139
GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING SKRIPSI PERANCANGAN Tugas Akhir 477D5106 Perode I Tahun 2013-2014 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur OLEH : ANDI MAEYANTI D 511 07 022 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING

Embed Size (px)

Citation preview

GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING

SKRIPSI PERANCANGAN

Tugas Akhir – 477D5106

Perode I

Tahun 2013-2014

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian

Sarjana Arsitektur

OLEH :

ANDI MAEYANTI

D 511 07 022

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

“GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING”

Mahasiswa :

E-mail: [email protected]

ABSTRACT : Olahraga Panjat Tebing merupakan salah satu olahraga yang

memiliki perkembangan cukup cepat di Indonesia, hal ini ditandai dengan terbentuknya

FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) di 32 provinsi dan lebih dari 237 kabupaten/kota

di seluruh Indonesia. Dalam hal ini tebing ata sarana panjat yang digunakan adalah tebing

buatan yang dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan grade pemanjatan yang sama

dengan yang ada pada tebing alami.

Kendala utama pengembangan olahraga ini terkhusus nya di Makassar adalah tidak

tersedianya tempat latihan terpusat yang cukup layak, serta manajemen terhadap sarana

yang sudah ada kurang diperhatikan sehingga seringkali sarana olahraga panjat tidak

terawat dan akhirnya rusak. Terlebih lagi jika sarana panjat tersebut berada di luar

ruangan, Maka akan lebih cepat rusak. Oleh karena itu sebuah Gedung Olahraga Panjat

Tebing yang mewadahi kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembinaan hingga kompetisi

serta kegiatan-kegiatan yang menunjang olahraga ini dapat menjadi solusi dari

permasalahan tersebut.

Gedung olahraga panjat tebing ini direncanakan akan di bangun di kecamatan

rappocini Makassar dengan luas 1,4 Ha. Gedung ini di rencanakan akan mewadahi

seluruh kegiatan yang mendukung pengembangan dan peningkatan olahraga panjat

tebing.

Keyword : Panjat Tebing, Gedung Olahraga, Bangunan Bentang lebar.

ANDI MAEYANTI

D 511 07 022

Mahasiswa S1 Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Kampus Tamalanrea, Makassar 90245, Sul-Sel

Pembimbing I :

Baharuddin Hamzah, ST.,MT.,Ph.D

Dosen Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Kampus Tamalanrea,

Makassar 90245, Sul-Sel

Pembimbing II :

Rahmi Amin Ishak, ST.,MT

Dosen Jurusan Teknik Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Kampus Tamalanrea,

Makassar 90245, Sul-Sel

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha

Esa atas rahmat-Nya lah sehingga penyusunan laporan perancangan

tugas akhir ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Penulisan ini

merupakan syarat untuk mengikuti ujian akhir pada Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Program Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan

perancangan ini masih terdapat berbagai kekurangan yang mungkin

belum terkoreksi mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga

sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian diharapkan

mampu memenuhi standar persyaratan sebagai tugas akhir Jurusan

Arsitektur dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Atas dukungan, dorongan dan semangat yang tiada henti-hentinya

sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini, untuk itu dengan penuh

rasa rasa hormat dan ketulusan hati, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,Ph.D selaku Dosen

Pembimbing I dan Ibu Rahmi Amin Ishak ST., MT selaku Dosen

Pembimbing II yang dengan sabar membimbing, memberikan arahan

dan masukan selama penulisan.

Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Ir. H. Muh. Fathien

Azmy, Msi selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Hasanuddin

atas segala ilmu yang telah diberikan, serta Segenap staf dan

karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

Ayahanda Andi Saad dan Ibunda Asmawati Spd.i, saudari-

saudariku Andi Zakinah dan Andi Naila dan Reskiawati serta

seluruh keluarga besar yang tak henti-hentinya memberi dorongan,

semangat, kasih sayang, harapan dan doa yang tak pernah putus.

Pihak pengelola FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia)

Makassar, yang telah berbagi pengetahuan dalam penyempurnaan

penulisan ini.

Mapala 09 FT-UH sebagai taman belajar dan bermain terima kasih

atas ilmu yang tak terkira dan keluarga zakinah yang telah diberikan.

Teman-teman Ananaka tawwa performance 2007 (Eb12), Teknik

2007 yang selalu ada disaat saya membutuhkan bantuan dimanapun

dan kapanpun.

Teman-teman Nindya Karlina, Asni Amaliah Nuchri, Rachmiati

Nurdin, Liza Marzaman atas bantuan dan semangat nya selama

penyelesaian tugas akhir ini.

Teman-teman seperjuangan selama berada di studio akhir periode 1

tahun 2013/2014 terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya.

Hasbullah Anas sebagai teman orang terkasih yang senantiasa

memberikan dukungan penuh baik moril dan materil sehingga tugas

ini terselesaikan.

Seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan jika

ada hal yang tidak berkenan. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar, November 2013

ANDI MAEYANTI

D511 07 022

iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii

DAFTAR SKEMA ............................................................................. viii

DAFTAR TABEL .............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Ungkapan Masalah ........................................................ 3

C. Tujuan ........................................................................... 4

D. Sasaran Pembahasan .................................................... 5

E. Lingkup Pembahasan .................................................... 6

F. Metode Pembahasan ..................................................... 6

G. Sistematika Pembahasan…………………………………. 6

BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................... 8

A. Tinjauan Panjat Tebing/ Climbing .................................. 8

1. Sejarah Singkat Panjat Tebing Dunia ....................... 8

2. Perkembangan Panjat Tebing di Indonesia .............. 9

3. Pengertian Panjat Tebing/Climbing .......................... 11

4. Klasifikasi Panjat Tebing/Climbing ............................ 11

5. Peralatan Panjat Tebing ........................................... 12

B. Tinjauan Gedung Olahraga Panjat Tebing ..................... 15

1. Pengertian Gedung Olahraga ................................... 15

2. Pengertian Panjat Tebing Indoor .............................. 16

3. Jenis-jenis Panjat Tebing Indoor ............................... 17

4. Pelaku Gedung Olahraga Panjat Tebing .................. 21

v

5. Persyaratan Panjat Tebing Indoor ............................ 22

6. Studi Banding…………………………………………... 22

BAB III TINJAUAN KHUSUS GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING

DI MAKASSAR ................................................................... 32

A. Analisis Umum Kota Makassar ...................................... 32

1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ............................... 32

2. Letak dan Batas Geografis Kota Makassar ................ 34

3. Keadaan Fisik Topografi Kota Makassar…………… .. 34

4. Keadaan Iklim Kota Makassar…………………………. 34

5. Rencana Umum RTRW Kota Makassar tahun 2010.. 34

6. Jumlah Pertumbuhan Penduduk……………………… 37

B. Tinjauan Gedung Olahraga Panjat Tebing di Kota

Makassar…….. .............................................................. 38

1. Perkembangan Olahraga Panjat Tebing di Makassar 38

2. Sarana Olahraga Panjat Tebing di Makassar ............. 41

3. Prestasi Olahraga dan Frekuensi Event Panjat Tebing di

Makassar ................................................................... 45

C. Analisis Pendekatan Pengembangan Gedung Olahraga

Panjat Tebing……………………………………………… . 48

1. ..................................................................................... Penge

lolaan Gedung Olahraga Panjat Tebing……… .......... 48

2. ..................................................................................... Lingku

p Pelayanan dan Kapasitas Tampung Gedung Olahraga

Panjat Tebing………………………………... ............... 49

3. ..................................................................................... Jenis

dan Pengelompokan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat

Tebing…………………………………………… ........... 53

4. ..................................................................................... 4.

Identifikasi Pelaku Kegiatan Gedung Olahraga Panjat

Tebing…………………………………………………… 54

vi

5. ..................................................................................... Identifi

kasi Kegiatan Gedung Oahraga Panjat Tebing ......... 55

6. ..................................................................................... Penge

lompokan Fasilitas Gedung Olahraga Panjat

Tebing …………………………………………………… 60

7. ..................................................................................... Pola

hubungan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat

Tebing ………………………………………………… ... 61

8. ..................................................................................... Akseb

ilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing………. ........... 61

9. ..................................................................................... Sasar

an Pelayanan……………………………………. .......... 62

D. Persyaratan Fisik dan Non Fisik………………………….. 63

1. ..................................................................................... Pende

katan Konsep Perancangan Makro…………… .......... 63

2. ..................................................................................... Pende

katan Konsep Perancangan Mikro……………. .......... 64

E. Kesimpulan…………………………………………………. 68

1. ..................................................................................... Kesim

pulan Umum…………………………………….. .......... 68

2. ..................................................................................... Kesim

pulan Khusus……………………………………. .......... 70

BAB IV TATA FISIK ......................................................................... 71

A. Konsep Perencanaan Makro ........................................... 71

1. Penentuan Lokasi ....................................................... 71

2. Pemilihan Site/Tapak .................................................. 74

3. Pendekatan Pengolahan Tapak ................................. 77

4. Pola Tata Ruang Luar ................................................ 85

5. Bentuk dan Penampilan Bangunan ............................ 90

B. Konsep Dasar Tata Ruang Mikro ................................... 93

1. Kebutuhan Ruang ....................................................... 93

vii

2. Pola Hubungan Ruang ............................................... 95

3. Besaran Ruang ........................................................... 99

4. Persyaratan Ruang ..................................................... 114

5. Tata Fisik Bangunan ................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Clinton Thomas Dent, Aiguille Du Dru 3.754 meter 8

Gambar 2. Salah satu kegiatan di Brooklyn boulder 19

Gambar 3. Tampak depan Brooklyn Boulder 22

Gambar 4. Beberapa arena panjat dalam Brooklyn Boulder 23

Gambar 5. Kelas pemula 24

Gambar 6. Yoga 25

Gambar 7. Lokasi The Rock Club dan Arena Pemanjatan 27

Gambar 8. Peki-peki 29

Gambar 9. Earth Trek 30

Gambar 10. Earth Trek 30

Gambar 11. Analisis minat masyarakat terhadap panjat tebing indoor 40

Gambar 12. Dinding panjat Mapala 09 FT-UH 41

Gambar 13. Dinding panjat PU 42

Gambar 14. Dinding panjat Barombong 42

Gambar 15. Dinding panjat Korpala Unhas 43

Gambar 16. Boulder SAR Unhas 44

Gambar 17. Boulder Stimik Handayani 46

Gambar 18. Grafik presentasi raihan medali emas FPTI Sulsel 45

Gambar 19. Grafik presentasi raihan medali perak FPTI Sulsel 46

Gambar 20. Grafik presentasi raihan medali perunggu FPTI Sulsel 47

Gambar 21. Survey tingkat kebutuhan olahraga dan rekreasi 63

Gambar 22. Arena pemanjatan Boulder 64

Gambar 23. Arena pemanjatan lead dan speed 65

Gambar 24. Tipikal ruang pimpinan 65

Gambar 25.tipikal ruang rapat/konferensi 65

Gambar 26. Standar ruang kelas/ruang belajar 66

Gambar 27. Standar layout restauran 67

Gambar 28. Contoh ruang fitness 67

Gambar 29. Layout standar untuk sauna 68

Gambar 30. Alternatif pemilihan lokasi 73

Gambar 31. Alternatif 1 75

Gambar 32. Alternatif 2 75

Gambar 33. Foto udara tapak 77

Gambar 34. Foto udara tapak 77

Gambar 35. Existing condition 78

Gambar 36. Orientasi matahari 79

Gambar 37. Ukuran tapak 79

Gambar 38. Sirkulasi dan pencapaian 81

Gambar 39. Penzoningan 82

Gambar 40. View 83

Gambar 41. Kebisingan/noise 85

Gambar 42. Rumput sebagai penutup tanah 86

Gambar 43. Detail penanaman palem 87

Gambar 44. Penanaman pohon/detail pemancangan 87

Gambar 45. Penanaman pohon 88

Gambar 46. Rencana pengerasan dalam tapak 88

Gambar 47. Rencana bangku taman 89

Gambar 48. Pendekatan sculpture 89

Gambar 49. Rencana lampu taman 89

Gambar 50. Rencana area parkir 90

Gambar 51. Bentuk dasar denah 92

Gambar 52. Rencana tampak 92

Gambar 53. Pola hubungan ruang 99

Gambar 54. Skema sistem pengkondisian udara 117

Gambar 55. Potongan desain dinding ganda 118

Gambar 56. Space frame dan plat beton 119

Gambar 57. Penangkal petir sistem Faraday 126

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Struktur organisasi pengelola GOPT 48

Skema 2. Pola kegiatan pengelola 56

Skema 3. Pola kegiatan pendidikan 56

Skema 4. Pola kegiatan belajar praktek 57

Skema 5. Pola kegiatan pemeriksaan kesehatan 57

Skema 6. Pola kegiatan penelitian 57

Skema 7. Pola kegiatan latihan ketahanan fisik 58

Skema 8. Pola kegiatan latihan peningkatan prestasi 58

Skema 9. Pola kegiatan akomodasi 58

Skema 10. Pola kegiatan perlombaan 59

Skema 11. Pola kegiatan rekreasi 59

Skema 12. Jaringan distribusi air bersih 121

Skema 13. Sistem distribusi air kotor 122

Skema 14. Skema jaringan listrik 122

Skema 15. Sistem pembuangan sampah 123

Skema 16. Sistem pemadam kebakaran 124

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-alat Panjat Tebing 12

Tebel 2. Perbandingan ukuran nominal dan ukuran sebenarnya 19

Tabel 3. Ukuran balok/jarak balok 20

Tabel 4. Studi Banding 30

Tabel 5. Penentuan fungsi detail DTRK Kota Makassar 35

Tabel 6. Nama-nama klub pencinta alam di Makassar 38

Tabel 7. Analisis tingkat minat terhadap panjat tebing 40

Tabel 8. Frekuensi pelaksanaan olahraga panjat tebing 40

Tabel 9. Analisa penentuan site berdasarkan pembobotan 76

Tabel 10. Bentuk dasar bangunan 91

Tabel 11. Pembobotan massa bangunan 91

Tabel 12. Fasilitas pendidikan dan pelatihan 110

Tabel 13. Fasilitas pembinaan atlit 110

Tabel 14. Fasilitas Pengelola 111

Tabel 15. Fasilitas kegiatan hiburan dan penunjang 111

Tabel 16. Kegiatan utama panjat tebing 111

Tabel 17. Fasilitas kegiatan kompetisi 112

Tabel 18. Besaran ruang 112

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan meningkatnya problema kehidupan kota,

mengakibatkan pola kehidupan masyarakat ikut berubah, hal ini ditandai

dengan adanya ketidak seimbangan pola hidup sehat dengan tingkat

kesibukan masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan jasmani. Dimana

semakin menurunnya aktivitas olahraga yang disebabkan batasan waktu

dan fasilitas. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat

akan fasilitas-fasilitas baru yang dapat diperoleh dan digunakan dengan

mudah.

Salah satu fasilitas terbesar yang dibutuhkan masyarakat sekarang

ini yaitu fasilitas olahraga, terutama fasilitas olahraga khusus. Olahraga

yang membutuhkan keterampilan khusus. Hal ini dikarenakan adanya

kecenderungan masyarakat untuk menikmati fasilitas secara penuh dan

tidak tercampur dengan fasilitas lain.

Salah satu olahraga khusus yang sekarang ini membutuhkan

wadah yaitu panjat tebing. Olahraga ini masih diperjuangkan untuk

menjadi salah satu cabang olahraga yang diperlombakan dalam olimpiade

oleh UIAA ( International Mountaineering and Climing Federation). Pada

SEA GAMES 2011 perhelatan olahraga se Asia Tenggara, Indonesia

sebagai tuan rumah memiliki hak untuk mengatur sendiri jenis olahraga

yang diperlombakan sesuai kemampuan atlitnya dan memasukkan panjat

tebing sebagai salah satu cabang yang diperlombakan untuk meraih

medali. Ini menandakan bahwa Indonesia memiliki potensi atlit di bidang

panjat tebing. Sedangkan pada PON (pekan olahraga nasional) panjat

tebing resmi menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan

pada tahun 1996 PON ke XIV di Jakarta.

Perkembangan olahraga panjat tebing ini, juga ditandai dengan

terbentuknya FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) di 32 provinsi dan

237 kabupaten/kota sudah eksis di seluruh Indonesia. FPTI sendiri masuk

2

menjadi anggota UIAA pada tahun 1992 dan menjadi anggota KONI yang

ke 50 pada tahun 1994. (sumber : profil FPTI). Panjat tebing merupakan

cabang olahraga masa depan, yang saat ini memiliki populasi atlet untuk

kompetisi nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 (2002) atlet yang

terdiri dari 270 atlit putra dan sisanya 133 atlit putri. Dengan karakternya

yang penuh petualangan. Olahraga ini merupakan olahraga yang sangat

diminati oleh kalangan muda terutama mahasiswa dan pelajar.

Salah satu kota yang memiliki pertumbuhan atlit panjat tebing yang

tergolong cepat yaitu kota Makassar. Kota yang sudah memiliki penduduk

sebanyak 1.272.349 jiwa (tahun 2010) ini tercatat memiliki jumlah atlit

sebanyak 90 orang (tahun 2002) yang terbagi atas kelompok

umum/professional. Pertumbuhan atlit panjat tebing di kota ini

diasumsikan sebesar 25% pertahun sehingga diasumsikan sekarang

(tahun 2013), Kota Makassar sudah memiliki 337 atlit profesional (yang

dipersiapkan untuk mengikuti kejuaraan membawa nama daerah)

termasuk yang sudah pensiun dan yang masih aktif (sumber : FPTI

Makassar). Dan jumlah ini belum termasuk di dalamnya pemanjat secara

umum yang menggeluti olahraga ini sebagai hobi.

Respon masyarakat akan olahraga panjat tebing ini cukup besar,

terutama golongan mahasiswa. Dari hasil survey pribadi terdapat 32

sampel klub pencinta alam di beberapa universitas dan sekolah tinggi

serta sekolah menengah, hampir semuanya memiliki fasilitas olahraga

panjat tebing. Namun, fasilitas panjat tebing yang dimiliki sangatlah

terbatas dan sebagian besar merupakan panjat tebing luar ruangan/

outdoor, sehingga kerap kali keterbatasan dan rasa tidak aman terhadap

fasilitas yang ada ini yang mengurungkan peminat olahraga ini untuk

menggelutinya. Kegiatan panjat tebing ini juga hanya dapat dilakukan

pada pagi dan sore hari karena terhalangi teriknya matahari yang cukup

menguras kalori bahkan sebelum olahraga dimulai. Selain itu, jika hujan

turun kegiatan olahraga panjat tebing tidak dapat dilakukan karena resiko

kerusakan alat dan bahaya jatuh, serta tidak adanya fasilitas penunjang

3

lainnya seperti peralatan fitness, ruang ganti, WC/kamar ganti dll. Oleh

karena kendala-kendala tersebut terdapat batasan waktu dalam

melakukan olahraga ini. Dan untuk memenuhi kebutuhan akan olahraga

yang sangat memerlukan nyali dan keberanian serta tenaga yang luar

biasa ini diperlukan sebuah fasilitas pemanjatan dalam ruangan atau

sebuah gedung olahraga panjat tebing.

