Upload
brawijaya
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Identifikasi properti meliputi dua hal, yaitu
identifikasi terhadap tanha dan identifikasi
pengembangan yang ada di atas tanah tersebut. Jika
properti yang dinilai tanah kosong, maka identifikasi
ynag dilakukan terhadap tanah saja, sedangkan property
yang dinilai berupa tanah yang sudah dikembnagkan atau
dibangun, maka selain terhadap tanah, identifikasi
dilakukan juga terhadap bangunan pelengkap, fasilitas
dan semua pengembangan yang dilakukan di atas tanah
property subyek.
Salah satu bagian penting dalam penilaian property
adalah deskripsi mengenai tanah dan bangunan yang ada
diatas tapak disertai pengembangannya. Dalam melakukan
penilaian terhadap suatu jenis property seorang penilai
perlu terlebih dahulu mendeskripsikan dan menganalisa
tanah atau tapak dari property subjek. Tanahh atau
tapak merupakan sebuah daftar data factual yang
meliputi gambaran kepemilkan dan informasi yang
berkaitan dengan karakteristik fisik. Deskripsi dan
analisis bangunan meliputi desain bangunan, tata letak
dan detail kontruksi yang meliputi komponen-komponen
structural, material dan sistem mekanika. Selain itu
penilai juga menentukan ukuran, spesifikasi, kualitas,
1
kondisi bangunan serta setiap elemen yang
dideskripsikan. Pendeskripsian bangunan ini penting
karena selain untuk mendeskripsikan data fisik guna
pengestimasian nilai bangunan melalui pendekatan biaya
juga untuk membuat perbandingan antara property subjek
dan property pembandingnya.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja komponen bangunan dan utilitas bangunan?
2. Apa yang dimaksud Personal Properti?
3. Apa saja yang termasuk dalam analisis pasar
properti?
1.3Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan dapat menguraikan:
1. apa saja komponen bangunan dan utilitas bangunan.
2. apa yang dimaksud Personal Properti.
3. apa saja yang termasuk dalam analisis pasar
properti.
1.4Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan tentang cara pengidentifikasian
properti
2. Bagi pembaca
2
Menjadi salah satu referensi yang bisa digunakan
dalam memahami teknik dalam pengidentifikasian
properti.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Bangunan
1. Pengertian Bangunan
Pengertian bangunan dalam arti gedung menurut
PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung adalah adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun
kegiatan khusus.
2. Komponen Bangunan
Bangunan adalah suatu struktur yang memiliki
sebuah atap dan dinding dan berdiri lebih atau
kurang secara permanen di satu tempat. Komponen
bangunan secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Komponen struktural
Komponen struktural adalah komponen yang mendukung
berdirinya bangunan tersebut. Jika komponen
struktural dihilangkan, maka bangunan tersebut
akan terjadi kerusakan. Hal ini dikarenakan
komponen srtuktural lah yang mendukung berdirinya
4
suatu bangunan. Komponen structural dibagi menjadi
beberapa system yaitu:
1) Sistem pondasi
2) Sistem rangka
3) Sistem atap
b. Komponen non structural
Komponen nonstruktural adalah komponen pada
bangunan yang tidak mendukung komponen tersebut
berdiri atau dapat disebut juga komponen tambahan.
Komponen ini dapat dihilangkan karena tidak
mendukung bangunan berdiri. Dengan adanya komponen
nonstruktural, bangunan dapat terlihat lebih
indah. Komponen non structural di bagi menjadi
beberapa system, antara lain:
1) Sistem lantai
2) System instalasi air dan listrik
3) Pintu dan jendela
4) Kerja finishing
5) Special contruksi
3. Jenis-Jenis Bangunan
a. Bangunan rumah tinggal perumahan, rumah
susun, apartemen, mess, asrama
b. Bangunan komersial retail, supermarket,
pertokoan (pakaian,makanan, motor-transportasi,
peralatan elektronik), pusat perbelanjaan,
perkantoran komersial, layanan jasa (service,
laundry dll)
5
c. Bangunan fasilitas penginapan motel, hotel,
cottage, wisma tamu
d. Bangunan fasilitas pendidikan pra sekolah,
sekolah, kursus/pelatihan, perpustakaan,
laboratorium pendidikan, science park dll
e. Bangunan fasilitas kesehatan rumah sakit,
puskesmas, klinik kesehatan, laboratorium
medis, gymnasium, perawatan kecantikan, pusat
rehabilitasi, pusat terapi kesehatan, apotek
f. Bangunan fasilitas peribadahan masjid,
gereja, pusat peribadatan lain dan fasilitas
layanan spiritual
g. Bangunan fasilitas transportasi bandara,
terminal, stasiun, pelabuhan, travel agen,
parker
h. Bangunan fasilitas budaya dan hiburan
museum, perpustakaan, gedung pertunjukan
i. Bangunan fasilitas pemerintahan dan layanan
publik kantor polisi, kantor perijinan,
pusat rekreasi dll
4. Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi Gedung yang terkandung dalam PP no 36
tahun 2005 adalah:
6
a. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat
kompleksitas terdiri dari bangunan gedung
sederhana, tidak sederhana dan khusus.
b. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat
permanensi terdiri dari bangunan gedung
permanent, semi permanent dan
darurat/sementara.
c. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat resiko
kebakaran terdiri dari bangunan gedung tingkat
resiko kebakaran tinggi, sedang dan rendah.
d. Klasifikasi gedung berdasarkan zonasi gempa
meliputi tingkat zonasi gempa yang ditetapkan
oleh instansi yang berwenang.
e. Klasifikasi gedung berdasarkan lokasi terdiri
dari bangunan gedung di lokasi padat, di lokasi
sedang dan di lokasi renggang.
f. Klasifikasi gedung berdasarkan ketinggian
terdiri dari bangunan gedung bertingkat tinggi,
bertingkat sedang dan bertingkat rendah.
g. Klasifikasi gedung berdasarkan kepemilikan
terdiri dari bangunan gedung milik Negara,
badan usaha dan perorangan.
Dalam PP ini juga dijelaskan tentang penetapan
fungsi bangunan gedung yaitu :
a. Fungsi hunian -- mempunyai fungsi utama
sebagai tempat tinggal manusia.
7
b. Fungsi keagamaan -- mempunyai fungsi utama
sebagai tempat melakukan ibadah.
c. Fungsi usaha -- mempunyai fungsi utama sebagai
tempat melakukan kegiatan usaha, seperti
gedung perkantoran, gedung perdagangan dan
lain sebagainya.
d. Fungsi sosial dan budaya -- mempunyai fungsi
utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial
dan budaya.
e. Fungsi khusus -- mempunyai fungsi utama
sebagai tempat melakukan kegiatan yang
mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat
nasional atau yang penyelenggaraannya dapat
membahayakan masyarakat di sekitarnya dan atau
mempunyai resiko tinggi.
