Upload
khangminh22
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK MENINGKATKAN
JAM OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS PENGHASIL GARAM
DAN AIR TAWAR)
TUGAS AKHIR
SKRIPSI
HASBI MAULANA.S
201612034
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN BISNIS ENERGI
PROGRAM STUDI SARJANA
TEKNIK MESIN
JAKARTA
i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Hasbi Maualana S
NIM : 201612034
Program Srudi : Teknik Mesin
Judul : RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK
MENINGKATKAN JAM OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS
PENGHASIL GARAM DAN AIR TAWAR)
Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Program
Sarjana Strata 1, Program Studi, Teknik Mesin Institut Teknologi-PLN
pada Tanggal 26 Agustus 2020
Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1. Drs Prayudi, MM., MT Dosen
Pembibing
2. Eri Prabowo, Dr. Ir. M.Kom Ketua Penguji
3. Arief Suardi NC, ST, MT Sekretaris
4. Roswati Nurhasanah, ST, MT Anggota
Mengetahui:
Kepala Program Studi S1 Teknik Mesin
(Roswati Nurhasanah. ST., MT)
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR SKIRPSI
Nama : Hasbi Maulana S
NIM : 201612034
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Judul Proyek Akhir Skripsi : RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM
UNTUK MENINGKATKAN JAM OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS
PENGHASIL GARAM DAN AIR TAWAR)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana baik di lingkungan Institut
Teknologi-PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali saya secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan
dalam daftar Pustaka. Pernayataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa
tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan
ini tidak benar.
Jakarta, 25 Agustus 2020
(Hasbi Maulana S)
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada yang terhormat:
(Drs. Prayudi, MM., MT) Selaku Pembimbing
Yang telah memberikan petunjuk saran-saran serta bimbingan sehingga Skripsi
ini dapat diselesaikan:
Terimakasih yang sama, saya sampaikan Kepada
1. Ibu Roswati Nurhasanah Selaku Kepala Program Studi S1 Teknik Mesin
Yang telah Mendukung dan memberikan izin saya untuk melakukan pengujian
alat di Laboratorium Konversi Energi ini sehingga dapat berjalan degan lancar
Jakrta, 25 Agustus 2020
(Hasbi Maulana S)
201612034
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Institut Teknologi – PLN, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Hasbi Maulana S
NIM : 201612034
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Fakultas : Teknologi dan Bisnis Energi
Jenis Karya : Skripsi
Demi Pengembangan ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Institut Teknologi-PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK MENINGKATKAN JAM
OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS PENGHASIL GARAM DAN AIR
TAWAR)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Institut Teknologi-PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta
Pada Tanggal: 25 Agustus 2020
Yang Menyatakan
(Hasbi Maulana S)
v
RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK
MENINGKATKAN JAM OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS
PENGHASIL GARAM DAN AIR TAWAR)
Hasbi Maulana S, (201612034)
Di bawah bimbingan (Drs. Prayudi. MM., MT)
ABSTRAK P3GAr (Pengubah Panas Penghasil Garam dan Air Tawar) adalah sebuah alat untuk memproduksi garam serta juga dapat menghasilkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi yang dimana pada saat ini produksi garam di indonesia semakin menurun dikarekankan faktor cuaca pada saat musim hujan yang mengakibatkan kegagalan panen sehingga juga tidak dapat beroperasi maka dari itu alat P3GAr dikombinasikan dengan hybrid energy sebagai sumber energi listrik yang dimana menggabungkan dua energi menjadi satu yaitu energi matahari dan energi angin. Dimana hasil perancangan energi hybrid yang digunakan jam operasional bisa meningkat 24 jam beroperasi dikarenakan penggunaan dua energi dan ditambah dengan menggunakan energi baterai sebagai cadangan jika kedua energi ini tidak beroperasi semuanya, dengan daya yang dihasilkan oleh oleh PLTB adalah 25,13 Watt dan untuk PLTS kapasitas 50 Wp yaitu 30,971 Watt, dimana daya itu akan di gunakan untuk mengisi baterai yang kemudian dirubah menjadi energi listrik AC dengan menggunakan inverter yang kemudian akan digunakan untuk mengoperasikan P3GAr dimana hasil garam yang diperoleh oleh dengan air laut 3 liter yaitu sebesar 37,9 gr garam dan 600 ml air tawar yang menggunakan air laut dengan salinitas air 34 ppt.
Kata Kunci: Garam, Air bersih, Hybrid energy.
vi
DESIGN AND BUILD A HYBRID SYSTEM TO IMPROVE OPERATIONAL HOUR
P3GAr (SALT AND FRESH WATER PRODUCING HEAT EXCHANGER)
Hasbi Maulana S, (201612034)
Under the Guidance of (Drs. Prayudi. MM., MT)
ABSTRACT P3GAr (Salt and Fresh Water Producing Heat Exchanger) is a tool for producing
salt and can also produce clean water that is suitable for consumption, which
currently decreases salt production in Indonesia due to weather factors during
the rainy season which results in crop failure so that it can also not operate when
that. From there the P3GAr device is combined with hybrid energy as a source of
electrical energy that combines two energies into one, namely solar energy and
wind energy. Where the results of the design of hybrid energy used operational
hours can increase 24 hours of operation due to the use of two energies and
coupled with using battery energy as a backup if these two energies do not
operate together, With the power generated by PLTB is 25.13 Watt and for PLTS
capacity 50 Wp is 30.971 Watt, where the power will be used to charge the battery
which is then converted into AC electrical energy using an inverter which will then
be used to operate the P3GAr. Where the salt results obtained with 3 liters of
seawater are 37.9 grams of salt and 600 ml of fresh water using seawater with a
water salinity of 34 ppt.
Key word: Salt, Clean Water, hybrid energy.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil alamin. Segala puji syukur bagi Allah SWT atas
karunianya yang telah senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan Skripsi ini yang berjudul:
“RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK MENINGKATKAN JAM
OPERASI P3GAr (PENGUBAH PANAS PENGHASIL GARAM DAN AIR
TAWAR)”
Dalam menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian ini diajukan untuk memenuhi
syarat akademik dalam menyelesaikan Program Strata 1 Sarjana Teknik. Penulis
menyadari bahwa dalam penlitain masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, hal tersebut dikerenakan adanya keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki.
Atas segala kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis telah
banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terim kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu,
terkhusus kepada:
1. Kedua orang tua saya yang telah memberikan doa yang terus-
menerus dan semangat kepada saya serta financial dalam
pembuatan Skripsi ini.
2. Bapak Drs Prayudi, MM., MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi dan
Bisnis Energi juga selaku Dosen Pembimbing Skripsi di Institut
Teknologi-PLN Jakarta.
3. Ibu Roswati Nurhasanah, ST, MT. Selaku Kepala Program Studi
Sarjana Teknik Mesin Institut Teknologi-PLN Jakarta.
4. Kepada Teman-teman Mesin Angkatan 2016 yang telah memberikan
semangat dan bantuan dalam menyelasaikan Skipsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
viii
kesempurnaan dalam Skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan
yang membaca Skripsi ini.
Jakarta, 9 September 2020
Hasbi Maulana S
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN PROYEK AKHIR SKIRPSI ...................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ....................................................................... 4
1.2.1 Identifikasi Masalah ......................................................................... 4
1.2.2 Ruang Lingkup masalah .................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN................................ 7
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 7
2.2 Sifat - sifat garam dan proses pembuatannya ......................................... 12
2.2.1 sifat fisik garam.................................................................................. 12
2.2.2 Standar garam industri ...................................................................... 12
2.2.3 Salinitas ......................................................................................... 13
2.2.4 Proses pembentukan garam dan pemurnian air laut ..................... 14
2.3 Analisa Perpindahan Panas ................................................................. 15
2.3.1 Perpindahan Massa ...................................................................... 15
x
2.3.2 Penukar Panas (Heat Exchanger) ................................................. 16
2.3.3 Boilling ........................................................................................... 17
2.4 Rancangan P3GAr ............................................................................... 18
2.4.1 Perancangan Kondensor ............................................................... 18
2.4.2 Rancangan Heater electric ............................................................ 22
2.4.3 Photovoltaic ................................................................................... 22
2.4.4 Wind tubine ................................................................................... 23
2.5 Validasi Rancang Bangun .................................................................... 24
2.5.1 Rancangan pemanas .................................................................... 24
2.5.2 Rancangan alat bantu ................................................................... 25
2.5.3 Rancangan instalasi monitoring .................................................... 25
2.5.4 Rancangan hybrid energy ............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 27
3.1 Perancangan Penelitian ....................................................................... 27
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 27
3.1.2 Metode Penelitian .......................................................................... 27
3.1.3 Varibel Penelitian .......................................................................... 27
3.1.4 Kerangka pemcah masalah ........................................................... 28
3.2 Teknik Analisa Data ............................................................................. 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 38
4.1 Alur Sistem P3GAr ............................................................................... 38
4.2 Proses Perancangan Hybrid system................................................. 38
4.3 P3GAr (Pengubah Panas Penghasil Garam dan Air Tawar) ............... 65
4.4 Alur Proses Pembuatan Garam dan Air Tawar ........................................ 74
4.2 Analisa Perancangan Desain ............................................................... 75
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 78
xi
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 78
5.2 Saran ................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kebutuhan garam impor dan produksi garam lokal 2019 ................ 7
Gambar 2.2 Kualitas air sungai dari tahun 2010 hingga 2016 ............................ 9
Gambar 2. 3 Ketergantungan difusi pada profil konsentrasi ............................ 16
Gambar 2. 4 Sistem hybrid energy P3GAr ........................................................ 26
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 27
Gambar 3. 4 Alur Proses perancangan Hybrid system ..................................... 31
Gambar 3. 5 Anemometer................................................................................. 31
Gambar 3. 6 Tang amper yang berwarna hijau hitam dan multitester yang
berwarna hitam kotak ........................................................................................ 32
Gambar 3. 7 Desain bilah ................................................................................. 32
Gambar 3. 8 Software yang digunakan ............................................................. 37
Gambar 4. 1 Alur Sistem P3GAr ....................................................................... 38
Gambar 4. 2 Rata-Rata kecepatan angin di IT-PLN ......................................... 39
Gambar 4. 3 Nilai ratio Cl/Cd berbanding Alpha ............................................... 45
Gambar 4. 4 Nilai Alpha pada Qblade .............................................................. 54
Gambar 4. 5 Desain 3D Blade .......................................................................... 56
Gambar 4. 6 Data Pengujian Panel Surya 50 Wp ............................................. 58
Gambar 4. 7 Baterai .......................................................................................... 58
Gambar 4. 8 Proses pembuatan bilah .............................................................. 60
Gambar 4. 10 Proses pembuatan tiang dan rangka panel surya ...................... 60
Gambar 4. 9 Pembuatan tiang dan rangka panel surya .................................... 60
Gambar 4. 11 Desain Ekor................................................................................ 61
Gambar 4. 12 Proses pembuatan ekor ............................................................. 61
Gambar 4. 13 Rangkain Rektifire ...................................................................... 62
Gambar 4. 14 Hybrid energy ............................................................................. 62
Gambar 4. 15 Desain Rangka ........................................................................... 65
Gambar 4. 16 Desain P3GAr ............................................................................ 65
Gambar 4. 17 Proses Pemotongan ................................................................... 67
Gambar 4. 18 Proses Pengelasan .................................................................... 67
Gambar 4. 19 Desain kondensor ...................................................................... 69
Gambar 4. 20 Proses Pemasagan Heater dan Kondensor ............................... 69
xiii
Gambar 4. 21 Proses Pemasangan Pompa 12 V DC ....................................... 70
Gambar 4. 22 Pemasangan Air Cooling ........................................................... 70
Gambar 4. 23 Flitrasi 3 Tahap .......................................................................... 71
Gambar 4. 24 Contoh Program Arduino ........................................................... 71
Gambar 4. 25 Sistem Monitoring Suhu ............................................................. 72
Gambar 4. 26 Wiring Diagram Hybrid ............................................................... 72
Gambar 4. 27 Hasil garam dan air tawar .......................................................... 73
Gambar 4. 28 Konsumsi daya produksi ............................................................ 74
Gambar 4. 29 Skema Proses Pembuatan Garam dan Air Tawar ..................... 74
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sifat Fisik Garam.............................................................................. 12
Tabel 2. 2 Standar garam industri menurut SNI dan SII ................................... 12
Tabel 2. 3 Salinitas Garam Berdasarkan Presentasi Kadar Garam Terlarut. .... 14
Tabel 3. 2 Peralatan perancangan Hybrid system ............................................ 33
Tabel 3. 3 Data alat dan bahan pembuatan rangka panel surya....................... 33
Tabel 3. 4 Alat dan bahan pembuatan ekor ...................................................... 35
Tabel 3. 5 Alat dan bahan Rektifire ................................................................... 35
Tabel 4. 4 Rata-rata Kecepatan Angin dalam 7 hari ......................................... 39
Tabel 4. 6 Parameter Perhitungan Jari-Jari ...................................................... 41
Tabel 4. 7 Tabel Parameter TSR, Airfoil, Ratio Cl/Cd dan Chord ..................... 44
Tabel 4. 8 Parameter Penentuan Sudut Puntir ................................................. 45
Tabel 4. 5 Data Pengujian Panel surya 50 Wp ................................................. 57
Tabel 4. 9 Data Pengujian PLTB 750 Watt ....................................................... 63
Tabel 4. 10 Validasi Hybrid energy ................................................................... 64
Tabel 4. 1 Parameter Perancangan Kondensor ................................................ 68
Tabel 4. 2 Hasil Perhitungan Parameter Kondensor ......................................... 68
Tabel 4. 3 Validasi desain kondensor ............................................................... 73
Tabel 4. 11 Analisa Fishbone Jam Operasi Rendah ......................................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Data Pengujian Kecepatan Angin .............................................. 84
Lampiran 1. 2 Desain 2D P3GAr ....................................................................... 88
Lampiran 1. 3 Desain Bilah 2D ......................................................................... 89
Lampiran 1. 4 Desain Coil Condensor .............................................................. 90
Lampiran 1. 5 Desain Ekor 2D .......................................................................... 90
Lampiran 1. 6 Desain Tiang .............................................................................. 91
Lampiran 1. 7 Desain Hybrid energy ................................................................. 91
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara terpadat keempat di dunia dibuktikan
dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 269,6 juta jiwa
(Kusnandar, 2020). Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar
angka ini akan terus bertambah setiap harinya dan kebutuhan akan sumber
daya manusia akan semakin meningkat juga, salah satunya yaitu garam dan
air bersih yang selalu digunakan setiap hari.
Garam adalah salah satu kebutuhan manusia yang tidak pernah
terlepaskan dari kebutuhan sehari - hari dan juga banyak digunakan dalam
dunia industri. Kementrian perindustrian mengatakan bahwa garam sebagai
komoditas strategis, juga dapat mendukung rantai pasok dan meningkatkan
nilai tambah sejumlah industri dalam negeri. Selain itu penggunaan garam ini
sangat luas, antara lain di industri kimia, aneka pangananan dan minuman,
farmasi dan kosmetika, hingga pengeboran minyak. Bahkan, tanpa garam,
industri kertas tidak berproduksi, dan kontak lensa tidak bisa jadi (Kementrian
perindustrian republik indonesia, 2018) .Tetapi sampai saat ini Indonesia
masih mengimpor garam sangat besar karena masih belum sanggup
memenuhi kebutuhan garam nasional yang di perkirakan naik 3,8 hingga 4
juta ton pada tahun 2020 (Siregar, 2020). Dan kebutuhan garam di Indonesia
mulai meningkat dari tahun 2014 hingga 2019 dan poduksi menurun di tahun
2019 dari tahun sebelumnya yaitu 2,7 juta ton turun menjadi 2,3 juta ton, hal
ini dikarenakan kualitas garam lokal yang hanya memiliki kadar NaCL 81%-
96% dan hargarnya yang lebih mahal sedangkan garam impor memliki harga
murah dengan kulaitas garam di atas 97% (Jayani, 2019). Guru besar teknik
kimia Universitas Indonesai mengatakan bahwa produksi garam di Indonesia
masih menggunakan cara tradisional yang bergantung pada energi matahari
dan membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 5-6 pekan serta produksi
garam Indonesia membutuhkan teknologi baru agar dapat mengatasi
permasalahan produk di garam ini (Prasongko, 2018). Sedangakan menurut
deputi bidang teknologi BPPT Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa
2
Indonesia seharusnya sudah dapat mengatasi permasaslahan impor garam
Indonesia yang sangat tinggi yaitu dengan melakukan pembebasan lahan
sebesar 400 ha hingga 5000 ha dan jika impor garam di Indonesia mencapai
1,7 ton pertahunnya maka membutuhkan lahan hingga 15.000 ha (Ambari,
2017).
