27
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEBUTUHAN LUAS LAHAN HUTAN KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan oleh: Ketua : Nur Illiyyina Syarif E14063341 Angkatan 2006 Anggota : Syampadzi Nurroh E14050515 Angkatan 2005 R. Rodlyan Ghufrona E44052421 Angkatan 2005 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Kebutuhan Luas Lahan Hutan Kota Bogor dengan Pendekatan Kebutuhan Oksigen

  • Upload
    ugm

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KEBUTUHAN LUAS LAHAN HUTAN KOTA BOGOR

DENGAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSIGEN

BIDANG KEGIATAN:

PKM-GT

Diusulkan oleh:

Ketua : Nur Illiyyina Syarif E14063341 Angkatan 2006

Anggota : Syampadzi Nurroh E14050515 Angkatan 2005

R. Rodlyan Ghufrona E44052421 Angkatan 2005

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

i

HALAMAN PENGESAHAN

USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul : Kebutuhan Luas Lahan Hutan Kota Bogor dengan

Pendekatan Kebutuhan Oksigen

2. Bidang Kegiatan : PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Nur Illiyyina Syarif

b. NIM : E14063341

c. Mayor : Manajemen Hutan

d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah : Jl. Raya Darmaga No.45 Bogor

f. No. Telp/HP : 085217454541

g. Email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Handian Purwawangsa, S.Hut., M.Si.

b. NIP : 132312045

c. Alamat Rumah : Perumahan Alam Sinar Sari Jl. Anggrek No. 27

d. No Telp/HP : 081310570318

Bogor, 31 Maret 2009

Menyetujui

Wakil Dekan Fakultas Kehutanan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS) (Nur Illiyyina Syarif)

NIP. 131849386 NIM. E14063341

Wakil Rektor Bidang Akademik Dosen Pendamping

dan Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Ir. H. Yonny Koesmaryono, MS) (Handian Purwawangsa,SHut,MSi)

NIP. 131473999 NIP. 132312045

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini.

Dalam artikel ilmiah dengan judul “Kebutuhan Luas Lahan Hutan Kota Bogor

dengan Pendekatan Kebutuhan Oksigen” ini dijelaskan kondisi mengenai

kebutuhan oksigen yang diperlukan sesuai dengan keperluan jumlah penduduk

dan kebutuhan kendaaran umum (angkot) di kota bogor. Implikasi terhadap

kebutuhan tersebut menentukan luas lahan hutan yang harus tersedia untuk

keseimbangan ketersediaan lahan bervegatasi, dilakukan dengan menghitung

ketersediaan dan kebutuhan oksigen. Artikel ini diangkat berdasarkan kegiatan

praktikum operasi pengelolan hutan dan mata kuliah ilmu hutan kota. Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini. Saran dan kritik yang bersifat membangun

dan memperbaiki sangat penulis harapkan.

Bogor, Maret 2009

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iii

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. iv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. v

RINGKASAN ………………………………………………………………. vi

PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1

TUJUAN ………………………………………………………………….... 2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………. 3

METODOLOGI PENULISAN……………………………………………. 5

ANALISIS DAN SINTESIS………………………………………………. 7

KESIMPULAN …………………………………………………………….. 13

UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 14

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 15

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah mobil angkutan kota …………………………………….......... 8

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar riwayat hidup ………………………………………………… 16

vi

RINGKASAN

KEBUTUHAN LUAS LAHAN HUTAN KOTA BOGOR DENGAN

PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Nur Illiyyina Syarif, Syampadzi Nurroh, dan R Rodlyan Ghufrona

Kota merupakan pusat aktifitas penduduk. Salah satu permasalahan

lingkungan hidup perkotaan adalah perkembangan populasi manusia yang pesat

dan jumlah kendaraan umum (angkot) semakin banyak. Pembangunan dan

pengembangan kota cenderung mengarah pada alih fungsi lahan yang salah satu

dampaknya adalah berkurangnya lahan bervegetasi (pohon) sebagai penghasil

oksigen disertai dengan peningkatan gas buang dari kendaraan umum yang akan

mengurangi kualitas lingkungan. Permasalahan tersebut terdapat di Kota Bogor

yang merupakan wilayah penyangga bagi ibukota yang mempunyai

kecenderungan tingkat polusi udara yang tinggi.