Gedung olahraga panjat tebing merupakan fasilitas olahraga panjat

tebing yang dilakukan dalam ruangan. Fasilitas ini juga mewadahi

kegiatan pembinaan atlit, pelatihan bagi para remaja dan anak anak yang

ingin memiliki keahlian dalam olahraga panjat tebing, sarana kompetisi

dan berbagai sarana penunjang seperti peralatan fitness, toko peralatan

panjat tebing, café, sauna, ruang ganti, kamar mandi dll. Selain sebagai

olahraga, pemanjat atau climber yang sudah tak lagi menggeluti kegiatan

ini untuk mengikuti perlombaan, ataupun bagi sebagian masyarakat

penggiat panjat tebing, sering pula panjat tebing dijadikan sebagai

olahraga rekreasi sekedar untuk mengisi waktu luang atau sekedar untuk

berolahraga biasa. Sehingga adalah sebuah tantangan untuk

menghadirkan sebuah Gedung Olahraga Panjat Tebing (panjat tebing

indoor) yang mampu mewadahi semua kebutuhan di atas, baik itu

olahraga untuk prestasi, olahraga untuk kebugaran dan kesehatan

maupun olahraga yang bersifat rekreatif.

B. UNGKAPAN MASALAH

1. Non Arsitektural

Bagaimana sejarah panjat tebing dunia dan bagaimana

perkembangannya di Indonesia.

Menjelaskan pengertian panjat tebing dan klasifikasi dalam

panjat tebing.

Menjelaskan jenis-jenis alat yang digunakan dan apa fungsinya

masing-masing.

Bagaimana panjat tebing menjadi olahraga yang dapat

dilakukan setiap hari dan oleh berbagai umur.

4

Apa kelebihan olahraga panjat tebing indoor dan apa saja jenis-

jenisnya.

2. Arsitektural

Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk fasilitas

gedung olahraga panjat tebing yang mudah dijangkau

masyarakat dan tidak menimbulkan masalah umum perkotaan

seperti macet.

Bagaimana merencanakan suatu wadah gedung olahraga

panjat tebing yang sesuai dengan standar keamanan

pemanjatan.

Bagaimana menyatukan fungsi olahraga dan rekreasi dalam

satu wadah.

Bagaimana menentukan sirkulasi ruang makro dan mikro,

pengelompokan ruang, persyaratan ruang, besaran ruang dan

lainnya dari sebuah gedung olahraga panjat tebing sehingga

dapat memberikan suasana nyaman bagi penggunanya.

Bagaimana membuat desain fisik yang dapat mengungkapkan

karakteristik dari kegiatan panjat tebing yaitu atraktif, sportif.

Bagaimana menata bangunan dalam tapak sehingga tercipta

sirkulasi yang baik.

Menganalisis jumlah pengunjung berdasarkan perhitungan

prediksi pengunjung yang datang.

Bagaimana menuangkan karakter panjat tebing kepada interior

dan eksterior bangunan terkhusus pada bentuk dan penampilan

bangunan.

C. TUJUAN

Desain bangunan yang dapat memenuhi segala aktifitas dan

kegiatan para pemanjat, dan masyarakat yang ingin mencoba

ataupun belajar mengenai pemanjatan.

5

Desain bangunan yang dapat mewadahi sebuah kompetisi

berskala nasional maupun internasional

Menciptakan karakteristik tersendiri pada rancangan agar

menjadi sebuah objek yang menarik dan dapat menjadi media

olahraga multi-fungsi bagi pemanjat dan masyarakat secara

umum.

Memberikan fasilitas-fasilitas yang lebih kompleks seperti, area

latihan atlet, area fitness, area pendidikan bagi pemula, area

rekreasi bagi yang sekedar menikmati panjat tebing untuk

kepentingan pribadi.

D. SASARAN PEMBAHASAN

Sasaran pembahasan ditinjau dari 2 aspek yaitu :

a. Arsitektural

Secara arsitektural sasaran pembahasan mengenai :

1. Konsep perancangan makro

1.1) Konsep pemilihan lokasi

1.2) Konsep pemilihan tapak

1.3) Konsep pengolahan tapak dan perencanaan tata

lingkungan.

2. Konsep perancangan mikro

2.1) Konsep kebutuhan ruang

2.2) Konsep tata massa

2.3) Konsep sirkulasi

2.4) Konsep bentuk dan penampilan bangunan

2.5) Konsep struktur dan material bangunan

2.6) Konsep sistem utilitas dan perlengkapan

bangunan

2.7) Konsep tata ruang luar dan ruang dalam

b. Non Arsitektural

Menganalisis data-data yang dikumpulkan mengenai

masalah panjat tebing secara umum dengan membahas

6

Gedung Olahraga Panjat Tebing secara khusus, terhadap

tuntutan pemakaian ruang dan fasilitas pendukung yang

dapat memenuhi kebutuhan pengunjung.

E. LINGKUP PEMBAHASAN

1. Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur sedangkan disiplin

ilmu lain yang dianggap menunjang tetap digunakan dengan

mengarahkan pembahasannya ke disiplin ilmu arsitektur kembali

dan jika dianggap mendasari atau menentukan faktor perencanaan

akan digunakan namun tidak dibahas secara mendetail.

2. Pembahasan meninjau kegiatan gedung olahraga panjat tebing.

3. Pembahasan dititikberatkan pada fungsi sebagai wadah untuk

meningkatkan prestasi, pembinaan dan pendidikan, kompetisi,

rekreasi, sumber informasi dan pengembangan wisata olahraga.

4. Lingkup pembahasan secara umum diarahkan pada studi

mengenai perkembangan olahraga panjat tebing di Indonesia.

F. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang digunakan adalah metode analisa

sintesa yaitu menguraikan secara umum tentang olahraga panjat tebing

serta permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan

olahraga panjat tebing, yang data-datanya berdasarkan hasl survey

lapangan, wawancara langsung maupun studi literature sehingga

menghasilkan identifikasi masalah berupa suatu kesimpulan yang dapat

diaplikasikan ke dalam acuan dasar perancangan.

Acuan dasar perancangan tersebut kemudian akan ditransformasikan ke

dalam konsep perancangan dan perencanaan fisik Gedung olahraga

panjat tebing dalam proses selanjutnya.

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I Mengemukakan hal-hal yang melatarbelakangi

pengambilan jenis sarana, ungkapan masalah,

pengertian judul, tujuan dan sasaran, lingkup

permasalahan dan metode sistematika pembahasan.

7

BAB II Menguraikan tentang tinjauan pustaka dari olahraga

Panjat tebing, yang berisi penjelasan seputar olahraga

Panjat tebing secara umum dengan gedung olahraga

panjat tebing secara khusus, serta permasalahan yang

ada. Serta studi banding gedung olahraga panjat tebing.

BAB III Menguraikan tentang tinjauan khusus kota Makassar,

serta analisis perlunya pengadaan gedung olahraga

panjat tebing di Makassar.

BAB IV Merupakan tahap pendekatan acuan dasar perancangan

sebagai titik tolak ke arah pembuatan konsep

perancangan fisik yang akan ditransformasikan ke dalam

desain fisik.

8

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. TINJAUAN PANJAT TEBING/ CLIMBING

1. Sejarah Singkat Panjat Tebing Dunia

Pada tahun 1492 Sekelompok orang Perancis di bawah

pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille

(2097 meter), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan

mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian,

orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan

Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi

mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang

lebih mirip dengan para pengunduh sarang burung walet gua di

tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.

Kemudian pada tahun 1878 Regu yang dipimpin Clinton Dent

berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru

lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi

namun curam dan sulit.

Gambar 1 . Kiri Clinton Thomas Dent, Kanan Aiguille Du Dru 3.754 Meter

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Clinton_Dent

Pada tahun 1910 Karabiner untuk pertama kali dipakai dalam

pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari

9

Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam

pasukan pemadam kebakaran. Tahun 1937 Bill Murray mengubah

tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai

lahirnya panjat es modern. Selanjutnya pada tahun 1938 Dinding

utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan

Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan

medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah

menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. Tahun

1972 Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal

olimpiade, walaupun bukan sebagai cabang olahraga yang

diperlombakan akan tetapi didemonstrasikan dalam Olympiade

Munich. (GS,Bahan: katalog LPDN, berbagai sumber)

2. Perkembangan Panjat Tebing di Indonesia

Perkembangan climbing di Indonesia dimulai dari sekitar

tahun 1980. Tebing 48 m di Citatah, Bandung, dipakai sebagai

ajang latihan oleh pasukan Angkatan Darat Indonesia, namun

patok pertama kali di Indonesia adalah tahun 1976. Harry Sulistiarto

mulai latihan memanjat pada Tebing Citatah, diteruskan bersama

ketiga rekannya, Heru Hermanu, Dedi Hikmat dan Agus P pada

tahun 1977 mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group.

masih pada tahun yang sama mereka melakukan ekspedisi ke

Selandia Baru dan mencoba mendaki Gunung Everest tanpa

bantuan Sherpa.

Tahun 1979 Harry Suliastarto memanjat atap planetarium di

Taman Ismail Marzuki Jakarta yang merupakan upaya untuk

mempublikasikan olahraga panjat tebing di Indonesia. Setahun

kemudian Skygers mendirikan sekolah panjat tebing yang pertama

tahun 1980. Masih pada tahun 1980, wanadri menjadi tim

Indonesia pertama yang berekspedisi panjat tebing di Carstens

Pyramid. Mereka gagal sampai ke puncak, namun berhasil

mencapai puncak jaya dan carstens timur.

10

Kompetisi panjat tebing pertama kali di dunia diselenggarakan

di Uni Sovyet di Tebing Ala yang ditayangkan di TVRI. Pada tahun

1987, Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Unta,

Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Gajah di

Jawa Tengah dan kelompok Skygers memanjat Tebing Sepikul,

Jawa Timur. Pada tahun yang sama diadakan lomba panjat tebing

pertama di Indonesia.

Pada tahun 1986, kantor menpora bekerjasama dengan

kedubes Prancis mengundang empat pemanjat tebing mereka

untuk memperkenalkan dinding panjat serta memberikan kursus

pemanjatan. Pada akhir acara tersebut dibentuk Federasi Panjat

Gunung dan Tebing Indonesia (FPGTI) yang diketuai oleh Harry

Sulistiarto. Masih pada tahun yang sama Aranyasala Trisakti

mengadakan ekspedisi panjat tebing putri dengan pemanjatan

tower III tebing Parang di Jawa Barat dan kelompok putra

memanjat tebing Kembar Citeureup, Bogor. Sandy Febrianto (alm)

dan Djati Pranoto melakukan pemanjatan kebut di Tower I tebing

Parang yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia dan dalam

waktu 4 jam sekaligus tercatat sebagai pemanjatan besar pertama

tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya

dihubungkan dengan tali. Pada tahun ini juga diadakan lomba

panjat dinding buatan pertama di Bandung dengan mengambil

lokasi di suatu gardu listrik.

Lomba Panjat Dinding Nasional (LPDN) akhirnya di gelar di

Jakarta dengan dinding panjat pertama dengan ketinggian 15 meter

dan dibangun 4 sisi. Untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan

atlit panjat tebing di kejuaraan Oceania, hanya Andreas dan Deden

Sutisna yang mendapat peringkat empat dan lima. Walaupun

demikian dengan keikutsertaan ini membuka mata dunia panjat

tebing internasional bahwa setidaknya Indonesia sudah mempunyai

atlit Internasional. Untuk itu FPTI mengeluarkan peraturan lomba

11

panjat tebing yang pertama dan FPTI Pengda Jatim bekerja sama

dengan Impala Universitas Merdeka Malang mengadakan climbing

party di Lembah Kera yang diikuti oleh puluhan pemanjat, selain

memanjat bersama juga diadakan diskusi dan evaluasi pembuatan

jalur sehingga menjadi bentuk jambore pertama walaupun tidak

disebut demikian. Saat ini olahraga panjat tebing sudah

diperjuangkan untuk untuk menjadi salah satu cabang olahraga

yang patut diperlombakan dalam olimpiade oleh UIAA (international

Mountaineering and Cimbing Federation).

Perkembangan olahraga panjat tebing di Indonesia saat ini

cukup pesat, hal ini ditandai dengan terbentuknya FPTI (Federasi

Panjat Tebing Indonesia) di 32 Provinsi dan 237 kabupaten/kota

sudah eksis di seluruh Indonesia. Populasi atlet untuk kompetisi

nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 atlit yang terdiri dari 270

atlit putra dan 133 atlit putri. Dengan karakternya yang penuh

petualangan, olahraga ini banyak diminati oleh kalangan muda

terutama mahasiswa dan pelajar.

3. Pengertian Panjat Tebing / Climbing

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Climbing adalah

kegiatan pemanjatan/pendakian (pemanjatan) dengan kaki dan

tangan. Lebih lanjut, panjat tebing adalah seni olahraga atau hobi

yang dilakukan dengan mengandalkan kelenturan dan kekuatan

otot serta teknik tersendiri untuk memanjat mencapai ketinggian

tertentu.

(Sumber tambahan : http://carapraktis-

all.blogspot.com/2012/08/materi-dalam-panjat-tebing-climbing.html)

4. Klasifikasi Panjat Tebing /Climbing

Perbedaan antara free climbing dengan arficial climbing.

Free climbing adalah suatu tipe pemanjatan di mana si pemanjat

menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya

sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam free climbing, alat

12

digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk

menambah ketinggian. Sedangkan artificial climbing, di mana alat

selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk

menambah ketinggian.

Perbedaan yang kedua adalah sport climbing dengan

adventure climbing. Sport climbing adalah suatu pemanjatan yang

lebih menekankan pada faktor olahraganya. Dalam sport climbing,

pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu

untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada adventure climbing,

yang ditekankan adalah lebih pada nilai petualangannya.

5. Peralatan Panjat tebing

Tabel 1. Alat – Alat Panjat Tebing

N

o

Jenis Alat Fungsi Dimensi/ukuran Gambar

1. Tali kernmantel

a. Kernmantel

dinamis

b. Kernmantel

semi statis

c. Kernmantel

statis

Fungsi utama tali

untuk melindungi

pendaki dari

kemungkinan

jatuh sampai

menyentuh tanah

Ukuran tali

kernmantel yang

umum dipakai :

Diameter = 11

mm

Panjang = 45 m

2. Webbing Harness (tali

tubuh), swami

belt, chest

harness

Digunakan untuk

body sling

lebar 25 mm

berbentuk

tubular.

Lebar 50 mm

dan berbentuk

pipih

3. Carrabiners

a. Screw

b. snap

Menghubungkan

tali dengan

runners (titik

pengaman),

Variatif sesuai

dengan

fungsinya

Carrabiner dapat

screw

13

sehingga

carrabiner dibuat

kuat untuk

menahan bobot

pendaki yang

jatuh.

menahan beban

1200 kg = 2700

pounds

Beban

maksimum

sekitar 5000

pounds

snap

4. Piton (paku

tebing)

Berfungsi

sebagai

pengaman

Beberapa model

piton di

sesuaikan

dengan rekahan

tebing

5. Chock

a. sling chock

b. wired

chock

c. rope chock

berfungsi sebagai

pengaman

(runners)

berbentuk

hexentric dan

foxhead

6. Ascendeur

a. jumar

b. clog

Digunakan

sebagai alat

bantu naik,

merupakan

perkembangan

dari prusik

a. berkekuatan

1100 pounds

dipakai pada

tali

berdiameter

7-11 mm

14

7. Descendeur

a. figure of eight

b. brakebar

c. bobbin

d. single rope

double rope

Digunakan untuk

turun tebing

(abseiling,

rapeling). Agar

pemanjat tidak

meluncur bebas.

8. Etrier Bila rute sulit

dilalui karena

tipisnya pijakan

dan pegangan

maka etrier

sangat

membantu

menambah

ketinggian

9. Harness

a. full body

harness

b. seat

harness

Menahan tubuh

saat jatuh dan

juga mengurangi

rasa sakit

dibandingkan jika

menggunakan tali

langsung ke

tubuh dgn simpul

tertentu.

Full body harness

Seat harness

15

10

.

Helm Melindungi

kepala dari

benturan tebing

saat pemanjat

terjatuh atau bila

ada batu yang

berjatuhan.

11

.

Sepatu Telapak kaki saja

tak cukup untuk

melekatkan kaki

pada permukaan

tebing,

karenanya

diperlukan sepatu

untuk melakukan

pemanjatan.

Bervariasi

sesuai ukuran

kaki pemanjat

12

.

Hammer Digunakan untuk

memalu piton

maupun

melepaskan piton

pada rekahan

tebing

B. TINJAUAN GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING (INDOOR

CLIMBING)

1. Pengertian Gedung Olahraga

Pengertian gedung

1 bangunan tembok dsb yg berukuran besar sbg tempat

kegiatan, spt perkantoran, pertemuan, perniagaan, pertunjukan,

olahraga, dsb; 2 rumah tembok yg berukuran besar;--

arca nama julukan untuk museum di Jalan Merdeka Barat,

16

Jakarta; gedung gajah; -- bicara ark 1 gedung tempat

bersidang; 2 gedung pengadilan; -- gajahgedung arca; --

pencakar langit bangunan tinggi dan bertingkat; gedung yg

menjulang tinggi; -- pola gedung tempat memamerkan berbagai

pola, model, atau rencana pembangunan dl bentuk maket,

miniatur, peta, foto, dan gambar; -- Putihistana Presiden

Amerika Serikat di Washington; -- sekolah gedung tempat

belajar dan mengajar.

Pengertian Olahraga

1. gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (spt

sepak bola, berenang, lempar lembing);

-- memanah panahan; -- tarung olahraga adu kekuatan dng

tujuan berusaha menjatuhkan lawan ke tanah dng pegangan

dan gerakan tertentu

ber·o·lah·ra·ga v melakukan gerak badan (berenang, bermain

bola, dsb);

(sumber : http://www.artikata.com/index.php)

Jadi, gedung olahraga adalah, bangunan tembok dsb

yang berukuran besar yang dapat digunakan dengan leluasa

untuk beraktivitas menguatkan dan menyehatkan badan.

2. Pengertian Panjat Tebing Indoor

Panjat tebing indoor adalah bagian dari olahraga panjat

tebing yang meningkat drastis yang dilakukan di struktur buatan

yang meniru bentuk tebing atau pemanjatan alami yang lebih

terkendali yang dilakukan dalam media tertutup/dalam ruangan.

Dinding – dinding buatan dalam ruangan biasanya dibuat

dari batu bata yang dibentuk seperti kecuraman alami dengan

variasi – variasi pegangan tangan.

Dengan variasi – variasi pegangan yang dibuat

sedemikian rupa pada dinding – dinding dengan ketinggian dan

17

kecuraman yang bervariasi pula. Menjadikan olahraga panjat

tebing semakin digemari.

Selain itu, salah satu yang membuat panjat tebing indoor

makin menarik yaitu walaupun cuaca di luar sangat buruk untuk

melakukan pemanjatan, panjat tebing indoor hadir menawarkan

satu alternatif untuk tetap melakukan olahraga ini. Banyak

masyarakat pekerja yang melakukan olahraga dalam ruangan

walaupun hari sudah gelap. Dengan hadirnya panjat tebing

indoor cuaca apapun dan kesibukan apapun orang – orang

masih bisa menikmati olahraga panjat tebing dalam ruangan.

Perkembangan panjat tebing indoor semakin meningkat dan

terkenal. Semenjak kondisi lingkungan (integritas struktur panjat

tebing, pakaian sampai pada tekniknya) dapat dikendalikan

dengan satu sistem.