Air adalah suatu sumber daya alam mineral yang tidak pernah lepas dari
kebutuhan manusia. Ketersediaan sumber daya air juga berpengaruh
terhadap segala aspek kehidupan seperti kesehatan dan juga dalam
kehidupan bermasyarakat, kelancaran akan sumber daya air juga dapat
dipercaya dapat memutus rantai kemiskinan. Data dari pusat statistik
menyebutkan bahwa akses air bersih di Indonesia masih mencapai 72,55%,
yang dimana angka ini masih di bawah angka Sustainable Development
Goals (SDGs) yaitu 100% (Vania, Rossa; Nodia, 2018). Krisis air bersih juga
disebabkan oleh pencemaran, faktor iklim dan lingkungan. Salah satunya
pencemaran air sungai di indonesia yang meningkat dari pencemaran
sungai berat pada tahun 2014 dan 2016 sangat meningkat hingga 55,88%
(Gerintya, 2018). Perubahan iklim ini juga mengakibatkan kemarau yang
panjang di indonesia, diperkirakan puncak kemarau akan masuk pada bulan
agustus. Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi
bahwa 9,9% daerah Indonesia akan mengalami kemarau lebih awal di bulan
juli (Pranita, 2020). Selain daerah perkotaan yang mengalami kekurangan air
bersih daerah desa pesisir juga mengalami krisis air bersih dimana dari
12.827 desa p esisir 66,54% yang hanya dapat mengakses air bersih. Susan
harawati mengatakan bahwa desa – desa di pesisir mengambil air dari
beragam sumber, diantaranya yaitu 1.106 desa memakai air kemasan, 1.002
desa memakai air tadah hujan, 2.716 desa memakai mata air, 4.713 desa
memakai sumur, 374 desa memakai kolam atau sungai dan 1.330 memakai
air PAM (Ambari, 2018)
Dengan luas perairan dalam dan perairan pulau Indonesia 3.110.000 km2,
luas laut teritorial Indonesia 290.000 km2, luas zona tambahan Indonesia
270.000 km2, luas zona ekonomi eksklusif Indonesia 3.000.000 km2, luas
landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km2, luas total perairan
3
Indonesia 6.400.000 km2 (Komunikasi, 2018), serta Indonesia menempati
urutan kedua garis pantai terpanjang didunia dengan panjang garis pantai
Indonesia adalah 99.093 km, selain itu Indonesia memiliki kurang lebih
17.000 pulau (dewanti, 2015), seharusnya Indonesia dapat memenuhi
kebutuhan garam dan air bersih nasional, tetapi sampai saat ini Indonesia
masih belum dapat memenuhinya.
Berdasakan permasalahan di atas bahwa Indonesia sebagai negara
maritim dimana daerahnya Sebagian besar adalah perairan masih
mempunyai permasalahan yaitu kurangnya ketersediaan air bersih dan
masih mengimpor garam khususnya di daerah pesisir yang sangat kurang
akan kebutuhan garam dan air bersih. Maka dari itu diperlukannnya sebuah
inovasi tepat guna untuk menanggulangi permasalahan salah satunya
pengembangan teknologi destilasi.
Destilasi adalah sebuah proses pemisahan dua komponen atau lebih yang
memiliki titik didih yang berbeda satu sama lainnya (Walangare, K B A;
Lumenta, A S M; Wuwung, J O; Sugiarso, 2013). Pada proses destilasi
memiliki beberapa proses yaitu: perpindahan panas, penguapan, serta
pengembunan (Astawa et al., 2012). Di Indonesia destilasi umumnya dikenal
dengan teknologi penyulingan air laut dengan menggunakan energi
matahari, tetapi hal ini sangat bergantung pada energi matahari dimana jika
kondisi matahari tertutup awan akan berpengaruh dengan hasil dan
waktunya proses destilasi dan pada saat musim hujan sistem ini tidak akan
bisa digunakan, maka dari itu penggunaan sistem heater pada penelitian ini
menggunakan sistem heater electric agar proses destilasi bisa maksimal dan
bisa bekerja di saat cuaca yang tidak menentu.
Indonesia salah satu negara tropis dimana memiliki potensi besar akan
sumber energinya salah satunya yaitu energi matahari, enerrgi matahari
adalah energi yang tidak akan pernah habis dan juga tidak bersifat polutif
(Astawa et al., 2012) selain energi matahari yang dapat digunakan energi
angin juga sangat berpotensi dengan kecepatan angin 3 m/s hingga 6 m/s
dan juga energi matahari bisa mencapai hingga 480 kwh/m2/hari (Kementrian
4
Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008). Apabila dua energi dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik sebagai sumber daya heater electric
untuk mendestilasikan air laut hingga menjadi air tawar dan garam maka
akan dapat menguarangi biaya konsumsi listrik dari pln. Dengan
menggunakan photovoltaic sebagai pengubah energi matahari menjadi listrik
dan turbin angin sebagai pengubah energi angin yang di rubah menjadi
energi mekanik dan di konversi menjadi listrik menggunakan generator yang
kemudian di simpan di baterai sebagai energy storage jika sumber energi
tidak berjalan sehingga alat ini bisa berjalan meskipun sumber energi
primernya tidak berjalan. Maka dari itu penelitian ini berjudul P3GAr
(Pengubah Panas Penghasil Garam dan Air Tawar) berbasis HOPE (Hybrid
One Pole Energy). Diharapakan dengan adanya alat ini impor garam industri
di Indonesia semakin berkurang dan permasalahan air bersih di daerah
pesisir indonesai cepat teratasi.
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dari penjelasan di atas peneliti dapat mengindentifikasi informasi
permasalahan yang didapat sebagai berikut:
1. Kualitas garam lokal yang di bawah standar kelayakan garam
industri.
2. Kurangnya pasokan air bersih di Indonesia khususnya di daerah
pesisir Indonesia.
3. Teknologi produksi garam yang masih menggunkan sinar matahari
dan lahan yang luas.
1.2.2 Ruang Lingkup masalah
Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan dan permasalahan
yang didapat maka peneliti membatasi ruang lingkup agar penelitian
ini dapat fokus dan mencapai kesempurnaan maka batasan masalah
sebagai berikut.
1. Proses pembuatan hanya menggunakan air laut yang sudah
dirubah menjadi air tua.
5
2. Perancangan meliputi perancangan kondensor, Perancangan
desain hybrid energy,
1.3 Rumusan Masalah
Berlandaskan latar belakang dan identifikasi yang telah dilakukan agar
dapat mengatasi kualitas garam lokal dan kurangnya akses air bersih daerah
pesisir maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apakah rancang bangun hybrid system dapat meningkatkan jumlah jam
operasi P3GAr?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Bersumber dari permasalahan yang telah disampaikan di atas maka
tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui apakah Hybrid system dapat meningkatkan jam
operasi P3GAr.
1.5 Sistematika penulisan
Dalam sistem penulisan laporan tugas akhir memiliki sistematika penulisan
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab pertama ini menjelasakan tentang latar belakang
permasalahan yang menyangkut tentang penelitian ini, serta rumusan
masalah, Batasan penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian ini,
serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Dalam bab ini menerangkan tentang dasar teori mengenai
perancangan P3GAr yaitu dari mulai standar garam dan air mineral,
perancangan kondensor, perhitungan dalam perancangan kondensor,
perancangan hybrid system dan insatalasi monitoring.
Bab III Metodologi Penelitian
Dalam bab ini menerangkan tentang metode-metode yang digunakan
dalam penelitian ini untuk merancang P3GAr.
6
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Dalam bab ini menerangkan tentang pembahasan mengenai
perancangan P3GAr yang meliputi: data-data hasil observasi yang
meliputi data angin dan data hasil uji coba panel surya, dan
perhitungan perancangan kondensor, data hasill uji coba alat,
perancangan sistem hybrid dan instalasi monitoring.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab terkahir ini menerangkan tentang kesimpulan dan saran
dar hasil dari uji coba P3GAr.
7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Garam atau NaCl dapat dibedakan berdasarkan kegunaannya yaitu
garam proanalisis, garam konsumsi, dan garam industri dimana garam
proanalisis merupakan garam dengan kadar kemurniannya mencapai
(>99%) yang digunakan sebagai reagen dalam analisis di laboratorium dan
industri farmasi, garam konsumsi dipakai untuk kebutuhan rumah tangga
sebagai bumbu dapur dan pada dunia industri garam digunakan sebagai
pembuatan natrium sulfat (Na2So4), natrium karbonat (Na2CO3), natrium
bikarbonat (NaHCO3) serta pada dunia industri klor alkali sebagai penghasil
klorin (Cl) dan natrium hidroksida (NaOH), garam umumnya sudah
mengandung pengotor yaitu magnesium sulfat (MgSo4), magnesium klorida
(MgCl2), kalsium klorida(CaCl2), kalsium sulfat(CaSo4), serta air(H2o) (Angela
Martina et al., 2016). menurut SK Menteri Perindustrian Nomor
29/M/SK/2/1995 bahwa pengesahan dan penerapan Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang garam industri harus memiliki kadar NaCl sebesar
98,5%, namun hingga saat ini Indonesia masih mengimpor garam
dikarenakan kualitas garam Indonesia yang di bawah standard industri yaitu
hanya memiliki kadar NaCl 86% - 96% dan harganya yang lebih mahal
dibanding garam impor(Angela Martina et al., 2016). Dari data kementrian
koordinator bidang perekonomian bahwa kebutuhan garam di Indonesia
menigkat dibuktikan dengan gambar di bawah ini
Gambar 2.1 Kebutuhan garam impor dan produksi
garam lokal 2019
8
Dari gambar tersebut dapat dilihat pada tahun 2019 kebutuhan garam
meningkat menjadi 4,2 juta ton dimana tahun sebelumnya kebutuhan garam
di Indonesia hanya 3.8 juta ton dan produksi lokal yang hanya bisa mencapai
2.3 juta ton(Jayani, 2019). Penggunaan teknologi pada produksi garam di
Indonesia masih sangat kurang dan para petani garam masih menggunakan
cara tradisonal untuk memproduksi garam yang bergantung terhadap
panasnya matahari yang membutuhkan waktu 5-6 pekan (Prasongko, 2018).
Teknologi untuk menghilangkan kadar impurities pada garam ada dua
pengolahan yaitu pengolahan secara kimia yang menggunakan bahan
tambah sebagai pengikat impurities seperti natrium karbonat (Na2CO3),
dinatrium phosphate (Na2HPO4), natrium hidroksida (NaOH), barium klorida
(BaCl2), dan kalsium hidroksida (Ca(OH)2), serta pengolahan secara fisika
yang menggunakan cara seperti, pencucian, evaporasi atau disebut
kristalisai, dan reverse osmosis (RO) (Sumada et al., 2016)
Penggunaan proses penghilang impiurities sudah banyak digunakan
dikembangkan dan diolah salah satunya yaitu penelitian oleh ketut sumada
dkk (2016) yaitu penggunaan metode pencucian dan evaporasi untuk
merubah garam kerosok menjadi garam industri. Dengan sempel garam
krosok berkisar 82,32% - 89,24%, dengan cara melarutkan 300 gr garam
dengan 1 liter air yang kemudian di aduk dengan kecepatan 200 rpm di dalam
tangka pengaduk dengan perbandingan berat/volue air garam jenuh 1:2,5
yang menghasilkan 360 gram/liter air, dimana kadar NaCl meningkat 12,37%
yang berkisar antara 94,85% - 98,14% kandungan NaCl, dan kemudian di
evaporasi dengan penguapan larutan sebesar 40% mendapatakan
peningkatan kualitas kadar NaCl sebesar 1,85% dengan kualitas NaCl
98,78% - 99,21% dan kemudian di evaporasi lagi dengan memisahkan kristal
garam yang terbentuk dengan cara filtrasi dan kemudian hasil filtrasi di
evaporasi lanjut yang menghasilkan peningkatan kadar NaCl sebesar
0,428% dengan kualitas NaCl 99,53% - 99,73%, hal ini sudah memenuhi
standar SNI garam industri.
9
Indonesia adalah negara industri yang Sebagian besar wilahnya adalah
perairan. Indonesia juga memiliki kurang lebih 17.000 pulau dan panjang
garis pantai sebesar 99,093 km (dewanti, 2015), dengan banyaknya pulau
yang ada di Indonesia serta wilayah yang industri besar adalah perairan
kebutuhan akan sumber daya air di Indonesia sangat melimpah. Tetapi
hingga saat ini ketersedian air di Indonesia sangat buruk dari mulai
kebutuhan air minum, mandi, hingga pertanian akan semakin susah hal ini
dikarenakan beberapa faktor yaitu pencermaran lingkungan yang
mengakibatkan air sungai tercemar hingga tidak bisa digunakan lagi,
pembuangan limbah industri yang sembarangan mengakibatkan daerah
disekitrnya mengalami penecemaran lingkungan, hingga faktor cuaca yang
mengakibatkan kekeringan di ladang petani sampai gagal panen akibat
kekurang air pada tanamannya. Ketersedian air di Indonesia dari data badan
pusat statistic (BPS) mengatakan bahwa kertersedian air di Indonesia
mencapai 72,55% tetapi angka ini di bawah angka Sustainable Development
Goals (SDGs) yaitu 100% (Vania, Rossa; Nodia, 2018). Serta angka
pencemaran air sungai di Indonesia sangat besar dapat dilihat pada gambar
di bawah ini
Dari data Kementrian Lingkungan hidup dan kehutanan dapat dikatakan
bahwa kualitas air sungai di inonesia sangat menurun dari tahun 2014 air
yang memenuhi sudah sangat sulit ditemukan hingga sampai tahun 2016 hal
Gambar 2.2 Kualitas air sungai dari tahun 2010 hingga 2016
10
ini yang menyebabkan beberapa masyarakat membeli air kemasan, selain
kualitas air sungai yang buruk di Indonesia kebutuhan akan air besrih di
daerah pesisir sangat jauh dari kata ada, kebanyakan masyarakat daerah
pesisir menggunakan air payau yang masih memiliki kadar garam rata-rata
3 sampai dengan 4,5%. Pembangunan gedung besar besar yang
mengakibatkan kurangnya resapan air yang disimpan di dalam tanah. Tidak
heran jika Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Rachmat Fajar Lubis mengatakan bahwa 80%
air yang berada di bumi berasal dari air hujan (Ambari, 2017).
Proses pengolahan air payau ada beberapa metode yang bisa dilakukan
antara lain yaitu reverse osmosis (RO), electrodialisis, destilasi transfer
membrane, ion exchange, serta destilasi dengan evaporasi. Dari pengolahan
air payau ini dibutuhkannya sebuah teknologi yang murah dan efisien dimana
teknologi seperti reverse osmosis (RO) masih cukup mahal dangan sangat
tidak ekonomis. Pengolahan secara destilasi menggunakan sinar matahari
banyak dikembangkan salah satunya yaitu (Dewantara et al., 2018) membuat
desalinasi air laut menggunakan energi surya yang menggunakan prinsip
kemiring pada sebuah wadah kotak yang ditutup oleh bahan yang transparan
yang kemudian dipanaskan oleh sinar matahari yang akan menembus bahan
transparan yang mengakibatkan perbedaan temperature pada sisi dalam dan
luar sehingga air baku akan menguap serta selanjutnya akan mengalami
proses pengembunan dan embun tersebut disamping di dalam kanal yang
sudah didesain dan membutuhkan waktu 1 hari. Dari hasil destilasi yang
dilakukan air yang di peroleh sebesar 374,7 ml air dengan volume air laut 3
liter, 554,3 ml air dengan volume air laut 4,5 liter serta 818,5 ml air dengan
volume air laut 6 liter dan kualitas salinitas air 236 mg/L dengan kategori air
bersih tingkat rendah. Selain itu penelitian lain juga pernah dilakukan oleh
(Djoyowasito et al., 2018) dimana pada penelitian ini menggunakan prinsip
rumah kaca yang berbentuk prisma dengan menggunakan bantuan sinar
matahari dengan proses pembuatan dengan lama proses pengeringan yaitu
5 hari lebih lama dibanding cara konvensional.yang hanya membutuhkan
waktu 4 hari dengan hasil garam 1316,5 ml air tawar dan 73,06 garam.
