21
Penanganan Perawatan Cedera Olahraga Renang A. Pengertian Renang Berenang adalah gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air. Berenang untuk keperluan rekreasi dan kompetisi dilakukan orang di kolam renang. Manusia juga berenang di sungai,di danau, dan di laut sebagai bentuk rekreasi. Olahraga renang.membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang B. Gaya renang Dalam renang untuk rekreasi, orang berenang dengan gaya dada, gaya punggung , gaya bebas dan gaya kupu-kupu . Gaya renang yang dilombakan dalam perlombaan renang adalah gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas. Dalam lomba renang nomor gaya bebas, perenang dapat menggunakan berbagai macam gaya renang, kecuali gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Tidak seperti halnya gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu, Federasi Renang Internasional tidak mengatur teknik yang digunakan dalam nomor renang gaya bebas . Walaupun demikian, hampir semua perenang berenang dengan gaya krol , sehingga gaya krol (front crawl) digunakan hampir secara universal oleh perenang dalam nomor renang gaya bebas. 1.Macam-Macam Gaya Renang a. Gaya Bebas Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air. Kedua belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke

Penanganan Perawatan Cedera Olahraga Renang

Embed Size (px)

Citation preview

Penanganan Perawatan Cedera Olahraga Renang

A. Pengertian Renang

Berenang adalah gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan.

Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga. Berenang dipakai sewaktu

bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan

olahraga air.

Berenang untuk keperluan rekreasi dan kompetisi dilakukan orang di kolam renang. Manusia

juga berenang di sungai,di danau, dan di laut sebagai bentuk rekreasi. Olahraga

renang.membuat tubuh sehat karena hampir semua otot tubuh dipakai sewaktu berenang

B. Gaya renang Dalam renang untuk rekreasi, orang berenang dengan gaya dada, gaya punggung,

gaya bebas dan gaya kupu-kupu. Gaya renang yang dilombakan dalam perlombaan renang

adalah gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas. Dalam lomba renang

nomor gaya bebas, perenang dapat menggunakan berbagai macam gaya renang, kecuali gaya

dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Tidak seperti halnya gaya dada, gaya punggung,

dan gaya kupu-kupu, Federasi Renang Internasional tidak mengatur teknik yang digunakan

dalam nomor renang gaya bebas. Walaupun demikian, hampir semua perenang berenang

dengan gaya krol, sehingga gaya krol (front crawl) digunakan hampir secara universal oleh

perenang dalam nomor renang gaya bebas.

1.Macam-Macam Gaya Renanga. Gaya Bebas

Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air. Kedua

belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh,

sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah.

Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air. Pernapasan

dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala

berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke

kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya berenang lainnya, gaya bebas merupakan gaya

berenang yang bisa membuat tubuh melaju lebih cepat di air.

Gaya bebas merupakan gaya yang tidak terikat dengan teknik-teknik dasar tertentu. Gaya

bebas dilakukan dengan beraneka ragam gerakan dalam berenang yang bisa membuat

perenang dapat melaju di dalam air. Sehingga gerakan dalam gaya bebas bisa di gunakan oleh

beberapa orang, baik yang sudah terlatih maupun para pemula.

b. Gaya Dada Gaya dada merupakan gaya berenang paling populer untuk renang rekreasi. Posisi

tubuh stabil dan kepala dapat berada di luar air dalam waktu yang lama. Gaya dada atau gaya

katak (gaya kodok) adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air,

namun berbeda dari gaya bebas, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua belah kaki

menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan diluruskan di depan. Kedua belah

tangan dibuka ke samping seperti gerakan membelah air agar badan maju lebih cepat ke

depan. Gerakan tubuh meniru gerakan katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak.

Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan air, setelah satu kali gerakan tangan-

kaki atau dua kali gerakan tangan-kaki.

Dalam pelajaran berenang, perenang pemula belajar gaya dada atau gaya bebas. Di antara

ketiga nomor renang resmi yang diatur Federasi Renang Internasional, perenang gaya dada

adalah perenang yang paling lambat.

c. Gaya Punggung Sewaktu berenang gaya punggung, orang berenang dengan posisi punggung

menghadap ke permukaan air. Posisi wajah berada di atas air sehingga orang mudah

mengambil napas. Namun perenang hanya dapat melihat atas dan tidak bisa melihat ke

depan. Sewaktu berlomba, perenang memperkirakan dinding tepi kolam dengan menghitung

jumlah gerakan.