3. Jenis – jenis Panjat Tebing Indoor

Jenis – jenis olahraga panjat tebing indoor sudah dibahas

di bagian jenis – jenis panjat tebing, namun lebih di spesifikkan

ke dalam olahraga panjat tebing yang bersifat indoor (dalam

ruangan) yaitu :

a. Bouldering adalah pemanjatan poin besar atau kecil,

biasanya menggunakan sepatu dan chalk bag (kantong

bubuk magnesium). Bahkan menggunakan tali belay dan

seorang pembelay (spotter). Bouldering adalah salah satu

bagian dari panjat tebing yang menekankan pada kekuatan

dan dinamika yang berfokus pada gerakan – gerakan jalur

pendek.

b. Buildering adalah pemanjatan dengan susunan struktur

yang teratur yang pada umumnya tidak menggunakan alat

dan menghindari adanya tangga dan elevator. Aspek dari

bangunan atau bentuk susunan poin akan memberikan seni

pergerakan yang dikenal sebagai parkour.

18

c. Rappelling adalah suatu cara untuk menuruni tebing dengan

menggunakan tali yang diberikan friksi sehingga dapat turun

dengan terkontrol. Rappelling merupakan bagian dari panjat

tebing tapi tidak melakukan pemanjatan melainkan

sebaliknya (terjun atau berjalan dari ketinggian ke lantai).

d. Wall climbing adalah pemanjatan di dinding buatan dengan

menggunakan tali dan peralatan pemanjatan. Biasanya wall

climbing memiliki ketinggian kurang lebih 15 meter atau

kurang lebih 3 lantai bangunan. Dengan membuat konstruksi

buatan untuk membuat genggaman – genggaman untuk

tangan dan kaki yang digunakan untuk memanjat. Konstruksi

wall climbing biasanya dibuat di dinding paling modern,

biasanya menggunakan lapis ganda tebal dan bahkan

sekarang umumnya dibuat dari bahan baku fiber kemudian

dilubangi dengan menggunakan bor. Dinding yang sudah

dilubangi dipasangi batu – batu besar atau bisaa disebut

point untuk genggaman dan pijakan. Pengaturan batu – batu

ini untuk meniru genggaman pada tebing – tebing alami.

Konsep dari wall climbing di perkenalkan oleh Don

Robinson dari Leed University pada tahun 1964. Don

Robinson merupakan salah satu dosen pendidikan jasmani

dan pendiri DR climbing. Dia membuat bongkahan di salah

satu dinding koridor.

Indoor climbing menjadi olahraga popular karena

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

mencoba pendakian tebing walaupun di tebing buatan.

19

Gambar 2. Salah Satu Kegiatan Climbing Di Brooklyn

Boulder

Tipe wall/dinding :

1. Konstruksi paling sederhana (kayu lapis)

2. Granit

3. Beton sprayed

4. Aluminium

5. Baja

6. Dinding kaca serat tekstur

Desain dinding panjat :

Ukuran nyata dan ukuran nominal, kayu yang belum

dikerjakan merupakan kayu yang masih nyata sedangka

untuk kayu yang sudah digergaji merupakan ukuran nominal,

jadi dalam menggambar dimensi pergunakan ukuran

nominal.

Tabel 2. Perbandingan Ukuran Nominal Dan Ukuran

Sebenarnya

Nominal Size

1x4

1x6

1x8

Actual Size

¾ x 3½

¾ x 5½

¾ x 7¼

20

1x10

1x12

2x2

2x4

2x6

2x8

2x10

2X12

¾ x 9¼

¾ x 11¼

1½ x 1½

1½ x 3½

1½ x 5½

1½ x 7¼

1½ x 9¼

1½ x 11¼

Sumber : www.indoorclimbing.com

Jarak balok untuk tembok panjat.

Tabel 3. Ukuran Balok/Jarak Balok

Joist Size

2X6

2X8

2X10

16" Joist Spacing

9'-9" Allowable Joist Span

12'-10" Allowable Joist Span

16'-5" Allowable Joist Span

24" Joist Spacing

8'-6" Allowable Joist Span

11'-3" Allowable Joist Span

14'-4" Allowable Joist Span

Sumber : www.indoorclimbing.com

Cara pembuatan climbing wall

1) Rangka, masing – masing bagian rangka harus dibuat

secara terpisah dari jangkar dan tiang penopang.

Pemasangan kerangka panel menggunakan sekrup –

sekrup. Pengeboran drill dengan dua lubang dengan 1

lubang 1/8” drill.

2) Peninjauan sudut siku, memeriksa sudut dari kedua

diagonal, sudut keduanya harus sama, jika terdapat

perbedaan maka bingkai haruslah menyesuaikan sampai

kedua sudutnya sama.

3) Menyambung, balok silang dan kuda pembiak harus

bekerja sma dan berderet dan menggunakan sekrup

untuk memperkuat dindingnya.

21

4) Anchor/jangkar, merupakan rangka untuk

menghubungkan dinding/wall ke bangunan.

5) Pengeboran dinding untuk pegangan, hal ini dilakukan

dengan mengebor secara lurus dan grid

6) Persiapan pengecetan

7) Pemeriksaan kelembaban

8) Pengecetan

9) Perlindungan

4. Pelaku Gedung Olahraga Panjat Tebing

Olahraga panjat tebing saat ini memiliki populasi atlet

untuk kompetisi nasional yang dicatat FPTI mencapai 412 atlet

yang terdiri dari 270 putra dan sisanya 133 atlit putri. Secara

umum olahraga ini sangat diminati oleh kalangan muda

terutama mahasiswa. Selain mahasiswa, anak-anak seumuran

SD, SMP, dan SMA juga beberapa melakukan kegiatan

ini.(sumber : FPTI Makassar)

5. Persyaratan indoor climbing (gedung olahraga panjat

tebing)

Persyaratan pada olahraga panjat tebing terbagi :

Persyaratan untuk Panjat tebing prestasi (sport climbing)

Dinding panjat

Untuk kategori kesulitan dan kecepatan

- Lebar minimal 2,4 meter

- Tinggi minimal 10 meter dengan panjang lintasan minimal 12

meter

Untuk kategori jalur pendek (bouldering)

- Tinggi maksimal 4,5 meter

- Panjang minimal 4 x 2,4 meter

Dan secara umum untuk semua kategori :

- Memiliki empat bentuk permukaan yaitu : vertikal, hang,

overhang, roof

22

- Terbuat dari bahan playwood dan panelresin.

- Dinding melekat pada rangka yang terbuat dari bahan besi

dan kayu.

- Dapat dibangun di luar bangunan (outdoor) maupun di dalam

ruang (indoor).

- Radius daerah netral dari dinding panjat minimal 10 meter

(khusus pada kegiatan perlombaan).

6. Studi banding

a. Brooklyn boulders (bkb)

Brooklyn boulders BKB menawarkan 2 jenis dasar

pemanjatan : bouldering atau pemanjatan yg dilakukan pada

papan panjat pendek tanpa menggunakan tali pengaman dan

roped climbing atau pemanjatan yang dilakukan dengan

pengaman tali yg terikat pada harness pemanjat melalui

pengaman pada top jalur pemanjatan dan terhubung pada

harness belayer.

Gambar 3. Tampak Depan Brooklyn Boulder

23

Gambar 4. Beberapa Arena Panjat Dalam Brooklyn Boulder

Lokasi, 575 Degraw St.Brooklyn, NY 11217 (Corner of

3rd Ave. and Degraw St.)

Luas bangunan adalah 22.000 square feet atau 6.705,6

Jam buka Brooklyn Boulders

Minggu 11 am – 11 pm

Senin 11 am – 11 pm

Selasa 9 am – 11 pm

Rabu 11 am – 11 pm

Kamis 9 am – 11 pm

Jumat 11 am – midnight

Sabtu 11 am – midnight

Kelas

Untuk pemula

Learn the Ropes class : adalah kelas yg cocok untuk pemula

yang ingin mengetahui dasar-dasar pengetahuan dan skill

pemanjatan. Materi kelas ini antara lain simpul2 tali dasar,

cara2 yang aman untuk pemanjatan top ropes/roped

climbing, teknik belay dan semua yang perlu diketahui untuk

pemajatan roped climbing (pemanjatan dengan pengaman).

24

Gambar 5. Kelas Pemula

Learn to Boulder : khusus untuk menguasai teknik-teknik

pemanjatan (diluar bantuan alat) namun untuk melatih

tangan dan kaki pemanjat kelas boulder ini adalah kelas

yang tepat yang disediakan oleh BKB. Dengan latihan bolder

ini pemanjat dapat mengembangkan teknik pemanjatan,

mendatkan power/ atau kekuatan dalam hal ini melatih

kekuatan tangan dan kaki pemanjat. Tentunya dibawah

pengawasan dan pengajaran instruktur BKB.

Yoga : BKB menawarkan kelas Yoga setiap hari kecuali

Sabtu, kelas yoga ini terbuka untuk semua level, pose yoga

ini dikhususkan pada bahu dan pinggul dengan cara yang

diperlukan untuk menunjang kegiatan pemanjatan.

25

Gambar 6. Yoga

Kelas Tingkat Lanjut

Lead Climbing Class : BKB menawarkan kursus yang

komprehensip dan mendalam untuk lead climbing/atau

pemanjatan denga tingkat kesulitan yang tinggi baik dari segi

jalur dan penguasaan alat untuk mereka yang ingin

meningkatkan pengetahuannya untuk teknik pemanjatan ini.

BKB University : adalah program teknik umum yang

diperuntukkan untuk semua pemanjat baik pemula maupun

yang sudah mahir

Slackline series : kelas ini menawarkan pengenalan dasar

menemukan keseimbangan diatas tali yang agak kendur,

pelajaran ini membantu mengembangkan kekuatan inti,

fokus dan stabiliti yang juga dibutuhkan dalam pemanjatan.

Private lesson : BKB juga menawarkan private lesson untuk

individu atau grup kecil. Dalam kelas ini mengikuti keinginan

muridnya. Sesuai dengan permintaan peserta kelas dan

ditangani oleh instruktur yang berpengalaman dan

berpengetahuan luas yang ada pada BKB.

26

Untuk anak- anak BKB menyediakan program

Family Hours : untuk sabtu dan minggu 8 am- 10 pm BKB

menyediakan waktu khusus hanya untuk orang tua dan anak

untuk menggunakan sarana panjat dan gym.

Birthday Parties :BKB menyedikan party space untuk acara

ulang tahun, paket pesta yang disediakan termasuk 1 jam

waktu pemanjatan beserta belayer yg disapkan.

Kids Academy adalah program after school BKB untuk

anak2 umur 5 – 10 thn. Pkl 4 pm – 6 pm anak-anak bisa ke

BKB dan melakukan pemanjatan di bawah pengawasan dan

pengajaran oleh staff BKB. Kegiatannya termasuk

peregangan, permainan climbing, roped climbing, dan

slacklining.

b. The rock club

The Rock Club adalah pusat indoor climbing pertama di

New York bertempat di 130 RhodesStreet

NewRochelle, NY10801, AmerikaSerikat (914) 633-

7625

Fasilitas kami dapat digunakan oleh semua level, baik

pemanjat, ataupun pemula.

Ukuran! 4.572m² area panjat. Dinding hingga 40 kaki

dan rute lebih dari 60 ft 70 & 18 lead climbing stasiun.

Lebih dari 170 rute dan problem bouldering.

27

Gambar 7. Lokasi The Rock Club Dan Area Pemanjatan

Bouldering area

Area rappeling setinggi 10 m dengan tangga sebagai

akses naik

Pusat Pelatihan" sepenuhnya tertutup membuat Anda

aman dari anak-anak kecil. Dan itu membuat mereka

aman dari Anda!

Keanggotaan yang flexibel

Area gym yang terpusat

Toko alat pendukung dengan premium products dari

Five Ten, Black Diamond, Metolius dll.

2 ruang dengan fungsi fleksibel dan studio kesehatan

AC, suhu anti-stratifikasi & pengendalian debu

Klub kesehatan dengan ruang saunan

Jam Kerja

Senin – Jumat : 10am - 10:30pm

Sabtu & Minggu : 9:30am - 8pm

Tutup July 4, Thanksgiving, Christmas dan Labor Day.

Hari libur lain : 12 noon - 8pm.

28

c. PekiPeki

Akira Aoyama dan rekan-rekannya membuat sebuah

tempat unik untuk melatih kemampuan climbing yang

berlokasi di Shibuya.

Pekipeki di sponsori oleh MAMMUT, adalah sebuah

studio bouldering indoor yang dibagi dalam 3 lantai dimana

orang dewasa dan anak-anak dapat menikmati keindahan

bouldering. Ruangan putih bersih membuat point2 climbing

yang penuh warna mendapat perhatian penuh, seperti

potongan-potongan seni yang menempel pada dinding putih.

29

Gambar 8. Peki-Peki

d. Earth Trek

Pusat Climbing Earth Treks di Columbia, menawarkan

fasilitas pemanjatan untuk semua umur dan tingkat

kemampuan pemanjat. Jalur pemanjatan di rubah setiap

harinya oleh Keith Dickey.

Pusat pemanjatan ini memiliki wall (dinding panjat)

setinggi ±13 meter dan 6096 m² permukaan wall (dinding

panjat) termasuk sebuah area bouldering dengan kemiringan

extra, roof (atap), celah atau retakan yang biasa terdapat di

tebing asli, chimney (bentukan tebing yang menyerupai pilar,

lempingan dan bahkan stalaktit. Area terpisah untuk program

privat dan perlombaan terdapat di lantai dua. Earth Treks

Columbia di perluas pada musim gugur 2009, menambah

luas lantai hingga 70 % dan menambahkan boulder baru, top

rope, lead dan area fitness. Daerah original untuk gym telah

di renovasi secara total, termasuk tekstur dinding baru dan

lapisannya.

30

Gambar 9. Earth Trek

Gambar 10. Earth Trek

Tabel 4. Studi Banding

Nama Tahun

pembangunan lokasi fasilitas

Brooklyn

Boulders 2009

Lokasi, 575 Degraw

St.Brooklyn, NY

Kelas untuk pemula, kelas

tingkat lanjut,

31

11217 (Corner of 3rd

Ave. and Degraw St.)

Area panjat untuk dewasa,

anak-anak, yoga, fitness,

22.000 square feet atau

6.705,6 m²

The Rock

Club

130 RhodesStreet

NewRochelle,

NY10801,

AmerikaSerikat (914)

633-7625

4.572m² area panjat.

Dinding hingga 40 kaki dan

rute lebih dari 60 ft 70 & 18

lead climbing stasiun. Lebih

dari 170 rute dan problem

bouldering.

PekiPeki 2009

6-19-14 Jingumae,

Shibuya-ku, 150-0001

Tokyo Japan

Kids climbing area, pro

climbing area, café, social

area

Earth Treks

2007

Diperluas pada

2009

725 Rockville

Pike Rockville, MD

20852, Amerika Serikat

(240) 283-9942

Area pemanjatan untuk

semua umur, gym.

32

BAB III

TINJAUAN KHUSUS GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING DI

MAKASSAR

A. ANALISIS UMUM KOTA MAKASSAR

1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Kota Makassar mempunyai kedudukan strategis sebagai

pusat pelayanan dan pengembangan di Propinsi Sulawesi

Selatan bahkan sebagai pusat pelayanan bagi kawasan Timur

Indonesia. Hal tersebut mempunyai konsekuensi bagi

pemerintah Kota Makassar dalam mengelola berbagai potensi

yang ada serta mengatasi kendala dan tantangan yang

dihadapi. Terlebih lagi jika dikalikan dengan kebesaran

Makassar pada masa lalu yang tidak hanya dikenal sebagai

kota besar di Nusantara, tetapi juga sebagai salah satu kota

besar dunia karena keterbukaan akses Makassar terhadap

perdagangan international.

Kebesaran Makassar pada masa lalu serta potensi sosial

budaya dan ekonomi dan sumber daya manusia yang dimiliki

saat ini dihadapkan pada perubahan yang dinamis dalam

konteks globalisasi pada satu sisi, dan kecenderungan

menguatnya semangat otonomi daerah pada sisi lain, menurut

adanya paradigma pembangunan yang adaptatif terhadap dua

kutub kecenderungan tersebut sebagai upaya untuk

menempatkan Kota Makassar tetap menjadi kota yang

terkemuka.

Makassar dalam sejarahnya telah menjadi bagian dari

masyarakat dunia. Demikian halnya saat ini dan kecenderungan

ke depan akan tetap menjadi bagian dari masyarakat dunia

yang tengah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan

tingkat kompetisi yang semakin ketat hampir di semua bidang

termasuk olahraga, namun memberi peluang terjadinya

33

sinergitas antar daerah pada sisi yang lain. Bersamaan dengan

globalisasi tersebut kecenderungan lain yang dihadapi adalah

semangat otonomi daerah sebagai konsekwensi perubahan

paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi.

Kecenderungan yang demikian ini memberi peluang bagi

pengembangan potensi masing-masing daerah, interkoneksitas

antar daerah, dan sekaligus dapat menciptakan persaingan

antar daerah.

Bagi Kota Makassar, dua kecenderungan di atas dapat

mendorong pengembangan dan pemanfaatan potensi kota

karena memiliki potensi sumber daya manusia, khususnya yang

strategis dan ketersediaan berbagai infrastruktur kota. Namun

demikian, juga dapat menciptakan beban karena dalam

kenyataannya Makassar juga dihadapkan pada masalah

perkotaan yang cukup kompleks. Diantara masalah tersebut

yang cukup mendasar adalah kualitas manusia yang masih

relatif terbatas, potensi ekonomi yang belum berkembang

secara optimal, kualitas dan ketersediaan infrastruktur kota yang

masih terbatas dibandingkan dengan dinamika kebutuhan

masyarakat serta tuntutan atas penyelenggaraan tata

pemerintahan yang baik.

Dengan pertumbuhan sarana-sarana yang ada, olahraga

merupakan salah satu sarana yang patut untuk di perhatikan

jika kita berbicara untuk meningkatkan sumber daya manusia.

Lebih terkhusus lagi kepada olahraga pemanjatan yang akan

menjadi fokus pada pembahasan ini. di klub-klub pencinta alam

dan sekolah-sekolah serta tingkat pertumbuhan minat

masyarakat yang mencapai kurang lebih 55% (berdasarkan

survey oleh FPTI Makassar dari 200 kusioner yang di sebar ke

sekolah dan kampus) dan pertumbuhan atlet yang mencapai

25% pertahunnya (sumber : FPTI Makassar) menjadikan Kota

34

Makassar sudah selayaknya dibangun sebuah wadah yang

dapat menampung aktivitas tersebut.

2. Letak dan Batas Geografis Kota Makassar

Kota Makassar merupakan ibukota Provinsi Sulawesi

Selatan, yang secara geografis terletak antara 11924’17’38” BT

dan 58’6’19” LS. Luas wilayah kota Makassar tercatat 175,77

km persegi yang meliputi 14 kecamatan, adapun batas wilayah

kota Makassar secara administrasi meliputi : Sebelah Utara,

Kabupaten Maros, Sebelah Timur, Kabupaten Maros, Sebelah

Selatan, Kabupaten Gowa, Sebelah Barat, Selat Makassar.

3. Keadaan Fisik Topografi Kota Makassar

Keadaan topografi dapat dibagi dalam dua klasifikasi yang

berbeda yaitu daerah barat yang relativ berbukit dengan

ketinggian antara ± 5,00 m sampai dengan ± 25,00 m di atas

permukaan laut, sedangkan bagian timur merupakan dataran

dengan ketinggian antara ± 2,00 m sampai dengan ± 5,00 m di

atas permukaan laut.

4. Keadaan Iklim Kota Makassar

Berdasarkan pencatatan stasiun meteorology maritim

paotere. Secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77%,

temperatur udara sekitar 26,2-29,3c, dan rata-rata kecepatan

angin 5,2 knot.

(Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah. IV,

Stasiun Maritim Paotere Makassar.)

5. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah kota Makassar (RTRW

Kota Makassar) Tahun 2010)

Sehubungan dengan tujuan pembangunan Makassar,

berupa pelaksanaan konsep tata ruang yang senantiasa

merujuk pada potensi dasar daerah tersebut. Pelaksanaan

konsep pembangunan Kota Makassar yang diarahkan

terciptanya kawasan terpadu hingga tahun 2016.

35

Tabel 5.

Penentuan Fungsi Detail Tata Ruang Kota (DTRK) Kota Makassar

Tahun 1999/2000-2009/2010

NO DTRK Kecamatan Luas

(ha)

Fungsi

Utama

Fungsi

Penunjang

1 A Ujung Tanah 593,8 Transportasi

laut

(pelabuhan)

Pariwisata

Militer

Permukiman

2 B Ujung

Pandang

Bontoala

Mamajang

Mariso

Tallo

Wajo

1.331 Pusat

perdagangan

dan jasa

sosial

Rekreasi

Pemerintahan

Kota

Permukiman

3 C Tamalate 2.021 Rekreasi

pantai dan

jasa

pariwisata

Perdagangan

Permukiman

Transportasi

darat

Pendidikan

Tinggi

4 D Rappocini 923 Jasa

Pelayanan

sosial/umum

Permukiman

Perdagangan

Pemerintahan/

perkantoran

5 E Panakkukang 1.715 Pusat

perdagangan

dan jasa

sosial

Permukiman

Pendidikan

tinggi

Ruang terbuka

hijau

36

Transportasi

darat (terminal

angkutan kota)

6 F Manggala 2.404 Permukiman Jasa

pelayanan

sosial/umum

Pendidikan

tinggi

Pariwisata

Ruang terbuka

hijau

7 G Tallo 583 Pariwisata

dan ruang

terbuka hijau

Jasa

pelayanan

sosial/umum

Permukiman

Jasa

pelayanan

kesehatan

8 H Tamalanrea 3.184 Pendidikan

tinggi dan

permukiman

Industri

Perdagangan

Jasa

pelayanan

sosial/umum

Transportasi

darat (AKAP)

9 I Biringkanaya 4.822 Industri dan

permukiman

Militer

Ruang terbuka

hijau/perkebun

an

37

Jumlah 17.576,8 Ha

Sumber: BPS, Makassar Dalam Angka 2013

6. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Penduduk kota Makassar tahun 2013 tercatat sebanyak

1.272.349 jiwa yang terdiri dari 610.270 laki-laki dan 662.079

perempuan. Sementara itu jumlah penduduk kota Makassar

tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa, komposisi

penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio

jenis kelamin penduduk kota Makassar yaitu sekitar 92.17%,

yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 92 penduduk

laki-laki.

Penyebaran penduduk kota Makassar dirinci menurut

kecamatan menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi

diwilayah kecamatan tamalate, yaitu sebanyak 154.464 atau

sekitar 12.14 persen dari total penduduk, diusul kecamatan

rappocini sebanyak 145.090 jiwa (11.40 persen). Kecamatan

panakkukang sebanyak 136.555 jiwa (10.73 persen), dan

kecamatan ujung pandang sebanyak 29.064 jiwa (2.28 persen).

Jika ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan

Makassar adalah terdapat sekitar 33.390 jiwa per km persegi,

disusul kecamatan mariso (30.457 jiwa per km persegi),

kecamatan bontoala (29.872 jiwa per km persegi), sedangkan

kecamatan biringkanaya merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 2.709 jiwa per km

persegi, kemudian kecamatan tamalanrea (2.841 jiwa per km

persegi), kecamatan manggala (4.163 jiwa per km persegi),

kecamatan ujung tanah (8.266 jiwa per km persegi), kecamatan

panakkukang (8.009 jiwa per km persegi).

38

B. TINJAUAN GEDUNG OLAHRAGA PANJAT TEBING DI KOTA

MAKASSAR

1. Perkembangan Olahraga Panjat Tebing Di Makassar

Belakangan ini olahraga Panjat tebing cukup banyak diminati

oleh masyarakat khususnya kalangan pemuda. Baik itu di

lingkungan akademisi, seperti sekolah, kampus, kantor maupun di

lingkungan kelompok atau klub yang berorientasi pada olahraga

alam bebas dengan panjat tebing sebagai salah satu sarananya

yang menamakan dirinya sebagai kelompok pencinta alam maupun

hanya sebagai klub panjat tebing. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil

survey di Kota Makassar terdapat kurang lebih 30 klub pencinta

alam belum termasuk organisasi pencinta alam lingkup sekolah.

Berikut hasil survey klub pencinta alam di Kota Makassar :

Tabel 6. Nama-nama Klub Pencinta Alam di Makassar

No Nama Lokasi

1 Mapala Poltek

Korpala Unhas

Mapala 09 FT-UH

Edelweis Sastra

Equilibrium – Ekonomi

Kompas – Sospol

Pal – Kehutanan

Careva – Hukum

Plat – Ilmu Tanah

Omega – Fisika

Mahadipa – STIMIK’

Mapala UIM

Mapala STIEK

Swara Bhuwana - UKIP

Tamalanrea

2. Mapala UMI Urip Sumoharjo Pettarani

39

Tekpala UMI

Cakra Buana UMI

Mapala 45

Mapala STIMIK Handayani

Affiliasi - Nitro

3 Mapala UVRI

Mapala UMM

Mapala STIEM Bongayya

Mapala YPUP

Mapalasta UIN

Mapala Atmajaya

Bawakaraeng,

Alauddin,

Tanjung

4 Sintalaras UNM

Mapatek UNM

Memesis UNM

Madipala UNM

Mahorpala UNM

Mahapati ATIM

Mapala UIT

Pettarani,Alauddin,Rappocini

Sumber : survey pribadi

Masyarakat awam masih menganggap olahraga ini sebagai

olahraga keras dan beresiko tinggi dan hanya dilakukan oleh

orang-orang yang bernyali dan berani. Padahal resiko kecelakaan

tersebut sangat bisa diminimalkan dengan menggunakan peralatan

dan pelatihan-pelatihan. Dan olahraga ini bisa diikuti semua

golongan umur, mulai dari anak-anak sampai orang tua, dengan

mengikuti arahan dan panduan oleh instruktur hingga akhirnya bisa

melakukan sendiri secara pribadi.

Dari kurang lebih 200 lembar kuisioner yang tersebar oleh pihak

FPTI Makassar yang ditujukan kepada mahasiswa, pelajar, dan

karyawan dapat dilihat minat akan olahraga ini sebesar :

40

Table 7. Analisis Tingkat Minat Terhadap Panjat Tebing

No. Minat masyarakat Presentase

1 peminat 55 %

2 penikmat 30 %

3 Tidak suka sama sekali 10 %

4 lainnya 5 %

(Sumber : FPTI Makassar)

Gambar 11. Analisis Minat Masyarakat Terhadap Panjat Tebing

Indoor

(sumber : survey pribadi berdasarkan pengamatan sehari-hari)

Selain itu dapat dilihat pula tingkat frekuensi pelaksanaan

olahraga climbing ini.

Table 8. Frekuensi Pelaksanaan Olahraga Panjat Tebing

No Pelaksanaan presentasi

1 Setiap hari 15 %

2 Kadang - kadang 30 %

3 Jarang 20 %

4 Tidak pernah 35 %

(Sumber : hasil analisis pribadi)

Hal ini terjadi karena fasilitas yang ada belum memadai dan

bahkan hampir tidak layak. Sarana olahraga panjat tebing sekarang

ini masih sekedar berada pada lingkup klub pencinta alam dan

untuk pembinaan atlit sul-sel secara khusus, sehingga masyarakat

secara umum belum bisa menikmati olahraga ini secara maksimal.

Selain itu juga karena berbagai kondisi alam maupun dari

lingkungan sehingga olahraga panjat tebing di luar ruangan tidak

40%

60%

minat terhadap panjat tebing …

outdoor

indoor

41

maksimal dilakukan, hal ini biasa terhalangi oleh hujan, sehingga

salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu penggunaan sarana

panjat dalam ruangan.

Menurut survey dan pengamatan pribadi minat masyarakat

terhadap indoor climbing sekitar 60 % dan outdoor climbing 40 %.

2. Sarana Olahraga Panjat Tebing di Makassar

Berdasarkan hasil survey tempat kegiatan panjat tebing,

berikut sarana – sarana olahraga panjat tebing yang ada di

Makassar.

- Wall climbing setinggi kurang lebih 7 meter dan lebar 1,2

meter milik Mapala 09 Teknik Unhas (outdoor), sarana ini

sering digunakan oleh anggota Mapala 09 sendiri dan

anggota – anggota mapala dari luar serta kadang – kadang

juga ada orang personal datang dan beraktifitas pada sarana

ini, namun keterbatasan tinggi wall dan jalur pemanjatan

yang kurang variatif menyebabkan para pemanjat cepat

jenuh.

Gambar 12. Dinding panjat Mapala 09 FT-UH

- Dinding panjat PU. Setinggi kurang lebih 18 meter dan lebar

3 meter (outdoor). Terdapat juga 2 papan panjat untuk

42

kategori speed namun kondisinya sudah tidak layak pakai.

Perlu di perbaharui.

Gambar 13. Dinding Panjat PU (kiri: papan speed, kanan :

papan lead)

Hingga saat ini tempat ini cukup sering dikunjungi

karena jalur pemanjatan yang cukup variatif dan bentuk

papan panjat ini sendiri menyerupai tebing sungguhan dan

terbuat dari bahan fiber. Namun seringkali kondisi cuaca

yang menghalangi aktifitas di sarana ini.

- Dinding panjat di sekolah angkatan laut Barombong

Gambar 14. Dinding Panjat Barombong

Sarana ini sangat bagus, dan dibuat sesuai kebutuhan

kompetisi. Namun karna keterbatasan ijin masuk oleh pihak

perguruan tinggi dan jarak yang cukup jauh dari kampus –

kampus lain menyebabkan sarana ini jarang dikunjungi oleh

para penggiat olahraga panjat tebing.

43

- Dinding panjat Korpala Unhas. Tinggi sekitar 18 meter dan

lebar sekitar 3 meter

Gambar 15. Dinding Panjat Korpala Unhas

Sarana ini sering digunakan oleh anggota Korpala

sendiri dan sesekali pemanjat yang berada di sekitar kampus

datang dan latihan pada dinding panjat ini, namun kondisi

cuaca juga yang sering menjadi penghalang penggunaan

sarana ini.

- Boulder SAR UH yang bertempat di dalam gedung PKM UH

Sarana ini cukup banyak dikunjungi karena satu –

satunya boulder indoor di sekitar Tamalanrea dan tepatnya

berada di dalam Kampus Unhas. Meskipun boulder ini milik

UKM SAR UH namun dapat digunakan oleh semua yang

ingin latihan disini. Hanya saja kekurangannya karena

kurang variatif dalam hal jalur dan kurang mendapat

perawatan karena ketidak-jelasan pengelola.

44

Gambar 16. Boulder SAR UH

- Boulder Mapala STIMIK Handayani

Sebenarnya sarana ini bagus dan dibuat sesuai dengan

kebutuhan kompetisi namun, karena tidak dikelola dan

dirawat maka terbiarkan begitu saja rusak, terlebih lagi

boulder ini terletak di luar ruangan sehingga terkena hujan

dan panas yang juga mempercepat kerusakan pada sarana.

Gambar 17. Boulder STIMIK Handayani

- boulder Mahadipa STIMIK Dipanegara cukup lebar dan

posisinya ternaungi oleh atap lapangan badminton yang

berada pada kampus STIMIK Dipanegara. Sarana ini cukup

bagus namun beberapa bagian sudah tidak dapat dipanjati

karena kerusakan poin (genggaman dan pijakan). Hal ini

terjadi karena kurang perawatan dan tidak dikelola dengan

baik.

45

Kemudian Mapala STIEK Tamalatea, Mapala UMI,

Sintalaras UNM, Mahapati ATIM, Mapala UVRI dan beberapa

Organisasi Pencinta Alam lainnya memiliki sarana papan panjat.

Sebagian berfungsi dan dapat digunakan namun

penggunaannya terbatas karena beberapa faktor, diantaranya

cuaca hujan papan rusak dan kurang nya peralatan dan kurang

baiknya pengelolaan nya.

3. Prestasi Olahraga dan Frekuensi Event Panjat Tebing di

Kota Makassar

Olahraga Panjat tebing Sulawesi Selatan di bawah

pembinaan Federasi Panjat Tebing Indonesia Pengda Sulawesi

Selatan telah mencapai kemajuan dan prestasi yang

memuaskan.

Berikut persentasi raihan prestasi panjat tebing Sul-Sel :

0

0,5

1

1,5

2

2,5

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

JUM

LAH

MED

ALI

EM

AS

TAHUN PELAKSANAAN EVENT

PERSENTASE RAIHAN MEDALI EMAS

Emas

Gambar 18. Grafik Persentasi Raihan Medali Emas

FPTI SulSel

46

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

JUM

LAH

MED

ALI

PER

AK

TAHUN PELAKSANAAN EVENT

PERSENTASE RAIHAN MEDALI PERAK

Perak

Gambar 19. Grafik Persentasi Raihan Medali Perak

FPTI Sulsel

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

JUM

LAH

MED

ALI

PER

UN

GG

U

TAHUN PELAKSANAAN EVENT

PERSENTASE RAIHAN MEDALI PERUNGGU

PERUNGGU

Gambar 20. Grafik Persentasi Raihan Medali

Perunggu SulSel

Prestasi – prestasi tersebut menunjukkan kemajuan yang

cukup pesat dalam olahraga Panjat Tebing di Sulawesi Selatan.

Berikut beberapa event panjat tebing skala internasional,

nasional dan lokal :

SEA Games, pesta olahraga yang diikuti oleh negara-

negara di ASEAN dilaksanakan setiap 2 tahun. Tahun

47

2011 Indonesia adalah tuan rumah perhelatan ini dan

memiliki hak khusus untuk memilih olahraga yang akan

di perlombakan waktu itu Indonesia memasukkan Panjat

Tebing sebagai salah satu cabang yang diperlombakan

(http://en.wikipedia.org/wiki/Southeast_Asian_Games).

PON pekan olahraga nasional dilaksanakan setiap 4

tahun sekali dan panjat tebing sebagai salah satu

olahraga yang diperlombakan.

PORDA pekan olahraga daerah juga diselenggarakan

setiap 4 tahun dan panjat tebing sebagai salah satu

cabang olahraga yang diperlombakan.

Kejurnas Panjat Tebing dilaksanakan setiap tahun.

Kejurda panjat tebing dilaksanakan menjelang PORDA .

Serta event-event lokal yang biasa diadakan oleh klub

atau pihak tertentu dalam setahun bisa di helat 3-5

event.

48

C. ANALISIS PENDEKATAN PENGEMBANGAN GEDUNG

OLAHRAGA PANJAT TEBING

1. Pengelolaan Gedung Olahraga Panjat Tebing

Struktur organisasi pengelola Gedung Olahraga Panjat

Tebing dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Struktur Organisasi Pengelola Olahraga Gedung

Olahraga Panjat Tebing

ketua

Sekertaris Ketua II Ketua I

Bendahara

Kabid pend.

& latihan

Kabid

pembinaan

Subbid

kurikulum

Subbid

pengajaran

Subbid

penelitian

Subbid

pelatih

Subbid atlet

Subbid

akomodasi

Kabid

kompetisi

Kabid

pariwisata

Subbid humas

&

dokumentasi

Subbid

promosi

Subbid juri dan

jalur

Subbid atlet

Subbid pra

sarana lomba

Subbid

prasarana

wisata

Kabid

organisasi

Subbid dana Subbid

sarana

umum

Subbid

kesehatan

Subbid tata

usaha

49

2. Lingkup Pelayanan dan Kapasitas Tampung Gedung

Olahraga Panjat Tebing

a. Lingkup pelayanan

Wadah ini akan melayani wilayah daerah Sulawesi

Selatan untuk kegiatan panjat tebing secara umum dan juga

dipersiapkan untuk melayani kegiatan panjat tebing secara

khusus baik dalam even tingkat lokal, nasional maupun

internasional. Hal ini sangat memungkinkan karena fasilitas

yang disediakan mengikuti standar internasional yang

berlaku, baik persyaratan teknis maupun non teknis.

b. Daya Tampung

Perhitungan daya tampung akan dihitung khusus untuk

olahraga panjat tebing. Berdasarkan dari jumlah

perkembangan atlet panjat tebing di Sulawesi Selatan, maka

kapasitas tampung dari wadah ini disesuaikan dengan

jumlah atlit sendiri serta kondisi kependudukan dan

perkiraan jumlah atlit yang mengikuti pertandingan. Untuk

lebih jelasnya faktor-faktor yang menentukan kapasitas

tampung dari wadah ini adalah :

1) Untuk pendidikan dan pelatihan berdasarkan presentase

kependudukan yang potensial, yakni yang berusia 7-19

tahun.

2) Untuk pemakai masyarakat umum sebagai fasilitas

olahraga maupun rekreasi dipersiapkan dari fasilitas yang

ada.

Perkembangan olahraga panjat tebing di Sulawesi

Selatan (Kota Makassar) diperkirakan akan meningkat 25%

setiap tahunnya dengan tersedianya fasilitas yang memadai.

Dan untuk mengadakan olahraga kejuaraan tingkat nasional

bila setiap kategori panjat tebing diperlombakan berarti untuk

50

setiap kontingen terdiri dari 12 atlet serta 1 official dan 1

instruktur.

1) Prediksi jumlah atlit dan penonton yang akan diwadahi

dalam gedung olahraga panjat tebing adalah :

Dengan menggunakan rumus pertumbuhan penduduk

Pn = P0 (1 + I)n

Di mana :

Pn = jumlah penduduk tahun proyeksi

P0 = jumlah penduduk tahun dasar

n = jangka waktu dalam tahun

I = presentase pertambahan penduduk

(Sumber:http://sulsel.bps.go.id/subyek/3/115/luas-

daerah-jumlah-penduduk-dan-kepadatan-penduduk-

menurut-kabupaten-kota-di-sulawesi-selatan-2013)

Sehingga,

Jumlah atlet (yang dimaksudkan adalah atlit profesional)

di tahun 2020 dapat dihitung dengan penggunaan rumus

seperti di atas :

(jumlah atlit 337 dapat dilihat pada Bab 1)

Sedangkan jumlah atlet yang produktif, 55% (dapat dilihat

pada tabel 7), maka jumlah atlet di Kota Makassar yang

akan aktif menggunakan gedung ini adalah :

(jumlah di atas tidak dimaksudkan berada dalam gedung

pada waktu yang bersamaan).

2) Jumlah per periode latihan dan jenis kegiatan tertentu

51

Untuk kegiatan utama pengguna secara umum

Di asumsikan waktu latihan yang ditentukan oleh

pengelola adalah 6 hari dalam seminggu (kecuali

minggu), dimana dalam 1 hari waktu efektif gedung

terbuka jam 9 pagi sampai jam 10 malam

Jumlah pengguna umum tidak di batasi dalam hal ini.

Kegiatan belajar teori untuk anak-anak

Kegiatan kursus/belajar teori untuk anak-anak

dilaksanakan setiap hari (kecuali minggu) dengan dua

gelombang, satu gelombang di laksanakan 3 hari

dalam seminggu dengan hari yang berselang. Jumlah

1 gelombang adalah 10 anak.

Kegiatan belajar teori untuk remaja dan dewasa

Kegiatan belajar teori untuk remaja dan dewasa juga

dilaksanakan setiap hari (kecuali minggu) dengan 2

gelombang, satu gelombang di laksanakan 3 hari

dalam seminggu dengan hari yang berselang. Jumlah

1 gelombang adalah 20 orang.

