuk
berolahraga biasa. Sehingga adalah sebuah tantangan untuk
menghadirkan sebuah Gedung Olahraga Panjat Tebing (panjat tebing
indoor) yang mampu mewadahi semua kebutuhan di atas, baik itu
olahraga untuk prestasi, olahraga untuk kebugaran dan kesehatan
maupun olahraga yang bersifat rekreatif.
B. UNGKAPAN MASALAH
1. Non Arsitektural
Bagaimana sejarah panjat tebing dunia dan bagaimana
perkembangannya di Indonesia.
Menjelaskan pengertian panjat tebing dan klasifikasi dalam
panjat tebing.
Menjelaskan jenis-jenis alat yang digunakan dan apa fungsinya
masing-masing.
Bagaimana panjat tebing menjadi olahraga yang dapat
dilakukan setiap hari dan oleh berbagai umur.
4
Apa kelebihan olahraga panjat tebing indoor dan apa saja jenis-
jenisnya.
2. Arsitektural
Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk fasilitas
gedung olahraga panjat tebing yang mudah dijangkau
masyarakat dan tidak menimbulkan masalah umum perkotaan
seperti macet.
Bagaimana merencanakan suatu wadah gedung olahraga
panjat tebing yang sesuai dengan standar keamanan
pemanjatan.
Bagaimana menyatukan fungsi olahraga dan rekreasi dalam
satu wadah.
Bagaimana menentukan sirkulasi ruang makro dan mikro,
pengelompokan ruang, persyaratan ruang, besaran ruang dan
lainnya dari sebuah gedung olahraga panjat tebing sehingga
dapat memberikan suasana nyaman bagi penggunanya.
Bagaimana membuat desain fisik yang dapat mengungkapkan
karakteristik dari kegiatan panjat tebing yaitu atraktif, sportif.
Bagaimana menata bangunan dalam tapak sehingga tercipta
sirkulasi yang baik.
Menganalisis jumlah pengunjung berdasarkan perhitungan
prediksi pengunjung yang datang.
Bagaimana menuangkan karakter panjat tebing kepada interior
dan eksterior bangunan terkhusus pada bentuk dan penampilan
bangunan.
C. TUJUAN
Desain bangunan yang dapat memenuhi segala aktifitas dan
kegiatan para pemanjat, dan masyarakat yang ingin mencoba
ataupun belajar mengenai pemanjatan.
5
Desain bangunan yang dapat mewadahi sebuah kompetisi
berskala nasional maupun internasional
Menciptakan karakteristik tersendiri pada rancangan agar
menjadi sebuah objek yang menarik dan dapat menjadi media
olahraga multi-fungsi bagi pemanjat dan masyarakat secara
umum.
Memberikan fasilitas-fasilitas yang lebih kompleks seperti, area
latihan atlet, area fitness, area pendidikan bagi pemula, area
rekreasi bagi yang sekedar menikmati panjat tebing untuk
kepentingan pribadi.
D. SASARAN PEMBAHASAN
Sasaran pembahasan ditinjau dari 2 aspek yaitu :
a. Arsitektural
Secara arsitektural sasaran pembahasan mengenai :
1. Konsep perancangan makro
1.1) Konsep pemilihan lokasi
1.2) Konsep pemilihan tapak
1.3) Konsep pengolahan tapak dan perencanaan tata
lingkungan.
2. Konsep perancangan mikro
2.1) Konsep kebutuhan ruang
2.2) Konsep tata massa
2.3) Konsep sirkulasi
2.4) Konsep bentuk dan penampilan bangunan
2.5) Konsep struktur dan material bangunan
2.6) Konsep sistem utilitas dan perlengkapan
bangunan
2.7) Konsep tata ruang luar dan ruang dalam
b. Non Arsitektural
Menganalisis data-data yang dikumpulkan mengenai
masalah panjat tebing secara umum dengan membahas
6
Gedung Olahraga Panjat Tebing secara khusus, terhadap
tuntutan pemakaian ruang dan fasilitas pendukung yang
dapat memenuhi kebutuhan pengunjung.
E. LINGKUP PEMBAHASAN
1. Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur sedangkan disiplin
ilmu lain yang dianggap menunjang tetap digunakan dengan
mengarahkan pembahasannya ke disiplin ilmu arsitektur kembali
dan jika dianggap mendasari atau menentukan faktor perencanaan
akan digunakan namun tidak dibahas secara mendetail.
2. Pembahasan meninjau kegiatan gedung olahraga panjat tebing.
3. Pembahasan dititikberatkan pada fungsi sebagai wadah untuk
meningkatkan prestasi, pembinaan dan pendidikan, kompetisi,
rekreasi, sumber informasi dan pengembangan wisata olahraga.
4. Lingkup pembahasan secara umum diarahkan pada studi
mengenai perkembangan olahraga panjat tebing di Indonesia.
F. METODE PEMBAHASAN
Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa
sintesa yaitu menguraikan secara umum tentang olahraga panjat tebing
serta permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan
olahraga panjat tebing, yang data-datanya berdasarkan hasl survey
lapangan, wawancara langsung maupun studi literature sehingga
menghasilkan identifikasi masalah berupa suatu kesimpulan yang dapat
diaplikasikan ke dalam acuan dasar perancangan.
Acuan dasar perancangan tersebut kemudian akan ditransformasikan ke
dalam konsep perancangan dan perencanaan fisik Gedung olahraga
panjat tebing dalam proses selanjutnya.
G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I Mengemukakan hal-hal yang melatarbelakangi
pengambilan jenis sarana, ungkapan masalah,
pengertian judul, tujuan dan sasaran, lingkup
permasalahan dan metode sistematika pembahasan.
7
BAB II Menguraikan tentang tinjauan pustaka dari olahraga
Panjat tebing, yang berisi penjelasan seputar olahraga
Panjat tebing secara umum dengan gedung olahraga
panjat tebing secara khusus, serta permasalahan yang
ada. Serta studi banding gedung olahraga panjat tebing.
BAB III Menguraikan tentang tinjauan khusus kota Makassar,
serta analisis perlunya pengadaan gedung olahraga
panjat tebing di Makassar.
BAB IV Merupakan tahap pendekatan acuan dasar perancangan
sebagai titik tolak ke arah pembuatan konsep
perancangan fisik yang akan ditransformasikan ke dalam
desain fisik.
8
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. TINJAUAN PANJAT TEBING/ CLIMBING
1. Sejarah Singkat Panjat Tebing Dunia
Pada tahun 1492 Sekelompok orang Perancis di bawah
pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille
(2097 meter), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan
mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian,
orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan
Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi
mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang
lebih mirip dengan para pengunduh sarang burung walet gua di
tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.
Kemudian pada tahun 1878 Regu yang dipimpin Clinton Dent
berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru
lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi
namun curam dan sulit.
Gambar 1 . Kiri Clinton Thomas Dent, Kanan Aiguille Du Dru 3.754 Meter
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Clinton_Dent
Pada tahun 1910 Karabiner untuk pertama kali dipakai dalam
pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari
9
Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam
pasukan pemadam kebakaran. Tahun 1937 Bill Murray mengubah
tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai
lahirnya panjat es modern. Selanjutnya pada tahun 1938 Dinding
utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan
Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan
medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah
menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. Tahun
1972 Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal
olimpiade, walaupun bukan sebagai cabang olahraga yang
diperlombakan akan tetapi didemonstrasikan dalam Olympiade
Munich. (GS,Bahan: katalog LPDN, berbagai sumber)
2. Perkembangan Panjat Tebing di Indonesia
Perkembangan climbing di Indonesia dimulai dari sekitar
tahun 1980. Tebing 48 m di Citatah, Bandung, dipakai sebagai
ajang latihan oleh pasukan Angkatan Darat Indonesia, namun
patok pertama kali di Indonesia adalah tahun 1976. Harry Sulistiarto
mulai latihan memanjat pada Tebing Citatah, diteruskan bersama
ketiga rekannya, Heru Hermanu, Dedi Hikmat dan Agus P pada
tahun 1977 mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group.
masih pada tahun yang sama mereka melakukan ekspedisi ke
Selandia Baru dan mencoba mendaki Gunung Everest tanpa
bantuan Sherpa.
Tahun 1979 Harry Suliastarto memanjat atap planetarium di
Taman Ismail Marzuki Jakarta yang merupakan upaya untuk
mempublikasikan olahraga panjat tebing di Indonesia. Setahun
kemudian Skygers mendirikan sekolah panjat tebing yang pertama
tahun 1980. Masih pada tahun 1980, wanadri menjadi tim
Indonesia pertama yang berekspedisi panjat tebing di Carstens
Pyramid. Mereka gagal sampai ke puncak, namun berhasil
mencapai puncak jaya dan carstens timur.
10
Kompetisi panjat tebing pertama kali di dunia diselenggarakan
di Uni Sovyet di Tebing Ala yang ditayangkan di TVRI. Pada tahun
1987, Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Unta,
Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Gajah di
Jawa Tengah dan kelompok Skygers memanjat Tebing Sepikul,
Jawa Timur. Pada tahun yang sama diadakan lomba panjat tebing
pertama di Indonesia.
Pada tahun 1986, kantor menpora bekerjasama dengan
kedubes Prancis mengundang empat pemanjat tebing mereka
untuk memperkenalkan dinding panjat serta memberikan kursus
pemanjatan. Pada akhir acara tersebut dibentuk Federasi Panjat
Gunung dan Tebing Indonesia (FPGTI) yang diketuai oleh Harry
Sulistiarto. Masih pada tahun yang sama Aranyasala Trisakti
mengadakan ekspedisi panjat tebing putri dengan pemanjatan
tower III tebing Parang di Jawa Barat dan kelompok putra
memanjat tebing Kembar Citeureup, Bogor. Sandy Febrianto (alm)
dan Djati Pranoto melakukan pemanjatan kebut di Tower I tebing
Parang yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia dan dalam
waktu 4 jam sekaligus tercatat sebagai pemanjatan besar pertama
tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya
dihubungkan dengan tali. Pada tahun ini juga diadakan lomba
panjat dinding buatan pertama di Bandung dengan mengambil
lokasi di suatu gardu listrik.
Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) akhirnya di gelar di
Jakarta dengan dinding panjat pertama dengan ketinggian 15 meter
dan dibangun 4 sisi. Untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan
atlit panjat tebing di kejuaraan Oceania, hanya Andreas dan Deden
Sutisna yang mendapat peringkat empat dan lima. Walaupun
demikian dengan keikutsertaan ini membuka mata dunia panjat
tebing internasional bahwa setidaknya Indonesia sudah mempunyai
atlit Internasional. Untuk itu FPTI mengeluarkan peraturan lomba
11
panjat tebing yang pertama dan FPTI Pengda Jatim bekerja sama
dengan Impala Universitas Merdeka Malang mengadakan climbing
party di Lembah Kera yang diikuti oleh puluhan pemanjat, selain
memanjat bersama juga diadakan diskusi dan evaluasi pembuatan
jalur sehingga menjadi bentuk jambore pertama walaupun tidak
disebut demikian. Saat ini olahraga panjat tebing sudah
diperjuangkan untuk untuk menjadi salah satu cabang olahraga
yang patut diperlombakan dalam olimpiade oleh UIAA (international
Mountaineering and Cimbing Federation).
Perkembangan olahraga panjat tebing di Indonesia saat ini
cukup pesat, hal ini ditandai dengan terbentuknya FPTI (Federasi
Panjat Tebing Indonesia) di 32 Provinsi dan 237 kabupaten/kota
sudah eksis di seluruh Indonesia. Populasi atlet untuk kompetisi
nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 atlit yang terdiri dari 270
atlit putra dan 133 atlit putri. Dengan karakternya yang penuh
petualangan, olahraga ini banyak diminati oleh kalangan muda
terutama mahasiswa dan pelajar.
3. Pengertian Panjat Tebing / Climbing
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Climbing adalah
kegiatan pemanjatan/pendakian (pemanjatan) dengan kaki dan
tangan. Lebih lanjut, panjat tebing adalah seni olahraga atau hobi
yang dilakukan dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan
otot serta teknik tersendiri untuk memanjat mencapai ketinggian
tertentu.
(Sumber tambahan : http://carapraktis-
all.blogspot.com/2012/08/materi-dalam-panjat-tebing-climbing.html)
4. Klasifikasi Panjat Tebing /Climbing
Perbedaan antara free climbing dengan arficial climbing.
Free climbing adalah suatu tipe pemanjatan di mana si pemanjat
menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya
sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam free climbing, alat
12
digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk
menambah ketinggian. Sedangkan artificial climbing, di mana alat
selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk
menambah ketinggian.
Perbedaan yang kedua adalah sport climbing dengan
adventure climbing. Sport climbing adalah suatu pemanjatan yang
lebih menekankan pada faktor olahraganya. Dalam sport climbing,
pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu
untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada adventure climbing,
yang ditekankan adalah lebih pada nilai petualangannya.
5. Peralatan Panjat tebing
Tabel 1. Alat – Alat Panjat Tebing
N
o
Jenis Alat Fungsi Dimensi/ukuran Gambar
1. Tali kernmantel
a. Kernmantel
dinamis
b. Kernmantel
semi statis
c. Kernmantel
statis
Fungsi utama tali
untuk melindungi
pendaki dari
kemungkinan
jatuh sampai
menyentuh tanah
Ukuran tali
kernmantel yang
umum dipakai :
Diameter = 11
mm
Panjang = 45 m
2. Webbing Harness (tali
tubuh), swami
belt, chest
harness
Digunakan untuk
body sling
lebar 25 mm
berbentuk
tubular.
Lebar 50 mm
dan berbentuk
pipih
3. Carrabiners
a. Screw
b. snap
Menghubungkan
tali dengan
runners (titik
pengaman),
Variatif sesuai
dengan
fungsinya
Carrabiner dapat
screw
13
sehingga
carrabiner dibuat
kuat untuk
menahan bobot
pendaki yang
jatuh.
menahan beban
1200 kg = 2700
pounds
Beban
maksimum
sekitar 5000
pounds
snap
4. Piton (paku
tebing)
Berfungsi
sebagai
pengaman
Beberapa model
piton di
sesuaikan
dengan rekahan
tebing
5. Chock
a. sling chock
b. wired
chock
c. rope chock
berfungsi sebagai
pengaman
(runners)
berbentuk
hexentric dan
foxhead
6. Ascendeur
a. jumar
b. clog
Digunakan
sebagai alat
bantu naik,
merupakan
perkembangan
dari prusik
a. berkekuatan
1100 pounds
dipakai pada
tali
berdiameter
7-11 mm
14
7. Descendeur
a. figure of eight
b. brakebar
c. bobbin
d. single rope
double rope
Digunakan untuk
turun tebing
(abseiling,
rapeling). Agar
pemanjat tidak
meluncur bebas.
8. Etrier Bila rute sulit
dilalui karena
tipisnya pijakan
dan pegangan
maka etrier
sangat
membantu
menambah
ketinggian
9. Harness
a. full body
harness
b. seat
harness
Menahan tubuh
saat jatuh dan
juga mengurangi
rasa sakit
dibandingkan jika
menggunakan tali
langsung ke
tubuh dgn simpul
tertentu.
Full body harness
Seat harness
15
10
.
Helm Melindungi
kepala dari
benturan tebing
saat pemanjat
terjatuh atau bila
ada batu yang
berjatuhan.
11
.
Sepatu Telapak kaki saja
tak cukup untuk
melekatkan kaki
pada permukaan
tebing,
karenanya
diperlukan sepatu
untuk melakukan
pemanjatan.
Bervariasi
sesuai ukuran
kaki pemanjat
12
.
Hammer Digunakan untuk
memalu piton
maupun
melepaskan piton
pada rekahan
tebing
B. TINJAUAN GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING (INDOOR
CLIMBING)
1. Pengertian Gedung Olahraga
Pengertian gedung
1 bangunan tembok dsb yg berukuran besar sbg tempat
kegiatan, spt perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,
olahraga, dsb; 2 rumah tembok yg berukuran besar;--
arca nama julukan untuk museum di Jalan Merdeka Barat,
16
Jakarta; gedung gajah; -- bicara ark 1 gedung tempat
bersidang; 2 gedung pengadilan; -- gajahgedung arca; --
pencakar langit bangunan tinggi dan bertingkat; gedung yg
menjulang tinggi; -- pola gedung tempat memamerkan berbagai
pola, model, atau rencana pembangunan dl bentuk maket,
miniatur, peta, foto, dan gambar; -- Putihistana Presiden
Amerika Serikat di Washington; -- sekolah gedung tempat
belajar dan mengajar.