Dalam gaya punggung, gerakan lengan dan kaki serupa dengan gaya bebas, namun dengan

posisi tubuh telentang di permukaan air. Kedua belah tangan secara bergantian digerakkan

menuju pinggang seperti gerakan mengayuh. Mulut dan hidung berada di luar air sehingga

mudah mengambil atau membuang napas dengan mulut atau hidung.

Sewaktu berlomba, berbeda dari sikap start perenang gaya bebas, gaya dada, dan gaya kupu-

kupu yang semuanya dilakukan di atas balok start, perenang gaya punggung melakukan start

dari dalam kolam. Perenang menghadap ke dinding kolam dengan kedua belah tangan

memegang besi pegangan. Kedua lutut ditekuk di antara kedua belah lengan, sementara

kedua belah telapak kaki bertumpu di dinding kolam.

Gaya punggung adalah gaya berenang yang sudah dikenal sejak zaman kuno. Pertama kali

diperlombakan di Olimpiade Paris 1900, gaya punggung merupakan gaya renang tertua yang

diperlombakan setelah gaya bebas

d. Gaya kupu-kupu

Gaya kupu-kupu atau gaya dolfin adalah salah satu gaya berenang dengan posisi

dada menghadap ke permukaan air. Kedua belah lengan secara bersamaan ditekan ke bawah

dan digerakkan ke arah luar sebelum diayunkan ke depan. Sementara kedua belah kaki secara

bersamaan menendang ke bawah dan ke atas seperti gerakan sirip ekor ikan atau lumba-

lumba. Udara dihembuskan kuat-kuat dari mulut dan hidung sebelum kepala muncul dari air,

dan udara dihirup lewat mulut ketika kepala berada di luar air.

Gaya kupu-kupu diciptakan tahun 1933, dan merupakan gaya berenang paling baru. Berbeda

dari renang gaya lainnya, perenang pemula yang belajar gaya kupu-kupu perlu waktu lebih

lama untuk mempelajari koordinasi gerakan tangan dan kaki.

Berenang gaya kupu-kupu juga menuntut kekuatan yang lebih besar dari perenang.

Kecepatan renang gaya kupu-kupu didapat dari ayunan kedua belah tangan secara bersamaan.

Perenang tercepat gaya kupu-kupu dapat berenang lebih cepat dari perenang gaya bebas.

Dibandingkan dalam gaya berenang lainnya, perenang gaya kupu-kupu tidak dapat menutupi

teknik gerakan yang buruk dengan mengeluarkan tenaga yang lebih besar.

C.  Deskripsi Teori

Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani

selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam

olahraga bisa menimbulkan cedera?

Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak

bola, tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda. Kegiatan

olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita, baik pada

masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang paling baik.

Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur untuk kesegaran dan

kesehatan jasmani dan rohani.

Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,

kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik amatir

dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk menjadi juara.

Namun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara lain :

a.    Usia Kesehatan Kebugaran

Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi

mulai berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule

of one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat

proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk

mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi,

maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian bahwa

usia memegang peranan.

b.    Jenis Kelamin

Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula dengan

bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis olahraga

cocok untuk semua golonganusia atau jenis kelamin. Hal ini apabila dipaksakan, maka akan

timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis olahraga tertentu

c.    Jenis Olahraga

Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan

permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut

merupakan salah satu mencegahnya.

d.    Pengalaman Teknik Olahraga

Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan

latihan antara lain :

o       Metode atau cara berlatihnya.

o       Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.

e.    Sarana atau Fasilitas

Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul akibat sarana

yang kurang memadai

f.      Gizi

Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain itu gizi menentukan

kesehatan dan kebugaran.

Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur memegang

peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-penyakit seperti

penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak bisa dihindari oleh

proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh olahraga

adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomibila kita menilai

beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang bersifat kompetitif untuk

dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai prestasi maksimal

untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya cedera olahraga, namun

dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.

Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan sampai

yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera, ukuran tubuh, anatomi,

kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan ligamen, kontrol motorik pusat,

kejiwaan, kemampuan mental merupakan faktor-faktor dalam kecenderungan cedera.

D.     Kerangka Berfikir

Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya mahasiswa

atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera olahraga dan

bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan banyak ragam jenis

cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :

1.      Cedera

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian

daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa

berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau

kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau

bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.

Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan

olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati

kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.

2.      Cedera Olahraga

Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan ditingkatkan

bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani

secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara pribadi, tetapi juga

memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga

sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas. Bersamaan dengan meningkatnya

aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat

disayangkan jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit

meningkatkan atau mempertahankan prestasi.

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga

dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan

gangguan atau  keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun

melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa berarti

istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya.

Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang

multidisipliner.

Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :

a.    Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar, leban

otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-

tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada perut, cedera anggota

gerak atas dan bawah.

b.  Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih spesifik

yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s

shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.

E. Berenang menyebabkan cedera: Penyebab cedera Anda tidak selalu merupakan tempat pemandian pengaduan

tersebut berlokasi! Anda bisa berenang cedera akibat dari masalah yang mendasar (misalnya

infeksi). Events

dalam hidup Anda mempengaruhi berenang cedera , sebagai: penyakit , spastik kolon ,

kelenjar demam , kecelakaan mobil , operasi , tua cedera olahraga , stres , pola makan yang

buruk atau pengobatan. Seperti infeksi (misalnya pilek dan flu) dapat melemahkan tubuh ,

yang Anda kinerja dan ketahanan fisik berkurang. Ini lebih cenderung overload overloading

dapat .

oleh faktor-faktor seperti: berat , umur , pelatihan (metode) , Technical faktor ,bahan dan

faktor lingkungan. Ini adalah kombinasi peristiwa (misalnya pilek dan flu) dan faktor-faktor

(misalnya metode pelatihan yang salah) bahwa Anda berenang menyebabkan cedera

F. Macam – macam Cedera Renang

Renang : pada pemula-pemula dapat terjadi kontak dengan papan loncat pada waktu

jatuh (menurun).dengan hal ini terjadi kulit cedera dan juga superficial bruising dalam perut

terjadi pada “belly flop “ (masuk air dengan tertelungkup), kalau kolam renang kurang dalam,

dapat terjadi cedera tengkuk atau muka, karena terbetur pada dasar kolam. Juga dapat terjadi

concussion,tengkorak karena fracture, atau fracture-dislocation pada tengkuk ( 4 anggota

dapat paralysis), ini terjadi kalau dasar tengkuk kebelakang (extension).

1. Apa yang sering terjadi cedera bagi para perenang?

Cedera renang bisa selalu terjadi dari paling sering disebabkan oleh pemfosiran. Tiga

hal paling umum dari keluhan musculoskeletal melibatkan bahu, lutut, dan kaki.

2. Membahas penyebeb nyeri kaki pada perenang

Benturan jari kaki pada ujung dinding dalam kolam renang ketika jatuh tergelincir

dapat menyebabkan nyeri jari kaki mendadak. Namun, ketika perenang tersebut sudah

melewati tingkat pemula, hal ini diharapkan tidak sering terjadi, sebab utama nyeri kaki

adalah tendinitis tendo extensor kaki pada point dimana mereka ditopang oleh extensor

retinaculum. Gerakan yang berulang dari kaki berasal dari plantar flexion yang ekstrim

hingga normal kembali pada gerakan kaki renang gaya bebas, gaya dada, dan kupu-kupu

yang menyebabkan sindrom ini. Buku epidemialogis telah menunjukkan bahwa pemforsiran

dan cedera yang akut pada kaki dan engkel adalah 15% dan 30% dari masalah para perenang.