Untuk kompetisi

1. Kompetisi di luar Makassar (gedung ini bukan

sebagai tempat lomba)

Dalam hal ini maka latihan terkhusus pada atlit

yang akan mewakili Sulsel yakni atlit FPTI

Makassar. Sebuah kompetisi panjat tebing

biasanya memperlombakan 12 kategori sehingga

jumlah atlit yang dipersiapkan adalah 12 atlit.

Beserta 1 manajer 1 pelatih dan 1 official. 12 atlit

yang dipersiapkan ini akan menjalani latihan

intensif menjelang lomba setiap hari pagi dan

sore.

52

2. Kompetisi sebagai tuan rumah (gedung ini

menjadi tempat pelaksanaan)

o Jika lomba nya adalah lomba nasional maka

kemungkinan peserta yang akan datang

mewakili propinsinya masing-masing adalah,

32 provinsi x (12 atlit + 1 manajer + 1 pelatih +

1 official) = 480 orang, jika semua kategori

lomba diperlombakan.

o Jika lomba nya adalah lomba lokal sulawesi

selatan, maka kemungkinan peserta yang akan

datang mewakili kabupaten/FPTI cabang

adalah, 13 cabang x (12 atlit + 1 manajer + 1

pelatih + 1 official) = 195 orang. Jika semua

kategori lomba diperlombakan.

3) Penonton

Penonton yang datang ada dua macam yaitu

atlit/pemanjat itu sendiri yang sedang tidak bertanding

dan masyarakat umum ( teman peserta lomba atau

sekedar penikmat dan peminat olahraga panjat tebing)

dapat diperkirakan 50 % dari jumlah atlit tahun sekarang

yaitu :

50 % x 337 = 168 orang

Ditambah peminat yang mungkin datang (tabel 7)

Yaitu 55% dari 200 = 110 orang

Total maksimal penonton adalah 278 orang

4) Pengelola Gedung

Diperkirakan jumlah pengelola di dalam gedung

olahraga panjat tebing sebagai berikut :

Ketua, 1 orang

Ketua 1 dan 2, 2 orang

Sekretaris, 1 orang

53

Bendahara, 1 orang

Kabid 5 orang + anggota (kasubbid) 16 orang

Instruktur 30 orang (termasuk jumlah kasubbid)

sisanya 14 orang

Kebersihan 10 orang

Keamanan 2 orang

Administrasi 6 orang

Total = 58 orang

5) Wartawan

Untuk wartawan media cetak dan media foto

dibatasi hanya 10 orang maksimal untuk satu kejuaraan

dan untuk kru televisi hanya 24 orang ditambah dengan

kru radio 3 orang.

3. Jenis dan Pengelompokan Kegiatan Gedung Olahraga

Panjat Tebing

a. Jenis kegiatan

Secara garis besar terbagi tiga yaitu :

1) Merupakan kegiatan keolahragaan untuk pembinaan dan

peningkatan prestasi atlet. Sebagai tempat pemusatan

latihan dalam menghadapi suatu event atau lomba.

2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk para

olahragawan panjat tebing beserta penunjangnya baik

menyangkut pelajarnya sendiri maupun kegiatan yang

sifatnya administratif/pengelola.

3) Merupakan wadah yang sifatnya untuk rekreasi, hal ini

dapat menunjang fungsi wadah sehingga bertambah nilai

kegunaannya.

b. Pengelompokan kegiatan

Secara garis besar terbagi kelompok sebagai berikut :

a. Kegiatan pengelolaan

Administrasi karyawan/pengurus

54

Administrasi pemakaian fasilitas

Kegiatan pengontrolan fasilitas terhadap

pengguna kegiatan pada gedung olahraga panjat

tebing.

b. Kegiatan pendidikan dan latihan

Merupakan kegiatan utama yang meliputi

Pendidikan teori

Pendidikan praktek

Kegiatan pemeriksaan kesehatan

Kegiatan Penelitian

c. Kegiatan pembinaan

Merupakan kegiatan yang diutamakan untuk para

atlet olahraga climbing yang meliputi :

Kegiatan latihan ketahanan fisik

Kegiatan latihan peningkatan prestasi

Kegiatan akomodasi/menginap

d. Kegiatan perlombaan

Merupakan kegiatan yang sifatnya berkala atau

sewaktu-waktu apabila diadakan kegiatan perlombaan

tingkat daerah, nasional maupun internasional.

e. Kegiatan rekreasi

Merupakan kegiatan tambahan yang pelakunya

adalah masyarakat umum yang ingin menikmati atau

mencoba olahraga panjat tebing atau sekedar menikmati

fasilitas penunjang lainnya seperti gym café dan resto dll.

4. Identifikasi Pelaku Kegiatan Gedung Olahraga Panjat

Tebing

a. Unsur pelatih/instruktur

Merupakan pelaksana dalam member pembinaan

serta pelatihan olahraga panjat tebing karena dalam

pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan diperlukan

55

pelatih/pendidik untuk mengajar dengan dibantu asisten

pelatih.

b. Unsur siswa

Mereka yang mengikuti pendidikan dan pelatihan pada

sarana olahraga climbing yang memiliki minat dan bakat

pada olahraga climbing. Unsur siswa ini dapat berasal dari

masyarakat umum ataupun siswa dari suatu sekolah atau

kampus yang berkaitan dengan olahraga ini.

c. Unsur olahragawan/atlet

Atlet yang mengikuti pembinaan serta latihan yang

terdiri dari kelompok junior dan senior menurut golongan

umur dan bidang olahraga panjat tebing.

d. Unsur pengelola

Merupakan pengelola administrasi dari kegiatan

organisasi olahraga panjat tebing, keamanan, SAR dan tim

kesehatan. Pengelola pusat olahraga panjat tebing ini dapat

diangkat dari orang-orang yang bergelut di bidang ini,

misalnya mantan atlet(umur sudah tidak memungkinkan

untuk masuk dalam kategori manapun) sedangkan pengelola

sarana panjat tebing yaitu FPTI Sulawesi Selatan yang

merupakan komponen dari unsur KONI dan bekerjasama

dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.

e. Unsur pengunjung

Masyarakat yang memanfaatkan fasilitas gedung

olahraga panjat tebing sebagai sarana olahraga dan

rekreasi. Dapat pula merupakan kelompok penonton event

atau lomba, bias juga pengunjung yang melakukan

penelitian atau semacamnya.

5. Identifikasi Kegiatan Gedung Olahraga Panjat Tebing

a. Kegiatan Pengelolaan

Macam kegiatan :

56

1) Pengelolaan administrasi

2) Pelayanan ke dalam dan keluar

3) Pertemuan/rapat

4) Konsultasi

5) Pelayanan akomodasi atlit dan pelatih

Skema 2. Pola Kegiatan Pengelola

b. Kegiatan pendidikan dan latihan

Kegiatan ini dapat dibedakan antara :

1) Kegiatan pendidikan (teori)

Merupakan proses belajar dasar–dasar olahraga

panjat tebing secara teori. Kegiatan ini dapat dibedakan

atas:

Bertatap muka langsung dengan pelatih sesuai

dengan materi yang dibawakan.

Berdiskusi sesama siswa

Pengamatan cuplikan pertandingan lewat

audiovisual.

Skema 3. Pola Kegiatan Pendidikan

2) Kegiatan belajar praktek

Merupakan proses belajar ruang disertai latihan

dengan penerapan langsung. Macam kegiatan :

Datang Ruang sesuai bidang masing - masing

Parker pengelola Istirahat

Pulang

Datang Ruang sesuai bidang masing-masing

pulang

57

Latihan fisik berupa latihan beban, aerobic dan an

aerobic

Peningkatan keterampilan (single rope technique,

bouldering dll)

Latihan untuk pertandingan

Skema 4. Pola Kegiatan Belajar Praktek

3) Kegiatan pemeriksaan kesehatan

Merupakan kegiatan untuk mengontrol

perkembangan kesehatan atlit, macam kegiatan :

Konsultasi kesehatan

Poliklinik umum

Skema 5. Pola Kegiatan Pemeriksaan Kesehatan

4) Kegiatan penelitian

Merupakan kegiatan yang bersifat penelitian dan

pencatatan data yang meliputi :

Pencatatan rekor kecepatan atlit

Bidang ilmu gizi

Bidang ilmu sosial budaya

Skema 6. Pola Kegiatan Penelitian

Datang Mengikuti latihan praktek di dalam ruangan

pulang

Datang Konsultasi kesehatan Pulang

Pengobatan

Datang Melakukan penelitian

Pulang istirahat

58

5) Kegiatan pembinaan

Merupakan kegiatan pemusatan latihan bagi para

atlit Panjat Tebing yang akan mengikuti kompetisi atau

lomba. Kegiatan latihan ketahanan fisik ini seperti

jogging, cardiovascular, kelenturan, dll.

Skema 7. Pola Kegiatan Latihan Ketahanan Fisik

6) Kegiatan latihan peningkatan prestasi

Merupakan pemusatan latihan Teknik pemanjatan

dan strategi perlombaan dengan tujuan meningkatkan

prestasi.

Skema 8. Pola Kegiatan Latihan Peningkatan Prestasi

7) Kegiatan akomodasi

Merupakan kegiatan pelayanan bagi peserta latihan

berupa akomodasi dan fasilitas-fasilitas lainnya yang

mendukung.

Skema 9. Pola Kegiatan Akomodasi

Datang Latihan

Pulang Istirahat

Datang Pemanasan

Pulang Latihan di dinding panjat

Datang Membersihkan badan Makan/minum

istirahat

mencuci

tidur

59

8) Kegiatan perlombaan

Kegiatan berkala yang dilakukan oleh

atlit/kontingen peserta lomba. Macam kegiatan :

Menginap/akomodasi

Pengurusan administrasi

Mengikuti acara pembukaan Lomba/event

Mengikuti lomba/event

Istirahat

Skema 10. Pola Kegiatan Perlombaan

9) Kegiatan rekreasi

Merupakan kegiatan yang bersifat santai yang

dilakukan oleh pengunjung. Macam kegiatan :

Menonton perlombaan

Fun Climbing

Makan/minum

Skema 11. Pola Kegiatan Rekreasi

Datang Pengurusan administrasi

Upacara Pembukaan Menginap/akomodasi

Istirahat Mengikuti lomba

Pulang

Masuk

Datang

Parkir

Informasi

Menonton

Keluar Pulang

Membeli makan dan

minum

Menyewa peralatan

permainan

60

6. Pengelompokan Fasilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing

Berdasarkan kegiatan yang ada maka fasilitas yang

dibutuhkan terdiri dari beberapa kelompok yaitu :

a. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan

1. Fasilitas latihan teori

2. Fasilitas latihan praktek

3. Fasilitas pemeriksaan kesehatan

4. Fasilitas laboratorium

5. Fasilitas latihan fisik

b. Kegiatan Pembinaan atlit

1. Fasilitas latihan fisik/olahraga

2. Fasilitas latihan panjat tebing

3. Fasilitas gudang peralatan

4. Fasilitas akomodasi

c. Kegiatan Perlombaan

1. Fasilitas informasi

2. Fasilitas akomodasi

3. Fasilitas konferensi pers

4. Fasilitas gudang peralatan

5. Fasilitas tribun penonton

6. Fasilitas ruang tunggu atlit

7. Fasilitas ruang karantina

8. Fasilitas dinding panjat

d. Kegiatan Rekreasi

1. Fasilitas parkir

2. Fasilitas informasi

3. Fasilitas makan/minum

4. Fasilitas bermain

5. Fasilitas penyewaan peralatan

6. Fasilitas Belanja peralatan

e. Kegiatan pengelolaan administrasi organisasi

61

1. Fasilitas kantor

2. Fasilitas keamanan

3. Fasilitas kesehatan

4. Fasilitas gudang peralatan

5. Fasilitas perawatan peralatan

6. Fasilitas mekanikal dan elektrikal

7. Fasilitas penunjang lainnya.

7. Pola Hubungan Kegiatan Gedung Olahraga Panjat Tebing

Secara garis besar pola hubungan kegiatan dapat

digambarkan dalam bentuk skema berdasarkan :

a. Pelaku kegiatan

b. Sifat, karakter dan macam kegiatan

c. Proses kegiatan

Hal-hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam pola

hubungan kegiatan antara lain :

a. Masing-masing kegiatan tidak mengganggu

b. Flow sirkulasi dari masing-masing pelaku kegiatan yang

seefisien dan seefektif mungkin.

c. Untuk mendapatkan kemudahan dalam operasional dan

penggunaan fasilitas.

8. Aksebilitas Gedung Olahraga Panjat Tebing

Untuk melayani komunitas masyarakat kota Makassar

akan olahraga panjat tebing maka Gedung Olahraga Panjat

Tebing berlokasi di kawasan yang mudah dijangkau oleh semua

pihak yaitu di pusat kota di daerah Panakukang Atau Rappocini

kawasan Tanjung bunga dan Tamalanrea dapat menjadi

alternatif yang selanjutnya akan di bahas di Bab selanjutnya.

Ketentuan untuk bangunan olahraga ditetapkan bahwa waktu

tempuh dengan kendaraan dari pusat kota maksimal 25 menit

atau 16 kilometer.

62

9. Sasaran Pelayanan

Adapun yang menjadi sasaran direncanakannya Gedung

Olahraga Panjat Tebing di Kota Makassar adalah :

a. Pegawai

Kelompok ini dianggap sebagai kelompok yang sangat

membutuhkan olahraga dan rekreasi untuk mengembalikan

kesegaran tubuh dan fikiran. Hasil survey lapangan

diperoleh bahwa kelompok pegawai memiliki presentase

terbesar pengguna jasa olahraga dan rekreasi pada malam

hari dan hari minggu.

b. Mahasiswa dan pelajar

Kelompok ini juga membutuhkan sarana olahraga dan

rekreasi untuk refresing dan wadah untuk membuka

wawasan dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang

bermanfaat. Kelompok ini menduduki urutan kedua terbesar

setelah pegawai dalam penggunaan jasa olahraga dan

rekreasi.

c. Masyarakat umum

Terdiri dari berbagai kalangan dan usia untuk

berolahraga, refresing, membuka wawasan, meningkatkan

daya kreatifitas dan bersosialisasi.

d. Anak – anak usia minimal 5 tahun

Kelompok ini membutuhkan olahraga untuk kesehatan

jasmani dan untuk memperkuat otot dan kemampuan

motorik sejak dini.

63

Gambar 21. Survey Tingkat Kebutuhan Olahraga Dan Rekreasi

(sumber : hasil analisis pribadi)

D. PERSYARATAN FISIK DAN NON FISIK

1. Pendekatan konsep perancangan makro

Penentuan Lokasi

a. Dasar Pertimbangan

1) Rencana Tata Guna Lahan dan kebijaksanaan

pemerintah terhadap pengembangan kawasan pusat

kota.

2) Rencana pemerintah untuk mengisi lahan peruntukan

dikawasan pusat kota.

3) Berada pada kawasan olahraga dan pendidikan serta

dilalui oleh jalur transportasi kota.

4) Tersedia sarana utilitas kota seperti jaringan air,

telepon, listrik dan riol kota

5) Lokasi dapat menunjang keberadaan gedung

Olahraga Panjat Tebing.

b. Kriteria

1) Lokasi berada pada daerah yang mudah dan cukup

dekat untuk dijangkau dari fungsi-fungsi bangunan

seperti kampus, sekolah, kantor, permukiman dan

pusat jajanan.

64

2) Di daerah yang mendukung aktifitas olahraga

kampus/perkuliahan, dan pariwisata.

3) Letak yang strategis dan mudah dicapai dari segala

arah

4) Terdapat potensi fasilitas penunjang seperti adanya

bangunan yang bersifat olahraga penginapan dan

permukiman.

5) Tersedianya sarana dan prasarana seperti

kelengkapan jaringan utilitas.

2. Pendekatan konsep perancangan Mikro

1. Area pemanjatan/lomba dan penonton

- Kategori boulder (jalur pendek)

Gambar 22. Arena Pemanjatan Boulder

65

- Kategori lead (jalur panjang) dan speed (kecepatan)

Gambar 23. Arena Pemanjatan Lead Dan Speed

2. Area pengelola/administrastif

- Ruang pimpinan

Gambar 24. Tipikal Ruang Pimpinan

(sumber: Time Saver Building Types)

- Ruang rapat

Gambar 25. Tipikal ruang rapat/konferensi

(sumber: Time Saver Building Types)

- Ruang belajar

66

Gambar 26. Standar ruang kelas/ruang belajar

(sumber: Data Arsitek Edisi Ketiga)

3. Area penunjang

- Restauran dan cafe

67

Gambar 27. Standar layout restauran

(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)

- Fitness

Gambar 28. Contoh Ruang Fitness

(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)

68

- Sauna

Gambar 29. Layout Standar Untuk Sauna

(sumber : Data Arsitek Edisi Ketiga)

E. KESIMPULAN

1. Kesimpulan Umum

Olahraga panjat tebing merupakan salah satu olahraga

yang banyak diminati dan mulai dikenal luas di Indonesia. FPTI

69

atau Federasi Panjat Tebing Indonesia hampir ada di seluruh

provinsi yang ada di Indonesia bahkan sampai pada tingkat

Kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa badan pengelola sudah

ada dan siap untuk mewadahi minat dan bakat dalam bidang

yang satu ini.

Fakta lain yang mengungkapkan perkembangan climbing

di Indonesia adalah banyak nya atlit – atlit panjat nasional yang

berhasil menjuarai kejuaraan – kejuaraan bergengsi, salah satu

contoh nya pada SEA GAMES tahun 2011 lalu di Palembang

atlit panjat speed putra-putri Indonesia berhasil meraih medali

emas . (sumber : www.detiksport.com). Belum lagi pada

kejuaraan – kejuaraan sebelumnya.

Tidak hanya yang berprofesi sebagai atlit yang melakoni

olahraga ini, namun divisi panjat tebing seluruh organisasi

pencinta alam yang hampir ada di seluruh kampus dan

beberapa sekolah di seluruh Indonesia juga membutuhkan

sarana untuk menyalurkan minat dan bakat dalam olahraga ini.

Berdasarkan pada kebutuhan kebutuhan inilah maka terpikirkan

sebuah wadah yang dapat memenuhi kebutuhan para pemanjat

tersebut. Sebuah indoor climbing bisa menjadi satu solusi untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya mengapa memilih

sarana indoor agar orang dapat memilih waktu sesuai

kebutuhan dan tidak terkendala lagi masalah cuaca hujan atau

panas, siang atau malam.

Di Makassar, cukup banyak atlit panjat yang memiliki

prestasi dan kemampuan yang sangat baik. Namun menurut

survey, sebagian besar atlit – atlit yang berdomisili di Makassar

di rekrut oleh provinsi lain. Hal ini terjadi karena kurang

seriusnya pihak FPTI Makassar sendiri dalam mewadahi bakat

dan minat tersebut. Namun hal ini juga terjadi karena

kurangnya sarana yang terdapat di Makassar. Terdapat

70

beberapa namun terbatas dalam hal waktu pemakaian dan

jumlah serta kualitas sarana itu sendiri. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan tersebut sebuah gedung olahraga panjat

tebing bisa menjadi solusi yang baik sehingga semua

kebutuhan kegiatan olahraga panjat tebing ini dapat diwadahi

dengan baik dan juga dinikmati bagi semua kalangan yang

tertarik ataupun yang telah menggeluti olahraga panjat tebing.