Pengertian Olahraga
1. gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (spt
sepak bola, berenang, lempar lembing);
-- memanah panahan; -- tarung olahraga adu kekuatan dng
tujuan berusaha menjatuhkan lawan ke tanah dng pegangan
dan gerakan tertentu
ber·o·lah·ra·ga v melakukan gerak badan (berenang, bermain
bola, dsb);
(sumber : http://www.artikata.com/index.php)
Jadi, gedung olahraga adalah, bangunan tembok dsb
yang berukuran besar yang dapat digunakan dengan leluasa
untuk beraktivitas menguatkan dan menyehatkan badan.
2. Pengertian Panjat Tebing Indoor
Panjat tebing indoor adalah bagian dari olahraga panjat
tebing yang meningkat drastis yang dilakukan di struktur buatan
yang meniru bentuk tebing atau pemanjatan alami yang lebih
terkendali yang dilakukan dalam media tertutup/dalam ruangan.
Dinding – dinding buatan dalam ruangan biasanya dibuat
dari batu bata yang dibentuk seperti kecuraman alami dengan
variasi – variasi pegangan tangan.
Dengan variasi – variasi pegangan yang dibuat
sedemikian rupa pada dinding – dinding dengan ketinggian dan
17
kecuraman yang bervariasi pula. Menjadikan olahraga panjat
tebing semakin digemari.
Selain itu, salah satu yang membuat panjat tebing indoor
makin menarik yaitu walaupun cuaca di luar sangat buruk untuk
melakukan pemanjatan, panjat tebing indoor hadir menawarkan
satu alternatif untuk tetap melakukan olahraga ini. Banyak
masyarakat pekerja yang melakukan olahraga dalam ruangan
walaupun hari sudah gelap. Dengan hadirnya panjat tebing
indoor cuaca apapun dan kesibukan apapun orang – orang
masih bisa menikmati olahraga panjat tebing dalam ruangan.
Perkembangan panjat tebing indoor semakin meningkat dan
terkenal. Semenjak kondisi lingkungan (integritas struktur panjat
tebing, pakaian sampai pada tekniknya) dapat dikendalikan
dengan satu sistem.
3. Jenis – jenis Panjat Tebing Indoor
Jenis – jenis olahraga panjat tebing indoor sudah dibahas
di bagian jenis – jenis panjat tebing, namun lebih di spesifikkan
ke dalam olahraga panjat tebing yang bersifat indoor (dalam
ruangan) yaitu :
a. Bouldering adalah pemanjatan poin besar atau kecil,
biasanya menggunakan sepatu dan chalk bag (kantong
bubuk magnesium). Bahkan menggunakan tali belay dan
seorang pembelay (spotter). Bouldering adalah salah satu
bagian dari panjat tebing yang menekankan pada kekuatan
dan dinamika yang berfokus pada gerakan – gerakan jalur
pendek.
b. Buildering adalah pemanjatan dengan susunan struktur
yang teratur yang pada umumnya tidak menggunakan alat
dan menghindari adanya tangga dan elevator. Aspek dari
bangunan atau bentuk susunan poin akan memberikan seni
pergerakan yang dikenal sebagai parkour.
18
c. Rappelling adalah suatu cara untuk menuruni tebing dengan
menggunakan tali yang diberikan friksi sehingga dapat turun
dengan terkontrol. Rappelling merupakan bagian dari panjat
tebing tapi tidak melakukan pemanjatan melainkan
sebaliknya (terjun atau berjalan dari ketinggian ke lantai).
d. Wall climbing adalah pemanjatan di dinding buatan dengan
menggunakan tali dan peralatan pemanjatan. Biasanya wall
climbing memiliki ketinggian kurang lebih 15 meter atau
kurang lebih 3 lantai bangunan. Dengan membuat konstruksi
buatan untuk membuat genggaman – genggaman untuk
tangan dan kaki yang digunakan untuk memanjat. Konstruksi
wall climbing biasanya dibuat di dinding paling modern,
biasanya menggunakan lapis ganda tebal dan bahkan
sekarang umumnya dibuat dari bahan baku fiber kemudian
dilubangi dengan menggunakan bor. Dinding yang sudah
dilubangi dipasangi batu – batu besar atau bisaa disebut
point untuk genggaman dan pijakan. Pengaturan batu – batu
ini untuk meniru genggaman pada tebing – tebing alami.
Konsep dari wall climbing di perkenalkan oleh Don
Robinson dari Leed University pada tahun 1964. Don
Robinson merupakan salah satu dosen pendidikan jasmani
dan pendiri DR climbing. Dia membuat bongkahan di salah
satu dinding koridor.
Indoor climbing menjadi olahraga popular karena
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mencoba pendakian tebing walaupun di tebing buatan.
19
Gambar 2. Salah Satu Kegiatan Climbing Di Brooklyn
Boulder
Tipe wall/dinding :
1. Konstruksi paling sederhana (kayu lapis)
2. Granit
3. Beton sprayed
4. Aluminium
5. Baja
6. Dinding kaca serat tekstur
Desain dinding panjat :
Ukuran nyata dan ukuran nominal, kayu yang belum
dikerjakan merupakan kayu yang masih nyata sedangka
untuk kayu yang sudah digergaji merupakan ukuran nominal,
jadi dalam menggambar dimensi pergunakan ukuran
nominal.
Tabel 2. Perbandingan Ukuran Nominal Dan Ukuran
Sebenarnya
Nominal Size
1x4
1x6
1x8
Actual Size
¾ x 3½
¾ x 5½
¾ x 7¼
20
1x10
1x12
2x2
2x4
2x6
2x8
2x10
2X12
¾ x 9¼
¾ x 11¼
1½ x 1½
1½ x 3½
1½ x 5½
1½ x 7¼
1½ x 9¼
1½ x 11¼
Sumber : www.indoorclimbing.com
Jarak balok untuk tembok panjat.
Tabel 3. Ukuran Balok/Jarak Balok
Joist Size
2X6
2X8
2X10
16" Joist Spacing
9'-9" Allowable Joist Span
12'-10" Allowable Joist Span
16'-5" Allowable Joist Span
24" Joist Spacing
8'-6" Allowable Joist Span
11'-3" Allowable Joist Span
14'-4" Allowable Joist Span
Sumber : www.indoorclimbing.com
Cara pembuatan climbing wall
1) Rangka, masing – masing bagian rangka harus dibuat
secara terpisah dari jangkar dan tiang penopang.
Pemasangan kerangka panel menggunakan sekrup –
sekrup. Pengeboran drill dengan dua lubang dengan 1
lubang 1/8” drill.
2) Peninjauan sudut siku, memeriksa sudut dari kedua
diagonal, sudut keduanya harus sama, jika terdapat
perbedaan maka bingkai haruslah menyesuaikan sampai
kedua sudutnya sama.
3) Menyambung, balok silang dan kuda pembiak harus
bekerja sma dan berderet dan menggunakan sekrup
untuk memperkuat dindingnya.
21
4) Anchor/jangkar, merupakan rangka untuk
menghubungkan dinding/wall ke bangunan.
5) Pengeboran dinding untuk pegangan, hal ini dilakukan
dengan mengebor secara lurus dan grid
6) Persiapan pengecetan
7) Pemeriksaan kelembaban
8) Pengecetan
9) Perlindungan
4. Pelaku Gedung Olahraga Panjat Tebing
Olahraga panjat tebing saat ini memiliki populasi atlet
untuk kompetisi nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 atlet
yang terdiri dari 270 putra dan sisanya 133 atlit putri. Secara
umum olahraga ini sangat diminati oleh kalangan muda
terutama mahasiswa. Selain mahasiswa, anak-anak seumuran
SD, SMP, dan SMA juga beberapa melakukan kegiatan
ini.(sumber : FPTI Makassar)
5. Persyaratan indoor climbing (gedung olahraga panjat
tebing)
Persyaratan pada olahraga panjat tebing terbagi :
Persyaratan untuk Panjat tebing prestasi (sport climbing)
Dinding panjat
Untuk kategori kesulitan dan kecepatan
- Lebar minimal 2,4 meter
- Tinggi minimal 10 meter dengan panjang lintasan minimal 12
meter
Untuk kategori jalur pendek (bouldering)
- Tinggi maksimal 4,5 meter
- Panjang minimal 4 x 2,4 meter
Dan secara umum untuk semua kategori :
- Memiliki empat bentuk permukaan yaitu : vertikal, hang,
overhang, roof
22
- Terbuat dari bahan playwood dan panelresin.
- Dinding melekat pada rangka yang terbuat dari bahan besi
dan kayu.
- Dapat dibangun di luar bangunan (outdoor) maupun di dalam
ruang (indoor).
- Radius daerah netral dari dinding panjat minimal 10 meter
(khusus pada kegiatan perlombaan).
6. Studi banding
a. Brooklyn boulders (bkb)
Brooklyn boulders BKB menawarkan 2 jenis dasar
pemanjatan : bouldering atau pemanjatan yg dilakukan pada
papan panjat pendek tanpa menggunakan tali pengaman dan
roped climbing atau pemanjatan yang dilakukan dengan
pengaman tali yg terikat pada harness pemanjat melalui
pengaman pada top jalur pemanjatan dan terhubung pada
harness belayer.
Gambar 3. Tampak Depan Brooklyn Boulder
23
Gambar 4. Beberapa Arena Panjat Dalam Brooklyn Boulder
Lokasi, 575 Degraw St.Brooklyn, NY 11217 (Corner of
3rd Ave. and Degraw St.)
Luas bangunan adalah 22.000 square feet atau 6.705,6
m²
Jam buka Brooklyn Boulders
Minggu 11 am – 11 pm
Senin 11 am – 11 pm
Selasa 9 am – 11 pm
Rabu 11 am – 11 pm
Kamis 9 am – 11 pm
Jumat 11 am – midnight
Sabtu 11 am – midnight
Kelas
Untuk pemula
Learn the Ropes class : adalah kelas yg cocok untuk pemula
yang ingin mengetahui dasar-dasar pengetahuan dan skill
pemanjatan. Materi kelas ini antara lain simpul2 tali dasar,
cara2 yang aman untuk pemanjatan top ropes/roped
climbing, teknik belay dan semua yang perlu diketahui untuk
pemajatan roped climbing (pemanjatan dengan pengaman).
24
Gambar 5. Kelas Pemula
Learn to Boulder : khusus untuk menguasai teknik-teknik
pemanjatan (diluar bantuan alat) namun untuk melatih
tangan dan kaki pemanjat kelas boulder ini adalah kelas
yang tepat yang disediakan oleh BKB. Dengan latihan bolder
ini pemanjat dapat mengembangkan teknik pemanjatan,
mendatkan power/ atau kekuatan dalam hal ini melatih
kekuatan tangan dan kaki pemanjat. Tentunya dibawah
pengawasan dan pengajaran instruktur BKB.
Yoga : BKB menawarkan kelas Yoga setiap hari kecuali
Sabtu, kelas yoga ini terbuka untuk semua level, pose yoga
ini dikhususkan pada bahu dan pinggul dengan cara yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan pemanjatan.
25
Gambar 6. Yoga
Kelas Tingkat Lanjut
Lead Climbing Class : BKB menawarkan kursus yang
komprehensip dan mendalam untuk lead climbing/atau
pemanjatan denga tingkat kesulitan yang tinggi baik dari segi
jalur dan penguasaan alat untuk mereka yang ingin
meningkatkan pengetahuannya untuk teknik pemanjatan ini.
BKB University : adalah program teknik umum yang
diperuntukkan untuk semua pemanjat baik pemula maupun
yang sudah mahir
Slackline series : kelas ini menawarkan pengenalan dasar
menemukan keseimbangan diatas tali yang agak kendur,
pelajaran ini membantu mengembangkan kekuatan inti,
fokus dan stabiliti yang juga dibutuhkan dalam pemanjatan.
Private lesson : BKB juga menawarkan private lesson untuk
individu atau grup kecil. Dalam kelas ini mengikuti keinginan
muridnya. Sesuai dengan permintaan peserta kelas dan
ditangani oleh instruktur yang berpengalaman dan
berpengetahuan luas yang ada pada BKB.
26
Untuk anak- anak BKB menyediakan program
Family Hours : untuk sabtu dan minggu 8 am- 10 pm BKB
menyediakan waktu khusus hanya untuk orang tua dan anak
untuk menggunakan sarana panjat dan gym.
Birthday Parties :BKB menyedikan party space untuk acara
ulang tahun, paket pesta yang disediakan termasuk 1 jam
waktu pemanjatan beserta belayer yg disapkan.
Kids Academy adalah program after school BKB untuk
anak2 umur 5 – 10 thn. Pkl 4 pm – 6 pm anak-anak bisa ke
BKB dan melakukan pemanjatan di bawah pengawasan dan
pengajaran oleh staff BKB. Kegiatannya termasuk
peregangan, permainan climbing, roped climbing, dan
slacklining.
b. The rock club
The Rock Club adalah pusat indoor climbing pertama di
New York bertempat di 130 RhodesStreet
NewRochelle, NY10801, AmerikaSerikat (914) 633-
7625
Fasilitas kami dapat digunakan oleh semua level, baik
pemanjat, ataupun pemula.
Ukuran! 4.572m² area panjat. Dinding hingga 40 kaki
dan rute lebih dari 60 ft 70 & 18 lead climbing stasiun.
Lebih dari 170 rute dan problem bouldering.
27
Gambar 7. Lokasi The Rock Club Dan Area Pemanjatan
Bouldering area
Area rappeling setinggi 10 m dengan tangga sebagai
akses naik
Pusat Pelatihan" sepenuhnya tertutup membuat Anda
aman dari anak-anak kecil. Dan itu membuat mereka
aman dari Anda!
Keanggotaan yang flexibel
Area gym yang terpusat
Toko alat pendukung dengan premium products dari
Five Ten, Black Diamond, Metolius dll.
2 ruang dengan fungsi fleksibel dan studio kesehatan
AC, suhu anti-stratifikasi & pengendalian debu
Klub kesehatan dengan ruang saunan
Jam Kerja
Senin – Jumat : 10am - 10:30pm
Sabtu & Minggu : 9:30am - 8pm
Tutup July 4, Thanksgiving, Christmas dan Labor Day.
Hari libur lain : 12 noon - 8pm.
28
c. PekiPeki
Akira Aoyama dan rekan-rekannya membuat sebuah
tempat unik untuk melatih kemampuan climbing yang
berlokasi di Shibuya.
Pekipeki di sponsori oleh MAMMUT, adalah sebuah
studio bouldering indoor yang dibagi dalam 3 lantai dimana
orang dewasa dan anak-anak dapat menikmati keindahan
bouldering. Ruangan putih bersih membuat point2 climbing
yang penuh warna mendapat perhatian penuh, seperti
potongan-potongan seni yang menempel pada dinding putih.
29
Gambar 8. Peki-Peki
d. Earth Trek
Pusat Climbing Earth Treks di Columbia, menawarkan
fasilitas pemanjatan untuk semua umur dan tingkat
kemampuan pemanjat. Jalur pemanjatan di rubah setiap
harinya oleh Keith Dickey.
Pusat pemanjatan ini memiliki wall (dinding panjat)
setinggi ±13 meter dan 6096 m² permukaan wall (dinding
panjat) termasuk sebuah area bouldering dengan kemiringan
extra, roof (atap), celah atau retakan yang biasa terdapat di
tebing asli, chimney (bentukan tebing yang menyerupai pilar,
lempingan dan bahkan stalaktit. Area terpisah untuk program
privat dan perlombaan terdapat di lantai dua. Earth Treks
Columbia di perluas pada musim gugur 2009, menambah
luas lantai hingga 70 % dan menambahkan boulder baru, top
rope, lead dan area fitness. Daerah original untuk gym telah
di renovasi secara total, termasuk tekstur dinding baru dan
lapisannya.
30
Gambar 9. Earth Trek
Gambar 10. Earth Trek
Tabel 4. Studi Banding
Nama Tahun
pembangunan lokasi fasilitas
Brooklyn
Boulders 2009
Lokasi, 575 Degraw
St.Brooklyn, NY
Kelas untuk pemula, kelas
tingkat lanjut,
31
11217 (Corner of 3rd
Ave. and Degraw St.)
Area panjat untuk dewasa,
anak-anak, yoga, fitness,
22.000 square feet atau
6.705,6 m²
The Rock
Club
130 RhodesStreet
NewRochelle,
NY10801,
AmerikaSerikat (914)
633-7625
4.572m² area panjat.
Dinding hingga 40 kaki dan
rute lebih dari 60 ft 70 & 18
lead climbing stasiun. Lebih
dari 170 rute dan problem
bouldering.
PekiPeki 2009
6-19-14 Jingumae,
Shibuya-ku, 150-0001
Tokyo Japan
Kids climbing area, pro
climbing area, café, social
area
Earth Treks
2007
Diperluas pada
2009
725 Rockville
Pike Rockville, MD
20852, Amerika Serikat
(240) 283-9942
Area pemanjatan untuk
semua umur, gym.