11
Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dimana memiliki
beberapa potensi energi terbarukan untuk dikembangkan yaitu matahari dan
angin dimana kedua energi sangat berpotensi dari peta potensi energi surya
dan energi angin indonesia memiliki potensi yang sangat cukup dimana
potensi energi matahari di indonesia bisa mencapai 480 kwh/m2/hari
(Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2008), dan penyinar matahari
di indonesia memiliki 3 kategori yaitu rendah, menengan, dan tinggi, kategori
rendah itu bisa menghasilkan energi di bawah 4,9 Kwh/m2, menengah bisa
menghasilkan energi sebesar 4,9-5,25 Kwh/m2, dan tinggi bisa menghasilkan
energi di atas 5,25 Kwh/m2 (Rumbayan et al., 2012), sedangkan potensi
angin di indonesia di ketinggian 10 m kecepatan rata-rata angin antara 2,5-
3,21 m/s dan pada ketinggian 100 m kecepatan rata-rata angin 2,5-5,41 m/s
(Global Wind Atlas, 2020). Dari data terbut bahwa indonesia sangat
berpotensi untuk mengembangkan kedua energi ini sehingga dapat
mengurangi polusi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelunya yaitu penggunaan
proses evaporasi dan pencucian untuk meningkatkan kadar NaCl pada
garam krosok ini masih bergantung kepada sumber energi fosil dan proses
destilasi yang masih menggunakan energi surya sebagai pemanasnya kedua
proses ini masih belum efektif dan ekonomis. Maka dari itu peneliti mengguna
proses evaporasi dan destilasi yang menggunakan heater electric sehingga
pemanasan yang dihasilkan tidak memerlukan bahan bakar fosil dan tidak
akan berpengaruh terhadap cuaca yang tidak menentu di karenakan sumber
energi listrik yang digunakan menggunakan photovoltaic sebgai pengubah
energi surya menjadi energi listrik dengan cara merubah cahaya matahari
menjadi listrik dengan efek photovoltaic dan wind turbine pengubah energi
angin dari turbin yang menghasilkan energi kinetik dan di kopel dengan
generator sebagai pengubah energi kinetik menjadi energi listrik, dua energi
ini akan menyuplai listrik untuk proses destilasi dan proses evaporasi.
12
2.2 Sifat - sifat garam dan proses pembuatannya
2.2.1 sifat fisik garam
Garam atau dengan nama lain Crude Sea Salt adalah jenis
garam yang banyak digunakan dalam dunia. Garam memiliki sifat
fisik seperti pada table 1 berikut ini.
Tabel 2. 1Sifat Fisik Garam
No Parameter Besaran Satuan
1 Massa Molekul 58,4 g/mol
2 Bentuk kristal Kubik -
3 Warna Tidak
bewarna-putih
-
4 Densitas 2,165 g/mL
5 Refraksi indeks 1,5442
6 Titik lebur 801 oC
7 Titik didih 1413 oC
8 Kekerasan, skala Mohs’ 2,5
9 Kapasitas panas 0,853 J/g. oC
10 Panas peleburan 517,1 J/g
11 Panas pelarutan, 3,757 1 kg H2O, 25
oC, kJ/mol
12 Kelembaban kritik pada 20 oC, 75,3 %
(Angela Martina et al., 2016)
2.2.2 Standar garam industri
Berlandaskan SK Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/1995
tentang pengesahan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) kadar
garam industri seperti pada table 2.
Tabel 2. 2 Standar garam industri menurut SNI dan SII
Parameter SNI (%) SII (%)
NaCl, min 98,5 98,5
H2O 3 4
Ca, max 0,10 0,10
13
Mg, max 0,06 0,06
SO4, max 0,20 0,20
(Widayat, 2009)
Di indonesia kualitas garam yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu K1, K2,
K3.
1. Garam dengan kualitas K1 memiliki kadar NaCl di atas 97% dan
kadar larutan air tua 26-29,5 oBe.
2. Garam dengan kualitas K2 memiliki kadar NaCl minimum 94,7%
dengan kadar larutan air tua 29,5-35 oBe yang merupakan sisa
kristalisasi dan memiliki warna kecoklatan.
3. Garam dengan kualitas K3 memiliki kadar NaCl di bawah 94,7%
dengan kadar larutan air tua di atas 35 oBe dan memiliki warna coklat.
(Angela Martina et al., 2016)
2.2.3 Salinitas
Salinitas adalah sebuah tingakat keasinan di dalam air. Salinitas
juga berpengaruh terhadap kandungan garam ditanah, dimana
kandungan garam di danau, dungai, saluran air alami itu sangat kecil,
sehingga dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam yang ada di
air harus kurang dari 0,05%, jika di atas itu dikategorikan sebagai air payau
atau menjadi air saline jika konsetrasinya 3 hingga 5% dan di atas 5%
akan menjadi air brine, ada beberapa faktor yang mempengaruhi salinitas
yaitu:
3. Penguapan air laut yang semakin besar, menyebabkan tingginya
kadar garam dan sebaliknya jika tingkat penguapan semakin
rendah maka kadar garam yang ada akan kecil.
4. Tingkat curah hujan yang sangat tinggi akan mengurangi kadar
garam dan juga sebaliknya jika curah hujan di daerah tersebut
rendah maka kadar garam akan tinggi.
14
5. Banyaknya sungai yang mengalir kelaut akan menguarangi kadar
garam yang ada di daerah tersebut jika sungai yang mengalir ke
laut sedikit kadar garam akan semkin tinggi.
Garam utama yang terdapat pada laut mengandung beberapa zat seperti
klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat (7,68%), magnesium (3,69%),
kalsium (1,16%), kalium (1,10%), dan sisanya bikarbonat, bromida, asam
borak, strontium, serta florida (1%). Tabel 3 slinitas berdasarkan garam
terlarut.
Tabel 2. 3 Salinitas Garam Berdasarkan Presentasi Kadar Garam Terlarut.
Salinitas garam berdasakan presentase garam terlarut
Air tawar Air payau Air saline Brine
< 0,05% 0,05 – 3% 3 – 5% > 5%
(Walangare, K B A; Lumenta, A S M; Wuwung, J O; Sugiarso, 2013)
2.2.4 Proses pembentukan garam dan pemurnian air laut
2.2.4.1 Proses Kristalisai
Kristalisasi adalah sebuah fenomena yang berkaitan dengan
pembentukan struktur kristal. Dalam proses kristalisasi ada 4 tahap
proses yaitu pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi
atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan kristal dan
rekristalisasi atau pengaturan Kembali struktur kristal. Prinsip dalam
pembentukan kristal ada dua yaitu
1. Kondisi lewat jenuh untuk sebuah larutan seperti larutan garam
atau gula.
2. Kondisi lewat dingin untuk sebuah cairan atau lelehan (melt)
seperti air dan lemak.
Agar dapat membentuk sebuah kristal, fase cairan (liquid) harus
melalui kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat
tercapai melalui pendinginan di bawah titik leleh suatu komponen
(misalnya air) atau melalui penambahan sehingga dicapai kondisi lewat
jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi tidak seimbang ini,
molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan membentuk struktur
15
matrik kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk pangan
diatur melalui proses formulasi atau kondisi lapangan (Purbani, 2000)
2.2.4.2 Proses Destilasi
Proses destilasi adalah proses air laut di panaskan untuk
menguapakan air laut kemudian air laut ituk akan memperoleh air tawar
dari proses pengembunan. Di dalam proses ini menghasilkan tingkat
kemurnian di banding proses lainnya. Air laut akan mendidih pada
temperature 100 oC pada tekanan atmosfir, namun juga dapat mendidih
di bawah 100 oC jika tekanan di dalam diturunkan. Apabila uap
kondensasi maka panas laten akan dilepaskan dapat dimanfaatkan
sebagai pemanasan air laut.
Proses destilasi dibagi dalam 3 sistem utama yaitu : multi stage
flash distillation, multiple effect distillation dan vapor compession
distillation.(Said, 2003)
2.3 Analisa Perpindahan Panas
2.3.1 Perpindahan Massa
Perpindahan massa adalah sebuah laju aliran massa yang
menghasilkan sebuah perbedaan konsentrasi dalam sebuah campuran.
Pada perpindahan panas Gradient suhu yang mendorong
perpindahannya sedangkan pada perpindahan massa gradient
konsentrasi yang mendorongnya. Proses perpindahan massa sangat
bergantung pada pergerakan molekul pada fluida (Bergman, Theodore L;
Lavine, Adrienne S; Incropera, Frank P; Dewitt, 2011)
2.3.3.1 Hukum Fick Difusi
Hukum fick difusi adalah fluks massa konstituen persatuan luas sebanding
dengan gradien konsentrasi. Dengan persamaan (Holman, 2010).
𝑀𝐴
𝐴= −𝐷
𝜕𝐶𝐴
𝜕𝑋
Dimana
D = Koefisien difusi (m2/s)
MA = Fluk massa persatuan waktu (kg/s)
16
CA = konsentrasi massa komponen A per satuan volume (kg/m3)
Pada perpindahan massa yang terjadi pada sebuah campuran akan di
pengaruhi oleh perbedaan konsentasi pada setiap fuida atau difusi dapat
dilihat pada gambar 1.3 (Holman, 2010)
2.3.2 Penukar Panas (Heat Exchanger)
Heat Exchanger adalah sebuah penukar panas yang terdiri dari
elemen penukar panas, seperti penukar panas yang menggunakan coil
tube yang digunakan pada kondensor. Perpindahan panas yang terjadi di
permukaan akan kontak langsung dengan cairan. Dimana bagian
permukaan yang memisahkan cairan disebut sebagai permukaan kontak
primer atau langsung. Untuk meningkatkan area perpindahan panas,
permukaan sekunder yang dikenal sebagai sirip dapat melekat pada
permukaan primer.
Heat Exchanger dibedakan menjadi empat kategori berdasarkan
bentuknya yaitu,
1. Tubular Heat Exchanger yeng berbentuk double pipe, shell, and
tube, coil tube.
2. Plate Heat Exchanger yang berbentuk spiral, plate coil, lamella.
3. Extended surface Heat Exchanger yang berbentuk tube fin,
plate fin.
4. Regenerator yang berbentuk fixed matrix, rotary
Jika berdasakaran proses perpindahannya ada dua metode yaitu:
1. Indirect contact Heat Exchanger.
Gambar 2. 3 Ketergantungan difusi pada profil
konsentrasi
17
2. Direct contact Heat Exchanger.
Indirect contact Heat Exchanger adalah proses perpindahan panas
secara tidak langsung dengan fluida yang terpisah dan perpindahan
panas melewati dinding pembatas. Perpindahan panas ini bisa
diklasifikasikan kedalam jenis transfer langsung, storage, dan fludized
exchange
Direct contact Heat Exchanger adalah proses perpindahan panas
secara langsung dimana kedua cairan kontak langsung dan tidak terpisah,
proses perpindahan ini juga mengakibatkan perpindahan massa
(T.Kuppan, 2000).
2.3.3 Boilling
Boiling adalah sebuah proses pemanasan cairan disuatu
permukaan yang dimana cairan ini akan mempertahankan suhunya pada
keadaan suhu saturasi dan mempertahan kondisi cairan di suhu jenuh.
Seperti dalam proses memasak air dalam panci akan mendidih dan akan
tercipta gelembung, gelembung tersebut tercipta karena adanya
perluasan gas atau uap yang terperangkap di rongga kecil di dalam
permukaan, gelembung tumbuh dengan ukuran tertentu bergantung pada
panasnya permukaan dengan uap cairan serta suhu dan tekanan di
dalamnya (Holman, 2010).
Dalam menghitung perpindahan panas boiling digunakan rumus
sebagai berikut (Holman, 2010).
𝐶𝑙 . ∆𝑇𝑥
ℎ𝑓𝑔. 𝑃𝑟𝑠𝑙
= 𝐶𝑠𝑓 [𝑞/𝐴
𝜇𝑙 . ℎ𝑓𝑔√
𝑔𝑐𝜎
𝑔(𝑃𝑙 − 𝑃𝑣)]
0.33
Dimana:
Cl = specific heat of saturated liquid
∆Tx = temperature excess = Tw−Tsat, ◦F or◦C
18
Hfg = enthalpy pada penguapan Btu/lbm or J/kg
Pr = Prandtl number
q/A = heat flux per unit area
µl = liquid viscosity, lbm/h·ft, or kg/m.s
σ = surface tension of liquid-vapor interface, lbf/ft or N/m
g = gravitational acceleration, ft/s2 or m/s2
ƿl = density of saturated liquid, lbm/ft3 or kg/m3
ƿv = density of saturated vapor, lbm/ft3 or kg/m3
Csf = constant, determined from experimental data
2.4 Rancangan P3GAr
2.4.1 Perancangan Kondensor
Kondensor merupakan sebuah alat penukar kalor yang berfungsi
sebagai tahap akhir destilasi dengan cara mengubah uap panas menjadi
air tawar proses kondensat atau pengembunan. Perancangan kondensor
pada destilator air laut adalah berupa proses perencanaan pada shell dan
tube yang akan digunakan untuk proses heat transfer. Adanya proses
perhitungan ini bertujuan untuk memaksimal air yang akan dihasilkan
pada saat pengujian alat destilator air laut. Perhitungan perancangan
kondensor merupakan perhitungan untuk mencari nilai LMTD, faktor
koreksi, reynold numer, nuzlt number, koefisien konveksi perpindahan
panas, koefisien perpindahan panas total, kalor, luas permukaan, panjang
pipa, jumah pitch, jarak pitch, berdasarkan pada rumus berikut (Rubianto
et al., 2018).
Perhitungan Log Mean Temperature Differential (LMTD) dapat
dilihat pada rumus (Rubianto et al., 2018)
∆𝑇𝐿𝑀𝑇𝐷 = ∆𝑇𝐼 − ∆𝑇2
ln(∆𝑇𝐼
∆𝑇2)
19
Dimana:
∆TI = selisih temperatur uap masuk dan air pendingin keluar
∆T2 = ΔT merupakan selisih temperatur uap keluar dan air
pendingin masuk
Kemudian perhitungan factor koreksi dengan rumus sebagai berikut
(Rubianto et al., 2018)
𝐹𝐶 = √𝑅2 + 1 (𝑃 + 1)
𝑅 + 1 ln𝑃𝑅
Dimana:
R = laju rasio (K)
P = efektifitas temperatur fluida dingin (K)
Perhitungan bilangan reynolds number (Re) (Rubianto et al., 2018)
𝑅𝑒 =𝜌.𝑣.𝑑𝑖𝑛
𝜇
Dimana:
P = massa jenis (Kg/m3)
V = kecepatan laju aliran (m/s)
din = diameter dalam (m)
µ = koefisien gesek (Kg/m.s)
perhitungan Nuzelt number di hitungan dengan rumus: (Holman, 2010).