5. Material Bangunan
Dalam pelaksanaan pembangunan baik itu rumah,
gedung maupun bangunan struktur lainnya kita
membutuhkan material bangunan sebagai bahan untuk
pelaksanaanya. Untuk dapat membangun sebuah bangunan
berkualitas maka diperlukan upaya khusus dalam
memilih bahan bangunan yang bagus. Beberapa material
bangunan yang sering digunakan adalah:
- Beton
Merupakan batu buatan yang terdiri dari campuran
pasir, semen, batu atau bahan lainnya yang dicetak
8
menjadi bagian dari sebuah abngunan. Beton
mempunyai tingkat kuat tekan yang berbeda-beda,
misalnya dinamakan dengan symbol K-250 yang
berarti beton tersebut mempunyai kuat tekan
sebesar 250 kg/m2.
- Semen
Semen digunakan sebagai bahan pengikat agregat-
agregat sehingga dapat dibentuk menjadi batu
beton. Semen dapat dibeli di took bangunan dengan
satuan sak atau kg.
- Besi beton
Besi beton digunakan seagai penahan gaya tarik
pada konstruksi beton. Besi bangunan banyak
diproduksi dalam bentuk batangan dengna penampang
lingkaran, untuk melihat daftar berat besi per m,
dapat melakukan download tabel berat besi.
- Bekisting
Bekisting bisa dibuat dari kayu atau seng.
Bekisting digunakan untuk mencetak beton sesuai
bentuk yang diinginkan.
- Pasir
Pasir digunakan sebagai campuran material pengikat
adukan baik beton maupun pemasangan material
ainnya. Pasir yang baik dan layak digunakan
sebagai bahan bangunan sebelumnya dilakukan tes
pasir terlebih dahulu yaitu tes besa butiran, tes
kadar lumpur dan organic
9
- Batako
Batako adalah beton atau batu lain yang dicetak
jadi, sehingga memudahkan dalam pelaksnaaannya.
Batako dapat digunakan pada dinding, lantai
halaman, taman maupun tempat lainnya
- Material lainnya seperti ubin keramik, material
pintu dan jendela, cat dan lainnya
6. Keandalan Bangunan
Keandalan adalah tingkat kesempurnaan kondisi
bangunan dan perlengkapannya, yang menjamin
keselamatan, fungsi, dan kenyamanan suatu bangunan
gedung dan lingkungannya selama masa pakai gedung
tersebut. Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan
bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang
ditetapkan.
Keandalan bangunan merupakan sebuah tolok ukur
bagaimana sebuah bangunan gedung telah teruji secara
teknis memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Persyaratan teknis bangunan diatur
dalam PERMEN PU NO 29 TAHUN 2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Peraturan
10
tersebut merupakan dasar hukum dari persyaratan
teknis yang harus dimiliki sebuah bangunan gedung.
7. Kelaikan Bangunan
Laik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) adalah memenuhi persyaratan yang
ditentukan atau yang harus ada. Jadi bisa dikatakan
kelaikan adalah keadaan yang memenuhi persyaratan
yang ditentukan atau yang harus ada. Sedangkan
kelaikan bangunan adalah keadaan bangunan yang harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam hal
ini ditentukan oleh pemerintah. Kelaikan bangunan
adalah suatu ukuran dimana bangunan tersebut dapat
digunakan secara aman dan nyaman atau tidak.
Kelaikan bangunan sangat mutlak diperlukan dalam
penyelenggaraan bangunan.
Menurut PP NO 36 TAHUN 2005 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang Undang No 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung dijelaskan bangunan haruslah laik
fungsi. Yang dimaksud laik fungsi dalam PP ini
adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi
persyaratan administrative dan persyaratan teknis
sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang
ditetapkan.
2.2Utilitas Bangunan
Utilitas berasal dari kata utility yang berarti
kegunaan. Dalam dunia arsitektur bangunan gedung,
11
utilitas berarti hal-hal yang menyebabkan bangunan
dapat digunakan atau berfungsi sebagaimana mestinya.
Utilitas bangunan suatu gedung terdiri dari beberapa
komponen, dimana setiap komponen saling mendukung
fungsi gedung serta kenyamanan dan keselamatan orang-
orang yang menggunakan gedung tersebut. Komponen-
komponen utilitas bangunan tersebut antara lain adalah
system instalasi pencegahan kebakaran, system
transportasi vertikal , system plumbing, system
instalasi listrik, sistem sirkulasi udara, sistem
instalasi penangkal petir dan system instalasi
komunikasi.
1. Sistem Transportasi
Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat
yang menunjang atau memberi fasilitas sirkulasi dalam
bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana
prasarana yang memperlancar pergerakan manusia di
dalamnya.
a. Sistem transportasi manual
yang juga biasa disebut sistim transportasi tanpa
mesin yang ada dalam bangunan adalah tangga dan
ramps. Tangga merupakan alat transportasi vertikal
menghubungkan antar lantai tanpa menggunakan mesin.
Penggunaan tangga pada bangunan bertingkat lebih
dari tiga lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan
(tangga darurat). Ramps diperuntukkan bagi sirkulasi
12
beroda seperti gerobag untuk barang dan pengguna
kursi roda.
b. Sistem transportasi mekanis
Sistem transportasi jenis ini juga dikenal sebagai
sistim transportasi dengan mesin penggerak. Ada dua
macam sistim transportasi jenis mekanis ini, ialah
escalator (tangga berjalan) dan elevator (lift).
1) Eskalator
Escalator atau tangga berjalan adalah alat
transportasi antar lantai, sebagaimana tangga
(manual) yang menghubungkan satu lantai dengan
satu lantai yang di atasnya maupun di bawahnya
dengan menggunakan sistem tangga yang berjalan
dengan bertenaga/bergerak atas bantuan tenaga
mesin. Secara horizontal dibutuhkan ruang cukup
luas untuk fasilitas ini, karenanya, escalator
biasa digunakan pada bangunan yang bersifat publik
seperti mall, bandar udara, dll.
2) Elevator (Lift),
Lift adalah alat transportasi vertikal antar
lantai dalam bangunan bertingkat secara menerus
dengan menggunakan tenaga mesin. Fasilitas
transportasi vertikal pada bangunan berlantai
banyak ini hanya membutuhkan ruangan yang relatif
kecil. Lift mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
dibanding alat transportasi dengan mesin lain
dalam hal memindahkan barang atau orang. Umumnya
13
lift digunakan pada bangunan yang mempunyai jumlah
lantai lebih dari tiga.
2. Sistem Plumbing
a. Penyediaan Air Bersih
Air bersih dapat diperoleh dari beberapa sumber
yaitu:
1) Air tanah termasuk air tanah dangkal
(unconfined aquifer) dan air tanah dalam
(confined aquifer)
2) Air hujan
3) Air permukaan
Dapat berasal dari sungai, danau, waduk, telaga
dsb.
Pemenuhan kebutuhan air bersih pada suatu
bangunan tergantung dari lokasi bangunan serta
fasilitas di sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan
air pada suatu bangunan, sumber air dapat dibedakan
atas:
1) PDAM
2) Sumber sendiri, berupa sumur artesistant, deep
well, dll.
3) Gabungan PDAM dan sumber sendiri.
