Upload
sttpln
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman modern ini, energi listrik
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa
dihilangkan. Faktanya di setiap aspek kegiatan selalu
tidak lepas dari energi listrik. Contoh kecilnya saja
telepon genggam sampai mesin elektronik di kantor
maupun di rumah tangga. Telepon genggam atau sekarang
disebut smartphone, sangat membutuhkan energi listrik
untuk mengisi ulang baterainya agar tetap bisa terus
digunakan. Apabila energi listrik tidak ada maka semua
peralatan dan kegiatan apapun yang bergantung dari
energi listrik, tidak berfungsi untuk digunakan dan
tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Kegiatan menghasilkan listrik merupakan proses
panjang yang terlihat mudah namun sangat rumit dan
perlu penganganan yang handal. Proses menghasilkan
likstrik ini, berawal dari pembangkitan sampai ke
pendistribusian ke konsumen. Proses tersebut tidak
semudah menyalakan lampu dengan memanfaatkan energi
listrik. Dari proses pembangkitan dengan mengkonversi
suatu bentuk energi tertentu menjadi energi listrik.
Energi listik yang dihasilkan dari pembangkitan itu
dialirkan ke area distribusi menggunakan transmisi
tegangan tinggi untuk mengurangi loses atau kerugian –
kerugian energi yang terjadi akibat perjalanan
mentransmisikan energi dengan jarak yang jauh. Hingga
pendistribusian dari stasiun listrik atau biasa disebut
Gardu Induk dan Gardu distribusi dengan membagi jalur
energi listrik menjadi banyak jaringan, mengubah
tegangan listrik yang saat melewati jalur transmisi
mempunyai tegangan tinggi menjadi tegangan rendah
sehingga tidak membahayakan pengguna.
PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap)
merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi
untuk mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan
bakar dan udara) menjadi energi listrik yang
bermanfaat. Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan
penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan
energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di
PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam
Generator) sehingga menjadi uap. Uap inilah yang akan
digunakan untuk memutar sudu (baling-baling) turbin
uap.
PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian
Selatan Sektor Pembangkitan Keramasan terhubung dalam
suatu salah satu penopang sistem kelistrika di Sumatera
Bagian Selatan. Sektor Pembangkitan Keramasan memiliki
2 unit PLTGU yang baru yaitu unit # 1 dan unit # 2
dengan kapasitas 2x 40 MW. PLTGU Keramasan Menggunakan
sistem Combine Cycle (tanpa demper) berbahan bakar gas,
dimana Exhaust (gs buang) PLTG dimanfaatkan untuk pemanas
air di boler atau HRSG (Heat Recovery Steam Generator) yang
berfungsi untuk memutar steam turbin.
Unit PLTGU keramasan ini memiliki permasalahan
dalam penyediaan air untuk proses pendinginan yang
dilakukan pada cooling tower. Hal ini dikarenakan air
sumber berasal dari sungai dan dialirkan ke cooling
tower tanpa adanya proses pengolahan terlebih dahulu.
Air sungai yang di jadikan air baku ini berasal dari
sungai Keramasan dimana memiliki tingkat kekeruan yang
berubah-ubah yang di pengaruhi cuaca.
Air pendingin cooling tower ini sangat berperan
penting untuk menjamin kelangsungan unit pembangkit
tersebut. Karena pada hakikatnya suatu unit pembangkit
thermal dimana pembangkit tersebut mengalami proses
pemanasan maka dibutuhkan suatu sistem untuk
mendinginkan peralatan-peralatan pembangkit yang
mengalami pemanasan tersebut. Hal ini mendorong saya
untuk membahas mengenai “Sistem Air Pendingin Cooling Tower
PLTGU Keramasan” sebagai laporan kerja magang pada unit
PLTGU ( Pembangkit Listrik Tenaga gas dan uap) di PT.
PLN (Persero) sektor keramasan.
1.2. Batasan Masalah
Melihat keterbatasan materi dan waktu yang ada
serta luasnya permasalahan agar nantinya tidak terjadi
kerancuan dalam penyusunan proyek akhir ini, maka
perlu adanya pembatasan masalah. Penulis membatasi
pembahasan hanya menyangkut tentang “Sistem Air Pendingin
Cooling Tower PLTGU Keramasan” yang terdiri dari indikasi
masalah, proses pendinginan peralatan yang dilalui oleh
air cooling tower.
1.3. Tujuan dan Manfaat Kerja Magang
Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah
wajib yang ada dalam kurikulum akademis Program Studi
Jurusan Teknik Mesin STT – PLN serta sebagai salah satu
syarat untuk menempuh tugas akhir dalam rangka
mendapatkan gelar diploma dan strata teknik di Jurusan
Teknik Mesin.
Adapun tujuan khusus dari Kerja Praktek ini adalah
:
1.3.1. Bagi mahasiswa
Untuk memperoleh pengalaman secara langsung
dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang didapat dalam dunia perkuliahan.
Untuk melatih kemampuan mahasiswa dalam
menganalisis permasalahan yang ada di
lapangan berdasarkan teori yang sudah
diperoleh selama kuliah.
Untuk menambah wawasan dalam dunia kerja
sehingga ketika terjun ke dunia kerja yang
sebenarnya diharapkan mampu beradaptasi
dengan cepat.
1.3.3. Bagi Institusi Pendidikan
Menjalin kerja sama antara perguruan tinggi
dengan industri.
Mendapatkan bahan masukan tentang system
pengajaran yang lebih sesuai dengan
lingkungan kerja yang sebenarnya.
Untuk meningkatkan kualitas dan pengalaman
lulusan yang dihasilkan.
1.3.3. Bagi Perusahaan
Membina hubungan yang baik dengan pihak
institusi perguruan tinggi dan mahasiswa.
Untuk merealisasikan partisipasi dunia usaha
terhadap pengembangan dunia pendidikan.
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
Kerja Praktek ini adalah :
1. Mengetahui prinsip kerja komponen dan
pengoperasian pembangkit listrik tenaga gas dan
uap (PLTGU).
2. Memahami proses pendinginan pada air pendingin
cooling tower.
3. Mengadakan pengamatan dan penelitian tentang
penerapan teori yang telah didapat dengan kondisi
nyata (riil).
4. Memperoleh pengalaman operasional dari suatu
industri dalam penerapan dari perekayasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan
bidang ilmu Teknik Mesin.
5. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas akhir.
1.4. Kerangka Pemecahan Masalah
1. Apa saja komponen utama PLTGU?
2. Pengoperasian mesin PLTGU (Combine Cycle)
3. Sistem Kerja Air Pendingin Cooling Tower PLTGU
Keramasan
1.5. Sistematika Penulisan
Laporan kerja magang ini terdiri dari beberapa
bab, yang kemudian dibagi kembali menjadi beberapa sub
bab. Bab satu berkenaan dengan pendahuluan, terdiri
dari latar belakang, batasan masalah, tujuan dan
manfaat kerja magang, kerangka pemecahan masalah dan
sistematika penulisan. Bab dua menjelaskan gambaran
umum perusahaan, terdiri dari profil perusahaan, proses
produksi serta organisasi dan manajemen perusahaan.
Pada bab tiga, penulis menguraikan tentang kegiatan
selama melakukan kerja magang. Landasan teori penulis
jelaskan pada bab empat, berkenaan dengan tinjauan
pustaka dan analisis permasalahan. Terakhir pada bab
empat, sebagai penutup, penulis memberikan tanggapan
dan saran sekaligus menyimpulkan hal yang berkaitan
dengan kerja magang.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Profil Perusahan
2.1.1 Visi dan Misi
VISI
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang
bertumbuh kembang, unggul,dan percaya dengan
bertumpu pada potensi insan.
MISI
Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain
yang terkait , berorientasi pada kepuasan
pelanggan , anggota perusahaan dan pemegang
saham.
• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk
menigkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi
pendorong kegiatan ekonomi.
NILAI.
• Saling Percaya.
• Intergritas.
• Peduli.
• Pembelajaran.