Pohon menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat dibutuhkan oleh manusia

dan makhluk hidup lainnya dalam proses pernapasan (respirasi) dan mengabsorpsi

CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam

biomassa tanaman (Brown 1997). Diperkirakan jumlah CO2 di atmosfer

meningkat sekitar 25%, pohon mampu menyerap CO2 dalam daur hidupnya

sebanyak 1 ton (Jalal 2007). Selain itu, dapat juga mengabsorpsi karbondioksida

yang menjadi penyokong kehidupan manusia.

Udara yang mengandung oksigen digunakan oleh mahluk hidup dalam

proses pembakaran bahan bakar (respirasi) di dalam tubuh organisme untuk

menghasilkan energi. Manusia membutuhkan oksigen sekitar 67% sedangkan

setiap manusia mengkonsumsi oksigen sebesar 600 liter/hari atau 840 gram/hari

(Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988). Dengan meningkatnya pembangunan dan

jumlah penduduk serta jumlah kendaraan umum (angkot) di Kota Bogor akan

mengakibatkan terjadinya penurunan luas lahan hutan yang digunakan untuk

pemukiman dan peningkatan gas buangan CO2 ke udara. Apabila hutan semakin

berkurang sehingga fungsi pohon untuk mengabsorpsi CO2 yang ada di udara

vii

akan semakin menurun sebagai akibat tidak adanya proses fotosintesis pada

tumbuhan yang mengikat CO2.

Tercatat pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860

orang (Somia 2008). Jumlah kendaraan umum yang saat ini tahun 2009 tercatat

sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada tahun 2005 yaitu 22 trayek

sebanyak 2.768 unit (Ratih dan Suprihadi 2005), yang berimplikasi meningkatnya

kadar CO2 di udara.

Mempertimbangkan asupan oksigen yang dibutuhkan manusia dan

kendaraan umum, maka perlu dilakukan kajian tentang luasan lahan hutan yang

berkaitan dengan hutan bervegetasi. Penentuaan luas hutan kota berdasarkan

kebutuhan oksigen (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988) dengan menggunakan

rumus : (54)(0,9375)

At BtLt

+=

Dimana:

Lt = luas hutan kota pada tahun ke-t

At = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Bt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t

54 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan menghasilkan 54

gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman

adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Lt = 802.922.400 gram/hari + 480.245.000 gram/hari = 2534,65 Ha.

(54) (0,9375)

Kebutuhan oksigen penduduk Kota Bogor berdasarkan pendekatan jumlah

penduduk 955.860 orang pada tahun 2008, Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha

dan jumlah kendaraan umum (angkot) sebesar 3.455 unit. Jadi luas minimal hutan

yang bervegetasi seluas 2534,65 Ha. Sesuai dengan instruksi Menteri Dalam

Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus

merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun sehingga

luas kawasan hijau di kota bogor seluas 11.850 ha persentase 40 % sebesar 4740

ha. Luas hutan 2534,65 ha ini belum memasukan faktor lainnya seperti daerah

industrial, kendaraan beban, kendaraan pribadi dan sepeda motor. Sedangkan

viii

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang hutan kota, luas

hutan kota adalah paling sedikit 10% dari luas perkotaan (Suriamiharja 2005).

Menurut Endes (1992), bentuk hutan kota dapat dikelompokan menjadi

empat bentuk yaitu taman kota, kebun atau perkarangan, jalur hijau, dan hutan.

Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah untuk menentukan luas minimal

lahan hutan agar terjadi keseimbangan antara luas lahan hutan dengan jumlah

oksigen yang dibutuhkan.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi yang mendukung penulisan diperoleh

dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian data melalui internet dan

sumber-sumber lain yang relevan. Data dan informasi yang digunakan yaitu data

dari skripsi, laporan praktikum, majalah, media elektronik, dan beberapa pustaka

yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain :

1. Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya analisis data

sebagai bahan pertimbangan dan wawasan penulis tentang lingkup kegiatan

dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan.

2. Data referensi sebagai acuan untuk melakukan pembahasan analisis dan

sintesis data-data yang diperoleh sehingga dapat dikembangkan untuk mencari

kesatuan materi untuk memperoleh solusi dan kesimpulan.