Untuk gedung-gedung yang terletak di daerah
yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air bersih
untuk umum, misalnya di daerah-daerah terpencil di
pegunungan, penyediaan air akan diambil dari sungai,
air tanah dangkal atau dalam, dan sebagainya. dalam
14
hal ini air terssebut harus diolah dalam gedung
instalasi pengolahan agar dapat dicapai standar
kualitas air yang baku.
b. Jaringan Air Kotor
1) Pengertian
Air buangan atau Air Limbah (Waste Water)
adalah air yang telah selesai digunakan oleh
berbagai kegiatan manusia (rumah tangga,
industri, bangunan umum dll.).
Sewer adalah jaringan perpipaan yang pada
umumnya tertutup dan secara normal tidak
membawa aliran air buangan secara penuh.
Sewage adalah cairan buangan yang dibawa
melalui Sewer.
Sewerage System adalah suatu sistem
pengelolaan Air Limbah mulai dari pengumpulan
(sewer), pengolahan (treatment) sampai
dengan pembuangan akhir (disposal).
Combined Sewer (sistem kombinasi) adalah
sistem yang direncanakan untuk membawa
domestic sewage, industrial waste dan storm
sewage (air hujan).
Self Purification adalah kemampuan alamiah
dari suatu badan air atau sungai untuk
menguraikan zat-zat organik menjadi zat yang
stabil.
15
DO (Disolved Oxygen) adalah oksigen yang
terlarut dalam air yang digunakan untuk
metabolisme binatang dan tumbuh-tumbuhan di
dalam air.
BOD (Biological Oxigen Demand) adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan zat organik pada
kondisi aerob.
Kondisi Aerob adalah kondisi suatu badan air
yang mengandung 02.
Kondisi Anaerob adalah kondisi suatu badan
air yang tidak mengandung oksigen.
2) Fungsi Saluran Pembuangan Air Kotor Dalam
Bangunan
Fungsi kenyamanan. Sebagai bagian dari sebuah
bangunan, saluran air kotor berfungsi sebagai
penunjang kegiatan yang sedang berlangsung
dalam bangunan.
Fungsi estetika. Dengan adanya jaringan
saluran pembuangan air kotor, maka penampilan
fisik bangunan akan lebih estetis karena
secara keseluruhan penampilan bangunan akan
lebih teratur.
16
Fungsi utilitas. Saluran pembuangan air kotor
merupakan suatu saluran yang berfungsi
sebagai pengangkut bahan-bahan limbah dari
kegiatan yang sedang berlangsung dalam suatu
bangunan.
3. Jaringan Listrik
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan jaringan listrik adalah
sistem listrik yang terdiri dari hantaran dan
peralatan listrik yang terhubung satu sama lain
untuk menyalurkan tenaga llistrik.
b. Sumber Tenaga Listrik
Tenaga listrik yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan suatu bangunan dapat diperoleh dari tiga
macam sumber tenaga, yaitu:
1) PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Aliran ini berasal dari jaringan kota yang
dikelola oleh pemerintah, karenanya dalam
distribusi wattnya sangat terbatas pada pemakaian
maksimal yang diijinkan.
Keuntungan dari pemakaian sumber tenaga PLN
adalah:
Pengadaan awal lebih murah dibandingkan dengan
sumber tenaga lainnya.
Dalam operasional tidak membutuhkan biaya
perawatan yang berarti.
17
Tidak menimbulkan dampak yang merugikan seperti
pencemaran, getaran, kebisingan dan lain-lain.
Tidak membutuhkan ruangan khusus untuk
pengontrolan.
2) Generator Set (GENSET)
Generator merupakan alat yang mengubah gerakan
mekanis menjadi elektris melalui proses
kemagnetan. Sumber tenaga ini dikelola oleh
pemilik bangunan dan merupakan fasilitas bagunan.
Keuntungan dari pemakaian sumber tenaga generator
set adalah:
kapasitas KVA yang tidak terbatas.
lamanya tenaga bekerja hanya dibatasi oleh
ukuran tangki bahan bakar.
Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah bila
diperhitungkan dalam jangka waktu yang lama.
Kekurangan / kelemahan sumber tenaga generator set
adalah:
Memerlukan pemerliharaan yang konstan dan
testing yang teratur.
Kesulitan penyimpanan bahan bakar.
Timbul akibat sampingan berupa kebisingan
getaran, dan suara dari saluran pembuangan gas.
3) Baterai (Accumulator)
18
Baterai sering digunakan untuk mensuptai kebutuhan
tenaga listrik dalam keadaan darurat (emergency)
yang sifatnya terbatas, terutama untuk memenuhi
kebutuhan penerangan. Beberapa unit ditempatkan
pada individual cabinet atau pada rak untuk
instalasi yang lebih besar dan selalu dilengkapi
dengan peralatan automatic charging.
Keuntungan pemakaian sumber tenaga baterai adalah:
Tidak memerlukan ruangan sendiri yang terpisah.
Dapat dipasang pada sistem sentral dengan
didistribusikan melatui saluran dari baterai
langsung melalui fasilitas yang ada.
Kerugian/kelemahan sumber tenaga baterai adalah:
Lamanya terbatas.
Mahal.
c. Penggunaan Tenaga Listrik Pada Bangunan
Pemakaian tenaga listrik dalam bangunan pada
umumnya, dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
menurut peruntukkannya, yaitu:
1) Perlindungan bangunan, berupa perlindungan
terhadap bahaya kebakaran, petir dan pencemaran.
2) Pengadaan fasilitas, berupa pengadaan air bersih
dan air panas,transportasi dalam bangunan (lift
arau eskalator), pengkondisian udara (AC),
penerangan, sound system dan telepon.
19
3) Pelayanan kegiatan konsumen, berupa berbagai macam
peralatan listrik yang digunakan untuk mendapatkan
kemudahan, efisiensi dan juga kenyamanan.
4. Pengkondisian Udara
a. Prinsip Kerja Sistem AC (Air Conditioning System)
1) Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu
tempat ke tempat yang lain. AC sebagai
pendingin memindahkan kalor dari dalam ke luar
ruangan, AC sebagai pemanas, memindahkan kalor
dari sistem pemanas ke dalam ruangan (di negara
beriklim kutub).
2) Temperatur udara di Indonesia sekitar 30
derajat Celcius dan kelembaban sekitar 70-90 %.
Indonesia termasuk daerah tropis lembab,
sedangkan penggunaan AC pada umumnya sebagai
pendingin ruangan.
b. Fungsi AC
Sebagai pengatur suhu ruang sesuai dengan yang
dikehendaki, sehingga tercipta kondisi udara yang
nyaman. Karena itu, AC memberikan fasilitas bagi
bangunan:
1) Sebagai pengatur suhu - pendingin - pemanas
2) Pengatur kelembaban
3) Memperlancar distribusi 02, agar mempunyai
komposisi ideal bagi pernafasan.
c. Sistem Distribusi AC
20
1) AC unit, Jarak inlet (evaporator) dan outlet
(condensor) cooling unit cukup dekat atau
terdapat dalam satu wadah (container).
Misalnya AC window (self contained AC unit)
dan AC split (fan coil filter unit).
2) AC central, Adatah satu sistem AC yang
digunakan untuk seturuh bangunan. Untuk multi
stories building ditengkapi dengan AHU (Air
Handling Unit) di tiap lantai. Fungsi AHU
adalah untuk mengatur distribusi udara yang
dikondisikan pada setiap lantai. Evaporator
terdapat pada setiap AHU atau pada tiap ruang,
bila dikehendaki untuk diatur suhunya.
d. AC Sentral Pada Bangunan
1) Gedung kantor
Didistribusikan menurut jumlah tingkat lantai.