MOTO
“ LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK “
2.1.2 Sejarah Umum
Gambar 2.1 Kantor PT PLN (Persero) Sektor
Pembangkitan Keramasan
Dalam rangka meingkatkan efesiensi dan
produktivitas pengelolaan tenaga listrik dikawasan
sumatera maka Direksi PT. PLN (Persero) menetapkan
kebijakan untuk melakukan restrukrisasi organisasi
pengelola kelistrikan pengelola kelistrikan
dikawasan pulau sumatera yang saat ini
dilaksanakan oleh PT. PLN (persero) wilayah III
dan IV dengan membentuk unit Organisasi
pembangkitan Sumatera Bagian Selatan berdasarkan
keputusan direksi PT. PLN (Persero) No.
177.K/010./DIR/2004 tanggal 24 Agustus 2004.
Tujuan pokok kantor Induk PT PLN (Persero)
Pembangkitan adalah mengusahakan pembangkitan dan
penyedian listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai serta melakukan usaha sesuai dengan kaidah
ekonomi yang sehat, memperhatikan kepentingan
stake holder serta meningkatkan kepuasan
pelanggan. Wilayah kerja kantor induk PT. PLN
(Persero) pembangkitan Sumatera Bagian Selatan
meliputi 8 Sektor Pembangkitan, yaitu :
a. Sektor Pembangkitan Bukit Tinggi.
b. Sektor Pembangkitan Ombilin.
c. Sektor Pembangkitan Bukit Asam.
d. Sektor Pembangkitan Keramasan.
e. Sektor Pembangkitan Bengkulu.
f. Sektor Pembangkitan Bandar lampung.
g. Sektor Pembangkitan Tarahan.
h. Sektor Pembangkitan Jambi.
Pembentukan PLN Sektor Keramasan dilaksanakan
pada tanggal 1 Januari 1975, yaitu setelah
selesainya pembangunan dan trial operasi PLTU unit I
dan unit II. Pambangunan PLN Sektor Keramasan pada
mulanya diawali dengan perencanaan pembangunan
unit PLTU Keramasan yaitu pada tahun 1962, dimana
pada saat itu kemampuan dari PLTD Boom Baru
(dibawah pengelolaan PLN Cabang Palembang) tidak
dapat lagi memenuhi permintaan tenaga listrik
untuk para konsumen.
Pada tahun 1963 dimulai dengan pelaksanaan
pembangunan berupa penyediaan tanah, penimbunan
rawa-rawa dan penyediaan tempat penampungan bahan
baku yang didatangkan dari Yoguslavia. Pada tahun
1964 – 1968, kegiatan pembangunan mengalami slow
down, akibat tidak tersedianya dana pembangunan.
Setelah ditetapkannya proyek Pusat Listrik
Tenaga Uap (PLTU) keramasan sebagai salah satu
bagian dari proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita)
I Nasional (1 April 1969) tahap demi tahap
dilanjutkan pembangunannya sampai tahun 1974.
Dalam usaha mempertinggi kehandalan pembangkitan,
maka pada tahun 1968 dimulai pengembangan Pusat
Listrik Tenaga Gas (PLTG) unit I yang terletak di
Boom Baru, kemudian pada tahun 1975 dibangun Pusat
Listrik Tenaga Gas (PLTG) unit II di keramasan dan
tahun 1979 PLTG unit III yang juga terletak di
keramasan.
Kemudian demi memenuhi kebutuhan listrik di
wilayah sumatera bagian selatan karena PLTU I dan
II Keramasan berhenti operasi tanggal 15 Desember
2012. Sebelumnya,pada tanggal 22 Maret 2011,
dilakukan penandatanganan kontrak pembangunan
PLTGU I dan II, dimana PT PLN (Persero) mengandeng
Marubeni Corp sebagai kontraktor dengan nilai
kontrak mencapai ± satu miliyar. Hal ini bertujuan
untuk menggantikan peran PLTU unit I dan II
Keramasan yang akan stop beroperasi. Lalu dua
tahun setelah setelahnya, dua blok PLTGU
berkapasitas 2x40 MW yang berada 3 km dari pusat
kota Palembang ini selesai dibangun dan melakukan
komisioning pada tanggal 31 Desember 2013.
Sehingga sekarang, mesin pembangkit listik
yang dikelola oleh Pusat Listrik dan Unit
Penyaluran Keramasan, dibawah Sektor Pembangkitan
Keramasan adalah:
PLTG I dan II berkapasitas 2x13 MW (Dalam
Perbaikan).
PLTG III Keramasan berkapasitas 18 MW.
PLTG Talang Duku 1x20 MW dan 1x14 MW
PLTG Jakabaring 3x20 MW.
PLTGU I dan II Keramasan berkapasitas 2x40
MW.
2.1.3 Ruang Lingkup Kinerja Perusahaan
Di wilayah Pembangkitan Sumatera Bagian
Selatan (KIT-SBS), sektor pembangkitan Keramasan,
ialah salah satu pusat listrik vital yang
mensuplai kebutuhan listrik di Sumatera Selatan.
Sektor pembangkitan Keramasan ini, membawahi tiga
pusat listrik yaitu, pusat listrik Keramasan,
pusat listrik Indralaya dan pusat listrik Merah
Mata.
2.1.4. Sistem Manajemen Mutu yang Digunakan
Gambar 2.3 Sistem Manajemen Mutu PT PLN Persero
Sektor Pembangkitan Keramasan.
Dalam menjalankan kegiatannya, PT. PLN
(Persero) Sektor Pembangkitan Keramasan telah
menerapkan standar ISO 9001, 14001 & SMK3 yang
dilengkapi dengan perangkat kerja yang disusun
dalam satu susunan organisasi.
2.2. Proses Produksi
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU) adalah gabungan dari PLTG dan PLTU untuk
menghasilkan listrik. Perjalanan menghasilkan ini
berawal dari udara atmosfir dihisap masuk dan
dikompressi didalam kompressor sampai tekanan tertentu,
kemudian dialirkan masuk kedalam ruang bakar. Didalam
ruang bakar, bahan bakar dibakar sehingga udara tadi
memuai dan keluar ruang bakar dengan kecepatan yang
tinggi. Udara / gas panas dengan kecepatan tinggi masuk
kedalam turbin, sehingga mampu mendorong sudu sudu
turbin untuk berputar. Gas panas keluar turbin dibuang
ke udara atau dimanfaatkan untuk diambil energinya guna
membangkitkan uap atau lainnya. Tenaga yang diperoleh
didalam turbin sebagian besar digunakan untuk memutar
kompressor dan sisanya untuk memutar generator listrik
atau peralatan lainnya. Kemudian di dalam generator
turbin gas tersebut diubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Pada pembangkit ini, panas hasil
pembakaran di dalam turbin gas tersebut dimanfaatkan
untuk memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Generator)
sehingga menjadi uap. Uap inilah yang akan memutar
turbin uap. Setelah itu, putaran dari turbin uap akan
memutar generator turbin uap yang mengubah energi
mekanik menjadi energi listrik. Energi listik yang
dihasilkan dari pembangkitan tersebut dialirkan ke area
distribusi menggunakan transmisi tegangan tinggi untuk
mengurangi loses atau kerugian – kerugian energi yang
terjadi akibat perjalanan mentransmisikan energi dengan
jarak yang jauh. Hingga pendistribusian dari stasiun
listrik atau biasa disebut Gardu Induk dan Gardu
distribusi dengan membagi jalur energi listrik menjadi
banyak jaringan, mengubah tegangan listrik yang saat
melewati jalur transmisi mempunyai tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah sehingga tidak membahayakan
pengguna.
Untuk pembangkit termis, pemakaian bahan bakar
sehingga dapat dihitung efisiensi unit pembangkit dalam
menghasilkan listrik (Spesific Fuel Consumption) adalah
pemakain bahan bakar yang digunakan untuk
membangkitkan/memproduksi setiap satu tenaga listrik
(kWh), adapun rumusnya:
SFC=pemakaianbahanbakarjumlahproduksikWh
2.3. Organisasi dan Manajemen Perusahaan
PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Keramasan
memiliki tipe struktur organisasi line and staff dan
dikepalai oleh seorang manajer sektor yang membawahi
asisten manajer engineering, asisten manajer operasi,
asisten manajer pemeliharaan dan asisten manajer SDM &
administrasi.
Manajer sektor bertugas merumuskan rencana dan
program kerja, membina bawahan, mengkoordinir dan
mengarahkan kegiatan di lingkungan sektor serta
mengendalikan penggunaan sumber daya manusia agar
efisien dan efektif dalam memproduksi tenaga kerja.