𝑁𝑢 = 0,0265 𝑅𝑒0,8. 𝑃𝑟0,3
20
Dimana:
Re: Reynolds number
Pr: prandel number
Kemudian menghitung koefisien konveksi dengan rumus:(Rubianto et al.,
2018)
ℎ𝑖 = 𝑁𝑢
𝑘
𝑑𝑖𝑛
Dimana:
Nu = Nuzzelt Number
k = konduktifitas termal (W/m.K)
din = diameter dalam (m)
Perhitungan koefisien perpindahan panas total Uo dengan rumus
(Rubianto et al., 2018)
𝑈0 = 1
ℎ𝑖+ 𝑅𝑓𝑖 +
𝑡
𝑘+
1
ℎ0
Dimana:
h = koefisien konveksi (W/m2K)
k = konduktivitas termal (W/m.K)
Rfi = resinstance of fouling factor
t = Tebal dinding (m)
Perhitungan kalor Q dengan rumus: (Rubianto et al., 2018)
𝑄 = 𝑚𝑢𝑎𝑝. 𝐶𝑝. (𝑇ℎ𝑖. 𝑇ℎ𝑜)
21
Dimana:
Muap = laju aliran uap
Cp = spesifik heat (J/Kg.K)
Thi = uap panas masuk (K)
Tho = uap panas keluar (K)
Perhitungan luas permukaan pipa dengan rumus (Rubianto et al., 2018)
𝐴 =𝑄
𝑈𝑜 . 𝐹. ∆𝑇𝑚
Dimana:
Q = kalor (Watt)
Uo = koefisien perpindahan panas total (W/m2K)
F = faktor koreksi
∆Tm = nilai LMTD
Perhitungan panjang pipa dengan rumus (Rubianto et al., 2018)
𝐿 =𝐴
𝜋. 𝑑
Dimana:
A = permukaan pipa (m2)
d = diameter pipa (m)
Perhitungan panjang pitch dengan rumus (Rubianto et al., 2018)
𝑛 =𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 1 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ
22
2.4.2 Rancangan Heater electric
Heater electric adalah sebuah elemen pemanas yang banyak di
gunakan dalam kehidupan sehari hari mulai dari kebutuhan rumah tangga
hingga industri elemen ini banyak digunakan sebagai alat untuk menikan
temperatur rendah ke temperatur tinggi pada suatu ruangan ataupun pada
sebuah fluida. Heater electric dapat menghasilakn panas dari sebuah
kawat yang memiliki tahanan lisitrik yang tinggi seperti kawat nikelin yang
kemudian digulung spiral dan dialirin listrik AC sehingga terjadi induksi
medan magnet yang di sebabkan oleh frekuensi listrik AC yang tinggi
sehingga terjadi panas yang akan memanaskan benda di sekitarnya
(Satriya Dwi Ariffudin & Wulandari, 2014). Dalam penelitian ini heater
electric digunakan untuk memanaskan air laut dalam panci hingga terjadi
perubahan fase cair. Jenis heater yang digunakan pada penelitian ini
adalah jenis heater yang telah dilapisi plat alumunium secara melingkar
yang akan di lekatkan pada panci.
2.4.3 Photovoltaic
Photovoltaic merupakan sebuah alat yang dapat merubah
pancaran sinar matahari menjadi listrik yang diakibatkan efek photovoltaic.
Pemutus energi matahari memakai sistem lensa yang dikombain dengan
sistem pelacak untuk menitik fokuskan cahaya. Cara kerja dari
photovoltaic yaitu berdasarkan konsep semikonduktor p-n junction.
Dimana Sel terdiri dari lapisan semikonduktor doping-n dan doping-p yang
membentuk suatu p-n junction, lapisan antirefleksi, serta substrat logam
sebagai tempat mengalirnya arus dari lapisan tipe-n (elektron dan tipe-p
(hole). Semikonduktor tipe-n sendiri diperoleh dengan mendoping silikon
unsur dari golongan V yang mengakibatkan terjadinya kelebihan elektron
valensi dibanding atom sekitar. Sedangkan semikonduktor tipe-p didapat
dengan mendoping golongan III maka elektron valensinya akan defisit
satu dibanding atom sekitar. Jika dua tipe material tersebut dihubungkan
maka kelebihan elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p. Sehingga area
pada doping-n akan bermuatan positif sedangkan area doping-p akan
bermuatan negatif. Medan elektrik yang terjadi pada keduanya
23
mendorong elektron kembali ke daerah-n dan hole ke daerah-p. Pada
proses ini telah terbentuk p-n junction. Dengan memberikan kontak logam
pada area p dan n maka telah terbentuk diode (Idris, 2019)
2.4.4 Wind tubine
Wind turbine merupakan sebuah alat yang berfungsi
mengkonversikan energi angin dengan menggunakan blade yang
kemudian akan didorong oleh angin sehingga blade akan berputar
mengubahnya menjadii energi mekanik, dari energi mekanik tersebut
kemudian akan disalurkan keporos generator. Generator inilah yang
akan merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Pada penelitian ini
digunakan turbin angin tipe horizontal dimana turbin angin tipe horizontal
ini memiliki keunggulan yaitu
1. Cut in pada kecepatan angin rendah dan mudah berputar.
2. Koefisien energi yang relatif tinggi.
3. Aman pada kecepatan angin tinggi (badai) karena memiliki
ekor yang dapat mengarahkan angin pada kecepatan yang
tinggi.
Dimana pada perancangan wind turbine dilakukan beberapa perhitungan
untuk menentukan panjang bilah dengan rumus sebagai berikut (Nuraini
& Abadi, 2019)
Menentukan efisiensi sistem dengan rumus sebagai berikut:
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = ƞ𝑏𝑖𝑙𝑎ℎ 𝑥 ƞ𝑡𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑥ƞ𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 ƞ𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑙𝑒𝑟
Dimana: Ƞsistem = Efisiensi Sistem
Ƞbilah = Efisiensi Bilah
Ƞtranmisi = Efisiensi Tranmisi
Ƞgenerator = Efisensi Generator
Ƞcontroler = Efisiensi controller
Menentukan daya angin dengan rumus sebagai berikut:
𝑃𝑎 = 𝑃𝑒
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
Dimana: Pa = Daya angin yang dibutuhkan (Watt)
24
Pe = Daya listrik yang dibangkitkan (Watt)
Ƞsistem = Efisiensi Sistem
Menentukan luas sapuan angin dengan rumus sebagai berikut:
𝐴 = 2 𝑥 𝑃𝑎
𝜌 𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥3
Dimana: A = Luas Sapuan Angin (m2)
Pa = Daya Angin (Watt)
𝜌 = Massa Jenis Udara (1,225 kg/m3)
Vmax = Kecepatan angin maksimal (m/s)
Menentukan panjang bilah dengan rumus sebagai berikut:
𝑅 = √𝐴
𝜋
Dimana: R = Jari-Jari (m)
A = Luas Sapuan Angin (m2)
2.5 Validasi Rancang Bangun
2.5.1 Rancangan pemanas
Pemanasan air laut untuk menjadi proses utama dalam
pembentukan garam dan air tawar pengganti sinar matahari. Jenis
pemanas yang digunakan memiliki dua tipe yaitu heater bands yang
berbentuk pejal berongga pemilihan ini karena bentuknya yang sesuai
dengan tangki air yang berbentuk bulat serta material lapisan yang
digunakan menggunakan plat alumunium yang memiliki daya hantar
panas yang baik selanjutmya yaitu tipe heater keramik untuk proses
kristalisasi pemilhan ini karena memiliki harga yang ekonomis dan daya
hantar yang baik dari bahan keramik.
25
2.5.2 Rancangan alat bantu
Alat yang bantu yang digunakan untuk menunjang proses
perubahan air laut menjadi garam dan air tawar adalah sebagai berikut:
1. Pompa DC 12V
Pompa dc yang digunakan untuk mengalirkan air kedalam
tangki pemanas dan juga mengalirkan air pendingin dan air
yang akan di filtrasi
2. Filtrasi air
Penggunaan filtrasi ini sebagai penunjang proses penjernian
hasil evaporasi yang akan dialirkan ke 3 tinglkat proses
penjernian sampai menjadi air tawar
2.5.3 Rancangan instalasi monitoring
Sistem instalasi pada penelitian ini di amankan dengan
pengaman Miniature Circuit Breaker (MCB) dan fuse sebagai
pengaman jika terjadi sebuah kelebihan arus pada sistem maka MCB
akan memutuskan arus yang masuk pada sistem sehingga peralatan
yang dipakai akan aman.
Sistem monitoring yang digunakan menggunakan hardware
Arduino dimana perangkat elektronik yang open source dengan Bahasa
pemograman C++ yang disederhanakan pemilihan perangkat ini karena
memiliki harga yang cukup ekonomis dan mudah didapat.
Penggunaan sensor termokopel untuk mengatahui panas yang di
hantarkan oleh heater, sensor water level untuk mengatur perbandingan
air yang masuk pada tangki pemanas, kedua sensor ini akan dicontrol
oleh Arduino.
2.5.4 Rancangan hybrid energy
Hybrid energy adalah sistem pembangkit listrik yang
menggabungkan beberapa sumber energi menjadi satu sistem
pembangkit listrik. Pada penelitian ini penggunaan system hybrid
26
energy menggunakan dua energi yaitu energi matahari dan energi angin
karena kedua energi ini sangat efektif di daerah tropis seperti negara
indonesia salah satunya. Selain itu pemilihan kedua energi ini akan
membantu pemasukan energi listrik pada pagi hingga malam hari,
dimana penggunaan energi listrik pada malam hari akan di bantu oleh
energi angin dan sebaliknya pada pagi hari sinar mataharilah yang akan
banyak menghasilkan energi listrik, serta penggunaan kedua energi ini
juga sangat bagus di daerah pesisir pantai yang memiliki hembusan
angin dan sinar matahari yang bagus. Sistem hybrid energy yang
digunakan di P3GAr dapat di lihat pada gambar berikut ini
Gambar 2. 4 Sistem Hybrid energy P3GAr
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Perancangan Penelitian
3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut
Teknologi – PLN dan pada tanggal 1 mei – 31 juli 2020
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian ini yaitu dengan melakukan beberapa studi
litertur sebagai dasar penelitian serta melakukan metode eksperimental
dengan melakukan beberapa percobaan.
3.1.3 Varibel Penelitian
Variabel Bebas: Evaporasi,Destilasi,Angin,Matahri
Variabel Terika: Garam, Air
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian
28
3.1.4 Kerangka pemcah masalah
Mulai
Studi Pustaka a) Handbook b) E book
c) Jurnal -jurnal d) Internet
Observasi a) Pengambilan data
kondisi angin dan matahari
b) Pengambilan air laut
Pengolahan data Perhitungan panjang bilah
Perancangan
Energy hybrid
Jam operasi sebelum pasang Hybrid sistem < Jam operasi
sesudah pasang Hybrid sistem
Evaluasi
tidak
Ya
Analisa
Selesai
Perancangan
PLTS Perancangan
bilah Perancangan
Baterai
29
1. Teknik Pengumpulan Data
Agar mendapatkan data yang lebih maksimal dari penelitian
ini, maka diperlukan beberapa teori berupa informasi dan keterangan
data-data yang akurat sebagai acuan penulisan dan penyusunannya.
Data tersebut dapat diperoleh dengan metode sebagai berikut :
Pengarahan
Penulis mendengarkan pengarahan dari dosen pembimbing
terkait apa-apa saja yang harus di lakukan sebelum melakukan
penelitian ini, dari mulai penjelasan mengenai turbin dan teknis
pengambilan data.
Studi Literatur
Penulis mengumpulkan dan mempelajari jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan pokok inti yang akan dibahas pada penulisan skripi,
studi literatur juga berfungsi untuk pondasi penulis dalam menentukan
langkah-langakah dalam penelitian.
2. Teknik Pengolahan Data
Dalam teknik pengolahan data yang akan dilakukan penulis
ingin menjabarkan atau memaparkan tentang pengolahan data yang
diperoleh penulis sebagai bahan untuk mengerjakan penelitian ini
dengan mengacu pada literatur yang ada.
a. Teknik Perhitungan
Dalam merancang Hybrid System terdapat beberapa
perhitungan yang harus di lakukan untuk menentukan menentukan
panjang bilah dan dan luas sapuan angin dengan perhitungan sebagai
berikut
Perhitungan konsumsi daya listrik dengan menggunakan rumus
𝑃 = 𝑉 𝑥 𝐼
30
Perhitungan efisensi sistem
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = ƞ𝑏𝑖𝑙𝑎ℎ 𝑥 ƞ𝑡𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑥ƞ𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 ƞ𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑙𝑒𝑟
Perhitungan daya angin
𝑃𝑎 = 𝑃𝑒
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
Perhitungan luas sapuan angin
𝐴 = 2 𝑥 𝑃𝑎
𝜌 𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥3
Perhitungan panjang bilah
𝑅 = √𝐴
𝜋
3. Perancangan
Setelah melakukan perhitung dengan persamaan di atas langkah
selanjutnya melakukan perancangan Hybrid system dengan proses
perancangan sebafai berikut:
1. Perancangan Hybrid system
Dalam proses perancangan Hybrid system ada beberapa tahap
proses pembuatan sebagai berikut:
31
adapun penjelasan proses alur pembuatan Hybrid system sebagai
berikut
1. Pengambilan data angin
Adapun pengujian angin dilakukan dengan menggunakan
anemometer untuk mengetahu kecepatan angin
2. Pengujian panel surya 50 Wp
Pengujian Panel surya 50 Wp dilakukan untuk menentukan
mengetahui tegangan dan arus yang keluar dengan
menggunakan alat tang amper untuk mengukur arus dan
multitester untuk menentukan tegangan yang keluar
Pengambilan data angin
Pengujian Panel surya 50 Wp
Desain Blade Perancangan
PLTS
Perancangan baterai
Pemilihan Material Bilah
Fabrikasi Pengujian
Validasi Alat Selesai
Gambar 3. 2 Alur Proses perancangan Hybrid system
Gambar 3. 3 Anemometer
32
3. Desain Blade
Desain blade dilakukan dengan menggunakan aplikasi solidwork
dengan desain sebagai berikut
4. Pemilihan material
Adapun pemelihan material ini berfungsi untuk mengoptimalkan
kinerja dari Hybrid system sehingga tidak terjadi kendala dan bisa
beroperasi selain itu juga penentuan material ini digunakan agar
live time dari alat bisa lama.
Gambar 3. 4 Tang amper yang berwarna hijau hitam
dan multitester yang berwarna hitam kotak
Gambar 3. 5 Desain bilah
33
5. Fabrikasi
Proses fabrikasi pada pembuatan sistem ini menggunakan alat
pendukung sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Peralatan perancangan Hybrid system
No Nama Alat dan
Bahan
Jumlah Keterangan
1 Golok 1 buah Untuk memotong
kayu
2 Amplas 1 lembar Untuk menghaluskan
permukaan yang
kasar
3 Spidol 1 buah Untuk menggambar
Airfoil
4 Penggaris 1buah Untuk megukur
panjang kayu
5 Bor listrik 1 buah Untuk melubangi
kayu
6 Kayu Jati
belanda
3 buah Bahan untuk
pembuatan Blade
7 Serbu kayu 1 bungkus Untuk menutupi
lapisan kayu yang
kurang rata
8 Lem korea 1 buah Untuk bahan
campuran serbu kayu
Tabel 3. 2 Data alat dan bahan pembuatan rangka panel surya
No Nama alat dan
bahan
Jumlah Keterangan
1 Pipa Besi ukuran
Ukuran 5 cm
dengan tebal 2 mm
1 buah
Bahan untuk
tiang PLTB
34
2 Besi L ukuran 2 cm
x 2 cm 1 buah
Sebagai
dudukan PLTS
3 Plat besi ukuran 60
cm x 60 cm tebal 2
mm
1 buah
Sebagai
dudukan Tiang
4 Las listrik
1 buah
Untuk
menghubungkan
benda yang
terpisah
5 Sikat kawat
1 buah
Sebagai
pembersih hasil
las
6 Palu
1 buah
Sebagai
pembersih kerak
las
7 Bor Listrik 1 buah
Untuk melubangi
lubangan baut
8 Gerinda 1 buah
Sebagai
memotong besi
9 Magnet Siku
2 buah
Untuk
meluruskan
benda agar
tegak lurus
10 elektroda 1 bungkus Bahan untuk las
11 Mata gerinda
potong
1 bungkus
Bahan untuk
memotong
dengan
menggunakan
gerinda
12 Mata gerinda
Surface 2 buah
Bahan untuk
menghaluskan
35
permukaan hasil
las
13 Merteran
1 buah
Untuk mengukur
panjang tiang
dan dudukan
panel surya
Tabel 3. 3 Alat dan bahan pembuatan ekor
No Nama Alat dan
Bahan
Jumlah Keterangan
1 Bor listrik 1 buah Untuk melubangi
Lubang baut
2 Las listrik 1 buah Untuk
menghubungkan
benda yang
terpisah
3 Gerinda 1 buah Sebagai
memotong besi
4 Spidol 1 buah Untuk
menggabar
bentuk ekor
5 Meteran 1 buah Untuk mengukur
panjang ekor
Tabel 3. 4 Alat dan bahan Rektifire
No Nama Alat dan
Bahan
Jumlah Keterangan
1 Solder 1 buah Pemanas timah
untuk
menghubungkan
komponen
36
2 PCB 1 buah Papan
komponen
3 Diode bridge 20 A 3 buah Penyearah arus
4 Timah 1 buah Bahan
penghubung
komponen
5 Kabel 1 meter Penghubung
timah
6 Penyedot timah 1 buah Penyedot timah
jika ada salah
solder
6. Uji coba
Proses uji coba dilakukan dengan menguji hasil rancangan PLTB
yang telah didesain dilakukan uji coba dilapangan dengan
menggunakan alat uji sama seperti pengujian PLTS yang
menggunkan alat tang amper dan mulititester dan menguji
apakah dapat beroperasi dengan baik serta hasil garam dan air
tawar.