3.2. Pengolahan Data dan Informasi

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data

dan diolah dengan metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.

3.3. Analisis dan Sintesis

Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan kemudian

dijadikan acuan dalam membuat sistesis. Analisis yang dilakukan meliputi aspek-

aspek sebagai berikut.

1. Data mengenai jumlah penduduk Kota Bogor

2. Data mengenai jumlah angkot Kota Bogor

3. Bentuk luas lahan hutan berupa hutan kota seperti taman kota, kebun halaman

dan kebun raya

4. Data kemampuan pohon untuk menghasilkan oksigen

6

5. Hubungan antara kebutuhan oksigen untuk penduduk dan kendaraan umum

(angkot)

6. Polutan/emisi yang dikeluarkan oleh aktivitas kendaran umum (angkot)

7. Hubungan kemampuan pohon untuk menghasilkan oksigen dengan kebutuhan

oksigen unutk penduduk dan kendaraan umum.

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Analisis

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan

30’30”LS – 6°41’00”LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian

minimum 190 meter dan maksimum 330 meter di atas permukaan laut. Kota

Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan yang berbatasan dengan:

Sebelah utara : Wilayah kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede, dan

Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas,

Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi,

Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin,

Kabupaten Bogor

4.1.2 Data Jumlah Penduduk

Data penduduk Kota Bogor tercatat pada tahun 2003 sebesar 834.000

orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak

955.860 orang (Somia 2008).

4.1.3 Data Luas Wilayah Kota Bogor

Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km² atau sekitar 11.850 Ha.

4.1.4 Data Jumlah Angkot Kota Bogor

Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak 3.455 unit dengan 29

trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak 3.506 angkot dengan 26

8

trayek, dan pada tahun 2005 terdapat 2.768 unit angkot dengan trayek 22 (Ratih

dan Suprihadi 2005).

Tabel 1 Jumlah mobil angkutan kota

Tahun Jumlah angkutan kota (unit) Trayek

2005 2.768 22

2006 3.506 28

2008 3.455 29

4.1.5 Bentuk-Bentuk Hutan Kota

Menurut instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa

40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya

merupakan kawasan terbangun. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor

63 tahun 2002 tentang hutan kota, luas hutan kota adalah paling sedikit 10% dari

luas perkotaan. Bentuk hutan kota dapat berupa taman kota, kebun atau

perkarangan, jalur hijau, dan hutan.

4.1.6 Data Kemampuan Pohon Untuk Menghasilkan Oksigen

Secara rataan, dalam daur hidupnya setiap pohon dapat menyerap ha

pepohonan bisa mencukupi oksigen untuk kebutuhan 18 (delapan belas) orang dan

menyerap karbondioksida dari mobil yang berjalan sekitar 41.834 km. Pohon

besar menyerap kira-kira sebesar 120-240 pounds partikel kecil tau gas polutan.

Hanya tumbuhanlah yang menghasilkan oksigen di bumi ini (Jalal 2007).

Menurut Bernatzky (1978) pohon dengan tinggi 25 m dan diameter tajuk

15 m, akan mempunyai luas tutupan tajuk 160 m² dan luas permukaan daun

sebesar 1600 m², akan menghasilkan oksigen sebanyak 1712 gram. Sedangkan

untuk 1 ha lahan hijau dengan total luas permukaan daun 5 ha akan membutuhkan

900 kg CO2 untuk melakukan fotosintesis selama 12 jam, dan pada waktu yang

sama akan menghasilkan 600 kg O2.

9

4.1.7 Hubungan antara jumlah penduduk dan emisi yang dikeluarkan

Kendaran Umum (Angkot)