Adapun tugas masing-masing Asisten Manajer adalah
sebagai berikut :
Asisten Manajer Engineering.
Asisten manajer engineering merupakan jabatan
struktural. Asisten manajer engineering
bertugas menyusun rencana kerja,
mendistribusikan tugas, memberi petunjuk
kegiatan bagian engineering, mengkoordinasikan
penyusunan rencana pengoperasian dan
pemeliharaan termasuk minyak pelumas. Selain
itu, bagian engineering juga mengendalikan
pengelolaan lingkungan hidup.
Asisten Manajer Operasi / Pemeliharaan.
Asisten manajer operasi / Pemeliharaan
membawahi supervisor produksi PLTU/PLTG A, B,
C, D, supervisor operasi, supervisor bahan
bakar. Asisten manajer operasi / Pemeliharaan
bertugas mengkoordinir kegiatan pusatan tenaga
listrik, agar dapat terlaksana secara optimal
serta mengevaluasi pengoperasian dan
pemeliharaan pembangkitan tenaga listrik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari
proses pembangkitandan membawahi supervisor
pemeliharaan mesin, supervisor pemeliharaan
listrik, supervisor har kontrol & instrument.
Asisten manajer operasi / pemeliharaan
bertugas mengkoordinir pemeliharaan mesinr
listrik dan instrument agar proses operasi
terlaksana secara optimal untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dari proses
pembangkitan.
Asisten Manajer SDM & Administrasi.
Asisten manajer SDM & administrasi membawahi
supervisor sekretariat dan umum, supervisor
kepegawaian dan diklat, supervisor anggaran
dan keuangan, supervisor akuntansi, supervisor
perbekalan. Adapun tugas dari asisten manajer
tata usaha adalah menyusun rencana kerja
bagian tata usaha sebagai pedoman kerja,
mengkoordinir tugas-tugas seksi di lingkungan
bagian tata usaha, mengkoordinir penyusunan
rencana anggaran operasi, usulan investasi dan
anggaran intarisasi tahunan, serta menyusun
konsep usulan pengangkatan pegawai.
BAB III
PENEMPATAN3.1. Uraian Kegiatan
Nama Perusahaan : PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Bagian Selatan Sektor Pembangkitan
Keramasan Pusar Listrik Keramasan.
Alamat : Jalan Abikusno Cokrosuyoso
No. 24 Kelurahan Kemang Agung, Kertapati,
Palembang, Sumatera Selatan.
Waktu Pelaksanaan : Dari tanggal 2 Februari s/d
30 April 2015
Tabel 3.1 Kegitan Minggu Pertama
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 2 Februari
2015- Konfirmasi
perihal kerja
magang di PT PLN
(Persero) Sektor
Pembangkitan
Keramasan Pusat
Listrik
Keramasan.
- Pengarahan
tentang ruang
lingkup PT PLN
(Persero) Sektor
Pembangkitan
Keramasan Pusat
Listrik
Keramasan.
- Perkenalan dengan
operator dan
supervisior unit
operasi PLTGU I &
II.
Kantor PL
Keramasan.
Control
Room PLTGU
2. 3 Februari
2015- Melakukan Change
Over komponen
PLTGU I & II
Unit PLTGU
3. 4 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
4. 5 Februari
2015- Mengontrol
kerusakan Filter
Local WTP
Pump A & B
(Trip).
5. 6 Februari
2015- Pembersihan tube-
tube kondensor.
- Change Over
Stainer ACWP.
Local
kondensor.
Local
ACWP.
Tabel 3.2 kegiatan minggu kedua
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 9 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
2. 10 Februari
2015- Changer Over
Stainer ACWP.
Local ACWP
3. 11 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
4. 12 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
5. 13 Februari
2015- Izin
Tabel 3.3 kegiatan minggu ketiga
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 16 Februari
2015- Izin
2. 17 Februari
2015- Changeover
berkala komponen
PLTGU I & II.
Local
PLTGU
3. 18 Februari
2015- Sakit
4. 19 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
5. 20 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
Tabel 3.4 kegiatan minggu keempat
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 23 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
2. 24 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
3. 25 Februari - Mengamati Lokal
2015 departemen
pemeliharaan
memperbaiki vacum
pump condenser
unit #2
Vacum Pump
4. 26 Februari
2015- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
5. 27 Februari
2015
- Memperhatikan
operator mengisi
logsheet.
CCR PLTGU
Tabel 3.5 kegiatan minggu kelima
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 2 Maret 2015 - Konfirmasi
perihal
pemindahan kerja
magang dari
departemen
operasi ke
departemen
pemeliharaan.
Kantor PL
Keramasan
2. 3 Maret 2015 - Membersihkan
filter ACW.
Local
PLTGU II
- Pengelasan elbow
pipa drain water
treatment plant.
- Memeriksa
gangguan GT unit
2 (trip).
- Mengencangkan
baut valve BFP
Suction karena
kebocoran.
- Mengganti packing
valve pipa CPM.
Local
PLTGU II
3. 4 Maret 2015 - Izin.
4. 5 Maret 2015 - Observasi data.
- Studi literatur.
Kantor HAR
HRSG
5. 6 Maret 2015 - Senam pagi
- Observasi data.
- Studi literatur.
Lapangan
Kantor HAR
HRSG
Tabel 3.6 kegiatan minggu keenam
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 9 Maret 2015 - Observasi data.
- Studi literatur.
- Mengerjakan
Kantor HAR
HRSG
laporan kerja
magang.
2. 10 Maret 2015 - Pembersihan
filter ACWP.
- Observasi data.
- Studi literatur.
3. 11 Maret 2015 - Mengolah data dan
mengerjakan
laporan kerja
magang.
Kantor HAR
HRSG
4. 12 Maret 2015 - Menggali data
untuk laporan
kerja magang
dengan metode
wawancara.
- Mencatat dan
mengolah data
untuk laporan
kerja magang.
Kantor HAR
HRSG
Local
cooling
tower
5. 13 Maret 2015 - Gotong-royong
pembersihan
lingkungan PLTG
III.
- Diskusi kelompok.
PLTG III
Kantor HAR
HRSG
Tabel 3.7 kegiatan minggu ketujuh
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 16 Maret 2015 - Pembersihan
filter ACWP.
- Mengerjakan
laporan kerja
magang.
2. 17 Maret 2015 - Studi liretature.
- Observasi data.
- Mengerjakan
laporan kerja
magang.
3. 18 Maret 2015 - Studi liretature.
- Observasi data.
- Mengerjakan
laporan kerja
magang.
4. 19 Maret 2015 - Studi liretature.
- Mengerjakan
laporan kerja
magang.
5. 20 Maret 2015 - Izin
Tabel 3.8 kegiatan minggu kedelapan
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 23 Maret 2015 - Pembersaihan
filter ACWP.
2. 24 Maret 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
3. 25 Maret 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
4. 26 Maret 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
5. 27 Maret 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
Tabel 3.9 kegiatan minggu kesembilan
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 30 Maret 2015 - Izin
2. 31 Maret 2015 - Izin
3. 1 April 2015 - Izin
4. 2 April 2015 - Izin
5. 3 April 2015 - Izin
Tabel 3.10 kegiatan minggu kesepuluh
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 6 April 2015 - Pembersihan
filter ACWP.
- Pemasangan
Blowdown Pump
Discharge
Pressure (A) yang
telah diperbaiki.
2. 7 April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
3. 8 April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
4. 9 April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
5. 10 April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
Tabel 3.11 kegiatan minggu kesebelas
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 13April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
2. 14 Maret 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
3. 15 April 2015 - Mengecek
kebocoran filter
oil Hydrolic Pump
Steam Turbin.
- Mengecek
kebocoran uap
dari casing Steam
Turbin.
4. 16 April 2015 - Izin
5. 17 April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
Tabel 3.12 kegiatan minggu keduabelas
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 20April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
2. 21April 2015 - Mengerjakan
laporan kerja
magang.
3. 22 April 2015 - Izin
4. 23 April 2015 - Membersihkan
Cartridge Filter
WTP.
- Mengganti packing
valve air dari
sungai dan tower
WTP PLTU lama.
5. 24 April 2015 -
Tabel 3.13 kegiatan minggu ketigabelas
No
.