32
BAB III
TINJAUAN KHUSUS GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING DI
MAKASSAR
A. ANALISIS UMUM KOTA MAKASSAR
1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Kota Makassar mempunyai kedudukan strategis sebagai
pusat pelayanan dan pengembangan di Propinsi Sulawesi
Selatan bahkan sebagai pusat pelayanan bagi kawasan Timur
Indonesia. Hal tersebut mempunyai konsekuensi bagi
pemerintah Kota Makassar dalam mengelola berbagai potensi
yang ada serta mengatasi kendala dan tantangan yang
dihadapi. Terlebih lagi jika dikalikan dengan kebesaran
Makassar pada masa lalu yang tidak hanya dikenal sebagai
kota besar di Nusantara, tetapi juga sebagai salah satu kota
besar dunia karena keterbukaan akses Makassar terhadap
perdagangan international.
Kebesaran Makassar pada masa lalu serta potensi sosial
budaya dan ekonomi dan sumber daya manusia yang dimiliki
saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam
konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan
menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi lain, menurut
adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua
kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk
menempatkan Kota Makassar tetap menjadi kota yang
terkemuka.
Makassar dalam sejarahnya telah menjadi bagian dari
masyarakat dunia. Demikian halnya saat ini dan kecenderungan
ke depan akan tetap menjadi bagian dari masyarakat dunia
yang tengah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan
tingkat kompetisi yang semakin ketat hampir di semua bidang
termasuk olahraga, namun memberi peluang terjadinya
33
sinergitas antar daerah pada sisi yang lain. Bersamaan dengan
globalisasi tersebut kecenderungan lain yang dihadapi adalah
semangat otonomi daerah sebagai konsekwensi perubahan
paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi.
Kecenderungan yang demikian ini memberi peluang bagi
pengembangan potensi masing-masing daerah, interkoneksitas
antar daerah, dan sekaligus dapat menciptakan persaingan
antar daerah.
Bagi Kota Makassar, dua kecenderungan di atas dapat
mendorong pengembangan dan pemanfaatan potensi kota
karena memiliki potensi sumber daya manusia, khususnya yang
strategis dan ketersediaan berbagai infrastruktur kota. Namun
demikian, juga dapat menciptakan beban karena dalam
kenyataannya Makassar juga dihadapkan pada masalah
perkotaan yang cukup kompleks. Diantara masalah tersebut
yang cukup mendasar adalah kualitas manusia yang masih
relatif terbatas, potensi ekonomi yang belum berkembang
secara optimal, kualitas dan ketersediaan infrastruktur kota yang
masih terbatas dibandingkan dengan dinamika kebutuhan
masyarakat serta tuntutan atas penyelenggaraan tata
pemerintahan yang baik.
Dengan pertumbuhan sarana-sarana yang ada, olahraga
merupakan salah satu sarana yang patut untuk di perhatikan
jika kita berbicara untuk meningkatkan sumber daya manusia.
Lebih terkhusus lagi kepada olahraga pemanjatan yang akan
menjadi fokus pada pembahasan ini. di klub-klub pencinta alam
dan sekolah-sekolah serta tingkat pertumbuhan minat
masyarakat yang mencapai kurang lebih 55% (berdasarkan
survey oleh FPTI Makassar dari 200 kusioner yang di sebar ke
sekolah dan kampus) dan pertumbuhan atlet yang mencapai
25% pertahunnya (sumber : FPTI Makassar) menjadikan Kota
34
Makassar sudah selayaknya dibangun sebuah wadah yang
dapat menampung aktivitas tersebut.
2. Letak dan Batas Geografis Kota Makassar
Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan, yang secara geografis terletak antara 11924’17’38” BT
dan 58’6’19” LS. Luas wilayah kota Makassar tercatat 175,77
km persegi yang meliputi 14 kecamatan, adapun batas wilayah
kota Makassar secara administrasi meliputi : Sebelah Utara,
Kabupaten Maros, Sebelah Timur, Kabupaten Maros, Sebelah
Selatan, Kabupaten Gowa, Sebelah Barat, Selat Makassar.
3. Keadaan Fisik Topografi Kota Makassar
Keadaan topografi dapat dibagi dalam dua klasifikasi yang
berbeda yaitu daerah barat yang relativ berbukit dengan
ketinggian antara ± 5,00 m sampai dengan ± 25,00 m di atas
permukaan laut, sedangkan bagian timur merupakan dataran
dengan ketinggian antara ± 2,00 m sampai dengan ± 5,00 m di
atas permukaan laut.
4. Keadaan Iklim Kota Makassar
Berdasarkan pencatatan stasiun meteorology maritim
paotere. Secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77%,
temperatur udara sekitar 26,2-29,3c, dan rata-rata kecepatan
angin 5,2 knot.
(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah. IV,
Stasiun Maritim Paotere Makassar.)
5. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah kota Makassar (RTRW
Kota Makassar) Tahun 2010)
Sehubungan dengan tujuan pembangunan Makassar,
berupa pelaksanaan konsep tata ruang yang senantiasa
merujuk pada potensi dasar daerah tersebut. Pelaksanaan
konsep pembangunan Kota Makassar yang diarahkan
terciptanya kawasan terpadu hingga tahun 2016.
35
Tabel 5.
Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar
Tahun 1999/2000-2009/2010
NO DTRK Kecamatan Luas
(ha)
Fungsi
Utama
Fungsi
Penunjang
1 A Ujung Tanah 593,8 Transportasi
laut
(pelabuhan)
Pariwisata
Militer
Permukiman
2 B Ujung
Pandang
Bontoala
Mamajang
Mariso
Tallo
Wajo
1.331 Pusat
perdagangan
dan jasa
sosial
Rekreasi
Pemerintahan
Kota
Permukiman
3 C Tamalate 2.021 Rekreasi
pantai dan
jasa
pariwisata
Perdagangan
Permukiman
Transportasi
darat
Pendidikan
Tinggi
4 D Rappocini 923 Jasa
Pelayanan
sosial/umum
Permukiman
Perdagangan
Pemerintahan/
perkantoran
5 E Panakkukang 1.715 Pusat
perdagangan
dan jasa
sosial
Permukiman
Pendidikan
tinggi
Ruang terbuka
hijau
36
Transportasi
darat (terminal
angkutan kota)
6 F Manggala 2.404 Permukiman Jasa
pelayanan
sosial/umum
Pendidikan
tinggi
Pariwisata
Ruang terbuka
hijau
7 G Tallo 583 Pariwisata
dan ruang
terbuka hijau
Jasa
pelayanan
sosial/umum
Permukiman
Jasa
pelayanan
kesehatan
8 H Tamalanrea 3.184 Pendidikan
tinggi dan
permukiman
Industri
Perdagangan
Jasa
pelayanan
sosial/umum
Transportasi
darat (AKAP)
9 I Biringkanaya 4.822 Industri dan
permukiman
Militer
Ruang terbuka
hijau/perkebun
an
37
Jumlah 17.576,8 Ha
Sumber: BPS, Makassar Dalam Angka 2013
6. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Penduduk kota Makassar tahun 2013 tercatat sebanyak
1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079
perempuan. Sementara itu jumlah penduduk kota Makassar
tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa, komposisi
penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio
jenis kelamin penduduk kota Makassar yaitu sekitar 92.17%,
yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk
laki-laki.
Penyebaran penduduk kota Makassar dirinci menurut
kecamatan menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi
diwilayah kecamatan tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau
sekitar 12.14 persen dari total penduduk, diusul kecamatan
rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11.40 persen). Kecamatan
panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10.73 persen), dan
kecamatan ujung pandang sebanyak 29.064 jiwa (2.28 persen).
Jika ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan
Makassar adalah terdapat sekitar 33.390 jiwa per km persegi,
disusul kecamatan mariso (30.457 jiwa per km persegi),
kecamatan bontoala (29.872 jiwa per km persegi), sedangkan
kecamatan biringkanaya merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km
persegi, kemudian kecamatan tamalanrea (2.841 jiwa per km
persegi), kecamatan manggala (4.163 jiwa per km persegi),
kecamatan ujung tanah (8.266 jiwa per km persegi), kecamatan
panakkukang (8.009 jiwa per km persegi).
38
B. TINJAUAN GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING DI KOTA
MAKASSAR
1. Perkembangan Olahraga Panjat Tebing Di Makassar
Belakangan ini olahraga Panjat tebing cukup banyak diminati
oleh masyarakat khususnya kalangan pemuda. Baik itu di
lingkungan akademisi, seperti sekolah, kampus, kantor maupun di
lingkungan kelompok atau klub yang berorientasi pada olahraga
alam bebas dengan panjat tebing sebagai salah satu sarananya
yang menamakan dirinya sebagai kelompok pencinta alam maupun
hanya sebagai klub panjat tebing. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil
survey di Kota Makassar terdapat kurang lebih 30 klub pencinta
alam belum termasuk organisasi pencinta alam lingkup sekolah.
Berikut hasil survey klub pencinta alam di Kota Makassar :
Tabel 6. Nama-nama Klub Pencinta Alam di Makassar
No Nama Lokasi
1 Mapala Poltek
Korpala Unhas
Mapala 09 FT-UH
Edelweis Sastra
Equilibrium – Ekonomi
Kompas – Sospol
Pal – Kehutanan
Careva – Hukum
Plat – Ilmu Tanah
Omega – Fisika
Mahadipa – STIMIK’
Mapala UIM
Mapala STIEK
Swara Bhuwana - UKIP
Tamalanrea
2. Mapala UMI Urip Sumoharjo Pettarani
39
Tekpala UMI
Cakra Buana UMI
Mapala 45
Mapala STIMIK Handayani
Affiliasi - Nitro
3 Mapala UVRI
Mapala UMM
Mapala STIEM Bongayya
Mapala YPUP
Mapalasta UIN
Mapala Atmajaya
Bawakaraeng,
Alauddin,
Tanjung
4 Sintalaras UNM
Mapatek UNM
Memesis UNM
Madipala UNM
Mahorpala UNM
Mahapati ATIM
Mapala UIT
Pettarani,Alauddin,Rappocini
Sumber : survey pribadi
Masyarakat awam masih menganggap olahraga ini sebagai
olahraga keras dan beresiko tinggi dan hanya dilakukan oleh
orang-orang yang bernyali dan berani. Padahal resiko kecelakaan
tersebut sangat bisa diminimalkan dengan menggunakan peralatan
dan pelatihan-pelatihan. Dan olahraga ini bisa diikuti semua
golongan umur, mulai dari anak-anak sampai orang tua, dengan
mengikuti arahan dan panduan oleh instruktur hingga akhirnya bisa
melakukan sendiri secara pribadi.
Dari kurang lebih 200 lembar kuisioner yang tersebar oleh pihak
FPTI Makassar yang ditujukan kepada mahasiswa, pelajar, dan
karyawan dapat dilihat minat akan olahraga ini sebesar :
40
Table 7. Analisis Tingkat Minat Terhadap Panjat Tebing
No. Minat masyarakat Presentase
1 peminat 55 %
2 penikmat 30 %
3 Tidak suka sama sekali 10 %
4 lainnya 5 %
(Sumber : FPTI Makassar)
Gambar 11. Analisis Minat Masyarakat Terhadap Panjat Tebing
Indoor
(sumber : survey pribadi berdasarkan pengamatan sehari-hari)
Selain itu dapat dilihat pula tingkat frekuensi pelaksanaan
olahraga climbing ini.
Table 8. Frekuensi Pelaksanaan Olahraga Panjat Tebing
No Pelaksanaan presentasi
1 Setiap hari 15 %
2 Kadang - kadang 30 %
3 Jarang 20 %
4 Tidak pernah 35 %
(Sumber : hasil analisis pribadi)
Hal ini terjadi karena fasilitas yang ada belum memadai dan
bahkan hampir tidak layak. Sarana olahraga panjat tebing sekarang
ini masih sekedar berada pada lingkup klub pencinta alam dan
untuk pembinaan atlit sul-sel secara khusus, sehingga masyarakat
secara umum belum bisa menikmati olahraga ini secara maksimal.
Selain itu juga karena berbagai kondisi alam maupun dari
lingkungan sehingga olahraga panjat tebing di luar ruangan tidak
40%
60%
minat terhadap panjat tebing …
outdoor
indoor
41
maksimal dilakukan, hal ini biasa terhalangi oleh hujan, sehingga
salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu penggunaan sarana
panjat dalam ruangan.
Menurut survey dan pengamatan pribadi minat masyarakat
terhadap indoor climbing sekitar 60 % dan outdoor climbing 40 %.
2. Sarana Olahraga Panjat Tebing di Makassar
Berdasarkan hasil survey tempat kegiatan panjat tebing,
berikut sarana – sarana olahraga panjat tebing yang ada di
Makassar.
- Wall climbing setinggi kurang lebih 7 meter dan lebar 1,2
meter milik Mapala 09 Teknik Unhas (outdoor), sarana ini
sering digunakan oleh anggota Mapala 09 sendiri dan
anggota – anggota mapala dari luar serta kadang – kadang
juga ada orang personal datang dan beraktifitas pada sarana
ini, namun keterbatasan tinggi wall dan jalur pemanjatan
yang kurang variatif menyebabkan para pemanjat cepat
jenuh.
Gambar 12. Dinding panjat Mapala 09 FT-UH
- Dinding panjat PU. Setinggi kurang lebih 18 meter dan lebar
3 meter (outdoor). Terdapat juga 2 papan panjat untuk
42
kategori speed namun kondisinya sudah tidak layak pakai.
Perlu di perbaharui.
Gambar 13. Dinding Panjat PU (kiri: papan speed, kanan :
papan lead)
Hingga saat ini tempat ini cukup sering dikunjungi
karena jalur pemanjatan yang cukup variatif dan bentuk
papan panjat ini sendiri menyerupai tebing sungguhan dan
terbuat dari bahan fiber. Namun seringkali kondisi cuaca
yang menghalangi aktifitas di sarana ini.
- Dinding panjat di sekolah angkatan laut Barombong
Gambar 14. Dinding Panjat Barombong
Sarana ini sangat bagus, dan dibuat sesuai kebutuhan
kompetisi. Namun karna keterbatasan ijin masuk oleh pihak
perguruan tinggi dan jarak yang cukup jauh dari kampus –
kampus lain menyebabkan sarana ini jarang dikunjungi oleh
para penggiat olahraga panjat tebing.
43
- Dinding panjat Korpala Unhas. Tinggi sekitar 18 meter dan
lebar sekitar 3 meter
Gambar 15. Dinding Panjat Korpala Unhas
Sarana ini sering digunakan oleh anggota Korpala
sendiri dan sesekali pemanjat yang berada di sekitar kampus
datang dan latihan pada dinding panjat ini, namun kondisi
cuaca juga yang sering menjadi penghalang penggunaan
sarana ini.
- Boulder SAR UH yang bertempat di dalam gedung PKM UH
Sarana ini cukup banyak dikunjungi karena satu –
satunya boulder indoor di sekitar Tamalanrea dan tepatnya
berada di dalam Kampus Unhas. Meskipun boulder ini milik
UKM SAR UH namun dapat digunakan oleh semua yang
ingin latihan disini. Hanya saja kekurangannya karena
kurang variatif dalam hal jalur dan kurang mendapat
perawatan karena ketidak-jelasan pengelola.
44
Gambar 16. Boulder SAR UH
- Boulder Mapala STIMIK Handayani
Sebenarnya sarana ini bagus dan dibuat sesuai dengan
kebutuhan kompetisi namun, karena tidak dikelola dan
dirawat maka terbiarkan begitu saja rusak, terlebih lagi
boulder ini terletak di luar ruangan sehingga terkena hujan
dan panas yang juga mempercepat kerusakan pada sarana.
Gambar 17. Boulder STIMIK Handayani
- boulder Mahadipa STIMIK Dipanegara cukup lebar dan
posisinya ternaungi oleh atap lapangan badminton yang
berada pada kampus STIMIK Dipanegara. Sarana ini cukup
bagus namun beberapa bagian sudah tidak dapat dipanjati
karena kerusakan poin (genggaman dan pijakan). Hal ini
terjadi karena kurang perawatan dan tidak dikelola dengan
baik.
45
Kemudian Mapala STIEK Tamalatea, Mapala UMI,
Sintalaras UNM, Mahapati ATIM, Mapala UVRI dan beberapa
Organisasi Pencinta Alam lainnya memiliki sarana papan panjat.
Sebagian berfungsi dan dapat digunakan namun
penggunaannya terbatas karena beberapa faktor, diantaranya
cuaca hujan papan rusak dan kurang nya peralatan dan kurang
baiknya pengelolaan nya.
3. Prestasi Olahraga dan Frekuensi Event Panjat Tebing di
Kota Makassar
Olahraga Panjat tebing Sulawesi Selatan di bawah
pembinaan Federasi Panjat Tebing Indonesia Pengda Sulawesi
Selatan telah mencapai kemajuan dan prestasi yang
memuaskan.