7. Validasi alat
Validasi alat pada perancangan hybrid system ini membandingan
daya yang yang dirancang dengan desain yang sudah didesain
apakah sesuai dengan aktualnya di lapangan.
3.2 Teknik Analisa Data
Dalam teknik penganalisaan pada pemilihan jenis turbin,
perhitungan dimensi turbin dan Analisa yang akan dilakukan yaitu
melakukan validasi kesesuain desain yang dibuat dengan kondisi aktualnya
dan menganalisa jam operasional pembuatan garam dan air tawar pada
P3GAr.
37
3.3 Software yang digunakan
Pada penelitian ini pembuatan desain dan perhitungan menggunakan
beberapa software yaitu, software Solid Work untuk mendesain gambar 2D
dan 3D, Qblade untuk menghitung nilai Cl pada pembuatan bilah, Microsoft
Excel sebagai aplikasi untuk menghitung perhitungan persamaan yang akan
dicari. Dan apikasi Arduino hanya sebagai alat untuk memprogram lcd
parameter.
Gambar 3. 6 Software yang digunakan
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Alur Sistem P3GAr
Proses sistem dari P3GAr adalah dimulai dari listrik yang akan digunakan
untuk memberikan sumber listrik di heater electric dimana heater electric ini
akan memanaskan air didalam bak penampungan air baku kemudian dari
proses pemanas ada dua hasil yaitu uap dan air panas dimana uap air ini
akan dilakukan perubahan fasa dari uap menjadi air dimana air kondensasi
akan diproses lagi dalam filtrasi untuk menjernihkan dan merubah air menjadi
air tawr dengan filtrasi 3 tingkat, sedangkan untuk air panas akan dipanaskan
ulang untuk melakukan proses kristalisasi hingga menjadi garam yang
menggunakan heater electric.
4.2 Proses Perancangan Hybrid system
1. Pengambilan Data Angin
Proses pengambilan data angin dilakukan di lapangan rumput
Institut teknologi PLN. Proses pengambilan data angin dilakukan
selama 7 hari dimulai pada tanggal 28 juni – 4 juli 2020 dengan
menggunakan alat Anemometer untuk mengukur kecepatan angin.
Sistem pengambilan data dilakukan dalam satu jam sekali selama 11
kali pengambilan data di mulai pukul 07:00 WIB sampai dengan
17:00 WIB. Dikarenakan wabah virus covid-19 pengujian hanya
Listrik Heater 1
Evaporasi
Air panas
Kondensor Filtrasi
Air Tawar
Garam Heater 2
Gambar 4. 1 Alur Sistem P3GAr
39
dilakukan selama 7 hari. Adapun data pengujian kecepatan angin
sebagai berikut ini:
Tabel 4. 1 Rata-rata Kecepatan Angin dalam 7 hari
No Hari Tanggal Pengujian Kecepatan Angin Rata
rata
1 Senin, 28 Juni 2020 2,80 m/s
2 Selasa, 29 Juni 2020 3,16 m/s
3 Rabu, 30 Juni 2020 2,42 m/s
4 Kamis, 01 Juli 2020 2,42 m/s
5 Jumat, 02 Juli 2020 2,43 m/s
6 Sabtu, 03 Juli 2020 2,65 m/s
7 Minggu, 04 Juli 2020 2,71 m/s
Rata-rata 2,65 m/s
Gambar 4. 2 Rata-Rata kecepatan angin di IT-PLN
2.80
3.16
2.42 2.42 2.432.65 2.71
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
Kec
epat
an A
ngi
n m
/s
Kecapatan angin rata-rata
Kecapatan angin rata-rata
40
2. Desain Blade
Setelah melakukan pengujian kecepetan angin proses selanjutnya
melakukan pembuatan desain bilah pembangkit listrik tenaga angin.
Dalam proses pembuatan desain ada beberapa tahap pembuatan
bilah yaitu:
1. Penentuan jenis bilah
2. Menentukan jenis airfoil
3. Menghitung panjang jari-jari bilah
4. Menghitung Sudut puntir
5. Desain blade
1. Penentuan Jenis Bilah
Penentuan jenis bilah dilakukan dengan menganalisa data
kecepatan angin yang ada di institut teknologi PLN. Dari hasil
data pengujian kecepatan angin pada tabel 4.1 sampai dengan
tabel 4.8. rata-rata kecepatan angin mencapai 2,65 m/s dan
kecepatan tertinggi 4,8 m/s serta kecepatan terendah pada
kecepatan 1,4 m/s. dari hasil data pengujian tersebut kecepatan
angin sangat relatif sedang maka jenis bilah yang baik digunakan
yaitu jenis bilah Taperless dimana jenis bilah ini cocok untuk
daerah di kecepatan angin sedang dimana jenis bilah ini memiliki
ciri-ciri dari pangkal hingga ujung bilah memiliki ukuran yang
sama.
2. Menentukan Jenis Airfoil
Pada perancangan bilah untuk hybrid energy digunakan jenis
airfoil 4412 dimana jenis ini memiliki karakteristik airfoil sebagai
berikut:
1. Max Camber: 4 %
2. Max Thickness: 12 %
3. Posisi Max Chamber: 39, 50%
4. Posisi Max Thickness: 29,10%
41
3. Menghitung Panjang Jari-Jari Bilah
Dalam menentukan panjang jari-jari bilah memerlukan
beberapa parameter yang kemudian akan dihitung untuk
menentukan panjang jari-jari bilah yang akan digunakan,
parameter yang diperlukan dapat dilihat dalam tabel 4.10.
Tabel 4. 2 Parameter Perhitungan Jari-Jari
kapasitas daya listrik (We)
Efisiensi daya angin
V max
luas sapuan
jari-jari (R)
Jari-jari yang
digunakan Bilah transmisi generator controler sistem
750 0.4 0.9 0.9 0.9 0.2916 2572.0 12 2.37 0.87 0.94
0.3 0.2187 3429.4 3.16 1.00
Dari tabel parameter dilakukan beberapa perhitungan yaitu
menghitung efisiensi sistem, daya angin, luas sapuan angin, dan jari-
jari bilah.
a. Melakukan perhitungan efisiensi sistem.
Dalam menghitung efisiensi sistem menggunakan persamaan
sebagi berikut yaitu: (Nuraini & Abadi, 2019)
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 = ƞ𝑏𝑖𝑙𝑎ℎ 𝑥 ƞ𝑡𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑥ƞ𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 ƞ𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑙𝑒𝑟
Dimana: Ƞsistem = Efisiensi Sistem
Ƞbilah = Efisiensi Bilah
Ƞtranmisi = Efisiensi Tranmisi
Ƞgenerator = Efisensi Generator
Ƞcontroler = Efisiensi controller
Dalam perhitungan ini efisiensi bilah 0,3-0,4 dan efisiensi tranmisi
sebesar 0,9, efisiensi generator 0,9, dan efisiensi controller 0,9. Dari
hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas maka
dapat di hitung dengan hasil sebagai berikut:
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚1 = 0,3 𝑥 0,9 𝑥 0,9 𝑥 0,9
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚1 = 0.2916
42
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚2 = 0,4 𝑥 0,9 𝑥 0,9 𝑥 0,9
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚2 = 0.2187
Efisiensi sistem yang didapat dari hasil perhitungan di atas sebesar
0,2187 dan 0,2916.
b. Perhitungan Daya Angin
Setelah melakukan perhitungan efisisensi sistem selanjutnya
menentukan parameter daya angin (Pa) dimana daya angin ini
menentukan seberapa daya angin yang dibutuhkan untuk
membangkitkan daya generator 750 Watt dengan persamaan
sebagai berikut: (Nuraini & Abadi, 2019)
𝑃𝑎 = 𝑃𝑒
ƞ𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
Dimana: Pa = Daya angin yang dibutuhkan (Watt)
Pe = Daya listrik yang dibangkitkan (Watt)
Ƞsistem = Efisiensi Sistem
Dari persamaan di atas dengan daya generator 750 Watt maka daya
angin yang dibutuhkan untuk membangkitkan generator 750 Watt
membutuhkan daya sebagai berikut:
𝑃𝑎1 = 750𝑊𝑎𝑡𝑡
0.2187
𝑃𝑎1 = 3429.4 𝑊𝑎𝑡𝑡
𝑃𝑎1 = 750 𝑊𝑎𝑡𝑡
0.2916
𝑃𝑎1 = 2572.0 𝑊𝑎𝑡𝑡
Dari perhitungan di atas daya angin yang dibutuhkan untuk
membangkitkan generator sebesar 750 Watt yaitu sebesar 3429.4
Watt dan juga 2572.0 Watt
c. Perhitungan Luas Sapuan Angin.
Setelah menghitung daya parameter yang harus dihitung adalaha
luas sapuan angin dengan persamaan sebagai berikut: (Nuraini &
Abadi, 2019)
43
𝐴 = 2 𝑥 𝑃𝑎
𝜌 𝑥 𝑉𝑚𝑎𝑥3
Dimana: A = Luas Sapuan Angin (m2)
Pa = Daya Angin (Watt)
𝜌 = Massa Jenis Udara (1,225 kg/m3)
Vmax = Kecepatan angin maksimal (m/s)
Dari persamaan di atas dapat dihitung luas sapuan angin pada
perancangan bilah di rancangan dengan kecepatan maksimal yaitu
12 m/s maka luas sapuan angin yang dihitung sebagai berikut:
𝐴1 = 2 𝑥 2572.0 𝑘𝑔 𝑚2/𝑠3
1,225 𝑘𝑔/𝑚3𝑥 123 𝑚/𝑠
𝐴1 = 2.37 𝑚2
𝐴2 = 2 𝑥 3429.4 𝑘𝑔 𝑚2/𝑠3
1,225 𝑘𝑔/𝑚3𝑥 123 𝑚/𝑠
𝐴2 = 3.16 𝑚2
Dari hasil perhitungan tersebut luas sapuan angin yang diperoleh
sebesar 3,16 m2 dan 2,37 m2
d. Perhitungan Jari-Jari
Setelah menghitung luas sapuan angin yang diperoleh langkah
selnajutnya yaitu menghitung panjang jari-jari yang akan di buat
dengan persamaan sebagai berikut: (Nuraini & Abadi, 2019)
𝑅 = √𝐴
𝜋
Dimana: R = Jari-Jari (m)
A = Luas Sapuan Angin (m2)
Dari persamaan di atas panjang jari-jari yang dibutuhkan untuk
merancang bilah dengan kapasitas generator 750 Watt dapat
dihitung sebagai berikut:
𝑅1 = √2.37
𝜋
44
𝑅1 = √0,755
𝑅1 = 0,87 𝑚
𝑅2 = √3.16
𝜋
𝑅2 = √1,006
𝑅2 = 1,00 𝑚
Dari hasil perhitungan di atas jari-jari yang digunakan untuk
perancangan ini diambil nilai tengan dari dua jari-jari antara jari-jari
0,87 meter dan 1,00 meter maka nilai tengah dari kedua jari-jari ini
adalah sebesar 0,94 meter, jadi panjang jari-jari yang digunakan
dalam perancangan ini sebesar 0,94 meter.
4. Menghitung Sudut Puntir
Dalam menghitung sudut puntir ada beberapa parameter
yang harus dihitung. Adapun beberapa parameter yang
dibutuhkan adalah nilai TSR (tip speed ratio), chord, jumlah bilah,
ratio lift force to drag force, (Nuraini & Abadi, 2019)
Tabel 4. 3 Tabel Parameter TSR, Airfoil, Ratio Cl/Cd dan Chord
TSR Airfoil cl/cd Cr Jumlah bilah
7 4412 133.6 0.18 3
45
Dari tabel di atas penentuan TSR untuk 3 bilah berkisar 6-8 jadi
pada penelitian ini menggunakan nnilai TSR 7 dengan tipe airfoil
NACA 4412, dan chord 0,18 meter serta ratio ratio lift force to
drag force dapat dilihat dari analisa sotware Qblade dengan nilai
133,6
Setelah menentukan parameter di atas selanjutnya yaitu
menentukan parameter jari-jari parsial, TSR parsial, Cl dan
Alpha,serta sudut aliran dan sudut puntir. Seperti pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. 4 Parameter Penentuan Sudut Puntir
Elemen r TSR Parsial Cl Alpha Flow angle(deg)
Twist(Beta)(deg)
0 0.25 1.869 0.74 2.38 19.65 17.27
1 0.32 2.382 0.58 1.04 15.90 14.86
2 0.39 2.896 0.48 0.05 13.30 13.25
3 0.46 3.409 0.41 -0.59 11.41 12.00
4 0.52 3.922 0.35 -1.13 9.99 11.12
5 0.59 4.435 0.31 -1.5 8.87 10.37
6 0.66 4.948 0.28 -1.76 7.98 9.74
7 0.73 5.461 0.25 -2.037 7.24 9.28
8 0.80 5.974 0.23 -2.21 6.63 8.84
9 0.87 6.487 0.21 -2.4 6.12 8.52
10 0.94 7.000 0.20 -2.48 5.68 8.16
Gambar 4. 3 Nilai ratio Cl/Cd berbanding Alpha
46
Dari tabel parameter di atas perhitungan yang pertama dilakukan
yaitu perhitungan jari-jari pasrial, dimana jarak bilah ke bagian
pusat hub 0,25 meter.