Udara yang mengandung oksigen oleh mahluk hidup digunakan untuk

proses pembakaran bahan bakar (respirasi) di dalam tubuh organisme untuk

menghasilkan energi agar dapat bertahan hidup. Oksigen sangat dibutuhkan oleh

manusia sekitar 67% dari tubuh manusia dan setiap manusia mengkonsumsi

oksigen dalam jumlah yang sama sebesar 600 liter/hari atau 840 gram/hari

(Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988). Dengan meningkatnya perkembangan

pembangunan dan penduduk di Kota Bogor, terjadi penurunan luas lahan hutan

digunakan untuk pemukiman sehingga semakin berkurang lahan hutan atau

vegetasi. Peningkatan kendaraan umum (angkot) dan jumlah penduduk akan

berimplikasi pada peningkatan gas buangan CO2 dan/atau CO ke udara. Tercatat

pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang (Somia

2008). Dengan semakin meningkatnya populasi penduduk, maka berdampak juga

terhadap produktivitas pohon dan berpengaruh terhadap kualitas udara yang

mengandung oksigen karena pencemaran udara yang disebabkan kendaraan

umum khususnya angkot. Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak

3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak

3.506 angkot dengan 22 trayek 2.768 unit angkot pada tahun 2005 yang beroperas

(Ratih dan Suprihadi 2005) Data yang diperoleh emisi yang dikeluarkan oleh satu

kendaraan (angkot) sebesar 252 ton/ha (Andrea 2008). Angka ini menyebabkan

polusi besar di Kota Bogor dan merupakan salah satu penyebab global warming

yang menjadi isu dunia.

4.2 Sintesis

4.2.1 Implementasi kebutuhan oksigen untuk manusia berdasarkan

jumlah penduduk

Pendekatan Kebutuhan oksigen tiap orang sebesar 600 liter/hari atau 840

gram oksigen/hari. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi jika suply oksigen dari

produsen oksigen yaitu pohon/tumbuhan tercukupi. Berarti jumlah pohon dalam

satuan luas terjaga. Jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang pada

10

tahun 2008. sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan oksigen sebesar 802.922,4 kg/hari sedang satu pohon dengan tinggi 10

m mampu menghasilkan oksigen pertahun sebesar menghasilkan oksigen

sebanyak 118,04 kg/tahun atau 0,3 kg/hari. Sehingga didapat kebutuhan luas

hutan minimal dengan pendekatan kebutuhan oksigen yang dihasilkan oleh pohon

sebanyak 2.676.408 pohon.

Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha sehingga kebutuhan luas minimal

hutan berdasarkan jumlah pohon untuk menghasilkan oksigen sebanyak 2.676.408

pohon, oleh karena itu, luas minimal hutan yang dibutuhkan sebesar 225, 857

Pohon/ha atau sekitar 226 Pohon/ha. Asumsi dalam dunia kehutanan bahwa jarak

tanam pohon 3 m x 3 m sehingga dalam 1 ha sebanyak 1111,1 pohon. Jadi luas

minimal hutan sebesar 2408, 8 ha, sebagai pembanding bahwa luas Kebun Raya

Bogor sebesar 87 ha, kebun raya ini merupakan contoh hutan kota. Berdasarkan

instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah

perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan

terbangun sehingga luas kawasan hijau sebesar 4740 ha.

4.2.2 Implementasi keseimbangan produksi oksigen dengan

pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan umum

(angkot)

Jumlah angkot pada tahun 2005 sebesar 22 trayek 2.768 unit, pada tahun

2006 bertambah menjadi 3.506 angkot dan Jumlah angkot pada tahun 2008

mencapai 3.455 unit dengan 29 trayek. Menurut Andreas (2008) menyebutkan

bahwa emisi yang dikeluarkan oleh kendaran umum (angkot) sebesar 252

ton/tahun dan Wisesa (1988) kebutuhan oksigen untuk kendaraan penumpang

sebesar 11,63 kg/jam. Keadaan ini sangat dramatis karena kendaraan umum

(angkot) sangat diperlukan untuk memenuhi keperluan sehari-hari tetapi

bahayanya sangat nyata karena mengeluarkan gas buangan/ emisi sebesar 252 ton

CO/tahun dan memerlukan asupan oksigen sebesar 11,63 kg/jam. Angkot tidak

hanya mengeluarkan emisi tetapi bersaing dengan manusia untuk menghirup

oksigen.