Berikut persentasi raihan prestasi panjat tebing Sul-Sel :
0
0,5
1
1,5
2
2,5
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
JUM
LAH
MED
ALI
EM
AS
TAHUN PELAKSANAAN EVENT
PERSENTASE RAIHAN MEDALI EMAS
Emas
Gambar 18. Grafik Persentasi Raihan Medali Emas
FPTI SulSel
46
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
JUM
LAH
MED
ALI
PER
AK
TAHUN PELAKSANAAN EVENT
PERSENTASE RAIHAN MEDALI PERAK
Perak
Gambar 19. Grafik Persentasi Raihan Medali Perak
FPTI Sulsel
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
JUM
LAH
MED
ALI
PER
UN
GG
U
TAHUN PELAKSANAAN EVENT
PERSENTASE RAIHAN MEDALI PERUNGGU
PERUNGGU
Gambar 20. Grafik Persentasi Raihan Medali
Perunggu SulSel
Prestasi – prestasi tersebut menunjukkan kemajuan yang
cukup pesat dalam olahraga Panjat Tebing di Sulawesi Selatan.
Berikut beberapa event panjat tebing skala internasional,
nasional dan lokal :
SEA Games, pesta olahraga yang diikuti oleh negara-
negara di ASEAN dilaksanakan setiap 2 tahun. Tahun
47
2011 Indonesia adalah tuan rumah perhelatan ini dan
memiliki hak khusus untuk memilih olahraga yang akan
di perlombakan waktu itu Indonesia memasukkan Panjat
Tebing sebagai salah satu cabang yang diperlombakan
(http://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asian_Games).
PON pekan olahraga nasional dilaksanakan setiap 4
tahun sekali dan panjat tebing sebagai salah satu
olahraga yang diperlombakan.
PORDA pekan olahraga daerah juga diselenggarakan
setiap 4 tahun dan panjat tebing sebagai salah satu
cabang olahraga yang diperlombakan.
Kejurnas Panjat Tebing dilaksanakan setiap tahun.
Kejurda panjat tebing dilaksanakan menjelang PORDA .
Serta event-event lokal yang biasa diadakan oleh klub
atau pihak tertentu dalam setahun bisa di helat 3-5
event.
48
C. ANALISIS PENDEKATAN PENGEMBANGAN GEDUNG
OLAHRAGA PANJAT TEBING
1. Pengelolaan Gedung Olahraga Panjat Tebing
Struktur organisasi pengelola Gedung Olahraga Panjat
Tebing dapat digambarkan sebagai berikut :
Skema 1. Struktur Organisasi Pengelola Olahraga Gedung
Olahraga Panjat Tebing
ketua
Sekertaris Ketua II Ketua I
Bendahara
Kabid pend.
& latihan
Kabid
pembinaan
Subbid
kurikulum
Subbid
pengajaran
Subbid
penelitian
Subbid
pelatih
Subbid atlet
Subbid
akomodasi
Kabid
kompetisi
Kabid
pariwisata
Subbid humas
&
dokumentasi
Subbid
promosi
Subbid juri dan
jalur
Subbid atlet
Subbid pra
sarana lomba
Subbid
prasarana
wisata
Kabid
organisasi
Subbid dana Subbid
sarana
umum
Subbid
kesehatan
Subbid tata
usaha
49
2. Lingkup Pelayanan dan Kapasitas Tampung Gedung
Olahraga Panjat Tebing
a. Lingkup pelayanan
Wadah ini akan melayani wilayah daerah Sulawesi
Selatan untuk kegiatan panjat tebing secara umum dan juga
dipersiapkan untuk melayani kegiatan panjat tebing secara
khusus baik dalam even tingkat lokal, nasional maupun
internasional. Hal ini sangat memungkinkan karena fasilitas
yang disediakan mengikuti standar internasional yang
berlaku, baik persyaratan teknis maupun non teknis.
b. Daya Tampung
Perhitungan daya tampung akan dihitung khusus untuk
olahraga panjat tebing. Berdasarkan dari jumlah
perkembangan atlet panjat tebing di Sulawesi Selatan, maka
kapasitas tampung dari wadah ini disesuaikan dengan
jumlah atlit sendiri serta kondisi kependudukan dan
perkiraan jumlah atlit yang mengikuti pertandingan. Untuk
lebih jelasnya faktor-faktor yang menentukan kapasitas
tampung dari wadah ini adalah :
1) Untuk pendidikan dan pelatihan berdasarkan presentase
kependudukan yang potensial, yakni yang berusia 7-19
tahun.
2) Untuk pemakai masyarakat umum sebagai fasilitas
olahraga maupun rekreasi dipersiapkan dari fasilitas yang
ada.
Perkembangan olahraga panjat tebing di Sulawesi
Selatan (Kota Makassar) diperkirakan akan meningkat 25%
setiap tahunnya dengan tersedianya fasilitas yang memadai.
Dan untuk mengadakan olahraga kejuaraan tingkat nasional
bila setiap kategori panjat tebing diperlombakan berarti untuk
50
setiap kontingen terdiri dari 12 atlet serta 1 official dan 1
instruktur.
1) Prediksi jumlah atlit dan penonton yang akan diwadahi
dalam gedung olahraga panjat tebing adalah :
Dengan menggunakan rumus pertumbuhan penduduk
Pn = P0 (1 + I)n
Di mana :
Pn = jumlah penduduk tahun proyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun dasar
n = jangka waktu dalam tahun
I = presentase pertambahan penduduk
(Sumber:http://sulsel.bps.go.id/subyek/3/115/luas-
daerah-jumlah-penduduk-dan-kepadatan-penduduk-
menurut-kabupaten-kota-di-sulawesi-selatan-2013)
Sehingga,
Jumlah atlet (yang dimaksudkan adalah atlit profesional)
di tahun 2020 dapat dihitung dengan penggunaan rumus
seperti di atas :
(jumlah atlit 337 dapat dilihat pada Bab 1)
Sedangkan jumlah atlet yang produktif, 55% (dapat dilihat
pada tabel 7), maka jumlah atlet di Kota Makassar yang
akan aktif menggunakan gedung ini adalah :
(jumlah di atas tidak dimaksudkan berada dalam gedung
pada waktu yang bersamaan).
2) Jumlah per periode latihan dan jenis kegiatan tertentu
51
Untuk kegiatan utama pengguna secara umum
Di asumsikan waktu latihan yang ditentukan oleh
pengelola adalah 6 hari dalam seminggu (kecuali
minggu), dimana dalam 1 hari waktu efektif gedung
terbuka jam 9 pagi sampai jam 10 malam
Jumlah pengguna umum tidak di batasi dalam hal ini.
Kegiatan belajar teori untuk anak-anak
Kegiatan kursus/belajar teori untuk anak-anak
dilaksanakan setiap hari (kecuali minggu) dengan dua
gelombang, satu gelombang di laksanakan 3 hari
dalam seminggu dengan hari yang berselang. Jumlah
1 gelombang adalah 10 anak.
Kegiatan belajar teori untuk remaja dan dewasa
Kegiatan belajar teori untuk remaja dan dewasa juga
dilaksanakan setiap hari (kecuali minggu) dengan 2
gelombang, satu gelombang di laksanakan 3 hari
dalam seminggu dengan hari yang berselang. Jumlah
1 gelombang adalah 20 orang.
Untuk kompetisi
1. Kompetisi di luar Makassar (gedung ini bukan
sebagai tempat lomba)
Dalam hal ini maka latihan terkhusus pada atlit
yang akan mewakili Sulsel yakni atlit FPTI
Makassar. Sebuah kompetisi panjat tebing
biasanya memperlombakan 12 kategori sehingga
jumlah atlit yang dipersiapkan adalah 12 atlit.
Beserta 1 manajer 1 pelatih dan 1 official. 12 atlit
yang dipersiapkan ini akan menjalani latihan
intensif menjelang lomba setiap hari pagi dan
sore.
52
2. Kompetisi sebagai tuan rumah (gedung ini
menjadi tempat pelaksanaan)
o Jika lomba nya adalah lomba nasional maka
kemungkinan peserta yang akan datang
mewakili propinsinya masing-masing adalah,
32 provinsi x (12 atlit + 1 manajer + 1 pelatih +
1 official) = 480 orang, jika semua kategori
lomba diperlombakan.
o Jika lomba nya adalah lomba lokal sulawesi
selatan, maka kemungkinan peserta yang akan
datang mewakili kabupaten/FPTI cabang
adalah, 13 cabang x (12 atlit + 1 manajer + 1
pelatih + 1 official) = 195 orang. Jika semua
kategori lomba diperlombakan.
3) Penonton
Penonton yang datang ada dua macam yaitu
atlit/pemanjat itu sendiri yang sedang tidak bertanding
dan masyarakat umum ( teman peserta lomba atau
sekedar penikmat dan peminat olahraga panjat tebing)
dapat diperkirakan 50 % dari jumlah atlit tahun sekarang
yaitu :
50 % x 337 = 168 orang
Ditambah peminat yang mungkin datang (tabel 7)
Yaitu 55% dari 200 = 110 orang
Total maksimal penonton adalah 278 orang
4) Pengelola Gedung
Diperkirakan jumlah pengelola di dalam gedung
olahraga panjat tebing sebagai berikut :
Ketua, 1 orang
Ketua 1 dan 2, 2 orang
Sekretaris, 1 orang
53
Bendahara, 1 orang
Kabid 5 orang + anggota (kasubbid) 16 orang
Instruktur 30 orang (termasuk jumlah kasubbid)
sisanya 14 orang
Kebersihan 10 orang
Keamanan 2 orang
Administrasi 6 orang
Total = 58 orang
5) Wartawan
Untuk wartawan media cetak dan media foto
dibatasi hanya 10 orang maksimal untuk satu kejuaraan
dan untuk kru televisi hanya 24 orang ditambah dengan
kru radio 3 orang.
3. Jenis dan Pengelompokan Kegiatan Gedung Olahraga
Panjat Tebing
a. Jenis kegiatan
Secara garis besar terbagi tiga yaitu :
1) Merupakan kegiatan keolahragaan untuk pembinaan dan
peningkatan prestasi atlet. Sebagai tempat pemusatan
latihan dalam menghadapi suatu event atau lomba.
2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk para
olahragawan panjat tebing beserta penunjangnya baik
menyangkut pelajarnya sendiri maupun kegiatan yang
sifatnya administratif/pengelola.
3) Merupakan wadah yang sifatnya untuk rekreasi, hal ini
dapat menunjang fungsi wadah sehingga bertambah nilai
kegunaannya.
b. Pengelompokan kegiatan
Secara garis besar terbagi kelompok sebagai berikut :
a. Kegiatan pengelolaan
Administrasi karyawan/pengurus
54
Administrasi pemakaian fasilitas
Kegiatan pengontrolan fasilitas terhadap
pengguna kegiatan pada gedung olahraga panjat
tebing.
b. Kegiatan pendidikan dan latihan
Merupakan kegiatan utama yang meliputi
Pendidikan teori
Pendidikan praktek
Kegiatan pemeriksaan kesehatan
Kegiatan Penelitian
c. Kegiatan pembinaan
Merupakan kegiatan yang diutamakan untuk para
atlet olahraga climbing yang meliputi :
Kegiatan latihan ketahanan fisik
Kegiatan latihan peningkatan prestasi
Kegiatan akomodasi/menginap
d. Kegiatan perlombaan
Merupakan kegiatan yang sifatnya berkala atau
sewaktu-waktu apabila diadakan kegiatan perlombaan
tingkat daerah, nasional maupun internasional.
e. Kegiatan rekreasi
Merupakan kegiatan tambahan yang pelakunya
adalah masyarakat umum yang ingin menikmati atau
mencoba olahraga panjat tebing atau sekedar menikmati
fasilitas penunjang lainnya seperti gym café dan resto dll.
4. Identifikasi Pelaku Kegiatan Gedung Olahraga Panjat
Tebing
a. Unsur pelatih/instruktur
Merupakan pelaksana dalam member pembinaan
serta pelatihan olahraga panjat tebing karena dalam
pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan diperlukan
55
pelatih/pendidik untuk mengajar dengan dibantu asisten
pelatih.
b. Unsur siswa
Mereka yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pada
sarana olahraga climbing yang memiliki minat dan bakat
pada olahraga climbing. Unsur siswa ini dapat berasal dari
masyarakat umum ataupun siswa dari suatu sekolah atau
kampus yang berkaitan dengan olahraga ini.
c. Unsur olahragawan/atlet
Atlet yang mengikuti pembinaan serta latihan yang
terdiri dari kelompok junior dan senior menurut golongan
umur dan bidang olahraga panjat tebing.
d. Unsur pengelola
Merupakan pengelola administrasi dari kegiatan
organisasi olahraga panjat tebing, keamanan, SAR dan tim
kesehatan. Pengelola pusat olahraga panjat tebing ini dapat
diangkat dari orang-orang yang bergelut di bidang ini,
misalnya mantan atlet(umur sudah tidak memungkinkan
untuk masuk dalam kategori manapun) sedangkan pengelola
sarana panjat tebing yaitu FPTI Sulawesi Selatan yang
merupakan komponen dari unsur KONI dan bekerjasama
dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.
e. Unsur pengunjung
Masyarakat yang memanfaatkan fasilitas gedung
olahraga panjat tebing sebagai sarana olahraga dan
rekreasi. Dapat pula merupakan kelompok penonton event
atau lomba, bias juga pengunjung yang melakukan
penelitian atau semacamnya.
5. Identifikasi Kegiatan Gedung Olahraga Panjat Tebing
a. Kegiatan Pengelolaan
Macam kegiatan :
56
1) Pengelolaan administrasi
2) Pelayanan ke dalam dan keluar
3) Pertemuan/rapat
4) Konsultasi
5) Pelayanan akomodasi atlit dan pelatih
Skema 2. Pola Kegiatan Pengelola
b. Kegiatan pendidikan dan latihan
Kegiatan ini dapat dibedakan antara :
1) Kegiatan pendidikan (teori)
Merupakan proses belajar dasar–dasar olahraga
panjat tebing secara teori. Kegiatan ini dapat dibedakan
atas:
Bertatap muka langsung dengan pelatih sesuai
dengan materi yang dibawakan.
Berdiskusi sesama siswa
Pengamatan cuplikan pertandingan lewat
audiovisual.
Skema 3. Pola Kegiatan Pendidikan
2) Kegiatan belajar praktek
Merupakan proses belajar ruang disertai latihan
dengan penerapan langsung. Macam kegiatan :
Datang Ruang sesuai bidang masing - masing
Parker pengelola Istirahat
Pulang
Datang Ruang sesuai bidang masing-masing
pulang
57
Latihan fisik berupa latihan beban, aerobic dan an
aerobic
Peningkatan keterampilan (single rope technique,
bouldering dll)
Latihan untuk pertandingan
Skema 4. Pola Kegiatan Belajar Praktek
3) Kegiatan pemeriksaan kesehatan
Merupakan kegiatan untuk mengontrol
perkembangan kesehatan atlit, macam kegiatan :
Konsultasi kesehatan
Poliklinik umum
Skema 5. Pola Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan
4) Kegiatan penelitian
Merupakan kegiatan yang bersifat penelitian dan
pencatatan data yang meliputi :
Pencatatan rekor kecepatan atlit
Bidang ilmu gizi
Bidang ilmu sosial budaya
Skema 6. Pola Kegiatan Penelitian
Datang Mengikuti latihan praktek di dalam ruangan
pulang
Datang Konsultasi kesehatan Pulang
Pengobatan
Datang Melakukan penelitian
Pulang istirahat
58
5) Kegiatan pembinaan
Merupakan kegiatan pemusatan latihan bagi para
atlit Panjat Tebing yang akan mengikuti kompetisi atau
lomba. Kegiatan latihan ketahanan fisik ini seperti
jogging, cardiovascular, kelenturan, dll.
Skema 7. Pola Kegiatan Latihan Ketahanan Fisik
6) Kegiatan latihan peningkatan prestasi
Merupakan pemusatan latihan Teknik pemanjatan
dan strategi perlombaan dengan tujuan meningkatkan
prestasi.
Skema 8. Pola Kegiatan Latihan Peningkatan Prestasi
7) Kegiatan akomodasi
Merupakan kegiatan pelayanan bagi peserta latihan
berupa akomodasi dan fasilitas-fasilitas lainnya yang
mendukung.