Adapun perhitung untuk menentukan jari-jari parsial
menggunakan rumus sebagai berikut: (Nuraini & Abadi, 2019)
𝑟 = 0,25 + [(𝑅 − 0,25
𝑛) 𝑥 (𝐸𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛)]
Dimana r : Jari-jari parsial
R : Jari-jari bilah
n : Jumlah elemen
0,25 : Jarak bilah ke bagian pusat hub
Dari rumus di atas dapat di hitung rumus parsial dari elemen 1
hinggal elemen 10 dengan perhitungan sebagai berikut
𝑟1 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (1)]
𝑟1 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (1)]
𝑟1 = 0,25 + 0,06861
𝒓𝟏 = 𝟎, 𝟑𝟐 𝒎
𝑟2 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (2)]
𝑟2 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (2)]
𝑟2 = 0,25 + 0,1372
𝒓𝟐 = 𝟎, 𝟑𝟗𝒎
𝑟3 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (3)]
𝑟3 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (3)]
𝑟3 = 0,25 + 0,2058
𝒓𝟑 = 𝟎, 𝟒𝟔𝒎
𝑟4 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (4)]
47
𝑟4 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (4)]
𝑟4 = 0,25 + 0,2744
𝒓𝟒 = 𝟎, 𝟓𝟐 𝒎
𝑟5 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (5)]
𝑟5 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (5)]
𝑟5 = 0,25 + 0,3430
𝒓𝟓 = 𝟎, 𝟓𝟗 𝒎
𝑟6 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (6)]
𝑟6 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (6)]
𝑟6 = 0,25 + 0,4116
𝒓𝟔 = 𝟎, 𝟔𝟔 𝒎
𝑟7 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (7)]
𝑟7 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (7)]
𝑟7 = 0,25 + 0,4802
𝒓𝟕 = 𝟎, 𝟕𝟑 𝒎
𝑟8 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (8)]
𝑟8 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (8)]
𝑟8 = 0,25 + 0,5489
𝒓𝟖 = 𝟎, 𝟖𝟎𝒎
𝑟9 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (9)]
𝑟9 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (9)]
𝑟9 = 0,25 + 0,6175
𝒓𝟗 = 𝟎, 𝟖𝟕 𝒎
48
𝑟10 = 0,25 + [(0,94 − 0,25
10) 𝑥 (10)]
𝑟10 = 0,25 + [(0,06861)𝑥 (10)]
𝑟10 = 0,25 + 0,6861
𝒓𝟏𝟎 = 𝟎, 𝟗𝟒 𝒎
Setelah melakukan perhitungan jari-jari parsial selanjunta
menghitung TSR parsial setiap elemen dengan rumus sebagai
berikut: (Nuraini & Abadi, 2019)
𝜆𝑟 = 𝑟
𝑅𝑥 𝜆𝑅
Dimana λr : TSR parsial setiap elemen
R : Jari-jari bilah (m)
r : Jari-jari parsial (m)
λR : TSR bilah
dengan persamaan di atas nilai TSR parsial di atas dapat dihitung
dengan perhitungan sebagai berikut:
𝜆𝑟0 = 𝑟0
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟0 = 0,25
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟎 = 𝟏, 𝟖𝟔𝟗
𝜆𝑟1 = 𝑟1
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟1 = 0,32
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟏 = 𝟐, 𝟑𝟖𝟐
𝜆𝑟2 = 𝑟2
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟2 = 0,39
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟐 = 𝟐, 𝟖𝟗𝟔
49
𝜆𝑟3 = 𝑟3
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟3 = 0,46
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟑 = 𝟑, 𝟒𝟎𝟗
𝜆𝑟4 = 𝑟4
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟4 = 0,52
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟒 = 𝟑, 𝟗𝟐𝟐
𝜆𝑟5 = 𝑟5
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟5 = 0,59
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟓 = 𝟒, 𝟒𝟑𝟓
𝜆𝑟6 = 𝑟6
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟6 = 0,66
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟔 = 𝟒, 𝟗𝟒𝟖
𝜆𝑟7 = 𝑟7
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟7 = 0,73
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟕 = 𝟓, 𝟒𝟔𝟏
𝜆𝑟8 = 𝑟8
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟8 = 0,80
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟖 = 𝟓, 𝟗𝟕𝟒
50
𝜆𝑟9 = 𝑟9
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟9 = 0,87
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟗 = 𝟔, 𝟒𝟖𝟕
𝜆𝑟10 = 𝑟10
𝑅𝑥 𝜆𝑅
𝜆𝑟10 = 0,94
0,94𝑥 7
𝝀𝒓𝟏𝟎 = 𝟕, 𝟎𝟎𝟎
Setelah melakukan perhitungan parameter TSR parsial setiap
elemen langkah selanjutnya menentukan nilai koefisien lift (Cl)
setiap elemen dan nilai alpha pada bilah, dimana nilai alpha akan
dicari dengan menggunakan aplikasi Qblade jika nilai Cl sudah
diketahui dengan rumus mencari Cl sebagai berikut: (Nuraini &
Abadi, 2019)
𝐶𝑙 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
Dimana Cl : koefisien lift
B : Jumlah bilah
R : Jari-jari bilah (meter)
r : Jari-jari parsial (meter)
Cr : Lebar chord (meter)
Λ : Tip speed ratio (TSR)
Dari persamaan di atas dapat dicari nilai koefisen lift (Cl) setiap
elemen dengan perhitungan sebagai berikut:
𝐶𝑙0 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟0)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙0 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,25)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙0 =176,1123
238,14
𝑪𝒍𝟎 = 𝟎, 𝟕𝟒
51
𝐶𝑙1 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟1)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙1 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,32)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙1 =138,1863
238,14
𝑪𝒍𝟏 = 𝟎, 𝟓𝟖
𝐶𝑙2 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟2)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙2 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,39)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙2 =113,7007
238,14
𝑪𝒍𝟐 = 𝟎, 𝟒𝟖
𝐶𝑙3 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟3)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙3 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,46)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙3 =96,5863
238,14
𝑪𝒍𝟑 = 𝟎, 𝟒𝟏
𝐶𝑙4 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟4)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙4 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,52)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙4 =83,9501
238,14
𝑪𝒍𝟒 = 𝟎, 𝟑𝟓
𝐶𝑙5 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟5)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
52
𝐶𝑙5 =116𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,59)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙5 =74,2376
238,14
𝑪𝒍𝟓 = 𝟎, 𝟑𝟏
𝐶𝑙6 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟6)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙6 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,66)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙6 =66,5395
238,14
𝑪𝒍𝟔 = 𝟎, 𝟐𝟖
𝐶𝑙7 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟7)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙7 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,73)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙7 =60,2879
238,14
𝑪𝒍𝟕 = 𝟎, 𝟐𝟓
𝐶𝑙8 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟8)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙8 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,80)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙8 =55,1101
238,14
𝑪𝒍𝟖 = 𝟎, 𝟐𝟑
𝐶𝑙9 =16𝜋 𝑥 𝑅 𝑥 (
𝑅𝑟9)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙9 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,87)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
53
𝐶𝑙9 =50,7514
238,14
𝑪𝒍𝟗 = 𝟎, 𝟐𝟏
𝐶𝑙10 =16𝜋 𝑥 0,94 𝑥 (
0,940,94)
9𝜆2𝑥 𝐵 𝑥 𝐶𝑟
𝐶𝑙10 =16𝜋 𝑥 1,37 𝑥 (
1,371,37)
9 𝑥 72𝑥 3 𝑥 0,18
𝐶𝑙10 =47,0316
238,14
𝑪𝒍𝟏𝟎 = 𝟎, 𝟐𝟎
Setelah menentukan koefisien lift pada setiap elemen langkah
selnajutnya menentukan nilai alpha dengan menggunkan
software Qblade
1,04 2,38
Alpha 0 Alpha 1
-0,32
0,05
Alpha 2 Alpha 3
54
Setekah menentukan koefisien lift (Cl) langkah selnajutnya yaitu
menentukan parameter yang terakhir yaitu sudut aliran dan dan sudut puntir
dengan rumus sebagai berikut: (Nuraini & Abadi, 2019)
𝜙 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
𝜆𝑟
Gambar 4. 4 Nilai Alpha pada Qblade
-1,50
-1,76 -2,037
-1,13
Alpha 4 Alpha 5
Alpha 6 Alpha 7
-2,21 -2,40
Alpha 8 Alpha 9
-2,48
Alpha 10
55
Dimana: ϕ : Sudut alir (deg)
λr : TSR parsial
𝛽 = 𝜙 − 𝛼
Dimana: ϕ : Sudut alir (deg)
α : Alpha
dengan perhitungan sudul aliran sebagai berikut:
𝜙0 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
1,869
𝜙0 = 19,650
𝜙1 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
2,382
𝜙1 = 15,900
𝜙2 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
2,896
𝜙2 = 13,300
𝜙3 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
3,409
𝜙3 = 11,410
𝜙4 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
3,922
𝜙4 = 9,990
𝜙5 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
4,435
𝜙5 = 8,870
𝜙6 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
4,948
𝜙6 = 7,980
𝜙7 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
5,461
𝜙7 = 7,240
𝜙8 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
5,974
𝜙8 = 6,630
𝜙9 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
6,487
56
𝜙9 = 6,120
𝜙10 =2
3 𝑡𝑎𝑛−1
1
7,000
𝜙10 = 5,680
Dan menghitung sudut puntir sebagai berikut:
𝛽0 = 19,65 − 2,38 = 17,270
𝛽1 = 15,90 − 1,04 = 14,860
𝛽2 = 13,30 − 0,05 = 13,250
𝛽3 = 11,41 − (−0,59) = 12,000
𝛽4 = 9,99 − (−1,13) = 11,120
𝛽5 = 8,87 − (−1,50) = 10,370
𝛽6 = 7,98 − (−1,76) = 9,740
𝛽7 = 7,24 − (−2,037) = 9,280
𝛽8 = 6,63 − (−2,21) = 8,840
𝛽9 = 6,12 − (−2,40) = 8,520
𝛽10 = 5,68 − (−2,48) = 8,160
Setalah menemukan parameter semuanya langkah selanjutnya
yaitu mendesain blade dengan menggunakan software solidwork
dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 4. 5 Desain 3D Blade
57
3. Perancangan PLTS
Setelah memperoleh data kecepatan angin dengan kecepatan rata-
rata sebesar 2,65 m/s selanjutnya yaitu melakukan perancangan dan
Perhitungan daya yang dibangkitkan oleh panel surya dengan
spesifikasi panel surya yang digunakan yaitu:
Tipe Panel surya : Monocrystaline
Dimensi : 775 x 680 x 28 mm
Peak Power (Pmax) : 50 W
Open Circuit Voltage (Voc) : 21,0 V
Short Circuit Current (Isc) : 3,50 V
Voltage at max Power (Vmp) : 16,9 V
Current at Max Power (Imp) : 2,96 A
Nominal Voltage : 12 V
Maximum System Voltage : 1000 V
Tolerence : 5 %
4. Pengambilan data panel surya 50 Wp
Tabel 4. 5 Data Pengujian Panel surya 50 Wp
No Tanggal
pengujian
Waktu Tegangan
(V)
Arus
(A)
Energi
(Wh)
1 04 Juli 2020 09:00 17.03 1.2 20.436
2 04 Juli 2020 10:00 17.84 1.4 24.976
3 04 Juli 2020 11:00 19.95 1.5 29.925
4 04 Juli 2020 12:00 20.07 1.6 32.112
5 04 Juli 2020 13:00 20.72 1.8 37.296
6 04 Juli 2020 14:00 20.34 1.6 32.544
7 04 Juli 2020 15:00 20.63 1.7 35.071
8 04 Juli 2020 16:00 20.25 1.6 32.4
9 04 Juli 2020 17:00 20.22 1.6 32.350
Total 177.05 14 277.12
Rata -rata 19.67 1.5 30.791
58
Gambar 4. 6 Data Pengujian Panel Surya 50 Wp
Dari data hasil pengujian panel surya 50 Wp rata rata daya yang
dibangkitkan sebesar 30,791 Watt dengan pemasangan panel surya
kemiringan 300 dan pemasangan panel 2 x 50 Wp.
5. Perancangan Baterai
Perancangan baterai yang digunakan pada hybrid system
menggunakan jenis baterai VRLA dengan kapasitsas baterai yaitu
100Ah dimana pada perancangan baterai di desain dengan
penggunaan baterai yaitu 40% agar life time dari baterai bisa panjang
dimana tegangan yang digunakan pada abaterai ini yaitu 12 v 100Ah
dengan jumlah 1 buah
20.436
24.976
29.92532.112
37.296
32.54435.071
32.4 32.35
0
5
10
15
20
25
30
35
40
9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Day
a (W
att)
Jam Pengujian
Data pengujian Panel Surya 50 Wp
DAYA
Gambar 4. 7 Baterai
59
6. Pemilihan Material
Sebelum melakukan fabrikasi dilakuakn penentuan jenis material
yang kita gunakan agar dapat mengoptimalkan kinerja dari sebuah
pembangkit dan tidak terjadi kesalahan fabrikasi. Adapun material yang
digunakan sebagai berikut:
a. Blade
Material: Jati belanda
b. Tiang
Material: Pipa Besi
c. Ekor
Material: Pipa Besi dan Alumunium Composit
Adapun pemeilihan material ini untuk:
Kayu jati belanda pemilihan material dikarenakan bahan
yang murah dan ekonomis serta memiliki berat yang ringan
disbanding dengan berat kayu jati pada umumnya.
Pipa besi pemilhan material ini dikarenakan bahan besi yang
kuat akan karat
Alumunium komposit pemilihan material ini di karenakn
bahan yang ringan dan mudah dibentuk serta tahan akan
karat
7. Fabrikasi
Setelah melekukan perancangan desain dan penentuan material
langkah selanjutnya melakukan proses pembuatan hybrid energy
dengan proses sebagai berikut:
a. Pembuatan Bilah
Proses pembuatan bilah memiliki beberapa tahap dalam
pelakasaanaannya yaitu pengukuran bahan material kayu
dimana pada desain ukuran panjang kayu yaitu 94 cm
dengan tebal kurang lebih 4.5 cm setelah melakukan
pengukur proses selanjutnya pembentukan airfoil dengan
membuat cetakan dengan dengan kertas yang telah dibentuk
kemudian langkah selanjutnya yaitu pembentukan bilah
60
dengan menggunakan golok seperti pada gambar di bawah
ini proses pembuatan bilah
b. Pembuatan Tiang dan Rangka Panel surya
Proses pembuatan tiang dilakukan dengan beberapa proses
yaitu tahap pertama menlakukan pengukuran dengan
menggunakan meteran dengan panjang tiang yaitu 6 meter
setelah melakukan pengukuran selanjutnya yaitu melakukan
pengelasan tiang setelah melakukan pembuatan tiang
dilakukan pembuatan rangka panel surya dengan dengan
menggunakan besi L dengan ukuran 67 cm x 104 cm
pembuatan ini dilakuakn dengan menggunakan magnet siku
agar ukuran presisi dan tidak bergerak saat dilakukan
pengelasan, adapun proses pembuatan tiang dan dudukan
panel dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. 8 Proses pembuatan bilah
Gambar 4. 10 Pembuatan tiang dan rangka panel surya
61
c. Pembuatan Ekor
Proses pembuatan ekor dilakukan dengan menggunaka
bahan alumunium komposit dan pipa besi ukuran diameter 2
cm dengan tebal 1 mm. Dalam proses pembuatan ekor
memiliki ukuran panjang tiang ekor 90cm dengan gambar
bentuk ekor sebagai berikut:
8. Pembuatan Rektifre
Pembuatan rektifire berfungsi sebagai penyetabil daya yang
dihasilkan generator dimana daya yang dihasilkan oleh generator tidak
Gambar 4. 11 Desain Ekor
Gambar 4. 12 Proses pembuatan ekor
62
dtabil maka digunakan sebuah rektifre agar tegangan yang dihasilkan
stabil, selain itu pembuatan rektifire berfungsi mengubah arus AC
menjadi DC sehingga dapat digunakan untuk mengecas baterai yang
dicontrol dari baterai control unit sebagai pengatur tegangan untuk
mengecas baterai. Adapun rangkaian yang digunakan sebagai berikut:
9. Asembly
Setelah melakuakn pembuatan langkah selanjutnya mernyatukan
semua komponen menjadi satu dengan hasil seperti berikut:
Gambar 4. 14 Hybrid energy
Gambar 4. 13 Rangkain Rektifire
63
Spesisfikasi hasil perancangan hybrid energy
a. Generator : 750 Watt
b. Tipe generator : Permanen Magnet
c. Panel Surya : 50 Wp x 2
d. Tipe Bilah : Taperlass
e. Panjang Bilah : 94 cm
f. Tinggi Tiang : 6 m
g. Material Bilah : Kayu Jati Belanda
h. Tebal Kayu : 4,6 m
i. Jenis Airfoil : Naca 4412
10. Pengujian PLTB
Setelah melakukan pembuatan PLTB maka selanjutnya melakukan
uji coba berapakah daya yang dihasilkan dengan bilah dengan panjang
94 cm dengan kapasitas daya 750 Watt
Tabel 4. 6 Data Pengujian PLTB 750 Watt
No Waktu Kecepatan angin (m/s)
Tegangan (v)
Arus (A) Daya (Watt)
1 09:00 1.4 10 1.3 13
2 09:30 1.6 10 1.3 13
3 10:00 1.7 11 1.3 14.3
4 10:30 2.1 12 1.4 16.8
5 11:00 2.5 15 1.4 21
6 11:30 2.4 16 1.4 22.4
7 12:00 3.6 15 1.5 22.5
8 12:30 4.5 18 1.6 28.8
9 13:00 4.2 17 1.6 27.2
10 13:30 5.1 20 1.7 34
11 14:00 5.3 21 1.7 35.7
12 14:30 6.2 22 1.8 39.6
13 15:00 4.5 18 1.6 28.8
14 15:30 4.6 19 1.6 30.4
15 16:00 3.6 19 1.5 28.5
16 16:30 4.3 17 1.6 27.2
17 17:00 3.0 16 1.5 24 RATA-RATA 3.5 16.2 1.5 25.13
64
Dari hasil pengujian pembangkit listrik tenaga angin rata rata daya yang
dibangkitkan selama 8 jam yaitu hanya 25,13 watt, dan energi yang
telah dibangkitkan sebesar 427,2 Wh
11. Validasi Alat
Setelah melakukan pembuatan hybrid energy dimana langkah
selanjutnya yaitu melakukan validasi alat apakah sudah sesuai dan
layak untuk dioperasikan dan dipakai adapun hasil validasi alat untuk
hybrid energy sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Validasi Hybrid energy
No Parameter Desain Aktual
1 Daya yang dihasilkan
PLTB
750 Watt 25,13 Watt
2 Daya yang dihasilkan
PLTS
100 Watt 61.582 Watt
Dari hasil data tersbut rancangan yang dibuat tidak sesuai dengan
aktualnya dikarenakan daya yang dihasilkan tidak sesuai dengan
desain maka dilakukan penambahan inverter 3000 Watt untuk merubah
tegangan DC menjadi AC dengan bantuan baterai dengan kapasitas
100Ah.