11

Berdasarkan data emisi maka jumlah angkot sebanyak 3.455 unit sebesar

870.660 ton CO/tahun. Jika berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen dengan

jumlah penduduk diperoleh luas hutan 2408,8 ha, maka pohon mampu menyerap

25,40 ton CO/tahun (Indriani 2008). Sehingga jumlah pohon mampu mengolah

karbon sebesar 34.277,9 atau sekitar 34.278 pohon, sehingga luas untuk

menyeimbangkan karbon di udara sebesar 30,9 ha. Jumlah emisi ini hanya

memperhitungkan jumlah angkot sedangkan masih banyak kendaraan umum

lainnya seperti sepeda motor, mobil pribadi, bus umum, dan sebagainya.

Penggunaan oksigen untuk pembakar bahan bakar sebesar 11,63 kg/jam atau 139

kg/hari untuk satu mobil jika terdapat 3.455 maka jumlah totalnya 480.245 kg/hari

sedangkan pohon menghasilkan oksigen 0,3 kg/hari. Sehingga untuk memenuhi

kebutuhan oksigen untuk kendaraan umum (angkot) sebesar 1.600.816, 7 pohon.

Asumsi dalam dunia kehutanan bahwa jarak tanam pohon 3 m x 3 m sehingga

dalam 1 ha sebanyak 1111,1 pohon. Jadi luas minimal hutan sebesar 1440,75 ha

4.2.3 Implemetasi jumlah pohon atau luas lahan hutan dengan

pendekatan kebutuhan oksigen manusia dan kendaraan

berdasarkan jumlah penduduk dan kendaran bermotor

Penentuan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen (Gerakis, 1974

dalam wisesa 1988) dengan menggunakan rumus : Lt = At + Bt

(54) (0,9375)

Lt = luas hutan kota pada tahun ke-t

At = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Bt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t

54 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan

menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah

setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Lt = 802.922.400 gram/hari + 480.245.000 gram/hari = 2534,65 Ha.

(54) (0,9375)

Jadi kebutuhan oksigen penduduk Kota Bogor berdasarkan pendekatan

jumlah penduduk 955.860 orang pada tahun 2008, Kota Bogor memiliki luas

11.850 ha, dan jumlah kendaraan umum (angkot) sebesar 3.455 unit. Hutan yang

12

bervegetasi seluas 2534, 65 Ha. Sesuai dengan Berdasarkan instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus

merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun

(Suriamiharja 2005) sehingga luas kawasan hijau di kota Bogor seluas 11.850 ha

persentase 40 % sebesar 4740 ha. Luas hutan 2534,65 ha ini belum memasukan

faktor lainnya seperti industrial, sepeda motor, dan kendaraan beban.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Perkembangan jumlah penduduk, sarana dan prasaranan yang terjadi di Kota

Bogor mengakibatkan alih fungsi kawasan hutan sehingga terjadi peningkatan

CO2 oleh angkutan umum (angkot) yang mengakibatkan peningkatan polusi di

Kota Bogor. Diperlukan luas hutan untuk menjaga keseimbangan ketersediaan

lahan bervegatas dalam penyediaan dan kebutuhan oksigen. Dengan

memperhatikan luas kota bogor 11.850 ha dan jumlah penduduk 955.860 orang

pada tahun 2008 serta jumlah kendaraan umum (angkot) 3.455 unit maka

diperlukan jumlah pohon 2.676.408 pohon untuk kebutuhan manusia dan

kendaraan umum (angkot) dan 34.278 pohon untuk mengabsorpsi CO2 hasil

emisi. Secara Luas kawasan hutan sebesar 2534,65 ha, luas hutan tersebut daapt

berupa hutan kota, hutan rakyat, kebun raya, hutan raya dan juga halaman rumah.

Hutan tersebut dapat mengimbangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sebagai

bentuk pencemaran udara dan kebutuhan oksigen, agar kondisi lingkungan tetap

seimbang dan kebutuhan oksigen dapat tercukupi.

5.2. Saran

Pembangunan dan kemajuan jaman adalah hal yang tidak dapat dicegah,

begitu pula dengan perkembangan pembangunan di Kota Bogor. Namun

kemajuan pembangunan tersebut harus sejalan dengan perencanaan dan

pengembangan kota. Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat kebijakan

berupa perencanaan hutan kota serta membatasi laju perkembangan pembangunan

yang terjadi, baik dari peningkatan pembangunan maupun jumlah angkutan

umum khususnya angkot yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah

karbon yang ditimbulkan, kebutuhan oksigen manusia dengan luas lahan hutan

yang berimplikasi pada pemanasan global dan penurunan kesehatan masyarakat.