3. Apa yang menyebabkab nyeri lutut pada para perenang?

Sering ditunjukkan pada “ lutut perenang gaya dada” nyeri lutut perenang disebabkan

oleh tekanan ‘valgus’ pada lutut disebabkan ayunan kaki ketika berenang gaya dada. Hal ini

menimbulkan adanya “tekanan medial eollateral ligament”, kelainan patello femoral atau

sindrom “medial synovial plica”. Lutut yang nyeri tidak hanya terjadi pada pemula dengan

tekhnik kaki gaya dada yang rendah tetapi juga pada perenang gaya dada profesional sebagai

akibat ayunan kaki yang terlalu kuat dan tingginya jumlah ayunan kaki.

4. Seberapa banyak cedera bahu pada para perenang?

Survey terkini pada 1262 perenang Amerika menyatakan bahwa cedera bahu sudah

biasa, sejarah terjadinya cedera bahu ditemukan pada 47% perenang pemula (usia 13-14

tahun), 66% perenang senior (15-16 tahun) dan 73% perenang ahli. Survey ini ditunjukkan

khusus untuk cedera yang terjadi pada saat pelatihan atau kompetisi. Kecelakaan yang

berhubungan cedera bahu lebih tinggi dan akan terjadi mendekati 90% dari populasi tertentu.

a.Memar Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada

kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga

darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini

menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang

cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko,

1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang

menyertai sedang sampai berat.

Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan

kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka

sayat

Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:

1) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.

2) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-

jaringan lunak yang rusak.

3) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

e.Keram Otot Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau

sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab

kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya

gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.

Penyebab terjadinya kram:

1. otot terlalu lelah

pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik yang

menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.

2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).

3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.

Kram yang mungkin terjadi yaitu:

a) Otot Perut (Abdominal)

b) Otot betis (Gastrocnenius)

c) Otot paha belakang (Hamstring)

d) Otot telapak kaki

Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut

Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:

(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa

nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain,

dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu

karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.

(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama

artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat

menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat

disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.

f.Perdarahan Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma

pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang

ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih

atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:

a) pendarahan pada hidung

(1) penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam

posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan jari

tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut

(2) hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil

dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung. Sekitar mata hingga

pipi.

(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau

dibawa kerumah sakit.

(4) Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini,

kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.

(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan

pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah

sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan

bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.

b) Pendarahan pada mulut

(1) hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres

dingin.

(2) Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk

penanganan lebih lanjut.

c) Pendarahan pada kulit

(1) Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.

(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila

luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa

kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.

h. Luka Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu

ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan

yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi (1) Luka lecet (Abrasi):

cedera goresan pada kulit. (2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai

kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak

langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.

Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo

(1995:21) adalah sebagai berikut:

a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara

membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida

(H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK

(kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu

diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium

tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.

b) Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah

dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau

letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah,

bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang

bersih.

i.Resiko

Kecelakaan di air karena bisa menyebabkan cedera hingga kematian akibat

tenggelam. Sebelum memasuki air, perenang harus mencari tahu kedalaman kolam renang,

sungai, atau laut yang ingin direnangi.

Berenang di sungai atau di laut bisa sangat berbahaya bila datang arus deras atau ombak

besar secara tiba-tiba. Orang yang sedang dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan dilarang

untuk berenang.

Kaca mata renang bisa mencegah mata orang yang memakainya dari iritasi. Berenang di air

kotor akan menyebabkan penyakit kulit dan iritasi mata. Di kolam renang, bakteri penyebab

penyakit dikendalikan dengan pemberian kaporit. Pergantian air yang teratur akan

meningkatkan kualitas air kolam yang sehat.

F. Pencegahan Cedera Terdapat strategi agar cedera dapat dihindari. Antara lain dengan melakukan

pemanasan dan pendinginan dengan benar, latihan (training) dan Strenh training,  Sehat

jasmani dan rohani, Mematuhi aturan pertandingan.

       Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun

tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas

yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu

untuk mencegah nyeri otot dan tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.

"Jangan anggap enteng pemanasan," demikian pesan Djamal

       Pemanasan, menurut Djamal,  terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik.

Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/ exercise dan peregangan/

stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis

olahraga pemain. Sedangkan pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik

sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.

Latihan (training) lanjut Djamal,   perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.