65
4.3 P3GAr (Pengubah Panas Penghasil Garam dan Air Tawar)
1. Desain P3GAr
Adapun desain P3GAr memiliki bentuk dan ukuran rangka seperti pada
gambar berikut ini yang didesain menggunakan Software solidwork 2018.
Setelah melakukan desain rangka selanjutnya penempatan desain alat
seperti gambar pada berikut ini
Gambar 4. 16 Desain P3GAr
Gambar 4. 15 Desain Rangka
66
2. Pemelihan Material
Proses Pemilihan material dilakuakan dengan penyesuaian dari bentuk
dan biaya agar alat ini terjangkau dan ekonomis. Pemelihan material juga
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan sistem untuk jangka waktu yang
material jadi material yang digunakan dalam perancangan P3GAr adalah
sebagai berikut:
1. Material pipa Kondensor : Tembaga
2. Rangka : Besi hollow 20mm x 20mm
3. Panci Pemanas : Alumunium
4. Pipa High Temperatur : PVC lapis alumunium
5. Heater : Alumunium
6. Penutup Filter : PVC
Adapun pemilihan material ini untuk:
Tembaga: alasan menggunakan bahan ini dikarenakan harga yang
sangat ekonmis dan nilai konduktivitasnya yang lumyan baik untuk
proses perpindahan panas
Besi Hollow: Alasan menggunakan besi hollow ini adalah harga yang
sangat ekonomis dan bahan yang mudah didapat serta memiliki
kekuatan yang baik dan ringan sebagai bahan rangka prototipe
Alumunium: Alasan menggunkan bahan alumunium ini adalah bahan
yang memiliki tahan akan karat dan nilai konduktifitas yang baik.
PVC lapis alumunium: alasan menggunkan bahan ini dikarekan bahan
yang sangat ringan dan tahan akan panas pada suhu yang tinggi dan
tahan karat.
PVC: alasan menggunakan bahan PVC adalah bahan yang ringan
ekonomis dan kuat dan tahan karat.
3. Fabrikasi
Proses fabrikasi pada pembuatan P3GAr dilakukan dalam beberapa
proses pekerjaan agar pelaksanaan proses pekerjaan dapat berjalan dengan
67
baik tanpa ada kendala. Adapun proses fabrikasi di bagi beberapa proses
yaitu:
1. Pembuatan rangka
Pembuatan rangka ini dlakukan dengan beberapa tahap yaitu
a. Proses pemotongan pipa hollow 20 x 20 mm dengan menggunakan
mata gerinda potong.
b. Proses Pengelasan dengan menggunakan las listrik dengan elektroda
RD 260
Gambar 4. 17 Proses Pemotongan
Gambar 4. 18 Proses Pengelasan
68
2. Pemasangan kondensor dan heater
Proses pemasangan kondensor dan heater dilakukan dengan
menggunakan beberapa proses yaitu
1. Proses bending pipa kondensor
2. Proses pemasangan heater di panci pemanas, pada proses ini heater
yang digunakan memiliki dua tipe yaitu tipe alumunium dan keramik
dimana proses pemasangan heater alumunium dipasang panci
pemanasan awal dan keramik pemanas kedua yaitu pada proses
kristalisasi
1. Perancangan kondensor dilakukan pembuatan dengan
mendesain dengan beberapa parameter yang ditentukan yaitu
Tabel 4. 8 Parameter Perancangan Kondensor
No Parameter Keterangan
1 Diameter pipa luar 6 mm
2 Diameter Dalam 5 mm
3 Jenis Pipa Tembaga
4 Temperatur uap masuk 1000C
5 Temperatur uap keluar 350C
6 Temperatur Air Masuk 330C
7 Temperatur Air kelur 350C
Dari parameter langkah selanjutnya menentukan panjang pipa
yang akan dibuat dengan menggunakan perhitungan yang ada
pada bab 3 sebelumnya pada teknik perhitungan, dari hasil
perhitungan didapat panjang pipa yaitu 1,0 m dengan jumlah
pitch 9,1 dan jarak pitch 23 mm.
Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Parameter Kondensor
No Perhitungan Hasil
1 Log Mean Temperature Differential (LMTD)
18.10 K
2 Bilangan Reynold (Re) 0.00269
3 Nuzelt number (Nu) 0.00045
69
6 koefisien perpindahan panas total (Uo)
30.503 W/K
7 Koefisien konveksi (k) 402.185 W/m K
8 Luas Permukaan pipa (A) 0.0302 m2
9 Panjang pipa (L) 1,0 m
10 Jumlah pitch (n) 9,1
11 Jarar ptch (j) 23 mm
12 Kalor (Q) 0.006511 KW
Setelah melakukan penentuan panjang maka selanjutnya yaitu
melakukan desain dengan panjang 1,0 m dan luas permukaan
0,0302 m2 dengan desain seperti berikut ini.
Setelah melakukan desain kita melakukan pemasangan
kondensor dan juga melakukan pemasangan heater
Gambar 4. 20 Proses Pemasagan Heater dan Kondensor
Gambar 4. 19 Desain kondensor
70
3. Pemasangan pompa Dc 12 v
Proses pemasangan pompda DC ini dilakukan dengan menggunakan
4 pompa DC yang bertegangan 12v dimana 3 pompa bertipe HIU dipakai
pada proses input air laut, Air Cooling, dan juga Filtrasi serta untuk 1
pompa digunakan untuk mengalirkan air yang panas kedalam proses
kristalisasi. Adapun proses pemasangan dapat dilihat pada gambar
berikut ini
4. Pemasangan Air Cooling
Air Cooling pada proses ini berfungsi untuk mendinginkan kondensor.
Alat yang digunakan dalam Air Cooling adalah Pletier, dimana alat ini
digunakan sebagai proses pendinginan dengan menggunakan heatsink
dimana proses pemasangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. 21 Proses Pemasangan Pompa 12 V DC
Gambar 4. 22 Pemasangan Air Cooling
71
5. Pemasangan Filtrasi
Proses Pemasangan Filtrasi ini yang digunakan dalam proses ini
adalah sebagai alat pemurnian air kondensasi layak untuk dikonsumsi,
bahan filtrasi yang digunakan adalah Sedimen, Manganese Greensand,
dan CTO (Clorine Taste Odor)
6. Pemasangan sistem monitoring
Sistem monitoring yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
software arduino ide dimana software mudah didapatkan dan free. Pada
sistem monitoring ini dilakukan dengan menggunakan 4 sensor
termokopel untuk menentukan suhu pada dalam boiler dan air masuk
serta keluar kondensor serta 2 sensor kecepatan aliran air dan sistem
kendali bisa secara manual dan otomoatis menggunakan aplikasi bynlk
dimana aplikasi ini free dan bisa terhubung dengan Arduino adapaun
program yang digunakan dalam sistem monitoring adalah sebagai berikut:
Gambar 4. 23 Flitrasi 3 Tahap
Gambar 4. 24 Contoh Program Arduino
72
7. Pemasangan instalasi hybrid energy
Instalasi pemasangan hybrid energy dicontrol dengan menggunakan
2 buah baterai control unit sebagai pengatur konsumsi baterai.
Dikarenakan tegangan yang digunakan pada kedua heater adalah ac
maka sistem menggunakan Inverter dengan kapasitas 1500 Watt untuk
mempasok energi listrim pada heater electric dengan wiring diagram pada
gambar di bawah ini
Gambar 4. 25 Sistem Monitoring Suhu
Gambar 4. 26 Wiring Diagram Hybrid
73
4. Uji Coba
Setelah melakukan fabrikasi dengan beberapa tahap proses
pengerjaan selanjutnya melakukan proses uji coba P3GAr dengan sumber
energi dari PLN dimana hasil pengujian kondensor Dari hasil pengujian alat
P3GAr ini jumlah konsumsi energi listrik yang dibutuhkan paling besar yaitu
999 Watt dengan data hasil uji coba pada kondensor
Tabel 4. 10 Validasi desain kondensor
No Parameter Data Parameter
Desain
Data Parameter
Hasil Pengujian
1 Temperatur uap masuk 1000C 1030 C
2 Temeperatur uap keluar 350C 400 C
3 Temperatur Air Masuk 330C 330 C
4 Temperatur Air Keluar 350C 350 C
Setelah melakukan pengujian kondensor selanjutnya melakukan uji coba
produksi garam dan air tawar dengan menggunakan air laut yang diperoleh
dari penjual air aquarium untuk ikan laut dengan kadar salinitas 34 ppt
dengan hasil produksi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4. 27 Hasil garam dan air tawar
1.5 Liter 3 Liter
15 37.9
300
600
PERBANDINGAN KUANTITAS AIR LAUT TERHADAP PRODUKSI GARAM DAN
AIR TAWAR
Garam Air Tawar
74
Dari hasil garam pengujian P3GAr garam yang diperoleh yaitu 38,4 gr
dengan air tawar 600 ml untuk air laut dengan kapasitas 3 liter sedangkan
untuk 1,5 liter garam yang dihasilkan 15 gr dan air tawar 300 ml , sedangkan
untuk penggunaan energi yang digunakan dalam proses pembuatan
dibutuhkan daya sebersar 1,9 Kw dengan kapasitas air laut 3 liter..
4.4 Alur Proses Pembuatan Garam dan Air Tawar
Proses alur pembuatan garam dan air tawar pada alat P3GAr dimulai
dari air laut dimana air laut in harus di rubah menjadi air tua dimana proses
pembuatan air tua adalah proses menghilangkan kandungan yang tidak
Gambar 4. 29 Skema Proses Pembuatan Garam dan Air Tawar
1.5 Liter 3 Liter
1498.5
1998
28.8 38.4
PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI TERHADAP PRODUKSI GARAM DAN
AIR TAWAR
Energi AC (Wh) Energi DC (Wh)
Gambar 4. 28 Konsumsi daya produksi
75
dipakai dalam proses pembentukan garam seperti , Besi (Fe), Magnesium
(Mg), sulfat (SO4), kalium (K), kalsium (Ca), setelah menghilangkan
beberapa zat ini selanjutnya air akan dipanaskan kedalam pemanas pertama
pada proses pemanas pertama akan terjadi evaporasi hasil evaporasi dan
uap evaporasi akan mengalir kesisi kondensor kemudian uap akan berubah
fasa menjadi cair, kemudian air pemanas yang berada pada pemanas
pertama akan dialirkan kedalam pemanas kedua untuk diproses menjadi
garam dan untuk air kondensasi akan di filtrasi hingga menjadi air yang layak
untuk dipakai.
4.2 Analisa Perancangan Desain
Dari hasil pengujian P3GAr (Pengubah Panas Penghasil Garam dan Air
Tawar), desain yang dirancang dengan temperatur 1000C dengan panjang
pipa 1,2 meter hasil yang di peroleh hampir mendekati dari perancangan
yaitu dapat dilihat pada tabel 4.1 validasi desain kondensor. dimana
temperatur uap yang masuk pada kondensor 1030C dan uap yang keluar
pada kondensor temperaturnya yaitu 450C serta air yang masuk pada
kondensor 330C, air keluar 350C. sedangkan pada hail validasi alat untuk
hybrid energy daya yang dihasilkan tidak sesuai dengan perancangan desain
yaitu 750 Watt maka dari kurangnya daya tersebut dilakukan penambahan
inverter untuk merubah tegangan DC menjadi AC menjadi dengan bantuan
baterai yang berkapasitas 100 A dengan teganga 12 V
4.3 Analisa Penggunaan Energi dan Jam Operasional P3GAr
Dari hasil pengujian penggunaan energi yang digunakan yaitu sebesar
1,9 kw dengan penggunaan sistem hybrid ini daya yang digunakan bisa
beroperasi selama 24 jam dikarenakan penggunaan gabungan dua energi
yaitu energi angin dan matahari dimana pada pagi hari hingga sore panel
surrya akan menyerap cahaya matahari untuk diubah menjadi listrik dengan
menggunakan panel surya dikarenakan penggunaan panel surya pada pagi
hingga dan malam hari serta pada saat musm hujan panel surya tidak bisa
digunakan maka untuk mengatasi hal tersebut digunakanlah PLTB dimana
pembangkit ini akan beroperasi meskipun dimalam hari atau musim hujan
76
karena adanya sumber energi angin jadi dengan adanya energy hybrid
pasokan listrik akan terpenuhi selama 24 jam, selain itu penggunaan baterai
juga sangat membantu jika kedua energi tidak terpenuhi maka masih ada
penyimpanan listrik dibaterai sehingga sistem hybrid ini akan berjalan terus.
Maka dengan adanya energy hybrid ini dapat meningkatkan produksi garam
dan air tawar pada alat P3GAr.
4.4 Analisa Fishbone
Tabel 4. 11 Analisa Fishbone Jam Operasi Rendah
Faktor Analisa Keterangan
Metode Proses
Tradisional
Proses tradisional yang
masih menggunakan bantuan
sinar matahari yang
menyebabkan jam produksi
yang menurun
Penyebab
Mesin Daya mesin Daya mesin yang digunakan
dalam P3GAr sangat besar
Penyebab
Jam Operasi
P3GAr rendah
(= 6 jam perhari)
Metode
Material
Mesin
Lingkungan
Sumber daya
manusia Proses
Tradisional
Kualitas
Material
Daya
Mesin
Cuaca /
musim
Kemampuan
manusia
77
sehingga produksi
pembuatan semakin pendek
Lingkungan Cuaca / musim Cuaca atau musim yang tidak
menentu dapat menghambat
proses pembuatan sehingga
akan terhenti produksinya
Penyebab
Material Kualitas material Kualitas material pada P3GAr
menggunakan bahan yang
ringan dan kuat untuk skala
prototype sehingga untuk jam
operasi pada pembuatan tidak
berpengaruh terhadap waktu
proses produksi
Bukan
Penyebab
Sumber
Daya
Manusia
Kompetensi Kemampuan manusia dalam
proses pembuatan garam dan
air tawar sudah memiliki
keterampilan dalam
pembuatan alat produksi
garam dengan cara
tradisional
Bukan
Penyebab
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses pembuatan garam dan air tawar pada sistem P3GAr yang
sebelumnya hanya bisa digunakan untuk pagi hari hingga sore hari tetapi
dengan adanya perancangan hybrid system produksi bisa berjalan selama
24 jam dikarenakan sistem hybrid yang digunakan menggunakan dua energi
yaitu matahari dan angin dan juga dibantu oleh baterai sehingga pasokan
listrik akan terus berjalan selama 24 jam dengan daya yang dihasilkan oleh
PLTB yaitu 25,13 dirubah menjadi DC dengan tegangan 12 v untuk mengisi
baterai dan memasok daya AC dengan menggunakan inverter 3000 Watt
sebagai pemasok sumber energi listrik AC ke P3GAR.
5.2 Saran
Diprelukannya desain ulang untuk merancangan blade dengan kapasitas
daya yang dibangkitkan lebih besar.
Diperlukannya perancangan filtrasi dan pemanas yang lebih optimal
dengan daya yang rendah.
Dibutuhkan alat untuk memproses air laut menjadi air tua.