Skema 9. Pola Kegiatan Akomodasi
Datang Latihan
Pulang Istirahat
Datang Pemanasan
Pulang Latihan di dinding panjat
Datang Membersihkan badan Makan/minum
istirahat
mencuci
tidur
59
8) Kegiatan perlombaan
Kegiatan berkala yang dilakukan oleh
atlit/kontingen peserta lomba. Macam kegiatan :
Menginap/akomodasi
Pengurusan administrasi
Mengikuti acara pembukaan Lomba/event
Mengikuti lomba/event
Istirahat
Skema 10. Pola Kegiatan Perlombaan
9) Kegiatan rekreasi
Merupakan kegiatan yang bersifat santai yang
dilakukan oleh pengunjung. Macam kegiatan :
Menonton perlombaan
Fun Climbing
Makan/minum
Skema 11. Pola Kegiatan Rekreasi
Datang Pengurusan administrasi
Upacara Pembukaan Menginap/akomodasi
Istirahat Mengikuti lomba
Pulang
Masuk
Datang
Parkir
Informasi
Menonton
Keluar Pulang
Membeli makan dan
minum
Menyewa peralatan
permainan
60
6. Pengelompokan Fasilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing
Berdasarkan kegiatan yang ada maka fasilitas yang
dibutuhkan terdiri dari beberapa kelompok yaitu :
a. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
1. Fasilitas latihan teori
2. Fasilitas latihan praktek
3. Fasilitas pemeriksaan kesehatan
4. Fasilitas laboratorium
5. Fasilitas latihan fisik
b. Kegiatan Pembinaan atlit
1. Fasilitas latihan fisik/olahraga
2. Fasilitas latihan panjat tebing
3. Fasilitas gudang peralatan
4. Fasilitas akomodasi
c. Kegiatan Perlombaan
1. Fasilitas informasi
2. Fasilitas akomodasi
3. Fasilitas konferensi pers
4. Fasilitas gudang peralatan
5. Fasilitas tribun penonton
6. Fasilitas ruang tunggu atlit
7. Fasilitas ruang karantina
8. Fasilitas dinding panjat
d. Kegiatan Rekreasi
1. Fasilitas parkir
2. Fasilitas informasi
3. Fasilitas makan/minum
4. Fasilitas bermain
5. Fasilitas penyewaan peralatan
6. Fasilitas Belanja peralatan
e. Kegiatan pengelolaan administrasi organisasi
61
1. Fasilitas kantor
2. Fasilitas keamanan
3. Fasilitas kesehatan
4. Fasilitas gudang peralatan
5. Fasilitas perawatan peralatan
6. Fasilitas mekanikal dan elektrikal
7. Fasilitas penunjang lainnya.
7. Pola Hubungan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat Tebing
Secara garis besar pola hubungan kegiatan dapat
digambarkan dalam bentuk skema berdasarkan :
a. Pelaku kegiatan
b. Sifat, karakter dan macam kegiatan
c. Proses kegiatan
Hal-hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pola
hubungan kegiatan antara lain :
a. Masing-masing kegiatan tidak mengganggu
b. Flow sirkulasi dari masing-masing pelaku kegiatan yang
seefisien dan seefektif mungkin.
c. Untuk mendapatkan kemudahan dalam operasional dan
penggunaan fasilitas.
8. Aksebilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing
Untuk melayani komunitas masyarakat kota Makassar
akan olahraga panjat tebing maka Gedung Olahraga Panjat
Tebing berlokasi di kawasan yang mudah dijangkau oleh semua
pihak yaitu di pusat kota di daerah Panakukang Atau Rappocini
kawasan Tanjung bunga dan Tamalanrea dapat menjadi
alternatif yang selanjutnya akan di bahas di Bab selanjutnya.
Ketentuan untuk bangunan olahraga ditetapkan bahwa waktu
tempuh dengan kendaraan dari pusat kota maksimal 25 menit
atau 16 kilometer.
62
9. Sasaran Pelayanan
Adapun yang menjadi sasaran direncanakannya Gedung
Olahraga Panjat Tebing di Kota Makassar adalah :
a. Pegawai
Kelompok ini dianggap sebagai kelompok yang sangat
membutuhkan olahraga dan rekreasi untuk mengembalikan
kesegaran tubuh dan fikiran. Hasil survey lapangan
diperoleh bahwa kelompok pegawai memiliki presentase
terbesar pengguna jasa olahraga dan rekreasi pada malam
hari dan hari minggu.
b. Mahasiswa dan pelajar
Kelompok ini juga membutuhkan sarana olahraga dan
rekreasi untuk refresing dan wadah untuk membuka
wawasan dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang
bermanfaat. Kelompok ini menduduki urutan kedua terbesar
setelah pegawai dalam penggunaan jasa olahraga dan
rekreasi.
c. Masyarakat umum
Terdiri dari berbagai kalangan dan usia untuk
berolahraga, refresing, membuka wawasan, meningkatkan
daya kreatifitas dan bersosialisasi.
d. Anak – anak usia minimal 5 tahun
Kelompok ini membutuhkan olahraga untuk kesehatan
jasmani dan untuk memperkuat otot dan kemampuan
motorik sejak dini.
63
Gambar 21. Survey Tingkat Kebutuhan Olahraga Dan Rekreasi
(sumber : hasil analisis pribadi)
D. PERSYARATAN FISIK DAN NON FISIK
1. Pendekatan konsep perancangan makro
Penentuan Lokasi
a. Dasar Pertimbangan
1) Rencana Tata Guna Lahan dan kebijaksanaan
pemerintah terhadap pengembangan kawasan pusat
kota.
2) Rencana pemerintah untuk mengisi lahan peruntukan
dikawasan pusat kota.
3) Berada pada kawasan olahraga dan pendidikan serta
dilalui oleh jalur transportasi kota.
4) Tersedia sarana utilitas kota seperti jaringan air,
telepon, listrik dan riol kota
5) Lokasi dapat menunjang keberadaan gedung
Olahraga Panjat Tebing.
b. Kriteria
1) Lokasi berada pada daerah yang mudah dan cukup
dekat untuk dijangkau dari fungsi-fungsi bangunan
seperti kampus, sekolah, kantor, permukiman dan
pusat jajanan.
64
2) Di daerah yang mendukung aktifitas olahraga
kampus/perkuliahan, dan pariwisata.
3) Letak yang strategis dan mudah dicapai dari segala
arah
4) Terdapat potensi fasilitas penunjang seperti adanya
bangunan yang bersifat olahraga penginapan dan
permukiman.
5) Tersedianya sarana dan prasarana seperti
kelengkapan jaringan utilitas.
2. Pendekatan konsep perancangan Mikro
1. Area pemanjatan/lomba dan penonton
- Kategori boulder (jalur pendek)
Gambar 22. Arena Pemanjatan Boulder
65
- Kategori lead (jalur panjang) dan speed (kecepatan)
Gambar 23. Arena Pemanjatan Lead Dan Speed
2. Area pengelola/administrastif
- Ruang pimpinan
Gambar 24. Tipikal Ruang Pimpinan
(sumber: Time Saver Building Types)
- Ruang rapat
Gambar 25. Tipikal ruang rapat/konferensi
(sumber: Time Saver Building Types)
- Ruang belajar
66
Gambar 26. Standar ruang kelas/ruang belajar
(sumber: Data Arsitek Edisi Ketiga)
3. Area penunjang
- Restauran dan cafe
67
Gambar 27. Standar layout restauran
(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)
- Fitness
Gambar 28. Contoh Ruang Fitness
(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)
68
- Sauna
Gambar 29. Layout Standar Untuk Sauna
(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)
E. KESIMPULAN
1. Kesimpulan Umum
Olahraga panjat tebing merupakan salah satu olahraga
yang banyak diminati dan mulai dikenal luas di Indonesia. FPTI
69
atau Federasi Panjat Tebing Indonesia hampir ada di seluruh
provinsi yang ada di Indonesia bahkan sampai pada tingkat
Kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa badan pengelola sudah
ada dan siap untuk mewadahi minat dan bakat dalam bidang
yang satu ini.
Fakta lain yang mengungkapkan perkembangan climbing
di Indonesia adalah banyak nya atlit – atlit panjat nasional yang
berhasil menjuarai kejuaraan – kejuaraan bergengsi, salah satu
contoh nya pada SEA GAMES tahun 2011 lalu di Palembang
atlit panjat speed putra-putri Indonesia berhasil meraih medali
emas . (sumber : www.detiksport.com). Belum lagi pada
kejuaraan – kejuaraan sebelumnya.
Tidak hanya yang berprofesi sebagai atlit yang melakoni
olahraga ini, namun divisi panjat tebing seluruh organisasi
pencinta alam yang hampir ada di seluruh kampus dan
beberapa sekolah di seluruh Indonesia juga membutuhkan
sarana untuk menyalurkan minat dan bakat dalam olahraga ini.
Berdasarkan pada kebutuhan kebutuhan inilah maka terpikirkan
sebuah wadah yang dapat memenuhi kebutuhan para pemanjat
tersebut. Sebuah indoor climbing bisa menjadi satu solusi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya mengapa memilih
sarana indoor agar orang dapat memilih waktu sesuai
kebutuhan dan tidak terkendala lagi masalah cuaca hujan atau
panas, siang atau malam.
Di Makassar, cukup banyak atlit panjat yang memiliki
prestasi dan kemampuan yang sangat baik. Namun menurut
survey, sebagian besar atlit – atlit yang berdomisili di Makassar
di rekrut oleh provinsi lain. Hal ini terjadi karena kurang
seriusnya pihak FPTI Makassar sendiri dalam mewadahi bakat
dan minat tersebut. Namun hal ini juga terjadi karena
kurangnya sarana yang terdapat di Makassar. Terdapat
70
beberapa namun terbatas dalam hal waktu pemakaian dan
jumlah serta kualitas sarana itu sendiri. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut sebuah gedung olahraga panjat
tebing bisa menjadi solusi yang baik sehingga semua
kebutuhan kegiatan olahraga panjat tebing ini dapat diwadahi
dengan baik dan juga dinikmati bagi semua kalangan yang
tertarik ataupun yang telah menggeluti olahraga panjat tebing.
2. Kesimpulan Khusus
- Setelah memperhatikan dasar pertimbangan dan kriterianya
lokasi yang cocok untuk gedung olahraga panjat tebing
berada pada kecamatan panakukang dan rappocini untuk
selanjutnya akan dilakukan pembobotan untuk mendapatkan
lokasi yang benar-benar cocok serta pemilihan dan
pengolahan tapak.
- Terdapat 6 kegiatan yang akan diwadahi peruangannya,
yaitu,
1. Kegiatan pendidikan dan latihan
2. Kegiatan pembinaan atlit
3. Kegiatan pengelola umum
4. Kegiatan hiburan dan penunjang
5. Kegiatan utama panjat tebing
6. Kegiatan kompetisi
71
BAB IV
TATA FISIK
A. Konsep Perencanaan Makro
1. Penentuan Lokasi
Berdasarkan fungsi objek perencanaan, yaitu sebagai
wadah olahraga dan hiburan yang bersifat edukatif rekreatif,
maka faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan antara
lain:
a. Rencana Induk Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar
yang membagi kota dalam bagian-bagian menurut rencana
pengembangannya berupa fungsi utama dan fungsi
penunjang.
Sebagai suatu sistem wilayah, kota terbentuk oleh adanya
interaksi antara bagian-bagian yang memiliki fungsi tertentu.
Gedung olahraga panjat tebing direncanakan akan berada
pada bagian wilayah kota yang mudah di akses dari lokasi-
lokasi universitas, permukiman dan perkantoran.
b. Rencana kawasan olahraga terpadu Kota Makassar, jika
dapat di sesuaikan dengan poin a.
c. Rencana kawasan hiburan atau sarana pariwisata Kota
Makassar, jika dapat di sesuaikan dengan poin a.
d. Lingkungan sosial masyarakat, dalam hal ini tingkat
dukungan dan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
struktur lingkungan atau budaya dan kebiasaan yang akan
ikut bersama kemunculan perwadahan.
e. Aksebilitas, yaitu :
Tingkat jangkauan masyarakat umum, pelajar dan
mahasiswa sebagai pengguna perwadahan dengan
pemanfaatan eksisting atau rencana jalur transportasi
umum massal yang mudah, praktis dan lancar.
72
Tingkat jangkauan dari pusat-pusat transit
transportasi antar kota, daerah, pulau dan negara.
f. Jaringan utilitas kota, eksisting maupun rencana berupa
jaringan jalan, drainase, suplai air bersih dan jaringan
komunikasi.
Tersedianya jaringan utilitas yang baik, seperti jaringan
air bersih, listrik, telepon, drainase dan sebagainya pada
lokasi ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan
Gedung Olahraga Panjat Tebing. Pada saat ini pelayanan air
bersih dari PDAM kadang bermasalah dan belum dapat
menjangkau seluruh bagian wilayah kota, demikian pula
dengan pelayanan jaringan telepon. Kebutuhan energi listrik
dilayani oleh dua unit PLTU, tiga unit PLTG dan dua unit
PLTD yang dibantu oleh beberapa gardu induk. Pelayanan
energi listrik telah hampir menjangkau seluruh bagian
wilayah kota.
g. Jangkauan dan hubungan dari kawasan olahraga,
pariwisata, pendidikan dan jasa andalan Kota Makassar
serta fasilitas pendukungnya untuk mendukung nilai edukatif
dan lingkup pelayanan perwadahan.
Maka kriteria dalam pemilihan lokasi berdasarkan
pertimbangan faktor penentu dalam memilih lokasi Gedung
Olahraga Panjat Tebing, yaitu:
1) Memiliki tingkat kemungkinan dukungan yang tinggi dari
masyarakat lingkungannya.
2) Lokasi dapat dicapai dengan mudah
3) Keberadaan fungsi penunjang seperti fungsi komersil,
hotel, perkantoran dan permukiman.
4) Kepadatan lingkungan kawasan sedang
5) Tersedia utilitas kota yang baik seperti jaringan air bersih,
listrik, telepon, sanitasi dan sebagainya pada lokasi yang
73
sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan
Gedung Olahraga Panjat Tebing.
6) Hubungan dan jangkauan yang mudah dari pusat kota.
Gambar 30. Alternatif Pemilihan Lokasi
Dengan berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka
dipilih alternatif lokasi adalah alternatif 1 Kecamatan
Panakukang dan alternatif 2 Kecamatan Rappocini
dengan analisa pemilihan lokasi sebagai berikut :
1. Alternatif 1 (Kecamatan Panakukang)
Berada pada zona perdagangan, pelayanan
jasa sosial transportasi darat, pendidikan
dan pemukiman
Faktor Aksebilitas tinggi
Dilalui transportasi kota
Tidak tersedia areal yang sesuai dengan
kebutuhan
2
1
74
Areal kurang berpotensi dalam
pengembangan
2. Alternatif 2 (kecamatan Rappocini)
Berada pada zona perdagangan, pelayanan
jasa sosial, transportasi darat, permukiman
pendidikan dan perkantoran.
Faktor aksebilitas tinggi.
Dilalui transportasi kota.
Tersedia areal yang sesuai dengan
kebutuhan berupa lahan kosong.
Lokasi berpotensi untuk pengembangan.
Maka berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas,
maka alternatif yang paling mendukung keberadaan
Gedung Olahraga Panjat Tebing adalah Kecamatan
Rappocini.
2. Pemilihan Site/tapak
a. Dasar Pertimbangan
1) Luasan tapak
2) Kondisi lingkungan yang sesuai dan mendukung
pengadaan Gedung Olahraga Panjat Tebing
3) Kondisi tapak (daya dukung tanah dan topografi)
4) Aksebilitas ke tapak baik
5) Jalur transportasi kota
6) Memiliki prasarana lingkungan kota/utilitas
b. Kriteria
1) Luas lahan yang cukup
2) Dekat dengan fasilitas akomodasi rekreasi dan
hiburan
3) Tidak menimbulkan kemacetan
4) Tingkat kebisingan rendah
75
5) Dapat dijangkau dengan transportasi umum dan
pribadi
6) Potensi view yang mendukung
Alternatif 1
Gambar 31. Alternatif 1
Luas lahan :
1) Luas tampak mencukupi
2) Tidak menimbulkan kemacetan
3) Tingkat kebisingan tinggi
4) Potensi view yang mendukung
5) Dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan
pribadi
Alternatif 2
Gambar 32. Alternatif 2
76
Luas lahan:
Luas A = 95 m x 150 m = 14250 m²
Luas B = 72 m x 5 m = 360 m²
Luas C = ½ x 18 m x 5m = 45 m²
Luas Lahan = A + B + C = 14250 + 360 + 45 = 14.655 m²
1) Luas tampak mencukupi
2) Tidak menimbulkan kemacetan
3) Tingkat kebisingan tinggi
4) Potensi view yang mendukung
5) Kondisi lingkungan sekitar mendukung
6) Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.