Setiap AHU dapat melayani satu lantai atau
lebih tergantung kapasitas AHU-nya dan beban
kalor yang didinginkan.
2) Hotel
Apartemen dan asrama umumnya menggunakan fan-
coil unit. Ruang-ruang umum pada hotel biasanya
menggunakan AC package ataupun horizontal
ducting.
3) Rumah Sakit
Ruangan yang tersedia dibagi menjadi beberapa
daerah sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
21
pencampuran udara yang mengandung kuman
penyakit. Jenis AC yang sesuai adalah fan-
coil unit yang dipasang pada setiap ruangan
atau AC Package yang dipasang pada setiap
daerah.
4) Toko Serba Ada dan Pusat Pertokoan
Hampir sama dengan gedung kantor, dengan
horizontal ducting system.
5) Gedung Pertemuan dan Bioskop
Dapat menggunakan AC Package atau horizontal
ducting system.
6) Bangunan Industri
Dibedakan atas dua bagian, yaitu penyegaran
udara bagi para karyawan dan penyegaran udara
yang digunakan dalam proses produksi,
penyimpanan, lingkungan kerja mesin, dsb.
Sedangkan jenis yang digunakan disesuaikan
dengan kebutuhan.
e. Jenis AC
Jenis AC menurut Cara kerjanya:
Single Duct System, digunakan untuk udara
dingin.
Double Duct System, untuk udara panas dan
dingin.
5. Instalasi Penangkal Petir
22
Penangkal petir diperlukan sebagi antisipasi
bangunan terhadap gangguan yang mungkin timbul akibat
petir. Pada prinsipnya Instalasi Penangkal Petir ialah
suatu sistem instalasi dengan komponen-komponen dan
peratatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi
untuk menetralisir udara di sekitar bangunan agar
tidak terjadi petir, sehingga semua bagian dari
bangunan beserta isinya atau bendabenda disekelilingnya
terllindungi/terhindar dari bahaya sambaran petir.
a. Bagian-Bagian Penangkal Petir
Instalasi Penangkal Petir ini terdiri atas bagian-
bagian sebagai berikut:
1) Penghantar di atas tanah, ialah penghantar
yang dipasang di atas atap sebagai penangkap
petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak
dan elektroda logam yang dipasang mendatar.
2) Penghantar pada dinding atau di dalam
bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah
yang terbuat dari tembaga, baja galvanised atau
alumunium.
3) Elektroda-elektroda tanah, seperti :
a) Elektroda pita (stripe), yang ditanam minimum
0,5-1,0 meter dari permukaan tanah.
b) Elektroda batang, dari pipa atau besi baha
profit yang dipancangkan tegak lurus dalam
tanah sedalam sekitar 2 meter.
23
c) Elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari
permukaan tanah.
b. Jenis Penangkal Petir:
1) Penangkal petir konvensional.
Menggunakan logam runcing sebagai terminal bagian
atas (spitz) dan kawat BC sebagai penghantar
pentanahan (arde).
2) Penangkal petir extended konvensional.
Menggunakan logam runcing sebagai terminal dan
kabel coaxial (dapat menghasilkan ion lebih
banyak) sebagai penghantar pantanahan. Sistem ini
dapat ditanam di dalam komponen bangunan, namun
biayanya relatif mahal.
3) Penangkal petir radio-aktif.
Seperti penangkal petir konvensional tetapi
ditambah elemen radio aktif yang dapat
menghasilkan ion disekitar ujung runcingnya.
Sistem ini jarang dipakai karena cukup berbahaya
dan mahal.
6. Telekomunikasi
a. Pengertian
Dalam hubungannya dengan eksisnya sebuah
bangunan, maka yang dibahas disini adalah komunikasi
antar ruang dalam bangunan, maupun komunikasi dari
atau keluar bangunan.
1) Komunikasi dari/keluar bangunan
24
Untuk hal ini diperlukan jaringan komunikasi
yang menghubungkan antara sebuah bangunan
dengan kantor telepon pusat.
2) Komunikasi di dalam bangunan
Dibutuhkan untuk interaksi aktivitas di dalam
bangunan, dan ini memerlukan jaringan
tersendiri yang berada pada jaringan khusus
dalam bangunan.
b. Jenis Telekomunikasi
Menurut pemakaiannya telekomunikasi dapat
digolongkan menjadi:
Umum, dengan mnggunakan radio gelombang
pandek/air phone.
Pribadi, dengan telephone yang metalui
operator.
Rahasia, dengan telex yang tak melalui operator
Menurut arahnya, telekomunikasi dibagi menjadi:
One way Communication (komunikasi satu arah),
seperti: TV, radio, Sound System, CCTV.
Two Way Communication (komunikasi dua arah),
seperti : telepon.
Menurut Medianya, telekomunikasi dibagi menjadi:
Audio, Video, Teletext, Telegraph
Menurut gelombang pembawanya, telekomunikasi dibagi
menjadi:
Tanpa kabel (wire less): elektromagnet,
cordless, radio telekomunikasi.
25
Dengan kabel (wired): jaringan telepon kota,
intercom.
7. Pencegahan Bahaya Kebakaran
a. Pengertian
Pencegahan bahaya kebakaran atau Fire
Protection adalah suatu usaha untuk mengadakan
perlindungan terhadap suatu bangunan bila terjadi
kebakaran. Perlindungan dalam hal ini dimaksudkan
sebagai suatu tindakan pencegahan dan pemadaman
kebakaran.
b. Klasifikasi Bahaya Api
1) Klasifikasi A
Bahaya api yang diakibatkan oleh bahan-bahan
padat yang mudah terbakar, misalnya kertas,
kain, kayu dst. Bisa dipadamkan dengan semua
jenis pemadam.
2) Klasifikasi B
Kebakaran yang diakibatkan oleh BBM termasuk
gas elpiji (bensin, solar, avtur, bensol). Bisa
dipadamkan oleh bahan kimia.
3) Klasifikasi C Kebakaran yang disebabkan oleh hubungan pendek arus
listrik.
KELAS ASAL PENGATASAN
26
Atextile, kertas, kayu,
plastik, sampahair atau CO2 padat
B oli, solar, gasolineCO2 atau Tetra-
chloride
C ListrikCO2 atau
Tetrachloridec. Upaya Fire protection dapat dibedakan atas:
1) PREVENTIVE (Preventif )
Cara pencegahan bahaya kebakaran secara
preventif dilakukan dengan upaya mencegah
kebakaran melalui persiapan dengan berbagai
perlengkapan antisipasi:
2) REPRESIVE (Represif)
Cara pencegahan bahaya kebakaran dengan secara
represif adalah berbagai upaya penyelamatan
pada saat terjadi kebakaran. Usaha represive
ini meliputi pengadaan alat pemadam kebakaran
serta penunjang lainnya seperti Fire alarm
system, Sprinkler system, Fire Detector, Smoke
Et Heat Venting, Fire Dumper Et Shutter, Water
Supply System, Punch Register, Fire Hydrant,
Portable Fire Extinguisher / Chemical
Extinguisher.