2. Kesimpulan Khusus

- Setelah memperhatikan dasar pertimbangan dan kriterianya

lokasi yang cocok untuk gedung olahraga panjat tebing

berada pada kecamatan panakukang dan rappocini untuk

selanjutnya akan dilakukan pembobotan untuk mendapatkan

lokasi yang benar-benar cocok serta pemilihan dan

pengolahan tapak.

- Terdapat 6 kegiatan yang akan diwadahi peruangannya,

yaitu,

1. Kegiatan pendidikan dan latihan

2. Kegiatan pembinaan atlit

3. Kegiatan pengelola umum

4. Kegiatan hiburan dan penunjang

5. Kegiatan utama panjat tebing

6. Kegiatan kompetisi

71

BAB IV

TATA FISIK

A. Konsep Perencanaan Makro

1. Penentuan Lokasi

Berdasarkan fungsi objek perencanaan, yaitu sebagai

wadah olahraga dan hiburan yang bersifat edukatif rekreatif,

maka faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan antara

lain:

a. Rencana Induk Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar

yang membagi kota dalam bagian-bagian menurut rencana

pengembangannya berupa fungsi utama dan fungsi

penunjang.

Sebagai suatu sistem wilayah, kota terbentuk oleh adanya

interaksi antara bagian-bagian yang memiliki fungsi tertentu.

Gedung olahraga panjat tebing direncanakan akan berada

pada bagian wilayah kota yang mudah di akses dari lokasi-

lokasi universitas, permukiman dan perkantoran.

b. Rencana kawasan olahraga terpadu Kota Makassar, jika

dapat di sesuaikan dengan poin a.

c. Rencana kawasan hiburan atau sarana pariwisata Kota

Makassar, jika dapat di sesuaikan dengan poin a.

d. Lingkungan sosial masyarakat, dalam hal ini tingkat

dukungan dan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan

struktur lingkungan atau budaya dan kebiasaan yang akan

ikut bersama kemunculan perwadahan.

e. Aksebilitas, yaitu :

Tingkat jangkauan masyarakat umum, pelajar dan

mahasiswa sebagai pengguna perwadahan dengan

pemanfaatan eksisting atau rencana jalur transportasi

umum massal yang mudah, praktis dan lancar.

72

Tingkat jangkauan dari pusat-pusat transit

transportasi antar kota, daerah, pulau dan negara.

f. Jaringan utilitas kota, eksisting maupun rencana berupa

jaringan jalan, drainase, suplai air bersih dan jaringan

komunikasi.

Tersedianya jaringan utilitas yang baik, seperti jaringan

air bersih, listrik, telepon, drainase dan sebagainya pada

lokasi ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan

Gedung Olahraga Panjat Tebing. Pada saat ini pelayanan air

bersih dari PDAM kadang bermasalah dan belum dapat

menjangkau seluruh bagian wilayah kota, demikian pula

dengan pelayanan jaringan telepon. Kebutuhan energi listrik

dilayani oleh dua unit PLTU, tiga unit PLTG dan dua unit

PLTD yang dibantu oleh beberapa gardu induk. Pelayanan

energi listrik telah hampir menjangkau seluruh bagian

wilayah kota.

g. Jangkauan dan hubungan dari kawasan olahraga,

pariwisata, pendidikan dan jasa andalan Kota Makassar

serta fasilitas pendukungnya untuk mendukung nilai edukatif

dan lingkup pelayanan perwadahan.

Maka kriteria dalam pemilihan lokasi berdasarkan

pertimbangan faktor penentu dalam memilih lokasi Gedung

Olahraga Panjat Tebing, yaitu:

1) Memiliki tingkat kemungkinan dukungan yang tinggi dari

masyarakat lingkungannya.

2) Lokasi dapat dicapai dengan mudah

3) Keberadaan fungsi penunjang seperti fungsi komersil,

hotel, perkantoran dan permukiman.

4) Kepadatan lingkungan kawasan sedang

5) Tersedia utilitas kota yang baik seperti jaringan air bersih,

listrik, telepon, sanitasi dan sebagainya pada lokasi yang

73

sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan

Gedung Olahraga Panjat Tebing.

6) Hubungan dan jangkauan yang mudah dari pusat kota.

Gambar 30. Alternatif Pemilihan Lokasi

Dengan berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka

dipilih alternatif lokasi adalah alternatif 1 Kecamatan

Panakukang dan alternatif 2 Kecamatan Rappocini

dengan analisa pemilihan lokasi sebagai berikut :

1. Alternatif 1 (Kecamatan Panakukang)

Berada pada zona perdagangan, pelayanan

jasa sosial transportasi darat, pendidikan

dan pemukiman

Faktor Aksebilitas tinggi

Dilalui transportasi kota

Tidak tersedia areal yang sesuai dengan

kebutuhan

2

1

74

Areal kurang berpotensi dalam

pengembangan

2. Alternatif 2 (kecamatan Rappocini)

Berada pada zona perdagangan, pelayanan

jasa sosial, transportasi darat, permukiman

pendidikan dan perkantoran.

Faktor aksebilitas tinggi.

Dilalui transportasi kota.

Tersedia areal yang sesuai dengan

kebutuhan berupa lahan kosong.

Lokasi berpotensi untuk pengembangan.

Maka berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas,

maka alternatif yang paling mendukung keberadaan

Gedung Olahraga Panjat Tebing adalah Kecamatan

Rappocini.

2. Pemilihan Site/tapak

a. Dasar Pertimbangan

1) Luasan tapak

2) Kondisi lingkungan yang sesuai dan mendukung

pengadaan Gedung Olahraga Panjat Tebing

3) Kondisi tapak (daya dukung tanah dan topografi)

4) Aksebilitas ke tapak baik

5) Jalur transportasi kota

6) Memiliki prasarana lingkungan kota/utilitas

b. Kriteria

1) Luas lahan yang cukup

2) Dekat dengan fasilitas akomodasi rekreasi dan

hiburan

3) Tidak menimbulkan kemacetan

4) Tingkat kebisingan rendah

75

5) Dapat dijangkau dengan transportasi umum dan

pribadi

6) Potensi view yang mendukung

Alternatif 1

Gambar 31. Alternatif 1

Luas lahan :

1) Luas tampak mencukupi

2) Tidak menimbulkan kemacetan

3) Tingkat kebisingan tinggi

4) Potensi view yang mendukung

5) Dapat dijangkau dengan kendaraan umum dan

pribadi

Alternatif 2

Gambar 32. Alternatif 2

76

Luas lahan:

Luas A = 95 m x 150 m = 14250 m²

Luas B = 72 m x 5 m = 360 m²

Luas C = ½ x 18 m x 5m = 45 m²

Luas Lahan = A + B + C = 14250 + 360 + 45 = 14.655 m²

1) Luas tampak mencukupi

2) Tidak menimbulkan kemacetan

3) Tingkat kebisingan tinggi

4) Potensi view yang mendukung

5) Kondisi lingkungan sekitar mendukung

6) Dapat dijangkau dengan kendaraan umum.

Tabel 9. Analisa penentuan site berdasarkan sistem

pembobotan

Kriteria Bobot (B) Alternatif 1 Alternatif 2

Nilai (N) B x N Nilai (N) B x N

A 3 6 18 8 24

B 3 8 24 8 24

C 3 6 18 8 24

D 2 6 12 6 12

E 3 8 24 8 24

F 2 8 16 8 24

Total nilai 112 132

Keterangan :

Bobot Nilai

1 = kurang penting 2 = tidak mendukung

2 = penting 4 = kurang mendukung

3 = sangat penting 6 = mendukung

8 = sangat mendukung

Jadi tapak terpilih adalah, alternatif 2

77

Gambar 33. Foto Udara Tapak

Gambar 34. Existing Tapak

3. Pendekatan Pengolahan Tapak

Pengolahan tapak bertujuan untuk memanfaatkan

semaksimal mungkin kondisi-kondisi yang ada. Dasar

pertimbangan dalam pengolahan tapak antara lain :

a. Analisa Tapak

Analisa tapak bertujuan mengkaji keadaan dan potensi

tapak sehingga dikembangkan dan diolah untuk mendukung

78

perencanaan. Hal ini menjadi dasar pertimbangan dalam

pengolahan tapak.

Analisa ini menggambarkan lingkungn sekitar tapak

yang langsung berbatasan, mungkin sebanyak tiga atau

empat blok di luar perbatasan tapak. Ini dapat diperluas

sampai meliputi suatu faktor penting dan memperhatikan tata

guna yang ada. Bangunan-bangunan dan kondisi-kondisi

yang mungkin menimbulkan suatu dampak.

Tujuannya :

- Untuk mengetahui sejauh mana keadaan tata lingkungan

berpengaruh terhadap tapak dan sebaliknya.

- Untuk mengetahui pola sirkulasi pencapaian dari dan ke

lokasi tapak (sirkulasi eksternal dan internal tapak).

Gambar 35. Existing Condition

b. Orientasi matahari

Existing condition:

Pencahayaan efektif matahari yaitu antara pukul 06.00

sampai 18.00

Tanggapan rancangan :

- Bayangan yang terbentuk di rencanakan sebagai open

space.

- Penggunaan vegetasi untuk meminimalisir matahari

sore.

79

Gambar 36. Orientasi Matahari

c. Ukuran/luas lahan dan tata wilayah

Menyangkut luasan tapak, lebar jalan dan peraturan

jalan setempat, menyangkut Koefisien Lantai Bangunan

(KLB), Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan

Jalan (GSJ), Koefisien Tutup Hijau (KTH), maksimal tinggi

bangunan dan lain sebagainya. Ukuran/luas lahan sangat

perlu diperhatikan karena besarnya menyangkut ruang gerak

dan kebutuhan skala ruang.

Gambar 37. Ukuran Tapak

d. Aksebilitas dan transportasi

Existing Condition :

- Tapak dapat di akses melalui kendaraan pribadi,

angkutan umum massal dan berjalan kaki.

80

- Dapat dijangkau dan menjangkau dari dan ke luar kota

dengan sekali pergantian moda transportasi bagi kelas

menengah ke bawah.

- Sirkulasi kendaraan satu arah

Tanggapan Rancangan :

- Pemisahan yang jelas antara ruas jalur sirkulasi bagi

kendaraan pribadi, angkutan umum dan pejalan kaki di

depan tapak dengan menggunakan pembatas tengah.

Penambahan instrumen-instrumen bagi keamanan

pejalan kaki.

- Penempatan entry dan exit way pada sisi tapak yang

berbatasan langsung dengan poros jalan utama.

e. Sirkulasi dan pencapaian

Perlu kejelasan pencapaian dan sirkulasi yang tegas

bagi kegiatan umum dan servis serta kemudahan dan

keamanan dari masing-masing kegiatan dan perlu

pemisahan antara sirkulasi kendaraan dan manusia.

Kriteria penentu :

- Ketegasan pencapaian dan sirkulasi yang jelas dari dan

ke dalam tapak.

- Pengelompokan sistem pencapaian dan sirkulasi antara

kendaraan dan manusia.

- Hubungan tapak dan lingkungan sekitar

Sirkulasi

Pola sirkulasi kendaraan harus

mempertimbangkan faktor kelancaran dan

kejelasan, sedangkan pola sirkulasi manusia, di

samping harus jelas juga harus

mempertimbangkan faktor keamanan dan

kemudahan bagi pemakainya. Sedapat mungkin

81

dihindari terjadinya sirkulasi silang antara sirkulasi

kendaraan dan sirkulasi manusia dengan

mempertimbangkan intensitas masing-masing

sirkulasi.

Pencapaian dibagi menjadi pencapaian utama

(main entrance) dan pencapaian sekunder (side

entrance), dimana dalam penempatannya harus

mempertimbangkan :

o Tingkat kepadatan arus lalu lintas

o Intensitas dan frekuensi kendaraan

o Arus kendaraan dan pola pedestrian

o Kemudahan dalam pencapaian, baik oleh

pejalan kaki, kendaraan umum dan pribadi,

kendaraan pengelola dan kendaraan servis

Gambar 38. Sirkulasi dan Pencapaian

f. Penzoningan

Faktor penentu penzoningan meliputi sifat hubungan

antar pelaku kegiatan yang berlangsung pada tapak

tersebut. Dalam menentukan penzoningan bangunan pada

tapak perlu dipertimbangankan pada :

82

Bentuk dan fungsi bangunan yang berbeda

Kondisi dan luas tapak

Efektifitas pencapaian

Sifat ruang yang meliputi zona :

o Tenang, merupakan zona yang membutuhkan

ketenangan relatif tinggi, yaitu zona pada kegiatan

pendidikan dan pelatihan.

o Semi bising, merupakan zona peralihan antara

zona publik dan zona privat yaitu zona pengelola

dan kegiatan pendidikan dan pelatihan.

o Bising, merupakan zona publik pada zona

kegiatan penunjang dan kegiatan bersama.

Dari pertimbangan tersebut, penzoningan bangunan

pada tapak dengan meletakkan unit massa ataupun ruangan

yang bersifat publik pada bagian depan atau area yang

padat dan bangunan yang bersifat privat pada area yang

tenang.

Gambar 39. Penzoningan

83

g. Utilitas

Meliputi jaringan air bersih, telepon, drainase dan

sanitasi. Penempatan jaringan utilitas hendaknya di tepi-tepi

tapak.

h. View dari dan ke tapak

View yaitu orientasi atau arah pandang, baik dari dalam

tapak maupun dari luar ke dalam tapak.

Existing Condition :

View terbaik dari arah JL. A.P. Pettarani

View dengan kualitas sedang dari arah JL. Yusuf Dg

Ngawing

View dengan kualitas terburuk dari arah gedung Baruga

dan gedung Goro.

Gambar 40. View

Tanggapan Rancangan :

- Berdasarkan kualitas existing view ke tapak, maka dapat

ditentukan :

Pengolahan kofigurasi dan ekspresi elemen-elemen

eksterior bangunan yang menghadap ke jalan

Pettarani.

84

Menghindarkan halangan terhadap view bangunan

dari arah tersebut.

- Berdasarkan kualitas eksisting view dari tapak, maka

dapat ditentukan

Ruang-ruang dengan karakter yang menawarkan

view seperti pemanjatan rekreasi, restoran dan café

diarahkan pada sisi tapak yang menghadap ke jalan

Pettarani.

Memberikan bukaan-bukaan seoptimal mungkin bagi

pandangan dari dalam bangunan.

i. Kebisingan (noise)

Existing Condition :

- Pusat kebisingan utama yang terdekat dari tapak yaitu

pada jalan utama, Jl. A.P.Pettarani, dengan tingkat

kebisingan 80 dB – 100 dB.

- Kebisingan sedang berasal dari Jl. Yusuf Dg. Ngawing

dan Goro

- Kebisingan dari Jl. Mapala tidak terlalu mengganggu

jauh dari site.

Tanggapan Rancangan :

- Pemetaan secara mikro yaitu ruang-ruang dalam tapak

menurut zona publik, semi publik dan privat

- Pemetaan dilakukan secara horizontal dan vertikal

menurut jauh dekatnya jangkauan kebisingan pada zona

tersebut.

- Penempatan pohon/vegetasi sebagai barrier terhadap

kebisingan yang juga dapat berfungsi sebaai penyegar

udara dan penyaring debu serta menambah estetika

tapak.

85

Gambar 41. Kebisingan/Noise

4. Pola Tata Ruang Luar

Penataan ruang luar cukup penting untuk Gedung

Olahraga Panjat Tebing baik sebagai unsur ruang luar maupun

sebagai komponen yang membantu dalam pencahayaan dan

penghawaan secara alami. Unsur yang penting dalam penataan

ruang luar adalah :

a. Soft material

Tanaman sebagai elemen penataan ruang luar mempunyai

banyak fungsi yang disesuaikan dengan karakteristik

tanaman tersebut, yaitu :

1) Ground cover, bahan penutup tanah yang berfungsi

sebagai penutup permukaan tanah yang akan mencegah

terjadinya pengikisan tanah serta sebagai elemen

estetika.

86

Gambar 42. Rumput sebagai penutup tanah

2) Semak, berfungsi sebagai pembatas dan pengarah bagi

sirkulasi luar.

3) Pohon, berfungsi sebagai pelindung terhadap panas

sinar matahari, mereduksi kelebihan udara panas dan

mengeliminir kebisingan.

87

Gambar 43. Detail Penanaman Palem

Gambar 44. Penanaman Pohon/Detail Pemancangan

88

Gambar 45. Penanaman Pohon

b. Hard material

Yang termasuk perangkat keras ruang luar adalah :

1) Pengerasan, berfungsi sebagai pembatas ruang dan

elemen pengarah pada ruang luar.

Gambar 46. Rencana Pengerasan Dalam Tapak

2) Bangku taman, dipergunakan untuk beristirahat dan

dapat digunakan sebagai ruang antara dari bangunan.

89

Gambar 47. Rencana Bangku Taman

3) Sculpture atau ikon yang memberikan ciri khusus untuk

bangunan dan sebagai focal points.

Gambar 48. Pendekatan Sculpture

4) Lampu taman

Gambar 49. Rencana Lampu Taman

90

5) Tempat parkir

Gambar 50. Rencana Area Parkir

5. Bentuk Dan Penampilan Bangunan

Konsep penampilan bangunan didasarkan pada bentuk

dan ekspresi yang mencerminkan fungsinya.

91

Tabel 10. Bentuk Dasar Bangunan

Bentuk

Kriteria

Bentuk ruang yang sifatnya berulang-ulang Fleksibilitas ruang Kesan memusat

Kemungkinan pengulangan dengan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif mudah Kurang memusat

Kemungkinan pengulangan dengan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif terbatas Jelas

Kemungknan batas dalam pengulangan luas ruang yang sama Pengaturan ruang dalam relatif terbatas Sangat jelas

Dari tabel 10 di atas terlihat beberapa alternatif pemakaian

bentuk dasar bangunan dalam proses perancangan.

Penggunaan bentuk dasar dengan satu alternatif boleh saja

digunakan, namun bisa juga gabungan dari beberapa alternatif

di atas. Sesuai dengan kriteria yaitu :

1). Bentuk ruang yang sifatnya berulang-ulang.

2). Fleksibilitas ruang.

3). Kesan memusat.

Maka pemilihan bentuk dasar massa bangunan dapat

dilihat pada tabel pembobotan berikut :

Tabel 11. Pembobotan Massa Bangunan

Bentuk

Kriteria

+

+

+

1) 3 5 5

2) 3 3 5

3) 3 5 1

Total 9 13 11

Keterangan : 1 = Kurang Baik, 3 = Baik, 5 = Sangat baik

92

1) Bentuk dasar denah

Adanya tuntutan akan kondisi tapak,

kedinamisan bentuk, fleksibilitas, efisiensi ruang dan

wujud penampilan, maka bentuk dasar denah adalah

perpaduan antara bentuk dasar tapak dan konsep

pendekatan bentuk.

Gambar 51. Bentuk Dasar Denah

2) Bentuk tampak

Sebagai bangunan olahraga, pendidikan dan

rekreasi maka dituntut adanya penampilan atraktif dan

mengundang. Ekspresi atraktif diselesaikan dengan :

a) Memberikan tekanan daya tarik pada main

entrance.

b) Perpaduan antara dinding masif dan dinding kaca

dan memperkuat motif-motif alami seperti batu

pada beberapa bagian tampak bangunan.