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
1. 27 Maret 2015 -
2. 28 Maret 2015 -
3. 29 April 2015 -
4. 30 April 2015 -
3.2. Organisasi dan Manajemen Departemen
3.2.1. Departemen Operasi
Dalam sebuah manajemen operasi diperlukan
tenaga profesional dan tertib, guna menjamin
tersedianya pasokan listrik secara kontinyu 24 jam
sehari. Sehingga rencana pengoperasian yang telah
dibuat sebelumnya dapat berjalan dengan baik.
Departemen inilah yang bertanggung jawab, berperan
sangat penting mulai dari Start Up sampai
diputuskannya unit harus trip karena suatu hal
gangguan. Praktis diperlukan tenaga perofesional
yang siap kerja beregu dan secara shift bergantian.
3.2.1.1. Fungsi dan Peran
Melakukan Start unit.
Membuat logsheet.
Melakukan Changeover dua minggu sekali.
Melakukan pembersihan kondensor.
Mengatur sistem kontrol unit.
Menjaga parameter-parameter yang
berkaitan dengan operasi sesuai dengan
set point.
Memanaskan mesin diesel Stand By dua
minggu sekali.
Memutuskan jika sewaktu-waktu unit
harus trip karena suatu hal gangguan.
Melakukan shift meeting, yaitu rapat
pergantian shift dengan melapor hal-hal
yang berkaitan dengan pengoperasian.
Melakukan Shut Down unit.
3.2.1.2. Jumlah Tenaga Kerja
Di pimpin oleh seorang supervisior
operasi, petugas-petugas yang disebut
operator ini, biasa bekerja di dalam Central
Control Room (CCR) secara beregu dipimpin oleh
seorang supervisior regu. Di PLTGU Keramasan,
operator terbagi menjadi empat regu (A, B, C,
D), dimana masing-masing regu berisi sepuluh
orang yang tediri dari enam pegawai tetap dan
empat pekerja Outsourcing.
Tapi tidak semua operator bekerja di
CCR. Pada lokal Water Treatment Plant(WTP),
terdapat satu orang pegawai dan satu orang
pekerja Outs.Tanggung jawab mereka terfokus
pada menyediaan air pengisi dan
mempertahankan kualitasnya dalam sebuah
ruangan yang disebut Compartment WTP.
3.2.1.3. Jadwal Kegiatan dan Jam Kerja
Tabel 3.14 jadwal shift operator
Jadwal Shift
Pagi Sore Malam
Pukul 7:30 –
16:00
16-00 –
22:3022:30 – 7:30
3.2.2. Departemen Pemeliharaan
Ketersediaan, keandalan dan efisiensi adalah
pokok-pokok penting dalam sebuah unit bisnis
pembangkitan. Pengoperasian non-stop pada kondisi
yang berubah-ubah, kelalaian dalam pengoperasian
sampai unit yang menurun performanya adalah sedikit
dari sekian banyak permasalahan yang terjadi pada
pusat listrik. Sekelumit masalah tersebut dapat
dicegah atau paling tidak ditanggulangi dengan
melakukan pemeliharaan yang terstruktur dan
terjadwal dengan baik.
3.2.1.1. Fungsi dan Peran
Begitu banyak gangguan yang terjadi pada
pusat listrik karena mencakup semua komponen
tanpa terkecuali. Maka daripada itu dalam
manajemen pemeliharaan, atau yang biasa
disingkat HAR, pada PLTGU Keramasan, terbagi
menjadi beberapa bagian.
Tabel 3. 15 manajemen pemelihataan PLTGU I/II
Keramasan.
Bagian Fungsi dan Peran
Pemeliharaan Turbin Mempertahankan
efisiensi keandalan
dan umur ekonomis
turbin.
Memperbaiki Spare
Part yang berkaitan
dengan siklus
udara-gas.
Mengganti Spare Part
yang berkaitan
dengan siklus
udara-gas.
Pemeliharaan HRSG
Memperbaiki atau
mengganti Spare Part
pada HRSG.
Termasuk juga
pompa, valve, pipa
serta drum yang
berkaitan dengan
siklus air-uap.
Melakukan
pembersihan pada
filter Auxillary
Cooling Water
System (ACWP).
Pemeliharaan
Trasformator dan
Generator
Melakuakan
pemeliharaan yang
berkaitan dengan
kelistrikan arus
tinggi.
Pemeliharaan Motor
Listrik
Melakukan
pemeliharaan dan
perbaikan pada
motor-motor
penggerak pompa
yang terdapat pada
pusat listrik.
Pemeliharaan Kontrol
dan Instrumen
Melakukan
pemeliharaan alat
yang berhubungan
dengan sistem
kendali pada unit.
Bertanggung jawab
melaukan
pemeliharaan dan
perbaikan pada
komponen-komponen
yang berhubungan
dengan arus lemah.
3.2.1.2. Jumlah Tenaga Kerja
Dikepalai oleh seorang supervisior
pemeliharaan, pada setiap bagian
pemeliharaan, terdapat koordinator yang
mengepalai masing-masing bagian, dibantu oleh
dua helper.
3.2.1.3. Jadwal Kegiatan dan Jam Kerja
Jadwal kegiatan petugas HAR, terjadi
menjadi dua, yaitu menjalankan Schadule
pemeliharaan yang telah ditentukan pada
Operation and Maintenance Book dan menjalankan
tugas atas permintaan operator karena kondisi
tertentu. Seperti pembersihan filter
Auxillary Cooling Water System (ACWP) dan Clarifier
Plate yang tak tentu berdasarkan kondisi air
sungai.
Tidak ada shift pada bagian HAR. Petugas
pemeliharaan bekerja pada waktu normal pukul
07:30 sampai 16:40. Namun, jika sesuatu hal
darurat terjadi pada pusat listrik, pada hari
libur pun petugas pemeliharaan harus siap
bekerja untuk menyelesaikan gangguan yang
terjadi.
BAB IV
TEORI DAN PENERAPAN4.1. Tinjauan Pustaka
Pusat listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) atau
dikenal juga dengan Combine Cycle Power Plant (Pusat
Listrik dengan Siklus Gabungan) ada merupakan gabungan
antau PLTG dan PLTU. Gas panas keluar turbin gas yang
suhunya relatif tinggi, (500o C) digunakan untuk
memnaskan ait dan memproduksi uap yang kemudian
digunakan untuk mendorong sudu-sudu turbin generator
untuk menghasilkan listrik. Dengan demikian diperoleh
effisien gabungan yang lebih tinggi dibandingkan
effisiensi masing-masing PLTU maupun PLTG.
Proses pemanasan air dan pembentukan uap terjadi
di Heat Recovery Steam Generator (HRSG) yang berfungsi
menggantikan boiler seperti pada PLTU. HRSG sebagai
penukar kalor, akan memindahkan panas yang terkandung
dalam gas bekas ke air dan uap. Karena sebagai penukar
kalor, HRSG harus memiliki luasan yang besar untuk
menangkap sebagian besar panas. Untuk memenuhi tujuan
tersebut, konstruksi HRSG terdiri dari pipa-pipa yang
dilengkapi sirip diseluruh luasannya.
Gambar 4.1 Susunan pusat listrik tenaga gas dan uap.
Di dalam PLTGU terjadi dua siklus sekaligus.
Siklus udara dan gas panas yang berlangsung di dalam
turbin gas atau yang lebih dikenal dengan siklus
Brayton (Gambar 4.2).
Gambar 4.2 Siklus Brayton dalam diagram p-v dan t-s.
Secara ideal prinsip kerja pada turbin gas
mengikuti siklus Brayton. Dimana dapat diketahui dari
diagram bahwa:
1 – 2 : Kompresi Isentropis.
2 – 3 : Penambahan panas pada tekanan konstan.
3 – 4 : Ekspansi Isentropis.
4 – 1 : Pembuangan panas pada tekanan tetap.