2.3Personal Properti
1. Pengertian Personal Properti
Menurut SPI 2007, Kepemilikan lainnya dari
27
suatu kepentingan selain real estat (realty) disebut
sebagai personal properti dengan benda fisiknya yang
disebut personalti (personalty).
Personal properti meliputi kepemilikan pada
benda berwujud atau tidak berwujud yang bukan
merupakan real estat. Benda-benda ini tidak secara
permanen menjadi satu kesatuan dengan real estat dan
secara umum memiliki sifat dapat dipindahkan.
Properti jenis ini terdiri dari :
1) Berwujud (Tangible), merupakan semua properti
berwujud selain tanah, bangunan dan sarana
pelengkapnya. Contoh dari properti personal ini
adalah mesin jahit, kendaraan bermotor, perhiasan,
barang-barang inventaris dll.
2) Tidak Berwujud (Intangible). Properti ini dapat
ditemui dalam bentuk saham, uang, merk dagang,
goodwill, merk dagang dan sejenisnya.
2. Hubungan dengan Standar Akuntansi
Penilaian Personal Properti sering kali
dilaksanakan dalam kaitannya dengan penilaian real
properti dan/atau penilaian bisnis untuk dijadikan
dasar dalam penentuan penyusutan atau kemunduran
dari aktiva tetap tertentu. Dalam hal demikian,
penilaian Personal Properti tersebut mungkin
merupakan alasan utama atas dilakukannya penilaian,
namun demikian kerjasama antara Penilai Personal
Properti, Penilai Bisnis dan/atau Penilai Real
28
Properti perlu dilakukan untuk dapat memperoleh
Nilai Pasar yang akurat dari seluruh properti yang
akan dimasukan dalam Laporan Keuangan.
3. Tujuan Personal Properti
a. Penilaian Personal Properti dapat dilakukan
untuk berbagai tujuan penilaian termasuk
laporan keuangan, akuisisi dan penjualan serta
pengalihan hak, asuransi, dan perpajakan.
1) Apabila tujuan penilaian mensyaratkan
penggunaan Dasar Penilaian Nilai Pasar, maka
Penilai harus menerapkan definisi, proses,
dan metodologi penilaian sesuai dengan yang
tercantum dalam SPI 1 – Nilai Pasar Sebagai
Dasar Penilaian.
2) Apabila tujuan penilaian mensyaratkan
penggunaan Dasar Penilaian Selain Nilai
Pasar, misalnya untuk keperluan yang
berhubungan dengan nilai asuransi atau nilai
sisa, maka Penilai harus secara jelas
menetapkan jenis nilai yang akan dipakai,
mengemukakan definisi dari nilai tersebut,
dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk menegaskan bahwa estimasi nilai yang
dihasilkan adalah selain Nilai Pasar. Lihat
SPI 2 – Dasar Penilaian selain Nilai Pasar.
b. Penilai harus mengambil langkah-langkah untuk
mendukung penilaian yang dilakukan agar dapat
29
meyakini bahwa semua sumber data yang
dimanfaatkan layak dan dapat dipercaya
kebenarannya. Seringkali, kewajiban untuk
melakukan verifikasi menyeluruh terhadap sumber
data sekunder atau tertier berada di luar ruang
lingkup Jasa Penilai, sehingga Penilai harus
mengambil langkah-langkah yang memadai untuk
dapat meyakini keakuratan dan kewajaran sumber
data, seperti yang lazim dilakukan di pasar dan
di dalam bidang penilaian.
c. Batasan tanggung jawab yang sesuai dengan
klasifikasi jenis properti harus ditentukan
diantara para penilai, untuk memastikan tidak
ada yang terlewatkan atau dinilai ganda. Suatu
contoh yang umum adalah Penilai Real Properti
menilai komponen real estat dari suatu
properti. Dalam hal jasa keahlian lain
diperlukan, maka Penilai Personal Properti
akan;
1) melakukan langkah verifikasi yang diperlukan
untuk meyakinkan bahwa jasa penilaian yang
dibutuhkan mampu untuk dilakukan, serta
kesimpulan yang dihasilkan dapat dipercaya
dan dipertanggung jawabkan, atau
2) memberikan pernyataan bahwa tidak ada
langkah-langkah verifikasi yang dilakukan.
30
d. Penilai Personal Properti sering kali harus
mengacu pada informasi atau data yang diberikan
oleh pemberi tugas atau perwakilannya. Dalam
hal demikian, Penilai harus menyatakan didalam
laporan penilaiannya dan sedapat mungkin
Penilai melakukan verifikasi atas informasi
atau data yang diberikan tersebut.
e. Meskipun prinsip, metode, dan teknik penilaian
Personal Properti banyak yang sama dengan
penilaian di bidang lain, penilaian Personal
Properti memerlukan adanya pendidikan,
pelatihan, kemampuan, dan pengalaman khusus.
f. Persyaratan untuk Laporan Penilaian terdapat
pada SPI 3 – Pelaporan Penilaian. Laporan
Penilaian Personal Properti harus meliputi hal-
hal berikut ;
1) Identifikasi properti dan hak kepemilikan
yang dinilai (lokasi properti);
2) Tanggal Penilaian;
3) Dasar penilaian dan definisi nilai;
4) Identifikasi pemilik hak atau pemberi tugas
(nama dan alamat pemilik);
5) Maksud dan Tujuan Penilaian;
6) Persyaratan dan Kondisi Penilaian;
7) Kondisi yang mengikat dan membatasi Properti;
dan
8) Pernyataan Penilai (ditandatangani).
31
g. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh
Penilai Personal Properti (namun tidak harus
dicantumkan dalam laporan penilaian) antara
lain adalah :
1) Hak-hak tertentu serta hak istimewa
(privileges), atau kondisi-kondisi yang
melekat pada kepemilikan properti dimaksud
Hak kepemilikan seperti yang dinyatakan
dalam dokumen yang ada.
Hak-hak dan kondisi yang dinyatakan dalam
perjanjian yang ada ditangan pemilik atau
korespondensi ; hak-hak ini mungkin dapat
dipindah tangankan, atau sebaliknya tidak
dapat dipindah tangankan kepada pemilik
baru.
Dokumen yang ada dapat berisi pembatasan
terhadap pemindahan hak properti dan/atau
memberikan arahan terhadap dasar penilaian
yang harus diterapkan apabila akan
dilakukan pemindahan hak.
2) Jenis dan karakter properti dan riwayat
kepemilikannya baik penjualan atau pemindahan
hak sebelumnya.
3) Gambaran kondisi ekonomi dan kebijakan
Pemerintah yang berpengaruh pada personal
properti.
32
4) Tinjauan kondisi pasar secara umum, khususnya
dalam bidang perdagangan Personal Properti
yang berpengaruh terhadap penilaian.
5) Personal Properti dapat memiliki atau tidak
memiliki nilai tak berwujud (intangible
value)
Jika personal properti memiliki nilai tak
berwujud, Penilai harus meyakini bahwa
nilai tak berwujud tersebut telah tercakup
sepenuhnya, tanpa melihat apakah nilai tak
berwujud tersebut dinilai secara terpisah
atau tidak.