Gambar 52. Rencana Tampak

93

B. Konsep Dasar Tata Ruang Mikro

1. Kebutuhan Ruang

Dasar pertimbangan:

a) Macam aktivitas dan proses pelayanan serta persyaratan

kebutuhan dari setiap aktivitas yang terjadi

b) Kapasitas tampung dari Gedung Olahraga Panjat Tebing

Kegiatan pendidikan dan latihan untuk anak-anak, remaja dan

dewasa memiliki kebutuhan ruang sebagai berikut :

94

1. Rg. Administrasi

2. Rg. Belajar anak-anak

3. Rg. Belajar remaja

4. Rg. Belajar Dewasa

5. Rg. Belajar praktek

anak-anak

6. Rg. Belajar praktek

remaja

7. Rg. Praktek Dewasa

8. Perpustakaan

9. Rg. Alat

10. Rg. Fitness

11. Rg. Instruktur

12. Rg. Ganti dan loker

13. Toilet

Kegiatan pembinaan atlet panjat tebing, kebutuhan ruang sebagai

berikut :

1. Rg. Administrasi

2. Rg. Praktek

3. Rg. Alat

4. Rg. Loker

5. Istirahat

6. Rg. Kons kesehatan

7. Rg. Pantry

8. Rg. Cleaning servis

9. Rg. Fitness

10. Rg. Instruktur

11. Rg. Ganti dan mandi

12. Toilet

Kegiatan pengelola umum, kebutuhan ruang sebagai berikut :

1. Rg. Pimpinan

2. Rg. Wakil pimpinan

3. Rg. Sekretaris

4. Rg. Bendahara

5. Rg. Kepala bidang

6. Rg. Staff bidang

7. Rg. Informasi

8. Rg. Tamu

9. Rg. Rapat

10. Rg. Arsip

11. Rg. Keamanan

12. Rg. Cleaning service

13. Pantry

14. Gudang

15. Rg. Kesehatan

16. Rg. Mekanikal

elektrikal

17. Toilet

Kegiatan hiburan, kebutuhan ruang sebagai berikut :

1. Café dan resto

2. Aula

95

3. Adventure market

4. Fitness

5. Sauna

Kegiatan utama panjat tebing, kebutuhan ruang sebagai berikut :

1. Rg. Bouldering (jalur

pendek)

2. Rg. Panjat tinggi

3. Rg. Rappeling

4. Rg. Administrasi

5. Rg. Instruktur

6. Rg. Alat

7. Rg. Shalat

8. Rg. Ganti + shower

9. Toilet

Kegiatan kompetisi, kebutuhan ruang sebagai berikut :

1. Rg. Informasi

2. Rg. Panitia

3. Rg. Kontrol

4. Rg. Tamu undangan

5. Rg. Tunggu atlit

6. Rg. Ganti + shower

7. Rg. Loker

8. Rg. Karantina

9. Area panjat/lomba

10. Rg. Alat

11. Tribun penonton

12. Ruang kesehatan

13. Toilet

2. Pola Hubungan Ruang

Pola hubungan ruang yang yang dimaksudkan untuk

mendapatkan pencapaian yang efektif dari proses kegiatan.

Dasar pertimbangan pola hubungan ruang adalah :

1. Pelaku kegiatan meliputi : siswa atlit, instruktur/pelatih,

pengelola dan pengunjung.

2. Sifat ruang yaitu, ruang pribadi, ruang publik, ruang servis

3. Ruang yang memiliki kedekatan fungsi

4. Ruang yang tidak memiliki kedekatan fungsi namun saling

menunjang.

Berdasarkan dasar pertimbangan tersebut di atas diperoleh

dua pola hubungan ruang, yaitu :

1. Pola hubungan ruang makro

96

Merupakan hubungan antar unit berdasarkan sifat dan

fungsi ruang dan proses kegiatan.

2. Pola hubungan ruang mikro

Merupakan hubungan ruang antar unit kegiatan

berdasarkan pelaku kegiatan kegiatan, sifat kegiatan dan proses

kegiatan.

Fasilitas olahraga

1) Kegiatan pendidikan dan latihan untuk anak-anak, remaja

dan dewasa

A. Rg administrasi

B. Rg. Belajar anak-anak

C. Rg. Belajar remaja

D. Rg. Belajar Dewasa

E. Rg. Praktek anak-anak

F. Rg. Praktek remaja

G. Rg. Praktek dewasa

H. Rg. Alat

I. Perpustakaan

J. Rg. Fitness

K. Rg. Instruktur

L. Rg. Ganti

M. Rg. Loker

N. Toilet

A. Fasilitas Olahraga

B. Fasilitas Pengelola Umum

C. Fasilitas Hiburan

D. Fasilitas Penunjang

97

2) Kegiatan pembinaan atlet panjat tebing

3) Kegiatan pengelola umum

A. Rg administrasi

B. Rg. Praktek

C. Rg. Fitness

D. Rg. Alat

E. Rg. Instruktur

F. Rg. Ganti dan shower

G. Rg. Loker

H. Rg. Istirahat

I. Rg. Shower

J. Rg. Kons. Kesehatan

K. Rg. Pantry

L. Rg. Cleaning servis

M. Toilet

A. Rg. Pimpinan

B. Rg. Wakil pimpinan

C. Rg. Sekretaris

D. Rg. Bendahara

E. Rg. Kep. Bidang

F. Rg. Staff bidang

G. Rg. Informasi

H. Rg. Tamu

I. Rg. Rapat

J. Rg. Arsip

K. Rg. Keamanan

L. Rg. Rg. Cleaning servis

M. Rg. Pantry

N. Rg. Gudang

O. Rg. ME

P. Rg. Kesehatan

Q. Toilet

98

4) Kegiatan hiburan/rekreasi

5) Kegiatan utama panjat tebing

6) Kegiatan kompetisi

A. Café dan resto

B. Sauna

C. Kios makanan

D. Fitness

E. Adventure shop

A. Rg. Bouldering

B. Rg. Panjat tinggi

C. Rg. Rappeling

D. Rg. Administrasi

E. Rg. Instruktur

F. Rg. Alat

G. Rg. Shalat

H. Rg. Ganti + shower

I. Toilet

A. Rg. Informasi

B. Rg. Panitia

C. Rg. Kontrol

D. Rg. Tamu undangan

E. Rg. Tunggu atlit

F. Rg. Ganti + shower

G. Rg. Loker

H. Rg. Karantina

I. Area panjat

J. Rg. Alat

K. Tribun penonton

L. Rg. Kesehatan

M. Toilet

Sangat erat erat Tidak ada hubungan

99

Lt.1

Lt.2

Gambar 53. Pola Hubungan Ruang

3. Besaran Ruang

Dasar pertimbangan

a. Kapasitas tampung bangunan dan kemungkinan yang akan

datang

b. Jenis dan sifat dari kegiatan yang diwadahi ruang tersebut

c. Memungkinkan untuk layout/pengaturan perabot dan peralatan

penunjang lainnya.

d. Jumlah besaran dan fungsi dari peralatan/perlengkapan bantu

operasional.

Perhitungan Besaran Ruang

1. Fasilitas Pendidikan dan Latihan

- Ruang administrasi

Kapasitas 6 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² x 6 orang = 13,5 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²

Kegiatan

kompetisi Pembinaan

atlit

Kegiatan

pengelola

umum

Kegiatan

utama

p.tebing Kegiatan

pendidikan

dan latihan

entrance

Kegiatan

kompetisi Kegiatan

hiburan/

penunjang Kegiatan

hiburan/pe

nunjang

Kegiatan

utama

p.tebing

Kegiatan

pendidikan

dan latihan

Kegiatan

Hiburan

100

Luas = 63,9 m²

Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,8 m²

Luas total = 76,68 m²

- Ruang belajar teori untuk anak-anak

Kapasitas 10 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 orang

= 22,5 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 1 meja = 6 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 10 kursi = 24 m²

Luas = 52,5 m²

Sirkulasi 20% x 52,5 m² = 10,5 m²

Luas total = 63 m²

- Ruang belajar teori untuk remaja dan dewasa

Kapasitas 20 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang

= 45 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 1 meja = 6 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 20 kursi = 48 m²

Luas = 99 m²

Sirkulasi 20% x 99 m² = 19,8 m²

Luas total = 118,8 m²

- Ruang praktek untuk anak-anak

Kapasitas 10 anak

Standar gerak anak 3 m² = 3 m² x 10 anak = 30 m²

Sirkulasi 20% x 30 m² = 6 m²

Luas total = 36 m²

- Ruang praktek untuk remaja dan dewasa

Kapasitas 20 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang

= 45 m²

Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²

101

Luas total = 54 m²

- Ruang alat

Asumsi luas 15 m²

- Ruang fitness

Kapasitas 30 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 = 67,5

Luas 67,5 m²

Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²

Luas total 81 m²

- Ruang instruktur

Kapasitas 10 instruktur/pelatih

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 = 22,5

10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²

5 set komputer 6,4 m² x 5 set = 32 m²

2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²

Luas 87,5 m²

Sirkulasi 20% x 87,5 m² = 17,5 m²

Luas total 105 m²

- Ruang ganti

Kapasitas 10 orang

10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²

5 lavatory 4 m² = 4 m² x 5 lavatory = 20 m²

Luas 45 m²

Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²

Luas total 54 m²

Luas keseluruhan = 942,48 m²

2. Fasilitas Pembinaan atlit

- Ruang administrasi

Kapasitas 6 orang

102

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =

13,5 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²

Luas 63,9 m²

Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,8 m²

Luas total = 76,7 m²

- Ruang latihan atlit

Kapasitas 30 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang

= 67,5

Sirkulasi 20% x 67,5 = 13,5 m²

Luas total 81 m²

- Ruang fitness

Kapasitas 30 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang

= 67,5 m²

Luas 67,5 m²

Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²

Luas total 81 m²

- Ruang alat

Asumsi luas 15 m²

- Ruang instruktur

Kapasitas 10 instruktur/pelatih

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 10 orang

= 22,5 m²

10 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 10 loker = 25 m²

5 set komputer, 6,4 m² = 6,4 m² x 5 set = 32 m²

2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²

Luas 87,5

Sirkulasi 20% x 87,5 = 17,5 m²

103

Luas total 105 m²

- Ruang ganti dan shower

Kapasitas 15 orang

15 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 15 loker = 37,5 m²

10 lavatory, 4 m² = 4 m² x 10 lavatory = 40 m²

Luas 77,5 m²

Sirkulasi 20% x 77,5 m² = 15,5

Luas total 170,5 m²

- Ruang konsultasi kesehatan

Kapasitas 5 orang

Standar ruang :

Bangsal periksa 1,8 m² = 1,8 m² x 5 orang = 9 m²

Ruang tunggu = 4 m²

Ruang apoteker = 9 m²

Ruang informasi = 6 m²

Luas = 28 m²

Sirkulasi 20% x 28 m² = 5,6 m²

Luas total 33,6 m²

Luas keseluruhan 562,8 m²

3. Fasilitas Pengelola

- Rg. Pimpinan

Kapasitas 3 orang

Standar ruang :

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 3 = 6,75

Luas 6,75 m²

Sirkulasi 20% x 6,75 m² = 1,35 m²

Luas total 8,1 m²

- Rg. Sekertaris

Kapasitas 3 orang

Standar ruang :

104

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 3 = 6,75

Luas 6,75 m²

Sirkulasi 20% x 6,75 m² = 1,35 m²

Luas total 8,1 m²

- Rg. Pegawai (kabid kasubbid)

Kapasitas 21 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25m² x 21 = 47,25

Luas 47,25 m²

Sirkulasi 20% x 47,25 m² = 9,45

Luas total 56,7 m²

- Pantry 24 m²

- Toilet

2 toilet, 4 m² = 4 m² x 2 toilet = 8 m²

- Rg. ME 100 m²

- Pos keamanan 16 m²

Luas keseluruhan 210,9 m²

4. Fasilitas Kegiatan Hiburan Dan Penunjang

- Café dan resto

Kapasitas 100 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 100 = 225

Bar = 24 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 25 meja = 150 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 100 kursi = 240 m²

Area memasak 24 m²

Luas 663 m²

Sirkulasi 20% x 663 m² = 132,6 m²

Luas total 795,6 m²

- Sauna

105

Kapasitas 20 orang

Alat sauna (heating oven dan water container) 4 m²

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 = 45

Luas 49 m²

Sirkulasi 20% x 49 m² = 9,8 m²

Luas total 58,8 m²

- Fitness center

Kapasitas 30 orang

Standar ruang :

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 orang

= 67,5

Luas 67,5

Sirkulasi 20% x 67,5 m² = 13,5 m²

Luas total 81 m²

- Adventure shop

Asumsi luas 100 m²

- Aula

Kapasitas 200 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 200 =

450m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 20 meja = 120 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 200 = 480 m²

Luas 1050 m²

Sirkulasi 20% x 1050 m² = 210 m²

Luas total 1260 m²

- Mushalla

Kapasitas 20 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang

= 45 m²

Luas 45 m²

106

Sirkulasi 20% x 45 m² = 9 m²

Luas total 54 m²

Luas keseluruhan 2349,4 m²

5. Fasilitas Kegiatan Utama Olahraga Panjat Tebing

- Ruang panjat untuk anak-anak

Kapasitas 20 anak

Standar gerak anak 3 m² = 3 m² x 20 = 60 m²

Sirkulasi 20% x 60 m² = 12 m²

Luas total 72 m²

- Ruang panjat untuk remaja

Kapasitas 40 remaja

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 40 orang

= 90 m²

Sirkulasi 20% x 90 m² = 18 m²

Luas total = 108 m²

- Ruang panjat untuk dewasa

Kapasitas 20 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 = 45

Sirkulasi 20% x 45 m² = 9

Luas total 54 m²

- Ruang administrasi

Kapasitas 6 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =

13,5 m²

Standar meja, 6 m² = 6 m² x 6 meja = 36 m²

Standar kursi, 2,4 m² = 2,4 m² x 6 kursi = 14,4 m²

Luas = 63,9 m²

Sirkulasi 20% x 63,9 m² = 12,78 m²

Luas total = 76,68 m²

- Ruang instruktur/pelatih

107

Kapasitas 30 instruktur

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 30 = 67,5

30 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 30 loker = 75 m²

10 set komputer, 6,4 m² = 6,4 m² x 10 set = 64 m²

3 toilet, 4 m² = 4 m² x 3 toilet = 12 m²

Luas = 218,5 m²

Sirkulasi 20% x 218,5 m² = 43,7 m²

Luas total = 262,2 m²

- Ruang ganti dan shower

Kapasitas 100 orang

100 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 100 = 250 m²

20 lavatory, 4 m² = 4 m² x 20 lavatory = 80 m²

Luas = 330 m²

Sirkulasi 20% x 330 m² = 66 m²

Luas total = 396 m²

- Ruang alat

Asumsi luas 64 m²

- Ruang informasi

Kapasitas 3 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =

13,5 m²

1 meja informasi, 9 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 3 kursi = 7,2 m²

Luas = 29,7 m²

Sirkulasi 20% x 29,7 m² = 5,94 m²

Luas total = 35,64 m²

Luas keseluruhan = 1068,52 m²

6. Fasilitas Kegiatan kompetisi

- Ruang informasi

Kapasitas 3 orang

108

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 6 orang =

13,5 m²

1 meja informasi, 9 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 3 kursi = 7,2 m²

Luas = 29,7 m²

Sirkulasi 20% x 29,7 m² = 5,94 m²

Luas total = 35,64 m²

- Ruang panitia

Kapasitas 20 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 20 orang

= 45 m²

Standar meja 6 m² = 6 m² x 4 meja = 24 m²

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 20 kursi = 48 m²

Luas = 117 m²

Sirkulasi 20% x 117 m² = 23,4 m²

Luas total = 140,4 m²

- Area nonton

Kapasitas 278 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 x 278 = 625,5

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 200 kursi = 480 m²

Luas 1105,5 m²

Sirkulasi 20% x 1105,5 m² = 221,1 m²

Luas total = 1326,6 m²

- Ruang karantina

Kapasitas 100 orang

Standar gerak manusia 2,25 m² = 2,25 m² x 100 = 225

Standar kursi 2,4 m² = 2,4 m² x 100 kursi = 240 m²

Luas = 465 m²

Sirkulasi 20% x 465 m² = 93 m²

109

Luas total = 558 m²

- Hall/lobby tunggu

Asumsi luas 160 m²

- Ruang ganti

Kapasitas 100 orang

100 loker, 2,5 m² = 2,5 m² x 100 loker = 250 m²

30 lavatory, 4 m² = 4 m² x 30 lavatory = 120 m²

Luas = 370 m²

Sirkulasi 20% x 370 m² = 74

Luas total = 444 m²

- Area panjat/ lomba

Asumsi 100 m²

Luas keseluruhan = 2554,04 m²

7. Lahan yang tidak terbangun (OS)

- Parkir

Parkir motor

Di asumsikan jumlah pengendara sepeda motor

adalah 30% dari Pengguna bangunan.

Jumlah pengguna bangunan ter,asuk atlit,

penonton pengelola wartawan dll (pada kondisi

maksimal) sebanyak 860 orang

Maka jumlah pengendara sepeda motor 860 x 30%

= 258 sepeda motor.

Besaran ruang parkir untuk 1 motor = 1,08

m²/motor

Jadi luas parkir untuk pengguna bangunan = 258 x

1,08 m² = 278,64 m ²

Parkir mobil

Di asumsikan jumlah pengendara mobil untuk

pengguna bangunan adalah 10% = 860 x 10% =

86 mobil

110

Besaran ruang untuk parkir mobil adalah 10.08 m²

86 x 10,08 m² = 863,44 m²

- Plaza = 120 m²

Jadi total besaran ruang untuk kegiatan outdoor :

Parkir = 1.199,68 m²

Plaza = 120 m²

Luas Total = 1319,68 m²

Tabel 9. Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan

No Nama Ruang Kaps

Besaran

standar

(m²/satuan)

Luas

(m²) standar

1 Rg. Administrasi 6 2,25 76,68 BPDS

2 Rg. Belajar anak-anak 10 2,25 63 BPDS

3 Rg. Belajar remaja/dewasa 20 2,25 118,8 BPDS

5 Rg. Praktek anak-anak 10 3 36 TS

6 Rg. Praktek remaja/dewasa 20 2,25 54 TS

7 Rg. Alat 3 15 15 ASM

8 Fitness 30 2,25 81 BPDS

9 Rg. Instruktur 10 2,25 105 ASM

10 Rg. Ganti 10 2,5 54 NAD

Jumlah 603,48

Tabel 10. Fasilitas Pembinaan Atlet

No. Nama Kaps

(org)

Besaran

standar

(m²/satuan)

Luas

(m²) standar

1.

2.

3.

4.

5.

Rg. Administrasi

Rg. Latihan praktek

Rg. Fitness

Rg. Alat

Rg. Instruktur

6

30

30

3

10

2,25

2,25

2,25

15

2,25

76,7

81

81

15

105

BPDS

ASM

BPDS

ASM

BPDS

111

6.