79
DAFTAR PUSTAKA
Ambari, M. (2017). Benarkah Teknologi Pengolahan Garam Sudah Dikuasai
Indonesia? Mongabay. https://www.mongabay.co.id/2017/08/07/benarkah-
teknologi-pengolahan-garam-sudah-dikuasai-indonesia/
Ambari, M. (2018). Indonesia Negeri Tropis, Tapi Krisis Air Bersih di Kawasan
Pesisir Terjadi. Mongabay.
https://www.mongabay.co.id/2018/03/23/indonesia-negeri-tropis-tapi-krisis-
air-bersih-di-kawasan-pesisir-terjadi/
Angela Martina, Judy Retti Witono, Ginajar Karya Pamungkas, & Willy. (2016).
Pengaruh Kualitas Bahan Baku Dan Rasio Umpan Terhadap Pelarut Pada
Proses Pemurnian Garam Dengan Metode Hidroekstraksi Batch. Jurnal
Teknik Kimia USU, 5(1), 1–6. https://doi.org/10.32734/jtk.v5i1.1517
Astawa, K., Sucipta, M., Gede, I. P., & Negara, A. (2012). Analisa Performansi
Destilasi Air Laut Tenaga Surya Menggunakan Penyerap Radiasi Surya
Tipe Bergelombang Berbahan Dasar Beton. Jurnal Energi Dan Manufaktur,
5(1), 7–13.
Bergman, Theodore L; Lavine, Adrienne S; Incropera, Frank P; Dewitt, D. P.
(2011). Fundamentals of Heat and Mass Transfer (John Wiley & Sons
(ed.); Seventh). John Wiley & Sons.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
Dewantara, I. G. Y., Suyitno, B. M., & Lesmana, I. G. E. (2018). Desalinasi Air
Laut Berbasis Energi Surya Sebagai Alternatif Penyediaan Air Bersih.
Jurnal Teknik Mesin, 7(1), 1. https://doi.org/10.22441/jtm.v7i1.2124
dewanti, L. (2015). Garis pantai Indonesia terpanjang kedua di dunia.
Antaranews. https://www.antaranews.com/berita/487732/garis-pantai-
indonesia-terpanjang-kedua-di-dunia
Djoyowasito, G., Ahmad, A. M., Lutfi, M., & Anggra, A. (2018). Rancang Bangun
Model Penghasil Air Tawar dan Garam dari Air Laut Berbasis Efek Rumah
Kaca Tipe Penutup Limas Design of Fresh Water and Salt Producer Model
80
from Sea Water Based on Glasshouse Effect Type of Limas Cover. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 6(2), 107–119.
Gerintya, S. (2018). Bagaimana Mutu dan Akses Air Bersih di Indonesia? Baca
selengkapnya di artikel “Bagaimana Mutu dan Akses Air Bersih di
Indonesia?” Tirto.Id. https://tirto.id/bagaimana-mutu-dan-akses-air-bersih-
di-indonesia-cGrk
Global Wind Atlas. (2020). Energy Data Info. Global Wind Atlas.
https://globalwindatlas.info
Holman, J. P. (2010). Heat Transfer. In T. McGraw-Hill (Ed.), The McGraw-Hill
(Tenth). The McGraw-Hill. https://doi.org/10.1016/b978-1-933762-24-
1.50019-x
Idris, M. (2019). Rancang Panel Surya Untuk Instalasi Penerangan Rumah
Sederhana Daya 900 Watt. Elektronika Listrik Dan Teknologi Informasi
Terapan, 1, 17–22.
Jayani, D. H. (2019). Impor Garam Lebih Tinggi dari pada Produksi Garam
Nasional. Databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/24/impor-garam-lebih-
tinggi-daripada-produksi-garam-nasional
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2008). Potensi Energi Baru
Terbarukan (EBT) Indonesia. Kementrian Energi Dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia. https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-
berita/potensi-energi-baru-terbarukan-ebt-indonesia
Kementrian perindustrian republik indonesia. (2018). Sesuai Kebutuhan, Impor
Garam Pastikan Produksi Industri Tak Terhenti. Kementrian Perindustrian
Republik Indonesia. https://kemenperin.go.id/artikel/18950/Sesuai-
Kebutuhan,-Impor-Garam-Pastikan-Produksi-Industri-Tak-Terhenti
Komunikasi, B. (2018). Menko Maritim Luncurkan Data Rujukan Wilayah
Kelautan Indonesia. Kemaritiman Dan Investasi.
https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-
81
kelautan-indonesia/
Kusnandar, V. B. (2020). Inilah Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2020.
Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/01/02/inilah-
proyeksi-jumlah-penduduk-indonesia-2020
Nuraini, A., & Abadi, C. S. (2019). Analisis Perbandingan Bilah Turbin Angin
Jenis Taper dengan Taperless pada Turbin Angin Skala Mikro di PT .
Lentera Bumi Nusantara. 138–146.
Pranita, E. (2020). Puncak Musim Kemarau 2020 Diprediksi Agustus, Ini
Rekomendasi BMKG. Kompas.Com.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/25/080400023/puncak-
musim-kemarau-2020-diprediksi-agustus-ini-rekomendasi-bmkg
Prasongko, D. (2018). Teknologi Produksi Garam Indonesia Masih Tertinggal.
Tempo.Co. https://bisnis.tempo.co/read/1063446/teknologi-produksi-
garam-indonesia-masih-tertinggal/full&view=ok
Purbani, D. (2000). Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pusat Riset
Wilayah Laut Dan Sumberdaya Nonhayati, 1–17.
http://www.oocities.org/trisaktigeology84/Garam.pdf
Rubianto, B., Winarso, R., & Wibowo, R. (2018). Rancang Bangun Kondensor
Pada Destilator Bioetanol Kapasitas 5 Liter/Jam Dengan Skala Umkm.
Jurnal Crankshaft, 1(1), 29–36.
https://doi.org/10.24176/crankshaft.v1i1.2587
Rumbayan, M., Abudureyimu, A., & Nagasaka, K. (2012). Mapping of solar
energy potential in Indonesia using artificial neural network and
geographical information system. Renewable and Sustainable Energy
Reviews, 16(3), 1437–1449. https://doi.org/10.1016/j.rser.2011.11.024
Said, N. I. (2003). Aplikasi Teknologi Osmosis Balik Untuk Memenuhi
Kebutuhan Air Minum. J.Tek.Ling. P3TL-BPPT, 4(2), 16–35.
Satriya Dwi Ariffudin, & Wulandari, D. (2014). Perancangan Sistem Pemanas
Pada Rancang Bangun Mesin Pengaduk Bahan Baku Sabun Mandi Cair
82
Satriya Dwi Ariffudin. Jrm, 01(02), 52–57.
Siregar, E. (2020). Industri Doyan Garam Impor: Lokal Mahal & Kualitas
Rendah. CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200113161446-4-129629/industri-
doyan-garam-impor-lokal-mahal-kualitas-rendah
Sumada, K., Dewati, R., & Suprihatin, S. (2016). Garam industri berbahan baku
garam krosok dengan metode pencucian dan evaporasi. Teknik Kimia,
11(1), 30–36.
T.Kuppan. (2000). Heat Exchanger Design HandBook (1st ed.). Marcel Dekker.
Vania, Rossa; Nodia, F. (2018). Ada 33,4 Juta Penduduk Indonesia
Kekurangan Air Bersih. Suara.Com.
https://www.suara.com/health/2018/11/23/162639/ada-334-juta-penduduk-
indonesia-kekurangan-air-bersih
Walangare, K B A; Lumenta, A S M; Wuwung, J O; Sugiarso, B. A. (2013).
RANCANG BANGUN ALAT KONVERSI AIR LAUT MENJADI AIR MINUM
DENGAN PROSES DESTILASI SEDERHANA MENGGUNAKAN
PEMANAS ELEKTRIK. E-JOURNAL TEKNIK ELEKTRO DAN
KOMPUTER, 1–11. https://doi.org/10.35793/jtek.2.2.2013.1786
Widayat. (2009). Production of Industry Salt with Sedimentation – Microfiltration
Process: Optimazation Of Temperature and Concentration by Using
Surface Response Methodology. Teknik, 11–18.
https://lib.unnes.ac.id/17153/1/1201408017.pdf
83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
Nama : Hasbi Maulana. S
NIM : 2016-12-034
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Alamat Rumah : jl kha bd azis no 120, kauman tempurejo, jember
No. HP : 089673497405
Email : [email protected]
Pendidikan
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun LULUS
SD SDN Tempurejo 02 - 2010
SMP SMP plus darus sholah - 2013
SMA SMKN 02 Jember Teknik Instalasi Listrik 2016
SARJANA IT PLN Teknik Mesin -
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya
Jakarta, 15 Agustusl 2020
Hasbi Maulana S
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Data Pengujian Kecepatan Angin
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 28 Juni 2020 07:00 WIB 1,9 m/s
2 28 Juni 2020 08:00 WIB 2,1 m/s
3 28 Juni 2020 09:00 WIB 3,6 m/s
4 28 Juni 2020 10:00 WIB 2,1 m/s
5 28 Juni 2020 11:00 WIB 2,5 m/s
6 28 Juni 2020 12:00 WIB 2,6 m/s
7 28 Juni 2020 13:00 WIB 3,6 m/s
8 28 Juni 2020 14:00 WIB 2,3 m/s
9 28 Juni 2020 15:00 WIB 3,8 m/s
10 28 Juni 2020 16:00 WIB 3,1 m/s
11 28 Juni 2020 17:00 WIB 3,2 m/s
Rata-Rata 2,8 m/s
Kecepatan tinggi 3,8 m/s
Kecepatan rendah 1,9 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 29 Juni 2020 07:00 WIB 1,9 m/s
2 29 Juni 2020 08:00 WIB 2,1 m/s
3 29 Juni 2020 09:00 WIB 2,7 m/s
4 29 Juni 2020 10:00 WIB 2,6 m/s
5 29 Juni 2020 11:00 WIB 3,2 m/s
6 29 Juni 2020 12:00 WIB 4,0 m/s
7 29 Juni 2020 13:00 WIB 3,4 m/s
8 29 Juni 2020 14:00 WIB 3,1 m/s
9 29 Juni 2020 15:00 WIB 4,8 m/s
85
10 29 Juni 2020 16:00 WIB 4,1 m/s
11 29 Juni 2020 17:00 WIB 2,9 m/s
Rata-Rata 3,16 m/s
Kecepatan tinggi 4,8 m/s
Kecepatan rendah 1,9 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 30 Juni 2020 07:00 WIB 1,4 m/s
2 30 Juni 2020 08:00 WIB 1,7 m/s
3 30 Juni 2020 09:00 WIB 1,5 m/s
4 30 Juni 2020 10:00 WIB 2,2 m/s
5 30 Juni 2020 11:00 WIB 1,7 m/s
6 30 Juni 2020 12:00 WIB 2,8 m/s
7 30 Juni 2020 13:00 WIB 3,7 m/s
8 30 Juni 2020 14:00 WIB 2,3 m/s
9 30 Juni 2020 15:00 WIB 3,6 m/s
10 30 Juni 2020 16:00 WIB 2,7 m/s
11 30 Juni 2020 17:00 WIB 3,0 m/s
Rata-Rata 2,42 m/s
Kecepatan tinggi 3,7 m/s
Kecepatan rendah 1,4 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 01 Juli 2020 07:00 WIB 2,0 m/s
2 01 Juli 2020 08:00 WIB 1,9 m/s
3 01 Juli 2020 09:00 WIB 1,6 m/s
4 01 Juli 2020 10:00 WIB 2,0 m/s
5 01 Juli 2020 11:00 WIB 2,3 m/s
86
6 01 Juli 2020 12:00 WIB 2,4 m/s
7 01 Juli 2020 13:00 WIB 3,0 m/s
8 01 Juli 2020 14:00 WIB 3,7 m/s
9 01 Juli 2020 15:00 WIB 3,2 m/s
10 01 Juli 2020 16:00 WIB 3,1 m/s
11 01 Juli 2020 17:00 WIB 1,4 m/s
Rata-Rata 2.42 m/s
Kecepatan tinggi 3,7 m/s
Kecepatan rendah 1,4 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 02 Juli 2020 07:00 WIB 1,9 m/s
2 02 Juli 2020 08:00 WIB 1,4 m/s
3 02 Juli 2020 09:00 WIB 2,1 m/s
4 02 Juli 2020 10:00 WIB 2,3 m/s
5 02 Juli 2020 11:00 WIB 2,2 m/s
6 02 Juli 2020 12:00 WIB 2,7 m/s
7 02 Juli 2020 13:00 WIB 3,2 m/s
8 02 Juli 2020 14:00 WIB 2,6 m/s
9 02 Juli 2020 15:00 WIB 2,9 m/s
10 02 Juli 2020 16:00 WIB 3,0 m/s
11 02 Juli 2020 17:00 WIB 2,4 m/s
Rata-Rata 2.43 m/s
Kecepatan tinggi 3,2 m/s
Kecepatan rendah 1,4 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 03 Juli 2020 07:00 WIB 2,0 m/s
2 03 Juli 2020 08:00 WIB 1,9 m/s
87
3 03 Juli 2020 09:00 WIB 1,6 m/s
4 03 Juli 2020 10:00 WIB 1,4 m/s
5 03 Juli 2020 11:00 WIB 2,3 m/s
6 03 Juli 2020 12:00 WIB 2,8 m/s
7 03 Juli 2020 13:00 WIB 2,6 m/s
8 03 Juli 2020 14:00 WIB 3,4 m/s
9 03 Juli 2020 15:00 WIB 3,7 m/s
10 03 Juli 2020 16:00 WIB 4,6 m/s
11 03 Juli 2020 17:00 WIB 2,8 m/s
Rata-Rata 2.65 m/s
Kecepatan tinggi 4,6 m/s
Kecepatan rendah 1,4 m/s
No Tanggal
pengujian Waktu
Kecepatan Angin
1 04 Juli 2020 07:00 WIB 1,8 m/s
2 04 Juli 2020 08:00 WIB 1,9 m/s
3 04 Juli 2020 09:00 WIB 2,0 m/s
4 04 Juli 2020 10:00 WIB 1,6 m/s
5 04 Juli 2020 11:00 WIB 2,2 m/s
6 04 Juli 2020 12:00 WIB 2,9 m/s
7 04 Juli 2020 13:00 WIB 2,4 m/s
8 04 Juli 2020 14:00 WIB 3,7 m/s
9 04 Juli 2020 15:00 WIB 4,5 m/s
10 04 Juli 2020 16:00 WIB 4,1 m/s
11 04 Juli 2020 17:00 WIB 2,7 m/s
Rata-Rata 2.7 m/s
Kecepatan tinggi 4,5 m/s
Kecepatan rendah 1,8 m/s
93
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Hasbi Maulana S
NIM : 2016-12-034
Program Studi : S1 Teknik Mesin
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Utama : Drs. Prayudi. MM., MT
Judul Skripsi : RANCANG BANGUN HYBRID SYSTEM UNTUK
MENINGKATKAN JAM OPERASIONAL P3GAr
(PENGUBAH PANAS PENGHASIL GARAM DAN AIR
TAWAR)
No Hari/Tanggal Catatan
1 21 Maret 2020
Konsultasi judul skripsi
2
27 Maret 2020 Konsultasi mengenai Bab I Pembahasan 1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Batasan Masalah
3 02 April 2020
Konsultasi mengenai tinjauan pustaka
4 13 April 2020
Pengecekan Proposal Skripsi
5 17 April 2020 Pengumpulan ulang perbaikan proposal skripsi dan
meminta tanda tangan dosen pembimbing
6 12 Mei 2020 Konsultasi mengenai hasil review proposal skripsi dari
lembar revisi dari dosen pembahas
7 06 Juni 2020 Pengecekan ulang proposal hasil dari lembar revisi
proposal skripsi dan mengumpulkan kembali proposal skripsi ke dosen pembimbing
94
8 18 Juli 2020
Konsultasi tentang progres dari Bab IV
9 07 Agustus 2020 Pengecekan skripsi pada Bab 1 – 5
Perbaikan tentang perhitungan
10 13 Agustus 2020
Pengecekan hasil revisi pada tanggal 07 Agustus 2020
11 14 Agustus 2020 Konsultasi tentang kesiapan power point untuk
persiapan sidang skripsi
12 15 Agustus 2020 Simulasi Presentasi sidang skripsi
13 16 Agustus 2020 Simulasi Presentasi sidang skripsi
Jakarta,25 Agustus2020
Disetujui,
Drs. Prayudi, MM., MT
(Pembimbing Skripsi)