Endurance training adalah latihan yang dilakukan dengan  tujuan untuk meningkatkan fungsi

jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah. 

       Langkah lain yang perlu diperhatikan dalah melakukiann Strength training adalah latihan

yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha

"eksplosif" (misal pada lempar lembing ). Sedangkan skill training bertujuan untuk

meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling

dasar sampai teknik yang paling tinggi.

       Kesehatan jasmani dan rohani.juga memegang peranan penting. Kondisi sehat sangat

diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan

konsentrasi yang penuh. Selain itu mematuhi aturan pertandingan.juga mempunyai andil

dalam upaya pencegahan cedera olahraga. Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada

aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan

sangatlah penting. misal pada pertandingan bela diri. Faktor tidak memiliki kelainan anatomis

maupun antropometri., lanjut Djamal, misalnya kelainan anatomis tungkai X atau O,

sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang dapat

memberikan andil dalam cedera olahraga.

       Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai juga perlu diperhatikan dengan

seksama. Menggunakan sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung  kepala atau

tubuh pada jenis olahraga tertentu merupakan salah satu upaya pencegahan cedera. Dan

terakghir adalah melakukan 10 prinsip utama "conditioning", yaitu pemanasan yang cukup,

peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi,

spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.

       Apabila upaya pencegahan itu tetap tidak berhasil dan seseorang masih terkena cedera,

maka menurut Djamal Tahitoe, bagian Telogorejo Sports Injury Clinic siap membantu

untuk mengatasi cedera yang dialami . Terdapat beberapa peralatan yang dimiliki Telogorejo

Sports Injury Clinic  untuk mengatasi cedera olahraga.

G. Penyebab Cedera Olahraga

Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.

1.    Faktor olahragawan/olagragawati

a.    Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.

Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas

tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik mencapai

puncaknya pada usia 20-40 tahun.

b.    Faktor pribadi

Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami

cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.

c.    Pengalaman

Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan

olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.

d.    Tingkat latihan

Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari

terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan

cedera karena “over use”.

e.    Teknik

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang

salah maka akan menyebabkan cedera.

f.      Kemampuan awal (warming up)

Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari

cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan

lain-lain.

g.    Recovery period

Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah

dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ

itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.

h.    Kondisi tubuh yang “fit”

Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi

semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.

i.      Keseimbangan Nutrisi

Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan tubuh

yang sehat.

j.      Hal-hal yang umum

Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.

2.    Peralatan dan Fasilitas

Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah

terjadinya cedera.

Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack,

serta jenis olahraga yang khusus.

3.    Faktor karakter dari pada olahraga tersebut

Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif

biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui

sebelumnya.

H.    Pencegahan Cedera

  Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus

dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing

tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.

1.    Pencegahan lewat keterampilan

Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu

telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu

para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam

meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk

daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko.

Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt

mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.

a)    Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap

b)   Kulit dan otot terasa mengembang

c)    Kehilangan selera makan

d)   Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah

e)    Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat

f)     Penurunan berat badan

g)    Melambatnya pemulihan

h)    Cenderung menghindari latihan atau pertandingan

IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Olahraga, baik yang bersifat olahraga prestasi maupun rekreasi merupakan aktivitas yang

dapat memberikan manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Akan tetapi, olahraga yangdilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kesehatan dapat pula menimbulkan dampak yangmerugikan bagi tubuh antara lain berupa cedera olahraga. Cedera olahraga yang terjadi pada atletolahraga prestasi selain mengganggu kesehatan juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebutuntuk berprestasi secara maksimal. Makalah ini mengulas tentang karakteristik cedera olahragayang terjadi, penyebab cedera olahraga, jenis cedera dan cara penanganan cedera olahraga.Tujuan akhir dari penanganan cedera olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihancedera serta untuk meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah pengertian dan penyebab cedera Olahraga?

2) Apakah pengertian patofisiologi dan diagnosis cedera Olahraga?

3) Apakah sajakah jenis cedera Olahraga dan bagaimana csra penanganannya?