14

DAFTAR PUSTAKA

Andreas. 2008. Hari aksi global untuk keadilan iklim.

http://sarekathijauindonesia.org [1 Maret 2008].

[Anonim]. 2007. Insentif cegah deforestasi (biaya karbon enam kali nilai hutan).

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/29/humaniora.htm [22 Februari

2009]

Arismunandar W, Tsuda K. 1976. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: Pradnya

Paramita.

Bernatzky A. 1978. Tree Ecology and Preservation. Amsterdam-Oxford-New

York: Elsevier Scientivic Publishing Company..

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan Lingkungan Hidup di

Perkotaan. Jakarta: APHI.

Heriyansyah I. 2004. Potensi tanaman industri dalam mensequerter karbon: studi

kasus di hutan tanaman Akasia dan Pinus [Skripsi]. Bogor: Departmen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Jalal. 2007. Gerakan lingkungan penanaman pohon untuk mengurangi dampak

pemanasan global. http://www.csrindonesia.com/data/articles/-a.pdf [22

Pebruari 2009].

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan

Pengelolaannya. Bogor: Puslit Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Ratih, Suprihadi. 2005. Angkot di Bogor bukan biang kemacetan. Harian

Kompas, edisi 4 Februari 2005.

Pemerintah Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63

Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Jakarta.

Samsoedin I, Subiandono E. 2007. Pembangunan dan pengelolaan hutan kota.

http://www.dephut.go.id/files/ismayadi.pdf [22 Februari 2009].

Somia. 2008. Letak Kota Bogor. http://www.bogoronline.com [28 Pebruari

2009].

Wisesa SPC. 1998. Studi Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya

Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana

mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu

dikembangkan untuk menunjang aktivitas fisik dan spiritual yang semakin

meningkat. Padatnya penduduk di suatu perkotaan sangat mempengaruhi keadaan

lingkungan saat ini. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal (pemukiman) yang

semakin bertambah dapat mengakibatkan luas hutan di kota semakin berkurang.

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan perhatian serta kesadaran masyarakat maupun

pemerintah untuk dapat melakukan pola perencanaan yang terarah dan memadai

seperti pembangunan dan pengembangan hutan kota dalam rangka semakin

meningkatnya jumlah penduduk di kota serta semakin banyaknya jumlah

angkutan umum khususnya angkot di Kota Bogor.

Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak 3.455 unit dengan 29

trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak 3.506 angkot dengan 22

trayek 2.768 unit angkot pada tahun 2005. Angka ini menyebabkan polusi besar di

Kota Bogor dan merupakan salah satu penyebab global warming yang saat ini

marak dibicarakan. Oleh karenanya, maka diperlukan luas hutan dapat berupa

hutan kota, hutan rakyat, kebun raya, hutan raya dan halaman rumah (Endes 1992)

yang dapat mengimbangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sebagai bentuk

pencemaran udara agar kondisi lingkungan tetap stabil dan kebutuhan konsumen

akan oksigen dapat tercukupi.

Agar pembaca dapat memahami pentingnya pembangunan hutan kota

untuk mengimbangi kebutuhan oksigen penduduk khususnya Kota Bogor karena

setiap tahun terjadi peningkatan pembangunan yang berdampak pada alih fungsi

lahan dan juga mengakibatkan terjadi peningkatan jumlah kendaraan khususnya

angkot (angkutan kota) sehingga terjadi peningkatan emisi yang menyebabkan

pencemaran udara serta kendaraan bersaing dengan manusia untuk memanfaatkan

2

oksigen. Keseimbangan ketersediaan lahan bervegatasi, dilakukan dengan

menghitung ketersediaan dan kebutuhan oksigen.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tulisan ini memiliki tujuan untuk menentukan luas lahan hutan minimal

dalam menyediakan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan manusia dan

kendaraan umum (angkot) serta mengabsorpsi gas buangan CO2.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan kota yang merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan

pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah

negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang

berwenang (PP No. 63 tahun 2002).