( Nilai properti tak berwujud, sejauh dapat
diidentifikasi, harus dibedakan dari nilai
properti berwujud)
Penilai harus mengetahui pembatasan serta
persyaratan hukum lainnya sesuai dengan
hukum dan peraturan lain yang berlaku di
tempat dimana properti berada.
Seringkali, khususnya dalam kaitannya
dengan penggunaan data yang berasal dari
transaksi akuisisi, sulit diperoleh
informasi yang memadai. Sementara harga
transaksi sebenarnya mungkin diketahui,
Penilai mungkin tidak mengetahui jaminan
atau garansi apa yang diberikan oleh
penjual, apakah uang tunai atau aset lain
33
yang diambil dari penjual sebelum akuisisi,
bagaimana nilai harus dialokasikan di
antara aset yang diakuisisi, atau kewajiban
perpajakan apa yang terkait dengan
transaksi.
Berdasarkan pada uraian di atas, data
pembanding harus diterapkan dengan hati-
hati, serta penyesuaiannya dapat dilakukan.
Apabila menggunakan data pembanding yang
berasal dari hasil lelang terbuka, harus
disadari bahwa data tersebut mungkin
menggambarkan transaksi untuk sektor pasar
yang terbatas, dengan demikian perlu
dilakukan penyesuaian terhadap faktor
perbedaan cakupan pasar.
Informasi lain yang diyakini kebenarannya
oleh Penilai, relevan untuk digunakan.
4. Penilaian Personal Properti dnegan Pendekatan
Pasar
Pendekatan Pasar membandingkan personal
properti yang dinilai dengan properti sejenis dan
sebanding dan atau kepentingan atas hak kepemilikan
properti yang tersedia di pasar. Dua sumber data
yang biasa digunakan dalam Pendekatan Pasar adalah
data penjualan properti melalui transaksi yang
dilaporkan oleh perusahaan yang biasa melakukan
jual-beli properti sejenis dan lelang terbuka.
34
Proses perbandingan dengan properti sejenis di dalam
Pendekatan Pasar harus dilakukan dengan dasar yang
dapat dipertanggung jawabkan. Properti pembanding
yang sejenis seharusnya secara regular
diperdagangkan dalam pasar yang sama atau dalam
pasar yang bergantung pada variable ekonomi yang
sama. Perbandingan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dipahami dan tidak menyesatkan.
Beberapa faktor yang perlu di perhatikan dalam
proses perbandingan tersebut antara lain adalah;
Kemiripan dengan personal properti yang dinilai
dalam hal karakteristik properti secara
kuantitatif dan kualitatif
Jumlah dan validitas data dari properti sejenis
Apakah harga properti pembanding merupakan hasil
transaksi yang wajar dan bebas ikatan
Pengumpulan data pembanding dilakukan secara
obyektif sehingga dapat dihasilkan penilaian yang
independen dan dapat dipercaya. Pengumpulan data
tersebut harus didasarkan pada kriteria yang
sederhana.
Dibuat analisis perbandingan atas tingkat
kemiripan dan perbedaan kualitatif dan kuantitatif
antara properti pembanding dengan properti yang
dinilai
Apabila dianggap perlu, penyesuaian (adjustment)
dapat dilakukan untuk membuat nilai properti
35
pembanding menjadi lebih sebanding dengan Personal
Properti yang dinilai. Penyesuaian mungkin juga
dibuat atas faktor-faktor yang tidak lazim, jarang
terjadi, atau unik.
Apabila dianggap perlu dan mungkin, maka dapat
dilakukan, penyesuaian terhadap perbedaan dalam
hal hak kepemilikan personal properti yang dinilai
dan hak kepemilikan properti pembanding terkait
dengan karakteristik serta pengaruh dari riwayat
kepemilikannya serta tingkat kemudahan penjualan/
pemasarannya (saleability/ marketability).
Jika data transaksi atas Personal Properti yang
dinilai yang telah terjadi akan digunakan sebagai
acuan penilaian, perlu dilakukan penyesuaian
terhadap beda waktu antara terjadinya transaksi
dengan tanggal penilaian yang mencakup perubahan
pada Personal Properti yang dinilai tersebut, serta
perubahan kondisi ekonomi, industri dan bidang usaha
dimana properti diperdagangkan.
Kaidah penilaian yang lazim (rule of thumb)
dapat dimanfaatkan dalam penilaian properti atau hak
kepemilikan Personal Properti. Namun demikian,
indikasi nilai yang didapat dari penggunaan kaidah
tersebut tidak harus diberikan bobot pertimbangan
yang tinggi kecuali dapat diyakini bahwa penjual dan
pembeli juga mempergunakan kaidah yang lazim
tersebut dalam negosiasi transaksinya.
36
5. Penilaian Personal Properti dengan Pendekatan
Pendapatan
Melalui Pendekatan Pendapatan, nilai properti
ditentukan berdasarkan pada proses kapitalisasi dan
diskonto terhadap proyeksi pendapatan dan
pengeluaran pada masa mendatang dari properti yang
dinilai.
Pendekatan Pendapatan dapat diterapkan dalam
penilaian perabotan dan peralatan (Furniture,
Fixtures, and Equipment/ FF&E) yang merupakan bagian
dari aset operasional pada properti komersial
seperti; hotel, apartemen furnished, dan fasilitas
kesehatan, maka untuk menggunakannya perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Perabotan dan peralatan seringkali merupakan aset
dengan intensitas penggunaan yang tinggi, dengan
demikian perlu dilakukan penggantian secara
berkala untuk menjaga daya guna serta daya tarik
aset tersebut.
Estimasi Umur Manfaat (Useful Life) penggunaan
perabotan dan peralatan ditentukan atas dasar
kualitas, ketahanan, model serta intensitas
penggunaannya. Terhadap unsur-unsur tersebut dapat
dilakukan pembobotan rata-rata tertimbang untuk
menentukan usia penggunaannya.
Estimasi biaya pengganti perabotan dan peralatan
dimasa yang akan datang dibagi dengan usia
37
penggunaanya merupakan dana tahunan yang
dicadangkan untuk penggantian perabotan dan
peralatan tersebut. Dana cadangan ini termasuk
dalam biaya / beban operasional.
6. Penilaian Personal Properti dengan Pendekatan
Biaya
Melalui Pendekatan Biaya nilai properti
dianggap merupakan pengganti atas biaya pembelian
properti tersebut, kemungkinan pembuatan properti
lain yang setara dengan aslinya atau sesuatu yang
dapat memberikan kegunaan yang sebanding, tanpa ada
biaya tambahan karena penundaan waktu.
Estimasi penilai didasarkan pada biaya
reproduksi/pengganti personal properti atau aset
yang dinilai. Biaya pengganti merupakan perkiraan
biaya pembuatan properti yang serupa/setara seperti
properti yang dinilai, dimana materialnya mempunyai
sifat, mutu dan usia yang semirip mungkin dengan
aslinya, namun dibuat dengan metoda konstruksi
modern.
Untuk jenis properti yang berupa barang antik atau
lukisan yang berharga, penggantiannya mungkin
tidak bisa diukur dari biayanya.