4) Bagaimanakah pencegahan cedera dalam Olahraga?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian dan penyebab cedera Olahraga2) Untuk mengetahui pengertian patofisiologi dan diagnosis cedera Olahraga3) Untuk mengetahui jenis cedera Olahraga dan bagaimana csra penanganannya4) Untuk mengetahui pencegahan cedera dalam OlahragaABSTRACT Sports injury refers to the kind of injuries which most commonly occur during sports or

exercise. It usually involves the musculoskeletal system, which includes the muscles, bones, andassociated tissues like cartilage. Atlet and couch need to comprehend the causes, symtomps, andmanagement of sports injury to be able to participate in the prevention, care and rehabilitation ofsports injury along the health care provider. The treatment of sports injury depends on the type ofthe injury as well as the stage of injury. In the acute phase of injury RICE principles (rest, ice,

compression and elevation) should be followed while for the chronic phase of injury,

thermotherapy, manual therapy and exercise therapy can be employed. The ultimate goal of therapy is to maximize the recovery process and to prevent further injury.

BAB IIPEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN DAN PENYEBAB CEDERA OLAHRAGACedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkanoleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kesalahanmetode latihan, kelainan struktural maupun kelemahan fisiologis fungsi jaringan penyokong danotot (Bahr et al. 2003).

a. Kesalahan Metode LatihanMetode latihan yang salah merupakan penyebab paling sering cedera pada otot dan sendi.Beberapa hal yang sering terjadi adalah :1. Tidak dilaksanakannya pemanasan dan pendinginan yang memadai sehingga latihan fisikyang terjadi secara fisiologis tidak dapat diadaptasi oleh tubuh.2. Penggunakan intensitas , frekuensi, durasi dan jenis latihan yang tidak

sesuai dengankeadaan fisik seseorang maupun kaidah kesehatan secara umum.3. Prinsip latihan overload sering diterjemahkan sebagai latihan yang didasarkan padaprinsip “no gain no pain” serta frekuensi latihan yang sangat tinggi. Hal ini tidak tepatmengingat rasa nyeri merupakan sinyal adanya cedera dalam tubuh baik berupa micro

injury maupun macro injury. Pada keadaan ini tubuh tidak memiliki waktu untuk

memperbaiki jaringan yang rusak tersebut (Stevenson et al. 2000). b. Kelainan Struktural.Kelainan struktural bisa meningkatkan kepekaan seseorang terhadap cedera olah ragakarena pada keadaan ini terjadi tekanan yang tidak semestinya pada bagian tubuh tertentu.Sebagai contoh, jika panjang kedua tungkai tidak sama, maka pinggul dan lutut pada tungkaiyang lebih panjang akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Faktor biomekanika yangmenyebabkan cedera kaki, tungkai dan pinggul adalah pronasi (pemutaran kaki ke dalam setelahmenyentuh tanah). Pronasi sampai derajat tertentu adalah normal dan mencegah cedera dengancara membantu menyalurkan kekuatan menghentak ke seluruh kaki. Pronasi yang berlebihan bisamenyebabkan nyeri pada kaki, lutut dan tungkai. Pergelangan kaki sangat lentur sehingga ketikaberjalan atau berlari, lengkung kaki menyentuh tanah dan kaki menjadi rata. Jika seseorangmemiliki pergelangan kaki yang kaku, maka akan terjadi hal sebaliknya yaitu pronasi yangkurang. Kaki tampak memiliki lengkung yang sangat tinggi dan tidak dapat menyerap goncangandengan baik, sehingga meningkatkan resiko terjadinya retakan kecil dalam tulang kaki dantungkai (fraktur karena tekanan) (Gleim et al. 1997).c. Kelemahan Otot, Tendon & Ligamen.Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot,tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika ototligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah mengalamipatah tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya cedera. Satusatunyacara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang secara bertahapkekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994). 2.2. PATOFISIOLOGI DAN DIAGNOSIS CEDERA OLAHRAGASecara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalamikerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya peradangan.Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediatorkimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta penarikan populasi selsel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai prosesperadangan. Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan denganterjadinya regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut(Van Mechelen et al. 1992).Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan keterangandari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaaan penunjang.a. Gejala Cedera OlahragaTanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradanagantubuh berupa tumor ( pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna merah), dolor(nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali muncul jika serat-serat ototatau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami robekan.Selain nyeri muncul tandaradang seperti bengkak, kemerahan, panas dan penurunan fungsi. Pada proses lanjut tandatandaperadangan tersebut akan berangsur angsur menghilang. Apabila tanda peradangan awalcukup hebat, biasanya rasa nyeri masih dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera.Kelemahan fungsi berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan jangakauan gerak juga seringdijumpai (Stevenson et al. 2000).b. Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari anamnesis(wawancara dengan penderita) serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukandapat berupa CT scan MRI, artroskopi,