Udara atmosfer dihisap masuk ke dalam kompresor
dan dinaikkan tekanannya. Selanjutnya udara tersebut
95% mengalir ke dalam ruang bakar dan sisanya digunakan
untuk mendinginkan sudu turbin. Kemudian di dalam ruang
bakar (combustor), terjadi penambahan panas pada
tekanan konstan. Udara yang masuk ke dalam combustor
dibagi menjadi dua, 30% disebut sebagai udara primer
yang digunakan untuk proses pembakaran dan sebagian
lagi, 15% digunakan sebagai pencampur dan penurunan
suhu nyala api. Sehingga nyala api tidak membakar sudu
turbin. Disebabkan oleh pemanasan yang terjadi di ruang
bakar, maka udara dari kompresor memulai atau
berekspansi. Sehingga menghasilkan kecepatan yang
tinggi dan mampu mendorong sudu turbin gas. Tenaga
mekanik yang dihasilkan sebagian besar digunakan untuk
memutar kompresor dan sisanya digunakan untuk
menghasilkan listrik. Lalu gas panas keluar turbin
dibuang kembang ke atmosfer.
Sebagai pengganti boiler, siklus air dan uap
terjadi pada HRSG yang dikenal dengan siklus Rankine
(Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Siklus Rankine dalam diagram p-v dan t-s.
Secara ideal prinsip kerja pada HRSG mengikuti
Rankine. Dimana dari diagram bahwa:
3–4: Proses pemompaan air masuk ke dalam HRSG.
Disini tekanan bertambah tinggi dan suhu sedikit
naik.
4–1: Proses pemberian kalor dengan tekanan
konstan, menjadikan air menjadi uap panas lanjut.
Volume, suhu dan entropi bertambah tinggi.
1–2: Proses ekspansi isentropis/adiabatis uap di
dalam turbin.
2–3: Pengembunan uap kembali menjadi air.
Tanpa pengolahan bahan bakar sebagaimana lazimnya
PLTU batubara, gas sisa keluar turbin yang suhunya
relatif tinggi, digunakan untuk memanaskan air di dalam
HRSG. Proses penyerapan panas ini menyebabkan air
beruba fasa menjadi uap secara bertahap, lalu
berekspansi mendorong sudu-sudu turbin uap.Kemudian uap
keluar turbin dikondensasi sehingga menjadi air
kondensat.
Setelah penjabaran dua siklus diatas, dapat
dilihat pada gambar 4.4, gabungan antara siklus Brayton
dan Rankine yang dikenal dengan siklus kombinasi
(combine cycle).
Gambar 4.4 Siklus kombinasi dalam digram t-s. Non
Reheat (kiri), dengan Reheat (kanan).
Secara umum, dapat diketahui dari diagram bahwa:
1 – 2: Proses kompresi isentropis yang terjadi di
kompresor.
2 – 3: Penambahan panas pada ruang bakar.
3 – 4: Ekspansi terjadi pada turbin gas.
4 – 1: Proses pembuangan gas bekas yang
dimanfaatkan untuk memanaskan air di HRSG.
1’ – 2’: Proses pemompaan air pengisi.
2’ – 3’: Proses pemanasan air hingga mencapai
titik didih pada ekonomiser.
3’ – 4’: Air mendidih dipanaskan sehingga menjadi
uap kenyang di evavorator.
4’ – 5’: Proses pemanasan lanut pada superheater.
5’ – 6’: Proses ekspansi pada turbin uap.
6’ – 1’: Proses pengembunan di kondensor.
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebuah siklus
gabungan tekanan uap tunggal atau non reheat (kiri),
besarnya panas yang diberikan oleh pembakaran bahan
bakar adalah sesuai luasan 1’-2-3-6’-1 dan panas keluar
turbin gas sesuai luas 1’-1-4-6’-1 dan kerja yang
diperoleh di dalam turbin gas adalah sesuai luas 1-2-3-
4-1. Panas yang keluar turbin gas, dimanfaatkan untuk
pemanasan air dan pembentukan uap. Besarnya panas yang
bisa diserap air dan uap adalah sesuai luas 1”-2’-3’-
4’-5’-6”-1’. Panas yang dibuang di dalam siklus air uap
adalah sesuai luas 1”-1’-6’-6”-1”. Sehingga besar kerja
yang diperoleh di dalam siklus air uap adalah sebesar
luasan 1’-2’-3’-4’-5’-6’-1’.
Dilihat dari gambar diatas pula, tidak semua panas
dapat diserap di dalam HRSG karena sifat alami air dan
uap itu sendiri. Panas yang tidak bisa diserap adalah
sesuai luas 3’-4-5’-4’-3’. Untuk memperkecil jumlah
panas yang tidak dapat diserap, maka siklus air uap
dibuat dua tingkat tekanan (reheat), yaitu tingkat
rendah dan tingkat tinggi. Sebagaimana yang ditunjukkan
pada gambar diatas sebelah kanan, nampak jelas bahwa
siklus gabungan bagi sebuah PLTGU mempunyai effisiensi
yang lebih baik daripada PLTG maupun PLTU.
4.1.1. Keuntungan PLTGU
Dibandingkan jenis pembangkit lain, PLTGU
memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
1. Effisiensi lebih baik dari jenis pembangkit
yang lain. Dibandingkan PLTU yang mempunyai
effisiensi 40% dan PLTG 30%, PLTGU memiliki
effisiensi sampai 60%.
2. Biaya investasi lebih murah.
3. Masa pembangunan relatif pendek.
Dibandingkan PLTU dan PLTA.
4. Lebih mudah mengikuti fluktuasi beban.
Dibantingkan dnegan PLTU batubara yang
pembakaran bahan bakarnya lambat dan PLTN
yang dikhususkan untuk beban dasar.
5. Tidak memakan banyak tempat. Untuk pasitas
yang sama, PLTGU memerlukan lahan yang
lebih sedikit dibandingkan PLTU.
4.1.2. Kerugian PLTGU
1. Jenis bahan bakar terbatas pada jenis bahan
bakar gas dan cair saja yang harganya
relatif lebih mahal.
2. Bahan bakar cair memerlukan treatment
terlebih dahulu untuk menghindari korosi
suhu tinggi pada bagian turbin gasnya.
3. Umur turbin gas dan HRSG lebih pendek
dibandingkan PLTU.
4.2. Penerapan Kerangka Teori
Mesin penggerak (engine) adalah mesin yang
mengubah energi primer menjadi kerja mekanik,
sebagaimana yang terjadi pada pusat listrik. Mesin
penggerak sendiri terbagi menjadi dua golongan utama,
yaitu mesin penggerak dengan pembakaran (combustion
engine) dan tanpa pembakaran (non combustion engine).
Sedankan mesin dengan pembakaran terjadi lagi menjadi
dua, mesin penggerak dengan pembakaran di dalam
(internal combustion engine) dan mesin penggerak dengan
pembakaran di luar (external combustion engine).
PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Keramasan
Pusat Listrik Keramasan sendiri menggunakan PLTGU
sebagai mesin pembangkit listrik. Sebagaimana disebut
siklus kombinasi, mesin penggerak tersebut terdiri dari
dua jenis. Karena menggunakan mesin penggerak dengan
pembakaran di dalam pada bagian PLTG dan mesin
penggerak dengan pembakaran di luar pada bagian PLTU.
Dibawah ini, penulis menjelaskan secara rinci
tentang pengamatan yang didapatkan selama melakukan
kerja magang di PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Keramasan Pusat Listrik Keramasan.
4.2.1. Komponen Utama PLTGU
Komponen utama PLTGU adalah PLTG dan PLTU.
Hanya saja, HRSG menggantikan boiler sebagai
penyerap kalor pada PLTU. Berikut penulis akan
menjelaskan lebih rinci komponen-komponen penyusun
PLTGU.
4.2.1.1. Kompressor
Gambar 4.5 Kompresor Axial 17 tingkat.
Umumnya ada dua jenis kompresor yang
digunakan untuk turbin gas, yaitu kompresor
dengan aliran tagak lurus sumbu poros yang
disebut dengan kompresor sentrifugal.
Kompresor jenis ini biasanya digunakan untuk
turbin gas dengan kapasitas kecil.
Di unit PLTGU Keramasan, digunakan
kompresor jenis Axial. Pada kompresor jenis
ini, arah aliran sejajar sumbu poros.
Kompresor jenis ini banyak digunakan untuk
turbin gas berkapasitas relatif besar. Karena
udara mengalir sejajar poros, menyebabkan
udara yang masuk terlempar ke belakang.
Keceparan gerak sudu mengakibatkan aliran
udara bertambah tinggi, atau dengan kata lain
mempunyai tekanan dinamis yang lebih tinggi.
Tekanan yang dihasilkan kompresor axial
tergantung pada jumlah tingkat dan kecepatan
putar rotor.