Tabel 9. Analisa penentuan site berdasarkan sistem
pembobotan
Kriteria Bobot (B) Alternatif 1 Alternatif 2
Nilai (N) B x N Nilai (N) B x N
A 3 6 18 8 24
B 3 8 24 8 24
C 3 6 18 8 24
D 2 6 12 6 12
E 3 8 24 8 24
F 2 8 16 8 24
Total nilai 112 132
Keterangan :
Bobot Nilai
1 = kurang penting 2 = tidak mendukung
2 = penting 4 = kurang mendukung
3 = sangat penting 6 = mendukung
8 = sangat mendukung
Jadi tapak terpilih adalah, alternatif 2
77
Gambar 33. Foto Udara Tapak
Gambar 34. Existing Tapak
3. Pendekatan Pengolahan Tapak
Pengolahan tapak bertujuan untuk memanfaatkan
semaksimal mungkin kondisi-kondisi yang ada. Dasar
pertimbangan dalam pengolahan tapak antara lain :
a. Analisa Tapak
Analisa tapak bertujuan mengkaji keadaan dan potensi
tapak sehingga dikembangkan dan diolah untuk mendukung
78
perencanaan. Hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam
pengolahan tapak.
Analisa ini menggambarkan lingkungn sekitar tapak
yang langsung berbatasan, mungkin sebanyak tiga atau
empat blok di luar perbatasan tapak. Ini dapat diperluas
sampai meliputi suatu faktor penting dan memperhatikan tata
guna yang ada. Bangunan-bangunan dan kondisi-kondisi
yang mungkin menimbulkan suatu dampak.
Tujuannya :
- Untuk mengetahui sejauh mana keadaan tata lingkungan
berpengaruh terhadap tapak dan sebaliknya.
- Untuk mengetahui pola sirkulasi pencapaian dari dan ke
lokasi tapak (sirkulasi eksternal dan internal tapak).
Gambar 35. Existing Condition
b. Orientasi matahari
Existing condition:
Pencahayaan efektif matahari yaitu antara pukul 06.00
sampai 18.00
Tanggapan rancangan :
- Bayangan yang terbentuk di rencanakan sebagai open
space.
- Penggunaan vegetasi untuk meminimalisir matahari
sore.
79
Gambar 36. Orientasi Matahari
c. Ukuran/luas lahan dan tata wilayah
Menyangkut luasan tapak, lebar jalan dan peraturan
jalan setempat, menyangkut Koefisien Lantai Bangunan
(KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan
Jalan (GSJ), Koefisien Tutup Hijau (KTH), maksimal tinggi
bangunan dan lain sebagainya. Ukuran/luas lahan sangat
perlu diperhatikan karena besarnya menyangkut ruang gerak
dan kebutuhan skala ruang.
Gambar 37. Ukuran Tapak
d. Aksebilitas dan transportasi
Existing Condition :
- Tapak dapat di akses melalui kendaraan pribadi,
angkutan umum massal dan berjalan kaki.
80
- Dapat dijangkau dan menjangkau dari dan ke luar kota
dengan sekali pergantian moda transportasi bagi kelas
menengah ke bawah.
- Sirkulasi kendaraan satu arah
Tanggapan Rancangan :
- Pemisahan yang jelas antara ruas jalur sirkulasi bagi
kendaraan pribadi, angkutan umum dan pejalan kaki di
depan tapak dengan menggunakan pembatas tengah.
Penambahan instrumen-instrumen bagi keamanan
pejalan kaki.
- Penempatan entry dan exit way pada sisi tapak yang
berbatasan langsung dengan poros jalan utama.
e. Sirkulasi dan pencapaian
Perlu kejelasan pencapaian dan sirkulasi yang tegas
bagi kegiatan umum dan servis serta kemudahan dan
keamanan dari masing-masing kegiatan dan perlu
pemisahan antara sirkulasi kendaraan dan manusia.
Kriteria penentu :
- Ketegasan pencapaian dan sirkulasi yang jelas dari dan
ke dalam tapak.
- Pengelompokan sistem pencapaian dan sirkulasi antara
kendaraan dan manusia.
- Hubungan tapak dan lingkungan sekitar
Sirkulasi
Pola sirkulasi kendaraan harus
mempertimbangkan faktor kelancaran dan
kejelasan, sedangkan pola sirkulasi manusia, di
samping harus jelas juga harus
mempertimbangkan faktor keamanan dan
kemudahan bagi pemakainya. Sedapat mungkin
81
dihindari terjadinya sirkulasi silang antara sirkulasi
kendaraan dan sirkulasi manusia dengan
mempertimbangkan intensitas masing-masing
sirkulasi.
Pencapaian dibagi menjadi pencapaian utama
(main entrance) dan pencapaian sekunder (side
entrance), dimana dalam penempatannya harus
mempertimbangkan :
o Tingkat kepadatan arus lalu lintas
o Intensitas dan frekuensi kendaraan
o Arus kendaraan dan pola pedestrian
o Kemudahan dalam pencapaian, baik oleh
pejalan kaki, kendaraan umum dan pribadi,
kendaraan pengelola dan kendaraan servis
Gambar 38. Sirkulasi dan Pencapaian
f. Penzoningan
Faktor penentu penzoningan meliputi sifat hubungan
antar pelaku kegiatan yang berlangsung pada tapak
tersebut. Dalam menentukan penzoningan bangunan pada
tapak perlu dipertimbangankan pada :
82
Bentuk dan fungsi bangunan yang berbeda
Kondisi dan luas tapak
Efektifitas pencapaian
Sifat ruang yang meliputi zona :
o Tenang, merupakan zona yang membutuhkan
ketenangan relatif tinggi, yaitu zona pada kegiatan
pendidikan dan pelatihan.
o Semi bising, merupakan zona peralihan antara
zona publik dan zona privat yaitu zona pengelola
dan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
o Bising, merupakan zona publik pada zona
kegiatan penunjang dan kegiatan bersama.
Dari pertimbangan tersebut, penzoningan bangunan
pada tapak dengan meletakkan unit massa ataupun ruangan
yang bersifat publik pada bagian depan atau area yang
padat dan bangunan yang bersifat privat pada area yang
tenang.
Gambar 39. Penzoningan
83
g. Utilitas
Meliputi jaringan air bersih, telepon, drainase dan
sanitasi. Penempatan jaringan utilitas hendaknya di tepi-tepi
tapak.
h. View dari dan ke tapak
View yaitu orientasi atau arah pandang, baik dari dalam
tapak maupun dari luar ke dalam tapak.
Existing Condition :
View terbaik dari arah JL. A.P. Pettarani
View dengan kualitas sedang dari arah JL. Yusuf Dg
Ngawing
View dengan kualitas terburuk dari arah gedung Baruga
dan gedung Goro.
Gambar 40. View
Tanggapan Rancangan :
- Berdasarkan kualitas existing view ke tapak, maka dapat
ditentukan :
Pengolahan kofigurasi dan ekspresi elemen-elemen
eksterior bangunan yang menghadap ke jalan
Pettarani.
84
Menghindarkan halangan terhadap view bangunan
dari arah tersebut.
- Berdasarkan kualitas eksisting view dari tapak, maka
dapat ditentukan
Ruang-ruang dengan karakter yang menawarkan
view seperti pemanjatan rekreasi, restoran dan café
diarahkan pada sisi tapak yang menghadap ke jalan
Pettarani.
Memberikan bukaan-bukaan seoptimal mungkin bagi
pandangan dari dalam bangunan.
i. Kebisingan (noise)
Existing Condition :
- Pusat kebisingan utama yang terdekat dari tapak yaitu
pada jalan utama, Jl. A.P.Pettarani, dengan tingkat
kebisingan 80 dB – 100 dB.
- Kebisingan sedang berasal dari Jl. Yusuf Dg. Ngawing
dan Goro
- Kebisingan dari Jl. Mapala tidak terlalu mengganggu
jauh dari site.
Tanggapan Rancangan :
- Pemetaan secara mikro yaitu ruang-ruang dalam tapak
menurut zona publik, semi publik dan privat
- Pemetaan dilakukan secara horizontal dan vertikal
menurut jauh dekatnya jangkauan kebisingan pada zona
tersebut.
- Penempatan pohon/vegetasi sebagai barrier terhadap
kebisingan yang juga dapat berfungsi sebaai penyegar
udara dan penyaring debu serta menambah estetika
tapak.
85
Gambar 41. Kebisingan/Noise
4. Pola Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar cukup penting untuk Gedung
Olahraga Panjat Tebing baik sebagai unsur ruang luar maupun
sebagai komponen yang membantu dalam pencahayaan dan
penghawaan secara alami. Unsur yang penting dalam penataan
ruang luar adalah :
a. Soft material
Tanaman sebagai elemen penataan ruang luar mempunyai
banyak fungsi yang disesuaikan dengan karakteristik
tanaman tersebut, yaitu :
1) Ground cover, bahan penutup tanah yang berfungsi
sebagai penutup permukaan tanah yang akan mencegah
terjadinya pengikisan tanah serta sebagai elemen
estetika.
86
Gambar 42. Rumput sebagai penutup tanah
2) Semak, berfungsi sebagai pembatas dan pengarah bagi
sirkulasi luar.
3) Pohon, berfungsi sebagai pelindung terhadap panas
sinar matahari, mereduksi kelebihan udara panas dan
mengeliminir kebisingan.
88
Gambar 45. Penanaman Pohon
b. Hard material
Yang termasuk perangkat keras ruang luar adalah :
1) Pengerasan, berfungsi sebagai pembatas ruang dan
elemen pengarah pada ruang luar.
Gambar 46. Rencana Pengerasan Dalam Tapak
2) Bangku taman, dipergunakan untuk beristirahat dan
dapat digunakan sebagai ruang antara dari bangunan.
89
Gambar 47. Rencana Bangku Taman
3) Sculpture atau ikon yang memberikan ciri khusus untuk
bangunan dan sebagai focal points.
Gambar 48. Pendekatan Sculpture
4) Lampu taman
Gambar 49. Rencana Lampu Taman
90
5) Tempat parkir
Gambar 50. Rencana Area Parkir
5. Bentuk Dan Penampilan Bangunan
Konsep penampilan bangunan didasarkan pada bentuk
dan ekspresi yang mencerminkan fungsinya.
91
Tabel 10. Bentuk Dasar Bangunan
Bentuk
Kriteria
Bentuk ruang yang sifatnya berulang-ulang Fleksibilitas ruang Kesan memusat
Kemungkinan pengulangan dengan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif mudah Kurang memusat
Kemungkinan pengulangan dengan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif terbatas Jelas
Kemungknan batas dalam pengulangan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif terbatas Sangat jelas
Dari tabel 10 di atas terlihat beberapa alternatif pemakaian
bentuk dasar bangunan dalam proses perancangan.
Penggunaan bentuk dasar dengan satu alternatif boleh saja
digunakan, namun bisa juga gabungan dari beberapa alternatif
di atas. Sesuai dengan kriteria yaitu :
1). Bentuk ruang yang sifatnya berulang-ulang.
2). Fleksibilitas ruang.
3). Kesan memusat.
Maka pemilihan bentuk dasar massa bangunan dapat
dilihat pada tabel pembobotan berikut :
Tabel 11. Pembobotan Massa Bangunan
Bentuk
Kriteria
+
+
+
1) 3 5 5
2) 3 3 5
3) 3 5 1
Total 9 13 11
Keterangan : 1 = Kurang Baik, 3 = Baik, 5 = Sangat baik
92
1) Bentuk dasar denah
Adanya tuntutan akan kondisi tapak,
kedinamisan bentuk, fleksibilitas, efisiensi ruang dan
wujud penampilan, maka bentuk dasar denah adalah
perpaduan antara bentuk dasar tapak dan konsep
pendekatan bentuk.
Gambar 51. Bentuk Dasar Denah
2) Bentuk tampak
Sebagai bangunan olahraga, pendidikan dan
rekreasi maka dituntut adanya penampilan atraktif dan
mengundang. Ekspresi atraktif diselesaikan dengan :
a) Memberikan tekanan daya tarik pada main
entrance.
b) Perpaduan antara dinding masif dan dinding kaca
dan memperkuat motif-motif alami seperti batu
pada beberapa bagian tampak bangunan.
Gambar 52. Rencana Tampak
93
B. Konsep Dasar Tata Ruang Mikro
1. Kebutuhan Ruang
Dasar pertimbangan:
a) Macam aktivitas dan proses pelayanan serta persyaratan
kebutuhan dari setiap aktivitas yang terjadi
b) Kapasitas tampung dari Gedung Olahraga Panjat Tebing
Kegiatan pendidikan dan latihan untuk anak-anak, remaja dan
dewasa memiliki kebutuhan ruang sebagai berikut :
94
1. Rg. Administrasi
2. Rg. Belajar anak-anak
3. Rg. Belajar remaja
4. Rg. Belajar Dewasa
5. Rg. Belajar praktek
anak-anak
6. Rg. Belajar praktek
remaja
7. Rg. Praktek Dewasa
8. Perpustakaan
9. Rg. Alat
10. Rg. Fitness
11. Rg. Instruktur
12. Rg. Ganti dan loker
13. Toilet
Kegiatan pembinaan atlet panjat tebing, kebutuhan ruang sebagai
berikut :
1. Rg. Administrasi
2. Rg. Praktek
3. Rg. Alat
4. Rg. Loker
5. Istirahat
6. Rg. Kons kesehatan
7. Rg. Pantry
8. Rg. Cleaning servis
9. Rg. Fitness
10. Rg. Instruktur
11. Rg. Ganti dan mandi
12. Toilet
Kegiatan pengelola umum, kebutuhan ruang sebagai berikut :
1. Rg. Pimpinan
2. Rg. Wakil pimpinan
3. Rg. Sekretaris
4. Rg. Bendahara
5. Rg. Kepala bidang
6. Rg. Staff bidang
7. Rg. Informasi
8. Rg. Tamu
9. Rg. Rapat
10. Rg. Arsip
11. Rg. Keamanan
12. Rg. Cleaning service
13. Pantry
14. Gudang
15. Rg. Kesehatan
16. Rg. Mekanikal
elektrikal
17. Toilet
Kegiatan hiburan, kebutuhan ruang sebagai berikut :
1. Café dan resto
2. Aula
95
3. Adventure market
4. Fitness
5. Sauna
Kegiatan utama panjat tebing, kebutuhan ruang sebagai berikut :
1. Rg. Bouldering (jalur
pendek)
2. Rg. Panjat tinggi
3. Rg. Rappeling
4. Rg. Administrasi
5. Rg. Instruktur
6. Rg. Alat
7. Rg. Shalat
8. Rg. Ganti + shower
9. Toilet
Kegiatan kompetisi, kebutuhan ruang sebagai berikut :
1. Rg. Informasi
2. Rg. Panitia
3. Rg. Kontrol
4. Rg. Tamu undangan
5. Rg. Tunggu atlit
6. Rg. Ganti + shower
7. Rg. Loker
8. Rg. Karantina
9. Area panjat/lomba
10. Rg. Alat
11. Tribun penonton
12. Ruang kesehatan
13. Toilet
2. Pola Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang yang yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pencapaian yang efektif dari proses kegiatan.
Dasar pertimbangan pola hubungan ruang adalah :
1. Pelaku kegiatan meliputi : siswa atlit, instruktur/pelatih,
pengelola dan pengunjung.
2. Sifat ruang yaitu, ruang pribadi, ruang publik, ruang servis
3. Ruang yang memiliki kedekatan fungsi
4. Ruang yang tidak memiliki kedekatan fungsi namun saling
menunjang.
Berdasarkan dasar pertimbangan tersebut di atas diperoleh
dua pola hubungan ruang, yaitu :
1. Pola hubungan ruang makro
96
Merupakan hubungan antar unit berdasarkan sifat dan
fungsi ruang dan proses kegiatan.
2. Pola hubungan ruang mikro
Merupakan hubungan ruang antar unit kegiatan
berdasarkan pelaku kegiatan kegiatan, sifat kegiatan dan proses
kegiatan.