Sesuai dengan peruntukannya, hutan kota dapat dibangun dalam beberapa

bentuk di antaranya yaitu, ruang hijau pertamanan kota, ruang hijau rekreasi kota,

ruang hijau stadion olah raga, ruang hijau pemakaman, ruang jalur hijau (green

belt), ruang hijau taman hutan raya, ruang hijau kebun binatang, ruang hijau hutan

lindung, ruang hijau penggunaan lain (APL), ruang hijau kebun raya, dan ruang

hijau kebun dan halaman di lingkungan perumahan, perkantoran, pertokoan,

pabrik, terminal, dan sebagainya (Endes 1992).

Hutan kota memiliki multi fungsi sebagai identitas kota, pelestarian

plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan

penjerap partikel timbal dan debu industri, peredam kebisingan, mengurangi

bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida, penyerap karbondioksida dan

penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi

penggenangan, mengatasi instrusi air laut, produksi terbatas, ameliorasi iklim,

pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan

keindahan, habitat burung, mengurang stres, mengamankan pantai terhadap

abrasi, merupakan daya tarik domestik maupun mancanegara, serta sarana hobi

dan pengisi waktu luang (Samsoedin dan Subiandono 2007).

Secara rataan, dalam setiap pohon dapat menyerap karbon sebanyak 1 ton.

Dari data yang didapatkan, setiap manusia memerlukan oksigen sebanyak 175,244

kg/tahun. Pohon sehat dengan tinggi sekitar 9,75 meter mampu menghasilkan

oksigen sebanyak 118,040 kg/tahun (Jalal 2007). Dalam 1 (satu) acre pepohonan

bisa mencukupi oksigen untuk kebutuhan 18 (delapan belas) orang dan menyerap

karbondioksida dari mobil yang berjalan sekitar 26.000 mil atau sekitar 41.834

4

km. Pohon besar menyerap kira-kira sebesar 120-240 pounds partikel kecil atau

gas polutan. Hanya tumbuhanlah yang menghasilkan oksigen di bumi ini sehingga

sewajarnya melestarikannya.

Karbondioksida CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca dan karena

berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, menyebabkan terjadinya

pemanasan global dan perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat

dramatis sejak dimulainya revolusi industri, dimana berdasarkan pengukuran

Mauna loa, CO2 di atmosfer meningkat sekitar 31 % dari 288 ppm pada masa pra-

revolusi menjadi 378 ppm pada tahun 2004 (Keeling dan Whorf 2004 dalam

Heriansyah 2004).

Termasuk dalam kategori mobil berpenumpang kecil, berbahan bakar

bensin. Dengan demikian, menurut Wisesa (1988) kendaraan penumpang

membutuhkan oksigen sebesar 11,63 kg/jam.

Menurut Bernatzky (1978) pohon dengan tinggi 25 m dan diameter tajuk

15 m, akan mempunyai luas tutupan tajuk 160 m² dan luas permukaan daun

sebesar 1600 m², akan menghasilkan oksigen sebanyak 1712 gram. Sedangkan

untuk 1 ha lahan hijau dengan total luas permukaan daun 5 ha akan membutuhkan

900 kg CO2 untuk melakukan fotosintesis selama 12 jam, dan pada waktu yang

sama akan menghasilkan 600 kg O2.

Selain manusia, kendaraan bermotor juga membutuhkan oksigen untuk

proses pembakaran bahan bakar. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

pembakaran tersebut tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis bahan bakar

yang digunakan, jumlah bahan bakar yang dibutuhkan, daya kendaraan, dan

lamanya waktu pemakaian (Arismunandar 1980).

LAMPIRAN

16

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana Program

KETUA PELAKSANA

Nama lengkap : Nur Illiyyina Syarif

Tempat, tanggal lahir : Sinjai, 14 Maret 1988

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Darmaga No.45 Bogor

Telp/HP : 085217454541

Fakultas / Departemen : Kehutanan / Manajemen Hutan

Mayor : Manajemen Hutan

NIM : E14063341

Riwayat Pendidikan

1993 – 1994 TK Aisyiah Bustanul Ahfal Sungguminasa

1994 – 2000 SD Negeri 6 Sungguminasa

2000 – 2003 SLTP Negeri I Sungguminasa

2003 – 2006 SMA Negeri I Sungguminasa

2006 – sekarang Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

2001 – 2003 Anggota Pramuka SLTP Negeri I Sungguminasa

2001 – 2003 Anggota Seksi Bidang Keagamaan OSIS SLTP Negeri I

Sungguminasa

2004 – 2006 Anggota PMR SMA Negeri I Sungguminasa

2006 – sekarang Anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Sulawesi

Selatan

2007 – sekarang Anggota Himpunan Profesi Forest Management Student

Club (FMSC) Fakultas Kehutanan IPB

ANGGOTA PELAKSANA I

Nama lengkap : Syampadzi Nurroh

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 17 November 1986

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Soewandana No. 43 Dramaga Pasar