4.2.1.2. Ruang Bakar (Combustor)
Gambar 4.5 Ruang bakar.
Ruang bakar (Combustuin Chamber) adalah
ruang pembakaran sebuah turbin gas dimana
bahan bakar mengalami proses sebagai berikut:
Pemcampuran dengan udara sehingga
membentuk campuran mudah terbakar.
Penyalaan.
Pebentukan nyala api.
Pendinginan nyala api dengan udara.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan di
atas, pada ruang bakar terletak beberapa
peralatan sebagai berikut:
Nozzle bahan bakar yang berungsi untuk
memasukkan bahan bakar ke dalam ruang
bakar dalam bentuk butiran-butiran kecil
(kabut) yang mudah terbakar.
Ignitor atau busi yang berfunsi sebagai
pemantik nyala api pertama kali.
Combustion liner berfungsi sebagai
mantel atau kantong pembakaran dimana di
dalamnya terjadi pencampuran antara
nyala api dengan udara kompresor untuk
menjadi gas panas penggerak turbin.
4.2.1.3. Turbin Gas
Gambar 4.6 Turbin gas.
Proses transformasi energi panas menjadi
energi mekanik terjadi di dalam turbin.
Turbin bisa berupa jenis turbin impuls atau
turbin reaksi tergantung dari pertimbangan
pabrik pembuat, dengan jumlah tingkat antara
1 sampai 5. PLTGU Keramasan menggunakan
turbin gas H-25 Ax merk Hitachi yang terdiri
dari 3 tingkat.
Pada gambar di atas terlihat bahwa
masing-masing sudu turbin dapat dilepas untuk
penggantian jika terlah mencapai umur
operasinya.
Effisiensi sebuah turbin gas akan
semakin baik jika suhu pada waktu pemberian
kalor dapat dibuat setinggi-tingginya.
Sedangkan suhu pada saat pembuanga kalor
dibuat serendah-rendahnya. Namun, suhu tinggi
saat pemberian kalor dibatasi oleh kekuatan
material yang digunakan. Maka daripada itu,
untuk mempertahankan kekuatan material pada
suhu tinggi, pada sudu turbin dibuat
konstruksi yang berongga guna melewatkan
aliran udara pendingin.
Gambar 4.7 Konstruksi sebuah sudu tetap
berongga dan aliran udara pendingin.
- Spesikasi Turbin Gas:
o Manufacture : Hitachi
o Type : Single Sharf
o Power Output : 27.920 KW
o Compressor Inlet Air Pressure Drop:
10hPa
o Turbine Exhaust Gas Pressure Drop :
34,9hPa
o Turbine Exhaust Gas Temperature :
568oC
o Compressor : 17 Stage
Axial Type.
o Turbine : 3 Stage
o Sharf Speed : 7.258
rpm
4.2.1.4. Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
Gambar 4.8 Konstruksi sebuah Heat Recovery
Steam Generator
Sebagaimana telah disebutkan di atas,
Heat Recovery Steam Generator (HRSG) adalah
pengganti boiler PLTU pada umumnya. Sesuai
dengan namanya, HRSG berfungsi untuk menyerap
panas yang terkandung di dalam gas bekar
keluar turbin gas. Gas panas tersebut
mengalir memotong sisi luar pipa HRSG yang di
dalamnya berisi air atau uap.
Pemanasan air di dalam boiler terjadi
secara bertingkat. Pemanasan ait mencapai
titik didih, uap kenyang, hingga menjadi uap
panas lanjut yang akan memutar sudu turbin
uap.
Proses perpindahan panas pada HRSG
terjadi secara konduksi dan konveksi. Oleh
karena itu panas jenis gas di satu sisi jauh
lebih kecil dibandingkan panas jenis air di
sisi lain. Maka diperlukan luas bidang
permukaan pada sisi gas panas jauh lebih
besar pada sisi air. Untuk memenuhi hal
tersebut, bagian luar pipa HRSG dibuat banyak
sirip, sebagaimana dapat dilihat pada gambar
4.9.
Terdapat dua jenis HRSG pada umunya,
pipa horizontal dan vertikal. Pada PLTGU
Keramasan, digunakan HRSG pipa vertikal.
Gambar 4.10 Turbin uap PLTGU II Keramasan.
Turbin uap adalah mesin penggerak yang
secara langsung energi panas dari uap menjadi
gerak putar poros. Disinilah terjadinya
ekspansi, dimana tekana uap berkurang dan
volume bertambah sehingga diperoleh kecepatan
tinggi masuk ke dalam laluan sudu-sudu jalan.
Turbin memiliki dua bagian utama yaitu
rotor dan stator. Rotor adalah bagian yang
berputar, ditumpu oleh dua bantalan, padanya
terpasang sudu jalan yang menerima pancaran
uap dari sudu tetap. Sedangkan stator adalah
bagian yang diam, padanya terpasang sudu
tetap yang mengubah entalpi uap menjadi
kecepatan untuk mendorong sudu jalan,
sehingga rotor mejadi berputar.
- Specification Steam Turbine:
o Manufacture : SHIN NIPPON
MACHINERY CO., LTD
o Model : SNM/C8-R15-ARNX
o Power Output : 13,520 MW
o Speed : 6000 rpm
4.2.1.6. Kondensor
Gambar 4.11 Kondensor.
Fungsi kondensor adalah untuk
mengembunkan uap bekas keluar dari turbin.
Pengembunan tersebut diusahakan pada tekanan
serendah mungkin agar turunnya entalpi uap di
dalam turbin menjadi tinggi. Karena semakin
tinggi penurunan entalpi uap, maka semakin
besar daya turbin yang dihasilkan. Untuk
menghindari kerugian, maka kondensor dipasang
berdekatan dengan sisi keluar turbin.
Kondensor direncanakan untuk mampu membentuk
tekanan rendah antara 0,03 sampai dengan 0,10
bar absolute.
Umumnya terdapat dua jenis kondensor
yaitu kondensor kontak (contact condensor)
dan kondensor permukaan (Surface Condensor).
Pada kondensor kontak, air pendingin dan uap
panas dipancarkan secara langsung. Kondensor
semacam ini digunakan apabila air kondensat
tidak digunakan lagi untuk sistem sirkulasi
air uap. Sebagaimana yang diterapkan di PLTGU
Keramasan, kondensor yang dipakai adalah
jenis kondensor permukaan. Dimana air
pendingin dialirkan melaui pipa-pipa, sedang
air kondensat berada di luar pipa. Karena
pada PLTGU Keramasan air hasil kondensasi
akan digunakan lagi untuk siklus air uap.
- Specification Condensor:
o Manufacture : TSM TECH
CO.,LTD
o Flow Rate – Total : 1. Sheel Side
: 52,650 kg/h
2. Tube Side :
2,818 m3C
o Condensor Pressure : 0,09 bar a
o Temperature In : 1. Shell Side
: 43,8oC
2. Tube Side :
29,8oC
o Temperature Out: 1. Shell Side
: 43,8oC
2. Tube Side :
39,8oC
o Weight (Operating) : 62.000 kg
4.2.1.7. Generator
Gambar 4.12 Generator turbin gas.
Mesin pengubah energi mekanik menjadi
energi listrik ini berkerja berdasarkan hukum
Faraday. Apabila suatu penghantar diputar
pada sebuah medan magnet sehingga memotong
garis-garis gaya magnet. Hal ini terjadi
dalam generator ketika rotor berputar di
dalam stator yang terdiri dari kumparan-
kumparan. Sehingga pada ujung penghantar
terjadi gaya gerak listrik (GGL).
Pada PLTGU Keramasan dalam satu unit
terdapat dua genearator, yaitu generator yang
membangkit daya dari turbin gas sebesar 28 MW
dan generator yang membangkitkan daya dari
steam turbin sebesar 12 MW.