Rg. Ganti

15

2,5

170,5

NAD

Jumlah 529,2

Tabel 11. Fasilitas Pengelola

No. Nama Kaps

(org)

Besaran

standar

(m²/satuan

Luas

(m²) Standar

1. Rg. Pimpinan 3 2,25 8,1 BPDS

2. Rg. Sekertaris 3 2,25 8,1 BPDS

3. Rg. Pegawai 21 2,25 56,7 BPDS

4. Pantry 24 ASM

5. Toilet 8 ASM

6. Rg. ME 100 ASM

7. Pos Keamanan 16 ASM

Jumlah 210,9

Tabel 11. Fasilitas Kegiatan Hiburan dan Penunjang

No. Nama Kaps

(org

Besaran

standar

(m²/satuan)

Luas

(m²) standar

1 Café dan resto 100 2,25 795,6 NAD

2 Sauna 20 2,25 58,6 NAD

3 Fitness center 30 2,25 81 NAD

4 Ruang serbaguna 2,25 660.68 TS

5 Mushalla 20 2,25 54 ASM

jumlah 1649,88

Tabel 12. Kegiatan Utama Panjat Tebing

NO Nama Kaps

(org)

Besaran

standar

Luas

(m²) standar

112

(m²/satuan)

1 Rg. Panjat anak-anak 20 3 72 ASM

2 Rg. Panjat remaja 40 2.25 108 ASM

3 Rg. Panjat dewasa 20 2.25 54 ASM

4 Rg. Administrasi 6 2.25 76,68 BPDS

5 Rg. Instruktur 30 2.25 262,2 ASM

6 Rg. Ganti dan mandi 100 2,5 396 ASM

7 Rg. Alat 5 64 64 ASM

Jumlah 1.032,88

Tabel 13. Fasilitas Kegiatan Kompetisi

NO Nama Kaps

(org)

Besaran

standar

(m²/satuan)

Luas

(m²) standar

1 Rg. Informasi 3 2,25 35,64 NAD

2 Rg. Panitia 20 2,25 140,4 ASM

3 Area penonton 278 2,25 1.000 NAD

4 Rg. Karantina 100 2,25 558 ASM

5 Rg. Ganti 100 2,25 444 ASM

6 Area panjat/lomba 100 100 ASM

Jumlah 2.278,04

Tabel 15. Besaran Ruang

No Kelompok ruang Besaran ruang (m²)

1 Kegiatan pendidikan dan latihan 603,48

2 Kegiatan pembinaan atlit 529,2

3 Kegiatan pengelola umum 210,9

4 Kegiatan hiburan dan penunjang 1649,88

5 Kegiatan utama panjat tebing 1.032,88

6 Kegiatan kompetisi 2.278,04

Jumlah 6.404,58

Standar yang digunakan antara lain :

113

- Ernst Neufert Architecture Data (NAD/EN)

- Building Planning and Design Standarts (BPDS)

- The Time Saver Standarts for Building Type (TS)

- Asumsi – asumsi (ASM)

Kebutuhan jumlah lantai bangunan

Total luas bangunan = 6.404,58 m²

Luas lahan yang tersedia = 14655 m²

Koefisien dasar bangunan yang diambil

Luas open space = 60% x 14.655 m² = 8.793 m²

Luas lantai dasar bangunan = 40% x 14.655 m² = 5.862 m²

Jumlah lantai bangunan =

Luas lahan penghijauan :

Lahan yang terbangun (BC) = 5.862 m²

Lahan yang tidak terbangun (OS)

Parkir = 1.199,68 m²

Plaza = 120 m²

Luas Total = 1319,68 m²

Lahan yang tersedia (tersisa) = 8.793 m² – 1319,68 m²

= 7473.32 m²

4. Persyaratan ruang

Untuk pencahayaan ruang pada Gedung Olahraga Panjat

Tebing selain untuk penerangan ruang atau objek juga sebagai

unsur dekoratif. Sistem pencahayaan dapat dibedakan atas sistem

pencahayaan alami atau natural light yang memanfaatkan sinar

matahari dan sistem pencahayaan buatan atau artificial light yang

memanfaatkan energi listrik.

a. Sistem pencahayaan

Tujuan pencahayaan adalah untuk penerangan ruangan

dan sebagai dekorasi ruang. Sistem pencahayaan yang

digunakan yaitu sistem pencahayaan alami dan buatan. Pada

114

siang hari pencahayaan alami digunakan semaksimalkan

mungkin, terutama pada daerah publik seperti area kegiatan

utama olahraga panjat tebing dan area belajar teori maupun

praktek, namun tetap menghindari adanya pencahayaan

langsung untuk mencegah panas dan terjadinya kesilauan.

Sedang untuk ruang-ruang yang tidak memungkinkan

pencahayaan alami di bantu dengan pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan digunakan untuk malam hari, dan pada

siang hari yaitu apabila cuaca tidak mengizinkan misalnya

cuaca mendung atau hujan.

Persyaratan luas lubang cahaya terhadap luas lantai untuk :

- Ruang umum : 1/8 – 1/6

- Ruang administrasi : 1/6 – 1/5

- Ruang belajar : 1/10 – 1/15

- Ruang makan : 1/3 – 1/5

Prinsip – prinsip yang harus dicapai adalah :

- Arah cahaya harus diusahakan tidak menimbulkan

refleksi dari bayangan yang dapat mengganggu.

- Jendela dapat memasukkan cahaya 15%-25% dari luas

lantai

- Jangkauan penyinaran matahari ke dalam ruangan yang

dianggap efektif adalah 6 – 7,5 meter tapi ketinggian

ceilling juga berpengaruh dimana :

L = 3H

Dimana:

L = jarak jangkauan penyinaran

H = tinggi ruangan

Alat/media pencahayaan buatan adalah dengan

menggunakan lampu, dimana kebutuhan iluminasi atau kuat

penerangan sesuai dengan jenis penggunaan ruang.

115

Untuk ruang kompetisi dan kegiatan utama panjat

tebing dengan iluminasi 300 lux (mengikuti

gymnasium)

Ruang rapat / teknikal meeting iluminasi 300 lux

Aula dengan iluminasi 200 lux

Ruang kantor iluminasi 500 lux

Ruang alat dengan iluminasi 50 lux

Ruang makan (restoran), dengan iluminasi 20 – 100

lux

Toilet, dengan iluminasi 100 lux

Ruang ganti dengan iluminasi 100 lux

b. Sistem penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan lebih diprioritaskan

pada penghawaan alami. Sistem penghawaan alami dengan

pengaturan sirkulasi udara secara merata di tempat – tempat

yang dianggap perlu dan memungkinkan.

Penghawaan alami dalam ruang membutuhkan pergantian

udara 15-20 kali/jam. Kebutuhan maksimal 300 – 400

cub.tt/orang.

- Sistem penghawaan alami

Penghawaa alami adalah mengkondisikan udara atau

mengatur sirkulasi udara dengan memanfaatkan udara

alam semaksmal mungkin. Penghawaan alami dapat

ditempuh dengan cara memasukkan udara melalui

ventilasi dan dapat dibantu dengan alat untuk

mempercepat aliran udara seperti sistem cross kombinasi

fan.

Yang perlu diperhatikan yaitu arah bangunan dan arah

angin serta tingkat kenikmatan pengkondisian udara yang

dibutuhkan.

116

- Sistem penghawaan buatan

Untuk mendapatkan udara bersih yang cukup dengan

temperatur tertentu, yang menimbulkan kenyamanan,

maka digunakan penghawaan buatan sistem air

conditioning (AC).

Gambar 54. Skema Sistem Pengkondisian Udara

c. Akustik

Akustik bertujuan untuk mendapatkan ketenangan dengan

jalan mengeliminasi suara-suara yang tidak diinginkan,

terutama untuk ruang-ruang dengan ketenangan tinggi seperti

ruang belajar, ruang kantor, ruang rapat dan ruang pertemuan.

Maka hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari bunyi

yang tidak diinginkan yaitu :

Penempatan letak ruang yang memperhatikan bunyi

yang keluar dari sumber kebisingan

Sistem peredam bunyi yang ditempatkan sedemikian

rupa pada ruangan-ruangan yang menimbulkan

kebisingan.

Menggunakan dinding berganda seperti pada ruang

AHU (equipment).

117

Untuk Gedung Olahraga Panjat Tebing sumber

kebisingan bisa datang dari ruang kompetisi, ruang kegiatan

utama panjat tebing, dan ruang kegiatan hiburan dan

penunjang serta ruang mekanikal elektrikal. Sistem yang

paling efektif untuk mereduksi gangguan suara adalah sistem

dinding ganda (sumber, Handbook of Accoustic : 407 ).

Gambar 55. Potongan Desain Dinding Ganda

5. Tata fisik bangunan

a. Gubahan massa

Kriteria :

1) Mencerminkan karakter dan fungsi pelayanan sebagai

sarana olahraga dan rekreasi.

2) Keselarasan dan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

3) Mempunyai nilai estetis yang manusiawi atau disesuaikan

dengan bentuk tapak.

4) Optimal dan efisien dalam penggunaan lahan untuk

bangunan.

Gubahan unit untuk Gedung Olahraga Panjat Tebing

yang mewadahi beberapa kegiatan, berbentuk bermassa atau

118

yang terdiri dari beberapa satu unit massa utama yang

ditunjang oleh unit kecil massa yang saling berhubungan

sehingga tidak nampak terpisah (seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya yaitu pola tata massa terpusat)

dengan pertimbangans ebagai berikut :

1) Pengelompokan kegiatan berbeda pada setiap unit

bangunan sehingga tidak saling mengganggu.

2) Pemisahan antar ruang yang bersifat privat dan publik jelas.

b. Penampilan bangunan

Mencerminkan fungsi sebagai bangunan sarana olahraga dan

rekreasi dengan mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

1) Pencerminan karakter fungsi bangunan yaitu kesan menarik,

keterbukaan dan rekreatif.

2) Keserasian proporsi terhadap tapak dan kondisi ligkungan

3) Kejelasan orientasi pencapaian

4) Sifat dinamis sebagai ungkapan spesifikasi gerak aktivitas

olahraga.

c. Sistem struktur

1) Upper struktur

Menggunakan space frame untuk bentangan lebar dan plat

beton di beberapa bagian.

Gambar 56. Space Frame dan Plat Beton

119

2) Super struktur

Struktur vertikal yang menggunakan struktur rangka,

yaitu sistem konstruksi dengan memakai kolom pada

jarak tertentu (sistem modul) yang diikat oleh batang

(ringbalk, sloef). Gaya beban disalurkan lewat kolom ke

pondasi di bawahnya.

Struktur horisontal yang terdiri dari balok dan lantai.

Untuk balok digunakan pola grid yang lebih efektif dalam

penyaluran beban. Balok-balok yang digunakan adalah

balok pra-tegang yang memungkinkan fleksibilitas tinggi

dalam pembagian ruang karena dimungkinkan adanya

ruang-ruang yang bebas kolom. sedangkan untuk lantai

digunakan plat beton dengan ketebalan antara 12-14 cm.

3) Sub Struktur

Sub struktur harus mampu menerima gaya yang disalurkan

dari super struktur untuk disalurkan ketanah, sebagai dasar

tuntutan kestabilan bangunan. Selain itu sub struktur harus

pula mempertimbangkan reaksi gaya-gaya yang ditimbulkan

oleh tanah akibat gaya aksi beban dari sistem struktur. Jenis

sub struktur yang digunakan adalah pondasi sumuran

d. Sistem modul

a. Modul dasar

Adalah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh dan area

gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarnya terlebih dahulu

diketahui unit dasar kemudian ditetapkan dimensinya yang

dapat mewakilinya

b. Modul fungsi

Merupakan modul ruang yang didasarkan pada fungsi ruang

yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit fungsi,

selanjutnya ditetapkan dimensi yang mewakili.

120

Dari luas unit terkecil, angka 30 cm merupakan kelipatan

terkecil yang dapat menjadi interval dari besaran 60, 90, 120,

150, 180, dan seterusnya. Dengan demikian modul dasar

yang dapat diwakili adalah ukuran 30 cm atau 0,3 m.

c. Modul perancangan

Merupakan kelipatan modul fungsi, dimana harga dasarnya

ditetapkan dengan satuan m (meter). Bentuk kelipatannya

biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7 m; 3,6 m; 7,2 m; 8,4

m; 9 m; 12 m dan seterusnya

e. Sistem utilitas bangunan

1) Sistem penyediaan air bersih

Sumber air bersih sebagai kebutuhan gedung dipasok

dari PDAM dan di back up dengan deep well kapasitas 150

liter/menit. Dari sumber tersebut, dialirkan ke ground tank

kapasitas 600 m3 .Kemudian, dengan bantuan pompa

ditransfer ke roof tank kapasitas 3 x 30 m3. Selanjutnya,

didistribusikan ke lantai bawah secara gravitasi. (Sumber :

The Plaza Semanggi Diharapkan Menjadi Jakarta’s Trend

Setter, Konstruksi Oktober 2003 Halaman 46).

Sistem pengadaan dan distribusi air bersih, yaitu :

1) Dengan penyambungan pipa saluran PDAM.

2) Dengan sumur air tanah melalui pengisapan pipa.

3) Kombinasi PDAM dan sumur air tanah (deep well)

4) Penyediaan tempat penampungan air bersih (reservoir)

121

Skema 12. Jaringan distribusi air bersih

2) Sistem pembuangan air kotor

Air kotor berasal dari water closed, lavatory dan floor

drain pembuangan airnya digabungkan.sistem

pendistribusian air kotor diarahkan pada

1) Penyediaan saluran yang memenuhi syarat pengaliran,

baik secara terbuka maupun tertutup untuk pembuangan

air kotor.

2) Penyediaan saluran ke riol kota untuk air hujan dan air

kotor.

3) Penyediaan saluran-saluran yang mudah dikontrol dan

memenuhi syarat kesehatan.

Bahan buangan yang dihasilkan terdiri dari :

1) Cairan non kimia berupa air hujan, air kotor wastafel dan

KM dialirkan langsung ke riol kota.

2) Air kotor yang berasal dari WC dan dapur ditampung

terlebih dahulu dalam septic tank kemudian dialirkan ke

bak peresapan.

POMPA

RESERVOIR

ATAS

RESERVOIR

BAWAH

KONSTRIBUSI

KE TIAP LANTAI

BAK

PENAMPUNGAN

FILTER

POMPA PDAM

DEEP WELL

122

Skema 13. Sistem Distribusi Air Kotor

3) Sistem jaringan listrik

Sumber utama tenaga listrik pada bangunan yang

direncanakan berasal dari jaringan PLN dengan tenaga

cadangan berasal dari generator set dengan kapasitas 100%

dari kebutuhan listrik utama, untuk keadaan darurat

digunakan hanya 60% dari kebutuhan listrik utama.

Skema 14. Skema Jaringan Listrik

- Pengontrolan listrik melalui terminal utama dengan

sistem panil box (EMD)

- Penggunaan lokal panil box untuk sakelar

penerangan dan distribusi listrik

- Generator set menggunakan sistem ATS (Automatic

Transfer Switch).

AIR KOTOR

WC

SEPTIC TANK

SUMUR

PERESAPAN

KM DAN

WASTAFEL

RIOL KOTA

AIR

HUJA

N

PLN GARDU

INDUK

TRAFO PANEL DISTRIBUSI

ALAT-ALAT

ELEKTRONIK

BAHAN

BAKAR GENSET BATERAI

AUTOMATIC

TRANSFER

123

4) Sistem pembuangan sampah

Masalah pengumpulan dan pembuangan sampah

dilakukan dengan cara :

Penyediaan tempat sampah pada tempat-tempat

umum yang mudah diangkut dan dibersihkan.

Kemudian sampah diangkut dengan troli ke bak

penampungan induk.

Selanjutnya dari tempat penampungan sampah induk

dipilah antara sampah organik dan anorganik.

Sampah organik dikumpul dalam lubang yang dibuat

di tanah karena dapat didaur ulang oleh alam sendiri,

sedangkan sampah anorganik diangkut ke luar tapak

dengan mobil kendaraan ke tempat penampungan

akhir.

Skema 15. Sistem Pembuangan Sampah

5) Sistem pemadam kebakaran

a. Pencegahan bahaya kebakaran diluar bangunan

menggunakan fire hydrant yang diletakkan di halaman

dengan jarak antar hydrant ±90-150 m. (Departemen

Pekerjaan Umum, Pemasangan Sistem Hydrant)

b. Pencegahan kebakaran dalam bangunan terdiri dari :

- Thermo detector

- Smoke detector

- Sprinkler

- Fire hydrant

- Fire alarm

SHAFT

SAMPAH

BAK

PENAMPUNGAN

TRUK

SAMPAH TPS

124

- Alat pemadam kebakaran ringan, alat bantu

evakuasi yang terdiri dari dari :

a) Sumber listrik darurat

b) Lampu darurat

c) Pintu kebakaran

d) Tangga darurat

Skema 16. Sistem Pemadam Kebakaran

6) Sistem penangkal petir

Pengadaan penangkal petir pada bangunan dimaksudkan

untuk mencegah bangunan terhadap kerusakan,

kehancuran, kebakaran dan ledakan akibat sambaran petir.

Dalam perencanaan bangunan ini digunakan sistem

konvensional yaitu sistem penangkal petir Faraday dengan

mempertimbangkan aspek efisiensi dan merupakan

pengembangan dari sistem Franklin dengan menambah

konduktor horizontal pada terminal atap yang

dihubungkan langsung dengan terminal tanah sehingga

FIRE

SMOKE

GAS

DETECTOR ALARM

PANEL KONTROL

GENSET

POMPA

SPRINKLER

FIRE HYDRANT

FIRE EXTINGUISER

FIRE HOUSE

EXIT LAPMS

SISTEM

PENCAHAYAAN

DARURAT

SISTEM

KOMUNIKASI

DARURAT

125

merupakan sangkar-sangkar. Syarat-syaratnya sebagai

berikut :

1). Konduktor horizontal (KH) dipasang sekeliling

bidang tepi atap. Untuk bidang atap lebar,

dipasang beberapa deret konduktor dengan

ketentuan jarak maksimum tepi adalah 9 m, dan

jarak maksimum konduktor pararel maksimum 18

meter.

2). Pada sepanjang KH dipasang antene (final)

dengan ketentuan tinggi diatas permukaan atap

datar antara 20-25 cm dan jarak masing-masing

final maksimum 7,50 m.

Gambar 57. Penangkal Petir Sistem Faraday

(Sumber : Utilitas bangunan)

7) Sistem Pencegahan Kriminal

Penanganan pencegahan tindakan kriminal pada

gedung ini dapat diusahakan dengan kelengkapan sistem

pengamanan berupa :

a. Petugas satpam yang selalu siap.

b. Alarm pintu (door alarm).

c. Kemampuan pendeteksi terhadap kejahatan yang

sedang terjadi.

d. Penanganan yang cepat dan tepat terhadap peristiwa

kejahatan yang terjadi.

FINAL

ELEKTRODA PENAHAN

TERMINAL TANAH

BANGUNAN

126

e. Pengamanan fasilitas gedung terutama pada ruang

panjat dan untuk di luar pada area parkir.

DAFTAR PUSTAKA

Neufert, E., Data Arsitek Edisi 33 Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Neufert, E., Data Arsitek Edisi 33 Jilid 2, Erlangga, Jakarta

Ching, Francis DK, 1985, Architecture: Form,Space, and Other,

Smith, Ken. 2006. Landscape Architect 2 Urban Project. PRinceton

ARchitectural Press

Landscape Design, Basic Concepts Common To All Good Design

O'Connor, Jennifer. Tips For Daylighting With Windows

Bruneau, Michel. Fundamentals Of Acoustics.

D.Rossing, Thomas. 2007. Springer Handbook Of Acoustics.

Brockenbrough, L Roger. dan S. Merritt, Frederick. Structural Steel

Designer's Handbook,third edition.

Ali, M. B dan T. Deli. 1997. Kamus Indonesia Lengkap. Bandung: Hasta.

Bappeda dan kantor Statistik. 2003. Kotamadya Makassar Dalam Angka.

Bappeda dan Kantor Statistik. 2003. Statistik Penduduk Kota Makassar.

De Chiara, Joseph dan Koppelman E. Lee. Standar Perencanaan Tapak.

http://www.pendakierror.com/sejarah%20pendakian.htm

http://www.cartenzadventure.com/Sejarah-mengenal-Rock-Climbing-

panjat-Tebing.html

http://www.belantaraindonesia.org/2010/09/rock-climbing.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Indoor_climbing