Biaya Reproduksi merupakan perkiraan biaya
pembuatan properti yang sama seperti properti yang
dinilai, dimana materialnya mempunyai sifat, mutu
38
dan usia yang sama dengan aslinya, dan dibuat
dengan metoda konstruksi seperti periode aslinya.
Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa
personal properti yang tidak mengalami penyusutan
fisik akan mengalami kenaikan nilai, karena pada
umumnya biaya reproduksi/pengganti terus meningkat
dari waktu ke waktu.
Penggunaan Pendekatan Biaya tepat untuk
diterapkan dalam penilaian Personal Properti seperti
barang-barang hasil produksi pabrik, atau benda
tertentu dimana dibuat dan dipasarkan dalam jumlah
banyak seperti ; benda-benda yang terbuat dari
porselen, barang cetakan atau barang logam cetakan/
cor seperti uang koin atau medali.
2.4Analisis Pasar Properti
1. Dasar Pemikiran Pasar Bagi Penilai
Karena properti bersifat tidak bergerak dan
menghasilkan jasa yang tersedia pada suatu lokasi
yang tetap, maka dianggap penting untuk memahami
kekuatan-kekuatan eksternal pasar yang mempengaruhi
nilai dari properti tersebut. Identifikasi, analisa,
serta evaluasi fakta dan kecenderungan terdapat
dalam pasar-pasar properti yang mempengaruhi nilai
properti yang bersangkutan adalah bagian dari
analisa pasar dan lingkungan. Sebelum melakukan
analisa kecenderungan pasar dan pengaruhnya terhadap
39
nilai, seorang penilai perlu terlebih dahulu
memahami apa yang dimaksud dengan pasar dan
bagaimana pasar tersebut berfungsi.
Penggunaan adalah suatu faktor penentu nilai
yang bersifat mendasar, nilai pasar cenderung diukur
berdasarkan penggunaan yang optimal. Penggunaan
dianggap legal, dapat diterima oleh budaa masyarakat
serta layak adalah sebagian besar merupakan hasil
interaksi dari kekuatan-kekuatan pasar yang bersifat
eksternal terhadap properti itu sendiri maupun
terhadap pembuat keputusan. Kekuatan-kekuatan pasar
inilah yang menentukan nilai.
2. Keanekaragaman dan Variasi Pasar Properti
Melakukan identifikasi pasar yang cocok akan
membantu menetapkan data dan sumber data mana yang
akan digunakan untuk proses penilaian. Pemahaman
akan sifat-sifat dasar, struktur dan fungsi pasar
properti pada akhirnya membantu penilai dalam
melakukan identifikasi . Pasar-pasar khusus yang
menarik bagi para penilai adalah pasar penjualan dan
sewa, serta pasar hipotek. Struktur dan fungsi yang
dijalankannya, serta karakteristik dari pasar-pasar
tersebut sebaiknya dipahami betul agar untuk
selanjutnya para penilai dapat melaksanakan analisa
pasar dalam setiap tugasnya kemudian perilaku
pembeli dan penjual, penyewa dan pemilik, atau
40
peminjam dan yang meminjamkan dapat dikenali dan
diterjemahkan ke dalam bentuk data pasar.
a. Sifat-Sifat Dasar Pasar
1) Definisi
Pasar adalah seperangkat pengaturan untuk
mempertemukan pembeli dan penjual lewat
mekanisme harga. Suatu pasar terdiri dari
seluruh perusahaan dan individu yang ingin dan
mampu untuk membeli serta menjual suatu produk
tertentu. Secara tradisional, pasar dibagi
menjadi empat macam, yaitu:
a) Persaingan sempurna adalah struktur pasar
yang ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual
yang sangat banyak. Transaksi setiap individu
tersebut sangat kecil dibandingkan output
industri total sehingga mereka tidak bisa
mempengaruhi harga produk tersebut. Para
pembeli dan penjual secara individual hanya
bertindak sebagai penerima harga.
b) Monopoli adalah struktur pasar yang ditandai
oleh adanya seorang produsen tunggal. Suatu
perusahaan yang monopolistik secara serentak
bisa mentukan harga produk dan jumlah
outputnya. Bagi sebuah monopoli adalah
mungkin untuk memperoleh laba diatas normal,
bahkan dalam jangka panjang sekalipun.
41
c) Persaingan monopolistil adalah pasar yang
sangat mirip dengan persaingan sempurna,
tetapi sedikit dibedakan karena konsumen
mengetahui perbedaan-perbedaan di antara
produk dari perusahaan-perusahaan yang
berbeda. Seperti halnya dalam persaingan
sempurna, maka dalam persaingan monopolistik
ini laba diatas normal hanya bisa diperoleh
dalam jangka pendek.
d) Oligopoli adalah struktur pasar dimana hanya
ada sejumlah kecil perusahaan yang
memproduksi hampir semua output industri.
Oligopoli dibagi lagi menjadi oligopoli
terdiferensiasi dimana produk tidak
dibakukan, dan oligopoli tak terdiferensiasi
dimana produk dibakukan. Di dalam oligopoli
ini, keputusan-keputusan mengenai harga dan
output dari prusahaan-perusahaan yang ada
tergantung satu sama lain. Hal tersebut
berarti bahwa jika satu perusahaan mengubah
harganya, maka perusahaan lainnya akan
bereaksi.
2) Fungsi Pasar
Pasar menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai
berikut:
42
a) Memudahkan pertukaran suatu barang tertentu
antara pembeli dan penjual. Ini dimaksud
dengan mempertemukan pembeli dan penjual.
b) Menetapkan harga lewat interaksi antara
permintaan dan penawaran. Pasar tidak
menetapkan nilai tetapi menetapkan harga.
Dalam pasar yang bersaing dengan sempurna
menurut teori ekonomi, nilai dan harga adalah
identik dan sinonim, tetapi tidak ditempat-
tempat lainnya.
3) Karakteristik Pasar yang Kompetitif dan Terbuka
Karakteristik pasar yang paling penting adalah
jumlah dan ukuran distribusi para pembeli dan
penjual serta tingkat diferensiasi produk.
Analisa pasar dan mekanismenya terhadap harga
dalam teori ekonomi didasarkan pada penerimaan
seperangkat karakteristik dan struktur pasar
yang tersedia. Agar mekanisme pasar dapat
bekerja dengan efektif dan efisien, kondisi-
kondisi pasar ini haruslah dapat dipenuhi.
Kondisi-kondisi pasar tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Produk yang homogen
Suatu barang ataupun jasa yang dipertukarkan
merupakan pengganti yang nyaris sempurna
untuk satu sama lain.
b) Jumlah yang besar dari pembeli dan penjual
43
Tidak ada pembeli atau penjual yang memiliki
bagian yang cukup besar dalam mempengaruhi
pasar.
c) Pembeli dan penjual yang berpengalaman
Semua peserta pasar memiliki informasi yang
cukup tentang kondisi pasar.
d) Tindak tanduk yang rasional
Pembeli dan penjual bertindak rasional
berdasarkan informasi yang mereka miliki
tentang suatu barang.
e) Harga adalah satu-satunya pertimbangan
Pertimbangan dalam memutuskan pembelian
ataupun penjualan, karena kualitas barang
atau jasa adalah sama.
f) Ada persaingan mekanisme pasar yang
teroganisir
g) Ada persaingan yang bebas dan terbuka
h) Pasar cenderung bergerak mencari keseimbangan
melalui efek-efek yang diakibatkan oleh
persaingan.
i) Hanya terdapat sedikit atau tidak sama sekali
pembatasan atau pengendalian dari pemerintah
atas pasar bebas.
b. Pasar Properti
1) Definisi
Pasar properti adalah suatu aktivitas komersial
yang dirancang untuk memudahkan pertukaran hak-
44
hak atas tanah dan bangunan, menetapkan harga
untuk pertukaran-pertukaran yang sifatnya
saling menguntungkan bagi kedua belah pihak,
mengalokasikan ruang untuk berbagai alternatif
penggunaan, menentukan pola penggunaan tanah
dan ruang, serta menyesuaikan penawaran
terhadap permintaan.