- Specfication Turbine Gas Generator:
o Manuacture : Brush/HMA
o Type : DG215Z-04
o Apparent Power : 35,250 kVA
o Active Power : 27,920 kW
o Rated Voltage : 11 kV
o Rated Current : 1.850 A
o Rotation Speed : 1.500 rpm
o No. of Phase : 3 Phase
- Specification Steam Turbine Generator:
o Manufacture : T D POWER
SYSTEMS LIMITED, India
o Type : TD–1294–01
o Apparent Power : 13.250 kW
o Active Power : 12.000 kW
o Rated Voltage : 11.000 V
o Rated Current : 887 A
o Rotation Speed : 1500 rpm
o No. of Phase : 3 Phase
4.2.2. Langkah-Langkah Start PLTGU
4.2.2.1. Pre-Start Up Operation and Ready to
Start Condition
Sebelum sebuah PLTGU dijalankan, perlu
dilakukan Pre-Start Up guna memastika semua
sistem dan komponen pada unit tersedia dengan
baik. Persiapan ini dapat dilakukan secara
manual oleh operator dari Central Control
Room (CCR), ataupun satu demi satu pengecekan
dilakukan pada masing-masing lokal. Meliputi
semua hal, mulai dari komponen utama, alat
bantu, pompa serta katup-katup. Sehingga unit
PLTGU dapat dinyatakan ‘Ready to Start’.
4.2.2.2. Start Gas Turbine
Setelah dipastikan kondisi turbin
dalam keadaan baik dan sistem kendali
turbin gas otomatis tersedia.
Turbin gas mulai dijalankan dengan
alat bantu Cranking Motor sehingga
didapatkan kecepatan stabil selama
kurang lebih sepuluh menit.
Kemudian bahan bakar diinjeksikan ke
ruang bakar dan terjadi pembakaran.
Pada periode warming up, bahan bakar
ditambah sehingga putaran turbin
semakin bertambah.
Ketika turbin gas dapat berputar
sendiri secara kontinu, barulah
peralatan Crangking Motor dilepaskan.
Lalu putaran turbin bertambah dan
dipertahankan mencapai kecepatan penuh
(Full Speed). Setelah dilakukan
sinkronisasi dengan generator, barulah
turbin gas siap untuk diberi beban.
4.2.2.3. Mode Start Heat Recovery Steam
Generator (HRSG)
Ada tiga macam Starting Mode HRSG, dengan
masing-masing kondisinya sebagai berikut.
Tabel 4.1 kondisi pada saat mode start
No Mode Kondisi
1 Cold Tekanan HP Drum < 0,5 MPa
2 Warm0,5 Mpa =< Tekanan HP Drum
< 3,0 MPa
3 Hot 3,0 MPa =< Tekanan HP Drum
Disini terjadi siklus air uap. Secara
umum sistem kendali dalam dimonitor oleh
operator dari CCR dan di sesuaikan dengan
keadaan di masing-masing lokal.
Air sungai yang sudah dimurnikan pada
Water Treatment Plant yang dinaikan
suhunya oleh pemanas awal, dipompakan
menuju Daerator guna menghilangkan
udara atau gas yang larut didalam
air,menggunakan Condenser Extraction
Pump (CEP).
Kemudian air dari daerator dipompakan
menuju High Pressure Drum (HP Drum), lalu
terjadi pemanasan bertingkat membentuk
uap jenuh, uap kenyang dan uap panas
lanjut. Kalo yang diserah oleh HRSG
adalah gas bekas keluat turbin yang
suhunya masih relatif tinggi.
Awal pengisian untuk HP Economizer, HP
Drum dan HP Evaporator dilakukan dengan
cara manual.
Pembentukan uap bantu (Auxillary Steam)
yang berfungsi sebagai perapat pada
Steam Turbine.
Menyalahkan Condenser Vacum Pump, guna
menciptakan kondisi vacum pada kondensor
agar uap keluar turbin dapat
terkondensasi dengan sempurna.
Setelah semua termonitor dengan baik
sesuai dengan set point, barulah
dilakukan sinkronisasi antara turbin uap
dan generator. Sehingga siap untuk
diberi beban.
4.2.3. Langkah-Langkah Shun Down PLTGU
Setelah mendapat perintah Shut Down,
prosedur ini harus dilakukan secara perlahan
dan dapat dipastikan bahwa komponen pendukung
yang diperlukan tetap bekerja untuk
melindungi sistem utama. Penting juga
diperhatikan bahwa, saluran bahan bakar
dipastikan dalam keadaan tertutup.
Beban pada turbin gas dilepaskan
perlahan, sekitar 5 MW per menit.
Seluruh sistem pembakaran dimatikan dan
Auxillary Lube Oil dinyalakan.
Sementara turbin gas dilepaskan bebannya
secara berurutan, turbin gas juga
mendapatkan perlakuan yang sama, sesuai
dengan mengurangan uap yang dihasilkan
HRSG.
Aliran uap bantu dihentikan.
Setelah kecepatan turbin berkurang
dikarenakan adanya pengereman, Turning
Gear dinyakan untuk menjaga turbin tetap
berputar sebanyak 5 rpm. Untuk
menghindari pemuaian yang dapat
mengakibatkan poros turbin bengkok bila
terhenti dalam keadaan panas.
Jika temperatur turbin telah terkondisi
menurun dan berhenti, lube oil dapat
dihentikan.
4.2.4. Water Treatment Plant
Sebagaimana lazimnya PLTGU, pada bagian
HRSG terdapat damper yang memungkin turbin gas
tetap beroperasi meskipun aliran gas buang
tidak dimanfaatkan untuk memanaskan air di
HRSG. Sehingga gas keluar turbin langsung
dibuang melaui by pass stack. Tapi pada PLTGU
Keramasan, design HRSG tidak dilengkapi dengan
damper. Sehingga jika terjadi gangguan yang
menyebabkan turbin uap harus stop, maka turbin
gas juga harus stop. Secara otomatis, unit
tidak menghasilkan.
Maka dari itu, diperlukan air pengisi
HRSG yang terus-menerus dan berkualitas. Air
pengisi harus dibersihkan terlebih dahulu.
Karena kotoran yang terdapat dalam air akan
berkumpul. Hal ini akan menyebabkan garam
melekat pada dinding-dinding pipa. Garam dapur
ini menyekat kalor sehingga penyerahan kalor
akan terhambat. Selanjutnya dinding pipa akan
memperoleh suhu yang terlampau tinggi dan
menyebabkan kekuatannya berkurang. Sebagai
akibatkan akan terjadi eksplosi.
Maka dari ini, perawatan terhadap ait
pengisi diperlukan untuk mempertahankan
kualitasnya. Perawatan air dibagi menjadi dua
jenis yaitu perawatan air internal dan
perawatan air eksternal.
Dengan perawatan air internal
dimaksudkan sebagai perlakuan yang dilakukan
terhadap air yang mengikuti siklus dari
kondensor – deareator – HRSG – turbin.
Perawatan meliputi:
Injeksi Hydrazene (N2H4) untuk mengikat
oksigen (O2) sebelum air masuk ke
deareator.
Pemanasan air langsung dengan uap di
dalam deareator untuk membuang gas atau
udara yang larut di dalam air selama
perjalanannya di dalam siklus.
Injeksi amonia (NH3) ke dalam boiler
untuk menaikkan pH air bila diperlukan.
Injeksi amonia ini tidak disarankan bila
pipa kondensor terbuat dari baja. Karena
amonia bersifat korosi terhadap tembaga.
Injeksi Trisodium Phospat (Na3PO4) ke
dalam boiler untuk mengikat kotoran-
kotoran di dalam air dan membuangnya
melalui saluran blow down.
Perawatan air eksternal meliputi
perlakuan terhadap air sebelum air tersebut
digunakan sebagai air penambah di dalam siklus
kondensor – deareator – boiler – turbin. Oleh
kareana adanya kebocoran.
Air yang berasal dari sungai, seperti
yang digunakan pada PLTGU Keramasan, setelah
diadakan mengolahan khusus dapat digunakan
sebagai air pengisi. Pengolahan ini terjadi
pada Water Treatment Plant.
Gambar 4.13 Diagram aliran proses pemurnian
air.
4.2.4.1. Chemical Dosing Systems
Berdasarkan diagram tersebut, dapat
diketahui bahwa air sungai Keramasan yang
dipompa menggunakan River Water Pump (RWP)
dalam perjalanannya diinjeksi tiga macam bahan
kimia menuju Clarifier Plant sebagai tempat
pengendapan lumpur. Sehingga didapatkan
parameter standar yang harus dicapai pada
kondisi air pengisi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Parameter standar kondisi air
pengisi HRSG
Bahan kimia yang digunakan diantaranya
NaOH 40% (Asam Sulfat) yang berungsi untuk
mengatur pH air baku. PAC (Poly Alumunium
Cloride) yang berfungsi sebagai penggumpal
partikel-partikel air yang berupa lumpur.