elektromyografi dan foto rontgen. 2.3. JENIS CEDERA OLAHRAGA DAN PENANGANANNYAMenurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah:cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, danpingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah:otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia a. Memar (Contusio)Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memarbiasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulitrusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringansekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabilaterjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma(Van Mechelen et al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang danpembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi padadaerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapatmengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.Penanganan Cedera Memar1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringanlunak yang rusak.3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.b. Cedera pada Otot atau Tendo dan LigamenMenurut Van Mechelen (2004) cedera pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain

sedangkan cedera pada otot dan tendo dikenal sebagai strain.1) SprainSprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada

berbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak ataupenggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.Berdasarkan Van Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan,yaitua) Sprain Tingkat IPada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapaserabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit padadaerah tersebut.b) Sprain Tingkat IIPada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebihseparuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan,pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendiantersebut.c) Sprain Tingkat IIIPada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian,pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.2) StrainStrain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang

berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr (2003)membagi strain menjadi 3 tingkatan,yaitu:2) StrainStrain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang

berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr (2003)membagi strain menjadi 3 tingkatan,yaitu:a) Strain Tingkat IPada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekanpada jaringan otot maupun tendon.b) Strain Tingkat IIPada strain tingkat II, terdapat robekan pada otot maupun tendon. Tahap inimenimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.c) Strain Tingkat IIIPada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanyahal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu

punggung,dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.Penanganan Strain dan Sprain

Bahr (2003) menyatakan bebrapa hal dapat mengatasi strain dan sprain yaitu :(a) Sprain/strain tingkat satuPada keadaan ini, bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberikesempatan regenerasi.(b) Sprain/strain tingkat duaPada keadaan ini penanganan yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest,

Ice, Compession and Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk

fiksasi dan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapatdigerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi dilakukan selama3-6 minggu. Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase awal cedera. Pada fase lanjutterapi dingin digantikan dengan terapi panas. Pada keadaan subkronis dimana tanda tandaperadangan sudah menurun dilakukan terapi manual berupa massage. Pada fase akhir dapatdilakukan terapi latihan untuk memaksimalkan proses penyembuhan.(c) Sprain/strain tingkat tigaPada keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dansegera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan ligamen, ototmaupun tendo.c. DislokasiDislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasiyang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan kaki), lututdan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-ligamennya yangkendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktoreksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan dalamtubuh (Stevenson et al. 2000). Penanganan DislokasiMenurut Stevenson (2000) prinsip dasar penanganan dislokasi adalah reposisi. Reposisipada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum terjadinya respon peradangan) dapatdilakukan dengan lebih mudah. Pada keadaan akut dimana respon peradanagan sudah terjadi,reposisi relatif sukar untuk dilakukan. Pada keadaan ini, direkomendasikan untuk menungguberkurangnya respon peradangan. Pada keadaan kronis dimana respon peradanagn sudahberkurang, reposisi dapat dilakukan dengan jalan melemaskan kembali persendian supaya dapatdilakukan penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan persendiandapat dilakukan dengan terapi panas maupun dengan manual therapy pada bagian proksimal dandistal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasiadalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan padasumbu memanjang. Setelah reposisi berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6minggu untuk mengurangi resiko terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal,dapat dilakukan exercise therapy secara terbatas untuk memperkuat struktur persendian danmemperkecil resiko dislokasi ulang (Meeuwisse 1994). d. Patah Tulang (Fraktur)Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baikpada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan continuitas

patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:1. Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.2. Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003) membagipatah tulang manjadi:1. Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulangkeluar.2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.Penanganan Patah TulangHal yang harus dilakukan pada keadaan patah tulang adalah

olahragawan tidak bolehmelanjutkan pertandingan. Penderita harus segera direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunakyang dapat mengganggu proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalamipatah tulang kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukanyang baru, serta menghentikan perdarahan.e. Kram OtotKram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atausekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah,kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke ototsehingga menimbulkan kejang (Parkkari et al. 2001). Beberapa hal yang dapat menimbulkankram antara lain adalah :1. Kelelahan otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa metabolik yangmenumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.2. Kurang memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh kurang memilikikesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap latihan (Parkkari et al. 2001).Penanganan KramPenanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasanyeri/sakit yang bersifat lokal dan atau es.2. Menahan otot waktu berkontraksi supaya myiosin filament dan actin myosin dapatmenduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapatdisemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.f. PerdarahanPerdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulanatau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat menimbulkan gangguan sirkulasi sampaimenimbulkan shocks (gangguan kesadaran) (Van Mechelen et al. 1992). Penanganan PerdarahanPendarahan pada HidungPada perdarahan hidung, hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas)dan breathing (pernapasan). Menurut Bahr (2003), beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :(1) Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung,dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang lebih 5menit dengan jari tangan sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut(2) Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akanberhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin disekitar batang hidung, sekitarmata hingga pipi.(3) Bila pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter ataudibawa kerumah sakit. Pada keadaan ini kemungkinan besar perdarahan disertai patah tulang,kadang-kadang deformitas dapat terjadi.(4) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikanpendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirimkerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidungdengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboliparu.b) Pendarahan pada mulutSeperti halnya pada perdarahan hidung, penanganan perdarahan pada mulut harusmemperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan). Beberapa hal yang dapatdilakukan antara lain adalah:(1) Pendarahan dari bibir atau gusi dihentikan dengan penekanan secara langsung dankompres dingin.(2) Apabila gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan atlet dikirim untuk penanganan lanjut di dokter gigi.g. Kehilangan Kesadaran (Pingsan)Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari (1)Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara. (2) Pengalirandarah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat. (3) Karena jatuh dan benturan.Terdapat beberapa macam penyebab pingsan yaitu:a) Pingsan biasa (simple fainting)Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari,atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.b) Pingsan

karena panas (heat exhaustion)Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas. Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan)(1) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisiterlentang dan kepala tanpa bantal.(2) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukanantara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringantetapi dalam keadaan gawat. h. LukaLuka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnyayang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Seluruh tubuhmempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukankontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai. (Stevensonet al. 2000)

Penanganan LukaLuka dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan hidrogen peroksida (H202) 3%yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine, PK (kalium permangat)ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandungantiseptik dan bersifat mengeringkan luka, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutanbetadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.b) Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan dan dibebat dengan bahan yangtidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah robekluk langsung dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat (Stevenson et al. 2000).

2.4. PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGAMenurut Stevenson (200), beberapa hal yang perlu dilakukan untukmencegah terjadinya cederaolahraga antara lain adalah:a) 1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan olahraga untuk menentukan ada tidaknya

b) kontraindikasi dalam berolahraga

c) 2. Melakukan olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur

d) 3. Menggunakan sarana yang sesuai dengan olahraga yang dipilih

e) 4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga

f) 5. Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya BAB IIIPENUTUP 3.1 KesimpulanPada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice,

Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada fase akut cedera sebelum penanganan

selanjutnya. Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, sepertihematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi.Secara umum penanganan cedera olahraga disesuaikan dengan jenis cedera dan prosespatofisiologi cedera yang mendasari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegahterjadinya cedera olahraga antara lain adalah perlu dilakukan kegiatan pemanasan denganmelibatkan latihan dinamis maupun statis dan perlu dilakukan pengaturan progresi latihan yang baik agar latihan dapat diadaptasi dengan baik oleh tubuh 3.2 SaranTujuan akhir dari penanganan cedera olahraga adalah untuk memaksimalkan proses pemulihancedera serta untuk meminimalkan terjadinya resiko cedera ulang