Fasilitas olahraga
1) Kegiatan pendidikan dan latihan untuk anak-anak, remaja
dan dewasa
A. Rg administrasi
B. Rg. Belajar anak-anak
C. Rg. Belajar remaja
D. Rg. Belajar Dewasa
E. Rg. Praktek anak-anak
F. Rg. Praktek remaja
G. Rg. Praktek dewasa
H. Rg. Alat
I. Perpustakaan
J. Rg. Fitness
K. Rg. Instruktur
L. Rg. Ganti
M. Rg. Loker
N. Toilet
A. Fasilitas Olahraga
B. Fasilitas Pengelola Umum
C. Fasilitas Hiburan
D. Fasilitas Penunjang
97
2) Kegiatan pembinaan atlet panjat tebing
3) Kegiatan pengelola umum
A. Rg administrasi
B. Rg. Praktek
C. Rg. Fitness
D. Rg. Alat
E. Rg. Instruktur
F. Rg. Ganti dan shower
G. Rg. Loker
H. Rg. Istirahat
I. Rg. Shower
J. Rg. Kons. Kesehatan
K. Rg. Pantry
L. Rg. Cleaning servis
M. Toilet
A. Rg. Pimpinan
B. Rg. Wakil pimpinan
C. Rg. Sekretaris
D. Rg. Bendahara
E. Rg. Kep. Bidang
F. Rg. Staff bidang
G. Rg. Informasi
H. Rg. Tamu
I. Rg. Rapat
J. Rg. Arsip
K. Rg. Keamanan
L. Rg. Rg. Cleaning servis
M. Rg. Pantry
N. Rg. Gudang
O. Rg. ME
P. Rg. Kesehatan
Q. Toilet
98
4) Kegiatan hiburan/rekreasi
5) Kegiatan utama panjat tebing
6) Kegiatan kompetisi
A. Café dan resto
B. Sauna
C. Kios makanan
D. Fitness
E. Adventure shop
A. Rg. Bouldering
B. Rg. Panjat tinggi
C. Rg. Rappeling
D. Rg. Administrasi
E. Rg. Instruktur
F. Rg. Alat
G. Rg. Shalat
H. Rg. Ganti + shower
I. Toilet
A. Rg. Informasi
B. Rg. Panitia
C. Rg. Kontrol
D. Rg. Tamu undangan
E. Rg. Tunggu atlit
F. Rg. Ganti + shower
G. Rg. Loker
H. Rg. Karantina
I. Area panjat
J. Rg. Alat
K. Tribun penonton
L. Rg. Kesehatan
M. Toilet
Sangat erat erat Tidak ada hubungan
99
Lt.1
Lt.2
Gambar 53. Pola Hubungan Ruang
3. Besaran Ruang
Dasar pertimbangan
a. Kapasitas tampung bangunan dan kemungkinan yang akan
datang
b. Jenis dan sifat dari kegiatan yang diwadahi ruang tersebut
c. Memungkinkan untuk layout/pengaturan perabot dan peralatan
penunjang lainnya.
d. Jumlah besaran dan fungsi dari peralatan/perlengkapan bantu
operasional.
Perhitungan Besaran Ruang
1. Fasilitas Pendidikan dan Latihan
- Ruang administrasi
Kapasitas 6 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² x 6 orang = 13,5 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²
Kegiatan
kompetisi Pembinaan
atlit
Kegiatan
pengelola
umum
Kegiatan
utama
p.tebing Kegiatan
pendidikan
dan latihan
entrance
Kegiatan
kompetisi Kegiatan
hiburan/
penunjang Kegiatan
hiburan/pe
nunjang
Kegiatan
utama
p.tebing
Kegiatan
pendidikan
dan latihan
Kegiatan
Hiburan
100
Luas = 63,9 m²
Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,8 m²
Luas total = 76,68 m²
- Ruang belajar teori untuk anak-anak
Kapasitas 10 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 orang
= 22,5 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 1 meja = 6 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 10 kursi = 24 m²
Luas = 52,5 m²
Sirkulasi 20% x 52,5 m² = 10,5 m²
Luas total = 63 m²
- Ruang belajar teori untuk remaja dan dewasa
Kapasitas 20 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang
= 45 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 1 meja = 6 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 20 kursi = 48 m²
Luas = 99 m²
Sirkulasi 20% x 99 m² = 19,8 m²
Luas total = 118,8 m²
- Ruang praktek untuk anak-anak
Kapasitas 10 anak
Standar gerak anak 3 m² = 3 m² x 10 anak = 30 m²
Sirkulasi 20% x 30 m² = 6 m²
Luas total = 36 m²
- Ruang praktek untuk remaja dan dewasa
Kapasitas 20 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang
= 45 m²
Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²
101
Luas total = 54 m²
- Ruang alat
Asumsi luas 15 m²
- Ruang fitness
Kapasitas 30 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 = 67,5
m²
Luas 67,5 m²
Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²
Luas total 81 m²
- Ruang instruktur
Kapasitas 10 instruktur/pelatih
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 = 22,5
m²
10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²
5 set komputer 6,4 m² x 5 set = 32 m²
2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²
Luas 87,5 m²
Sirkulasi 20% x 87,5 m² = 17,5 m²
Luas total 105 m²
- Ruang ganti
Kapasitas 10 orang
10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²
5 lavatory 4 m² = 4 m² x 5 lavatory = 20 m²
Luas 45 m²
Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²
Luas total 54 m²
Luas keseluruhan = 942,48 m²
2. Fasilitas Pembinaan atlit
- Ruang administrasi
Kapasitas 6 orang
102
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =
13,5 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²
Luas 63,9 m²
Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,8 m²
Luas total = 76,7 m²
- Ruang latihan atlit
Kapasitas 30 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang
= 67,5
Sirkulasi 20% x 67,5 = 13,5 m²
Luas total 81 m²
- Ruang fitness
Kapasitas 30 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang
= 67,5 m²
Luas 67,5 m²
Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²
Luas total 81 m²
- Ruang alat
Asumsi luas 15 m²
- Ruang instruktur
Kapasitas 10 instruktur/pelatih
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 orang
= 22,5 m²
10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²
5 set komputer, 6,4 m² = 6,4 m² x 5 set = 32 m²
2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²
Luas 87,5
Sirkulasi 20% x 87,5 = 17,5 m²
103
Luas total 105 m²
- Ruang ganti dan shower
Kapasitas 15 orang
15 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 15 loker = 37,5 m²
10 lavatory, 4 m² = 4 m² x 10 lavatory = 40 m²
Luas 77,5 m²
Sirkulasi 20% x 77,5 m² = 15,5
Luas total 170,5 m²
- Ruang konsultasi kesehatan
Kapasitas 5 orang
Standar ruang :
Bangsal periksa 1,8 m² = 1,8 m² x 5 orang = 9 m²
Ruang tunggu = 4 m²
Ruang apoteker = 9 m²
Ruang informasi = 6 m²
Luas = 28 m²
Sirkulasi 20% x 28 m² = 5,6 m²
Luas total 33,6 m²
Luas keseluruhan 562,8 m²
3. Fasilitas Pengelola
- Rg. Pimpinan
Kapasitas 3 orang
Standar ruang :
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 3 = 6,75
m²
Luas 6,75 m²
Sirkulasi 20% x 6,75 m² = 1,35 m²
Luas total 8,1 m²
- Rg. Sekertaris
Kapasitas 3 orang
Standar ruang :
104
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 3 = 6,75
m²
Luas 6,75 m²
Sirkulasi 20% x 6,75 m² = 1,35 m²
Luas total 8,1 m²
- Rg. Pegawai (kabid kasubbid)
Kapasitas 21 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25m² x 21 = 47,25
m²
Luas 47,25 m²
Sirkulasi 20% x 47,25 m² = 9,45
Luas total 56,7 m²
- Pantry 24 m²
- Toilet
2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²
- Rg. ME 100 m²
- Pos keamanan 16 m²
Luas keseluruhan 210,9 m²
4. Fasilitas Kegiatan Hiburan Dan Penunjang
- Café dan resto
Kapasitas 100 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 100 = 225
m²
Bar = 24 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 25 meja = 150 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 100 kursi = 240 m²
Area memasak 24 m²
Luas 663 m²
Sirkulasi 20% x 663 m² = 132,6 m²
Luas total 795,6 m²
- Sauna
105
Kapasitas 20 orang
Alat sauna (heating oven dan water container) 4 m²
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 = 45
m²
Luas 49 m²
Sirkulasi 20% x 49 m² = 9,8 m²
Luas total 58,8 m²
- Fitness center
Kapasitas 30 orang
Standar ruang :
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang
= 67,5
Luas 67,5
Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²
Luas total 81 m²
- Adventure shop
Asumsi luas 100 m²
- Aula
Kapasitas 200 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 200 =
450m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 20 meja = 120 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 200 = 480 m²
Luas 1050 m²
Sirkulasi 20% x 1050 m² = 210 m²
Luas total 1260 m²
- Mushalla
Kapasitas 20 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang
= 45 m²
Luas 45 m²
106
Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²
Luas total 54 m²
Luas keseluruhan 2349,4 m²
5. Fasilitas Kegiatan Utama Olahraga Panjat Tebing
- Ruang panjat untuk anak-anak
Kapasitas 20 anak
Standar gerak anak 3 m² = 3 m² x 20 = 60 m²
Sirkulasi 20% x 60 m² = 12 m²
Luas total 72 m²
- Ruang panjat untuk remaja
Kapasitas 40 remaja
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 40 orang
= 90 m²
Sirkulasi 20% x 90 m² = 18 m²
Luas total = 108 m²
- Ruang panjat untuk dewasa
Kapasitas 20 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 = 45
m²
Sirkulasi 20% x 45 m² = 9
Luas total 54 m²
- Ruang administrasi
Kapasitas 6 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =
13,5 m²
Standar meja, 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²
Standar kursi, 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²
Luas = 63,9 m²
Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,78 m²
Luas total = 76,68 m²
- Ruang instruktur/pelatih
107
Kapasitas 30 instruktur
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 = 67,5
m²
30 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 30 loker = 75 m²
10 set komputer, 6,4 m² = 6,4 m² x 10 set = 64 m²
3 toilet, 4 m² = 4 m² x 3 toilet = 12 m²
Luas = 218,5 m²
Sirkulasi 20% x 218,5 m² = 43,7 m²
Luas total = 262,2 m²
- Ruang ganti dan shower
Kapasitas 100 orang
100 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 100 = 250 m²
20 lavatory, 4 m² = 4 m² x 20 lavatory = 80 m²
Luas = 330 m²
Sirkulasi 20% x 330 m² = 66 m²
Luas total = 396 m²
- Ruang alat
Asumsi luas 64 m²
- Ruang informasi
Kapasitas 3 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =
13,5 m²
1 meja informasi, 9 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 3 kursi = 7,2 m²
Luas = 29,7 m²
Sirkulasi 20% x 29,7 m² = 5,94 m²
Luas total = 35,64 m²
Luas keseluruhan = 1068,52 m²
6. Fasilitas Kegiatan kompetisi
- Ruang informasi
Kapasitas 3 orang
108
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =
13,5 m²
1 meja informasi, 9 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 3 kursi = 7,2 m²
Luas = 29,7 m²
Sirkulasi 20% x 29,7 m² = 5,94 m²
Luas total = 35,64 m²
- Ruang panitia
Kapasitas 20 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang
= 45 m²
Standar meja 6 m² = 6 m² x 4 meja = 24 m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 20 kursi = 48 m²
Luas = 117 m²
Sirkulasi 20% x 117 m² = 23,4 m²
Luas total = 140,4 m²
- Area nonton
Kapasitas 278 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 x 278 = 625,5
m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 200 kursi = 480 m²
Luas 1105,5 m²
Sirkulasi 20% x 1105,5 m² = 221,1 m²
Luas total = 1326,6 m²
- Ruang karantina
Kapasitas 100 orang
Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 100 = 225
m²
Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 100 kursi = 240 m²
Luas = 465 m²
Sirkulasi 20% x 465 m² = 93 m²
109
Luas total = 558 m²
- Hall/lobby tunggu
Asumsi luas 160 m²
- Ruang ganti
Kapasitas 100 orang
100 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 100 loker = 250 m²
30 lavatory, 4 m² = 4 m² x 30 lavatory = 120 m²
Luas = 370 m²
Sirkulasi 20% x 370 m² = 74
Luas total = 444 m²
- Area panjat/ lomba
Asumsi 100 m²
Luas keseluruhan = 2554,04 m²
7. Lahan yang tidak terbangun (OS)
- Parkir
Parkir motor
Di asumsikan jumlah pengendara sepeda motor
adalah 30% dari Pengguna bangunan.
Jumlah pengguna bangunan ter,asuk atlit,
penonton pengelola wartawan dll (pada kondisi
maksimal) sebanyak 860 orang
Maka jumlah pengendara sepeda motor 860 x 30%
= 258 sepeda motor.
Besaran ruang parkir untuk 1 motor = 1,08
m²/motor
Jadi luas parkir untuk pengguna bangunan = 258 x
1,08 m² = 278,64 m ²
Parkir mobil
Di asumsikan jumlah pengendara mobil untuk
pengguna bangunan adalah 10% = 860 x 10% =
86 mobil
110
Besaran ruang untuk parkir mobil adalah 10.08 m²
86 x 10,08 m² = 863,44 m²
- Plaza = 120 m²
Jadi total besaran ruang untuk kegiatan outdoor :
Parkir = 1.199,68 m²
Plaza = 120 m²
Luas Total = 1319,68 m²
Tabel 9. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan
No Nama Ruang Kaps
Besaran
standar
(m²/satuan)
Luas
(m²) standar
1 Rg. Administrasi 6 2,25 76,68 BPDS
2 Rg. Belajar anak-anak 10 2,25 63 BPDS
3 Rg. Belajar remaja/dewasa 20 2,25 118,8 BPDS
5 Rg. Praktek anak-anak 10 3 36 TS
6 Rg. Praktek remaja/dewasa 20 2,25 54 TS
7 Rg. Alat 3 15 15 ASM
8 Fitness 30 2,25 81 BPDS
9 Rg. Instruktur 10 2,25 105 ASM
10 Rg. Ganti 10 2,5 54 NAD
Jumlah 603,48
Tabel 10. Fasilitas Pembinaan Atlet
No. Nama Kaps
(org)
Besaran
standar
(m²/satuan)
Luas
(m²) standar
1.
2.
3.
4.
5.
Rg. Administrasi
Rg. Latihan praktek
Rg. Fitness
Rg. Alat
Rg. Instruktur
6
30
30
3
10
2,25
2,25
2,25
15
2,25
76,7
81
81
15
105
BPDS
ASM
BPDS
ASM
BPDS
111
6.
Rg. Ganti
15
2,5
170,5
NAD
Jumlah 529,2
Tabel 11. Fasilitas Pengelola
No. Nama Kaps
(org)
Besaran
standar
(m²/satuan
Luas
(m²) Standar
1. Rg. Pimpinan 3 2,25 8,1 BPDS
2. Rg. Sekertaris 3 2,25 8,1 BPDS
3. Rg. Pegawai 21 2,25 56,7 BPDS
4. Pantry 24 ASM
5. Toilet 8 ASM
6. Rg. ME 100 ASM
7. Pos Keamanan 16 ASM
Jumlah 210,9
Tabel 11. Fasilitas Kegiatan Hiburan dan Penunjang
No. Nama Kaps
(org
Besaran
standar
(m²/satuan)
Luas
(m²) standar
1 Café dan resto 100 2,25 795,6 NAD
2 Sauna 20 2,25 58,6 NAD
3 Fitness center 30 2,25 81 NAD
4 Ruang serbaguna 2,25 660.68 TS
5 Mushalla 20 2,25 54 ASM
jumlah 1649,88
Tabel 12. Kegiatan Utama Panjat Tebing
NO Nama Kaps
(org)
Besaran
standar
Luas
(m²) standar
112
(m²/satuan)
1 Rg. Panjat anak-anak 20 3 72 ASM
2 Rg. Panjat remaja 40 2.25 108 ASM
3 Rg. Panjat dewasa 20 2.25 54 ASM
4 Rg. Administrasi 6 2.25 76,68 BPDS
5 Rg. Instruktur 30 2.25 262,2 ASM
6 Rg. Ganti dan mandi 100 2,5 396 ASM
7 Rg. Alat 5 64 64 ASM
Jumlah 1.032,88
Tabel 13. Fasilitas Kegiatan Kompetisi
NO Nama Kaps
(org)
Besaran
standar
(m²/satuan)
Luas
(m²) standar
1 Rg. Informasi 3 2,25 35,64 NAD
2 Rg. Panitia 20 2,25 140,4 ASM
3 Area penonton 278 2,25 1.000 NAD
4 Rg. Karantina 100 2,25 558 ASM
5 Rg. Ganti 100 2,25 444 ASM
6 Area panjat/lomba 100 100 ASM
Jumlah 2.278,04
Tabel 15. Besaran Ruang
No Kelompok ruang Besaran ruang (m²)
1 Kegiatan pendidikan dan latihan 603,48
2 Kegiatan pembinaan atlit 529,2
3 Kegiatan pengelola umum 210,9
4 Kegiatan hiburan dan penunjang 1649,88
5 Kegiatan utama panjat tebing 1.032,88
6 Kegiatan kompetisi 2.278,04
Jumlah 6.404,58
Standar yang digunakan antara lain :
113
- Ernst Neufert Architecture Data (NAD/EN)
- Building Planning and Design Standarts (BPDS)
- The Time Saver Standarts for Building Type (TS)
- Asumsi – asumsi (ASM)
Kebutuhan jumlah lantai bangunan
Total luas bangunan = 6.404,58 m²
Luas lahan yang tersedia = 14655 m²
Koefisien dasar bangunan yang diambil
Luas open space = 60% x 14.655 m² = 8.793 m²
Luas lantai dasar bangunan = 40% x 14.655 m² = 5.862 m²
Jumlah lantai bangunan =
Luas lahan penghijauan :
Lahan yang terbangun (BC) = 5.862 m²
Lahan yang tidak terbangun (OS)
Parkir = 1.199,68 m²
Plaza = 120 m²
Luas Total = 1319,68 m²
Lahan yang tersedia (tersisa) = 8.793 m² – 1319,68 m²
= 7473.32 m²
4. Persyaratan ruang
Untuk pencahayaan ruang pada Gedung Olahraga Panjat
Tebing selain untuk penerangan ruang atau objek juga sebagai
unsur dekoratif. Sistem pencahayaan dapat dibedakan atas sistem
pencahayaan alami atau natural light yang memanfaatkan sinar
matahari dan sistem pencahayaan buatan atau artificial light yang
memanfaatkan energi listrik.
a. Sistem pencahayaan
Tujuan pencahayaan adalah untuk penerangan ruangan
dan sebagai dekorasi ruang. Sistem pencahayaan yang
digunakan yaitu sistem pencahayaan alami dan buatan. Pada
114
siang hari pencahayaan alami digunakan semaksimalkan
mungkin, terutama pada daerah publik seperti area kegiatan
utama olahraga panjat tebing dan area belajar teori maupun
praktek, namun tetap menghindari adanya pencahayaan
langsung untuk mencegah panas dan terjadinya kesilauan.