Sedangkan polimer yang berfungsi sebagai
pembentuk sedimen akan menyebabkan gumpalan
lumpur jatuh ke bawah permukaan Clarifier
sehingga dapat dibuang melalui Drain
Clarifier. Sehingga Plant pemurnian air pengisi
No. ParameterAverage
Result
1 pH 7,3
2 Turbidity ?
3 Iron as Fee (mg/l) 0,19
4 Manganese (mg/l) 0,09
5Total Suspended Solids
(mg/l)12.1
bermerk Kemtek buatan Malaysia ini mampu
memberikan air dengan kualitas sebagai berkut.
Tabel 4.3 Kualitas air hasil pengolahan WTP
PLTGU Keramasan
pH 6,5 – 8,5
Turbidity (N.T.U) < 5
Iron as Fe (mg/l) < 0,3
Manganese (mg/l) < 0,1
Total Suspended Solids
(mg/l)
< 0,2
4.2.4.2. Clarifier Plant
Teknologi Lamella, digunakan pada Clarifier
Plant untuk memisahkan padatan lumpuh dan air
sungai yang sudah lebih bersih dari
sebelumnya. Teknologi Lamella adalah teknik
pemisahan air dan lumpur pada Clarifier Plant
dengan menggunakan plat-plat yang disusun
miring sekitar 30o di bagian bawah Clarifier
Plant(Gambar 4.14).
Gambar 4.14 Pemisahan lumpur dan air dengan
teknologi Lamella.
Air yang bercampur lumpuh secara alami
akan menggumpal dibawah. Tetapi dengan adanya
laju air, akan mendorong kembali lumpur yang
telah mengendap. Ketika lumpur menyentuh
bagian atas dari Lamella (V1), dikarenakan
gravitasi, partikel (floc) padat akan jauh
kembali kebawah dengan mudah karena kemiringan
plat. Sedangkan air akan terus keluar melalui
sisi atas Lamella sebagai air murni.
Dengan begitu, pengendapan akan lebih
cepat terjadi, sehingga secara kontinyu air
bersih dapat dipindahkan dan ditampung pada
Clarifier Tank.
4.2.4.3. Multimedia Filter
Pada tahap ini akan dilakukan proses
menyaringan terhadap air baku dengan media
penyaring pasir silica. Air dari Clarifier
Tank akan masuk dari sisi atas Multimedia Filter
(MMF) dan secara alami akan turun kebawah
melewati penyaringan yang dapat menangkap
kotoran-kotoran pada air yang berukuran sangat
kecil. Kemudian air yang berhasil melewati
media penyaring akan keluar pada sisi Outlet
yang akan ditampung pada RAW Water Tank.
Dalam perjalanannya, media penyaring
akan menangkap kotoran sehingga menumpuk. Maka
daripada itu, perlu dilakukan Backwash atau
pencucian pada media filter MMF.
Terdapat dua MMF (A dan B) pada WTP di
PLTGU Keramasan. MMF A akan Running sedangkan
yang B Stand By. Ketika dilakukan Backwash yang
memakan waktu 30-60 menit, peran MMF akan
bergantian satu sama lain.
Setelah mendapat air baku murni, barulah
proses demineralisasi dilakukan, yaitu proses
untuk menghilangkan kandungan mineral pada
air.
4.2.4.4. Cartridge Filter
Meski telah melalui Multimedia Filter,
air baku yang ditampung pada RAW Water Tank
terkadang masih mengandung partikel-partikel
kecil. Maka daripada itu, sebelum melalui
proses deminerasilasi, air baku akan disaring
pada Cartridge Filter guna menghilangkan
partikel-partikel berukuran sangat kecil yang
kasat mata tersebut.
4.2.4.5. Cation Exchanger
Air hasil saringan Cartridge Filter akan
masuk pada inlet Cation Exchanger yang berisi
resin bermuatan positif, untuk mengikat ion-
ion negatif yang terdapat dalam air baku.
4.2.4.6 Anion Exchanger
Selanjutnya air yang sudah dihilangkan
kandungan ion negatinya akan masuk ke Anion
Exchanger yang berisi resin dengan muatan
negatif. Sehingga dalam mengikat ion-ion
positif serta silika dalam air baku. Proses
demineralisasi awal pun selesai dilakukan.
Dalam perjalanannya, resin penukar ion
akan habis, sehingga perlu dilakukan
regeneration untuk memperbaruhi resin, baik
pada Anion Exchanger maupun pada Cation
Exchanger.
4.2.4.7. Mixed Bed
Proses demineralisasi awal yang
dijelaskan diatas belumlah sempurna. Karena
jejak-jejak ion yang sangat kecil masih sangat
mungkin tertinggal di dalam air. Dalam upaya
menghilangkan ion-ion tersebut, digunakan
Mixed Bed Exchanger yang mengandung dari
campuran dua jenis resin.
Air secara berturut-turut akan melewati
resin anion dan kation secara berulang-ulang
selama perjalanannya, hingga ion-ion yang
tidak diinginkan sampai pada tingkat hampir
tidak terdeteksi. Proses ini sering disebut
Polishing demineralisasi air yang mengakhiri
proses pemurnian air pengisi HRSG yang
kemudian ditampung di Make Up Water Tank.
BAB V
TANGGAPAN DAN SARAN5.1. Tanggapan
Dalam pengoperasiannya, unit PLTGU Keramasan bisa
dikatakan baik karena pembangkit ini beroperasi dalam
jangka waktu yang terbilang baru, yaitu belum lebih
dari dua tahun. Perawatan yang cukup baik juga
mendukung performance dari mesin PLTGU keramsan ini.
Hal yang perlu menjadi perhatian adalah kualitas
air pengisi baik itu cooling tower maupun water treatment
plant. Permasalahan terjadi pada sumber air pengisi yang
berasal dari air sungai yang kondisi kekeruhannya tidak
bisa dipastikan. Sering kali standar kualitas air
pengisi yang dihasilkan oleh Keramasan tidak seperti
yang diinginkan. Terutama untuk pengisi basin cooling
tower sering kali tidak sesuai standard kualitas yang
diinginkan. Permasalahan ini terjadi, karena air dari
sumber yang kondisi kekeruhannya tidak bisa dipastikan,
langsung digunakan untuk pengisi basin cooling tower tanpa
diolah terlebih dahulu guna mencapai kualitas air yang
baik dan sesuai. Parameter standar maksimal turbidity
untuk air pengisi cooling tower adalah 90 NTU sedangkan
kondisi dilapangan pernah mencapai 140 NTU. Hal diatas
dapat menyebabkan permasalahan seperti menyebabkan
pipa-pipa mudah berkarat, kebocoran pada katup-katup
serta pipa-pipa dan berkurangnya umur mampu pompa-
pompa.
Sehingga dengan permasalahan diatas, kondisi air
pengisi sering dipantau dan penginjeksian bahan kimia
untuk mengurangi turbidity tetap dijaga serta
ditingkatkan lagi pada kualitas air pengisi yang kurang
baik karena sistem pendingin berjalan terus menerus.
5.2 Saran
Melanjutkan permasalahan diatas, air pengisi basin
cooling tower pada PLTGU Keramasan sangat perlu
mendapatkan perhatian lebih. Sangat perlu dilakukan
inovasi untuk meningkatkan kualitas air pendingin dan
menurunkan turbidity selain dengan penginjeksian bahan
kimia (chemical dosing). Agar sistem pendingin cooling
tower tidak terganggu karena air yang dugunakan
bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA1. Edy, Jasmid, Diktat Termodinamika, Jakarta
tahunBERAPO?!!!!
2. PT PLN (Persero) KIT SBS Sektor Pembangkitan
Keramasan Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap
Keramasan, Operation and Maintenance Book ‘ Demin
Water Pretreantment Systems’
3. PT PLN (Persero) KIT SBS Sektor Pembangkitan
Keramasan Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap
Keramasan, Operation and Maintenance Book ‘RAW Water
Pretreatment Systems’
4. Rochani, Habib, Diktat Pembangkit Termal, Jakarta
2008
5. Panduwinata, Reza. Cooling Water System. Jakarta:
STT PLN Jakarta. 2013