Kecamatan Dramaga, Bogor 16680

Telp/HP : 085723512796

Fakultas / Departemen : Kehutanan / Manajemen Hutan

Mayor / Minor : Manajemen Hutan / Agronomi dan Holtikultura

NIM : E14050515

17

Riwayat Pendidikan

1992 – 1993 TK Dharma Kartini Cimahi Bandung

1993 – 1999 SD Negeri 3 Cimindi Bandung

1999 – 2002 SLTPK BPK Penabur Cimahi Bandung

2002 – 2005 SMA Negeri 1 Cibeber Cianjur

2005 – sekarang Mayor Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

2000 – 2001 Anggota Seksi Bidang Olahraga dan Seni OSIS

SLTPK BPK Penabur

2000 – 2002 Anggota Tenor Marching Band SLTPK BPK Penabur

Cimahi Bandung

2002 – 2003 Anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1

Cibeber Cianjur

2003 – 2004 Ketua Umum Botanical Garden SMA Negeri 1 Cibeber

2005 – 2006 Staf Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) TPB - IPB

2007 – sekarang Pengurus International Forestry Student Association

(IFSA) LC IPB

2007 – 2008 Ketua Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia

Forest Management Student Club

(Himpunan Profesi Manajemen Hutan)

2009- sekarang Staf Infokom Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas

Kehutanan

Prestasi dalam Bidang Karya Ilmiah

• Sepuluh Besar Finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang Ilmu

Pengetahuan Sosial di tingkat IPB (2008).

ANGGOTA PELAKSANA II

Nama lengkap : R. Rodlyan Ghufrona

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 13 Mei 1987

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Raya Cifor M500 Bubulak Rt 02 Rw 07,

Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat,

Bogor 16115

Telp/HP : 08561916796

Fakultas / Departemen : Kehutanan / Silvikultur

Mayor : Silvikultur

NIM : E44052421

18

Riwayat Pendidikan

1991 – 1992 TK Alita Bogor

1992 – 1993 Okazaki Yochien Kyoto Japan

1993 – 1999 SD Negeri Panaragan Kidul 2 Bogor

1999 – 2002 SLTP Negeri 4 Bogor

2002 – 2005 SMA Negeri 1 Bogor

2005 – sekarang Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

1999 – 2001 Bendahara Umum Bina Ksatria Cita (BKC) Dojo Bushido

2000 – 2001 Pengurus OSIS Seksi Bidang IV SLTP Negeri 4 Bogor

2000 – 2001 Pengurus Karya Ilmiah Remaja (KIR) SLTPN 4 Bogor

2002 – 2003 Anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Bogor

2002 – 2003 Tim Perencana Dana Usaha DKM SMA Negeri 1 Bogor

2003 – 2004 Tim Pelaksana Dana Usaha DKM SMA Negeri 1 Bogor

2006 – 2008 Anggota Sopran Paduan Suara Fakultas Kehutanan IPB

2007 – 2008 Ketua Divisi Paduan Suara Komunitas Seni Budaya

Masyarakat Roempoet (KSBMR) Fakultas Kehutanan IPB

2008 – 2009 Pelatih Divisi Degung Komunitas Seni Budaya

Masyarakat Roempoet (KSBMR) Fakultas Kehutanan IPB

Prestasi dalam Bidang Karya Ilmiah

• Sepuluh Besar Finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang

Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat IPB (2008)

• Penerima Pendanaan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Bidang

Penelitian (PKMP) Tahun 2009 oleh DIKTI dengan judul “Pemanfaatan

Limbah Kol sebagai Bahan Aktif Pembuatan Kompos dalam Upaya

Penanggulangan Sampah Organik”