2) Karakteristik Pasar Properti
Karakteristik pasar properti antara lain:
a) Produk yang berbeda
Karena immonilitas serta karakteristiknya
yang berbeda, properti merupakan barang yang
unik. Tak ada dua unit ruang yang persis sama
dan karenanya satu sama lain tidaklah setara
untuk dipertukarkan.
b) Sedikit pembeli dan penjual untuk tiap-tiap
transaksi atau segmen pasar
Pembeli dan penjual, pemilik dan penyewa,
peminjam dan yang diberi pinjaman, semuanya
memiliki keyakinan bahwa mereka dapat
mempengaruhi harga atau persyaratan sewa
ataupun persyaratan pinjaman.
c) Daya saing ditentukan secara subjektif
Karena keunikan dari masing-masing properti
dan hak-hak atas properti tersebut, maka daya
saing dari properti lainnya merupakan sesuatu
45
yang ditentukan secara subjektif oleh masing-
masing peserta pasar.
d) Relatif kurang informasi
Banyak informasi yang sukar atau tidak
mungkin diperoleh dan kemungkinan besar hal-
hal tersebut diperlakukan secara rahasia.
e) Perilaku yang tidak rasional
Karena pembeli dan penjual bereaksi terhadap
tekanan-tekanan tertentu yang mendesak, maka
cenderung bertindak atas dasar pertimbanyan
subjektif sifatnya.
f) Terlokalisir
Karena lokasi properti yang bersifat tetap
dan tidak dapat berpindah tempat, pasar yang
dapat dipakai untuk satu properti tertentu
atau jenis properti cenderung dibatasi dalam
satu kawasan geografis yang relatif sempit
dan ditentukan oleh karakteristik lokasi.
g) Permintaan yang mudah berubah dan tidak
seimbang.
h) Penawaran yang tidak elastis
Penawaran tidak secara khusus bersifat
responsif terhadap harga.
i) Batasan dan pengendalian oleh pemerintah.
j) Properti merupakan obyek dari lingkungan
sekitar.
3) Fungsi Pasar Properti
46
Fungsi pasar properti yaitu:
a) Memudahkan pertukaran, hak-hak atas properti
antara pembeli dan penjual, pemilik dan
penyewa, peminjam dan pemberi pinjaman.
b) Menetapkan harga, untuk pertukaran yang
bersifat menguntungkan bagi kedua belah
piihak.
c) Mengalokasikan ruang perkotaan untuk berbagai
alternatif penggunaan, secara terpisah hal
ini melibatkan keputusan-keputusan yang
berkenaan dengan penggunaan yang optimal.
d) Menentukan pola penggunaan tanah dan ruang.
e) Menyesuaikan penawaran terhadap permintaan.
4) Kategori Pasar Properti
Untuk tujuan analisis dan operasional, sub-sub
pasar diklasifikasikan ke dalam beberapa
kategori yang berbeda berdasarkan :
a) Jenis kegunaan
b) Jenis persewaan
c) Tujuan penghuni atau pemilikan
d) Tempat atau kawasan geografis.
e) Tingkat harga atau sewa
f) Hak atau tanah yang dilibatkan
3. Analisis Pasar Properti
Sebuah analisis pasar properti dapat mengambil
perspektif yang luas atau sempit, tergantung pada
audiens yang dimaksudkan. Beberapa jenis analisis
47
pasar yang dilakukan untuk mengatasi pertanyaan
spesifik, seperti apakah investasi properti akan
menguntungkan secara finansial. Jenis-jenis analisis
pasar property yaitu:
a. Analisis pasar properti penilaian makro atau luas
dari kondisi lingkungan. Harga nilai atau pasar
properti dianalisis sesuai dengan faktor-faktor
eksternal, seperti pendapatan konsumen, pasar
kerja dan tren membeli. Meskipun ini jenis
analisis cenderung luas di alam, biasanya akan
fokus pada satu jenis properti. Sebagai contoh,
sebuah studi pasar yang melibatkan sebuah pusat
perbelanjaan akan fokus secara eksklusif pada tren
unik yang hanya mempengaruhi properti komersial.
b. Penelitian mikroekonomi atau pemasaran adalah
jenis analisis pasar properti yang berfokus pada
pengaruh segmen individu atas harga. Misalnya,
pembeli harga dan potensi satu bagian dari
properti residensial akan berspekulasi atas
didasarkan pada kondisi lokal. Kediaman mungkin
ditargetkan pada segmen tertentu dari pasar,
seperti pertama kali pembeli rumah, karena
ukurannya, lokasi lingkungan, kondisi dan fitur.
c. Analisis investasi adalah jenis analisis pasar
properti yang mencoba untuk memprediksi return on
investment (ROI). Misalnya, satu investor mungkin
48
ingin mencapai laba 15 persen dalam waktu lima
tahun.
d. Sebuah analisis pasar kelayakan akan mencoba untuk
memperhitungkan harga pembelian yang diusulkan,
harga jual dan biaya masa depan kemungkinan. Salah
satu faktor terbesar dalam analisis kelayakan atau
investasi adalah risiko. Faktor risiko potensial
termasuk penurunan lingkungan, fluktuasi
makroekonomi, ketidakmampuan untuk mencari penyewa
yang cocok, dan bencana alam.
49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spesifikasi bangunan mencakup persyaratan teknis
tentang bentuk, ukuran bahan, elemen, komponen, fungsi,
kekuatan, dan kinerja bangunan sedangkan spesifikasi
untuk utilitas bangunan terdiri dari sistem
transportasi, pengkondisian udara, sistem plumbing,
jaringan listrik, pencegahan bahaya kebakaran,
instalasi penangkal petir dan komunikasi. Personal
properti meliputi kepemilikan pada benda berwujud atau
tidak berwujud yang bukan merupakan real estat. Benda-
benda ini tidak secara permanen menjadi satu kesatuan
dengan real estat dan secara umum memiliki sifat dapat
dipindahkan. Analisa pasar dan lingkungan meliputi
identifikasi, analisa, serta evaluasi fakta dan
kecenderungan yang terdapat dalam pasar-pasar properti
dan mempengaruhi nilai properti yang bersangkutan.
3.2 Saran
1. Bagi dosen
Diharapkan para dosen dapat menjelaskan lebih
lengkap mengenai pembahasan dalam makalah ini agar
para mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang
maksimal
2. Bagi mahasiswa
50