Sedang untuk ruang-ruang yang tidak memungkinkan
pencahayaan alami di bantu dengan pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatan digunakan untuk malam hari, dan pada
siang hari yaitu apabila cuaca tidak mengizinkan misalnya
cuaca mendung atau hujan.
Persyaratan luas lubang cahaya terhadap luas lantai untuk :
- Ruang umum : 1/8 – 1/6
- Ruang administrasi : 1/6 – 1/5
- Ruang belajar : 1/10 – 1/15
- Ruang makan : 1/3 – 1/5
Prinsip – prinsip yang harus dicapai adalah :
- Arah cahaya harus diusahakan tidak menimbulkan
refleksi dari bayangan yang dapat mengganggu.
- Jendela dapat memasukkan cahaya 15%-25% dari luas
lantai
- Jangkauan penyinaran matahari ke dalam ruangan yang
dianggap efektif adalah 6 – 7,5 meter tapi ketinggian
ceilling juga berpengaruh dimana :
L = 3H
Dimana:
L = jarak jangkauan penyinaran
H = tinggi ruangan
Alat/media pencahayaan buatan adalah dengan
menggunakan lampu, dimana kebutuhan iluminasi atau kuat
penerangan sesuai dengan jenis penggunaan ruang.
115
Untuk ruang kompetisi dan kegiatan utama panjat
tebing dengan iluminasi 300 lux (mengikuti
gymnasium)
Ruang rapat / teknikal meeting iluminasi 300 lux
Aula dengan iluminasi 200 lux
Ruang kantor iluminasi 500 lux
Ruang alat dengan iluminasi 50 lux
Ruang makan (restoran), dengan iluminasi 20 – 100
lux
Toilet, dengan iluminasi 100 lux
Ruang ganti dengan iluminasi 100 lux
b. Sistem penghawaan
Sistem penghawaan yang digunakan lebih diprioritaskan
pada penghawaan alami. Sistem penghawaan alami dengan
pengaturan sirkulasi udara secara merata di tempat – tempat
yang dianggap perlu dan memungkinkan.
Penghawaan alami dalam ruang membutuhkan pergantian
udara 15-20 kali/jam. Kebutuhan maksimal 300 – 400
cub.tt/orang.
- Sistem penghawaan alami
Penghawaa alami adalah mengkondisikan udara atau
mengatur sirkulasi udara dengan memanfaatkan udara
alam semaksmal mungkin. Penghawaan alami dapat
ditempuh dengan cara memasukkan udara melalui
ventilasi dan dapat dibantu dengan alat untuk
mempercepat aliran udara seperti sistem cross kombinasi
fan.
Yang perlu diperhatikan yaitu arah bangunan dan arah
angin serta tingkat kenikmatan pengkondisian udara yang
dibutuhkan.
116
- Sistem penghawaan buatan
Untuk mendapatkan udara bersih yang cukup dengan
temperatur tertentu, yang menimbulkan kenyamanan,
maka digunakan penghawaan buatan sistem air
conditioning (AC).
Gambar 54. Skema Sistem Pengkondisian Udara
c. Akustik
Akustik bertujuan untuk mendapatkan ketenangan dengan
jalan mengeliminasi suara-suara yang tidak diinginkan,
terutama untuk ruang-ruang dengan ketenangan tinggi seperti
ruang belajar, ruang kantor, ruang rapat dan ruang pertemuan.
Maka hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari bunyi
yang tidak diinginkan yaitu :
Penempatan letak ruang yang memperhatikan bunyi
yang keluar dari sumber kebisingan
Sistem peredam bunyi yang ditempatkan sedemikian
rupa pada ruangan-ruangan yang menimbulkan
kebisingan.
Menggunakan dinding berganda seperti pada ruang
AHU (equipment).
117
Untuk Gedung Olahraga Panjat Tebing sumber
kebisingan bisa datang dari ruang kompetisi, ruang kegiatan
utama panjat tebing, dan ruang kegiatan hiburan dan
penunjang serta ruang mekanikal elektrikal. Sistem yang
paling efektif untuk mereduksi gangguan suara adalah sistem
dinding ganda (sumber, Handbook of Accoustic : 407 ).
Gambar 55. Potongan Desain Dinding Ganda
5. Tata fisik bangunan
a. Gubahan massa
Kriteria :
1) Mencerminkan karakter dan fungsi pelayanan sebagai
sarana olahraga dan rekreasi.
2) Keselarasan dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
3) Mempunyai nilai estetis yang manusiawi atau disesuaikan
dengan bentuk tapak.
4) Optimal dan efisien dalam penggunaan lahan untuk
bangunan.
Gubahan unit untuk Gedung Olahraga Panjat Tebing
yang mewadahi beberapa kegiatan, berbentuk bermassa atau
118
yang terdiri dari beberapa satu unit massa utama yang
ditunjang oleh unit kecil massa yang saling berhubungan
sehingga tidak nampak terpisah (seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya yaitu pola tata massa terpusat)
dengan pertimbangans ebagai berikut :
1) Pengelompokan kegiatan berbeda pada setiap unit
bangunan sehingga tidak saling mengganggu.
2) Pemisahan antar ruang yang bersifat privat dan publik jelas.
b. Penampilan bangunan
Mencerminkan fungsi sebagai bangunan sarana olahraga dan
rekreasi dengan mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
1) Pencerminan karakter fungsi bangunan yaitu kesan menarik,
keterbukaan dan rekreatif.
2) Keserasian proporsi terhadap tapak dan kondisi ligkungan
3) Kejelasan orientasi pencapaian
4) Sifat dinamis sebagai ungkapan spesifikasi gerak aktivitas
olahraga.
c. Sistem struktur
1) Upper struktur
Menggunakan space frame untuk bentangan lebar dan plat
beton di beberapa bagian.
Gambar 56. Space Frame dan Plat Beton
119
2) Super struktur
Struktur vertikal yang menggunakan struktur rangka,
yaitu sistem konstruksi dengan memakai kolom pada
jarak tertentu (sistem modul) yang diikat oleh batang
(ringbalk, sloef). Gaya beban disalurkan lewat kolom ke
pondasi di bawahnya.
Struktur horisontal yang terdiri dari balok dan lantai.
Untuk balok digunakan pola grid yang lebih efektif dalam
penyaluran beban. Balok-balok yang digunakan adalah
balok pra-tegang yang memungkinkan fleksibilitas tinggi
dalam pembagian ruang karena dimungkinkan adanya
ruang-ruang yang bebas kolom. sedangkan untuk lantai
digunakan plat beton dengan ketebalan antara 12-14 cm.
3) Sub Struktur
Sub struktur harus mampu menerima gaya yang disalurkan
dari super struktur untuk disalurkan ketanah, sebagai dasar
tuntutan kestabilan bangunan. Selain itu sub struktur harus
pula mempertimbangkan reaksi gaya-gaya yang ditimbulkan
oleh tanah akibat gaya aksi beban dari sistem struktur. Jenis
sub struktur yang digunakan adalah pondasi sumuran
d. Sistem modul
a. Modul dasar
Adalah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh dan area
gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarnya terlebih dahulu
diketahui unit dasar kemudian ditetapkan dimensinya yang
dapat mewakilinya
b. Modul fungsi
Merupakan modul ruang yang didasarkan pada fungsi ruang
yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit fungsi,
selanjutnya ditetapkan dimensi yang mewakili.
120
Dari luas unit terkecil, angka 30 cm merupakan kelipatan
terkecil yang dapat menjadi interval dari besaran 60, 90, 120,
150, 180, dan seterusnya. Dengan demikian modul dasar
yang dapat diwakili adalah ukuran 30 cm atau 0,3 m.
c. Modul perancangan
Merupakan kelipatan modul fungsi, dimana harga dasarnya
ditetapkan dengan satuan m (meter). Bentuk kelipatannya
biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7 m; 3,6 m; 7,2 m; 8,4
m; 9 m; 12 m dan seterusnya
e. Sistem utilitas bangunan
1) Sistem penyediaan air bersih
Sumber air bersih sebagai kebutuhan gedung dipasok
dari PDAM dan di back up dengan deep well kapasitas 150
liter/menit. Dari sumber tersebut, dialirkan ke ground tank
kapasitas 600 m3 .Kemudian, dengan bantuan pompa
ditransfer ke roof tank kapasitas 3 x 30 m3. Selanjutnya,
didistribusikan ke lantai bawah secara gravitasi. (Sumber :
The Plaza Semanggi Diharapkan Menjadi Jakarta’s Trend
Setter, Konstruksi Oktober 2003 Halaman 46).
Sistem pengadaan dan distribusi air bersih, yaitu :
1) Dengan penyambungan pipa saluran PDAM.
2) Dengan sumur air tanah melalui pengisapan pipa.
3) Kombinasi PDAM dan sumur air tanah (deep well)
4) Penyediaan tempat penampungan air bersih (reservoir)
121
Skema 12. Jaringan distribusi air bersih
2) Sistem pembuangan air kotor
Air kotor berasal dari water closed, lavatory dan floor
drain pembuangan airnya digabungkan.sistem
pendistribusian air kotor diarahkan pada
1) Penyediaan saluran yang memenuhi syarat pengaliran,
baik secara terbuka maupun tertutup untuk pembuangan
air kotor.
2) Penyediaan saluran ke riol kota untuk air hujan dan air
kotor.
3) Penyediaan saluran-saluran yang mudah dikontrol dan
memenuhi syarat kesehatan.
Bahan buangan yang dihasilkan terdiri dari :
1) Cairan non kimia berupa air hujan, air kotor wastafel dan
KM dialirkan langsung ke riol kota.
2) Air kotor yang berasal dari WC dan dapur ditampung
terlebih dahulu dalam septic tank kemudian dialirkan ke
bak peresapan.
POMPA
RESERVOIR
ATAS
RESERVOIR
BAWAH
KONSTRIBUSI
KE TIAP LANTAI
BAK
PENAMPUNGAN
FILTER
POMPA PDAM
DEEP WELL
122
Skema 13. Sistem Distribusi Air Kotor
3) Sistem jaringan listrik
Sumber utama tenaga listrik pada bangunan yang
direncanakan berasal dari jaringan PLN dengan tenaga
cadangan berasal dari generator set dengan kapasitas 100%
dari kebutuhan listrik utama, untuk keadaan darurat
digunakan hanya 60% dari kebutuhan listrik utama.
Skema 14. Skema Jaringan Listrik
- Pengontrolan listrik melalui terminal utama dengan
sistem panil box (EMD)
- Penggunaan lokal panil box untuk sakelar
penerangan dan distribusi listrik
- Generator set menggunakan sistem ATS (Automatic
Transfer Switch).
AIR KOTOR
WC
SEPTIC TANK
SUMUR
PERESAPAN
KM DAN
WASTAFEL
RIOL KOTA
AIR
HUJA
N
PLN GARDU
INDUK
TRAFO PANEL DISTRIBUSI
ALAT-ALAT
ELEKTRONIK
BAHAN
BAKAR GENSET BATERAI
AUTOMATIC
TRANSFER
123
4) Sistem pembuangan sampah
Masalah pengumpulan dan pembuangan sampah
dilakukan dengan cara :
Penyediaan tempat sampah pada tempat-tempat
umum yang mudah diangkut dan dibersihkan.
Kemudian sampah diangkut dengan troli ke bak
penampungan induk.
Selanjutnya dari tempat penampungan sampah induk
dipilah antara sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dikumpul dalam lubang yang dibuat
di tanah karena dapat didaur ulang oleh alam sendiri,
sedangkan sampah anorganik diangkut ke luar tapak
dengan mobil kendaraan ke tempat penampungan
akhir.
Skema 15. Sistem Pembuangan Sampah
5) Sistem pemadam kebakaran
a. Pencegahan bahaya kebakaran diluar bangunan
menggunakan fire hydrant yang diletakkan di halaman
dengan jarak antar hydrant ±90-150 m. (Departemen
Pekerjaan Umum, Pemasangan Sistem Hydrant)
b. Pencegahan kebakaran dalam bangunan terdiri dari :
- Thermo detector
- Smoke detector
- Sprinkler
- Fire hydrant
- Fire alarm
SHAFT
SAMPAH
BAK
PENAMPUNGAN
TRUK
SAMPAH TPS
124
- Alat pemadam kebakaran ringan, alat bantu
evakuasi yang terdiri dari dari :
a) Sumber listrik darurat
b) Lampu darurat
c) Pintu kebakaran
d) Tangga darurat
Skema 16. Sistem Pemadam Kebakaran
6) Sistem penangkal petir
Pengadaan penangkal petir pada bangunan dimaksudkan
untuk mencegah bangunan terhadap kerusakan,
kehancuran, kebakaran dan ledakan akibat sambaran petir.
Dalam perencanaan bangunan ini digunakan sistem
konvensional yaitu sistem penangkal petir Faraday dengan
mempertimbangkan aspek efisiensi dan merupakan
pengembangan dari sistem Franklin dengan menambah
konduktor horizontal pada terminal atap yang
dihubungkan langsung dengan terminal tanah sehingga
FIRE
SMOKE
GAS
DETECTOR ALARM
PANEL KONTROL
GENSET
POMPA
SPRINKLER
FIRE HYDRANT
FIRE EXTINGUISER
FIRE HOUSE
EXIT LAPMS
SISTEM
PENCAHAYAAN
DARURAT
SISTEM
KOMUNIKASI
DARURAT
125
merupakan sangkar-sangkar. Syarat-syaratnya sebagai
berikut :
1). Konduktor horizontal (KH) dipasang sekeliling
bidang tepi atap. Untuk bidang atap lebar,
dipasang beberapa deret konduktor dengan
ketentuan jarak maksimum tepi adalah 9 m, dan
jarak maksimum konduktor pararel maksimum 18
meter.
2). Pada sepanjang KH dipasang antene (final)
dengan ketentuan tinggi diatas permukaan atap
datar antara 20-25 cm dan jarak masing-masing
final maksimum 7,50 m.
Gambar 57. Penangkal Petir Sistem Faraday
(Sumber : Utilitas bangunan)
7) Sistem Pencegahan Kriminal
Penanganan pencegahan tindakan kriminal pada
gedung ini dapat diusahakan dengan kelengkapan sistem
pengamanan berupa :
a. Petugas satpam yang selalu siap.
b. Alarm pintu (door alarm).
c. Kemampuan pendeteksi terhadap kejahatan yang
sedang terjadi.
d. Penanganan yang cepat dan tepat terhadap peristiwa
kejahatan yang terjadi.
FINAL
ELEKTRODA PENAHAN
TERMINAL TANAH
BANGUNAN
DAFTAR PUSTAKA
Neufert, E., Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Neufert, E., Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Ching, Francis DK, 1985, Architecture: Form,Space, and Other,
Smith, Ken. 2006. Landscape Architect 2 Urban Project. PRinceton
ARchitectural Press
Landscape Design, Basic Concepts Common To All Good Design
O'Connor, Jennifer. Tips For Daylighting With Windows
Bruneau, Michel. Fundamentals Of Acoustics.
D.Rossing, Thomas. 2007. Springer Handbook Of Acoustics.
Brockenbrough, L Roger. dan S. Merritt, Frederick. Structural Steel
Designer's Handbook,third edition.
Ali, M. B dan T. Deli. 1997. Kamus Indonesia Lengkap. Bandung: Hasta.
Bappeda dan kantor Statistik. 2003. Kotamadya Makassar Dalam Angka.
Bappeda dan Kantor Statistik. 2003. Statistik Penduduk Kota Makassar.
De Chiara, Joseph dan Koppelman E. Lee. Standar Perencanaan Tapak.
http://www.pendakierror.com/sejarah%20pendakian.htm
http://www.cartenzadventure.com/Sejarah-mengenal-Rock-Climbing-
panjat-Tebing.html
http://www.belantaraindonesia.org/2010/09/rock-climbing.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Indoor_climbing